Anda di halaman 1dari 17

KEPERAWATAN KOMUNITAS II

MUSYAWARAH MASYARAKAT DESA

OLEH KELOMPOK 3 & 4


KELAS B 10.B:

1. DEWA AYU SETIA DEWI (173222796)


2. I GEDE JAYENDRA KANA (173222798)
3. I WAYAN ROSDIANA (173222801)
4. KADEK DWIPA DEWI (173222803)
5. NI LUH PUTU MULYAWATI (173222809)
6. NI MADE SUMARINI (173222814)
7. NI PUTU AYU INTAN RIANA DEWI (173222818)
8. NI PUTU RIKA ERVIANA UTAMI (173222819)
9. P. AYU SAGITA ASTARI (173222825)
10. SRI WAHYUNI (173222827)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN ALIH JENJANG

2018

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang
Maha Esa karena atas berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Musyawarah
Masyarakat Desa tepat waktu dan sesuai dengan harapan. Makalah ini dapat diselesaikan
tepat waktu berkat bantuan semua pihak.

Penulis telah berusaha dengan segenap kemampuan dalam menuangkan pemikiran ke


dalam makalah ini. Untuk itu kritik dan saran sangat peneliti harapkan guna penyempurnaan
makalah ini. Besar harapan penulis semoga makalah ini dapat menjadi pedoman dalam
memberi asuhan keperawatan sehingga tercipta suatu asuhan keperawatan yang holistic dan
menjadikan pasien sebagai fokus asuhan keperawatan.

Denpasar, 28 Nopember 2018

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii
ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penulisan 2
1.4 Manfaat Penulisan 2
BAB II TINJAUAN TEORI......................................................................................................3
2.1 Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) 3
2.2 Plan Of Action (POA) 4
2.3 Praplanning /Laporan Pendahuluan 9
2.4 Tingkat Kemandirian Askep Komunitas 9
2.5 Pemerdayaan Peran Stakeholder 10
BAB III PENUTUP..................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan 14
3.2 Saran 14
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan,
merencanakan dan melaksanakan pelayanan keperawatan dalam rangka membantu klien
untuk mencapai dan memelihara kesehatannya seoptimal mungkin. Langkah–langkahnya
dimulai dari (1) pengkajian : pengumpulan data, analisis data dan penentuan masalah, (2)
diagnosis keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi
tindakan keperawatan. (Wahit, 2005). Proses keperawatan pada komunitas mencakup
individu, keluarga dan kelompok khusus yang memerlukan pelayanan asuhan
keperawatan.
Tahap akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi. Evaluasi mengacu kepada
penilaian, tahapan, dan perbaikan. Pada tahap ini perawat menemukan penyebab mengapa
suatu proses keperawatan dapat berhasil atau gagal. Perawat menemukan reaksi klien
terhadap intervensi keperawatan yang telah diberikan dan menetapkan apa yang menjadi
sasaran dari rencana keperawatan dapat diterima. Evaluasi berfokus pada individu klien
dan kelompok dari klien itu sendiri. Proses evaluasi memerlukan beberapa keterampilan
dalam menetapkan rencana asuhan keperawatan., termasuk pengetahuan mengenai
standar asuhan keperawatan, respon klien yang normal terhadap tindakan keperawatan,
dan pengetahuan konsep teladan dari keperawatan.
Proses keperawatan komunitas juga memperhatikan adanya perbedaan budaya di
masing-masing daerah, karena hal itu Leininger (1978) mendefinisikan transkultural di
keperawatan sebagai: “ bidang kemanusiaan dan pengetahuan pada studi formal dan
praktik dalam keperawatan yang difokuskan pada perbedaan studi budaya yang melihat
adanya perbedaan dan kesamaan dalam perawatan, kesehatan, dan pola penyakit didasari
atas nilai-nilai budaya, kepercayaan dan praktik budaya yang berbeda di dunia, dan
menggunakan pengetahuan untuk memberikan pengaruh budaya yang spesifik pada
masyarakat.”

Lingkup praktik keperawatan komunitas berupa asuhan keperawatan langsung


dengan fokus pemenuhan dasar kebutuhan dasar komunitas yang terkait kebiasaan/prilaku
dan pola hidup tidak sehat sebagai akibat ketidakmampuan masyarakat beradaptasi

1
dengan lingkunagan internal dan exsternal. Asuhan keperawatan komunitas
menggunanakan pendekatan proses keperawatan komunitas, yang terdiri atas
pengkajiaan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dengan entry point pada individu,
keluarga, kelompok, atau komunitas

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) ?
1.2.2 Bagaimana POA (Plan Of Action) ?
1.2.3 Bagaimana praplanning/laporan pendahuluan ?
1.2.4 Bagaimana tingkat asuhan keperawatan komunitas ?
1.2.5 Bagaimana peran stakeholder ?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Mahasiswa/i mampu mengetahui dan memahami Musyawarah Masyarakat
Desa (MMD).
1.3.2 Mahasiswa/i mampu mengetahui dan memahami POA (Plan Of Action).
1.3.3 Mahasiswa/i mampu mengetahui dan memahami praplanning/laporan.
1.3.4 Mahasiswa/i mampu mengetahui dan memahami tingkat askep komunitas.
1.3.5 Mahasiswa/i mampu mengetahui dan memahami peran stakeholder.

1.4 Manfaat Penulisan


Terkait dengan tujuan maka makalah pembelajaran ini diharapkan dapat memberi
manfaat.
1.4.1 Dari segi akademis, merupakan sumbangan bagi ilmu pengetahuan
khususnya dalam asuhan keperawatan komunitas dalam bidang sistem
Komunitas II.
1.4.2 Bagi Penulis: Hasil penulisan makalah ini dapat menjadi salah satu rujukan
bagi penulis berikutnya, yang akan melakukan penulisan asuhan
keperawatan komunitas dalam bidang sistem Komunitas II.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)


Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) adalah pertemuan seluruh warga desa untuk
membahas hasil survei mawas diri dan merencanakan penanggulangan masalah
kesehatan yang diperoleh dari survei mawas diri (Depkes RI, 2007). Tujuan dari MMD
ini adalah sebagai berikut :
1. Masyarakat mengenal masalah kesehatan di wilayahnya.
2. Masyarakat sepakat untuk menanggulangi masalah kesehatan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan MMd adalah sebagai berikut :
1. Musyawarah masyarakat desa harus dihadiri oleh pemuka masyarakat desa,
petugas puskesmas, dan sector terkait di kecamatan.
2. MMD dilaksanakan di balai desa atau tempat pertemuan lain yang ada di desa.
3. MMD dilaksanakan segera setelah SMD dilaksanakan
Cara pelaksanaan MMD adalah sebagai berikut :
1. Pembukaan dengan menguraikan maksud dan tujuan MMD dipimpin oleh kepala
desa.
2. Pengenalan masalah kesehatan oleh masyarakat sendiri melalui curah pendapat
dengan mempergunakan alat peraga, poster, dan lain-lain dengan dipimpin oleh
ibu desa.
3. Penyajian hasil SMD oleh kelompok SMD.
4. Perumusan dan penentuan prioritas masalah kesehatan atas dasar pengenalan
masalah dan hasil SMD, dilanjutkan dengan rekomendasi teknis dari petugas
kesehatan di desa atau perawat komunitas.
5. Penyusunan rencana penanggulangan masalah kesehatan dengan dipimpin oleh
kepala desa.
6. Penutup

2.2 Plan Of Action (POA)


Perencanaan diawali dengan merumuskan tujuan yang ingin dicapai serta rencana
tindakan untuk mengatasi masalah yang ada. Tujuan dirumuskan untuk mengatasi atau
meminimalkan stresor dan intervensi dirancang berdasarkan tiga tingkat pencegahan.

3
Pencegahan primer untuk memperkuat garis pertahanan fleksibel, pencegahan sekunder
untuk memperkuat garis pertahanan normal, dan pencegahan tersier untuk memperkuat
garis pertahanan resisten (Anderson & McFarlane, 2000).
Tujuan terdiri atas tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Penetapan tujuan
jangka panjang (tujuan umum/TUM) mengacu pada bagaimana mengatasi
problem/masalah (P) di komunitas, sedangkan penetapan tujuan jangka pendek (tujuan
khusus/TUK) mengacu pada bagaimana mengatasi etiologi (E). Tujuan jangka pendek
harus SMART (S= spesifik, M= measurable/dapat diukur, A= achievable/dapat dicapai,
R= reality, T= time limited/ punya limit waktu).

Diagnosis Keperawatan TUM TUK


Komunitas
Risiko meningkatnya Tidak terjadi 1. Pengetahuan remaja terkait
kejadian infertilitas pada gangguan infertilitas kesehatan reproduksi meningkat
agregat remaja putrid di pada agregat remaja dari …% menjadi ……%.
2. Menurunnya jumlah siswi yang
wilayah ….. yang putri
di …. mengalami keputihan dari …%
berhubungan dengan
menjadi …..%.
tingginya kejadian
3. Terjadi peningkatan perilaku
gangguan organ
remaja terkait kebiasaan
reproduksi remaja dan
perawatan organ reproduksi
kurangnya kebiasaan
sehari – hari dari ….% menjadi
perawatan organ
….. %.
reproduksi remaja. 4. Remaja sudah memanfaatkan
layanan UKS untuk membantu
mengatasi masalah remaja.
Tingginya angka TB di Meningkatnya 1. Terjadi peningkatan pengetahuan
wilayah …. Yang kemandirian keluarga tentang penanganan TB
berhubungan dengan masyarakat di …. dari ,,,% menjadi …%.
2. Terjadi peningkatan kualitas
tidak adekuatnya dalam menolong
saranan kesehatan untuk
penggunaan fasilitas dirinya sendiri agar
penanggulangan TB. Penemuan
layanan kesehatan untuk terhindar dari
kasuss TB secara mandiri oleh
penanggulangan TB dan penyebaran TB.
masyarakat.
keterbatasan kualitas
sarana pelayanan TB.

4
Rencana kegiatan yang akan dilakukan bersama masyarakat dijabarkan secara operasional
dalam planning of action (POA) yang disusun dan disepakati bersama masyarakat saat MMD
atau lokakarya mini masyarakat.

Tabel rencana kegiatan asuhan keperawatan komunitas


Diagnosis TUM TUK Rencana Kegiatan Evaluasi
Keperawatan
Komunitas
Tingginya Meningkatny Setelah dilakukan 1. Beri penyuluhan Kriteria evaluasi :
angka TB di a tindakan tentang TB dan pengetahuan
wilayah …. kemandirian keperawatan selama perawatannya. masyarakat tentang TB
2. Ajarkan
Yang masyarakat satu bulan, meningkat.
masyarakat
berhubungan di …. dalam diharapkan:
Standar evaluasi:
keterampilan
dengan tidak menolong 1. Terjadi
1. 70 % keluarga
dalam menangani
adekuatnya dirinya peningkatan
mampu
gejala TB,
penggunaan sendiri agar pengetahuan
menyebutkan
melakukan
fasilitas terhindar dari keluarga tentang
pengertian,
tindakan
layanan penyebaran penanganan TB
tanda/gejala, dan
pencegahan
kesehatan TB. dari … %
penyebab TB.
penularan TB.
untuk menjadi …%. 2. 75 % keluarga
3. Deteksi kasus TB
2. Terjadi
penanggulanga mampu melakukan
di masyarakat
peningkatan
n TB dan tindakan
melalui skrining.
kualitas sarana
keterbatasan 4. Bagikan leaflet pencegahan TB.
kesehatan untuk 3. 75% kader mampu
kualitas sarana setelah
penanggulangan menemukan kasus
pelayanan TB. penyuluhan TB.
TB. 5. Lakukan TB dan melakukan
3. Penemuan kasus pembinaan kader penanganan TB.
TB secara mandiri dalam
oleh masyarakat. kemampuan
penemuan kasus
dan penanganan
TB.
6. Lakukan
kerjasama dengan

5
institusi
pendidikan
formal dan
informal untuk
melaksanakan
program terkait
pencegahan dan
penanggulangan
TB.

6
Tabel Planning of Action
Masalah Tujuan Kegiatan Sasaran Waktu Tempat Sumber dana Media Pj
Keperawatan
Risiko TUM 1. Melakukan Remaja di Minggu Balai warga Swadaya Leaflet,
meningkatnya 1. Tidak terjadi di gangguan pendidikan kesehatan RW … pertama booklet,
kejadian infertilitas pada agregat reproduksi kepada poster
infertilitas pada remaja putri di remaja terkait materi
agregat remaja wilayah…. kesehatan reproduksi
Dana sekolah
putrid di dan pemeliharaanya. Guru BP Minggu
wilayah … TUK sekolah … kedua
2. Bekerja sama dengan
1. Pengetahuan remaja Sekolah Leaflet,
guru BP dalam
terkait kesehatan poster
memberikan materi
reproduksi meningkat
kesehatan reproduksi.
dari …% menjadi …%.
2. Jumlah siswa yang
mengalami keputihan
menurun dari …%
menjadi … %.
3. Perilaku remaja terkait
kebiasaan perawatan
orang reproduksi sehari –
hari meningkat dari …%
menjadi ….%.
Risiko TUK
Pelatihan dan penyegaran Kader di Minggu RW ….. Swadaya
meningkatnya 1. Pengetahuan kader tentang Lembar

7
kasus TB di pengertian, penyebab, tanda kader RW …. keempat balik,
wilayah … dan gejala, akibat, dan poster,
penanggulangan TB leaflet
meningkat dari …%
menjadi …%

8
2.3 Praplanning /Laporan Pendahuluan
Setiap akan melakukan kegiatan dimasyarakat/implementasi program, sebaiknya
dibuat dahulu laporan pendahuluan (LP) kegiatan asuhan keperawatan komonitas yang
meliputi:
1. Latar belakang yang berisi kriteria komonitas, data yang perlu dikaji lebih lanjut
terkait implementasi yang akan dilakukan,dan masalah keperawatan komonitas yang
terkait dengan implementasi saat ini.
2. Proses keperawatan komonitas yang berisi diagnose keperawatan komonitas, tujuan
umum, dan tujuan khusus.
3. Implementasi tindakan keperawatan, yang berisi topik kegiatan, target kegiatan,
metode, strategi kegiatan, media dan alat bantu yang dipergunakan , waktu dan
tempat pelaksanaan kegiatan, pengorganisasian petugas kesehatan beserta tugas,
susunan acara, setting tempat acara.
4. Kriteria evaluasi, yang berisi evaluasi struktur, evaluasi proses, dan evaluasi hasil
dengan menyebutkan target persentase pencapaian hasil yang diinginkan.

2.4 Tingkat Kemandirian Askep Komunitas


Tingkat kemandirian keluarga (Depkes, 2006)
1. Keluarga mandiri tingkat I
a. Menerima petugas perawatan kesehatan kom
b. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan.
2. Keluarga mandiri tingkat II
a. Menerima petugas perawatan kesehatan. Kom
b. Menerima pelayanan keperawatan yang dibrikan sesuai dengan rencana
keperawatan
c. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar
d. Melakuka perawatan sederhana sesuai dengan yang dianjurkan
3. Keluarga mandiri tingkat III
a. Menerima petugas perawatan kes. Kom
b. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan
c. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar
d. Melakukan perawatan sederhana sesuai dengan yang di anjurkan
e. Memanfaatkan fasilitas yankes secara aktif
f. Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif
4. Keluarga mandiri Tingkat IV
a. Menerima petugas perawatan kes.kom
b. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan
c. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar
d. Melakukan perawatan sederhana sesuai dengan yang dianjurkan
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif
f. Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif
g. Melaksanakan tindakan promotif secara aktif

2.5 Pemerdayaan Peran Stakeholder


Pemberdayaan atau empowerment merupakan suatu konsep pembangunan
masyarakat dalam bidang ekonomi dan politik yang bercirikan people centered,
participatory, empowering and sustainable, atau dengan kata lain pemberdayaan yakni
upaya membangun daya masyarakat dengan mendorong, memberikan motivasi dan
membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk
mengembangkannya. Dalam terminologi pembangunan, secara praktis diartikan sebagai
upaya untuk memampukan, melibatkan, dan memberikan tanggung jawab yang jelas
kepada masyarakat dalam pengelolaan pembangunan bagi kepentingan peningkatan
kesejahteraan.

Pada hakekatnya pemberdayaan berada pada diri manusia sedangkan faktor di luar
diri manusia hanyalah berfungsi sebagai stimulus, perangsang munculnya semangat, rasa
atau dorongan pada diri manusia untuk memberdayakan dirinya sendiri, untuk
mengendalikan dirinya sendiri, untuk mengembangkan dirinya sendiri berdasarkan
potensi yang dimilikinya. Jadi memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk
meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak
mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan, yang
merupakan upaya memampukan dan memandirikan masyarakat (Kartasasmita, 1996 :
144-145).

Arah pemberdayaan masyarakat secara umum berpangkal pada dua sasaran utama,
yaitu : (1) melepaskan belenggu kemiskinan dan keterbelakangan, serta (2) mempererat
posisi masyarakat dalam struktur kekuasaan (Sumodiningrat, 1998 : 177). Untuk sampai
kepada sasaran tersebut maka proses pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan melalui
tiga tahapan, yaitu : (1) Inisial : dari pemerintah, oleh pemerintah dan untuk rakyat, (2)
Partisipatoris : dari pemerintah bersama masyarakat, oleh pemerintah bersama
masyarakat, untuk rakyat, (3) Emansipatori : dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat, dan
didukung oleh pemerintah bersama rakyat (Prijono dan Pranarka, 1996). Dengan
demikian peran serta pemerintah untuk mencapai kesejahteraan dan kemandirian
masyarakat sangat diperlukan dalam setiap kegiatan pemberdayaan masyarakat.

Peran Pemerintah dalam Pemberdayaan Masyarakat

Kemandirian masyarakat adalah wujud dari pengembangan kemampuan


ekonomi daerah untuk menciptakan kesejahteraan dan memperbaiki material secara
adil dan merata yang ujungnya berpangkal pada pemberdayaan masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat sendiri berdiri pada satu pemikiran bahwa pembangunan
akan berjalan dengan sendirinya apabila masyarakat diberi hak mengelola
sumberdaya alam yang mereka miliki dan menggunakannya untuk pembangunan
masyarakatnya (Sutrisno, 1995).

Fungsi pemerintah dalam kaitannya dengan pemberdayaan yakni mengarahkan


masyarakatnya pada kemandirian dan pembangunan demi terciptanya kemakmuran
didalam kehidupan masyarakat. Dalam hal ini pemberdayaan masyarakat berarti tidak
bisa dilepaskan dan diserahkan begitu saja kepada masyarakat yang bersangkutan.
Pemberdayaan masyarakat yang optimal agar mampu memberdayakan diri menjadi
lebih baik harus dengan terlibatnya Pemerintah secara optimal dan mendalam.

Dengan berbagai interpretasi yang bervariasi, saat ini hampir semua


Departemen maupun Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) memiliki
program pemberdayaan masyarakat sebagaimana terefleksi dalam Renstranya masing-
masing (Muflich, 2006). Demikian juga di Daerah, hampir semua Dinas/lnstansi juga
memiliki program yang serupa. Beberapa daerah bahkan membentuk unit kerja
otonom untuk mengawal proses koordinasi yang lebih baik dan menjamin
terlaksananya pemberdayaan masyarakat yang lebih efektif dibawah Gubernur/
Bupati/ Walikota yakni Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM).

Berbagai model pemberdayaan masyarakat dalam dinamika pengembangannya,


tidak luput dari peran pemerintah dalam memberdayakan masyarakat. Banyak
program pemberdayaan masyarakat yang digulirkan pemerintah melalui Departemen
maupun Lembaga Pemerintah Non Departemen seperti PNPM Mandiri (Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat), PENP (Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
Pesisir), PDM-DKE (Pemberdayaan Daerah dalam Mengatasi Dampak Krisis
Ekonomi), KUBE (kelompok Usaha Bersama), dan lain sebagainya. Program-
program tersebut diyakini sebagai salah satu peran pemerintah dalam meningkatkan
kesejahteraan menuju kemandirian masyarakat. Dari sekian banyak program yang
digulirkan, sebagian besar mengarah pada aspek kemandirian ekonomi. Hal ini sejalan
dengan arah pemberdayaan masyarakat guna melepaskan masyarakat dari belenggu
kemiskinan dan keterbelakangan. Pemberdayaan dalam dimensi ekonomi seperti ini
dimaknai sebagai akses masyarakat atas sumber pendapatan untuk hidup layak. Salah
satu langkah yang dilakukan pemerintah dalam mewujudkan masyarakat yang
mandiri dan berdaya guna yakni melalui Pengembangan Usaha Kecil Menengah
(UKM). Pemerintah tentunya memiliki peranan penting sebagai pemegang kebijakan
(regulator), penggerak (dinamisator) dan fasilitator dalam upaya pemberdayaan
masyarakat melalui UKM.

Berikut ini adalah peran pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat :

1. Pemerintah sebagai Regulator


Peran Pemerintah sebagai Regulator adalah menyiapkan arah untuk
menyeimbangkan penyelenggaraan pembangunan (menerbitkan peraturan-peraturan
dalam rangka efektifitas dan tertib administrasi pembangunan). Sebagai regulator,
pemerintah memberikan acuan dasar yang selanjutnya diterjemahkan oleh
masyarakat sebagai instrumen untuk mengatur setiap kegiatan pelaksanaan
pemberdayaan di masyarakat. Pemberdayaan masyarakat dari segi ekonomi akan
dikaitkan dengan kebijakan yang mendukung dalam pengembangan usahanya.
Adapun kebijakan yang diarahkan yakni kebijakan di bidang permodalan guna
mendukung kegiatan usaha masyarakat dan dianggarkan dari APBN/APBD dan
kebijakan di bidang perizinan pendirian usaha untuk mempermudah proses
perizinan menjadi lebih efektif dan efisien.

2. Pemerintah sebagai Dinamisator


Peran pemerintah sebagai dinamisator adalah menggerakan partisipasi multi
pihak tatkala stagnasi terjadi dalam proses pembangunan (mendorong dan
memelihara dinamika pembangunan daerah). Sebagai dinamisator, pemerintah
berperan melalui pemberian bimbingan dan pengarahan yang intensif dan efektif
kepada masyarakat. Bimbingan dan pengarahan sangat diperlukan dalam
memelihara dinamika . Pemerintah melalui tim penyuluh maupun badan tertentu
memberikan bimbingan maupun pelatihan kepada masyarakat.

3. Pemerintah sebagai Fasilitator


Peran pemerintah sebagai Fasilitator adalah menciptakan kondisi yang kondusif
bagi pelaksanaan pembangunan (menjembatani kepentingan berbagai pihak dalam
mengoptimalkan pembangunan daerah). Sebagai fasilitator, pemerintah berusaha
menciptakan atau menfasilitasi suasana yang tertib, nyaman dan aman, termasuk
menfasilitasi tersedianya sarana dan prasarana pembangunan. Fasilitasi dalam UKM
misalnya, pemerintah memberikan fasilitas untuk mencapai tujuan pengembangan
usaha yang dimiliki oleh UKM.

a. Fasilitator di Bidang Pendampingan


Pendampingan sangat diperlukan untuk bisa mandiri dalam melanjutkan dan
meningkatkan usaha. Pendampingan ini bisa diimplementasikan dengan
pemberian pelatihan, pendidikan dan peningkatan keterampilan.
b. Fasilitator di Bidang Pendanaan dan Permodalan
Disamping pemberian bantuan pendampingan, juga diperlukan fasilitasi dalam
bidang pendanaan maupun permodalan. Peran pemerintah dalam hal ini adalah
membantu mencari jalan keluar untuk memperoleh pendanaan yang diperlukan.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Lingkup praktik keperawatan komunitas berupa asuhan keperawatan langsung
dengan fokus pemenuhan dasar kebutuhan dasar komunitas yang terkait
kebiasaan/prilaku dan pola hidup tidak sehat sebagai akibat ketidakmampuan
masyarakat beradaptasi dengan lingkunagan internal dan exsternal. Asuhan
keperawatan komunitas menggunanakan pendekatan proses keperawatan komunitas,
yang terdiri atas pengkajiaan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dengan entry
point pada individu, keluarga, kelompok, atau komunitas

3.2 Saran
3.2.1 Perawat kesehatan komunitas kiranya dapat bekerja sama dengan komunitas
dan populasi untuk memperbaiki kembali kesehatan.
3.2.2 Perawat kesehatan komunitas kiranya dapat memperhatikan standar evaluasi
atau penilaian dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas.
3.2.3 Perawat kesehatan komunitas kiranya dapat terlibat dalam koordinasi dan
organisasi dalam merespons isu-isu yang berhubungan dengan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, Alif. 2011. Pemberdayaan Peran Pemerintah Daerah Sebagai Regulator,


Fasilitator Dan Katalisator Dalam Usaha Pemulihan Sektor Usaha Kecil Dan
Menengah Di Wilayah Erupsi Merapi. Artikel Ilmiah. Universitas Diponegoro,
Semarang.

Efendi, Ferry. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika

Henny, Achjar Komang Ayu. 2011 . Asuhan Keperawatan Komunitas : Teori dan Praktek .
Jakarta : EGC

Kartasasmita, G. (1996). Pembangunan Untuk Rakyat. Jakarta: Pustaka Cidesindo


Muflich, Ayip. 2006. Masalah dan Kebijakan Pemberdayaan Masyarakat dalam Mendukung
Ketahanan Pangan. Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa
(DEPDAGRI).
Prijono OS, Pranarka AMW. 1996. Pemberdayaan, Konsep, Kebijakan dan Implementasi.
Jakarta: CSIS.
Sumodiningrat, G. 1998. Membangun Perekonomian Rakyat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sutrisno, Lukman. 1995. Menuju Masyarakat Partisipatif. Yokyakarta: Kanisius,

Anda mungkin juga menyukai