Anda di halaman 1dari 22

KEPERAWATAN KOMPREHENSIF

DISASTER MANAGEMENT

OLEH KELOMPOK IV KELAS B 10.B:

 I GEDE JAYENDRA KANA (173222798)


 NI LUH PUTU MULYAWATI (173222809)
 NI PUTU AYU INTAN RIANA DEWI (173222818)
 NI PUTU RIKA ERVIANA UTAMI (173222819)
 SRI WAHYUNI (173222827)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI


PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
NON REGULER
2018

1
Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkatNya-lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Keperawatan
Komprehensif dengan materi Disaster Management” tepat pada waktunya.

Makalah ini dapat diselesaikan bukanlah semata-mata usaha penulis sendiri,


melainkan berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini
saya selaku penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang sudah
membantu baik bantuan secara fisik maupun batin yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu

Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan menjadi sumbangan


pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa. Penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini ini. Akhir kata, semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Denpasar, 20 Oktober 2018

Penulis

2
Daftar Isi

Halaman
Cover.............................................................................................................................1

Kata Pengantar...............................................................................................................2

Daftar Isi........................................................................................................................3

BAB I.............................................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................5

1.3 Tujuan..................................................................................................................5

1.4 Metode.................................................................................................................6

BAB II...........................................................................................................................7

2.1 Konsep Dasar Disaster, Musibah Massal, Dan Bencana................................7

2.2 Persiapan Dan Pelaksanaan Penanganan Musibah Massal Dan Bencana....10

2.3 Struktur Dan Pengorganisasian Bencana......................................................17

BAB III........................................................................................................................20

3.1 Simpulan............................................................................................................20

3.2 Saran..................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................21

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Negara Indonesia merupakan negara yang berpotensi untuk timbulnya

bencana alam, seperti gunung meletus, banjir, tanah longsor, dan masih banyak lagi

peristiwa alam lainnya. Hal ini terjadi karena Indonesia terdiri dari beberapa pulau

yang tersebar mulai Sabang sampai Merauke. Dalam kaitannya dengan fenomena

alam tersebut dibutuhkan upaya penanggulangan bencana dengan memperhatikan

faktor penyebab terjadinya bencana tersebut.

Badan nasional penanggulangan bencana (BNBP) selama januari 2013

mencatat ada 119 kejadian bencana yang terjadi di indonesia. BNBP juga mencatat

akibatnya ada sekitar 126 orang meninggal akibat kejadian tersebut. Kejadian

bencana belum semua dilaporkan ke BNBP. Dari 119 kejadian bencana

menyebabkan 126 orang meninggal, 113.747 orang menderita dan mengungsi, 940

rumah rusak berat, 2.717 rumah rusak sedang, 10.945 rumah rusak ringan. Untuk

mengatasi bencana tersebut, BNBP telah melakukan penanggulangan bencana baik

kesiapsiagaan maupun penanganan tanggap darurat. Untuk siaga darurat dan tanggap

darurat banjir dan longsor sejak akhir desember 2012 hingga sekarang, BNBP telah

mendistribusikan dana siap pakai sekitar Rp 180 milyar ke berbagai daerah di

indonesia yang terkena bencana.

Pekerja sosial dalam praktiknya terutama pada community based practice

sangat berperan dalam intervensi pengorganisasian masyarakat menghadapi bencana.

4
Peran tersebut adalah melalui pembentukkan Community-based disaster di

masyarakat. Penciptaan community-based disaster dengan kata lain membangun

ketahanan masyarakat dalam menghadapi bencana pada sebelum, saat terjadi

bencana, maupun pasca bencana.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas , maka rumusan masalah yang kami

kemukakan dalam makalah ini adalah :

1. Apa yang dimaksud dengan konsep dasar disaster, musibah massal, dan

bencana?

2. Bagaimanakah persiapan dan pelaksanaan penanganan musibah massal

dan bencana?

3. Bagaimanakah struktur dan pengorganisasian bencana?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas

mata kuliah Komprehensif serta untuk menambah pengetahuan tentang

keperawatan khususnya keperawatan kegawatdaruratan dan yang termasuk

didalamnya adalah konsep disaster management

1.3.2 Tujuan Khusus

Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan dari pembahasan makalah ini

adalah :

5
1. Untuk mengetahui konsep dasar disaster, musibah massal, dan bencana.

2. Untuk mengetahui persiapan dan pelaksanaan penanganan musibah

massal dan bencana.

3. Untuk mengetahui struktur dan pengorganisasian bencana.

1.4 Metode

Metode yang kami gunakan dalam penyusunan makalah ini yaitu metode

kepustakaan dengan mencari dan mengumpulkan data-data yang berhubungan baik

melalui media internet maupun materi kuliah yang diberikan oleh dosen

pembimbing/pengajar.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Disaster, Musibah Massal, Dan Bencana


2.1.1 Definisi

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2008) definisi

bencana adalah peristiwa/kejadian pada suatu daerah yang mengakibatkan

kerusakan ekologi, kerugian kehidupan manusia serta memburuknya

kesehatan dan pelayanan kesehatan yang bermakna sehingga memerlukan

bantuan luar biasa dari pihak luar.

Bencana diartikan sebagai suatu kejadian, secara alami maupun karena

ulah manusia, terjadi secara mendadak atau berangsurangsur, menimbulkan

akibat yang merugikan, sehingga masyarakat dipaksa untuk melakukan

tindakan penanggulangan. Bencana dapat diklasifikasikan menjadi dua

kategori yaitu bencana alam (Natural Disaster) dan bencana akibat ulah

manusia (Man-Made Disaster).

Undang-undang nomor 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana


menyebutkan bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Definisi tersebut
menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan
manusia. Oleh karena itu, undang-undang nomor 24 tahun 2007 tersebut juga

7
mendefinisikan mengenai bencana alam, bencana nonalam, dan bencana
sosial.
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa
bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah
longsor. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa
atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi,
gagal modernisasi, epidemi. Dan wabah penyakit. Bencana sosial adalah
bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atauserangkaian peristiwa yang
diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok atau
antar komunitas masyarakat, dan teror.

2.1.2 Tahapan Bencana

Disaster atau bencana dibagi beberapa tahap yaitu : tahap pra-disaster,


tahap serangan atau saat terjadi bencana (impact), tahap emergensi dan tahap
rekonstruksi. Dari ke-empat tahap ini, tahap pra disaster memegang peran yang
sangat strategis.
a. Tahap pra-disaster
Tahap ini dikenal juga sebagai tahap pra bencana, durasi waktunya
mulai saat sebelum terjadi bencana sampai tahap serangan atau impact.
Tahap ini dipandang oleh para ahli sebagai tahap yang sangat strategis
karena pada tahap pra bencana ini masyarakat perlu dilatih tanggap
terhadap bencana yang akan dijumpainya kelak. Latihan yang diberikan
kepada petugas dan masyarakat akan sangat berdampak kepada
jumlah besarnya korban saat bencana menyerang (impact), peringatan
dini dikenalkan kepada masyarakat pada tahap pra bencana.
b. Tahap serangan atau terjadinya bencana (impact phase)
Pada tahap serangan atau terjadinya bencana (impact phase)
merupakan fase terjadinya klimaks bencana. Inilah saat-saat dimana,

8
manusia sekuat tenaga mencoba ntuk bertahan hidup. Waktunya bisa
terjadi beberapa detik sampai beberapa minggu atau bahkan bulan. Tahap
serangan dimulai saat bencana menyerang sampai serang berhenti.
c. Tahap emergensi
Tahap emergensi dimulai sejak berakhirnya serangan bencana yang
pertama.tahap emergensi bisa terjadi beberapa minggu sampai beberapa
bulan. Pada tahap emergensi, hari-hari minggu pertama yang menolong
korban bencana adalah masyarakat awam atau awam khusus yaitu
masyarakat dari lokasi dan sekitar tempat bencana. Karakteristik korban
pada tahap emergensi minggu pertama adalah : korban dengan masalah
airway dan breathing (jalan nafas dan pernafasan), yang sudah ditolong
dan berlanjut ke masalah lain, korban dengan luka sayat, tusuk, terhantam
benda tumpul, patah tulang ekstremitas dan tulang belakang, trauma
kepala, luka bakar bila ledakan bom atau gunung api atau ledakan pabrik
kimia atau nuklir atau gas. Pada minggu ke dua dan selanjutnya,
karakteristik korban mulai berbeda karena terkait dengan kekurangan
makan, sanitasi lingkungan dan air bersih, atau personal higiene.
Masalah kesehatan dapat berupa sakit lambung (maag), diare, kulit,
malaria atau penyakit akibat gigitan serangga.
d. Tahap rekonstruksi
Pada tahap ini mulai dibangun tempat tinggal, sarana umum seperti
sekolah, sarana ibadah, jalan, pasar atau tempat pertemuan warga. Pada
tahap rekonstruksi ini yang dibangun tidak saja kebutuhan fisik tetapi
yang lebih utama yang perlu kita bangun kembali adalah budaya. Kita
perlu melakukan rekonstruksi budaya, melakukan re-orientasi nilai-nilai
dan norma-norma hidup yang lebih baik yang lebih beradab. Dengan
melakukan rekonstruksi budaya kepada masyarakat korban bencana, kita
berharap kehidupan mereka lebih baik bila dibanding sebelum terjadi
bencana. Situasi ini seharusnya bisa dijadikan momentum oleh

9
pemerintah untuk membangun kembali indonesia yang lebih baik, lebih
beradab, lebih santun, lebih cerdas hidupnya lebih memiliki daya saing di
dunia internasional.
2.2 Persiapan Dan Pelaksanaan Penanganan Musibah Massal Dan Bencana
2.2.1 Prinsip Penatalaksanaan Musibah Massal dan Bencana

Ada 8 prinsip penatalaksanaan bencana, yaitu:

1. Mencegah berulangnya kejadian.

2. Meminimalkan jumlah korban

3. Mencegah korban selanjutnya.

4. Menyelamatkan korban yang cedera

5. Memberikan pertolongan pertama.

6. Mengevakuasi korban yang cidera.

7. Memberikan perawatan definitive.

8. Memperlancar rekonstruksi atau pemulihan.

2.2.2 Pencegahan

Tercapainya suatu pelayanan kesehatan yang optimal, terarah dan

terpadu bagi setiap anggota masyarakat yang berada dalam keadaan gawat

darurat. Upaya pelayanan kesehatan pada penderita gawat darurat pada

dasarnya mencakup suatu rangkaian kegiatan yang harus dikembangkan

sedemikian rupa sehingga mampu mencegah kematian atau cacat yang mungkin

terjadi.

Cakupan pelayanan kesehatan yang perlu dikembangkan meliputi:

1. Penanggulangan penderita ditempat kejadian

10
2. Transpotasi penderita gawat darurat dan tempat kejadian kesarana

kesehatan yang lebih memadai

3. Upaya penyediaan sarana komunikasi untuk menunjang kegiatan

penanggulangan penderita gawat darurat

4. Upaya rujukan ilmu pengetahuan, pasien dan tenaga ahli

5. Upaya penanggulangan pendereita gawat darurat ditempat rujukan (Unit

Gawat Darurat dan ICU)

6. Upaya pembiayaan penderita gawat darurat

2.2.3 Komponen Yang Disiapkan Dalam Menghadapi Bencana

Persiapan masyarakat, triase lapangan, persiapan Rumah Sakit, dan

persiapan UGD.

1. Perencanaan menghadapi bencana akan mencakup banyak sumber daya:

a) Pejabat polisi, pemadam kebakaran, pertahanan sipil, pamong praja

terutama yang terlibat dalam penanganan bencana dan bahan berbahaya.

b) Harus sering dilatih dan di evaluasi.

c) Memperhitungkan gangguan komunikasi, misalnya karena jaringan

telepon rusak atau sibuk.

d) Mempunyai pusat penyimpanan perbekalan, tergantung dari jenis

bencana yang di duga dapat terjadi.

e) Mencakup semua aspek pelayanan kesehatan dari pertolongan pertama

sampai terapi definitip.

f) Mempersiapkan transportasi penderita apabila kemampuan local

terbatas.

11
g) Memperhitungkan penderita yang sudah di rawat untuk kemudian di

rujuk karena masalah lain.

2. Perencanaan Pada Tingkat Rumah Sakit

Perencanaan bencana rumah sakit harus mulai dilaksanakan meliputi:

a) Pemberitahuan kepada semua petugas.

b) Kesiapan daerah triase dan terapi.

c) Klasifikasi penderita yang sudah di rawat, untuk penentuan sumber

daya.

d) Pemeriksaan perbekalan(darah, cairan IV, medikasi) dan bahan

lain(makanan, air, listrik, komunikasi) yang mutlak di perlukan rumah

sakit.

e) Persiapan dekontaminasi(bila diperlukan).

f) Persiapan masalah keamanan.

g) Persiapan pembentukan pusat hubungan masyarakat.

2.2.4 Pembagian Daerah Kejadian

Di tempat kejadian atau musibah masal, selalu terbagi atas:

1. Area 1 : Daerah kejadian (Hot zone)

Daerah terlarang kecuali untuk tugas penyelamat(rescue) yang sudah memakai

alat proteksi yang sudah benar dan sudah mendapat ijin masuk dari komandan

di area ini.

2. Area 2 :Daerah terbatas (Warm zone)

12
Di luar area 1, hanya boleh di masuki petugas khusus, seperti tim kesehatan,

dekotanminasi, petugas atau pun pasien. Pos komando utama dan sektor

kesehatan harus ada pada area ini.

3. Area 3 : Daerah bebas (Cold zone)

Di luar area 2, tamu, wartawan, masyarakat umum dapat berada di zone ini

karena jaraknya sudah aman. Pengambilan keputusan untuk pembagian area itu

adakah komando utama.

2.2.5 Sistem Komando Pada Musibah Masal

Pada setiap bencana atau musibah masal harus ada komandan. Pada umumnya

komandan ini berasal dari kepolisian, di daerah militer (komandan adalah

militer setempat) atau pelabuhan (komandan adalah syahbandar yang dilakukan

di pos komando) .

Unsur yang mungkin terllibat:

1. Keamanan : kepolisian dan TNI

2. Rescue : pemadam kebakaran, Basarnas

3. Kesehatan

4. Sukarelawan

5. Masyarakat umum

Bila bencana pada tingkat kabupaten, dan masih dapat menanggulangi sendiri,

maka pimpinan akan diambil ahli oleh bupati melalui satlak PBP (Satuan

Pelaksana Penanggulangan Bencana Dan Pengungsi). Bila pada tingkat provinsi

dan skalanya bencana lebih besar, maka pimpinan akan diambiil ahli oleh

gubernur malalui satkorlak PBP (Satuan Koordinasi Palaksana Penanggulangan

13
Bencana Dan Pengungsi). Bila bencana sangat besar dan mencapai tingkatan

nasional, maka pimpinan diambil oleh pimpinan negagra dan dilaksanakan oleh

Bakornas PBP (Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana Dan

Pengungsi). Di pos kemando utama akan diatur:

1. Sturktur komando

2. Operasional

3. Logistic

4. Perancanaan

5. Keuangan

6. Atau kepala pelabuhan udara, kesehatan diharapkanmempunyai sector

sendiri untuk kegiatan penanganan penderita gawat darurat, yang terdiri

dari komponen: triase (pemilahan Penderita)

7. Terapi (pengobatan sementara)

8. Transportasi (rujukan), juga dipelukan dukungan logistic dan pelatihan

terhadap masalah keamanan (safety)

2.2.6 Komando Kesehatan Dan Tugas Awal

Pimpinan kesehatan dilapangan dapat berbeda-beda, tergantung dari

besarnya musibah masal atau bencana, dan kondisi setempat yang jelas, saat

kita tiba didaerah masal, dan belum ada petugas lain, maka untuk sementara

kota adalah pimpinan tim kesehatan. Pada saat awal, maka yang harus

dilakuakan adalah:

a) Penilaian cepat

b) Triase penderita

14
c) Penanganan penderita

2.2.7 Penilaian cepat dan pelaporan

Apabila kita pertama tiba didaerah bencana atau musibah masal, maka yang

harus dilakukan adalah:

a) Keadaan keamanan daerah bencana atau musibah masal

b) Jumlah penderita

c) Keperluan penyelamatan atau rescue

d) Jumlah ambulance yang dipelukan

e) Unsur-unsur lain yang diperlukan (pemadam kebakaran, kesehatan dsb)

f) Jumlah sector kesehatan yang mungkin akan diperlukan

2.2.8 Proses Manajemen Bencana

Adapun proses manajemen bencana adalah sebagai berikut. Menurut Nurjanah

(2012), secara umum kegiatan manajemen bencana dapat dibagi dalam tiga kegiatan

utama, yaitu:

1. Kegiatan Pra Bencana

Kegiatan pra bencana yang mencakup kegiatan pencegahan, mitigasi,

kesiapsiagaan, serta peringatan dini. Kegiatan pada tahap pra bencana ini sangat

penting karena apa yang sudah dipersiapkan pada tahap ini merupakan modal dalam

menghadapi bencana dan pasca bencana. Pemerintah bersama masyarakat maupun

swasta sangat sedikit memikirkan tentang langkah-langkah atau kegiatan-kegiatan

apa yang perlu dilakukan di dalam menghadapi bencana atau bagaimana memperkecil

dampak bencana.

2. Kegiatan saat bencana terjadi

15
Kegiatan saat terjadi bencana yang mencakup kegiatan tanggap darurat untuk

meringankan penderitaan sementara, seperti search and rescue (SAR), bantuan

daruirat dan pengungsian. Kegiatan saat terjadi bencana yang dilakukan segera pada

saat kejadian bencana. Untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan , terutama

berupa penyelamatan korban dan harta benda, evakuasi dan pengungsian, akan

mendapatkan perhatian penuh baik dari pemerintah bersama swasta maupun

masyarakatnya. Pada saat terjadimya bencana biasanay banyak pihak yang menaruh

perhatian dan mengulurkan tangan memberikan bantuan tenaga, moril maupun

material. Banyaknya bantuan yang datang sebenarnya merupakan sebuah keuntungan

yang harus dikelola dengan baik, agar setiap bantuan yang masuk dapat tepat guna,

tepat sasaran, tepat manfaat, dan efisien.

3. Kegiatan Pasca Bencana

Kegiatan pasca bencana yang mencakup kegiatan pemulihan, rehabilitasi, dan

rekonstruksi. Kegiatan pada tahap pasca bencana, terjadi proses perbaikian kondisi

masyarakat yang tekena bencana, dengan memfungsikan kembali prasarana 16 dan

sarana pada keadaan semula. Pada tahap ini yang perlu diperhatikan adalah bahwa

rehabilitasi dan rekonstruksi yang akan dilaksanakan harus memenuhi kaidah-kaidah

kebencanaan serta tidak hanya melakukan rehabilitasi fisik saja, tetapi perlu juga

diperhatikan rehabilitasi psikis yang tejadi seperti ketakutan, trauma atau depresi.

2.3 Struktur Dan Pengorganisasian Bencana


Tugas penyelenggaraan penanggulangan bencana ditangani oleh Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) ditingkat Pusat dan Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di tingkat Daerah.

16
1. Tingkat Pusat

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merupakan Lembaga


Pemerintah Nondepartemen setingkat menteri yang memiliki fungsi perumusan dan
penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi dengan
bertindak cepat dan tepat serta efektif dan efisien; dan pengoordinasikan pelaksanaan
kegiatan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu dan menyeluruh. Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mempunyai tugas :

a. Memberikan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan bencana


yang mencakup pencegahan bencana, penanganan tanggap darurat, rehabilitasi, dan
rekonstruksi secara adil dan setara;

b. Menetapkan standardisasi dan kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan


bencana berdasarkan Peraturan Perundang-undangan;

c. Menyampaikan informasi kegiatan kepada masyarakat;

d. Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada Presiden setiap


sebulan sekali dalam kondisi normal dan pada setiap saat dalam kondisi darurat
bencana;

e. Menggunakan dan mempertanggungjawabkan sumbangan/bantuan nasional dan


internasional;

f. Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari Anggaran


Pendapatan dan Belanja Negara;

g. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan; dan

h. Menyusun pedoman pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah.

Tugas dan kewenangan Departemen Kesehatan adalah merumuskan


kebijakan, memberikan standar dan arahan serta mengkoordinasikan penanganan
krisis dan masalah kesehatan lain baik dalam tahap sebelum, saat maupun setelah

17
terjadinya. Dalam pelaksanaannya dapat melibatkan instansi terkait baik Pemerintah
maupun non Pemerintah, LSM, Lembaga Internasional, organisasi profesi maupun
organisasi kemasyarakatan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Selain
itu Departemen Kesehatan secara aktif membantu mengoordinasikan bantuan
kesehatan yang diperlukan oleh daerah yang mengalami situasi krisis dan masalah
kesehatan lain.

18
Berikut ini struktur organisasi BNBP

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh

factor alam dan/atau non-alam maupun factor manusia sehingga mengakibatkan

timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,kerugian harta benda, dan

dampak psikologis.

Bencana dibagi menjadi dua yakni bencana alam dan bencana ulah manusia.
Tahapan bencana dibagi menjadi 4 tahap yaitu tahap pra-disaster, tahap serangan atau
terjadinya bencana (impact phase), tahap emergensi, dan tahap rekonstruksi. Ada 8
prinsip penatalaksanaan bencana, yaitu: mencegah berulangnya kejadian,
meminimalkan jumlah korban, mencegah korban selanjutnya, menyelamatkan korban
yang cedera, memberikan pertolongan pertama, mengevakuasi korban yang cedera,
memberikan perawatan definitive, dan memperlancar rekonstruksi atau pemulihan.
Tugas penyelenggaraan penanggulangan bencana ditangani oleh Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) ditingkat Pusat dan Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) di tingkat Daerah.

3.2 Saran

Kebencananan serta manajemen bencana adalah salah satu hal yang harus
dipahami oleh tenaga kesehatan. Oleh sebab itu, para tenaga kesehatan, dimanapun
berada, harus memahami konsep kegawatdaruratan ini. Karena, apabila kita telah
mengerti mengenai konsep bencana dan manajemen bencana, maka kita tidak akan
bingung dan paham apa yang lebih dahulu dikerjakan dengan kondisi yang tidak
kondusif.

20
DAFTAR PUSTAKA

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2008), Pedoman Penyusunan Rencana


Penanggulangan Bencana, Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan
Bencana Nomor 4 Tahun 2008, BNPB, Jakarta.

Bakornas Penanggulangan Bencana. Rencana Nasional Penangulangan Bencana.


2010-2014

Nurjannah, dkk. 2013. Manajemen Bencana. Penerbit Alfa Beta, Bandung.

21
22

Anda mungkin juga menyukai