Proposal Terapi Aktivitas Kelompok Keperawatan Jiwa

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 7

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI SENSORI

HALUSINASI DI RUANG KESWARA RUMAH SAKIT JIWA CIMAHI PROVINSI


JAWA BARAT

Disusun oleh:
Anita Bandung Raya 01503180022
Deisy Marry Kristiana Tangkau 01503180069
Elisa Natalia 01503318210
Immaria Verolita 01503180
Ivana Saur Lola 01503180143
Jefri Yonatan 01503180147
Ribka Agustina Manalu 01503180241
Sepriana Fanggidae 01503180260

PROGRAM PROFESI KEPERAWATAN JIWA


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
TANGERANG
2019
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK KEPERAWATAN JIWA

I. TOPIK :
Kegiatan menggambar
II. TUJUAN
2.1 Tujuan umum
Klien mampu mengekspresikan perasaan melalui gambar
2.2 Tujuan khusus
a. Klien mampu menggambar
b. Klien mampu menjelaskan makna yang sesuai dengan gambar yang telah
mereka gambar
2.3 Tujuan yang ingin dicapai
Klien dapat melakukan tujuan khusus
III. LANDASAN TEORI
3.1 Latar Belakang
Data dari Departemen Kesehatan tahun 2009, jumlah penderita gangguan jiwa
di Indonesia saat ini mencapai lebih dari 28 juta orang, dengan kategori gangguan
jiwa ringan 11,6 persen dan 0,46 persen menderita gangguan jiwa berat. Hasil
penelitian WHO di jawa tengah tahun 2009 menyebutkan dari setiap 1.000 warga
jawa tengah terdapat 3 orang yang mengalami gangguan jiwa. Sementara 19 orang
dari setiap 1.000 warga jawa tengah mengalami stress ( Depkes RI, 2009 ).
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas dan sebagai tugas untuk
memahami keperawatan jiwa yang harus dikuasai 5 komponen salah satunya yaitu
halusinasi. Karena itu, penulis tertarik untuk melakukan TAK Menggambar dimulai
dari sesi 1 yaitu mengenal halusinasi pada pasien dengan halusinasi di ruang
Kaswara.

3.2 Konsep Teori


Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh
pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi tanpa stimulus yang nyata (Keliat,
Akemat, Helena & Nurhaeni, 2011). Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori
dari suatu obyek tanpa dari rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini
meliputi seluruh panca indera. Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan
jiwa dimana pasien alami perubahan sensori persepsi, serta merasakan sensasi palsu
berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan ataupun penciuman (Yusuf dkk,
2015). Halusinasi adalah gangguan persepsi panca indera tanpa adanya rangsangan
dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan dimana terjadi pada saat
kesadaran individu itu penuh/baik (Stuart & Sundeen, 2009). Maramis (2009)
menyatakan respons terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan
tidak aman, gelisah dan bingung, perilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak
mampu mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan keadaan nyata dan
tidak nyata.
Salah satu penangan yang dapat digunakan untuk halusinasi dan terbukti efektif
untuk mengatasi halusinasi adalah Terapi Aktifitas Kelompok (TAK). TAK adalah
terapi yang menggunakan aktifitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman
atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok, hal diskusi kelompok dapat
berupa kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah (Keliat, 2015).
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) dilakukan oleh 7-10 orang, sebelum melakukan
terapi aktifitas kelompok terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain
lingkungan yang kondusif, rasa aman dan nyaman klien dengan menjaga privasinya
serta dilakukan pada waktu yang terapat (Direja,2011). Manfaat dari terapi aktivitas
kelompok secara umum adalah untuk mengembangkan motivasi klien, melakukan
sosialisasi, dan meningkatkan kemampuan realitas melalui komunikasi dan umpan
balik terhadap orang lain (Susana & Sri, 2011).
Terapi menggambar merupakan salah satu Terapi Aktivitas Kelompok.
Menggambar tidak hanya digunakan untuk mengasah keterampilan motorik halus
mengembangkan imajinasi dan kreativitas, namun dapat juga digunakan sebagai
bentuk terapi. Terapi menggambar berkembang untuk membantu anak yang tidak
dapat mengekspresikan pikiran dan perasaan melalui kata-kata. Gambar dapat
memberikan makna jika dihubungkan dengan anak-anak yang terluka,
mengasingkan diri, kecewa, dan tidak dapat mengungkapkan pikiran dan perasaan
kepada orang lain. Terapi menggambar mengajak individu mengenali kejadian atau
hal yang selama ini disukai atau tidak disukai. Melalui terapi menggambar, hal-hal
yang ditekan dalam alam bawah sadar dapat diangkat ke alam sadar. Terapi
menggambar adalah terapi yang diberikan dengan meminta anak mengekspresikan
pikiran dan perasaan yang dialmai dalam bentuk gambar. Anak-anak yang berkelahi
dengan anak lain mungkin dapat mengekspresikan kemarahan, kebencian, atau
penolakan melalui gambar (Muthmainnah,2015). Pada terapi menggambar, Anak
diminta menggambar apa yang sedang dipikirkannya, sehingga terapis dapat
memperoleh gambaran secara visual apa yang sedang dialami dan dibutuhkan anak.
Gambar merupakan media komunikasi untuk mengungkapkan apa yang diharapkan
anak. Melalui gambar, anak dapat membebaskan perasaan, mengungkapkan
permasalahan atau konflik, mengekspresikan pikiran dan perasaan yang tidak dapat
diungkapkan secara verbal.

IV. KRITERIA KLIEN


- Klien dengan halusinasi yang sudah kooperatif
- Klien dengan halusinasi yang tidak inkoheren
- Klien dengan alusinasi dengan tidak disorientasi
- Klien tidak membahayakan diri sendiri dan orang lain
- Klien dapat berkomunikasi verbal dengan baik
V. PROSES SELEKSI
- Pengkajian dan observasi oleh tim penyelenggara TAK
- Penyeleksian masalah berdasarkan masalah keperawatan
- Tidak mengalami perubahan fungsi kognitif dan dapat memahami pesan yang
diberikan
- Mengklarifikasi klien dan bekerja sama dengan perawat ruangan
- Membuat kontrak dengan klien yang setuju untuk ikut TAK, meliputi
:menjelaskan tujuan TAK pada klien, rencana kegiatan kelompok, dan aturan
main dalam kelompok

VI. URAIAN STRUKTUR KELOMPOK


6.1 Tempat : Ruang Bermain Keswara
6.2 Hari/tanggal : Sabtu/ 29 Juni 2019
6.3 Waktu : 10.30 – 11.15
6.4 Pengorganisasian
6.4.1 Jumlah
Target peserta : 5 pasien
6.4.2 Leader dan uraian tugas
Leader : Jefri Yonatan
Tugas :
1. Memimpin jalannya terapi aktifitas kelompok
2. Merencanakan, mengontrol, dan menganjurkan jalannya terapi
3. Membuka acara.
4. Menyampaikan materi sesuai tujuan TAK
5. Memimpin diskusi kelompok
6. Menutup acara diskusi
6.4.3 Co-leader dan uraian tugas
Co-leader : Ivana Saur Lola
Tugas :
1. Mendampingi leader
2. Doa pembuka dan penutup
3. Mengumumkan tata tertib TAK
6.4.4 Fasilitator dan uraian tugas
Fasilitator : Deisy Marry, Elisa Natalia, Immaria Verolita, Sepriana
Fanggidae
Tugas :
1. Ikut serta dalam kegiatan kelompok
2. Memberikan stimulus dan sebagai motivator pada peserta untuk
aktif mengikuti jalannya terapi
3. Memfasilitasi klien yang kurang aktif
6.4.5 Observer/Time Keeper dan uraian tugas
Observer : Anita Bandung Raya
Tugas :
1. Mencatat serta mengamati respon klien
2. Mengawasi jalannya aktifitas kelompok dari mulai persiapan,
proses, hingga penutup
Time Keeper : Ribka Agustina Manalu
Tugas : Mengobsevasi waktu berjalannya kegiatan

6.5 Langkah-langkah
6.5.1 Persiapan
- Memilih klien sesuai kriteria yang telah ditentukan
- Membuat kontrak dengan klien
- Mempersiapkan tempat pertemuan, alat serta mempersiapkan tim dengan
tugas masing-masing.
6.5.2 Orientasi
- Salam teraupetik: leader mengucapkan salam
- Evaluasi validasi: leader menanyakan perasaan klien hari ini dan apa
harapan pasien hari ini
6.5.3 Kontrak
- Leader menjelaskan tujuan kegiatan
- Leader menjelaskan tempat dan lama kegiatan.
- Co-leader menjelaskan tata tertib selama TAK yaitu: jika ada klien yang
ingin meninggalakan kelompok, harus meminta izin kepada fasilitator
yang ada disamping kanan atau kiri klien, klien harus mengikuti kegiatan
dari awal sampai kegiatan selesai, klien mengikuti instruksi dengan baik
dan benar, selama kegiatan berlangsung peserta hanya boleh berbicara
saat diberi kesempatan, jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok
harus meminta izin kepada fasilitator
- Leader menjelaskan bahwa setiap klien harus mengikuti kegiatan dari
awal sampai akhir.
6.5.4 Kerja
- Leader memperkenalkan diri dan tim penyelenggara TAK
- Leader meminta klien memperkenalkan nama dan nama panggilan secara
berurutan.
- Fasilitator menyerdiakan kertas dan pensil untuk klien menggambar
- Leader memberi kesempatan kepada klien untuk menggambar apa yang
ingin digambar pasien dengan waktu yang telah ditentukan
- Leader meminta klien untuk menjelaskan gambar yang telah mereka
gambar
6.5.5 Terminasi
- Evaluasi : leader menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK dan
memberikan pujian atas keberhasilan anggota kelompok.
- Rencana tindak lanjut: leader memberitahukan bahwa TAK menggambar
sudah selesai
- Kontrak yang akan datang: leader membuat kesepakatan mengenai waktu
dan tempat dengan klien untuk TAK selanjutnya dengan topik TAK berbeda

VII. ATURAN MAIN


1. Klien sudah diberikan kertas HVS dan pulpen
2. Klien mulai menggambar setelah diperintahkan leader untuk mulai
menggambar
3. Klien tidak diperkenankan meninggalkan area pelaksanaan TAK selama
kegiatan berlangsung
4. Klien dapat bertanya dengan cara mengangkat tangan terlebih dahulu
5. Klien tidak diperkenankan untuk menganggu peserta lainnya

VIII. PROGRAM ANTISIPASI


Mencegah klien keluar dari area kegiatan TAK sebelum kegiatan TAK dengan
menyediakan fasilitator

IX. ALAT BANTU


1. Kertas HVS
2. Pulpen

X. SETTING TEMPAT

Keterangan:
Pasien
Fasilitator
Observer
Time Keeper
Leader

Co-leader
Daftar Pustaka

Direja, A. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika

Keliat, B. A. (2015). Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok . Jakarta: EGC

Keliat, B. A., Akemat, Helena, N., & Nurhaeni, H. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas.
Jakarta: EGC

Lilik. (2011). Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu

Maramis, W. 2009. Ilmu kedokteran jiwa. Surabaya: Airlangga.

Muthmainnah. (2015). PERANAN TERAPI MENGGAMBAR SEBAGAI KATARSIS EMOSI


ANAK. Jurnal Pendidikan Anak, Volume IV, Edisi 1, Juni 2015

Susana, A., Hendarsih, S. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
EGC

Stuart & Sundeen. (2009). Buku Saku Keperawatan Edisi 3., Jakarta:EGC

Wijayaningsih, K. S. (2015). Panduan Lengkap Praktek Klinik Keperawatan Jiwa. Jakarta:


Trans Info Media.

Yusuf, A., K. Rizky., Nihayati, H. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika

Direja, A. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika

Keliat, B. A. (2015). Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok . Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai