Anda di halaman 1dari 28

Vol.3/No.1, Juni 2015, hlm.

43-70 JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN 43

STRATEGI MANAJEMEN PERPUSTAKAAN DALAM MENGHADAPI


VANDALISME
(Studi Kasus Mengenai Strategi Manajemen Perpustakaan dalam Menghadapi Vandalisme
oleh Pengguna di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara)

Eka Efriza1, Ninis Agustini2, Encang Saepudin3


1
Universitas Islam Negri Sumatera Utara
2,3
Program Studi Ilmu Perpustakaan Universitas Padjadjaran
1
eka.evriza22@gmail.com, 2ninis.agustini@unpad.ac.id, 3encang.saepudin@unpad.ac.id

 Sumatera Utara (USU) dengan jumlah informan


ABSTRACT – The research was conducted to sebanyak 12 orang. Informan dalam penelitian ini
determine library management strategies in the face adalah para pegawai termasuk pustakawan di
of vandalism, viewed from the aspects such as: Perpustakaan USU. Metode penelitian yang
human resources, budget, infrastructure and digunakan adalah metode studi kasus dengan
services. The research was conducted in the Library pendekatan kualitatif. Hasil penelitian ini bahwa
of Northern Sumatera University. The sample of the dari aspek SDM, Perpustakaan USU menempatkan
research amounted to 12 people. Respondents in this sejumlah pegawai dan petugas keamanan (satpam)
research were employees in the Library of Northern di beberapa titik gedung perpustakaan yang rawan
Sumatera University, including librarians. Research terjadi vandalisme. Dari aspek anggaran,
method used was the case study method with Perpustakaan USU mengalokasikan sejumlah
qualitative approach. Results of this study that in the anggaran untuk perawatan dan perbaikan koleksi
aspects of human resources, USU library puts a yang rusak. Kemudian aspek sarana prasarana,
number of employees and security officers (guards) Perpustakaan USU merancang penempatan sarana
at some point the library building which is prone to prasarana sesuai desain gedung yang unik sehingga
vandalism. From the aspect of the budget, USU menciptakaan tata ruang yang nyaman dan aman
Library allocates a budget for the maintenance and bagi pengguna dan juga dilengkapi dengan sistem
repair of the damaged collections. Then aspects of pengamanan untuk koleksi perpustakaan yang
infrastructure, USU Library designing appropriate meliputi penggunaan pita magnetic, CCTV, cermin
placement of infrastructure building a unique design dan magnet detector. Sementara itu, dilihat dari
that creates a spatial comfortable and safe for the aspek layanan, strategi yang dilakukan
user and is also equipped with a security system for Perpustakaan USU adalah menyediakan berbagai
library collections that include the use of security jenis layanan untuk mendukung pemanfaatan
magnetic tape, CCTV, convex mirrors and magnetic koleksi perpustakaan oleh pengguna sesuai dengan
detector. Meanwhile, judging from the aspect of kebutuhannya, meliputi layanan koleksi standar,
services, the strategy pursued USU Library is layanan sirkulasi, layanan koleksi pinjam singkat
providing various kinds of services to support the use (KPS), layanan perawatan koleksi dan layanan
of the collections by the user according to his needs, bimbingan pengguna.
including standard collection services, circulation
services, short loan collection service, maintenance Kata kunci: Strategi Perpustakaan, Manajemen
services and collection services user guidance. Perpustakaan, Vandalisme

Keywords: Library Strategies, Library PENDAHULUAN


Management, Vandalism
Vandalisme merupakan kerusakan atau
ABSTRAK - Penelitian ini dilakukan untuk penyalahgunaan koleksi perpustakaan yang
mengetahui strategi manajemen perpustakaan
dalam menghadapi vandalisme dilihat dari aspek disebabkan oleh perbuatan manusia. Di dalam
sumber daya manusia (SDM), anggaran, sarana
prasarana dan layanan perpustakaan. Penelitian Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003, 1116),
ini dilakukan di Perpustakaan Universitas istilah vandalisme diartikan sebagai “perbuatan
merusak dan menghancurkan hasil karya seni dan

ISSN: 2303-2677 / © 2015 JKIP


44 JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN Eka, dkk.

barang berharga lainnya (keindahan alam dsb).” Seseorang yang melakukan tindakan mutilasi
Penyalahgunaan koleksi seperti memberi tanda pada buku karena satu alasan atau beberapa alasan
tertentu, mencoret-coret yang tidak berarti, lainnya disebut bibliocast. Seperti yang
penyobekan dan pencurian dapat dimasukkan diungkapkan oleh Raabe (dalam Sasmita, 2007)
dalam perilaku vandalisme. bahwa, “Jika seseorang meminjam buku dari
Menurut Fatmawati (2007, 6) ada delapan perpustakaan, kemudian membaca/melihat
bentuk vandalisme yang terjadi di perpustakaan, halaman menarik, kemudian tak tahan untuk
yaitu: memilikinya hingga merobek dan mengoyaknya,
a) pengeratan dan pembetotan halaman-halaman maka dia sudah jadi bibliocast atau sang
pada koleksi perpustakaan, penghancur buku.” (Sasmita, 2007).
b) perobekan pada halaman tertentu, Di samping itu, tidak dipungkiri perilaku
c) pengguntingan pada gambar-gambar tertentu, petugas perpustakaan sebagai penyebab kerusakan
d) segala bentuk coret-coret tulisan atau buku ketika menyusun buku kembali ke rak tidak
penandaan yang menggunakan ballpoint, sesuai dengan cara atau sistem yang telah
spidol, stabillo, maupun pensil warna, ditentukan. Sumardji (1982, 14) mengatakan,
e) pelipatan halaman tertentu pada buku, “Pengecekan terhadap kebenahan simpanan dan
f) pemanfaatan Kartu Anggota Perpustakaan susunan buku pada rak-rak perlu dilakukan
(KAP) milik orang lain, terutama untuk mengecek apakah cara menyimpan
g) buku yang tidak dikembalikan melebihi batas dan menyusun buku pada rak telah sesuai dengan
tempo pengembalian, dan cara atau sistem yang telah ditentukan ataukah
h) penjiplakan/plagiat karya ilmiah (tugas akhir- belum.”
skripsi-tesis-disertasi). Hal tersebut sejalan dengan pendapat
Martoatmodjo (1993, 46) yang mengatakan
Perpustakaan Universitas Sumatera Utara bahwa, “Petugas perpustakaan yang tidak
(USU) juga tidak terlepas dari bahaya vandalisme. memiliki rasa sayang kepada buku, dan tidak
Hal ini dapat dilihat dari banyaknya coretan, pernah belajar bagaimana cara memelihara dan
pelipatan halaman, hilangnya sejumlah halaman merawat buku dapat membuat kesalahan fatal,
bahkan hilangnya koleksi. Tindakan perobekan, sehingga menimbulkan kerusakan pada buku.”
pemotongan, penghilangan artikel, ilustrasi dari Jadi, selain pengguna perpustakaan yang
majalah, buku, ensiklopedia dan lain-lain tanpa berpeluang dalam melakukan tindakan
atau dengan menggunakan alat disebut mutilasi. pengrusakan bahan pustaka, petugas perpustakaan
Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh juga memiliki andil yang cukup besar sebagai
Obiagwu (1992, 291) dalam artikelnya Library pelaku pengrusakan.
Abuse in Academic Institutions yaitu: “Mutilation Di samping mutilasi buku, banyak juga
is the excision of articles and illustration from ditemukan coretan pada halaman buku yang
journal, books, encyclopaedia, etc.” dilakukan oleh pengguna Perpustakaan USU.
Vol.3/No.1, Juni 2015, hlm. 43-70 JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN 45

Azyumardi (2004, 164) menyebutkan bahwa Peraturan yang tertulis biasanya dikomunikasikan
terjadinya vandalisme khususnya pencoretan pada dalam bentuk rambu-rambu, brosur, poster, dan
suatu koleksi perpustakaan dikarenakan: lain-lain.
Salah satu bagian fisik buku yang paling Bentuk vandalisme lainnya yang ditemui di
banyak mengundang interaksi pembacanya lingkungan Perpustakaan USU adalah buku-buku
adalah margin, ruang kosong yang yang tidak dikembalikan. Ini dapat dilihat dari
membingkai teks. Hal yang paling daftar nama mahasiswa yang belum atau tidak
menyebalkan, tetapi juga paling mengembalikan buku perpustakaan yang dipajang
mengasyikkan jika meminjam sebuah buku di papan pengumuman Perpustakaan USU
dari perpustakaan adalah menyaksikan jejak- maupun di papan pengumuman program studi
jejak pembaca sebelumnya di atas lembar- masing-masing. Daftar ini biasanya dipajang saat
lembar buku. Dari situ tampak bagaimana awal perkuliahan dimulai. Soeatminah (1992, 37)
pendahulu kita berinteraksi, secara emosional mengatakan bahwa, “Manusia yang tidak
maupun intelektual dengan isi buku. bertanggungjawab merupakan perusak yang
Seringkali proses linear mengikuti kalimat- paling hebat, karena tidak hanya menyebabkan
kalimat yang ditunjukkan dengan garis di kerusakan tetapi juga hilangnya bahan pustaka.”
bawah kalimat, dengan pensil atau tinta. Terjadinya tindakan peminjaman dengan
menggunakan kartu tanda anggota perpustakaan
Selanjutnya, fakta di lapangan juga milik orang lain dan buku-buku yang tidak
menunjukkan bahwa banyak pengguna dikembalikan ke perpustakaan merupakan
Perpustakaan USU yang menggunakan Kartu tanggung jawab dari staf bagian sirkulasi. Oleh
Tanda Anggota (KTA) Perpustakaan USU milik karena itu, staf bagian sirkulasi harus memahami
orang lain saat meminjam buku di bagian tugas dan perannya dalam menjalankan
sirkulasi. Alasan paling umum dikemukakan kegiatannya mengelola peminjaman dan
mahasiswa adalah karena kartu perpustakaannya pengembalian buku. Sulistyo-Basuki (1991, 257)
tertinggal atau lupa dibawa sehingga mereka mengatakan bahwa, “Bagian sirkulasi sebagai
menggunakan kartu anggota perpustakaan milik ujung tombak jasa perpustakaan karena bagian
temannya. Penggunaan kartu tanda anggota inilah yang pertama kali berhubungan dengan
perpustakaan milik orang lain jelas merupakan pemakai serta paling sering digunakan pemakai.”
pelanggaran terhadap peraturan perpustakaan. Penjiplakan atau plagiat karya ilmiah juga
Peraturan perpustakaan merupakan pedoman bagi merupakan bagian dari bentuk vandalisme yang
pengguna dalam memanfaatkan fasilitas dan terjadi di lingkungan perpustakaan. Perpustakaan
layanan perpustakaan. Peraturan perpustakaan USU juga tidak terlepas dari ancaman penjiplakan
dimaksudkan untuk memelihara ketertiban di atau plagiat karya ilmiah. Salah satu faktor yang
perpustakaan dan hendaknya dituangkan secara memungkinkan terjadinya penjiplakan atau plagiat
tertulis dalam bentuk surat keputusan pimpinan. karya ilmiah ini adalah tersedianya akses ke

ISSN: 2303-2677 / © 2015 JKIP


46 JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN Eka, dkk.

berbagai karya ilmiah yang dihasilkan oleh sivitas yang diinginkan dan sangat bermanfaat untuk
akademika USU. meningkatkan minat baca.
Salah satu faktor pendukung yang membuka Sulistyo-Basuki (1991, 172) menyatakan
peluang terjadinya vandalisme di perpustakaan bahwa: Manusia dalam hal ini pemakai
adalah sistem layanan perpustakaan yang bersifat perpustakaan dapat merupakan lawan atau juga
terbuka, di mana pengguna memiliki akses kawan. Pemakai perpustakaan menjadi kawan
langsung terhadap koleksi perpustakaan. bilamana dia membantu pengamanan buku dengan
Kemudahan akses yang diberikan kepada cara menggunakan bahan pustaka secara cermat
pengguna untuk menemukan bahan pustaka yang dan hati-hati. Pengunjung akan menjadi musuh
relevan dan sesuai dengan kebutuhan bilamana dia memperlakukan buku dengan kasar,
informasinya melalui sistem layanan terbuka, juga sehingga sobek atau rusak.
dapat menjadi celah bagi pengguna yang tidak Sementara itu, Dureau dan Clement (1990,
bertanggungjawab untuk melakukan 20), mengatakan bahwa: Kerusakan bahan pustaka
penyalahgunaan koleksi perpustakaan seperti oleh manusia ini disebabkan oleh pemakai
vandalisme. Sri Hartati (2007), mantan Kepala perpustakaan maupun petugas perpustakaan itu
Perpustakaan UNY (periode 2002-2010), dalam sendiri. Pemakai perpustakaan kadang-kadang
kutipan wawancaranya di Harian Suara Merdeka secara sengaja merobek atau mengambil bab
mengatakan bahwa: tertentu dari buku, dan secara tidak sengaja
Perpustakaan yang menganut sistem layanan mereka membuat lipatan tanda batas baca, atau
terbuka akan membuka peluang bagi pemakai membaca dengan melipat buku ke belakang yang
untuk menyalahgunakan koleksi. Di sisi lain, mengakibatkan perekat buku dapat terlepas,
sistem layanan terbuka perpustakaan memang sehingga lembaran-lembaran buku mudah lepas
akan memuaskan karena pemakai bebas dari jilidannya.
memilih alternatif lain jika pustaka yang Pendapat-pendapat di atas menegaskan bahwa
dicari tidak ada atau dengan kata lain dapat manusia merupakan salah satu indikator yang
memilih pustaka yang isinya hampir sama harus menjadi perhatian perpustakaan sebagai
dengan subjek yang diinginkan. Tingkat penyebab kerusakan koleksi perpustakaan. Hal ini
penyalahgunaan koleksi tergantung sampai tentu menjadi hal yang serius bagi perpustakaan
sejauh mana pengelola mengantisipasi hal karena penggunaan bahan pustaka yang salah dan
tersebut. (Harian Suara Merdeka, 2007). kebiasaan-kebiasaan buruk pengguna dalam
Perpustakaan USU menyelenggarakan sistem memanfaatkan bahan pustaka, serta pengelolaan
layanan terbuka untuk penggunanya, artinya yang tidak sesuai prosedur dari petugas
pengguna dapat mengambil langsung buku yang perpustakaan dalam memperlakukan bahan
dibutuhkan dari rak buku. Sistem layanan terbuka pustaka akan mengakibatkan perpustakaan
ini dimaksudkan untuk memberi kebebasan kehilangan assetnya, baik dari segi kualitas
kepada pengguna untuk memilih bahan pustaka informasinya maupun kuantitas koleksinya.
Vol.3/No.1, Juni 2015, hlm. 43-70 JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN 47

Berdasarkan aturan hukum yang berlaku di Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
Indonesia, sanksi pidana terhadap pelaku alternatif masukan dan bahan pemikiran bagi
vandalisme diatur dalam Bab XXVII KUHP pasal Perpustakaan USU, instansi terkait serta
406-412 tentang “Penghancuran atau Perusakan pemerhati dunia perpustakaan dalam
Barang” dengan hukuman penjara selama 2 (dua) pengembangan perpustakaan khususnya
sampai 5 (lima) tahun dan/atau didenda senilai tentang strategi manajemen perpustakaan
barang yang dirusak (Fatmawati, 2010, 72). dalam menghadapi vandalisme, sehingga
Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa perpustakaan dapat meminimalisir kerugian
Perpustakaan USU tidak terlepas dari bahaya yang ditimbulkan akibat vandalisme.
vandalisme yang dapat mengakibatkan kerugian,
baik bagi pihak Perpustakaan USU sendiri TINJAUAN PUSTAKA
maupun kalangan civitas akademika sebagai Suatu perpustakaan dapat dikatakan baik,
pengguna dari layanan Perpustakaan USU. Oleh apabila tingkat pemanfaatan koleksinya tinggi.
karena itu, penulis tertarik mengadakan penelitian Artinya semakin tinggi tingkat pemanfaatan
ini untuk mengetahui lebih mendalam mengenai koleksi maka semakin baik layanan perpustakaan
strategi manajemen perpustakaan USU dalam tersebut. Sebaliknya, koleksi yang tidak
menghadapi tindakan vandalisme yang terjadi di digunakan berarti kurang dimanfaatkan bagi
lingkungan Perpustakaan USU. pengguna sehingga fungsi perpustakaan tidak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tercapai. Pemanfaatan koleksi perpustakaan
strategi manajemen yang dilakukan perpustakaan adalah proses, cara dan perbuatan memanfaatkan
USU dalam menghadapi tindakan vandalisme koleksi perpustakaan oleh pengguna untuk
dilihat dari aspek sumber daya manusia, anggaran, memenuhi kebutuhan informasinya. Hal ini dapat
sarana prasarana dan layanan yang disediakan. dilakukan dengan cara mendayagunakan sumber
Adapun manfaat yang diharapkan dari informasi yang terdapat di perpustakaan dan jasa
penelitian ini terbagi atas dua, yaitu: informasi yang tersedia. Pada dasarnya
1. Manfaat teoritis pemanfaatan koleksi perpustakaan mencakup dua
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan hal yaitu menggunakan koleksi dalam ruangan
manfaat terhadap khasanah ilmu pengetahuan perpustakaan (in library use) dan meminjam
bidang ilmu perpustakaan dan informasi koleksi dari bagian sirkulasi untuk digunakan di
mengenai aspek pengembangan preservasi luar perpustakaan (out library use). Dalam
khususnya vandalisme yang dilakukan oleh memanfaatkan koleksi di perpustakaan, pengguna
pengguna di perpustakaan, serta memberikan biasanya menggunakan cara-cara umum yang
kontribusi bagi penelitian lebih lanjut yang dapat dilihat dari kebiasaan mereka. Adapun cara
berhubungan dengan vandalisme di memanfaatkan koleksi perpustakaan yang
perpustakaan. biasanya dilakukan oleh pengguna menurut
2. Manfaat Praktis Zulkarnaen (1997, 45) yaitu meminjam koleksi

ISSN: 2303-2677 / © 2015 JKIP


48 JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN Eka, dkk.

perpustakaan melalui layanan sirkulasi, membaca Pelaku tindakan vandalisme di perpustakaan


koleksi di tempat, mencatat informasi yang mengarah kepada pengguna perpustakaan itu
dibutuhkan dari koleksi, dan juga memanfaatkan sendiri. Kemungkinan pengguna perpustakaan
jasa fotocopy untuk membuat duplikat atau sebagai pelaku vandalisme dikarenakan pengguna
salinan informasi yang diinginkan pengguna tidak memahami arti keberadaan sebuah
(Zulkarnaen, 2007). perpustakaan, termasuk keberadaan koleksinya.
Akan tetapi, tidak semua pengguna mengikuti Selain pengguna perpustakaan, tidak menutup
aturan yang dibuat oleh perpustakaan perguruan kemungkinan pegawai sebagai pelaku vandalisme
tinggi dalam memanfaatkan koleksi untuk karena mengakibatkan kerusakan koleksi
memenuhi kebutuhan informasinya. Masih banyak perpustakaan. Hal ini juga sejalan dengan yang
ditemukan tindakan penyalahgunaan dalam hal dikatakan oleh Dureau dan Clement (1990, 20)
memanfaatkan koleksi perpustakaan yang bahwa kerusakan bahan pustaka yang disebabkan
dilakukan oleh pengguna. Penyalahgunaan koleksi oleh faktor manusia dapat dilakukan oleh pemakai
perpustakaan ini termasuk dalam vandalisme. perpustakaan maupun petugas perpustakaan itu
Vandalisme dalam bahasa yang sederhana berarti sendiri.
pengrusakan yang dilakukan oleh manusia. Vandalisme memang rentan terjadi di
Sehingga secara harfiah, vandalisme di perpustakaan, tidak peduli dengan jenis
perpustakaan merupakan pengrusakan yang perpustakaannya sekalipun itu adalah
dilakukan oleh manusia, dalam hal ini adalah perpustakaan perguruan tinggi atau perpustakaan
pengguna perpustakaan, terhadap koleksi dan universitas seperti Perpustakaan USU. Ada
fasilitas yang ada di perpustakaan. banyak faktor yang melatarbelakangi terjadinya
Adapun bentuk tindakan perusakan yang vandalisme dilihat dari sisi pengguna, sisi pegawai
dilakukan terhadap bahan pustaka yaitu: coret- atau staf perpustakaan maupun sisi
coretan, menambah tulisan atau garis, memberi perpustakaannya sendiri. Adapun penyebab
tanda dengan spidol atau pena warna, melipat vandalisme dari sisi pengguna, antara lain:
halaman buku yang diinginkan, merobek, pengguna menginginkan koleksi asli (orisinil),
mengoyak halaman buku, menggunting gambar, koleksi tersebut susah didapatkan, pengguna tidak
mengambil atau menghilangkan beberapa bagian menyadari bahwa perbuatannya merusak koleksi
atau seluruh bagian buku, mematahkan punggung itu salah, adanya keinginan untuk memiliki
buku ketika membacanya, menggunakan buku koleksi tersebut, kurangnya kesadaran pengguna
sebagai pelindung saat hujan yang mengakibatkan dalam memanfaatkan koleksi perpustakaan,
buku menjadi basah, dan berbagai bentuk kurangnya rasa sayang terhadap koleksi
pengrusakan lainnya yang menyebabkan buku itu perpustakaan, ketidakmampuan secara ekonomi
rusak serta pencurian terhadap koleksi untuk membeli buku, pelampiasan rasa tidak suka
perpustakaan. terhadap pegawai perpustakaan, malas meminjam
buku dan memfotokopinya, serta adanya
Vol.3/No.1, Juni 2015, hlm. 43-70 JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN 49

keinginan dan kesempatan untuk melakukan koleksi akibat adanya tindakan vandalisme di
vandalisme. perpustakaan. Upaya-upaya yang dilakukan untuk
Kalau dilihat dari sisi pegawai atau staf mengatasi vandalisme dapat diarahkan dari
perpustakaan, maka penyebab terjadinya kesiapan manajemen perpustakaan mengelola
vandalisme di Perpustakaan USU, meliputi: sumber daya manusia, anggaran, sarana prasarana
pegawai yang tidak professional dalam serta layanannya.
menjalankan tugasnya, lemahnya pengawasan
pegawai terhadap aktivitas pengguna di sekitar rak METODE PENELITIAN
buku, kurangnya tanggung jawab pegawai dalam Metode penelitian yang digunakan adalah
melaksanakan tugas di lapangan, sikap petugas metode penelitian kualitatif dengan pendekatan
perpustakaan yang tidak ramah dan perlakuan studi kasus berupa analisis terhadap strategi
pegawai ketika menyusun buku kembali ke rak manajemen perpustakaan dalam menghadapi
tidak hati-hati sehingga bisa mengakibatkan vandalisme di Perpustakaan USU.
kerusakan sampulnya atau terlalu padat ketika
menyusunnya juga bisa membuat buku itu rusak. HASIL PENELITIAN
Di sisi lain, perpustakaan USU sendiri juga Aspek Sumber Daya Manusia
sangat berperan sebagai faktor pendorong Sejak awal sebuah perpustakaan didirikan,
terjadinya vandalisme, antara lain: lemahnya apapun jenisnya, mempunyai kegiatan utama
pengawasan perpustakaan terhadap koleksi, mengumpulkan semua sumber informasi dalam
kurangnya jumlah koleksi, peraturan perpustakaan berbagai bentuk, baik itu bentuk tercetak, bentuk
yang tidak tegas, sistem keamanan perpustakaan elektronik, atau dalam bentuk lainnya untuk
yang tidak maksimal dan tidak sesuai standar, kemudian dikelola dan disusun menurut sistem
kurangnya personel keamanan dan penempatan yang digunakan agar tercapai tujuan yang
sarana prasarana yang salah tempat sehingga diinginkan. Untuk mencapai tujuan tersebut,
membuka kesempatan bagi mereka yang berniat perpustakaan memerlukan langkah-langkah
melakukan tindakan vandalisme tersebut. strategis, kebijakan yang aplikatif dan terencana
Rahayuningsih (2007, 2) mengatakan vandalisme secara konseptual serta tindakan yang konkret
dirasakan lebih banyak menghadirkan kerugian (Sutarno, 2006: 33).
daripada keuntungannya.. Akibat tindakan Salah satu yang perlu dipersiapkan oleh
vandalisme, koleksi perpustakaan menjadi sebuah perpustakaan adalah sumber daya
berkurang sehingga dibutuhkan biaya yang tidak manusia. Perpustakaan tidak dapat lepas dari
sedikit untuk memulihkan kembali kelengkapan peran sumber daya manusia (SDM) yang berada
koleksi perpustakaan. Oleh karena itu, pihak di dalamnya. Peran SDM di dalam sebuah
manajemen perpustakaan perlu melakukan perpustakaan sangat penting karena SDM yang
strategi-strategi tertentu untuk melakukan melakukan seluruh kegiatan dalam rangka
pencegahan dan penanggulangan kerusakan memenuhi tujuan perpustakaan. Perpustakaan

ISSN: 2303-2677 / © 2015 JKIP


50 JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN Eka, dkk.

tentunya membutuhkan perencanaan sumber daya Tabel 1. Jumlah Anggota Perpustakaan


manusia yang baik agar dapat menjalankan Tahun 2013
kegiatannya dengan efisien. Jumlah
Jumlah
Anggota Persen
Perpustakaan USU memiliki SDM sebanyak No Kategori Terdaft
Perpustakaa tase
ar
116 orang, terdiri dari 20 orang pegawai jabatan n
1 Mahasiswa 35.013 35.013 100%
fungsional, 38 orang pegawai jabatan struktural
2 Dosen 1.575 1.174 74,5 %
dan 58 pegawai honor .Dari 116 orang pegawai
3 SPs 9.233 9.233 100 %
yang dimiliki Perpustakaan USU, sebanyak 58
Jumlah 45.821 45.420 99.1%
pegawai berlatar belakang ilmu perpustakaan, 15
(Sumber: LAKIP Perpustakaan USU Tahun 2013)
orang di antaranya merupakan pegawai jabatan
fungsional, 8 orang merupakan pegawai jabatan
Dengan jumlah pegawai yang tidak sebanding
struktural dan sisanya 35 orang lainnya adalah
dengan jumlah pengguna atau anggota
pegawai honorer.
perpustakaan, tentunya butuh strategi khusus
Jumlah SDM yang dimiliki Perpustakaan
dalam hal penempatan pegawai di masing-masing
USU tidak sebanding dengan dengan jumlah
titik pelayanan perpustakaan agar dapat
pengunjung Perpustakaan USU. Sementara itu,
menjangkau semua kegiatan yang ada di
jumlah anggota Perpustakaan USU yang harus
Perpustakaan USU. Dengan demikian, sebaran
dilayani sebanyak 45.420 orang (Tabel 1. Jumlah
pegawai menjadi salah satu kunci dari pelayanan
Anggota Perpustakaan Tahun 2013) dengan
perpustakaan kepada pengguna. Oleh karena itu,
kunjungan pengguna ke Perpustakaan USU rata-
ada pertimbangan-pertimbangan tertentu yang
rata di atas 80.000 setiap tahunnya (Grafik 1.
dipikirkan oleh pihak manajemen Perpustakaan
Jumlah Pengunjung Perpustakaan USU 2007-
USU dalam menempatkan pegawai di tiap titik
2013). Keadaan ini tentunya memaksa pihak
pelayanan. Hal ini tentunya selain
manajemen Perpustakaan USU mengoptimalkan
memaksimalkan kinerja di setiap unit layanan
sumber daya manusia yang ada seefektif dan
perpustakaan, juga sebagai bentuk antisipasi
seefisien mungkin, karena tidak adanya
terhadap berbagai tindakan yang merugikan
penambahan pegawai di Perpustakaan USU.
perpustakaan itu sendiri termasuk vandalisme.
Vol.3/No.1, Juni 2015, hlm. 43-70 JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN 51

kemampuan pegawai menurut kebutuhan yang


direncanakan sebelumnya. Penempatan pegawai

1600000
yang salah dapat mengakibatkan manajemen
1400000 kurang efektif dan kurang efisien. Di samping itu
1200000
1000000 akan menimbulkan stress dan frustasi bagi
800000
pegawai yang bersangkutan karena mereka
600000
400000 bekerja di bidang yang tidak sesuai dengan
200000
0
pendidikan, keinginan dan keahlian mereka.
Pengunjung
2007200820092010201120122013
Berdasarkan hasil penelitian, bahwa
penempatan posisi pegawai untuk pekerjaan-
Grafik 1. Jumlah Pengunjung Perpustakaan pekerjaan yang bersifat teknis seperti bibliografis
USU (2007-2013) dan katalogisasi yang membutuhkan keahlian
(Sumber: LAKIP Perpustakaan USU Tahun 2013) khusus dipegang oleh pegawai yang
berlatarbelakang pendidikan ilmu perpustakaan
Di samping itu, untuk mengatasi kekurangan dan juga berstatus pustakawan. Sedangkan untuk
sumber daya manusia tersebut, pihak manajemen pekerjaan-pekerjaan yang bersifat non-teknis
Perpustakaan USU membuka kesempatan magang yang tidak membutuhkan keahlian khusus seperti
dan Praktik Kerja Lapangan bagi mahasiswa shelving dan sirkulasi, diberikan kepada pegawai
Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi. yang bukan pustakawan dan tidak harus berlatar
Khusus untuk mahasiswa Program Studi Ilmu belakang ilmu perpustakaan, walaupun tidak
Perpustakaan dan Informasi USU, baik itu jenjang tertutup kemungkinan bagi pegawai yang
Diploma-3 maupun jenjang Strata-1, yang berstatus pustakawan dan berlatar belakang
mengikuti mata kuliah Praktik Kerja Lapangan pendidikan ilmu perpustakaan untuk ikut
akan ditempatkan di Perpustakaan USU selama merasakan pekerjaan-pekerjaan non-teknis
kurang lebih 3 bulan lamanya. Sementara untuk tersebut.
mahasiswa magang dan PKL di luar USU Sebagaimana yang disampaikan oleh
biasanya sekitar 1-2 bulan saja. Daryono (2010) bahwa, “Keberhasilan layanan
Penempatan posisi pegawai di masing-masing perpustakaan tergantung dari 3 faktor utama yaitu
titik pelayanan menjadi bagian yang tidak dapat 5% bergantung dari fasilitas, 20% keberadaan
dipisahkan dari perencanaan manajemen koleksi, dan 75 % staf perpustakaan/pustakawan.”
perpustakaan. Seperti yang dikatakan oleh Sutarno Vandalisme terjadi bukan hanya karena ada niat
(2006, 135) bahwa perencanaan adalah dari pengguna perpustakaan, akan tetapi juga
perhitungan dan penentuan tentang apa yang akan karena adanya kesempatan. Oleh karena itu,
dijalankan dalam rangka mencapai tujuan tertentu. pegawai perpustakaan dituntut untuk lebih
Penempatan pegawai harus benar-benar waspada dan hati-hati dengan perilaku-perilaku
disesuaikan dengan pendidikan, keahlian dan

ISSN: 2303-2677 / © 2015 JKIP


52 JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN Eka, dkk.

vandalisme pengguna ketika berada di perencanaan SDM. Berdasarkan data yang


perpustakaan. dihimpun (Lampiran 1. Data Tata Usaha
Tindakan-tindakan antisipasi seperti Perpustakaan USU), Perpustakaan USU memiliki
penempatan kamera pengawas/cctv, cermin besar 13 orang satpam yang bertugas di lingkungan
di setiap sudut perpustakaan, kemudian juga Perpustakaan USU. Adapun penempatan posko
penempatan detector di pintu keluar perpustakaan tugas mereka yaitu 3 orang bertugas di dalam
merupakan upaya pencegahan yang dilakukan gedung utama lantai 2 Perpustakaan USU, 2 orang
perpustakaan agar pengguna berpikir ulang kalau di lantai 1 gedung Perpustakaan USU, 2 orang
ingin melakukan vandalisme di perpustakaan. bertugas di areal parkir timur Perpustakaan USU,
Sementara itu, kalau koleksi perpustakaan 2 orang di areal parkir barat Perpustakaan USU
ditemukan sudah dalam keadaan tidak bagus atau dan sisanya 4 orang bertugas di areal parkir motor
rusak, maka tindakan yang dilakukan adalah sebelah selatan gedung Perpustakaan USU.
memperbaikinya agar informasinya dan wujudnya Penempatan posko satpam dilakukan dengan
kembali utuh. berbagai pertimbangan termasuk pertimbangan
Di samping tindakan-tindakan antisipasi keamanan koleksi perpustakaan agar terhindar
terhadap vandalisme yang dilakukan dalam bentuk dari aksi pencurian yang dilakukan mengingat
teknis tersebut, bentuk antisipasi lainnya dapat desain gedung Perpustakaan USU yang unik dan
dilakukan dengan menyiapkan SDM perpustakaan memiliki banyak jendela yang terbuka tanpa terali
itu sendiri sebagai pemantau atau pengawas besi sebagai pembatas. Kondisi jendela yang
aktivitas pengguna di perpustakaan. Bukan hanya terbuka memang memungkinkan pengguna yang
satpam (security) yang bertugas menjaga nakal untuk melakukan aksi pencurian dengan
keamanan koleksi perpustakaan tapi juga pegawai cara melemparkan buku perpustakaan melalui
atau staf yang bertugas di perpustakaan. jendela tersebut. Dengan menempatkan satpam di
Penempatan meja tugas atau kaunter pegawai di beberapa tempat strategis di dalam maupun di luar
dalam sebuah gedung perpustakaan juga gedung Perpustakaan USU sehingga kemungkinan
merupakan bagian dari upaya pengamanan koleksi pencurian bisa diminimalisir. Ketika aksi
perpustakaan dari tindakan vandalisme. Hal ini pencurian dilakukan dengan melemparkan buku
juga dimaksudkan untuk menutupi kekurangan melalui celah-celah jendela yang terbuka maka
yang ada pada area rekam cctv maupun cermin satpam akan melihatnya dari posko tugasnya
cembung karena jarak rekam pandangnya terbatas. sehingga bisa langsung dilakukan tindakan
Jadi, dari meja tugasnya, para pegawai juga dapat pengamanan terhadap koleksi perpustakaan
mengawasi aktivitas pengguna ketika berada di tersebut.
dalam gedung perpustakaan. Walaupun pegawai Perpustakaan USU tidak
Keberadaan satuan pengamanan (satpam) pernah ada yang mengikuti pelatihan khusus
atau security di lingkungan Perpustakaan USU dalam menangani masalah vandalisme, setidaknya
juga merupakan bagian tak terpisahkan dari para pegawai sudah diberikan arahan tugas dari
Vol.3/No.1, Juni 2015, hlm. 43-70 JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN 53

Kepala Bidang Perpustakaan USU, sebagaimana yang dibutuhkannya tersedia di perpustakaan.


yang tercantum dalam uraian jabatan tugas Jadi, perencanaan SDM sangat dibutuhkan dalam
masing-masing, yang bertujuan untuk manajemen perpustakaan. Tidak hanya untuk
menyelenggarakan pelayanan perpustakaan yang menjalankan tugas-tugas teknis maupun
maksimal kepada pengguna dan mendukung visi operasional, akan tetapi SDM juga diharapkan
misi Perpustakaan USU. Termasuk dalam mampu untuk menciptakan kondisi yang nyaman
penanganan vandalisme, sumber daya manusia dan bersahaja dalam melayani pengguna untuk
atau SDM memiliki peran yang sangat penting memenuhi kebutuhan informasinya. Hal ini perlu
dalam menghadapi dan mencegah terjadinya dilakukan untuk mengatasi kemungkinan
vandalisme di perpustakaan. Banyak hal yang terjadinya vandalisme di perpustakaan yang
dipertimbangkan oleh pihak manajemen ketika disebabkan karena faktor kinerja pegawai yang
merekrut atau mengangkat seorang pegawai tidak professional dan kondisi perpustakaan yang
menjadi bagian dari SDM perpustakaan USU membuat pengguna tidak nyaman berada di
mulai dari sisi kualitas, karakteristik, kuantitas, dalamnya karena terlalu banyaknya aturan dan
penempatan posisi/jabatan dan rotasi, hingga juga koleksinya yang tidak lengkap.
penempatan meja tugas atau kaunter di dalam
gedung perpustakaan. Semuanya diperhitungkan Aspek Anggaran
oleh manajemen Perpustakaan USU sehingga Di samping kesiapan SDM perpustakaan,
dapat memaksimalkan pelayanan kepada aspek vital lainnya yang dibutuhkan oleh
pengguna dan meminimalisir kerugian yang manajemen perpustakaan adalah kesiapan
mungkin ditimbulkan akibat salah mengelola anggaran. Mustahil sebuah perpustakaan dapat
SDMnya. Salah satunya adalah meminimalisir menjalankan layanannya apabila tidak didukung
kerugian yang mungkin ditimbulkan akibat dengan kesiapan anggaran untuk operasional
tindakan vandalisme di perpustakaan. semua kegiatan-kegiatan perpustakaan. Bryson
Peningkatan kualitas sumber daya manusia di (1990, 345) mengatakan kalau anggaran erat
perpustakaan perlu dilakukan untuk memberikan hubungannya dengan proses perencanaan
pelayanan yang maksimal kepada pengguna. lembaga, karena seluruh sumber daya dan
Pelayanan yang baik akan memberikan kepuasan kegiatan akan memerlukan anggaran untuk
kepada pengguna sehingga kecenderungan untuk mencapai tujuan perpustakaan atau pusat
melakukan pengrusakan atau vandalisme akan informasi.
berkurang bahkan mungkin bisa hilang. Bila itu Berdasarkan Standar Nasional Perpustakaan
terjadi, tentunya perpustakaan tidak perlu lagi SNP 010:2011 dijelaskan bahwasanya, Perguruan
khawatir akan kehilangan asetnya dan citranya tinggi mengalokasikan anggaran perpustakaan
sebagai penyedia informasi bagi pengguna juga setiap tahun sekurang-kurangnya 5% dari total
akan semakin baik. Di sisi lain, pengguna juga anggaran perguruan tinggi di luar pengembangan
tidak lagi mengeluh ketika mendapatkan informasi fisik, untuk pengembangan perpustakaan.

ISSN: 2303-2677 / © 2015 JKIP


54 JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN Eka, dkk.

Ketentuan tersebut tidak sepenuhnya dapat merasa nyaman dan ‘welcome’ dengan
dilaksanakan oleh perpustakaan perguruan tinggi. perpustakaan. Meskipun begitu di dalam
Hal ini tergantung kebijakan yang dikeluarkan kebebasan yang diberikan tersebut, ada
oleh pimpinan tertinggi perguruan tinggi atau pengawasan yang dilakukan oleh Perpustakaan
universitas yang menaungi perpustakaan tersebut. USU, baik untuk keamanan koleksi perpustakaan
Perpustakaan USU mengalami penurunan maupun untuk kenyamanan pengguna itu sendiri.
jumlah anggaran yang cukup drastis beberapa
tahun terakhir (kurun waktu 2010-2014). Adapun Aspek Sarana Prasarana
besaran anggaran yang kini disediakan untuk Selain aspek sumber daya manusia dan
menunjang semua kegiatan yang dilakukan di anggaran, pertimbangan sisi sarana dan prasarana
Perpustakaan USU berkisar antara 3-4 miliar per juga menjadi bagian yang penting untuk
tahunnya dengan pengalokasian anggaran diperhatikan karena dalam pelaksanaan kegiatan
maksimal 35% untuk honorarium, 50% untuk perpustakaan diperlukan kenyamanan,
pengembangan koleksi dan sisanya 15% untuk keselamatan dan keamanan kerja. Gedung atau
pemeliharaan perpustakaan termasuk ruangan untuk sebuah perpustakaan mutlak perlu
pemeliharaan koleksi dan semua peralatan- ada. Perpustakaan yang menempati gedung atau
peralatan yang ada di perpustakaan. ruangan tersendiri, harus didesain dan ditata
Terkait dengan kerusakan koleksi akibat sedemikian rupa sehingga memenuhi persyaratan
vandalisme, di dalam perencanaan anggaran yang diperlukan dalam memberikan layanan dan
Perpustakaan USU memang tidak mengalokasikan suasana kerja yang memadai. Kemudian, di dalam
dana khusus untuk menanganinya. Akan tetapi, gedung perpustakaan juga harus diperhatikan
anggarannya diambil dari 15% total anggaran segala perlengkapan dan perabotan yang
yang disediakan untuk pemeliharaan dibutuhkan di perpustakaan yang sering disebut
perpustakaan, termasuk di dalamnya pemeliharaan sarana dan prasarana perpustakaan.
koleksi dan semua peralatan-peralatan yang ada di Perpustakaan USU memiliki gedung berlantai
perpustakaan. empat dengan luas sekitar 6.090 m2 yang terletak
Perpustakaan USU tidak terlalu di tengah-tengah kampus. Setelah USU berubah
mengkhawatirkan banyaknya anggaran yang akan status menjadi Perguruan Tinggi Badan Hukum
dikeluarkan untuk memperbaiki koleksi yang Milik Negara (PT BHMN), Perpustakaan USU
rusak akibat vandalisme. Hal ini dikarenakan mulai mendekatkan pelayanannya kepada
perpustakaan menganut filosofi ‘kalau tidak ada pengguna dengan membuka Perpustakaan
kerusakan atau kehilangan buku di perpustakaan, Universitas Cabang pada sejumlah Fakultas.
berarti perpustakaan tersebut mati’. Perpustakaan Gedung berlantai empat tersebut dibagi ke dalam
USU memberikan kebebasan kepada beberapa ruangan, antara lain ruangan kerja
penggunanya untuk memanfaatkan semua sumber pegawai, ruangan untuk koleksi dan pengguna,
daya informasi yang tersedia sehingga pengguna serta ruangan untuk keperluan lainnya seperti
Vol.3/No.1, Juni 2015, hlm. 43-70 JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN 55

toilet, lift dan juga tangga . Di dalam gedung Penataan sarana dan prasarana di
inilah, sarana dan prasarana pendukung ditata Perpustakaan USU disesuaikan dengan desain
sedemikian rupa untuk menciptakan keserasian gedung, luas ruangannya dan juga sistem layanan
dalam penataan ruangnya. yang digunakan. Hal ini perlu dilakukan untuk
Sarana dan prasarana perpustakaan adalah menciptakan tata ruang yang apik dan juga enak
semua barang, perlengkapan dan perabot bahkan dipandang mata. Perpustakaan USU menganut
inventaris yang harus disediakan di perpustakaan sistem layanan terbuka sehingga alokasi
(Sutarno, 2006: 83-84). Sarana dan prasarana ruangannya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu 70%
perpustakaan harus memperhatikan model, tipe, untuk koleksi dan pengguna, 20% untuk staf dan
mutu, ukuran, jumlah, jenis, warna, dan lain sisanya 10% untuk keperluan yang lain.
sebagainya. Hal ini penting agar semua barang Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya
dan benda tersebut dapat dipergunakan secara bahwa Perpustakaan USU menganut sistem
maksimal dan sesuai dengan kebutuhan layanan terbuka dalam penyelenggaraan
perpustakaan. Adapun sarana dan prasarana yang pelayanannya kepada pengguna. Untuk
digunakan di perpustakaan meliputi meja, kursi, mengantisipasi segala bentuk penyalahgunaan
rak bahan pustaka (buku, majalah, surat kabar, koleksi oleh pengguna dengan adanya sistem
jurnal, dan koleksi pandang dengar), lemari layanan terbuka ini, Perpustakaan USU
katalog, meja sirkulasi, bangku, sofa, filing merancang tata ruang yang sesuai dengan sarana
cabinet, troli, mesin (tik, komputer, fotocopy, dan prasarana yang tersedia. Dikarenakan bentuk
jilid, scan, dll) lemari penitipan tas, papan gedungnya yang unik, maka Perpustakaan USU
pengumuman, telepon dan lain sebagainya. Untuk melakukan penyesuaian tata letak sarana dan
pengadaan sarana dan prasarana di perpustakaan, prasarana pendukung terselenggaranya pelayanan
yang membuat kebijakannya adalah pihak yang optimal kepada masyarakat pengguna. Untuk
manajemen, acuannya ada di Standar Nasional koleksi-koleksi khusus seperti koleksi audio-
Perpustakaan. visual, koleksi referensi, koleksi deposit, koleksi
Pada dasarnya kebutuhan ruang perpustakaan pembangunan, koleksi American Corner, dan
dialokasikan untuk koleksi, pemakai, staf, dan koleksi langka ditempatkan di ruangan khusus dan
keperluan lainnya. Untuk itu perlu tidak untuk dipinjam atau dibawa keluar dari
dipertimbangkan sistem layanan yang akan dianut ruangan tersebut. Lain halnya dengan koleksi
oleh suatu perpustakaan, dengan sistem layanan standar yang bisa diakses langsung oleh pengguna
terbuka (open access) atau sistem layanan tertutup dan bisa dipinjam melalui layanan sirkulasi.
(closed access). Selain itu, dalam perencanaan Kemudian ada juga layanan koleksi terbitan
ruangan perlu dipertimbangkan keserasian dalam berseri seperti majalah, surat kabar dan jurnal-
penataan ruang akan mempengaruhi produktivitas, jurnal penelitian yang juga bisa diakses langsung
efisiensi, efektivitas, dan kenyamanan pengguna oleh pengguna karena menggunakan sistem
(Lasa, 2005: 157). layanan terbuka. Akan tetapi, layanan koleksi

ISSN: 2303-2677 / © 2015 JKIP


56 JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN Eka, dkk.

terbitan berseri ini juga tidak bisa dipinjamkan menyediakan loker yang ada di lantai 2 gedung
keluar oleh pengguna, hanya bisa dibaca dan Perpustakaan USU bagi pengguna yang akan
dipergunakan di dalam gedung Perpustakaan USU masuk ke dalam ruangan perpustakaan.
saja. Keberadaan loker ini dimaksudkan sebagai tempat
Menurut Prastowo (2012, 83), ada empat penyimpanan tas dan barang pengguna ketika
aspek dalam penataan ruangan perpustakaan yang mereka akan masuk ke ruangan perpustakaan
harus diperhatikan yaitu fungsional, psikologis karena pengguna tidak diizinkan membawa tas,
pengguna, estetika dan keamanan bahan pustaka. jaket, makanan maupun minuman ke dalam
Perpustakaan USU merancang tata ruangnya dan ruangan perpustakaan sehingga harus dititipkan di
memperhatikan penempatan sarana dan prasarana loker. Kemudian, setelah menitipkan tas dan
untuk mengakomodasi semua koleksi dan layanan barangnya, pengguna dapat memulai penelusuran
yang tersedia. Salah satu aspek yang diperhatikan informasi yang dibutuhkan melalui fasilitas OPAC
adalah aspek keamanan, baik itu keamanan yang tersedia di semua lantai gedung
pengguna ketika berada di dalam perpustakaan Perpustakaan USU. Untuk koleksi standar,
maupun keamanan koleksi perpustakaan. Oleh pengguna dapat mengakses langsung ke rak
karena itu, Perpustakaan USU merancang tata karena Perpustakaan USU menganut sistem
letak sarana dan prasarana sesuai dengan desain layanan terbuka yang memberikan akses kepada
gedung dan luas ruangan yang ada untuk pengguna untuk memilih dan mengambil langsung
mengakomodasi semua koleksi dan layanan yang koleksi yang diinginkannya.
tersedia. Perpustakaan USU juga menyediakan meja
Begitu banyak pertimbangan yang dan kursi baca untuk pengguna di depan jajaran
diperhatikan untuk menentukan tata letak sarana rak buku. Penataannya diatur sedemikian rupa
dan prasarana yang sesuai dengan desain gedung sesuai dengan desain gedung dan luas ruangan
dan luas ruangan yang ada untuk mengakomodasi yang ada. Antara rak buku dan juga antara meja
semua koleksi dan layanan yang tersedia. diberikan jarak yang cukup untuk mobilisasi
Keberadaan sarana dan prasana, baik kualitas pengguna di sekitar rak dan meja tersebut.
maupun kuantitasnya, juga tentunya telah Pengawasan terhadap aktivitas pengguna di meja
diperhitungkan secara matang sehingga tercipta baca juga perlu diperhatikan oleh pegawai. Hal ini
kesesuaian. Pengelolaan sarana dan prasarana dikarenakan tidak menutup kemungkinan
Perpustakaan USU diatur dalam Rencana Kerja pengguna melakukan pengrusakan koleksi ketika
Anggaran Tahunan Perpustakaan USU. berada di area meja baca. Maka, perlu juga
Dengan mempertimbangkan semua aspek dilakukan pengawasan di area ini. Oleh karena itu
yang telah disebutkan di atas, maka akhirnya penempatan meja baca juga merupakan langkah
diperoleh gambaran penataan sarana dan antisipasi yang perlu dipertimbangkan oleh
prasarana di Perpustakaan USU sesuai dengan perpustakaan ketika mendesain tata letak
desain gedungnya. Pertama, Perpustakaan USU perabotannya. Untuk meja baca, Perpustakaan
Vol.3/No.1, Juni 2015, hlm. 43-70 JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN 57

USU tidak lagi menggunakan sekat antar meja jawab atas 5 rak buku. Dengan adanya pembagian
bacanya karena berdasarkan pengalaman yang tugas dan tanggung jawab atas rak buku dan
terjadi, vandalisme justru dilakukan pengguna koleksinya, maka beban tugas pegawai di bagian
ketika berada di perpustakaan dengan shelving menjadi lebih mudah untuk
memanfaatkan sekat-sekat yang ada pada meja dikoordinasikan. Hal ini juga tentunya
baca tersebut. Oleh karena itu, Perpustakaan USU dipertimbangkan agar lebih mudah untuk
memutuskan untuk memotong atau mengawasi keamanan koleksi secara langsung dan
menghilangkan semua sekat-sekat yang ada pada juga sekaligus memantau aktivitas pengguna
meja bacanya. disekitar rak buku.
Jadi, berdasarkan pengalaman sebelumnya Di samping memperhatikan penataan rak
keberadaan meja baca yang bersekat menjadi buku dan juga meja baca, Perpustakaan USU juga
akses bagi pengguna yang nakal untuk melakukan mempertimbangkan keberadaan alat pengamanan
tindakan vandalisme. Hal ini kemudian yang di dalam maupun di luar gedung perpustakaan. Ini
mendorong pihak manajemen Perpustakaan USU dilakukan untuk mengamankan koleksi dari
untuk menghilangkan semua sekat pembatas yang ancaman vandalisme dan segala bentuk
ada di meja baca pengguna. Dengan tujuan, selain penyalahgunaan koleksi lainnya. Adapun alat
untuk mencegah vandalisme juga cara untuk pengamanan yang digunakan meliputi
membangun kemandirian mahasiswa dalam pemasangan pita magnetic di semua koleksi,
bertingkah laku di perpustakaan. penggunaan cctv, cermin dan juga magnet
Sementara itu, untuk raknya, Perpustakaan detector.
USU menggunakan rak buku model dua muka Pita magnetik digunakan sebagai tanda
agar menghemat space atau ruang yang ada inventaris koleksi milik perpustakaan sehingga
karena jumlah koleksi yang dimiliki lebih dari ketika pengguna membawa keluar koleksi harus
500.000 eksemplar. Penataan rak yang dilakukan melalui prosedur peminjaman di layanan sirkulasi.
secara lulus sejajar tersebut juga dimaksudkan Keberadaan pita magnetik juga harus dilengkapi
untuk memudahkan pegawai mengawasi dengan magnet detector yang berfungsi sebagai
keamanan koleksi secara langsung sekaligus alat pendeteksi sensor dari pita magnetik yang ada
memantau aktivitas pengguna di sekitar rak buku. di dalam buku perpustakaan. Pita magnetik dan
Berbicara mengenai keamanan koleksi dari magnet detector merupakan alat pengamanan yang
adanya indikasi tindakan vandalisme dan digunakan untuk mencegah dan mengantisipasi
penyalahgunaan koleksi lainnya yang mungkin segala bentuk penyalahgunaan koleksi terutama
dilakukan pengguna, Perpustakaan USU pencurian terhadap koleksi perpustakaan.
mengantisipasinya dengan memberikan Kemudian, pemasangan sistem keamanan
pengawasan koleksi kepada pegawai bagian elektronik seperti penggunaan kamera pengintai
shelving. Setiap pegawai di bagian shelving atau (CCTV) juga dilakukan oleh perpustakaan untuk
penataan bahan pustaka ke rak ini bertanggung memantau kegiatan pengguna di dalam

ISSN: 2303-2677 / © 2015 JKIP


58 JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN Eka, dkk.

perpustakaan. Perpustakaan USU menggunakan optimal sehingga memberikan kepuasan kepada


22 unit CCTV di dalam maupun di luar gedung, pengguna.
termasuk di areal parkir perpustakaan. Dengan
adanya CCTV, perpustakaan akan lebih mudah Aspek Layanan
untuk mengontrol dan mengawasi aktivitas yang Perpustakaan USU terus berupaya melakukan
terjadi di lingkungan Perpustakaan USU. peningkatan kualitas layanan dan fasilitas
Selain menggunakan CCTV sebagai alat perpustakaan untuk memuaskan penggunanya.
pengamanan, Perpustakaan USU juga Bila pengguna sudah merasa puas dengan layanan
menggunakan kaca besar (cermin cembung) untuk yang diberikan oleh perpustakaan maka
memantau aktivitas di sekitar rak buku. kemungkinan pengguna untuk melakukan
Penempatan cermin cembung ini bersisian dengan vandalisme juga bisa diminimalisir. Hal ini
CCTV dan juga kaunter atau meja tugas pegawai dikarenakan salah satu penyebab terjadinya
sehingga memudahkan pegawai untuk mengawasi vandalisme di perpustakaan sebagaimana yang
aktivitas pengguna di sekitar rak dari meja dikatakan oleh Daryono (2010) adalah
tugasnya. Penempatan cermin cembung ini tegak kekecewaan pengguna terhadap layanan
lurus antara jajaran jendela perpustakaan dengan perpustakaan.
meja tugas pegawai. Hal ini dimaksudkan untuk Visi Perpustakaan USU untuk “Menjadi suatu
mencegah pencurian buku dengan cara melempar perpustakaan perguruan tinggi terkemuka dalam
buku perpustakaan melalui jendela yang terbuka pelayanan terhadap sivitas akademikanya”
ke luar gedung perpustakaan. Di samping mendorong Perpustakaan USU untuk selalu
mengandalkan pengawasan pegawai melalui meningkatkan kualitas pelayanannya. Hal ini
pantauan cermin cembung dan juga CCTV, dapat dilihat dari predikat yang disandang oleh
Perpustakaan USU mengantisipasi ancaman Perpustakaan USU beberapa tahun belakangan ini
pencurian koleksi melalui jendela yang terbuka yang memiliki nilai akreditasi A menunjukkan
dengan mengubah taman di sekitar gedung bahwa kualitas pelayanan Perpustakaan USU
perpustakaan menjadi area diskusi yang masih sangat baik.
dilengkapi dengan meja dan kursi untuk pengguna Salah satu cara yang dilakukan Perpustakaan
perpustakaan. Kemudian, keberadaan satpam di USU untuk mempertahankan kualitas pelayanan
beberapa titik di dalam maupun di luar gedung yang baik adalah dengan menyediakan sumber
perpustakaan juga merupakan upaya yang informasi yang memadai kepada penggunanya
dilakukan untuk mengantisipasi segala bentuk dengan memberikan akses sebebas-bebasnya. Dari
kejahatan dan penyalahgunaan di Perpustakaan sisi layanan, Perpustakaan USU menyediakan
USU. Keberadaan sarana dan prasarana di berbagai jenis layanan untuk memenuhi
Perpustakaan USU diupayakan semaksimal kebutuhan informasi pengguna, di antaranya
mungkin dapat menciptakan pelayanan yang layanan koleksi standar, layanan koleksi referensi,
layanan koleksi serial, layanan koleksi pinjam
Vol.3/No.1, Juni 2015, hlm. 43-70 JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN 59

singkat (KPS) dan sebagainya. Dari berbagai jenis yang nakal untuk melakukan vandalisme yang
layanan yang disediakan tersebut, layanan koleksi jelas akan merugikan banyak pihak, khususnya
standar merupakan layanan yang paling rentan perpustakaan itu sendiri. Walaupun sudah ada
terhadap masalah vandalisme karena sistem media pengamanan berupa pita magnetic, CCTV
layanannya terbuka sehingga pengguna dapat dan juga cermin cembung, keberadaan pegawai di
mengakses langsung koleksi ke dalam rak. sekitar rak koleksi juga dibutuhkan untuk
Dengan menganut sistem layanan terbuka maka memantau aktivitas pengguna dan juga membantu
peluang terjadinya vandalisme cukup besar terjadi pengguna dalam menemukan informasi yang
di layanan koleksi standar ini. dibutuhkannya.
Layanan koleksi standar atau koleksi umum Di samping mengawasi aktivitas pengguna,
yang menggunakan sistem terbuka, dimana pegawai di bagian shelving atau penataan koleksi
pengguna memiliki akses langsung terhadap perpustakaan juga bertanggung jawab untuk
koleksi merupakan layanan yang paling sering menata kembali koleksi yang digunakan oleh
mengalami tindakan vandalisme oleh pengguna. pengguna ke dalam rak sehingga apabila
Hal ini disebabkan karena pengguna tidak dibatasi pengguna membutuhkan koleksi tersebut tidak
aksesnya untuk menelusur atau menemukan kesulitan untuk menemukannya. Dalam hal
informasi yang dibutuhkan dari koleksi penataan bahan pustaka, setiap pegawai
perpustakaan sehingga pengguna berinteraksi bertanggung jawab atas 5 rak buku sehingga
langsung dengan koleksi perpustakaan. beban tugas penataan dan juga pengawasan
Banyaknya jumlah pengguna dan jumlah koleksi koleksi di layanan koleksi standar ini lebih mudah
tidak sebanding dengan jumlah pegawai atau staf untuk dikoordinasikan. Tingginya tingkat
perpustakaan yang bertugas di lapangan. Hal ini penggunaan koleksi perpustakaan oleh pengguna,
juga yang kemudian menyulitkan perpustakaan sangat bergantung kepada aktivitas perkuliahan.
untuk mengontrol dan mengawasi aktivitas Bila memasuki masa-masa ujian, maka aktivitas
pengguna ketika berada di dalam perpustakaan. pengguna ke perpustakaan meningkat tajam bila
Layanan dengan sistem terbuka rentan dengan dibandingkan hari biasanya. Ini juga merupakan
ancaman penyalahgunaan koleksi yaitu dari upaya Perpustakaan USU untuk memberikan
vandalisme. Hal ini sebagaimana yang pelayanan yang maksimal kepada pengguna dalam
diungkapkan oleh Sri Hartati (2007), bahwa memenuhi kebutuhan informasinya.
perpustakaan yang menganut sistem layanan Mobilitas pegawai bagian shelving yang
terbuka akan membuka peluang bagi pemakai selalu berkeliling dan memantau pengguna ketika
untuk menyalahgunakan koleksi. Oleh karena itu, berada di dalam perpustakaan merupakan salah
kesiapan perpustakaan dalam menjalankan satu cara yang digunakan perpustakaan untuk
operasional layanannya sangat diperlukan agar mengatasi vandalisme. Karena dengan melihat
ketika layanan tersebut dimanfaatkan oleh lalu lalang pegawai di sekitar rak buku dan juga
pengguna tidak menjadi ‘ladang’ bagi pengguna meja baca, membuat pengguna takut untuk

ISSN: 2303-2677 / © 2015 JKIP


60 JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN Eka, dkk.

melakukan vandalisme. Hal ini tentunya membuat pita magnetic yang terdapat di dalam koleksi
pengguna berpikir ketika ada niat dalam dirinya perpustakaan yang akan terdeteksi oleh magnet
untuk merobek ataupun merusak suatu bahan detector ketika pengguna keluar layanan sirkulasi
pustaka untuk kepentingannya sendiri. Perasaan dengan membawa koleksi tanpa melakukan
takut ketahuan oleh pegawai ketika akan transaksi peminjaman. Pengguna tidak
melakukan tindakan vandalisme, tentunya akan mengetahui tepatnya di mana pita magnet tersebut
mendorong si pengguna tersebut untuk tidak jadi diletakkan di dalam suatu koleksi sehingga ada
melakukan vandalisme karena ada pegawai yang kemungkinan akan ketahuan pegawai apabila
mungkin akan melihatnya. mereka membawa koleksi keluar tanpa transaksi
Sama halnya dengan pegawai di bagian peminjaman.
penataan koleksi mengawasi keamanan koleksi Untuk dapat melakukan transaksi
dari tangan-tangan pengguna yang tidak peminjaman, maka pengguna harus terdaftar
bertanggung jawab, pegawai di bagian sirkulasi sebagai anggota Perpustakaan USU. Adapun
juga memantau dan mengawasi pengguna ketika anggota yang dapat melakukan transaksi
akan meninggalkan gedung Perpustakaan USU. peminjaman adalah anggota dari kalangan civitas
Di samping itu juga, mereka mengecek keutuhan akademika USU yang terdiri dari mahasiswa,
koleksi ketika dikembalikan oleh mahasiswa. dosen dan juga staf atau pegawai di lingkungan
Pegawai di bagian layanan sirkulasi akan USU. Sedangkan anggota di luar civitas
memantau dan mengawasi pengguna ketika akan akademika USU yang terdaftar sebagai anggota
meninggalkan gedung Perpustakaan USU. Oleh tamu Perpustakaan USU hanya dapat
karena itu, guna memudahkan tugas pengawasan memanfaatkan fasilitas dan layanan yang tersedia
ini, pihak manajemen memutuskan utnuk tanpa dapat melakukan transaksi peminjaman. Hal
menempatkan magnet detector di pintu keluar ini dilakukan sebagai upaya Perpustakaan USU
layanan sirkulasi sehingga ketika pengguna untuk mengamankan koleksinya karena ada
membawa koleksi perpustakaan tanpa melakukan kekhawatiran kalau koleksi tidak akan kembali
transaksi peminjaman maka akan diketahui, apabila anggota tamu diberikan izin untuk
mengingat di dalam koleksi perpustakaan, melakukan transaksi peminjaman dan membawa
terutama koleksi buku, sudah diberikan pita pulang koleksi perpustakaan. Oleh karena itu,
magnetic. Seperti yang sudah disampaikan untuk mengatasi permasalahan manakala anggota
sebelumnya bahwa penggunaan pita magnetic dan tamu membutuhkan informasi dari suatu koleksi,
magnet detector ini dimaksudkan sebagai salah Perpustakaan USU menyediakan layanan jasa
satu strategi perpustakaan untuk mengantisipasi fotocopy yang ada di lantai 3 gedung utama
segala bentuk penyalahgunaan koleksi, terutama Perpustakaan USU.
pencurian koleksi ataupun membawa lembaran- Ketika pengguna melakukan transaksi
lembaran koleksi yang dirobek keluar dari peminjaman di layanan sirkulasi maka pegawai
Perpustakaan USU. Hal ini bisa diketahui karena bagian peminjaman akan melakukan pemeriksaan
Vol.3/No.1, Juni 2015, hlm. 43-70 JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN 61

fisik terhadap koleksi yang ingin dipinjam oleh sudah penuh sementara dia membutuhkan suatu
pengguna. Hal ini dimaksudkan untuk memfilter koleksi maka menggunakan KTA milik temannya
koleksi yang rusak agar tidak keluar dari untuk melakukan transaksi peminjaman. Hal lain
Perpustakaan USU. Apabila ditemukan suatu yang melatarbelakangi penggunaan KTA milik
koleksi itu rusak ketika akan dipinjam oleh orang lain adalah pengguna kehilangan KTA nya
pengguna, maka petugas akan menahan buku dan belum sempat mengurus penggantiannya.
tersebut dan tidak melakukan proses peminjaman. Maka untuk mencegah penyalahgunaan KTA
Ini dilakukan guna mencegah kerusakan yang yang hilang tersebut, Perpustakaan USU
lebih parah manakala koleksi yang rusak tersebut menghimbau kepada pengguna yang kehilangan
dipinjamkan kepada pengguna untuk dibawa KTA agar segera melaporkan masalah KTA yang
pulang. Koleksi yang memiliki kerusakan tersebut hilang tersebut kepada pegawai di bagian sirkulasi
nantinya akan diteruskan ke bagian layanan untuk dilakukan pemblokiran sementara
perawatan koleksi untuk mendapatkan perbaikan menunggu penggantian KTA nya.
sehingga dapat kembali digunakan oleh pengguna. Begitu pula sebaliknya, ketika pengguna
Ketika melakukan transaksi peminjaman, mengembalikan koleksi ke Perpustakaan USU
pengguna harus menunjukkan Kartu Tanda maka pegawai layanan sirkulasi bagian
Anggota (KTA) Perpustakaan USU. Pegawai pengembalian juga akan melakukan pemeriksaan
yang bertugas melakukan transaksi peminjaman fisik terhadap koleksi yang dikembalikan. Karena
akan melakukan pengecekan identitas ke dalam sebelumnya Perpustakaan USU sudah mencegah
sistem Perpustakaan USU dan mencocokkan koleksi yang rusak dipinjam oleh pengguna, maka
wajah pengguna dengan photo yang tertera di akan lebih mudah memproses koleksi yang
KTA. Hal ini dilakukan guna mencegah dikembalikan dalam keadaan rusak oleh
penyalahgunaan KTA oleh pengguna yang tidak pengguna. Perpustakaan USU mempunyai
bertanggung jawab. Namun tidak dipungkiri kebijakan terkait masalah kerusakan buku yang
terkadang masih saja terjadi penggunaan KTA dilakukan oleh pengguna. Apabila kerusakan yang
yang bukan milik si pengguna oleh orang lain. diakibatkan perlakuan pengguna masih tergolong
Sedapat mungkin pegawai berusaha mencegah hal ringan, maka Perpustakaan USU akan
tersebut terjadi. Akan tetapi, karena beberapa menerimanya dan hanya akan memberikan
faktor, hal seperti ini bisa saja terjadi. Misalnya, peringatan kepada pengguna berupa teguran agar
karena photo yang tertera di KTA sudah buram lebih berhati-hati lagi dalam menggunakan koleksi
atau tidak jelas lagi, banyaknya antrian pengguna perpustakaan. Sementara itu, untuk kerusakan
yang ingin meminjam koleksi perpustakaan koleksi yang tergolong sedang dan rusak parah,
memaksa pegawai untuk melakukan transaksi maka akan diberlakukan peringatan yang diikuti
secara cepat sehingga tidak lagi fokus untuk dengan surat perjanjian yang menyatakan
melakukan pengecekan identitas pengguna, dan pengguna tidak akan mengulangi perbuatannya
juga karena transaksi peminjaman si pengguna dan memberikan ganti rugi sesuai ketentuan yang

ISSN: 2303-2677 / © 2015 JKIP


62 JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN Eka, dkk.

berlaku. Adapun ketentuan penggantian koleksi akan menunjukkannya kepada pengguna. Apabila
yang rusak yang berlaku di Perpustakaan USU koleksi tersebut sesuai dengan kebutuhan
adalah mengganti dengan koleksi yang sama pengguna dan pengguna ingin meminjamnya
sebanyak 1 eksemplar original (buku asli), atau 3 makan petugas akan melakukan transaksi
eksemplar hasil fotocopy apabila koleksi tersebut peminjaman. Adapun prosedur peminjaman di
tidak lagi ditemukan di pasaran. Ketentuan ini layanan KPS sama dengan prosedur peminjaman
juga berlaku untuk koleksi yang dihilangkan oleh di layanan sirkulasi, hanya lama waktu
pengguna. Khusus untuk koleksi terbitan luar peminjaman dan batas jumlah koleksi yang dapat
negeri yang cenderung susah didapatkan di dipinjam yang berbeda. Kalau di layanan sirkulasi
pasaran, Perpustakaan USU menerima untuk koleksi standar, sesuai dengan ketentuan
penggantian koleksi dengan hasil fotocopy yang berlaku, untuk mahasiswa USU dapat
sebanyak 3 eksemplar. Hal ini dilakukan karena meminjam maksimal 5 judul selama 2 minggu
Perpustakaan USU pada dasarnya tidak ingin dengan 1x masa perpanjangan, sementara itu
menyulitkan pengguna dan juga bagi untuk dosen, staf dan peneliti dapat meminjam
Perpustakaan USU yang penting adalah maksimal 10 judul selama 2 minggu dengan 2x
koleksinya kembali dan bisa digunakan oleh perpanjangan. Sedangkan di layanan KPS,
pengguna. mahasiswa USU dapat meminjam maksimal 2
Selain layanan koleksi standar yang bisa judul selama 2 hari dengan 1x masa perpanjangan,
dipinjam oleh pengguna, jenis layanan lain yang sementara itu untuk dosen, staf dan peneliti dapat
memungkinkan pengguna untuk melakukan meminjam maksimal 2 judul selama 2 hari dengan
transaksi peminjaman adalah layanan Koleksi 2x perpanjangan. Singkatnya masa pinjam di
Pinjam Singkat atau dikenal dengan layanan KPS. layanan KPS dikarena koleksi yang tersedia hanya
Akan tetapi yang membedakan layanan KPS ini ada 1 eksemplar untuk 1 judul. Oleh sebab itu,
dengan layanan koleksi standar adalah sistem Perpustakaan USU membuat kebijakan masa
layanannya yang tertutup dan juga masa waktu pinjam yang singkat untuk koleksi di layanan KPS
peminjamannya yang sangat singkat yaitu hanya 2 ini.
hari saja. Karena sistem layanan yang tertutup, Pegawai yang bertugas di layanan KPS ini
pengguna tidak dapat mengakses langsung koleksi juga melakukan pemeriksaan fisik terhadap
yang diinginkan langsung ke rak. Pengguna dapat koleksi baik ketika akan dipinjamkan maupun saat
memanfaatkan layanan OPAC yang tersedia di dikembalikan oleh pengguna. Apabila ditemukan
depan layanan KPS dan mencatat nomor kerusakan ketika pengembalian dan/atau koleksi
panggilnya untuk kemudian diserahkan kepada hilang, maka diberlakukan ketentuan yang sama
pegawai yang bertugas. Pegawai akan mencari dengan ketentuan yang ada di layanan sirkulasi,
koleksi yang diinginkan pengguna sesuai dengan yaitu mengganti dengan koleksi yang sama
nomor panggil yang diberikan ke dalam rak dan sebanyak 1 eksemplar original (buku asli), atau 3
apabila koleksi tersebut tersedia maka pegawai eksemplar hasil fotocopy apabila koleksi tersebut
Vol.3/No.1, Juni 2015, hlm. 43-70 JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN 63

tidak lagi ditemukan di pasaran dan/atau eksemplar, atau fotocopy sebanyak 3 eksemplar.
merupakan koleksi terbitan luar negeri yang susah Dengan catatan, boleh fotocopy kalau buku
didapatkan. aslinya tidak ada lagi di pasaran, atau bukunya
Koleksi di layanan KPS sangat jarang terlalu mahal harganya, misal buku-buku terbitan
ditemukan dalam keadaan rusak karena setiap luar negeri.
transaksi, baik peminjaman maupun Selain masalah yang timbul akibat kelalaian
pengembalian, pegawai kerap melakukan pengguna menjaga koleksi KPS ketika meminjam
pengecekan terhadap fisik koleksi. Dengan koleksi sehingga koleksi tersebut hilang, masalah
diberlakukannya sistem layanan tertutup pada lain yang sering ditemukan di layanan KPS ini
layanan KPS ini, membantu pegawai lebih mudah adalah penggunaan KTA milik orang lain. Adapun
untuk melakukan kontrol atau pengawasan tindakan yang diambil oleh pegawai di bagian
terhadap keutuhan koleksinya dan sedapat layanan KPS Perpustakaan USU atas penggunaan
mungkin kerusakan akibat vandalisme bisa KTA milik orang lain oleh pengguna adalah tidak
diminimalisir. Karena menganut sistem layanan akan memberikan izin peminjaman karena
tertutup, maka kemungkinan terjadinya munculnya kekhawatiran akan penyalahgunaan
vandalisme di layanan KPS sangat kecil terjadi KTA tersebut oleh orang yang tidak bertanggung
karena pegawai langsung berinteraksi dengan jawab sehingga transaksi peminjaman tidak akan
pengguna dan juga koleksinya. Pegawai menjadi dilakukan oleh pegawai apabila bukan si
mediator yang menghubungkan antar pengguna pemegang atau pemilik asli KTA tersebut yang
dengan koleksi yang diinginkannya. Oleh karena melakukan peminjaman di kaunter layanan KPS.
itu, kemungkinan pengguna untuk melakukan Ini dilakukan untuk menjamin hak dan kewajiban
vandalisme terhadap koleksi di layanan KPS ini pengguna yang memiliki KTA Perpustakaan
hampir tidak ada sama sekali. Pegawai kerap USU. Oleh karena itu, pengguna harus benar-
melakukan pemeriksaan terhadap koleksi baik benar menjaga KTAnya agar tidak hilang dan
ketika akan dipinjam oleh mahasiswa maupun disalahgunakan oleh orang lain. Apabila KTA
ketika koleksi tersebut dikembalikan oleh tersebut hilang maka kepada pengguna disarankan
mahasiswa. untuk melapor ke bagian layanan sirkulasi untuk
Walaupun kemungkinan untuk menjadi objek pemblokiran penggunaan KTA tersebut dari
dari tindakan vandalisme sangat kecil, layanan segala transaksi peminjaman koleksi Perpustakaan
KPS juga terkadang kehilangan koleksinya akibat USU.
kelalaian pengguna. Pengguna yang Pentingnya menjaga KTA perlu kiranya
menghilangkan koleksi dengan alasan apapun dilakukan oleh pengguna Perpustakaan USU agar
akan dikenakan sanksi atau denda penggantian pada akhirnya tidak merugikan diri sendiri akibat
koleksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku kelalaian menjaga KTA tersebut. Apabila
yaitu kalau untuk buku yang hilang, harus KTAnya hilang maka kepada pengguna
diganti, kalau gantinya original atau sebanyak 1 disarankan untuk melapor ke bagian layanan

ISSN: 2303-2677 / © 2015 JKIP


64 JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN Eka, dkk.

sirkulasi untuk pemblokiran penggunaan KTA punggung buku yang patah karena ditekan ketika
tersebut dari segala transaksi peminjaman koleksi pengguna menggunakannya. Keberadaan layanan
Perpustakaan USU. Hal ini dilakukan untuk perawatan koleksi ini sangat dibutuhkan untuk
mengantisipasi tindakan penyalahgunaan KTA mengatasi dan memperbaiki koleksi-koleksi yang
dengan memanfaatkan KTA milik orang lain yang rusak tersebut, terutama kerusakan akibat aktivitas
hilang. Oleh karena itu, pengguna harus menjaga vandalisme yang dilakukan oleh pengguna. Upaya
KTAnya dengan baik sehingga tidak perbaikan yang dilakukan bertujuan untuk
disalahgunakan oleh orang lain. mengembalikan kandungan informasi yang
Koleksi yang rusak perlu mendapatkan dimiliki sehingga utuh dan dapat dimanfaatkan
perawatan dan perbaikan agar dapat dimanfaatkan kembali oleh pengguna. Bila ada beberapa lembar
kembali oleh pengguna. Untuk menangani halaman yang hilang, rusak atau robek, maka
kerusakan koleksi akibat vandalisme diperlukan pegawai bagian perawatan koleksi akan mencari
kerjasama dan koordinasi dari berbagai pihak. halaman yang hilang, rusak atau robek tersebut
Upaya perbaikan dan perawatan koleksi ini dari koleksi yang sama untuk kemudian
merupakan kerjasama antara pegawai di bagian difotocopy dan direkatkan kembali sehingga utuh
perawatan koleksi dengan pegawai yang bertugas lagi informasinya.
di bagian sirkulasi maupun pegawai di bagian Perpustakaan USU juga memberikan akses
shelving. Ketika petugas melakukan shelving kepada pengguna untuk meminta perbaikan
ataupun saat pengguna melakukan pengembalian langsung kepada pegawai di bagian layanan
koleksi di layanan sirkulasi, setiap buku atau perawatan koleksi apabila koleksi tersebut
koleksi perpustakaan yang ditemukan diperiksa. memang sangat dibutuhkan dan tidak lagi koleksi
Apabila ditemukan kerusakan, baik kerusakan yang sama tersedia di rak dalam keadaan baik.
sampul maupun kehilangan lembaran halaman Apabila kerusakan koleksi tersebut tidak terlalu
koleksi, maka koleksi tersebut akan dikirim ke parah, maka pegawai akan segera melakukan
bagian perawatan koleksi untuk dilakukan perbaikan agar pengguna dapat membawanya ke
perbaikan. layanan sirkulasi untuk melakukan transaksi
Perpustakaan USU menyediakan layanan peminjaman. Akan tetapi, apabila koleksi yang
perawatan koleksi yang berada di lantai 4 gedung diinginkan pengguna tersebut memiliki kerusakan
utama Perpustakaan USU. Pegawai layanan yang cukup parah dan membutuhkan waktu untuk
perawatan koleksi berkoordinasi dengan pegawai perbaikannya, biasanya pegawai akan meminta
yang bertugas di layanan sirkulasi maupun di waktu kepada pengguna untuk memperbaikinya
bagian shelving untuk mengumpulkan koleksi- dan setelah selesai diperbaiki maka pengguna
koleksi yang rusak agar segera mendapatkan dapat mengambilnya dan melakukan transaksi
perbaikan. Adapun jenis kerusakan yang biasanya peminjaman di layanan sirkulasi.
ditemukan meliputi kerusakan sampul, kehilangan Perpustakaan USU berusaha untuk
lembaran halaman koleksi, perobekan maupun memberikan pelayanan yang baik dan memuaskan
Vol.3/No.1, Juni 2015, hlm. 43-70 JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN 65

kepada pengguna termasuk dalam menyediakan yang sama sekali belum tahu bagaimana cara
koleksi yang utuh dan tidak rusak untuk menggunakan perpustakaan yang sebenarnya .
memenuhi kebutuhan informasi pengguna. Ini Menurut Sutarno (2006, 95-96), kegiatan
juga merupakan strategi yang dilakukan untuk bimbingan pengguna merupakan suatu kegiatan
mengatasi masalah vandalisme di Perpustakaan yang bermaksud memberikan panduan, penjelasan
USU. Vandalisme tidak dapat dihilangkan atau tentang pengguna perpustakaan kepada
dimusnahkan. Akan tetapi, vandalisme dapat sekelompok pengguna baru perpustakaan.
diminimalisir dengan peningkatan kualitas Pelayanan bimbingan pengguna adalah
layanan, kebutuhan pengguna terpenuhi baik dari kegiatan membimbing atau memberikan petunjuk
sisi sumber daya atau resource yang dimiliki, kepada pengguna dan calon pengguna agar
bahan pustaka yang dimiliki, serta sistem yang mampu memanfaatkan kemudahan dan pelayanan
terintegrasi dengan cepat. Apabila hal-hal tersebut perpustakaan dengan efektif dan efisien.
dapat dipenuhi, maka vandalism tidak perlu terjadi Pelayanan pengguna mempunyai peranan sangat
di perpustakaan. penting karena tidak semua pengguna
Dengan menyediakan koleksi yang bagus dan perpustakaan tahu bagaimana cara pemanfaatan
utuh, kemudian disertai dengan perbaikan sistem perpustakaan. Pelayanan ini sangat baik diberikan
layanan yang berorientasi kepada kepentingan kepada pengguna perpustakaan yang sama sekali
pengguna merupakan langkah yang diambil oleh belum tahu bagaimana cara menggunakan
Perpustakaan USU untuk menekan kerugian yang perpustakaan yang sebenarnya.
mungkin ditimbulkan akibat adanya aktivitas Menurut Widyawan (2012), bimbingan
vandalisme oleh pengguna. Di samping itu, untuk pengguna, dalam istilah Ilmu Perpustakaan dan
mendukung pemanfaatan fasilitas dan layanan Informasi disebut dengan Library Instruction,
yang disediakan di perpustakaan secara maksimal, bibliographic instruction (BI), user
keberadaan layanan bimbingan pengguna juga education dan library orientation, berisi program
memiliki peran penting. Karena sebagaimana bimbingan yang dirancang untuk mengajari
yang telah diketahui bahwa kemampuan pengguna pemustaka agar memperoleh informasi yang
dalam memanfaatkan fasilitas dan layanan yang mereka perlukan dengan cepat dan efektif (Rosa,
tersedia di perpustakaan tidaklah sama sehingga 2012). Bimbingan ini mencakup sistem
perlu diadakan layanan bimbingan pengguna yang perpustakaan dalam menyusun bahan pustaka,
tujuannya adalah untuk membantu pengguna struktur literatur bidang ilmu tertentu, metodologi
memanfaatkan perpustakaan secara maksimal. riset yang tepat untuk disiplin ilmu tersebut, dan
Pelayanan bimbingan pengguna mempunyai sumber-sumber khusus serta sarana temu balik
peranan sangat penting karena tidak semua informasi seperti katalog, pelayanan indeks dan
pengguna perpustakaan tahu bagaimana cara abstrak, pangkalan data bibliografis dan lain
pemanfaatan perpustakaan. Pelayanan ini sangat sebagainya. Bimbingan ini disiapkan untuk
baik diberikan kepada pengguna perpustakaan mereka agar mampu menggunakan informasi

ISSN: 2303-2677 / © 2015 JKIP


66 JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN Eka, dkk.

langsung dan seumur hidupnya secara efektif memiliki rasa tanggung jawab dalam
dengan mengajarkan konsep dan logika akses memanfaatkan koleksi perpustakaan, tentunya hal-
informasi serta evaluasi dan mendukung hal seperti vandalisme tidak akan lagi ada di
pengembangan informasi dengan berfikir kritis perpustakaan.
dan mandiri. Pihak manajemen yang menjalankan
Pada awalnya, Perpustakaan USU operasional layanan perpustakaan harus
mengadakan kegiatan bimbingan pengguna ini memikirkan langkah-langkah yang strategis untuk
secara rutin dan terjadwal. Akan tetapi, menciptakan situasi dan kondisi yang nyaman dan
dikarenakan kebiijakan rektorat yang tidak lagi aman dalam memberikan pelayanan kepada
mendukung secara financial, kegiatan bimbingan pengguna. Perlunya perencanaan yang cermat dan
pengguna ini tidak lagi berjalan sebagaimana strategis untuk menunjang pelaksanaan kerja yang
sebelumnya. Sekarang, kegiatan ini terbatas pada kondusif dan bersahabat guna meningkatkan
mahasiswa pascasarjana saja karena adanya efektivitas kerja dan juga meningkatkan kualitas
permintaan dari pengelola program pascasarjana pelayanan kepada pengguna akan mendorong
USU. Sedangkan untuk mahasiswa program S1 pencapaian arah dan tujuan perpustakaan
dan DIII, kegiatan bimbingan pengguna ini tidak sebagaimana yang tertuang dalam visi dan misi
lagi diakomodasi seperti sebelumnya. Maka ketika perpustakaan. Di samping itu, perencanaan
pengguna menemukan kesulitan dalam manajemen yang berorientasi kepada kepedulian
menemukan informasi ataupun dalam pengguna akan menekan angka kerusakan koleksi
memanfaatkan layanan dan fasilitas yang maupun kejahatan di lingkungan perpustakaan.
disediakan oleh Perpustakaan USU, pengguna Oleh karena itu, kiranya pihak manajemen
dapat meminta bantuan ke layanan referensi dan perpustakaan membuat perencanaan di segala
bantuan pengguna yang terdapat di lantai 3 aspek dengan mempertimbangkan semua faktor
gedung utama Perpustakaan USU. pendukung maupun faktor penghambat agar dapat
Memang sangat disayangkan kegiatan terus meningkatkan kualitas pelayanannya dalam
bimbingan pengguna ini dipasifkan mengingat upaya memenuhi kebutuhan pengguna. Di
peran penting layanan bimbingan pengguna untuk samping keberadaan sumber daya koleksi dan
membangun kesadaran pengguna. Keberadaan sistem yang menunjang, juga dibutuhkan
layanan bimbingan pengguna dibutuhkan untuk anggaran dari universitas, di antaranya untuk
membentuk kemandirian pengguna dalam membayar gaji pegawai, termasuk pengadaan
memanfaatkan layanan dan fasilitas yang bahan pustaka dan membangun sistem
disediakan oleh Perpustakaan USU. Dengan perpustakaan yang bagus. Kalau itu semua sudah
adanya kemandirian tersebut, pengguna akan terpenuhi, tentunya kinerja SDM pasti akan bagus
memanfaatkan layanan dan fasilitas yang dan professional. Pada akhirnya, dengan kinerja
disediakan dengan cerdas dan bertanggung jawab. SDM yang professional maka akan tercipta
Pada akhirnya, bila pengguna sudah cerdas dan
Vol.3/No.1, Juni 2015, hlm. 43-70 JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN 67

dengan sendirinya manajemen perpustakaan yang SIMPULAN


baik untuk melayani pengguna. 1. Dari aspek sumber daya manusia,
Manajemen perpustakaan dapat berjalan Perpustakaan USU mempekerjakan lulusan
dengan baik apabila dilandasi rasa kepedulian ilmu perpustakaan dan informasi untuk
yang tinggi terhadap kepentingan pengguna. mendukung ketersediaan SDM yang bermutu
Dengan demikian, manajemen akan berusaha sehingga dapat mendukung kinerja
merancang sistem perpustakaan yang bagus dan perpustakaan. Berdasarkan latar belakang
memuaskan di segala aspek yang meliputi SDM, pendidikan dan bidang keahlian diatur
anggaran, sarana prasarana maupun layanan yang penempatan posisi tugas pegawai sehingga
disediakan oleh perpustakaan. Pada akhirnya, bila dapat memberikan pelayanan yang maksimal
perpustakaan sudah menyediakan sumber daya kepada pengguna. Penempatan meja tugas
atau resources yang sesuai dengan kebutuhan pegawai juga dirancang agar dapat
pengguna maka dengan sendirinya segala bentuk menjangkau pengawasan di sekitar rak dan
penyalahgunaan koleksi termasuk vandalisme meja baca yang digunakan oleh pengguna
akan hilang dengan sendirinya. Dari uraian hasil perpustakaan. Di samping itu, penempatan
dan pembahasan yang sudah dijabarkan di atas, sejumlah personil keamanan (satpam) di
maka dapat digambarkan strategi manajemen beberapa titik, baik di dalam maupun di luar
Perpustakaan USU dalam menghadapi ancaman gedung, juga dilakukan oleh Perpustakaan
vandalisme dalam model pada gambar 1. USU untuk menjaga keamanan koleksi
perpustakaan dari segala tindak
penyalahgunaan koleksi termasuk
vandalisme.
2. Dari aspek anggaran, Perpustakaan USU
membuat perencanaan anggaran untuk
menyediakan fasilitas dan layanan yang
memadai untuk memenuhi kebutuhan
pengguna termasuk pengadaan koleksi, sarana
prasarana pendukung serta sistem yang
menunjang kegiatan pelayanan perpustakaan.
Kesiapan anggaran dibutuhkan untuk
meningkatkan kualitas layanan perpustakaan.
Di samping itu, Perpustakaan USU juga
Gambar 1. Model Strategi Perpustakaan mengalokasikan anggaran untuk perbaikan
dalam Menghadapi Vandalisme
koleksi melalui keberadaan layanan
perawatan koleksi.

ISSN: 2303-2677 / © 2015 JKIP


68 JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN Eka, dkk.

3. Dari aspek sarana prasarana, Perpustakaan dengan kebutuhannya dan juga mengarahkan
USU merancang desain gedung dan ruangan pengguna agar dapat memanfaatkan semua
yang unik didukung dengan sistem keamanan fasilitas dan layanan yang disediakan oleh
(penggunaan CCTV, pita magnetic, magnet perpustakaan secara maksimal. Keberadaan
detector, dan cermin cembung). Tata letak berbagai jenis layanan tersebut ditujukan
sarana prasarana juga diatur sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan pengguna yang
untuk menunjang kinerja pegawai dan beragam sehingga dapat memberikan pilihan
memberikan kemudahan, kenyamanan serta kepada pengguna dalam memanfaatkan
rasa aman untuk pengguna perpustakaan. fasilitas dan layanan yang disediakan oleh
Penataan sarana dan prasaran dilakukan Perpustakaan USU. Dengan memberikan
semaksimal mungkin untuk mendukung layanan yang maksimal maka kemungkinan
pelayanan yang optimal dan memininalisir terjadinya vandalisme dapat diminimalisir.
kemungkinan terjadinya vandalisme di
DAFTAR PUSTAKA
Perpustakaan USU.
4. Dari aspek layanan, Perpustakaan USU Azyumardi. (2004). Bukuku Kakiku. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
menyediakan berbagai jenis layanan untuk
Bryson, Jo. (1990). Effective Library and
mengakomodasi kebutuhan pengguna. Per- Information Centre Management.
Brookfield: Gower Publishing Company.
pustakaan USU memberikan akses kepada
Daryono. (2010). Faktor-Faktor Penyebab
pengguna melalui sistem layanan terbuka terjadinya Tindakan Vandalisme Koleksi
Perpustakaan dan Upaya Pencegahannya.
untuk koleksi standar sehingga memberikan
Media Pustakawan Vol.17 No.1, Juni.
pilihan kepada pengguna untuk menemukan Dureau, J.M & Clements, D.W.G. (1990). Dasar-
dasar Pelestarian dan Pengawetan Bahan
informasi sesuai dengan kebutuhannya,
Pustaka. Jakarta: Perpustakaan Nasional
kemudahan transaksi peminjaman, R.I.
Fatmawati, Endang. (2007). Vandalisme
pengembalian dan perpanjangan tanpa pros-
Perpustakaan. Media Informasi Vol.XVI
edur keanggotaan yang rumit, menyediakan No.1. Yogyakarta: Perpustakaan UGM.
-----. (2010). The Art of Library: Ikatan Esai
layanan jasa fotokopi dan juga fasilitas
Bergizi tentang Seni Mengelola
scanning (secara gratis) untuk pengguna yang Perpustakaan. Semarang: Badan Penerbit
UNDIP.
membutuhkannya, mengadakan sistem lay-
Harian Suara Merdeka. (2007). Layanan Terbuka
anan tertutup untuk layanan koleksi pinjam Perpustakaan, Peluang Penyalahgunaan
Koleksi. Diakses dari
singkat (layanan KPS), menyediakan layanan
http://www.suaramerdeka.com/harian/0706/
perawatan koleksi di dalam gedung Per- 07/ked06.htm pada tanggal 14 September
2013 pukul 14:00.
pustakaan USU guna memudahkan dan
Lasa HS. (2005). Manajemen Perpustakaan.
mempercepat proses perbaikan koleksi yang Yogyakarta: Gama Media.
Martoadmodjo, Karmidi. (1993). Pelestarian
rusak, serta menyediakan layanan rujukan dan
Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas
bantuan pengguna yang akan membantu Terbuka.
pengguna untuk menemukan informasi sesuai
Vol.3/No.1, Juni 2015, hlm. 43-70 JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN 69

Obiagwu, Marcel C. (1992). Library Abuse in


Academic Institutions: A Comparative
Study. International Information and
Library Review, Vol. 24 No. 4 (p.291-305).
Prastowo, Andi. (2012). Manajemen
Perpustakaan Sekolah Profesional.
Yogyakarta: DIVA Press.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.
(2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Ed.3. Jakarta: Balai Pustaka.
Rahayuningsih, F. (2007). Vandalisme Di
Perpustakaan. Genta Pustaka: Menuju
Perspektif Baru Perpustakaan Vol. I Nomor
4. Semarang: Perpustakaan Unika
Soegijapranata.
Sasmita, Mamat. (2007). Mimpi Kampung Buku di
Bandung. Diakses dari
www.bit.lipi.go.id/masyarakat-
literasi/index.php/home/819 pada tanggal 22
November 2013 pukul 10:48.
Sulistyo-Basuki. (1991). Pengantar Ilmu
Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Sumardji, P. (1982). Pelayanan Perpustakaan;
Tatakerja Pelayanan Sirkulasi (Melayani
Peminjaman dan Pengembalian Buku) di
Perpustakaan. Yogyakarta: Kanisius.
Sutarno, NS. (2006). Manajemen Perpustakaan.
Jakarta: Sagung Seto.
Widyawan, Rosa. (2012). Pelayanan Referensi,
Bimbingan Pemustaka, dan Literasi
Informasi. Diakses dari http://irs-
reference.blogspot.com/2012/04/pelayanan-
referensi-bimbingan-pemustaka.html pada
tanggal 23 Mei 2014 WIB
Zulkarnaen, Sani. (2007). Pemanfaatan Koleksi
Buku Diakses pada tanggal 3 Juni 2010
pukul 12:00 WIB dari
http://www.ziddu.com/download/23023151/
PemanfaatanKoleksiBuku.rtf.html

ISSN: 2303-2677 / © 2015 JKIP


70 JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN Eka, dkk.

Anda mungkin juga menyukai