Anda di halaman 1dari 3

Penugasan Akuntabilitas

Fauzan Al Farizi

NIP. 19940621 201902 1 001

Soal:

1. Berikan contoh dalam pekerjaan yang berhubungan dengan aspek akuntabilitas dan
jelaskan nilai akuntabilitas yang ada didalamnya.
2. Berikan studi kasus dalam bentuk narasi atau video dengan menyebutkan sumber
informasi /data tentang akuntabilitas dalam konteks (pilih salah satu topik dibawah
ini)
- Transparency dan akses informasi
- Praktek kecurangan
- Penggunaan sumberdaya milik negara
- Penyimpanan dan penggunaan data dan informasi pemerintah
- Konflik kepentingan
3. Sebagai ASN yang akuntabel berikan saran pemecahan masalah untuk kasus yang
anda sampaikan.

Jawaban:

1. Contoh aspek akuntabilitas dalam pekerjaan adalah misalnya seorang pegawai bidang
keuangan melakukan tanggung jawabnya berupa melakukan rekap gaji pegawai,
melakukan rekap biaya lembur dan uang makan pegawai dengan sesuai jadwal dan
secara tepat, dan melakukan perubahan data pegawai apabila ada SK pegawai tentang
kenaikan pangkat atau jabatan. Selanjutnya seluruh rekap yang telah dikerjakan
dilaporkan ke KPPN, hal ini sebagai bentuk akuntabilitas adalah sebuah hubungan;
hubungan dua pihak, dalam hal ini adalah hubungan antar institusi dan hubungan
antara individu dan institusi. Nilai akuntabilitas yang ada didalamnya adalah tanggung
jawab pegawai bidang keuangan dalam memenuhi semua tugas dan kewajibannya,
serta selalu bertindak dan berupaya untuk memberikan kontribusi untuk mencapai
hasil yang maksimal (akuntabilitas berorientasi pada hasil).

2. Studi kasus:
Gratifikasi Lebaran yang Dilaporkan ke KPK, Ada Paket Gula Pasir 1 Ton
JAKARTA, KOMPAS.com — Ada banyak laporan gratifikasi yang diterima Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) jelang Lebaran. Namun, kali ini laporan itu tak biasa.
Pasalnya, KPK menerima laporan gratifikasi dari seorang pejabat pemerintah daerah
berupa paket gula pasir sebanyak 1 ton. Nilai paket gula itu sekitar Rp 10 juta. "Ada
seorang pejabat di pemerintah daerah di daerah Lampung melaporkan pemberian dari
sebuah perusahaan berupa 1 ton gula. Jadi 1 ton gula ini diberikan oleh sebuah
perusahaan kepada pemerintah daerah tersebut, jadi bukan (diberikan) perorangan
ya," kata Febri di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Jumat (31/5/2019). Dari analisis
awal tim, kata Febri, KPK merekomendasikan pihak pemerintah daerah tersebut
mengembalikan pemberian gula itu ke perusahaan bersangkutan.

"Karena obyek gratifikasi itu kan perorangan atau penyelenggara negara, untuk
menghindari adanya konflik kepentingan kami sarankan agar pemda di Lampung
tersebut mengembalikan 1 ton gula itu kepada pihak pemberi," kata Febri. Febri
menegaskan, pihak swasta sepatutnya tak memberikan hal semacam itu ke jajaran
pemerintahan daerah. Ia menyarankan, pihak swasta memanfaatkan momentum
Ramadhan dan Lebaran dengan berbagi ke pihak yang lebih berhak menerima dan
membutuhkan. Selain itu, KPK juga menerima laporan gratifikasi berupa uang senilai
1.000 dollar Singapura. Jika dikonversi ke kurs rupiah saat ini, setara Rp 10.448.150.
"Kedua pelaporan tersebut (paket gula dan uang dollar Singapura) merupakan bagian
dari total 44 laporan gratifikasi yang diterima KPK dari kementerian, lembaga,
pemerintah daerah, dan BUMN selama bulan Ramadhan hingga hari ini terkait
perayaan Idul Fitri 2019," ujar dia. Kemudian bentuk gratifikasi lain yang diterima
KPK berupa uang pecahan rupiah, parsel makanan, hingga karangan bunga.
"Penerimaan gratifikasi lainnya yang dilaporkan di antaranya berupa parsel kue
Lebaran, karangan bunga, bahan makanan, dan uang dengan nilai mulai dari Rp
50.000 hingga Rp 4 juta," ujar dia.
Jika ditotal hingga saat ini, kata Febri, nilai pelaporan gratifikasi Lebaran yang
diterima KPK sebesar Rp 39.183.000 dan 1.000 dollar Singapura. "Terhadap seluruh
laporan tersebut, KPK akan menetapkan status gratifikasi menjadi milik penerima
atau milik negara dalam waktu paling lambat 30 hari kerja," ungkapnya. Pada 2017
dan 2018, KPK juga menerima pelaporan gratifikasi Lebaran berupa parsel makanan,
barang pecah belah, uang, pakaian dan alat ibadah, hingga voucher belanja. Nilainya
pun beragam, dari Rp 20.000 hingga Rp 39,5 juta. Pada 2018, nilai total pelaporan
gratifikasi Lebaran yang diterima KPK sebesar Rp 199.531.699. Rinciannya, nilai
pelaporan dari pemda sebesar Rp 96.398.700; dari kementerian atau lembaga sebesar
Rp 54.142.000 dan dari BUMN sebesar Rp 48.490.939. Pada 2017, nilai total
pelaporan gratifikasi Lebaran sebesar Rp 161.660.000. Rinciannya, Rp 22,73 juta dari
kementerian atau lembaga, Rp 66,25 juta dari pemda dan Rp 72,68 juta dari BUMN.

Sumber: Artikel dari Kompas.com


Penulis: Dylan Aprialdo Rachman
Editor: Sabrina Asril
Tanggal: 31 Mei 2019

3. Pemecahan masalah dalam studi kasus tentang Gratifikasi Lebaran yang


Dilaporkan ke KPK, Ada Paket Gula Pasir 1 Ton adalah sebagai berikut:
Sesuai dengan nilai-nilai akuntabilitas yang pertama yaitu mampu mengambil pilihan
yang tepat dan benar ketika terjadi konflik kepentingan, antara kepentingan publik
dengan kepentingan sektor, kelompok, dan pribadi, yang harus dilakukan oleh pejabat
Pemerintah Daerah Lampung adalah menolak dengan tegas terhadap gratifikasi yang
diberikan oleh sebuah perusahaan. Meskipun pemberian gratifikasi tersebut kepada
perorangan maupun pemerintah daerah, kedua pihak harus besikap tegas untuk
menghindari adanya konflik kepentingan. Beberapa peraturan yang mengatur tentang
pemberian dan penerimaan gratifikasi diantaranya Pasal 12B ayat (1) UU No.31/1999
jo UU No. 20/2001, berbunyi “Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau
penyelenggara negara dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan
jabatannya dan berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya”, maka sudah seharusnya
sebagai pejabat dan pegawai pemerintah harus taat terhadap Undang-Undang dan
menghindari gratifikasi untuk mewujudkan pemerintahan yang professional,
independen, dan berintegritas. Sesuai salah satu tujuan akuntabilitas yaitu
akuntabilitas penting untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran
konstitusional) maka diharapkan dengan akuntabilitas dapat mencegah bentuk-bentuk
korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Pejabat, pegawai atau perorangan pemerintah
juga seharusnya menerapkan tingkat akuntabilitas mulai dari level akuntabilitas
personal yaitu akuntabilitas yang mengacu pada nilai-nilai yang ada pada diri
seseorang seperti kejujuran, integritas, moral dan etika. Selain itu juga menerapkan
akuntabilitas tingkat stakeholder yaitu tanggung jawab organisasi (dalam kasus ini
adalah pemerintah daerah Lampung) untuk mewujudkan pelayanan dan kinerja yang
adil, responsive dan bermartabat.

Anda mungkin juga menyukai