Anda di halaman 1dari 19

Makalah Etika Profesi Humas

“Etika”
Kelompok 2

Yusuf Fuady : 16022007


Alhadi Mardhotilah : 160220

PRODI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMPUNG
2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah etika profesi humas dengan baik.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang etika profesi humas ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

BandarLampung, 24 Oktober 2018

Kelompok 2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

PR (public relations) atau humas merupakan suatu profesi, dimana fungsi dan
kegunaanya di terapkan pada organisasi pemerintahan maupun swasta. Humas
atau hubungan masyarakat adalah seni menciptakan pengertian publik yang lebih
baik sehingga dapat memperdalam kepercayaan publik terhadap suatu individu
atau organisasi. sebagai profesi, humas atau PR mempunyai etika yang harus di
terapkan dan dijalankan.
Dalam hal ini yang dimaksud dengan Humas (Public Relations) menurut Frank
Jefkins adalah sesuatu yang merangkum keseluruhan komunikasi yang terencana
baik kedalam maupun keluar antara suatu organisasi dengan semua khalayak
dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling
pengertian.

Etika merupakan cabang dari filsafat dimana mempelajari pandangan-pandangan


dan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan masalah kesusilaan yang
kadang-kadang orang memakai dengan istilah filsafat etika, filsafat moral, filsafat
susila.etika ilmu yang mempelajari apa yang benar dan apa yang salah, fungsi
praktis dari etika adalah memberikan pertimbangan dalam berprilaku. Tujuan
mempelajari etika, untuk mendapatkan konsep yang sama mengenai penilaian
baik dan buruk bagi semua manusia dalam ruang dan waktu tertentu pengertian
baik sesuatu hal dikatakan baik bila ia mendatangkan rahmat, dan memberikan
perasaan senang, atau bahagia (Sesuatu dikatakan baik bila ia dihargai secara
positif) Pengertian buruk segala yang tercela. Perbuatan buruk berarti perbuatan
yang bertentangan dengan norma-norma masyarakat yang berlaku.

Akan tetapi pada kenyataanya tidak semua praktisi humas professional


menerapkan etika dalam menjalankan profesi kehumasanya. karena kurang
menyadari atau bahkan kurang perduli,betapa pentingnya etika profesi dalam
menjalankan profesi kehumasanya.maka dari itu makalah ini di buat dengan
harapan dapat mengetahui pentinhnya etika profesi dalam dunia kehumasan.

1.2 PERUMUSAN MASALAH


1. Apa saja jenis-jenis dan guna Etika ?
2. Apa Pengertian Etika ?
3. Apa Pengertian Etika Menurut Para Ahli ?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulis membuat makalah ini adalah kita biasa mengetahui tentang etika
profesi humas.

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat penulisan ini adalah untuk menambah pengetahuan mengenai
etika, profesi humas.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN ETIKA


Etika (etimologi) berasal dari bahasa Yunani, yaitu “Ethos” yang berarti watak
kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan
perkataan Moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan
“MORES” (dalam bentuk jamak), yang berarti adat kebiasaan atau cara hidup
seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan) dan menghindari
hal-hal tindakan yang buruk.
Menurut Filsuf Aristoteles dalam bukunya “Etika Nikomacheia” menjelaskan
pembahasan Etika sebagai berikut :
1. Terminius Technicus, dalam hal ini etika dipelajari untuk ilmu pengetahuan
yang mempelajari masalah perbuatan atau tindakan manusia.
2. Manner & Custom, membahas Etika yang berkaitan dengan tata cara &
kebiasaan (adat) yang melekat dalam kodrat manusia (Inherent in Human Nature)
yang terikat dengan pengertian “baik & buruk” suatu tingkah laku atau perbuatan
manusia.

2.2 PENDAPAT PARA PAKAR ATAU ILMUWAN TENTANG ETIKA


1. “I.R. Poedjawijatna” dalam bukunya Etika, mengemukakan bahwa Etka
merupakan cabang dari filsafat. Etika mencari kebenaran & sebagai filsafat ia
mencari keterangan benar yang sedalam-dalamnya. Tugas Etika adalah mencari
ukuran baik-buruknya tingkah laku manusia.
2. “Ki Hajar Dewantara” (1962), Etika adalah ilmu yang mempelajari segala soal
kebaikan & keburukan di dalam hidup manusia semuanya, teristimewa yang
mengenai gerak-gerik pikiran & rasa yang dapat merupakan pertimbangan &
perasaan, sampai mengenai tujuan yang dapat merupakan perbuatan.
3. “Austin Fogothey”, dalam bukunya “Rights & Reason Ethic (1953)”, Etika
berhubungan dengan seluruh ilmu pengetahuan tentang manusia & masyarakat
sebagai antropologi, psikologi, sosiologi, ekonomi, ilmu politik & hukum.
4. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988), etika memiliki tiga arti :
a. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral (akhlak);
b. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; pengertian ini
tertuang dalam kajian kode etik profesi, misalnya: Kode Etik Jurnalistik,
Kode Etik Humas, atau Kode Etik Periklanan
c. Nilai mengenai tindakan yang benar dan salah yang dianut suatu
golongan masyarakat. Pengertian & definisi Etika dari para filsuf atau
ahli tersebut diatas berbeda-beda pokok perhatiannya, antara lain :
1. Merupakan prinsip-prinsip moral yang termasuk ilmu tentang
kebaikan dan sifat dari hak (The principles of morality, including
the science of good and the nature of the right).
2. Pedoman perilaku yang diakui berkaitan dengan memperhatikan
bagian utama dari kegiatan manusia (The rules of conduct,
recognize in respect to a particular class of human actions).
3. Ilmu watak manusia yang ideal & prinsip-prinsip moral sebagai
individual (The science of human character in its ideal state, and
moral priciples as of an individual).
4. Merupakan ilmu mengenai suatu kewajiban (The science of duty).
Berkaitan dengan definisi atau pendapat para tokoh tersebut di atas
tentang etika, dapat ditarik suatu kesimpulan secara umum bahwa
“hubungan dengan perbuatan seseorang yang dapat menimbulkan
“penilaian” dari pihak lainnya akan baik-buruknya perbuatan yang
bersangkutan disebut ETIKA”.
2.3 ETIKA KEHUMASAN
1. Etika Profesional
Prinsip di balik etika profesional adalah tindakan seseorang dirancang untuk
menciptakan kebaikan yang paling tinggi baik bagi klien maupun bagi komunitas
secara keseluruhan, bukan untuk meningkatkan posisi dan kekuasaan praktisi.
Perilaku profesional di dasarkan pada apa yang secara umum di anggap sebagai
motif yang luhur, yang di pantau dan di ukur berdasarkan kode perilaku yang
berlaku dan di laksanakan melalui interpretasi kongkrit bagi mereka yang
menyimpang dari standar kinerja yang telah di terima. Kode perilaku profesional
di tujukan untuk menentukan norma perilaku yang dapat di terima bagi para
karyawan dan profesional dalam berkarya.
Hubungan klien dengan profesional merupakan sebuah hubungan kepercayaan,
hubungan kepercayaan ini berbeda dengan hubungan dengan pelayan ketrampilan.
Etika erat kaitannya dengan pelaksanaan kode etik perilaku. Fungsi dari keduanya
adalah untuk melindungi mereka yang mempercayakan kesejahteraan di tangan
profesional. Perlindungan terhadap profesi tersebut berupa hak istimewa, status,
dan kolegitas profesional. Dalam profesi, penerapan nilai-nilai moral dlam
prakteknya di sebut sebagai etika terapan.
Etika profesi merupakan norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah, ukuran-ukuran
yang diterima dan di taati oleh para pegawai atau karyawan, berupa peraturan-
peraturan, tatanan yang di taati semua karyawan dari organisasi tertentu, yang
telah di ketahuinya untuk di laksanakan, karena hal tersebut melekat pada status
atau jabatannya. Dalam kata lain etika profesi adalah kebiasaan yang baik atau
peraturan yang diterima dan ditaati oleh para karyawan dan telah mengendap
menjadi bersifat normatif.
Sebagian besar organisasi profesional dan banyak perusahaan bisnis lainnya
mempunyai kode etik. Dalam setiap profesi tersebut pasti memiliki kode etik yang
berbeda. Kode etik merupakan aturan-aturan susila yang ditetapkan bersama dan
ditaati bersama oleh seluruh anggota yang bergabung dalam suatu profesi.
Kode etik meupakan persetujuan bersama yang timbul secara murni dari diri
pribadi para anggota. Kode etik merupakan serangkaian peraturan yang di
sepakati bersama guna menyatakan sikap atau perilaku anggota profesi. Kode etik
lebih mengingatkan pembinaan para anggota sehingga mampu memberikan
pelayanan kepada masyarakat. Kode etik profesi dilaksanakan oleh pribadi-pribadi
yang memiliki profesi terkait karena hal tersebut melekat pada jabatannya dan
bersifat normatif.
Dalam usaha mencanangkan patokan dari perilaku bertanggung jawab, mereka
harus menegakkan kede etik yang merupakan dasar bagi profesionalisme sesuai
dengan pernyataan mereka dengan pertimbangannya adalah kredibilitas. Etika
profesi sangat penting terutama dalam rangka untuk pembinaan karyawan, untuk
meningkatkan mutu serta mewujudkan pribadi karyawan yang jujur, bersih,
berwibawa, semakin mempunyai rasa memiliki organisasi, tanggung jawab, dalam
keterlibatannya untuk mengembangkan organisasiny, rasa ikut memiliki besar.
Etika profesi dapat membimbing karyawan dalam menjalankan tugasnya sehingga
mampu menyelesaikan tugas-tugasnya dengan seksama, etos kerja yang tinggi,
dengan tanggung jawab, sehingga memperoleh hasil yang memuaskan. Selain itu
etika profesi juga dapat memberi arah, petunjuk untuk membentuk kepribadian
seseorang sesuai dengan profesinya kemudian hasil kerjanya dapat memuaskan
publik yang dilayaninya.

2. Etika Kehumasan
Public Relation adalah merupakan salah satu profesi yang memiliki kode etik.
Dalam Public Ralation kode etik disebut sebagai kode etik Publik Relation atau
kode etik kehumasan atau etika profesi humas. Dalam buku Etika Kehumasan
karangan Rosady Ruslan disebutkan bahwa etika profesi humas merupakan
bagian dari bidang etika khusus atau etika terapan yang menyangkut demensi
sosial, khususnya bidang profesi.
Kegiatan Humas atau profesi Humas (Public Relation Professional), baik secara
kelembagaan atau dalam stuktur organisasi (Public Relation by Function) maupun
individual sebagai penyandang professional Humas (Public relation Officer by
Professional) berfungsi untuk menghadapi dan mengantisipasi tantangan kedepan,
yaitu pergeseran sistem pemerintahan otokratik menuju sistem reformasi yang
lebih demokratik dalam era globaluisasi yang ditandai dengan unculnya
kebebasan pers, mengeluarkan pendapat, opini dan berekspresi yang terbuk, serta
kemampuan untuk berkompetitif dalam persaingan pasar bebas, khususnya di
bidang jasa teknologi informasi dan bisnis lainnya yang mampu menerobos batas-
batas wilayah suatu negara, sehingga dampaknya sulit dibendung oleh negara lain
sebagai target sasarannya. Perlunya penyesuan, perubahan (revisi) dan modifikasi
mengenai seperangkat pengaturan dan peundang-undangan yang ada, baik di
idang hukum komunikasi, etika, maupun kode etik profesi (code of proffesion)
khususnya profesi kehumasan (public relation ethics, jurnalistik / pers media cetak
dan elektronik, periklanan, promosi pemasaran, dan bidang profesi komunikasi
lainnya.
Pada akhirnya munculah titik tolak dari kode etik tersebut adalah untuk
menciptakan rasa tanggung jawab (sense of responsibility) yang hendak dicapai
atau dikembangkan oleh pihak profesi bidang komuniksi pada umumnya, dan
pada profesi kehumasan khususnya, melalui kode etik dan etika profesi sebagai
refleksi bentuk tanggung jawab, perilaku, dan moral yang baik.

Dalam buku Etika Kehumasan, Roslan Rosady mengungkapkan aspek aspek yang
kode perilaku seorang praktisi humas, antara lain:

 code of conduct, merupakan kode perilaku sehari-hari terhadap integritas


pribadi, klien dan majkan, media dan umum, serta perilaku terhadap rekan
seprofesinya.
 code of profession, merupakan standar moral, bertindak etis dan memiliki
kualifikasi serta kemampuan tertentu secara profesional.
 code of publication, merupakan standar moral dan yuridis etis melakukan
kegiatna komunikasi, proses dan teknis publikasi untuk menciptakan
publisitas yang positif demi kepentingan publik.
 code of enterprise, menyangkut aspek hukum perizinan dan usaha, UU
PT, UU Hak Cipta, Merek dan Paten, serta peraturan lainnya.
Di antara praktisi public relation terdapat perbedaan pendapat yang besar
mengenai apakah public relations adalah suatu karya seni, ketrampilan, atau
sebuah profesi dalam pengertian yang sama denagn kedokteran dan hukum.
Ada juga gagasan, yang dikembangkan oleh banyak profesional bahwa yang palig
penting adalah bagi individu bersangkutan untuk nertindak sebagai seorang
profesional dalam bidang ini. Kemudaian seorang praktisi humas harus memiliki:
rasa kemandirian; rasa tanggung jawab terhadap masyarakat dan kepentingan
umum; kepedulian nyata terhadap kompentensi dan kehormatan profesi ini secara
menyeluruh; kesetiaan yang lebih tinggi terhadap standar profesi dan sesama
profesional daripada kepada pihak yang memberi pekerjaan kepadanya pada saat
itu. Hambatan besar bagi profesionalisme adalah sikap banyak praktisi itu sendiri
terhadap pekerjaan mereka, mereka memandang lebih tinggi arti keamanan kerja
prestise dalam organisasi, jumlah gaji, dan pengakuan dari atasan bibandingkan
nilai-nilai tersebut.
International Public Relation Association (IPRA) menyatakan kode etik humas
yang kemudian diterima dalam konvensi-nya di Venice pada Mei 1961, isinya
adalah:
1. Integritas pribadi dan profesional, reputasi yang sehat, ketaatan pada konstitusi
dan kode IPRA
2. Perilaku kepada klien dan karyawan:

 perlakuan yang adil terhadap klien dan karyawan;


 tidak mewakili kepentingan yang berselisih bersaing tanpa persetujuan;
 menjaga kepercayaan klien dan karyawan;
 tidak menerima upah, kecuali dari klien lain atau majikan lain;
 tidak menggunakan metode yang menghina klien atau majikan lain;
 menjaga kompensasi yang bergantung pada pencapaian suatu hasil
tertentu.

3. Perilaku terhadap publik dan media:

 memperhatikan kepentingan umum dan harga diri seseorang;


 tidak merusak integritas media komunikasi;
 tidak menyebarkan secara sengaja informasi yang palsu atau menyesatkan;
 memberikan gambarabyang dapat dipercaya mengenai organisasi yang
dilayani;
 tidak menciptakan atau menggunakan pengorganisasian palsu untuk
melayani kepentingan pribadi yang terbuka

4. Perilaku terhadap teman sejawat:

 tidak melukai secara senaga reputasi profesional atau praktek anggota lain;
 tidak berupaya mengganti anggota lain dengan kliennya;
 bekerja sama dengan anggota lain dalam menunjunjung tinggi
danmelaksanakan kode etik ini.

Dalam hubungannya denagn kegiatan menejemen perusahaan sikap etislah yang


harus ditunjukkan seorang humas dalam profesinya sehari-hari. Seorang humas
juga harus menguasai etika-etika umum keprofesionalitasan dan etika-etika
khusus seorang humas pada khususnya. Kemampuan tertentu tersebuat antara
lain: kemampuan untuk kesadaran etis; b\kemampuan untuk berpikir secara etis;
kemampuan untuk berperilaku secara etis; kemampuan untuk kepemimpinan yang
etis (Soleh Soemirat, 2005:177). Kemudian Soleh Soemirat juga menanbahkan
bahwa sebagai seorang profesional humas harus mampu bekerja atau bertindak
melalui pertimbangan yang matang dan benar, yaitudapat membedakan secara etis
mana yang dapat dilakukan dan mana yang tidak, sesuai dengan pedoman kode
etik profesi yang disandang.

3. Etika Sebagai Pencipta Hubungan baik dengan Klien


Sesuai yang telah dipaparkan oleh IPRA terdapat fungsi Public Relation terhadap
kliennya. Etika profesi kehumasan dapat menciptakan hubungan sinergis antara
organisasi dengan kliennya. Pelayanan terhadap klien seharusnya dapat menjadi
perhatian khusus oleh Public Relation karena sebagai fungsi menejemen yang
berada di organisasi atau perusahaan peran humas dan hubungannya sangat dekat
dengan klien dan bahkan menjadi pihak penengah antara organisasi dengan
kliennya.
2.4 JENIS ETIKA DAN GUNA ETIKA
1. Jenis-jenis etika
Beberapa pandangan terhadap etika:
Etika dapat dityinjau dari beberapa pandangan. Dalams ejarah lazimnya
pandangan ini dilihat dari segi filosofis yang melahirkan etika filosofis, ditinjau
dari segi teologis yang melahirkan etika teologis, dan ditinjau dari pandangan
sosiologis yang melahirkan etika sosiologis.

a. Etika Filosofis
Etika filosofis adalah etika yang dipandang dari sudut filsafat. Kata filosofis
sendiri berasal dari kata “philosophis” yang asalnya dari bahasa Yunani
yakni: “philos” yang berarti cinta, dan “sophia” yang berarti kebenaran atau
kebijaksanaan. Etika filosofis adalah etika yang menguraikan pokok-pokok etika
atau moral menurut pandangan filsafat.
Dalam filsafat yang diuraikan terbatas pada baik-buruk, masalah hak-kewajiban,
maslah nilai-nilai moral secara mendasar. Disini ditinjau hubungan antara moral
dan kemanusiaan secraa mendalam dengan menggunakan rasio sebagai dasar
untuk menganalisa.

b. Etika Teologis
Etika teologis adalah etika yang mengajarkan hal-hal yang baik dan buruk
berdasarkan ajaran-ajaran agama. Etika ini memandang semua perbuatan moral
sebagai:
 Perbuatan-perbuatan yang mewujudkan kehendak Tuhan ataub sesuai
dengan kehendak Tuhan.
 Perbuatan-perbuatan sbegai perwujudan cinta kasih kepada Tuhan
 Perbuatan-perbuatan sebagai penyerahan diri kepada Tuhan.
Orang beragama mempunyai keyakinan bahwa tidak mungkin moral itu dibangun
tanpa agama atau tanpa menjalankan ajaran-ajaran Tuhan dalam kehidupan sehari-
hari. Sumber pengetahuan dan kebenaran etika ini adalah kitab suci.
c. Etika Sosiologis
Etika sosiologis berbeda dengan dua etika sebelumnya. Etika ini menitik beratkan
pada keselamatan ataupun kesejahteraan hidup bermasyarakat. Etika sosiologis
memandang etika sebagai alat mencapai keamanan, keselamatan, dan
kesejahteraan hidup bermasyarakat.
Jadi etika sosiologis lebih menyibukkan diri dengan pembicaraan tentang
bagaimana seharusnya seseorang menjalankan hidupnya dalam hubungannya
dengan masyarakat.

d. Etika Diskriptif dan Etika Normatif


Dalam kaitan dengan nilai dan norma yang digumuli dalam etika ditemukan dua
macam etika, yaitu :
1. Etika Diskriptif
Etika ini berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap dan perilaku
manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam kehidupan sebagai sesuatu
yang bernilai. Etika ini berbicara tentang kenyataan sebagaimana adanya tentang
nilai dan pola perilaku manusia sebagai suatu fakjta yang terkait dengan situasi
dan realitas konkrit. Dengan demikian etika ini berbicara tentang realitas
penghayatan nilau, namun tidak menilai. Etika ini hanya memaparkab,
karenyanya dikatakan bersifat diskriptif.
2. Etika Normatif
Etika ini berusaha untuk menetapkan sikap dan pola perilaku yang ideal yang
seharusnya dimiliki oleh manusia dalam bertindak. Jadi etika ini berbicara tentang
norma-norma yang menuntun perilaku manusia serta memberi penilaian dan
hiambauan kepada manusia untuk bertindak sebagaimana seharusnya Dengan.
Demikian etika normatif memberikan petunjuk secara jelas bagaimana manusia
harus hidup secara baik dan menghindari diri dari yang jelek.
Dalam pergaulan sehari-hari kita menemukan berbagai etika normative yang
menjadi pedoman bagi manusia untuk bertindak.
Norma-norma tersebut sekaligus menjadi dasar penilaian bagi manusia baik atau
buruk, salah atau benar. Secara umum norma-norma tersebut dikelompokkan
menjadi dua yaitu:
a) Norma khusus
Norma khusus adalah norma yang mengatur tingkah laku dan tindakan manusia
dalam kelompok/bidang tertentu. Seperti etika medis, etika kedokteran, etika
lingkungan, eyika wahyu, aturan main catur, aturan main bola, dll. Di mana aturan
tersebut hanya berlaku untuk bidang khusus dan tidak bisa mengatur semua
bidang. Misal: aturan main catur hanya bisa dipakai untuk permainan catur dan
tidak bisa dipakai untuk mengatur permainan bola.
b) Norma Umum
Norma umum justru sebaliknya karena norma umum bersifat universal, yang
artinya berlaku luas tanpa membedakan kondisi atau situasi, kelompok orang
tertentu. Secara umum norma umum dibagi menjadi tiga (3) bagian, yaitu :
 Norma sopan santun ; norma ini menyangkut aturan pola tingkah laku
dan sikap lahiriah seperti tata cara berpakaian, cara bertamu, cara duduk,
dll. Norma ini lebih berkaitan dengan tata cara lahiriah dalam pergaulan
sehari-hari, amak penilaiannnya kurang mendalam karena hanya dilihat
sekedar yang lahiriah.
 Norma hukum ; norma ini sangat tegas dituntut oleh masyarakat. Alasan
ketegasan tuntutan ini karena demi kepentingan bersama. Dengan adanya
berbagai macam peraturan, masyarakat mengharapkan mendapatkan
keselamatan dan kesejahteraan bersama. Keberlakuan norma hukum
dibandingkan dengan norma sopan santun lebih tegasdan lebih pasti
karena disertai dengan jaminan, yakni hukuman terhadap orang yang
melanggar norma ini. Norma hukum ini juga kurang berbobot karena
hanya memberikan penilaian secara lahiriah saja, sehingga tidak mutlak
menentukan moralitas seseorang.
 Norma moral ; norma ini mengenai sikap dan perilaku manusia sebagai
manusia. Norma moral menjadi tolok ukur untuk menilai tindakan
seseorang itu baik atau buruk, oleh karena ini bobot norma moral lebih
tinggi dari norma sebelumnya. Norma ini tidak menilai manusia dari satus
segi saja, melainkan dari segi manusia sebagai manusia. Dengan kata lain
norma moral melihat manusia secara menyeluruh, dari seluruh
kepribadiannya.
Di sini terlihat secara jelas, penilannya lebih mendasar karena menekankan
sikap manusia dalam menghadapi tugasnya, menghargai kehidupan
manusia, dan menampilkan dirinya sebgai manusia dalam profesi yang
diembannya. Norma moral ini memiliki kekhusunan yaitu :

 Norma moral merupakan norma yang paling dasariah, karena


langsung mengenai inti pribadi kita sebagai manusia.
 Norma moral menegaskan kewajiban dasariah manusia dalam
bentuk perintah atau larangan.
 Norma moral merupakan norma yang berlaku umum
 Norma moral mengarahkan perilaku manusia pada kesuburan dan
kepenuhan hidupnya sebgai manusia.

e. Etika Deontologis
Istilah deontologis berasal dari kata Yunani yang berati kewajiban, etika ini
menetapkan kewajiban manusia untuk bertindak secara baik. Argumentasi dasar
yang dipakai adalah bahwa suatu tindakan itu baik bukan dinilai dan dibenarkan
berdasarkan akibat atau tujuan baik dari suatu tindakan, melainkan berdasarkan
tindakan itu sendiri baik pada dirinya sendiri. Dari argumen di atas jelas bahwa
etika ini menekankan motivasi, kemauan baik, dan watak yang kuat dari pelaku,
lepas dari akibat yang ditimbulkan dari pelaku. Menanggapi hal ini Immanuel
kant menegaskan dua hal: Tidak ada hal di dinia yang bisa dianggap baik tanpa
kualifikasi kecuali kemauan baik. Kepintaran, kearifan dan bakat lainnya bisa
merugikn kalau tanpa didasari oleh kemauan baik. Oleh karena itu Kant mengakui
bahwa kemauan ini merupakan syarat mutlak untuk memperoleh kebahagiaan.
Dengan menekankan kemauan yang baik tindakan yang baik adalah tindakan yang
tidak saja sesuai dengan kewajiban, melainkan tindakan yang dijalankannya demi
kewajiban. Sejalan dengan itu semua tindakan yang bertentangan dengan
kewajiban sebagai tindakan yang baik bahkan walaupun tindakan itu dalam arti
tertentu berguna, harus ditolak.
Namun, selain ada dua hal yang menegaskan etika tersebut, namun kita juga tidak
bisa menutup mata pada dua keberatan yang ada yaitu:
 Bagaimana bila seseorang dihadapkan pada dua perintah atau kewajiban
moral dalam situasi yang sama, akan tetapi keduanya tidak bisa
dilaksankan sekaligus, bahkan keduanya saling meniadakan.
 Sesungguhnya etika seontologist tidak bisa mengelakkan pentingnya
akibat dari suatu tindakan untuk menentukan apakah tindakan itu baik atau
buruk.

f. Etika Teleologis
Teleologis berasal dari bahasa Yunani, yakni “telos” yang berati tujuan. Etika
teleologis menjadikan tujuan menjadi ukuran untuk baik buruknya suatu tindakan.
Dengan kata lain, suatu tindakan dinilai baik kalau bertujuan untuk mencapai
sesuatu yang baik atau kalau akibat yang ditimbulkan baik.

2. Guna Etika

 Etika membuat kita memiliki pendirian dalam pergolakan berbagai


pandangan moral yang kita hadapi.
 Etika membenatu agar kita tidak kehilangan orientasi dalam transformasi
budaya, sosial, ekonomi, politik dan intelektual dewasa ini melanda dunia
kita.
 Etika juga membantu kita sanggup menghadapi idiologi-idiologi yang
merebak di dalam masyarakt secara kritis dan obeyktif.
 Etika membantu agamwan untuk menemukan dasar dan kemapanan iman
kepercayaan sehingga tidak tertutyp dengan perubahan jaman.
BAB III
PENUTUP

3.1 SIMPULAN
Etika dalam profesi kehumasan sangatlah penting.dengan adanya etika
dalam humas menjadikan kontrol bagi pribadi humas maupun bagi industri
kehumasan itu sendiri. Tanpa adanya etika seorang humas akan bertindak
semaunya sendiri, bertingkah laku sesuai keinginannya sendiri.tanpa adanya
aturan yang membatasinya.tanpa adanya etika profesi dalam industry kehumasan
akan banyak kecurangan-kecurangan yang dilakukan, akan banyak kebohongan-
kebohongan yang diciptakan untuk menutupi kesalahan perusahaan atau
organisasi.

Selain itu etika juga dapat berperan untuk mengukur dan melihat
profesionalisme yang di miliki pribadi humas,karena etika dalam sebuah profesi
berkaitan pula dengan profesionalitas dari profesi itu sendiri. dapat
mengimplementasikan etika dan etiket dalam setiap langkah dan setiap kegiatan
humas.
Oleh karena itu dalam kehumasan sikap atau etika yang baik,wajib
dimiliki oleh seorang humas. Maka bagi seseorang dalam industri kehumasan
sangatlah penting unuk memiliki pemahaman mengenai etika karena menyangkut
penampilan (profile) dalam rangka menciptakan & membina citra (image)
organisasi yang diwakilinya.karena industry humas meliputi pengertian dan
menuju kepada kemauan baik dan reputasi, yang tergantung kepada kepercayaan.
maka berlaku jujur adalah jalan yang terbaik, karena hubungan masyarakat tidak
akan berjalan tanpa adanya kepercayaan.selain itu pula etika dapat berperan dalam
pembuktian profesionalitas yang dimiliki oleh pribadi humas itu sendiri

Dalam buku Etika Kehumasan, Roslan Rosady mengungkapkan aspek aspek


yang kode perilaku seorang praktisi humas, antara lain:
 code of conduct, merupakan kode perilaku sehari-hari terhadap integritas
pribadi, klien dan majkan, media dan umum, serta perilaku terhadap rekan
seprofesinya.
 code of profession, merupakan standar moral, bertindak etis dan memiliki
kualifikasi serta kemampuan tertentu secara profesional.
 code of publication, merupakan standar moral dan yuridis etis melakukan
kegiatna komunikasi, proses dan teknis publikasi untuk menciptakan
publisitas yang positif demi kepentingan publik.
 code of enterprise, menyangkut aspek hukum perizinan dan usaha, UU
PT, UU Hak Cipta, Merek dan Paten, serta peraturan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Cutlip, Scott M.dkk. 2005. Effectives Public Relation ed. 8. Jakarta: Indeks.

Herimanto, Bambang. dkk. 2007. Public Relation dalam Organisasi. Jogja:


Santusta.

Jeffkins, Frank. 1995. Public Relation edisi keempat (terjemahan oleh Drs. Haris
Munandar). Jakarta: Erlangga

Ruslan, Rosady. 2001. Etika Kehumasan Konsepsi dan Aplikasi. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.

Soemirat, Soleh. Elvinaro Ardianto. 2005. Dasar-Dasar Public Relation.


Bandung: Rosda.

As Ari, Januar.2012 Makalah Etika Profesi Humas. Di http://januar-


ari.blogspot.com/2012/05/makalah-etika-profesi-humas.html. di Akses pada
23 Oktober 2018.

Anda mungkin juga menyukai