“Etika”
Kelompok 2
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah etika profesi humas dengan baik.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang etika profesi humas ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Kelompok 2
BAB I
PENDAHULUAN
PR (public relations) atau humas merupakan suatu profesi, dimana fungsi dan
kegunaanya di terapkan pada organisasi pemerintahan maupun swasta. Humas
atau hubungan masyarakat adalah seni menciptakan pengertian publik yang lebih
baik sehingga dapat memperdalam kepercayaan publik terhadap suatu individu
atau organisasi. sebagai profesi, humas atau PR mempunyai etika yang harus di
terapkan dan dijalankan.
Dalam hal ini yang dimaksud dengan Humas (Public Relations) menurut Frank
Jefkins adalah sesuatu yang merangkum keseluruhan komunikasi yang terencana
baik kedalam maupun keluar antara suatu organisasi dengan semua khalayak
dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling
pengertian.
2. Etika Kehumasan
Public Relation adalah merupakan salah satu profesi yang memiliki kode etik.
Dalam Public Ralation kode etik disebut sebagai kode etik Publik Relation atau
kode etik kehumasan atau etika profesi humas. Dalam buku Etika Kehumasan
karangan Rosady Ruslan disebutkan bahwa etika profesi humas merupakan
bagian dari bidang etika khusus atau etika terapan yang menyangkut demensi
sosial, khususnya bidang profesi.
Kegiatan Humas atau profesi Humas (Public Relation Professional), baik secara
kelembagaan atau dalam stuktur organisasi (Public Relation by Function) maupun
individual sebagai penyandang professional Humas (Public relation Officer by
Professional) berfungsi untuk menghadapi dan mengantisipasi tantangan kedepan,
yaitu pergeseran sistem pemerintahan otokratik menuju sistem reformasi yang
lebih demokratik dalam era globaluisasi yang ditandai dengan unculnya
kebebasan pers, mengeluarkan pendapat, opini dan berekspresi yang terbuk, serta
kemampuan untuk berkompetitif dalam persaingan pasar bebas, khususnya di
bidang jasa teknologi informasi dan bisnis lainnya yang mampu menerobos batas-
batas wilayah suatu negara, sehingga dampaknya sulit dibendung oleh negara lain
sebagai target sasarannya. Perlunya penyesuan, perubahan (revisi) dan modifikasi
mengenai seperangkat pengaturan dan peundang-undangan yang ada, baik di
idang hukum komunikasi, etika, maupun kode etik profesi (code of proffesion)
khususnya profesi kehumasan (public relation ethics, jurnalistik / pers media cetak
dan elektronik, periklanan, promosi pemasaran, dan bidang profesi komunikasi
lainnya.
Pada akhirnya munculah titik tolak dari kode etik tersebut adalah untuk
menciptakan rasa tanggung jawab (sense of responsibility) yang hendak dicapai
atau dikembangkan oleh pihak profesi bidang komuniksi pada umumnya, dan
pada profesi kehumasan khususnya, melalui kode etik dan etika profesi sebagai
refleksi bentuk tanggung jawab, perilaku, dan moral yang baik.
Dalam buku Etika Kehumasan, Roslan Rosady mengungkapkan aspek aspek yang
kode perilaku seorang praktisi humas, antara lain:
tidak melukai secara senaga reputasi profesional atau praktek anggota lain;
tidak berupaya mengganti anggota lain dengan kliennya;
bekerja sama dengan anggota lain dalam menunjunjung tinggi
danmelaksanakan kode etik ini.
a. Etika Filosofis
Etika filosofis adalah etika yang dipandang dari sudut filsafat. Kata filosofis
sendiri berasal dari kata “philosophis” yang asalnya dari bahasa Yunani
yakni: “philos” yang berarti cinta, dan “sophia” yang berarti kebenaran atau
kebijaksanaan. Etika filosofis adalah etika yang menguraikan pokok-pokok etika
atau moral menurut pandangan filsafat.
Dalam filsafat yang diuraikan terbatas pada baik-buruk, masalah hak-kewajiban,
maslah nilai-nilai moral secara mendasar. Disini ditinjau hubungan antara moral
dan kemanusiaan secraa mendalam dengan menggunakan rasio sebagai dasar
untuk menganalisa.
b. Etika Teologis
Etika teologis adalah etika yang mengajarkan hal-hal yang baik dan buruk
berdasarkan ajaran-ajaran agama. Etika ini memandang semua perbuatan moral
sebagai:
Perbuatan-perbuatan yang mewujudkan kehendak Tuhan ataub sesuai
dengan kehendak Tuhan.
Perbuatan-perbuatan sbegai perwujudan cinta kasih kepada Tuhan
Perbuatan-perbuatan sebagai penyerahan diri kepada Tuhan.
Orang beragama mempunyai keyakinan bahwa tidak mungkin moral itu dibangun
tanpa agama atau tanpa menjalankan ajaran-ajaran Tuhan dalam kehidupan sehari-
hari. Sumber pengetahuan dan kebenaran etika ini adalah kitab suci.
c. Etika Sosiologis
Etika sosiologis berbeda dengan dua etika sebelumnya. Etika ini menitik beratkan
pada keselamatan ataupun kesejahteraan hidup bermasyarakat. Etika sosiologis
memandang etika sebagai alat mencapai keamanan, keselamatan, dan
kesejahteraan hidup bermasyarakat.
Jadi etika sosiologis lebih menyibukkan diri dengan pembicaraan tentang
bagaimana seharusnya seseorang menjalankan hidupnya dalam hubungannya
dengan masyarakat.
e. Etika Deontologis
Istilah deontologis berasal dari kata Yunani yang berati kewajiban, etika ini
menetapkan kewajiban manusia untuk bertindak secara baik. Argumentasi dasar
yang dipakai adalah bahwa suatu tindakan itu baik bukan dinilai dan dibenarkan
berdasarkan akibat atau tujuan baik dari suatu tindakan, melainkan berdasarkan
tindakan itu sendiri baik pada dirinya sendiri. Dari argumen di atas jelas bahwa
etika ini menekankan motivasi, kemauan baik, dan watak yang kuat dari pelaku,
lepas dari akibat yang ditimbulkan dari pelaku. Menanggapi hal ini Immanuel
kant menegaskan dua hal: Tidak ada hal di dinia yang bisa dianggap baik tanpa
kualifikasi kecuali kemauan baik. Kepintaran, kearifan dan bakat lainnya bisa
merugikn kalau tanpa didasari oleh kemauan baik. Oleh karena itu Kant mengakui
bahwa kemauan ini merupakan syarat mutlak untuk memperoleh kebahagiaan.
Dengan menekankan kemauan yang baik tindakan yang baik adalah tindakan yang
tidak saja sesuai dengan kewajiban, melainkan tindakan yang dijalankannya demi
kewajiban. Sejalan dengan itu semua tindakan yang bertentangan dengan
kewajiban sebagai tindakan yang baik bahkan walaupun tindakan itu dalam arti
tertentu berguna, harus ditolak.
Namun, selain ada dua hal yang menegaskan etika tersebut, namun kita juga tidak
bisa menutup mata pada dua keberatan yang ada yaitu:
Bagaimana bila seseorang dihadapkan pada dua perintah atau kewajiban
moral dalam situasi yang sama, akan tetapi keduanya tidak bisa
dilaksankan sekaligus, bahkan keduanya saling meniadakan.
Sesungguhnya etika seontologist tidak bisa mengelakkan pentingnya
akibat dari suatu tindakan untuk menentukan apakah tindakan itu baik atau
buruk.
f. Etika Teleologis
Teleologis berasal dari bahasa Yunani, yakni “telos” yang berati tujuan. Etika
teleologis menjadikan tujuan menjadi ukuran untuk baik buruknya suatu tindakan.
Dengan kata lain, suatu tindakan dinilai baik kalau bertujuan untuk mencapai
sesuatu yang baik atau kalau akibat yang ditimbulkan baik.
2. Guna Etika
3.1 SIMPULAN
Etika dalam profesi kehumasan sangatlah penting.dengan adanya etika
dalam humas menjadikan kontrol bagi pribadi humas maupun bagi industri
kehumasan itu sendiri. Tanpa adanya etika seorang humas akan bertindak
semaunya sendiri, bertingkah laku sesuai keinginannya sendiri.tanpa adanya
aturan yang membatasinya.tanpa adanya etika profesi dalam industry kehumasan
akan banyak kecurangan-kecurangan yang dilakukan, akan banyak kebohongan-
kebohongan yang diciptakan untuk menutupi kesalahan perusahaan atau
organisasi.
Selain itu etika juga dapat berperan untuk mengukur dan melihat
profesionalisme yang di miliki pribadi humas,karena etika dalam sebuah profesi
berkaitan pula dengan profesionalitas dari profesi itu sendiri. dapat
mengimplementasikan etika dan etiket dalam setiap langkah dan setiap kegiatan
humas.
Oleh karena itu dalam kehumasan sikap atau etika yang baik,wajib
dimiliki oleh seorang humas. Maka bagi seseorang dalam industri kehumasan
sangatlah penting unuk memiliki pemahaman mengenai etika karena menyangkut
penampilan (profile) dalam rangka menciptakan & membina citra (image)
organisasi yang diwakilinya.karena industry humas meliputi pengertian dan
menuju kepada kemauan baik dan reputasi, yang tergantung kepada kepercayaan.
maka berlaku jujur adalah jalan yang terbaik, karena hubungan masyarakat tidak
akan berjalan tanpa adanya kepercayaan.selain itu pula etika dapat berperan dalam
pembuktian profesionalitas yang dimiliki oleh pribadi humas itu sendiri
Cutlip, Scott M.dkk. 2005. Effectives Public Relation ed. 8. Jakarta: Indeks.
Jeffkins, Frank. 1995. Public Relation edisi keempat (terjemahan oleh Drs. Haris
Munandar). Jakarta: Erlangga
Ruslan, Rosady. 2001. Etika Kehumasan Konsepsi dan Aplikasi. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.