Anda di halaman 1dari 12

RESUME KGD 2

NAMA : Maidha Arafah


NPM : 2014720064
KELAS/SMT : 7B / 7-Reguler

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
MANAGEMENT CLIENT WITH VENTILATORE

Memeuhi kebutuhan metabolisme sel akan O2 dan mengeluarkan CO2 sebagai sisa
metabolisme sel.

 Fisiologi ventilasi mekanik

Pada pernafasan spontan inspirasi terjadi karena diafragma dan otot intercostalis
berkontrkasi, rongga dada mengembang dan terjadi tekanan negatif sehingga aliran udara
masuk ke paru, sedangkan fase ekspirasi berjalan secara pasif.
Pada pernafasan dengan ventilasi mekanik, ventilator mengirimkan udara dengan
memompakan ke paru pasien, sehingga tekanan sselama inspirasi adalah positif dan
menyebabkan tekanan intra thorakal meningkat. Pada akhir inspirasi tekanan dalam rongga
thorax paling positif.
Ventilator mekanik
Suatu alat yang mampu membantu (sebagian) atau mengambil alih (seluruh) fungsi
pertukaran gas paru untuk mempertahankan hidup.
Ventilasi = keluar masuknya udara dari atmosfer ke alveolus
Ventilator = menghantarkan (delivery) udara/gas TEKANAN POSITIF ke dalam paru
Faktor yang diperhatikan :
Ventilasi semenit = TV x RR (frekuensi nafas)
TV = 5-7 cc/kgBB
RR = 10 –12 kali/menit
Compliance
Airway Resistance
Indikasi pemasangan
 Gangguan Ventilasi Paru :
-Disfungsi otot nafas :
kelelahan otot nafas, kelainan dinding torax, penyakit neuromusculer (GBS,
poliomyelitis, myastenia)
-Peningkatan tahanan jalan nafas (COPD, severe astma )
-Gangguan kendali nafas (intoxikasi obat / overdosis, trauma capitis )
 Gangguan Oksigenasi :
-Hipoksik hipoksia : disebabkan oksigen yang masuk kurang mis. menghirup CO2 pada
kebakaran, pneumoni, contusio paru
-Stagnan hipoksia : o.k gangguan pada jantung menyebabkan edema paru :
AMI,cardiomyopathy, hypertensi heart disease.
-Anemia hipoksia : pada perdarahan hebat dimana belum ada tindakan tranfusi.
-Histotoksik hipoksia: disebabkan pemakaian oksigen yang tinggi pada psn sepsis.
Indikasi lain

-Pemberian sedasi berat / obat pelumpuh otot


-Menurunkan kebutuhan oksigen
-Mencegah atelektasis
-Menurunkan TIK
-Anestesia
-Stabilisasi dinding dada
Jenis-jenis ventilator
Pembagian berdasarkan cara penghentian inspirasi :

a.Time Cycle

b.Pressure Cycle: sering u/ pediatrik dan neonatus

c.Volume Cycle : paling banyak di ICU

Ekspirasi bersifat pasif

Mode ventilasi

1.Control Ventilation
2.Assisted Control Ventilation
3.(S)IMV : (Sinchronized) Intermitent Mandatory Ventilator
CPAP: Continous Positive Airway Pressure

Indikasi

-Pasien yang fighting terhadap ventilator

-Pasien yang sama sekali tidak ada trigger nafas

-Jangan digunakan tanpa sedasi dan relaxan

Komplikasi

-Pasien sangat tergantung pada ventilator

-Potensial apneu

 IMV(Intermitten Mandatory Ventilation)

Mode dimana pasien menerima volume dan frekuensi pernafasan dari ventilator.

Indikasi

-proses weaning ventilator

Kerugian

-ventilator memberikan pernafasan dimana saja sehingga mengakibatkan terjadinya benturan


antara nafas pasien dan mesin.

 SIMV MODE(syncronized intermittent mandatory ventilation)

Mode dimana ventilator memberikan nafas kontrol namun membiarkan pasien bernafas
spontan diantara nafas kontrol tersebut.

 PEEP(positif end expiratory pressure)


Untk mempertahankan tekanan jalan nafas pada ekspirasi,sehingga meningkatkan pertukaran
gas didalam alveoli. Pemakaian peep yang dianjurkan adalah 5-15 cmH2O.

 CPAP (continous positive airway pressure)

Adalah pemberian tekanan positif pada jalan nafas untuk membantu ventilasi selama siklus
pernafasan dan volume tidal dan frekuensi nafas ditentukan oleh pasien.

Komponen setting ventilator

-FiO2 : fraksi oksigen


-Volume Tidal : 5 – 7 cc/kgBB
-Frekuensi Napas : 10 – 12 x/mnt
-I : E Ratio (Rasio Inspirasi : Ekspirasi)

-PEEP : Positive End Exspiracy Pressure, (3 – 5 cmH2O)

Pemantauan dan perawatan

-Faktor Mekanik
-Pemasangan Ventilator
-Pemantauan dan Perawatan Pasien

Pemantauan faktor mekanik

-Kabel sumber tenaga (PLN)


-Tekanan gas sentral
-Humidifier baik dan terisi air
-Perawatan ET
-Sirkuit : kebocoran, tertekuk
Komplikasi ventilasi mekanik
-Kardiovaskuler : penurunan cardiac output, disritmia.
-Gangguan keseimbangan cairan:Retensi cairan dan Dehidrasi
-Infeksi : VAP
-Komplikasi akibat efek pemasangan.
-Komplikasi Pulmonal
Komplikasi pulmonal
-Barotrauma : trauma ok tekanan tinggi
-Volume trauma: trauma ok volume tinggi
-Tanda-tanda :
*Meningkatnya Paw
*Penurunan suara paru dan pergerakan dada
*Cyanosis
*Photo thoraks
-Atelektasis
*Kolaps parenkim paru karena sumbatan aliran udara
*Karena kurangnya periode inflasi yang dalam
-Kerusakan Trakhea
*Tekanan cuff ETT yang berlebihan dan penurunan suplay darah
*Pencegahan : monitor tekanan cuff dan mencegah manipulasi terlalu sering.
-Oxygen toxicity
*Disebabkan penggunaan oksigen (FiO2) tinggi dalam waktu yang lama
*Pencegahan : monitor BGA dan titrasi penggunaan FiO2 yeng optimal
-Gangguan Penyapihan
*Pada pasien COPD, malnutrisi, gangguan musculosceletal.
*Pasien menjadi “malas”
Pemantauan pasien
 Pemeriksaan fisik
 Alih baring
 X foto thoraks
 Saturasi oksigen
 BGA : Blood Gas Analyze
 Suction berkala
 Komplikasi
Prinsip perawatan
 Pemeriksaan fisik
 Alih baring
 X foto thoraks
 Saturasi oksigen
 BGA : Blood Gas Analyze
 Suction berkala
 Komplikasi
 Masalah keperawatan
1.Tidak efektifnya pola nafas
2.Tidak efektifnya bersihan jalan nafas
3.Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
4.Resiko kelebihan cairan
5.Resiko injury (perdarahan GI)
6.Resiko infeksi pulmonari
7.Cemas dan takut
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN KRISIS DM
- Hiperglikemia dan hiperosmolar
Hiperglikemia mengakibatkan hiperosmolar dan diuresis osmotik (karena kadar gula darah
melebihi ambang batas ginjal terhadap glukosa yaitu 180 mg/ml. Akibat dari diuresis osmotik
dan glukosuria maka dapat mengakibatkan penipisan volume cairan.
- Ketosis dan asidosis
Akibat dari defisiensi insulin yang berat mengakibatkan ketogenesis yang tidak terkontrol
akibatnya asam keton masuk dalam cairan ekstraseluler, ion hidrogen akan lepas lalu
dinetralisir oleh buffer ion bikarbonat, dengan demikian PH menjadi asam kemudian terpecah
menjadi air dan CO2 dan akhirnya akan keluar melalui paru-paru. (H+ + HCO¯3 →
H2CO3¯ → H2O + CO2) sebagai mekanisme kompensasi yang dilakukan oleh tubuh adalah
hiperventilasi (nafas kusmaul)
Krisis DM
 Terdapat 2 jenis ➔KAD dan HHNK
 Dapat terjadi pada DM Tipe 1 dan 2
 Angka kematian KAD < 5 %, HHNK + 15 %
 Prognosis >>> buruk pada:
- Lansia
- Penurunan kesadaran
- Hipotensi
-Faktor pencetus :
 Infeksi

 Pemakaian insulin tidak adekuat


 DM Tipe 1 onset baru
 DM Tipe 2 usia lanjut dan kurang cairan
 Stress
- Pengkajian
*KAD ➔Mendadak

*HHNK ➔Onset mulai beberapa hari


*Gejala Klinis
-3 P - Badan lemas
-BB Turun - Pandangan kabur
-Mual/muntah - Dehidrasi
-Gangguan kesadaran
- Pemeriksaan fisik
 Turgor kulit, bibir, dan kulit kering

 Pernapasan kusmaul (pada KAD)


 Tachikardi

 Hipotensi ➔prognosis buruk


 Syok Hipovolemik
 Gangguan kesadaran
- Pemeriksaan lab
 Lab

➔Darah: Darah lengkap, Gula darah, Ur, Cr,Elektrolit, Keton, Osmolalitas, HbA1c

Osmolalitas ➔2 (Na + K) + GDS/18 + Ur/6,4 ➔Normal < 320

➔Urin: Keton
- Diagnosa keperawatan
 Defisit Volume cairan dan elektrolit b.d. diuresis osmotik

 Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. defisiensi insulin


 Lihat faktor pencetus
- Penatalaksanaan
 KOREKSI DEHIDRASI

 KOREKSI HIPERGLIKEMIA
 GANGGUAN KESEIMBANGAN ELEKTROLIT
 PENGOBATAN FAKTOR PENCETUS
CEDERA KEPALA
-Cedera kepala adalah penyakit neurologis yang paling sering terjadi diantara penyakit
neurologis lainnya yang biasa disebabkan oleh kecelakaan, meliputi: otak, tengkorak ataupun
kulit kepala saja (Smeltzer, 2001: 2210).
-Cedera kepala yaitu adanya deformitas berupa penyimpangan bentuk atau penyimpangan
garis pada tulang tengkorak, percepatan dan perlambatan (accelerasi–descelarasi) yang
merupakan perubahan bentuk dipengaruhi oleh perubahan peningkatan pada percepatan
factor dan penurunan percepatan, serta rotasi yaitu pergerakan pada kepala.
- Etiologi
Menurut Cholik Harun Rosjidi & Saiful Nurhidayat, (2009 : 49) etiologi cedera kepala
adalah:
a) Kecelakaan lalu lintas
b) Jatuh
c) Pukulan
d) Kejatuhan benda
e) Kecelakaan kerja atau industri
f) Cedera lahir
g) Luka tembak
- Lesi yang terdapat pada trauma kepala
1.kulit kepala robek atau mengalami perdarahan subkutan
2.otot-otot dan tendon pada kepala mengalami kontusio
3.perdarahan terjadi dibawah galea aponeurotika
4.tulang tengkorak patah
5.geger otak
6.edema serebri traumatik
7.kontusio serebri
8.perdarahan subarahnoid
9.perdarahan epidural
10.perdarahan subdural
- Epidural hematom
 Pengumpulan darah diantara tengkorak dg duramater. Biasanya berasal dari arteri yg
pecah oleh karena ada fraktur atau robekan langsung.
 Gejala (trias klasik) :
1. Interval lusid
2. Hemiparesis/plegia
3. Pupil anisokor
→ Diagnosis akurat dg CT scan kepala : perdarahan bikonveks atau lentikulerdi daerah
epidural.
- Hematom intraserebral
 Terkumpulnya darah secara fokal yg diakibatkan oleh regangan atau rotasional thd
pemb. Drh intraparenkim otak/ cedera penetrans.
 Gamb. Khas → lesi pdrh diantara neuron otak yg relatif normal. Tepi bisa tegas/ tidak
tergantung apakah ada oedem otak/tidak.
 Perdrhan intraserebral bs timbul bbrp hr kmd ssdh trauma → monitor dg pem. Tanda
vital, pem. Neurologis, bila perlu CT scan ulang.
- Subdural hematom
 Perdrhan yg mengumpul diantra korteks serebri dan duramater → regangan dan
robekan vena-vena drainase yg tdpt di rongga subdural ant. Permk. Otak dg sinus
duramater.
 Gjl klinik biasany tdk terlalu hebat kecuali bila terdapat efek massa.
 Berdsrkan kronologis SDH dibagi mjd :
1. SDH akut : 1- 3 hr pasca trauma.
2. SDH subakut : 4-21 hr pasca trauma.
3. SDH khronis : > 21 hari.
→ gamb. CT scan kepala tdp lesi hiperdens bbtk bulan sabit yg srg tjd pada daerah yg
berseberangan dg trauma (Counter Coup)
- Subarachnoid hematom
 Perdrhan fokal di daerah subarahnoid.→ CT scan terdpt lesi hiperdens yg mengikuti
arah girus-girus serebri daerah yg berdktan dg hematom.
 Gjl klinik = kontusio serebri.
 Penatalaks : perwatan dg medikamentosa dan tidak dilakukan operasi.
- Edema serebri
 Tertimbunnya cairan yg berlebihan baik pd ruang inti atau ekstra sel otak. (berbeda dg
pembengkaan otak krn tumor, abses)
 Pybb scr umum krn meningkatnya kdr air di jar. Otak disbbkan oleh meningkatnya
permeabilitas pemb. Drh otak/ kerusakan sawar darah otak.
 Pembagian edema serebri :
1. Edema vasogenik : permeabilitas pemb. Drh ↑.
2. Edema sitotoksik : disbbkan krn jaringan saraf mengalami hipoksia.
- Fraktur impresi
 Ada 2 macam fraktur impresi :
1. Impresi fraktur tertutup : akibat pukulan benda keras yg mengakibatkan tulang kepala
melesak kedlm dg membrkan tekanan/tdk thdp parenkim otak tanpa mengakibatkan
robeknya kulit kepala dan hub. Dg dunia luar.
2. Impresi fraktur terbuka : impresi tulang kepala + robekan kulit kepala dan tjd hub. Dg
dunia luar, bila impresi hebat dpt tjd ribekan pada duramater.
→ pem. Fisik dilakukan cermat utk menentukan op. segera/ terencana atau konservatif.
- Penatalaksanaan
 ABC
 Membersihkan hidung dan mulut dari kotoran
 Melonggarkan pakaian yang ketat
 Menghisap lendir dari mulut,teggorokan dan hidung
 Bila ada gigi palsu sebaiknya dikeluarkan
 Bila perlu pasang pipa endotrachea/lakukan tracheaostomi
 Posisi tidur sebaiknya miring kecuali bila ada kecurigaan fraktur servikal
 Pada CKB,kepala ditinggikan 20-30 derajat dengan kepala dan dada dalam 1
bidang,jangan fleksi/lafarofleksi
 Cairan 1500-2000cc/hari. Pada awal dapat diberiknan cairan RL atau kaEn 3B.
Pada edema serebri hati-hati pemberian jumlah cairan.
- Pengkajian
Pengumpulan data klien baik subyektif atau obyektif pada gangguan sistem persarafan
sehubungan dengan cedera kepala tergantung pada bentuk, lokasi, jenis injuri dan adanya
komplikasi pada organ vital lainnya.
- Diagnosa keperawatan
1. Tidak efektifnya pola napas sehubungan dengan depresi pada pusat napas di otak.
2. Tidakefektifnya kebersihan jalan napas sehubungan dengan penumpukan sputum.
3. Gangguan perfusi jaringan otak sehubungan dengan udem otak
4. Keterbatasan aktifitas sehubungan dengan penurunan kesadaran (soporos - coma)
5. Resiko tinggi gangguan integritas kulit sehubungan dengan immobilisasi, tidak
adekuatnya sirkulasi perifer.
- Intervensi
a.Tidak efektifnya pola napas sehubungan dengan depresi pada pusat napas di otak.
 Tujuan : Mempertahankan pola napas yang efektif melalui ventilator.
 Kriteria evaluasi : Penggunaan otot bantu napas tidak ada, sianosis tidak ada atau tanda-
tanda hipoksia tidak ada dan gas darah dalam batas-batas normal.
 Rencana tindakan
b.Tidak efektifnya kebersihan jalan napas sehubungan dengan penumpukan sputum.
 Tujuan : Mempertahankan jalan napas dan mencegah aspirasi

 Kriteria Evaluasi : Suara napas bersih, tidak terdapat suara sekret pada selang
dan bunyi alarm karena peninggian suara mesin, sianosis tidak ada.

Rencana tindakan
c.Gangguan perfusi jaringan otak sehubungan dengan udem otak
 Tujuan : Mempertahankan dan memperbaiki tingkat kesadaran fungsi motorik.
 Kriteria hasil :Tanda-tanda vital stabil, tidak ada peningkatan intrakranial.
 Rencana tindakan
d.Keterbatasan aktifitas sehubungan dengan penurunan kesadaran (soporos - coma)
 Tujuan :Kebutuhan dasar pasien dapat terpenuhi secara adekuat.
 Kriteria hasil :Kebersihan terjaga, kebersihan lingkungan terjaga, nutrisi
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan, oksigen adekuat.
 Rencana Tindakan
ETHICAL IN EMERGENCY NURSING
- Tujuan
*Mendefinisikan etik, prinsip, & dilema etik
*Memebdakan etik and legal
*Mengaplikasikan prinsip etik pada dilema
*Memberikan alternatif solusi pada dilema
*Menerapkan hasil-hasil riset terbaru dalam pemecahan dilema etik
- Etika dan legal
Etik:
Study of decisions & the bases of those decisions.
Mengukur perilaku yang diharapkan dari seseorang/kelom-pok/ profesi tertentu
(keperawatan, dll)
Etika Keperawatan merujuk pada standar etik yang menentukan dan menuntun perawat
dlm melaksanakan praktek sehari-hari (Fry, 1994)
Hukum:
Aturan yang disyahkan pemerintah, untuk melindungi masyarakat
- Prinsip etik
1. Otonomi
 Kemampuan untuk menentukan sendiri /mengatur diri sendiri
 Menghargai otonomi berarti menghargai manusia sbg seseorang yg mempunyai harga
diri & martabat yg mampu menentukan sesuatu bagi dirinya
 Ners harus menghargai harkat & martabat manusia sebagai individu yg dapat
memutuskan hal yg terbaik bagi dirinya
 Ners harus melibatkan klien untuk berpartisipasi dlm membuat keputusan yg
berhubungan dengan asuhan keperawatan kliennya
a.Informed concent
 Klien memahami semua treatment/prosedur dan menyetujuinya, sebelum dilakukan.
 Sampaikan dengan bahasa yg mudah difahami: manfaat/tujuan dan implikasi
treatment
 Pasien berhak menolak
b. Elemen of informed concent
 Threshold elements (precondition)
o Kompetensi utk memahami dan memutuskan
o Wakil dalam memutuskan
 Information elements
o Materi informasi
o Rekomendasi rencana
o Pemahaman
 Consent elements
o Keputusan pd rencana terbaik
o Otoritas dlm memilih rencana
2. Beneficience
 Selalu mengupayakan tiap keputusan dibuat berdasarkan keinginan untuk melakukan
yg terbaik dan tidak merugikan klien, bermanfaat untuk menolong pasien.
 Resiko yang mungkin timbul dikurangi sampai seminimal mungkin dan
memaksimalkan manfaat bagi pasien.
3. Non maleficience
 Tindakan dan pengobatan harus berpedoman “Primum non nocere” (yg paling utama
adalah jangan merugikan)
 Tidak melukai atau tidak menimbulkan bahaya/ cidera bagi orang lain/klien
 Prinsip untuk tidak melukai o ng lain berbeda & lebih keras daripada prinsip untuk
melakukan yang terbaik
 Resiko fisik, psikologis maup n sosial akibat tindakan dan pengobatan yg akan
dilakukan hendaknya seminimal mungkin
4. Veracity
 Dokter dan Perawat hendaknya mengatakan secara jujur & jelas apa yang akan
dilakukan serta akibat yg dapat terjadi
 Dlm memberikan informasi disesuaikan dg tingkat pendidikan pasien

5. Confidentiality
Dokter & perawat harus menghormati “privacy” dan kerahasiaan pasien, meskipun penderita
telah meninggal
6. Prinsip moral adil adalah untuk semua individu; tindakan yang dilakukan untuk semua
orang sama
 Tindakan yang sama tidak selalu identik

Persamaan berarti mempunyai konstribusi yang relatif sama untuk kebaikan
kehidupan seseorang
 Dokter & pearwat harus berlaku adil, & tdk berat sebelah
7. Fidelity
Kewajiban untuk setia atau loyal dengan kesepakatan atau tanggung jawab yang diemban.
- Ethical dillema
Dilema etik terjadi ketika satu dari prinsip etik berkonflik dengan prinsip etik yang
lainnya.
 Saat pasien menolak treatment, prinsip autonomy dan beneficency mengalami konflik
 Jika memaksa pasien untuk dilakukan pemeriksaan atau memaksa membawanya ke
rumah sakit (padahal ia menolak)–otonomi
 Jika meninggalkan pasien dalam keadaan seperti itu—beneficence
- Alternatif solusi
1. Biarkan ibu di dlm
2. Biarkan ibu di dalam namun informasikan padanya bahwa jika dia menjadi pengalih
perhatian atau menghalangi upaya tim perawatan kesehatan, maka dia akan
dikeluarkan
3. Ibu diberikan akses terbatas dengan membiarkan dia melihat beberapa tapi tidak
semua prosedur
4. Tidak mengizinkan ibu di dalam

Anda mungkin juga menyukai