ID Produktivitas Alat Tangkap Bagan Perahu
ID Produktivitas Alat Tangkap Bagan Perahu
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pola Antrian
Kapal Perikanan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Karangsong, Kabupaten
Indramayu adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Kata kunci : antrian kapal ikan, kecepatan bongkar, pemanfaatan fasilitas, PPI
Karangsong
ABSTRACT
Karangsong Fish Landing Base (PPI) is one of the biggest port with
highest rate of activity in Indramayu Regency. Nevertheless, in unloading process,
it’s often happened long queue of fish vessels. This shows that high activity in this
PPI caused the queue. The purpose of this research are to identify fish vessel
queue pattern in PPI Karangsong, analyze utilization of the facilities, and identify
time to unload fishes. The method used in the study was case study, with
purposive sampling. Analysis used for this research was descriptive analysis to
know fish loading pattern, utilization of the facilities activity to know the capacity
of unloading dock, pool port, TPI area, and fishes unloading time analysis. The
results of analysis shows that the queue system implemented in PPI Karangsong
was multi channel-single phase queue system. Facility utilization of unloading
dock and pool port area exceed capacity with utilization percentage 109% and
324%. Average of 20 GT gillnet vessels unloading speed is 813 kg/ hour and 81
kg/ person/ hour. Average of 30 GT gillnet vessels unloading speed is 1.098 kg/
hour and 88 kg/ person/ hour. Average of 20 GT gillnet vessels unloading speed is
1.811 kg/ hour and 131 kg/ person/ hour.
Keyword : queue of fishing vessels, unloading speed, utilization facilities, PPI
Karangsong
POLA ANTRIAN KAPAL PERIKANAN DI PANGKALAN
PENDARATAN IKAN (PPI) KARANGSONG,
KABUPATEN INDRAMAYU
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan bulan Desember 2015 ini adalah antrian kapal
perikanan pada pembongkaran ikan, dengan judul Pola Antrian Kapal Perikanan
di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Karangsong, Kabupaten Indramayu.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Mohammad Imron, MSi dan Dr
Iin Solihin, SPi MSi selaku pembimbing, serta Ir Mokhamad Dahri Iskandar, MSi
dan Dr Mochammad Riyanto, SPi MSi, selaku dosen penguji dalam ujian skripsi.
Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada seluruh civitas
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan yang telah mendukung aktivitas
pembelajaran penulis selama delapan semester serta seluruh pihak dari PPI
Karangsong Indramayu yang telah membantu kelancaran selama penelitian
berlangsung. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada papah, mamah,
ode, dan seluruh keluarga atas segala doa, dukungan dan kasih sayangnya, serta
kepada rekan-rekan PSP 49 yang telah memberikan semangat dan motivasinya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak
ditemukan kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun. Semoga karya ilmiah dalam bentuk skripsi ini
dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan di kemudian hari.
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN x
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Penelitian Terdahulu 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
METODOLOGI PENELITIAN 3
Waktu dan Tempat Penelitian 3
Metode Penelitian 3
Metode Pengumpulan Data 3
Bahan dan Alat 5
Analisis Data 5
HASIL DAN PEMBAHASAN 8
Hasil 8
Pembahasan 21
SIMPULAN DAN SARAN 25
Simpulan 25
Saran 25
DAFTAR PUSTAKA 26
LAMPIRAN 28
RIWAYAT HIDUP 32
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Latar Belakang
Penelitian Terdahulu
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
METODOLOGI PENELITIAN
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus, terhadap pola antrian
kapal ikan yang akan melakukan pembongkaran hasil tangkapan, pemanfaatan
fasilitas yang terkait pembongkaran hasil tangkapan, dan lamanya waktu
membongkar ikan. Pemanfaatan fasilitas dapat diketahui dengan membandingkan
kondisi penggunaan fasilitas yang terjadi di lapang dengan kapasitas fasilitasnya.
Fasilitas yang diteliti antara lain panjang dermaga bongkar, luas kolam pelabuhan,
dan luas Tempat Pelelangan Ikan (TPI).
Menurut Ferianita (2007), Batasan yang dimiliki metode purposive sampling yaitu
tidak representatif tetapi batasan lebih minimum dibanding dengan metode
lainnya karena diasumsikan populasi tidak keseluruhan melakukan atau mengerti.
Pengambilan data primer dilakukan melalui observasi langsung di lapangan.
Pengisian kuesioner dan wawancara juga dilakukan kepada pihak pengelola PPI
(petugas pencatat aktivitas pembongkaran ikan), dan nelayan. Penentuan sampel
kapal ikan yang diamati untuk menghitung lamanya waktu bongkar, dengan
ketentuan kapal ikan tersebut melakukan bongkar pada hari pertama, untuk kapal
gillnet adalah 10 unit kapal dengan ukuran kapal 20 GT sebanyak 2 unit kapal,
kapal berukuran 30 GT sebanyak 4 unit kapal dan kapal berukuran ≥40 GT
sebayak 4 unit kapal. Data sekunder diperoleh dari Dinas Perikanan dan Kelautan
Kabupaten Indramayu, KPL Mina Sumitra, PPI Karangsong, Syahbandar.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, stopwatch,
perekam suara, alat pengukur panjang dengan skala minimal 1 mm, datasheet,
laptop, kamera dan kuesioner untuk mendapatkan data utama primer dari nelayan
pemilik/nahkoda/nelayan buruh di PPI Karangsong Indramayu.
Bahan yang digunakan dalam melakukan penelitian adalah data hasil
kuisioner yang telah diisi melalui wawancara kepada nelayan
pemilik/nahkoda/nelayan buruh.
Analisis Data
Lb=1,15L
L=1,3B
L=2B
(
L=
Keterangan:
l : panjang kapal (m)
s : jarak antar kapal (m)
n : jumlah kapal yang memakai dermaga rata-rata per hari
a : berat rata-rata kapal (ton)
h : lama kapal di dermaga (jam)
u : produksi per hari (ton)
d : lama fishing trip (jam)
Keterangan:
L : luas kolam pelabuhan ( )
Lt : luas untuk memutar kapal ( )
n : jumlah kapal maksimum yang berlabuh
l : panjang kapal (m)
b : lebar kapal (m)
Hasil
Tabel 3 Jumlah alat tangkap menurut jenis alat di PPI Karangsong Tahun 2013
Jumlah
Jenis
(unit) (%)
Jaring Gillnet 345 71,4
Jaring Rajungan 20 4,1
Jaring Pancing 6 1,2
Rampus 46 9,5
Jaring Udang 66 13,7
Jumlah 483 100,0
Sumber : KPL Mina Sumitra
Produksi Ikan
Volume produksi hasil tangkapan yang didaratkan di Pangkalan
Pendaratan Ikan (PPI) Karangsong pada tahun 2014 berjumlah 18.645 ton atau
51,8 ton/hari. Ikan yang didaratkan di PPI Karangsong terdiri dari ikan tongkol
(Auxis thazar), tenggiri (Scomberomorus commersoni), manyung (Arius
thalassinus), remang (Congresox talabon), cucut (Carcharhinus sp.), klayaran
(Makaira indica), bawal hitam (Fornio niger), kakap merah (Lutjanus
malabaricus), blidah (Chirocentrus dorab), ikan sebelah (Psettodes erumerei),
ikan kue (Caranx sexfasciatus), kakap putih (Lates calcarifer), pari (dasyatis sp),
talang-talang (scomberoides commersonnianus), gulamah (pseudosciaena spp.)
dan lain lain (PPI Karangsong 2014). Ikan tongkol (Auxis thazar) menjadi hasil
tangkapan yang paling dominan. Berikut merupakan gambar fluktuasi produksi
ikan di PPI Karangsong tahun 2010 hingga 2014.
10
25000
Ikan siap
diangkut
ke TPI
a b
Gambar 8 Penambatan kapal ikan di dermaga bongkar PPI Karangsong (a)
Antrian fasilitas penimbangan ikan (b)
1. Kedatangan Kapal
Tahapan kapal yang masuk adalah mengambil nomor urut kedatangan kapal
untuk menentukan urutan pelaksanaan lelang, menyerahkan laporan log book
perikanan, mengambil surat Tanda Bukti Lapor Kedatangan Kapal (STBLK).
Kegiatan tersebut dilaksanakan di Pos terpadu sedangkan untuk penyerahan
dokumen kapal diberikan kepada petugas syahbandar. Kapal merapat secara
menyamping dengan sisi lambung kiri kapal merapat.
Laporan ke Pos Pemeriksaan Terpadu (PPI Karangsong, Polisi Air,
Syahbandar, Polisi Pelabuhan) meliputi: surat, pemeriksaan oleh tim PPI
Karangsong, memperoleh nomor urut kedatangan. Nomor urut ini berfungsi untuk
13
menentukan urutan bongkar. Kapal dengan nomor urut di luar kapasitas pelayanan
dermaga, harus menunggu kapal lain keluar dari dermaga bongkar. Hal-hal yang
dilaporkan ke Pos Terpadu antara lain tentang nama kapal, pemilik kapal, jenis
mesin, tanggal berangkat, tanggal masuk ke pelabuhan, jumlah anak buah kapal
dan jumlah palka terisi. Setelah mendapatkan ijin dan nomer urut lelang dari
petugas Tempat Pelelangan Ikan (TPI) kemudian memperoleh tambat labuh.
Selanjutnya melapor ke petugas KUD untuk memperoleh keranjang ikan.
a b
Gambar 9 Penyeleksian hasil tangkapan ikan di atas kapal (a) Mengeluarkan
hasil tangkapan ikan dari palka kapal (b)
14
a b
Gambar 10 Papan tangga yang digunakan untuk mengangkut hasil tangkapan ikan
dari dek kapal ke lantai dermaga (a) Keranjang plastik hasil tangkapan
yang digunakan di dermaga bongkar (b)
Dermaga Bongkar
Dermaga bongkar adalah salah satu bangunan pelabuhan yang digunakan
untuk merapat dan menambatkan kapal nelayan yang akan melakukan bongkar
muat hasil tangkapan. Ada beberapa tipe pemilihan dermaga yang dipengaruhi
oleh topografi daerah pantai, jenis kapal yang dilayani dan daya dukung tanah.
Dermaga yang terdapat di pangkalan pendaratan ikan Karangsong saat ini masih
dalam kondisi baik dan digunakan sesuai dengan fungsinya. Dermaga bongkar
Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Karangsong tersebut terbuat dari beton
berbentuk lurus memanjang. Pada saat penelitian, kapal yang bertambat labuh
merapat secara memanjang dengan dermaga, memanjang dari 4 sampai 5 unit
kapal. Berdasarkan hasil pengamatan, kondisi jalan di sekitar dermaga bongkar
PPI Karangsong masih cukup baik, tetapi tidak jarang kendaraan motor dan
mobil mengganggu aktivitas bongkar.
Apabila cara tambat kapal dilakukan dengan sistem tegak lurus dermaga,
dan lamanya pelayanan 4 jam/hari, maka kemampuan dermaga bongkar
pangkalan pendaratan ikan Karangsong menampung jumlah kapal adalah 79 kapal
dan kebutuhan panjang dermaga bongkar yaitu 30 m. Berdasarkan hasil analisis
tingkat pemanfaatan fasilitas dermaga bongkar yang ada di pangkalan pendaratan
ikan Karangsong adalah 31%. Sedangkan dengan lama pelayanan 12 jam/hari,
kemampuan dermaga bongkar menampung jumlah kapal adalah 197 kapal dan
kebutuhan panjang dermaga bongkar yaitu 9 m, dengan tingkat pemanfaatan
fasilitas 12%.
18
Apabila cara tambat kapal dilakukan dengan sistem menyudut, dan lamanya
pelayanan 4 jam/hari, maka kemampuan dermaga bongkar pangkalan pendaratan
ikan Karangsong menampung jumlah kapal adalah 52 kapal dan kebutuhan
panjang dermaga bongkar yaitu 45 m. Berdasarkan hasil analisis tingkat
pemanfaatan fasilitas dermaga bongkar yang ada di pangkalan pendaratan ikan
Karangsong adalah 47%. Sedangkan dengan lama pelayanan 12 jam/hari,
kemampuan dermaga bongkar menampung jumlah kapal adalah 131 kapal dan
kebutuhan dermaga bongkar yaitu 18 m, dengan tingkat pemanfaatan fasilitas
19%.
Luas gedung Tempat Pelelangan Ikan (TPI) adalah 1230 . Luas ruang
lelang TPI Karangsong adalah 1100 . Ruang lelang dipakai untuk menimbang,
memperagakan dan melelang ikan. Dalam satu hari, kegiatan pelelangan ikan
dilaksanakan sebanyak satu kali. Jumlah produksi ikan di PPI Karangsong adalah
51.800 kg per hari. Jumlah tersebut meliputi ikan yang dilelang. Berdasarkan hasil
perhitungan dengan ketentuan jumlah produksi per hari 51,8 ton diperoleh hasil
kebutuhan luas gedung TPI sebesar 1072,64 (lampiran 1). Tingkat
pemanfaatan TPI yang ada sebesar 87%.
Tabel 9 Kapasitas dan kebutuhan fasilitas ruang lelang dan kolam pelabuhan
Ukuran
Tingkat
No Fasilitas Kapasitas Kebutuhan
pemanfaatan
saat ini saat ini
1 Luas ruang lelang 1100 1072,64 87%
Luas kolam
2 4754 8770,87 324%
pelabuhan
20
tahapan tersebut. Dalam proses pembongkaran ikan cara yang digunakan untuk
membongkarnya berbeda maka akan mempengaruhi lama waktu pembongkaran
ikan. Apabila pembongkaran ikan tidak sesuai dengan tahapan-tahapan tersebut
maka akan memperlambat pembongkaran ikan. Cara pembongkaran ikan dengan
atau tanpa alat bantu juga bisa mempengaruhi lamanya waktu pembongkaran ikan.
Pada saat penelitian, tidak jarang hasil tangkapan dalam keranjang, terutama yang
berada paling bawah keranjang, kerap kali bagian tubuh ikan keluar melalui
lubang keranjang dan ada yang tergencet. Keluarnya bagian tubuh tersebut
disebabkan tekanan dari bagian atas sebagai akibat dari penumpukan hasil
tangkapan yang melebihi batas tinggi keranjang. Kondisi tersebut semakin
memperburuk dengan banyaknya keranjang yang bagian bawahnya telah rusak
akibat penggunaan yang terus menerus dengan cara demikian.
Pembahasan
perikanan dapat melakukan tambat saling bersusun, namun demikian perlu diatur
agar jumlah kapal yang tambat dengan bersusun tidak terlalu banyak, sehingga
tidak mengalami kesulitan dalam pembongkaran ikan.
Menurut (Subagyo 2000), terdapat 4 pola struktur antrian dasar yang umum
terjadi dalam sistem antrian yaitu multi channel-single phase yang diterapkan di
PPI Karangsong. single channel-single phase, yaitu hanya ada satu jalur yang
memasuki sistem pelayanan atau ada satu fasilitas pelayanan. single channel-multi
phase, yaitu ada dua atau lebih pelayanan yang dilaksanakan secara berurutan.
multi channel-multi phase, yaitu mempunyai beberapa fasilitas pelayanan pada
setiap tahapannya. Pola antrian yang telah diterapkan di Pelabuhan Perikanan
Nusantara Pekalongan menggunakan antrian tunggal dengan banyak fasilitas
pelayanan, multiple channel-single phase (Santosa 2005), hal ini sama dengan
pola antrian yang digunakan di PPI Karangsong.
Penentu antrian lain yang penting adalah disiplin antrian. Disiplin antrian
adalah aturan keputusan yang menjelaskan cara melayani pengantri. Menurut
Siagian (1987), ada 5 bentuk disiplin pelayanan yang biasa digunakan, yaitu:
First-Come First-Served (FCFS) atau First-In First-Out (FIFO) yang terjadi di
PPI Karangsong, Disiplin antrian pendaratan ikan di PPI Karangsong adalah
dengan metode antrian dimana kapal yang datang pertama dapat melakukan
proses pendaratan ikan. Tidak seperti halnya di Pelabuhan Perikanan Samudera
Cilacap dimana pelaksanaan bongkar dilakukan bergantian. Kapal dengan
tangkapan udang mendapat giliran lebih dahulu karena pembongkaran hasil
tangkapan relatif singkat dan udang dilelang terlebih dahulu. Setelah itu baru
kapal-kapal yang memiliki hasil tangkapan utama berupa ikan untuk dibongkar
(Bambang dan Suherman 2005).
Last-Come First-Served (LCFS) atau Last-In First-Out (LIFO) merupakan
disiplin antrian di mana pelanggan yang datang terakhir, yang dilayani pertama
kali. Shortest Operation Time (SOT) merupakan sistem pelayanan di mana
pelanggan yang membutuhkan waktu pelayanan tersingkat mendapat pelayanan
pertama. Service In Random Order (SIRO) artinya, panggilan didasarkan pada
peluang secara random, tidak melihat siapa yang lebih dulu tiba. Kemudian
Priority Service (PS) merupakan pelayanan yang dilakukan secara khusus pada
pelanggan utama, prioritas pelayanan diberikan kepada pelanggan yang
mempunyai prioritas lebih tinggi dibandingkan dengan pelanggan yang
mempunyai prioritas lebih rendah.
Terdapat tiga aspek yang harus diperhatikan dalam mekanisme pelayanan,
yaitu; tersedianya pelayanan, kapasitas fasilitas pelayanan, dan lamanya
pelayanan. Tersedianya pelayanan bongkar hasil tangkapan di Pangkalan
Pendaratan Ikan (PPI) Karangsong tidak selalu tersedia setiap saat, karena
terdapat waktu istirahat, dan pelayanan bongkar muat dilayani hanya dari jam
08.00 sampai 12.00 WIB. Kapasitas dari mekanisme pelayanan bongkar diukur
berdasarkan jumlah kapal yang dapat dilayani secara bersama-sama. Kemudian
lamanya pelayanan adalah waktu yang dibutuhkan untuk melayani kapal harus
dinyatakan secara pasti.
Panjang dermaga bongkar yang tersedia saat ini masih belum memenuhi
standar panjang yang dibutuhkan oleh sejumlah kapal yang bertambat di
Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Karangsong. Kendala ini dapat menjadi
penghambat dalam kelancaran proses aktivitas bongkar ikan, akan terjadi antrian
23
panjang dermaga dan luas kolam pelabuhan. Hal tersebut juga didukung oleh
pihak pelabuhan yang menyatakan bahwa, dengan semakin banyaknya kapal yang
bertambat untuk mendaratkan hasil tangkapannya dan semakin besarnya ukuran
kapal penangkap ikan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Karangsong serta
semakin jauhnya daerah operasi penangkapan, maka PPI Karangsong memiliki
potensi untuk dikembangkan. Merujuk pada kriteria teknis klasifikasi pelabuhan
perikanan menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 08 Tahun
2012 bahwa, panjang dermaga bongkar pelabuhan tipe D sekurang-kurangnya
adalah 50 m dan luas kolam pelabuhan sebesar <5000 . Sedangkan untuk
gedung pelangan ikan tidak perlu diadakan pengembangan tetapi harus
meningkatkan pemanfaatan fasilitas ruang lelang. Luas ruang lelang berdasarkan
standar kriteria produksi dan fasilitas pelabuhan perikanan untuk pelabuhan tipe D
adalah 150 (Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 08 Tahun
2012). Panjang dermaga bongkar, luas kolam pelabuhan, dan luas ruang lelang
tidak sesuai dengan standar kriteria produksi dan fasilitas pelabuhan perikanan
berdasarkan tipe pelabuhan D. Untuk menunjang segala aktivitas bongkar hasil
tangkapan ikan pangkalan pendaratan ikan Karangsong, perlu dilakukan
pengembangan dan perbaikan fasilitas-fasilitas yang ada di PPI tersebut,
mengingat letaknya yang sangat strategis, mudah dijangkau oleh masyarakat.
Kecepatan bongkar juga hal penting yang dapat mempengaruhi
pengoperasian pelabuhan. Kecepatan bongkar ditentukan oleh berat kg ikan setiap
kali angkutan per jam. Seberapa kali angkat per jam biasanya dibatasi oleh
persiapan yang diperlukan sebelum pengangkutan selanjutnya berlangsung.
Kecepatan bongkar di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Karangsong setiap ukuran
kapal gillnet belum memenuhi standar efisiensi normal untuk kecepatan bongkar.
Menurut Sugeng (2003), standar efisiensi normal untuk kecepatan bongkar kapal
perikanan ialah sekitar 10-12 ton per jam. Pembongkaran ikan di Pangkalan
Pendaratan Ikan (PPI) Manggar berlangsung cukup cepat yaitu dalam kisaran
waktu 15-30 menit untuk 80-200 kg dengan 3-4 orang yang membongkar
(Hendrawan 1997). Untuk Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Bungus
pembongkaran rata-rata 30 menit untuk 1500-2000 kg (Febrisma 1997). Dalam
pengoperasian pelabuhan perikanan Indonesia, pengelolaan pelabuhan perikanan
terlebih PPI tidak memberikan perhatian khusus kepada faktor bongkar ini untuk
mengatasi masalah antrian dalam pemanfaatan dermaga bongkar. Merupakan
suatu pemandangan umum di suatu PPI atau Pelabuhan Perikanan (PP) yang
penuh sesak dengan kapal-kapal yang baru datang selalu membuat kemacetan di
sekitar dermaga bongkar seperti halnya di PPI Karangsong.
Beberapa alasan didapatkan hasil perhitungan perbedaan kecepatan bongkar
tiap kapal, yaitu kecepatan bongkar berbeda apabila ikan disimpan dengan beku
dan dengan es curah, karena biasanya ikan beku diangkut oleh 2 orang Anak Buah
Kapal (ABK) dan lebih banyak berat kg ikannya dalam satu kali angkut,
sedangkan ikan es curah diangkut oleh 1 orang ABK dan lebih sedikit berat kg
ikannya dalam satu kali angkut. Kemudian, jumlah anak buah kapal (ABK) yang
melakukan pembongkaran ikan, semakin banyak buruh bongkar maka
pembongkaran ikan akan semakin cepat. Pembongkaran ikan harus dilakukan
secepat mungkin untuk menghindari kenaikan temperatur yang dapat
mempercepat penurunan mutu ikan. Kapal yang berukuran besar maka jumlah
palka yang dimilikinya pun lebih banyak dibandingkan kapal kecil. Semakin besar
25
kapal maka jumlah buruh bongkarnya pun semakin banyak sehingga akan
mempercepat pembongkaran ikan.
Beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mempercepat pembongkaran di
Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Karangsong, diantaranya; Pengangkutan hasil
tangkapan dari kapal ke dermaga bongkar, dapat dilakukan dengan bantuan alat,
seperti crane atau container. Memaksimalkan percepatan bongkar ikan, dengan
menambah jam kerja pelayanan. Biasanya aktivitas bongkar ikan dimulai pukul
08.00-12.00 WIB ditambah hingga pukul 16.00 WIB. Pembinaan terhadap anak
buah kapal sebagai tenaga kerja bongkar, karena apabila tenaga kerja bongkar
kurang profesional atau kurang disiplin maka dapat mempengaruhi aktivitas
pembongkaran ikan. Penambahan fasilitas cold storage di pelabuhan, karena
apabila kecepatan bongkar ditingkatkan, akan terjadi penumpukan ikan di Tempat
Pelelangan Ikan (TPI).
Simpulan
3) Rata-rata kecepatan bongkar kapal gillnet ukuran 20 GT yaitu 813 kg/jam dan
81 kg/orang/jam. Rata-rata kecepatan bongkar kapal gillnet ukuran 30 GT yaitu
1.098 kg/jam dan 88 kg/orang/jam. Rata-rata kecepatan bongkar kapal gillnet
ukuran ≥ 40 GT yaitu 1811 kg/jam dan 131 kg/orang/jam
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
( (
Maka L = = = 102 m
Dimana:
Lt : Luas untuk memutar kapal
π : 3,14
l : panjang kapal terbesar = 24 m
Lt = 3,14 x = 1808,64
Luas untuk memutar adalah 1808.64
L = Lt + (3 x n x l x b)
L = 1808,64 + 3[( x 15 x 4,1) + ( x 18,19 x 4,7) + ( x 24 x 6)]
= 8770,872
Luas kolam yang tersedia adalah 2000 , sehingga pihak pelabuhan perlu
menambah luas kolam pelabuhan sebesar: 8770,872 – = 4016,87
Lg = = (63290,6/66x1x0,894) = 1072,64
Dengan asumsi per daya tampung produksi (kg/ ) sebanyak 1 wadah hasil
tangkapan masing-masing 66 kg ikan per wadah per .
Luas gedung TPI yang dibutuhkan = 1072,64
Luas gedung TPI tercatat seluas = 1100
30
Kecepatan bongkar
Hasil
∑ lama waktu ∑ hasil
tangkap ∑ ABK( ∑hasil
Sampel pembongkaran tangkapan/
an(kg) orang) tangkapan/kapal/ lama
kapal (jam) kapal/
/kapal waktu pembongkaran
ABK/jam
a b c d= a/c e=a/b
Laju
10000 10 10,33 967,74 96,77
hati 2
Putra
6700 10 10,16 659,01 65,90
jaya
Jumlah 16700 20 20,50 1626,75 162,67
Rata-rata 8350 10 10,25 813,37 81,33
Kecepatan bongkar
Hasil
∑ ∑ lama waktu ∑hasil ∑ hasil
tangka
Sampel ABK( pembong tangkapan/kapal/ tangkapan/
pan (kg)
kapal orang) karan (jam) lama waktu kapal/
/kapal
pembongkaran ABK/jam
a b c d= a/c e=a/b
Andora D 12000 13 13,33 900,00 69,23
Andora B 18000 11 15,91 1130,88 102,80
Andora 5 16000 12 14,08 1136,09 94,67
Abadi 7 17000 14 13,83 1228,91 87,77
Jumlah 63000 50 57,16 4395,90 354,49
Rata-rata 15750 12,5 14,29 1098,97 88,62
Lampiran 4 Data sampel lama waktu pembongkaran ikan pada kapal ≥40 GT
Kecepatan bongkar
Hasil
∑ lama waktu ∑hasil
tangka ∑ABK( ∑ hasil
Sampel pembong tangkapan/kapal/
pan (kg)/ orang) tangkapan/kapa/
kapal karan (jam) lama waktu
kapal ABK/jam
pembongkaran
a b c d= a/c e=a/b
Bintang 35000 15 19,33 1810,34 120,68
Senang
hati putra 42000 14 19,50 2153,84 153,84
4
Teguh
27000 12 18,33 1472,72 122,72
jaya
Terang
35000 14 19,33 1810,34 129,31
jaya
Jumlah 139000 55 76,49 7247,26 526,57
Rata-rata 34750 14 19,12 1811,81 131,64
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Jakarta pada tanggal 9 Desembar 1994. Penulis adalah anak
pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Mas’ud dan Ibu Tini Sudartini.
Adapun riwayat pendidikan penulis yaitu pada tahun 2006 penulis lulus dari SDN
07 pagi Jakarta Timur, pada tahun 2009 penulis lulus dari MTsN 7 Model Jakarta,
dan pada tahun 2012 penulis lulus dari SMAN 106 Jakarta. Kemudian pada tahun
yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN
Undangan yang terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif menjadi anggota Lembaga
Dakwah Fakultas (LDF) FKM FPIK tahun 2013-2015. Penulis juga pernah
menjadi asisten praktikum mata kuliah Oseanografi Umum periode 2014/2015.
Asisten praktikum mata kuliah Pendidikan Agama Islam periode 2014/2015.
Asisten praktikum mata kuliah Navigasi Kapal Perikanan periode 2015/2016.
Asisten praktikum mata kuliah Pelabuhan Perikanan periode 2015/2016. Asisten
praktikum mata kuliah Teknik Perencanaan Pembangunan dan Pemanfaatan
Pelabuhan Perikanan periode 2015/2016. Pada tahun 2015 penulis melakukan
penelitian berjudul Pola Antrian Kapal Perikanan di Pangkalan Pendaratan Ikan
(PPI) Karangsong, Kabupaten Indramayu sebagai salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Perikanan (SPi).