Anda di halaman 1dari 107

STRATEGI FUNDRAISING PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI

(SENYUM MANDIRI) PADA RUMAH ZAKAT

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Syarat-syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.sy)

Oleh:

Nurlaelatul Afifah
107046302333

KONSENTRASI MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF


PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H / 2011 M
STRATEGI FUNDRAISING PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI
(SENYUM MANDIRI) PADA RUMAH ZAKAT

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Syarat-syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.sy)

Oleh:

Nurlaelatul Afifah
107046302333

Di Bawah Bimbingan

KONSENTRASI MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF


PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H / 2011 M

ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul Strategi Fundraising Program Pemberdayaan Ekonomi


(Senyum Mandiri) Pada Rumah Zakat, telah diujikan dalam sidang munaqasyah
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam)
Jakarta, 23 Juni 2011
Dekan,

Panitia Ujian Munaqasyah

Ketua : Dr. Euis Amalia, M.Ag


NIP. 197107011998032002

Sekretaris : Mu’min Roup, MA


NIP. 150 281 979

Pembimbing I : Dr. Asep Saepudin Jahar, MA.


NIP.196912161996031001

Penguji I : Dr. H.A. Mukti Aji, M.A


NIP. 195703121985031003

Penguji II : Dr. Hendra Kholid, M.A

iii
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.sy) di

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 08 Rajab 1432 H


10 Juni 2011 M

NURLAELATUL AFIFAH

iv
ABSTRAK

NURLAELATUL AFIFAH. NIM 107046302333. Strategi Fundraising Program


Pemberdayaan Ekonomi (Senyum Mandiri) Pada Rumah Zakat. Program Studi
Muamalat (Ekonomi Islam), Konsentrasi Manajemen ZISWAF, Fakultas Syariah dan
Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 1432 H / 2011 M.
Isi: xiii + 84 halaman + 8 lampiran, 25 literatur (1992-2011).

Penelitian ini untuk menganalisis strategi fundraising program pemberdayaan


ekonomi (senyum mandiri) pada Rumah Zakat, yang bertujuan untuk mengetahui
model-medel fundraising yang digunakan Rumah Zakat dalam hal penggalangan dana
untuk program-program Rumah Zakat, khususnya dalam bidang ekonomi, serta
melihat peningkatan jumlah dana serta layanan program senyum mandiri.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif.
Pengumpulan data melalui wawancara, dan studi dokumentasi terhadap laporan
keuangan dan profile Rumah Zakat. Adapun teknik pengolahan data pada penelitian
ini adalah deskriptif kualitatif, analisis data dilakukan secara bersamaan dengan
pengumpulan data. Proses analisis bersifat induktif, yaitu mengumpulkan informasi-
informasi khusus menjadi satu kesatuan dengan jalan mengumpulkan data, menyusun
dan mengklasifikasikannya dan menganalisa penerapan strategi fundraising yang
dilakukan Rumah Zakat khususnya pada program pemberdayaan ekonomi (senyum
Mandiri).
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa Rumah Zakat dalam menghimpun
atau menggalang dana dari donatur menggunakan strategi fundraising yang efektif,
dengan menggunakan dua model strategi fundraising serta kemudahan untuk
muzakki. Terbukti bahwa fundraising yang digunakan berpengaruh terhadap
peningkatan jumlah dana serta jumlah penerima manfaat dari program ini. Jumlah
penerima manfaat dari program pemberdayaan ekonomi dalam bidang KUKMI 8.374
warga binaan, sarana usaha mandiri 361 sarana usaha, siaga bencana 113.814 orang,
dan water well 137 water well.

Kata Kunci: Strategi Fundraising Program Pemberdayaan Ekonomi (Senyum


Mandiri) Rumah Zakat, Model Strategi Yang digunakan serta
Pengaruhnya terhadap program pemberdayaan ekonomi.

Pembimbing : Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A.


NIP. 196912161996031001

v
KATA PENGANTAR

Rasa syukur serta rangkaian puji senantiasa penulis panjatkan kepada tuhan

pemelihara dan pengatur semesta alam, Allah yang maha kuasa, berkat kehendak dan

kuasanya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam

selalu tercurahkan kepada baginda nabi Muhammad SAW, suri tauladan kita dalam

setiap aktivitas kehidupan.

Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai persyaratan untuk

mendapatkan gelar SI Sarjana Ekonomi Syariah (SE.sy). Penulis berharap semoga

skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Penulis juga mengharapkan segala bentuk masukan berupa kritik atau saran-

saran yang bersifat membangun dalam menyempurnakan skripsi ini, mengingat

kemampuan penulis yang masih terbatas dan terdapat banyak kekurangan-kakurangan

dalam penyusunan skripsi ini.

Disadari pula bahwa dalam penulisan skripsi ini serat dengan dialektika yang

tidak mungkin terlupakan antara keyakinan dan kekhawatiran, serta harapan dan

kenyataan yang menjadi satu dalam membentuk mozaik penulisan skripsi ini.

Seperti juga perjalanan studi yang penulis lalui, tidak ada pekerjaan yang sukses

dilakukan dalam kesendirian. Dibalik keberhasilan selalu ada lingkaran lain yang

memberi semangat, bimbingan, bantuan dan do’a. untuk penulis sangat bersyukur

vi
kepada Allah SWT dan mengucap beribu banyak terima kasih atas bantuan dan jasa

yang diberikan oleh semua pihak dalam menyelesaikan skripsi ini, diantaranya

bapak/Ibu:

1. Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH., MA,. MM., selaku dekan Fakultas Syariah

dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Euis Amalia, M. Ag., ketua Jurusan Muamalat Program Study Manajemen

Zakat dan Wakaf Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Mu’min Rouf, S.Ag., M.A., Sekretaris Jurusan Muamalat Program Study

Manajemen Zakat dan Wakaf Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. Asep Saepudin jahar, MA., dosen pembimbing yang tidak kenal lelah

meluangkan waktu dan memberikan sumbangan fikiran, serta arahan kepada

penulis pada penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Edisman Adiguna, Ibu Niken, bapak Ade dan bapak Jamal pihak

Rumah Zakat yang telah membantu dan memberikan informasi dalam proses

penyusunan skripsi ini.

6. Ayahanda tercinta Moh. Nasik Murdamuri dan Ibunda Yumaini tercinta yang

telah mencurahkan doa, kasih sayang, kesabaran dan dorongan spirit maupun

materi serta pengorbanan yang selalu diberikan kepada penulis sehingga

penulis dapat mempersembahkan sesuatu yang mudah-mudahan dapat

dijadikan kebanggaan.

vii
7. Kakak-kakaku dan adik-adikku tersayang terima kasih banyak atas dukungan

dan doa yang diberikan serta semangat kepada penulis.

8. Sahabat kosanku Tia, Maryam, Key, Desi serta sahabat INVOL Monong,

Syaeful, Syahiru, Reza, Riyan, Desi Adami dan Nisa yang selalu mendukung

serta motivasi di sela-sela kesibukannya membantu dhuafa.

9. Teman-Teman ZISWAF angkatan 2007 Sifa, Faiz, Marni, Dyah, Ucriet, Tea,

Put3, Icha, Nova, Sela dan teman-teman laki-laki yang tidak mungkin penulis

sebutkan satu persatu.

10. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun telah

memberikan bantuan dan kontribusi yang cukup besar sehingga penulis dapat

lulus menjalani perkuliahan di Universitas Islam Negeri Jakarta (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta,

Demikian ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada seluruh pihak,

semoga Allah SWT memberikan kemudahan atas semuanya.Amin Ya Robbal

Alamin….

Ciputat, 08 Rajab 1432 H


10 Juni 2011 M

NURLAELATUL AFIFAH

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN PANITIA UJIAN ...................................................... iii

LEMBAR PENYATAAN.......................................................................................... iv

ABSTRAK ................................................................................................................. v

KATA PENGANTAR ............................................................................................... vi

DAFTAR ISI.............................................................................................................. ix

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................... 1

B. Pembatasan Masalah .......................................................................... 9

C. Perumusan Masalah ........................................................................... 9

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 10

E. Kerangka Teori dan Konseptual ........................................................ 11

F. Review Studi Terdahulu..................................................................... 13

G. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan........................................... 16

H. Sistematika Penulisan ........................................................................ 18

ix
BAB II LANDASAN TEORITIS

A. Konsep Strategi .................................................................................. 21

1. Pengertian Strategi ....................................................................... 21

2. Tahapan Strategi........................................................................... 23

B. Konsep Fundraising ........................................................................... 25

1. Pengertian Fundraising................................................................. 25

2. Dasar Hukum Fundraising ........................................................... 27

3. Ruang Lingkup dan Tujuan Fundraising...................................... 30

4. Metode serta Misi dan Motivasi Fundraising............................... 34

C. Konsep Pemberdayaan ....................................................................... 37

1. Pengertian Pemberdayaan ............................................................ 37

2. Tujuan Pemberdayaan.................................................................. 40

3. Pola-Pola Pemberdayaan.............................................................. 41

4. Tahap-Tahap Pemberdayaan........................................................ 43

5. Indikator Pemberdayaan............................................................... 45

BAB III GAMBARAN UMUM RUMAH ZAKAT

A. Sejarah Berdiri Rumah Zakat............................................................. 47

B. Legal Formal Rumah Zakat ............................................................... 55

C. Visi dan Misi Rumah Zakat ............................................................... 57

D. Program Pemberdayaan Ekonomi (Senyum Mandiri)

Rumah Zakat ...................................................................................... 58

E. Struktur Organisasi Rumah Zakat...................................................... 64

x
BAB IV ANALISIS STRATEGI FUNDRAISING PROGRAM

PEMBERDAYAAN EKONOMI (SENYUM MANDIRI) PADA

RUMAH ZAKAT

A. Model strategi fundraising program pemberdayaan ekonomi (Senyum

Mandiri) di Rumah Zakat................................................................... 68

B. Pengaruh strategi fundraising pada program pemberdayaan ekonomi

(Sunyum Mandiri).............................................................................. 77

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................ 81

B. Saran................................................................................................... 82

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 83

LAMPIRAN

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Penghimpunan Dana Zakat 2001-2008.............................................. 2

Gambar: 4.1 Jumlah Layanan Program Pemberdayaan Ekonomi .......................... 78

Gambar: 4.2 Mustahik Menuju Mandiri 2010 ........................................................ 79

Gambar: 4.3 Program pemberdayaan bersama KUKMI......................................... 80

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Penyaluran Program Rumah Zakat. ........................................................................... 85

Penerima Manfaat Rumah Zakat Berdasarkan Jenis Kelamin................................... 86

Laporan Keuangan Rumah Zakat Tahun 2006-2009 ................................................. 87

Foto Program Rumah Zakat. ...................................................................................... 88

Pertanyaan wawancara ............................................................................................... 89

Surat Penelitian/Wawancara Ke Rumah Zakat. ......................................................... 92

Surat Kesediaan Menjadi Pembimbing Skripsi ......................................................... 93

Surat Keterangan Dari Rumah Zakat ......................................................................... 94

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Zakat sebagai rukun Islam merupakan kewajiban setiap muslim yang

mampu untuk membayarnya dan diperuntukan bagi mereka yang berhak

menerimanya. Dengan pengelolaan yang baik, zakat merupakan sumber dana

potensial yang dapat di manfaatkan untuk memajukan kesejahteraan bagi seluruh

masyarakat.1

Jumlah pengumpulan zakat Indonesia masih minim jika dibanding dengan

potensi zakat yang bisa digali dari masyarakat. Potensi kemudian bisa digunakan

untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat yang tidak

mampu. Sejak tahun 2006 hingga sekarang angka pengumpulan zakat cenderung

naik walaupun masih jauh dari potensi zakat nasional. Pada 2006 pengumpulan

zakat secara nasional mencapai Rp300 miliar, tahun 2007 meningkat mencapai

Rp700 miliar dan pada 2008 naik menjadi 900 miliar. Grafiknya menunjukkan

kenaikkan, namun tetap saja tidak sebanding dengan potensi zakat yang mencapai

Rp19 triliun per tahun.2

1
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat, h.
20
2
http://www.antaranews.com/view/?i=1235991716&c=NAS&s, diakses pada hari Senin,02
Mei 2011.

1
Dalam satu dekade terakhir ini, penghimpunan dana zakat cenderung

meningkat dari waktu ke waktu, seperti terlihat dalam table di bawah ini. Dari

data yang berhasil dihimpun oleh the Indonesia Magnificence of Zakat (IMZ),

terlihat tren positif dalam penghimpunan dana zakat, terutama melalui organisasi

pengelola zakat (OPZ) di Indonesia. Deskripsi tersebut terlihat dalam Asumsi

Potensi Penghimpunan Dana Zakat 2010. Penulisan asumsi potensi

penghimpunan dana zakat 2010 ini didasarkan pada data urutan waktu (time

series) dari dana zakat yang terhimpun melalui lembaga dari tahun 2001 hingga

2008.

Gambar 1.1. Penghimpunan Dana Zakat 2001-2008

Sumber: analisa IMZ dari berbagai sumber

Dari data tersebut, terlihat jelas bahwa terjadi peningkatan jumlah

penghimpunan zakat dalam OPZ. Persentase tertinggi kenaikan penghimpunan

terjadi antara kurun tahun 2004 ke 2005. Dalam rentang waktu tersebut,

penghimpunan OPZ mengalami kenaikan sebesar hampir 71,75 persen, dari total

nilai penghimpunan sebelumnya sebesar 167,59 miliar rupiah menjadi 287,84

2
miliar rupiah. Sementara itu, peningkatan jumlah persentase penghimpunan

terendah terjadi antara tahun 2006 ke 2007. Dalam selisih tahun tersebut, terjadi

persentase negatif total penghimpunan sebesar 7,28 persen, dari total

penghimpunan tahun 2006 sebesar 413,92 miliar rupiah menjadi 444,07 miliar

rupiah.

Sulit menjelaskan fluktuasi perubahan persentase dari total

penghimpunan dana zakat yang dilakukan oleh OPZ. Dalam asumsi umum,

banyak yang mengaitkan total penghimpunan ini dengan kreatifitas aktifitas

fundraising maupun agenda program pemberdayaan dari OPZ yang ada.

Sebagaimana pandangan umum bahwa progresifitas penghimpunan OPZ

dipengaruhi oleh strategi kegiatan fundraising yang dilakukan, seperti sosialisasi

cara-cara berzakat ataupun berderma melalui OPZ. Namun demikian juga,

jumlah penghimpunan OPZ juga dipengaruhi oleh publikasi program

pemberdayaan OPZ yang menarik simpati publik untuk berderma. Namun,

asumsi ini masih belum bisa diyakini mengingat belum ada satupun kajian yang

membaca korelasi antara total penghimpunan dana dengan strategi program

fundraising ataupun program pemberdayaan OPZ.3

Sejarah perkembangan pengelolaan nirlaba, khususnya lembaga-lembaga

zakat terdapat hubungan erat antara kemampuan menggalang dana (fundraising)

dengan jumlah yang dihimpun. Aktivitas lembaga nirlaba sangat dipengaruhi

3
http://hanumisme.wordpress.com/2009/12/28/potensi-zakat-2010/, diakses pada hari Senin,
02 Mei 2011.

3
oleh kemampuan menghimpun dana sebagai modal untuk melakukan kegiatan

program dan biaya operasional lembaga. Maju mundurnya setiap organisasi

nirlaba juga ditentukan oleh jumlah dana yang dihimpun untuk melaksanakan

setiap programnya. Kegiatan program pemberdayaan yang dilakukan oleh

lembaga zakat sangat besar pengaruhnya dalam meningkatkan minat masyarakat

untuk menyampaikan dana amalnya, yang akhirnya sangat membantu dalam

melaksanakan pemberdayaan masyarakat secara luas.

Di tengah semarak tumbuhnya lembaga zakat yang mendedikasikan

dirinya untuk tidak berorientasi keuntungan, kemampuan menggali dana

masayarakat telah menjadi andalan penting. Berbagai cara untuk menghimpun

dana dari masyarakat dilakukan untuk menggerakkan kegiatan organisasi dan

juga untuk melakukan pemberdayaan masyarakat. Berbagai kreasi strategi

penghimpunana dana dilakuan untuk mencapai target capaian dana yang harus

terkumpul. Lahirlah strategi fundraising sebagai cara atau upaya untuk menarik

simpati masyarakat sehingga dana dapat terkumpul dan kegiatan program

berjalan dengan baik.

Fundraising adalah kegiatan menghimpun dana dan sumber daya lainnya

dari masyarakat (baik individu, kelompok, organisasi, perusahaan ataupun

pemerintah) yang akan digunakan untuk membiayai program dan kegiatan

operasional lembaga yang pada akhirnya adalah untuk mencapai misi dan tujuan

dari lembaga tersebut.4

4
Hendra Sutisna, Fundraising Database, (Depok: 2006) Cet 1, Hal 11

4
Fundraising sangat berhubungan dengan kemampuan perseorangan,

organisasi, badan hukum untuk mengajak dan mempengaruhi orang lain sehingga

menimbulkan kesadaran dan kepedulian.

Fundraising sangat penting dalam lembaga zakat yang merupakan

lembaga sosial, karena banyaknya kebutuhan masyarakat yang belum terpenuhi

hadir sebagai solusi atas belum terpenuhinya kebutuhan masyarakat menjaga

kontinuitas keberlangsungan program. Keberlangsungan program membutuhkan

sumberdaya yang berkelanjutan yang harus di capai. Serta keberlangsungan

hidup semua organisasi membutuhkan dana (uang) untuk dapat berlanjut dan

beraktivitas. Perluasan dan pengembangan terutama dalam menghadapi

tantangan dan jaringan kerja mengurangi ketergantungan membangun konstituen

tidak hanya uang, tapi fundraising juga membutuhkan pendukung dalam jangka

panjang menciptakan organisasi yang giat dan berkesinambungan 5

Laporan IZDR mencatat, sejak awal tahun 1990 Lembaga Pengelola

Zakat (LPZ) merintis dan mengembangkan pengelolaan zakat secara profesional

dan amanah. Seperti layaknya lembaga filantropi modern, mereka menggunakan

strategi-strategi modern dan inovatif untuk menggalang zakat, direct mail, media

campaign, membership, special event, internet fundraising dan strategi modern

lainnya dalam menggalang dana Zakat. Mereka juga melakukan beragam upaya

untuk menjaga kepercayaan donatur dengan menjalin komunikasi dan mengirim

5
http://www.slideshare.net/IBSetiawan/teknik-perencanaan-program-fundraising, diakses
pada hari Jum’at tanggal 03-11-2010

5
laporan pertanggungjawaban secara rutin dan kontinyu. Tidak heran jika

sejumlah lembaga amil zakat nasional memiliki donatur dalam jumlah besar dan

sukses menghimpun Rp 50M – Rp100M pertahun. Berbagai terobosan yang

dilakukan lembaga-lembaga sosial tersebut bisa dibilang sebagai langkah yang

reformatif dalam pengelolaan dana ZIS. Lembaga pengelola Zakat berhasil

mentransformasikan pengelolaan zakat dari berbasis individual-tradisional ke

berbasis kolektif-profesional, serta merubah paradigma pendayagunaannya dari

ranah amal sosial–keagamaan ke ranah pemberdayaan-pengembangan ekonomi.

Ini artinya, kian besar peluang mengkoordinasikan zakat dengan program-

program pengentasan kemiskinan.6

Oleh karena itu, bagi organisasi pengelola zakat yang tidak memiliki dana

awal yang cukup, maka pengumpulan dana untuk membiayai program dan

kegiatan sebuah keharusan bagi organisasi tersebut. Pengumpulan dana untuk

membiayai program dan kegiatan bagi sebuah NGO (Non Government

Organization) biasa di sebut dengan fundraising.7

Rumah Zakat berbeda dengan lembaga amil zakat yang lainnya. Dengan

misi untuk membangun kemandirian dan pelayanan masyarakat, Rumah Zakat

kini ada pada tingkat yang lebih tinggi; yakni sebagai organisasi sosial

keagamaan yang berkelas internasional. Dengan menanamkan tiga nilai

6
http://myzone.okezone.com/content/read/2009/12/24/38/, diakses pada hari Senin, 02 Mei
2011.
7
Setiyo Iswoyo, Seri Panduan Menggalang Dana, In Kina Fundraising, (Depok: Piramedia,
2006), h. 45

6
organisasi baru; trusted, progressive, dan humanitarian, serta mengusung

positioning baru; yakni Sharing Confidence.

Makna dari brand positioning Sharing Confidence dari Rumah Zakat

adalah Rumah Zakat keyakinan kuat untuk berbagi dan menciptakan masyarakat

global madani yang lebih baik, dengan menjadi organisasi terdepan di kawasan

ini yang menjamin program efektif dan berkesinambungan dalam

memberdayakan masyarakat untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.

Secara singkat, Rumah Zakat yakin bahwa dengan saling berbagi, akan

tercapai sebuah masyarakat yang lebih baik. Seiring dengan perubahan tersebut,

identitas Rumah Zakat pun mengalami sebuah perubahan. Identitas ini

mengambil inspirasi dari perjalanan panjang Rumah Zakat sebagai organisasi

kemanusiaan yang membangun kemandirian dan pelayanan masyarakat.8

Secara keseluruhan desain menggambarkan organisasi yang berkomitmen

untuk terus memberi dan berbagi kepada masyarakat. Rumah dengan pintunya

menjadi perlambangan sebuah organisasi yang terbuka dan memberi kebaikan

dari dan untuk masyarakat. Bentuk rumah yang tampak seperti tanda panah

mengarah ke atas melambangkan pergerakan organisasi Rumah Zakat yang

progresif dan terus membangun kemandirian masyarakat. Sementara hati

8
http://rumahzakat.org/profilnya.php?id=201005030001&cat=2, Diakses pada hari Minggu,
22 Mei 2011.

7
menandakan cinta kasih yang menjadi landasan bagi Rumah Zakat dalam

menjalankan aktivitas kemanusiaan dan pemberdayaan.9

Salah satu program yang ada pada rumah zakat adalah program

pemberdayaan ekonomi (senyum mandiri) yang terfokus dalam hal mendukung

terpenuhinya di bidang comunity development yakni peningkatan kehidupan yang

layak. Untuk mencapai kehidupan yang layak itulah rumah zakat berupaya untuk

mencanangkan berbagai program pemberdayaan seperti: kelompok usaha kecil

mandiri, empowering center, sarana usaha mandiri, water well, pelatihan skill

dan pemberdayaan potensi lokal dan budidaya agro. Dari sini kita dapat melihat

betapa banyaknya program senyum mandiri Rumah Zakat, dalam hal ini untuk

mempertahankan dan mengembangkan program-program senyum mandiri

Rumah Zakat memerlukan dana yang banyak agar tetap terlaksana.

Dengan sekian banyaknya program khususnya pada pemberdayaan

ekonomi (senyum mandiri), Rumah Zakat harus selalu aktif dan kreatif dalam

melakukan fundraising, Tanpa aktifitas fundraising kegiatan lembaga pengelola

wakaf ataupun zakat akan kurang efektif. Bahkan lebih jauh dapat dikatakan

bahwa aktivitas fundraising yang tidak menghasilkan dana sama sekali adalah

fundraising yang gagal meskipun memiliki bentuk keberhasilan lainnya. Karena

pada akhirnya apabila fundraising tidak menghasilkan dana maka tidak ada

sumber daya, maka lembaga akan menghilangkan kemampuan untuk terus

9
http://rumahzakat.org/profilnya.php?id=201005030001&cat=2.

8
menjaga kelangsungan programnya, sehingga pada akhirnya lembaga akan

melemah.

Dari kasus di atas penulis beranggapan bahwa lembaga zakat harus

memiliki strategi fundraising yang tepat khususnya pada program pemberdayaan

ekonomi (senyum mandiri) yang merupakan solusi dalam hal membantu Rumah

Zakat dalam menjalankan programnya. Untuk itu kiranya penulis tertarik untuk

menyusun skripsi ini dengan judul ”STRATEGI FUNDRAISING PROGRAM

PEMBERDAYAAN EKONOMI (SENYUM MANDIRI) PADA RUMAH

ZAKAT”

B. Pembatasan Masalah

Berbicara mengenai strategi fundraising perlu pembahasan yang cukup

luas. Demi terselesaikannya penulisan ini, maka dalam penelitian penulis hanya

memfokuskan pada pembahasan strategi fundraising program pemberdayaan

ekonomi (senyum mandiri) pada Rumah Zakat.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada pembatasan masalah penelitian di atas, maka untuk

mempermudah pembahasan, penulis merumuskan masalahnya sebagai berikut:

1. Bagaimana motode strategi fundraising yang digunakan Rumah Zakat untuk

menjalankan program pemberdayaan ekonomi (senyum mandiri)?

9
2 Bagaimana pengaruh strategi fundraising terhadap program pemberdayaan

ekonomi (senyum mandiri)?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian dari penulisan skripsi ini adalah:

a. Mengetahui dan menjelaskan strategi fundraising apa yang dilakukan

oleh Rumah Zakat pada program pemberdayaan ekonomi (Senyum

Mandiri).

b. Untuk memahami dengan lebih baik tentang strategi fundraising secara

teoritis maupun empiris.

c. Untuk mengetahui dampak dari strategi fundraising terhadap program

senyum mandiri.

2. Manfaat penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan

pencerahan dan daya guna bagi pihak-pihak terkait, yakni sebagai berikut:

a. Bagi Praktisi

Menambah sumbangan wacana pemikiran serta motivasi kepada praktisi

dalam melakukan strategi fundraising yang baik, sehingga mampu

menerapkannya.

10
b. Bagi Akademisi

Menambah khazanah pengetahuan, melengkapi dan memberikan

informasi yang berharga mengenai strategi fundraising pada program

pemberdayaan ekonomi (senyum Mandiri).

c. Bagi Masyarakat

Menambah pengetahuan masyarakat serta memberikan informasi yang

bermanfaat dalam bidang ekonomi syariah khususnya mengenai strategi

fundraising.

Harapan utama penulis dengan adanya penulisan ini, dapat

memperkaya wawasan dan wacana dalam ekonomi Islam pada umumnya dan

khususnya memperoleh bukti yang sangat signifikan terhadap masalah yang

diteliti serta memperoleh pengetahuan mengenai strategi fundraising pada

program pemberdayaan ekonomi (senyum mandiri).

E. Kerangka teori dan Konseptual

1. Kerangka Teori

Menurut Prof Onong Uchyana Effendi, M.A, strategi pada hakekatnya

adalah perencanaan (planning) dan manajemen untuk mencapai tujuan

tersebut. Strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya memberi arah

11
saja, melainkan harus mampu menunjukan bagaimana taktik

operasionalnya.10

Strategi berkaitan dengan arah tujuan dan kegiatan jangka panjang

suatu organisasi. Strategi juga terkait dalam menentukan bagaimana suatu

organisasi menempatkan dirinya dengan mempertimbangkan keadaan

sekeliling, terutama terhadap pesaingnya.11

Fundraising adalah suatu kegiatan penggalangan dana dari individu,

organisasi, maupun badan hukum. Fundraising juga merupakan proses

mempengaruhi masyarakat atau juga proses mempengaruhi masyarakat baik

perorangan atau lembaga agar menyalurkan dana kepada sebuah organisasi,

suatu kegiatan penggalangan dana bagi program tertentu.12

Jadi secara singkatnya strategi fundraising adalah perencanaan suatu

kegiatan penggalangan dana dari individu maupun organisasi untuk mencapai

tujuan.

Sedangkan pemberdayaan berasal dari kata”daya” yang mendapat

awlan ber- yang menjadi kata ”berdaya” artinya memiliki atau mempunyai

daya. Daya artinya kekuatan, berdaya artinya memiliki kekuatan.

Pemberdayaan artinya membuata sesuatu menjadi berdaya atau mempunyai

10
Onong Uchayana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1992) Cet. Ke-4, h. 32
11
David Faulkner dan Gerry Johnson, Strategi Manajemen, (Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo, 1995). h. 3
12
http://www.slideshare.net/IBsetiawan/teknik-perencanaan-program-fundraising, diakses
pada Jum’at tanggal 03-11-2010.

12
kekuatan, pemberdayaan dalam bahasa indonesia merupakan terjemahan dari

Empowerment dalam bahasa inggris.13

Tujuan pemberdayaan adalah untuk meningkatkan kekuasaan orang-

orang yang lemah atau tidak beruntung. (life.1995).

2. Kerangka Konsep

Konsep penelitian ini menitik beratkan pada strategi fundraising

program pemberdayaan ekonomi (senyum mandiri) pada Rumah Zakat, yaitu

untuk melihat bagaimana proses pengelolaan motode strategi fundraising

dengan menerapkan strategi-strategi yang baik dan efektif untuk dapat

menarik minat masyarakat/ donatur pada program pemberdayaan ekonomi

(senyum mandiri) di Rumah Zakat, serta melihat bagaimana perkembangan

jumlah penerima manfaat pada program ini.

F. Review Studi Terdahulu

Untuk menghindari penelitian dengan objek yang sama, maka diperlukan

kajian terdahulu. Sebelum membuat skripsi ini penulis melakukan kajian pustaka

yang berupa judul-judul skripsi yang telah ada sebagai pembanding dari skripsi

ini, anrata lain sebagai berikut:

13
http://file.upi.edu/Direktori/A%20-
%20FIP/JUR.%20PEND.%LUAR%20SEKOLAH/MUSTOFA%20KAMIL/Pengertian%20Pemberda
yaan. Pdf.diakses pada hari senin tanggal 29-1-2010

13
No Nama Skripsi Isi Perbedaan

1. Pada tahun 2000, telah Dalam skripsi ini Dalam penelitian

ditulis skripsi atas nama membahas tentang pada skripsi ini

Retno Handayani (09 92 teknik-teknik membahas

06 0206) Jurusan Ilmu penggalangan dana mengenai strategi

Kesejahteraan Sosial dan pada organisasi sosial Fundraising

Ilmu Politik Universitas dalam menarik donatur program

Indonesia dengan judul” agar mendermakan pemberdayaan

Teknik-Teknik sebagian hartanya ekonomi (senyum

Penggalangan Dana pada terhadap lembaga mandiri) pada

Organisasi Sosial (Studi sosial, bertujuan untuk Rumah Zakat,

Kasus Dompet Dhuafa)” kesejahteraan sosial. yang di dalamnya

Dalam hal ini pula, lebih kepada

skripsi ini lebih model yang

menjelaskan tentang digunakan serta

hal-hal yang menarik perkembangan

mengenai upaya-upaya jumlah penerima

yang dilakukan oleh manfaat pada

Dompet Dhuafa sebagai program ini.

organisasi sosial untuk

menggalang dana dari

14
masyarakat.

2. Pada tahun 2010, telah Dalam skripsi ini Dalam penelitian

ditulis skripsi atas nama membahas mengenai pada skripsi ini

Dewi Mayang Sari dengan strategi fundraising apa membahas

judul ” Kajian Strategi yang di gunakan oleh mengenai strategi

Fundraising Bazis BAZIS provinsi DKI Fundraising

Provinsi Dki Jakarta dalam meningkatkan program

Terhadap Peningkatan pengelolaan dana ZIS, pemberdayaan

Pengelolaan Dana Zis” serta peranan BAZIS ekonomi (senyum

terhadap masyarakat mandiri) pada

DKI jakarta. Dalam hal Rumah Zakat,

ini strategi fundraising yang di dalamnya

BAZIS provinsi DKI lebih kepada

Jakarta membuahkan model yang

hasil yang digunakan serta

menguntungkan baik perkembangan

dari muzaki maupun jumlah penerima

mustahik. Dan peranan manfaat pada

ZIS sangat berpengaruh program ini.

terhadap peningkatan

taraf hidup masyarakat

15
DKI Jakarta yang

kurang mampu, dana

yang di berikan BAZIS

DKI tidak hanya untuk

konsumsi semata tetapi

juga untuk kegiatan

produksi agar

masyarakat bisa

mengembangkan

usahanya.

G. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan

1. Jenis Penelitian dan Sumber Data

a. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan perpaduan antara kualitatif dan

kuantitatif. Dari segi data yang dikumpulkan, diolah dan dianalisis,

penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, karena mengandalkan hasil

wawancara pada Rumah Zakat, studi dokumentasi pada arsip-arsip berupa

laporan keuangan serta dokumentasi lain yang terkait dengan

permasalahan ini. Adapun data kuantitatif inilah sebagai pendukung

dalam analisis.

16
b. Sumber data penelitian ini yaitu:

1). Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari beberapa pihak

Rumah Zakat langsung melalui instrumen wawancara yang secara

terstruktur.

2). Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari berbagai literatur dan

referensi lain seperti buku, majalah, makalah serta anual report RZI

tahun 2008-2009 dan setiap artikel yang mengandung informasi

berkaitan dengan masalah yang dibahas, dihimpun dari berbagai

tempat mulai dari perpustakaan hingga situs internet.

2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan dua metode sebagai

berikut:

a. Interview (wawancara), adalah salah satu cara mendapatkan data dengan

bertanya dalam bentuk komunikasi verbal atau wawancara guna

mendapatkan informasi dari responden dalam hal ini adalah pihak

manajemen lembaga yang diperlukan informasinya dalam mendukung

penulisan skripsi ini.

b. Studi Dokumenter, digunakan untuk melengkapi data yang dijaring melalui

teknik wawancara. Data yang dihimpun melalui teknik studi dokumenter

ini adalah data perkembangan jumlah rumah mandiri Rumah Zakat dan

program-program yang lainnya.

17
3. Metode pengolahan dan analisis data

Adapun teknik pengolahan data pada penelitian ini adalah deskriptif

kualitatif, analisis data dilakukan secara bersamaan dengan pengumpulan

data. Proses analisis bersifat induktif, yaitu mengumpulkan informasi-

informasi khusus menjadi satu kesatuan dengan jalan mengumpulkan data,

menyusun dan mengklasifikasikannya dan menganalisa penerapan strategi

fundraising yang dilakukan Rumah Zakat khususnya pada program

pemberdayaan ekonomi (Senyum Mandiri).

4. Teknis penulisan skripsi

Teknik penulisan skripsi ini berpedoman kepada buku ”pedoman

penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007”, yang merupakan sandaran dari penulisan

karya ilmiah mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada umumnya,

khususnya mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum.

H. Sistematika Penulisan

Untuk keserasian dan ketertiban pembahasan serta untuk mempermudah

analisa materi dan penulisan skripsi ini, maka penulis menjelaskan dalam

sistematika penulisan. Secara garis besar, skripsi ini terdiri dari lima bab yang di

bagi dalam sub bab dan setiap sub bab mempunyai pembatasan masing-masing

yang akan saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, yaitu sebagai berikut:

18
BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini, penulis menguraikan hal-hal yang terkait dengan latar

belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan

dan manfaat penelitian, kerangka teori dan konseptual, review studi

terdahulu, metode penelitian dan teknik penulisan serta sistematika

penulisan.

BAB II LANDASAN TEORITIS

Dalam bab ini, penulis menguraikan dan menjelaskan teori mengenai

strategi fundraising yang meliputi: konsep strategi: pengertian

strategi dan tahapan strategi. Konsep fundraising: pengertian

fundraising, dasar hukum, ruang lingkup dan tujuan, metode serta

misi dan motivasi fundraising. Konsep pemberdayaan: pengertian

pemberdayaan, tujuan, tahap-tahap dan indikator pemberdayaan.

BAB III GAMBARAN UMUM RUMAH ZAKAT

Dalam bab ini, penulis menguraikan gambaran umum dari Rumah

Zakat yang meliputi: sejarah singkat Rumah Zakat, legal formal

Rumah Zakat, visi dan misi Rumah Zakat, Program pemberdayaan

ekonomi (Senyum Madiri) Rumah Zakat dan Stuktur organisasi

Rumah Zakat.

19
BAB IV ANALISIS STRATEGI FUNDRAISING PROGRAM

PEMBERDAYAAN EKONOMI (SENYUM MANDIRI) PADA

RUMAH ZAKAT.

Dalam bab ini, penulis menguraikan Motode strategi fundraising

program pemberdayaan ekonomi (Senyum Mandiri) di Rumah

Zakat, Pengaruh strategi fundraising pada program pemberdayaan

ekonomi (senyum mandiri).

BAB V PENUTUP

Bab penutup ini mencakup kesimpulan dari keseluruhan

pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya serta

saran-saran yang dapat penulis sampaikan dalam penulisan skripsi

ini.

20
BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Konsep Strategi

1. Pengertian Strategi

Kata ”Strategi” berasal dari bahasa yunani yaitu ”Strategas”

(Status:Militer dan Ag: memimpin) yang berarti ”Generalship” atau sesuatu

yang dikerjakan oleh para jenderal perang dalam membuat rencana untuk

memenangkan perang. Konsep ini relevan pada zaman dahulu yang sering

diwarnai perang dimana jenderal dibutuhkan untuk memimpin sesuatu

angkatan perang.14

Henry Mintzberg mendefinisikan strategi sebagai 5P, yaitu: strategi

sebagai perfektif, strategi sebagai posisi, strategi sebagai perencanaan, strategi

sebagai pola kegiatan dan strategi sebagai ”penipuan” (ploy) yaitu muslihat

rahasia. Sebagai perfektif, dimana strategi dalam membentuk misi, misi

menggambarkan perspektif kepada semua aktifitas. Sebagai posisi, dimana

dicari pilihan untuk bersaing. Sebagai perencanaan, dalam hal strategi

menentukan tujuan performasi perusahaan. Sebagai pila kegiatan, dimana

dalam strategi dibentuk suatu pola, yaitu umpan balik dan penyesuaian.

14
Hendrawan Supratikno, Advanced Strategic Manajement: Bact To Basic Approach
(Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2003), h. 19.

21
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa strategi

adalah ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa-bangsa untuk

melaksanakan kebijakan tertentu di perang dan damai, atau rencana yang

cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.15

Strategi berkaitan dengan arah dan tujuan dan kegiatan jangka

panjang suatu organisasi, karena organisasi tanpa adanya strategi tidak akan

berjalan semaksimal mungkin. Langkah pertama dalam menentukan strategi

jangka panjang adalah meletakan tujuan-tujuan yang jelas, secara teoritis hal

ini dapat dimengerti.16 Strategi juga sangat terkait dalam menentukan

bagaimana suatu organisasi menempatkan dirinya dengan mempertimbangkan

keadaan sekeliling, terutama pada pesaingnya. Akan tetapi, pesaing bukanlah

sesuatu halangan yang harus ditakuti atau bahkan dimusuhi. Justru sebaliknya,

para competitor dirangkul sebagai mitera komplementer yang saling sinergis,

di antaranya pesaing akan membuka, menciptakan, dan melebarkan pasar.

Pesaing bisa kita jadikan sebagai sumber inspirasi dalam memperbaiki kinerja

manajemen perusahaan sehingga menjadikan perusahaan selalu lebih

professional. Pesaing dapat mendorong kita bekerja lebih kreatif dalam

15
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi
Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 1092
16
David Faulkner dan Gerry Johnson, Seri Strategi Manajemen Strategi Manajemen The
Challenge Of Strategic Management, ( Jakarta, PT. Elex Media Komputindo, 1992), h. 5.

22
menghasilkan produk ataupun jasa dengan bekerja secara lebih efisien dan

efektif.17

Strategi juga akan berfungsi untuk mengarahkan tingkah laku

organisasi di dalam lingkungannya, pemilihan strategi tertentu mencerminkan

bagaimana rencana memadukan kekuatan, kelemahan organisasi dengan

kesempatan hambatan yang terdapat dalam lingkungannya.

Jika disimpulkan dari pengertian-pengertian di atas bahwa strategi

adalah ilmu dan seni menggunakan kemampuan bersama sumber daya dan

lingkungan secara efektif yang terbaik, karena strategi merupakan kunci dari

terlaksananya misi yang ada dalam suatu perusahaan atau lembaga untuk

mencapai tujuan yang lebih baik.

2. Tahapan Strategi

Strategi juga melalui berbagai tahapan dalam prosesnya, secara garis

besar strategi melalui tiga tahapan, yaitu:18

a. Perumusan Strategi

Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah merumuskan

strategi yang akan dilakukan. Sudah termasuk di dalamnya adalah

pengembangan tujuan, mengenai peluang dan ancaman eksternal,

17
Abdullah Amrin, S.E, Strategi Pemasaran Asuransi Syariah (Memenangkan Persaingan
Usaha Bisnis Asuransi Dan Bank Syariah Secara Syariah), (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
Indonesia, 2007), h. 7-8
18
Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Prenhalindo, 2002), h. 30

23
menetapkan kekuatan kelemahan secara internal, menetapkan suatu

objektifitas, menghasilkan strategi alternatif, dan memilih strategi untuk

dilaksanakan. Dalam perumusan strategi juga ditentukan suatu sikap untuk

memutuskan, memperluas, menghindari atau melakukan suatu keputusan

dalam proses kegiatan.

b. Implementasi Strategi

Setelah kita merumuskan dan memilih strategi yang telah

ditetapkan, maka langkah berikutnya adalah melaksanakan strategi yang

ditetapkan tersebut. Dalam tahap pelaksanaan strategi yang telah dipilih

sangat membutuhkan komitmen dan kerja sama dari seluruh unit, tingkat,

dan anggota organisasi.

c. Evaluasi strategi

Tahap akhir dari srategi ini adalah evaluasi strategi diperlukan

karena keberhasilan yang telah dicapai dapat diukur kembali untuk

menetapkan tujuan berikutnya. Evaluasi menjadi tolak ukur untuk strategi

yang akan dilaksanakan kembali oleh suatu organisasi dan evaluasi sangat

diperlukan untuk memastikan sasaran yang dinyatakan telah dicapai. Ada

tiga macam kegiatan mendasar untuk mengevaluasi strategi, yakni:

1). Meninjau faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar

strategi. Adanya perubahan yang akan menjadi satu hambatan dalam

pencapaian tujuan, begitu pula dengan faktor internal yang diantaranya

24
strategi tidak efektif atau hasil implementasi yang buruk dapat

berakibat buruk pula bagi hasil yang akan dicapai.

2). Mengukur prestasi (membandingkan hasil yang diharapkan dengan

kenyataan). Prosesnya dapat dilakukan dengan menyelidiki

penyimpanan dari rencana, mengevaluasi prestasi individu dan

menyimak kemajuan yang dibuat kearah pencapaian sasaran yang

dinyatakan. Kriteria untuk mengevaluasi strategi harus dapat diukur

dan mudah dibuktikan. Kriteria untuk mengevaluasi strategi harus

dapat diukur dan mudah dibuktikan, kriteria yang meramalkan hasil

lebih penting dari pada kriteria yang mengungkapkan apa yang terjadi.

3). Mengambil tindakan korektif untuk memastikan bahwa prestasi sesuai

dengan rencana. Dalam hal ini tidak harus berarti bahwa strategi yang

ada yang ditinggalkan atau harus merumuskan strategi yang baru.

Tindakan korektif diperlukan bila tindakan atau hasil tidak sesuai

dengan yang dibayangkan semula atau pencapaian yang diharapkan.

B. Konsep Fundaraising

1. Pengertian Fundarising

Menurut bahasa fundraising berarti penghimpunan dana atau

penggalangan dana, sedangkan menurut istilah fundraising merupakan suatu

upaya atau proses kegiatan dalam rangka menghimpun dana zakat, infaq dan

shodaqoh serta sumber daya lainnya dari masyarakat baik individu, kelompok,

25
organisasi dan perusahaan yang akan disalurkan dan didayagunakan untuk

mustahik.19

Dijelaskan pula, fundraising adalah proses mempengaruhi masyarakat

baik perseorangan sebagai individu atau perwakilan masyarakat maupun

lembaga agar menyalurkan dananya kepada sebuah organisasi.20

Fundraising juga bisa di artikan sebagai kegiatan dalam rangka

menghimpun dana dari masyarakat dan sumber daya lainnya dari masyarakat

(baik individu, kelompok, organisasi, perusahaan ataupun pemerintah) yang

akan digunakan untuk membiayai program dan kegiatan operasional

organisasi sehingga mencapai tujuannya. Fundraising dalam pengertian ini

memiliki ruang lingkup lebih luas dari pengertian sebelumnya, fundraising

tidak hanya mengumpulkan dana semata, melainkan dalam bentuk barangpun

bisa yang bisa di manfaatkan untuk keperluan lembaga.

Dari pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa strategi fundraising

adalah rencana sebuah proses mempengaruhi masyarakat agar mau melakukan

amal kebajikan dalam bentuk penyerahan dana atau sumber daya lainnya yang

bernilai, untuk disampaikan kepada masyarakat yang membutuhkan. Adanya

strategi fundraising yaitu untuk menjalankan program baik jangka panjang

maupun jangka pendek, suatu lembaga yang tidak memiliki strategi yang kuat

19
Manajemen Pengelolaan Zakat, Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI 2009, h.65
20
April Purwanto, Manajemen Fundraising Bagi Organisasi Pengelola Zakat, (Jakarta:
TERAS, 2009), h. 12.

26
dalam menjalankan fundraising maka tidak akan maksimal dalam

memperoleh dana.

2. Dasar hukum Fundraising

Dasar hukum berdirinya lembaga pengelola zakat di Indonesia

merupakan dasar hukum fundraising juga, karena fundraising sangat berkaitan

sekali dengan lembaga pengelola zakat. Lembaga pengelola zakat tanpa

adanya dana tidak akan bisa menjalankan programnya. Dasar hukum ini

dilihat dengan adanya Undang-Undang No. 38 tahun 1999 tentang

pengelolaan zakat, keputusan Menteri Agama No. 581 tahun 1999 tentang

pelaksanaan UU No. 38 tahun 1999, dan keputusan Direktur Jenderal

Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji No. D/291 tahun 2000 tentang

pedoman teknis pengelolaan Zakat. Sedangkan dasar hukum lain yang

memiliki kaitan pengelolaan zakat. Sedangkan dasar hukum lain yang

memiliki kaitan erat dengan zakat adalah Undang-Undang No. 17 tahun 2000

tentang pajak penghasilan. Undang-undang ini menjelaskan bahwa zakat

merupakan pengurangan penghasilan kena pajak.

Pengelolaan zakat sebagaimana tertuang dalam pasal 1 ayat (1)

Undang-undang No. 38 tahun 1999, didefinisikan sebagai kegiatan

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan terhadap

pengumpuilan dan pendistribusian serta pendayagunaan zakat. Sedangkan

zakat sendiri dalam pasal 1 ayat (2) diartikan sebagai harta yang disisihkan

27
oleh seorang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada

yang berhak menerimanya. Organisasi pengelola zakat yang diakui

pemerintah terdiri atas dua lembaga, yaitu Badan Amil Zakat dan Lembaga

Amil Zakat.21

Dari beberapa penjelasan mengenai Undang-Undang tentang zakat di

atas, bahwasanya fundraising juga memang benar-benar di diatur.adanya UU

No.38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat di dalamnya pula membahas

banyak poin di antaranya dalam bab VI dijelaskan mengenai pengumpulan

dan penyaluran zakat.

Dijelaskan pula dalam Al-Qur’an surat At-Taubah:103

            

(١٠٣ :٩/ )     


Artinya: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk
mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa
bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.
(Q.S. at-Taubah/9: 103)

Selain ayat di atas, ada beberapa hadist pula yang menerangkan

tentang zakat, bahwa sanya zakat adalah merupakan kewajiban yang Allah

turunkan untuk hambanya. Maka dari itu salah satu tugas dari lembaga adalah

membantu para agniya untuk menyalurkan danannya.

21
Sudirman, Zakat Dalam Pusaran Arus Modernitas, (Malang: UIN Malang Press, 2007),
h. 94-95

28
a. Dari sunnah, perintah Rosulullah SAW kepada Muadz bin Jabal:

( )
Artinya: Hai Muadz, beritahulah mereka (orang-orang kaya itu), bahwa
Allah telah mewajibkan zakat atas harta mereka yang diambil
dari orang-orang kaya untuk diberikan kepada orang-orang
fakir/miskin” (HR. Bukhari).

b. Atsar Sahabat (Khulafaurrasyidin)

Diriwayatkan, bahwa Abu Bakar As-Siddiq dalam awal

pemerintahannya telah memerangi orang-orang yang membangkang zakat,

yang didukung oleh para sahabat senior seperti Umar, Usman, Ali seraya

berucap:

( )
Artinya: Kata Abu Bakar r.a: demi Allah kalau mereka membangkang
tidak mau menyerahkan seekor cempe kambing kacangan
kepadaku, yang justru pernah diserahkan Rosulullah SAW pasti
mereka akan kuperangi karena pembangkangnya itu.” (HR.
Bukhori).

Dari ayat dan hadist di atas, di jelaskan tentang pengambilan zakat.

Maka, dari pengambilan itu zakat dikumpulkan/ diambil dari orang-orang

agniya (mempunyai harta yang telah mencapai nisab), dan untuk

mengumpulkan zakat ini, maka butuh fundraising yang bagus agar terkumpul

secara maksimal.

29
3. Ruang Lingkup Serta Tujuan Fundraising

Sebuah organisasi pengelola zakat, dalam setiap altivitasnya selalu

berhubungan dengan dana. Dana memiliki peran penting dalam menghidupi

organisasi pengelola zakat. Oleh karena itu, peran sebuah organisasi dalam

menjalankan fundraising sangat penting.

Sumber pokok pendapatan OPZ adalah ZIS. Karenanya, tidak ada

artinya sebuah OPZ tanpa adanya dana yang akan disalurkan kepada

mustahik. Berapapun dana yang dibutuhkan, besar ataupun kecil, akan sangat

berarti bagi kelangsungan hidup lembaga.

Fundraising tidak identik hanya dengan uang semata. Ruang

lingkupnya begitu luas dan mendalam, pengaruhnya sangat begitu berarti bagi

eksistensi dan pertumbuhan organisasi nirlaba (lembaga keuangan non profit).

Oleh karenanya, tidak begitu mudah untuk memahami ruang lingkup dari

pada fundraising. Untuk memahaminya terlebih dahulu dibutuhkan

pemahaman tentang substansi dari pada fundraising tersebut.

Adapun substansi dasar dari pada fundraising dapat diringkas kepada

dua hal, yaitu:22

a. Motivasi Donatur

Yaitu serangkaian pengetahuan, nilai-nilai, keyakinan, dan alasan-alasan

yang mendorong donatur untuk mengeluarkan hartanya. Dalam kerangka

22
Manajemen Pengelolaan Zakat, Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI 2009, h. 66-67

30
fundraising maka organisasi pengelola zakat harus teris melakukan

edukasi, sosialisasi, promosi dan transfer informasi sehingga menciptakan

kesadaran dan kebutuhan pada masyarakat donatur (Muzakki) untuk

melakukan donasi harta sesuai tuntunan ajaran Islam.

b. Program

Yaitu kegiatan pemberdayaan masyarakat mustahik atau kegiatan

implementasi visi dan misi lembaga yang menjadi sebab diperlukannya

dana dari pihak eksternal sekaligus alasan donatur menyumbang.

Organisasi pengelola zakat harus merancang program yang berkualitas

dan memiliki nilai keunggulan dalam memerdayakan mustahik. Program

harus dikemas sedemikian rupa sehingga mendorong muzakki untuk turut

mendukung dan membantu dalam meningkatkan harkat dan hidup

mustahik.

Sedangkan tujuan dari fundraising adalah sebagai berikut:23

a. Menghimpun dana

Menghimpun dana adalah merupakan tujuan fundraising yang

paling mendasar. Termasuk dalam pengertian dana adalah barang atau jasa

yang memiliki nilai material. Tujuan inilah yang paling pertama dan

utama dalam pengelolaan zakat dan ini pula yang menyebabkan mengapa

dalam pengelolaan zakat fundraising harus dilakukan. Tanpa aktivitas


23
Ibid, h. 70-74

31
fundraising kegiatan lembaga pengelola zakat, tidak akan berarti sama

sekali. Bahkan lebih jauh dapat dikatakan bahwa aktifitas fundraising

yang tidak menghasilkan dana sama sekali adalah fundraising yang gagal

meskipun memiliki bentuk keberhasilan lainnya.

Karena pada akhirnya apabila fundraising tidak menghasilkan dana

maka tidaka ada sumber daya yang dihasilkan. Apabila sumber daya tidak

ada, maka lembaga akan kehilangan untuk terus menjaga kelangsungan

programnya, sehingga pada akhirnya akan mati.

b. Memperbanyak atau menghimpun donatur

Tujuan kedua dari fundraising adalah menghimpun donatur.

Organisasi pengelola zakat yang melakukan fundraising harus terus

menambah jumlah donaturnya. Untuk dapat menambah jumlah

donaturnya. Untuk dapat menambah jumlah donasi, maka ada dua cara

yang dapat ditempuh, yaitu menambah donasi dari setiap donatur atau

menambah jumlah donatur pada saat setiap donatur mendonasikan dana

yang tetap sama. Diantara kedua pilihan tersebut, maka menambah

donatur adalah cara yang relativ lebih mudah dari pada menaikan, jumlah

donasi dari setiap donatur. Dengan alasan ini maka, mau tidak mau

fundraising dari waktu ke waktu fundraising juga harus berorientasi dan

berkonsentrasiDengan alasan ini maka, mau tidak mau fundraising dari

waktu ke waktu fundraising juga harus berorientasi dan berkonsentrasi

penuh untuk terus menambah jumlah donatur.

32
c. Meningkatkan atau membangun citra lembaga

Disadari atau tidak, aktifitas fundraising yang dilakukan oleh

sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM), baik langsung maupun tidak

langsung akan berpengaruh terhadap citra lembaga. Fundraising adalah

garda terdepan yang menyampaikan informasi dan berinteraksi dengan

masyarakat. Hasil informasi dan interaksi ini akan membentuk citra

lembaga dalam benak khalayak. Citra ini dapat bersifat positif, dapat pula

bersifat negatif. Dengan citra ini setiap orang akan menilai lembaga, dan

pada akhirnya menunjukan setiap atau prilaku terhadap lembaga. Jika

yang ditunjukan sikap atau prilaku terhadap lembaga. Jika yang

ditunjukan adalah citra yang positif, maka dukungan dan simpati akan

mengalir dengan sendirinya terhadap lembaga, dan dengan demikian tidak

ada lagi kesulitan dalam mencari donatur, karena dengan sendirinya

donasi akan diberikan kepada lembaga. Demikian pula halnya dengan

kepercayaan, dengan citra yang baik akan sangat mudah sekali

mempengaruhi masyarakat untuk memberikan donasi kepada lembaga.

d. Menghimpun simpatisan/ relasi dan pendukung

Kadangkala ada seseoarang atau sekelompok orang yang telah

berinteraksi dengan aktifitas fundraising yang dilakukan oleh sebuah

organisasi pengelola zakat atau lembaga swadaya masyarakat. Mereka

mempunyai kesan positif dan bersimpati terhadap lembaga tersebut. Akan

tetapi pada saat itu mereka tidak memiliki kemampuan untuk memberikan

33
dana kepada lembaga tersebut sebagai donasi karena ketidak mampuan

mereka. Kelompok seperti ini kemudian menjadi simpatisan dan

pendukung lembaga meskipun tidak menjadi donatur. Kelompok seperti

ini harus diperhitungkan dalam aktivitas fundraising, karena meskipun

mereka tidak memberikan donasi, mereka akan berusaha melakukan dan

berbuat apa saja untuk mendukung lembaga dan akan fanatik terhadap

lembaga. Kelompok seperti ini pada umumnya secara natural bersedia

menjadi promotor atau informan positif tentang lembaga kepada orang

lain. Kelompok seperti ini sangat diperlukan oleh lembaga kepada orang

lain.

e. Meningkatkan kepuasan donatur

Tujuan kelima dari fundraising adalah memuaskan donatur. Tujuan

ini adalah tujuan yang tertinggi dan bernilai untuk jangka panjang,

meskipun dalam pelaksanaannya kegiatannya secara teknis dilakukan

sehari-hari.

4. Metode Serta Misi Dan Motivasi Fundraising

Metode fundraising harus mampu memberikan kepercayaan,

kemudahan, kebanggaan dan manfaat lebih bagi donatur yang berdonasi

melalui sebuah organisasi pengelola zakat. Karena jika hal tersebut terpenuhi

maka donatur akan selalu memberikan donasinya terhadap lembaga tersebut.

34
Dalam melakukan fundraising ada beberapa metode yang harus di

lakukan oleh lembaga zakat, di antaranya:24

a. Metode fundraising langsung (direct Fundraising)

Metode fundraising langsung adalah metode yang menggunakan

teknik-teknik atau cara-cara yang melibatkan partisipasi donatur secara

langsung, yaitu bentuk-bentuk fundraising dimana proses interaksi dan

daya akomodasi terhadap respon donatur bisa seketika (langsung)

dilakukan. Apabila dalam diri donatur muncul keinginan untuk melakukan

donasi setelah mendapatkan promosi dari fundraiser lembaga, maka segera

dapat dilakukan dengan mudah dan semua kelengkapan informasi yang

diperlukan untuk melakukan donasi sudah tersedia. Sebagai contoh dari

metode ini adalah: Direct mail, direct advertising, telefundraising dan

presentasi langsung.

b. Metode fundraising tidak langsung (Indirect Fundraising)

Metode tidak langsung adalah suatu metode yang menggunakan

teknik-teknik atau cara-cara yang tidak melibatkan partisipasi donatur

secara langsung, yaitu bentuk-bentuk fundraising dimana tidak dilakukan

dengan memberikan daya akomodasi langsung terhadap respon donatur

seketika. Metode ini misalnya dilakukan dengan cara promosi yang

mengarah kepada pembentukan citra lembaga yang kuat, tanpa secara

khusus diarahkan untuk menjadi transaksi donasi pada saat itu. Sebagai
24
Ibid hal 68-69

35
contoh dari metode ini adalah: Advertorial, Image Compaign dan

penyelenggaraan Event.

Pada umumnya sebuah lembaga melakukan kedua metode

fundraising ini (langsung dan tidak langsung). Karena keduanya memiliki

kelebihan dan tujuannya sendiri. Metode fundraising langsung diperlukan

karena tanpa metode langsung, donatur akan kesulitan untuk

mendonasikan dananya. Sedangkan jika semua bentuk fundraising

dilakukan secara langsung, maka akan tampak donatur dan berpotensi

menciptakan kejenuhan. Kedua metode tersebut dapat digunakan secara

fleksibel dan semua lembaga harus pandai mengkombinasikan kedua

metode tersebut.

Melihat perkembangan lembaga zakat yang semakin bagus,

kegiatan fundraising saat ini harus ditangani dengan sangat serius dan

dengan strategi yang bagus oleh setiap organisasi pengelola zakat yang

mengandalkan berjalannya program dan operasional lembaga dari dana

masyarakat. Fundraising akan sangat mempengaruhi maju mundurnya

organisasi pengelola zakat. Ketika dana yang dihimpun dari donatur

semakin menipis, maka organisasi pengelola zakat tidak akan mampu

membantu dan memberdayakan mustahik. Pada tahap lanjut, jika

organisasi pengelola zakat tidak berhasil melakukan fundraising, maka

eksistensi organisasi pengelola zakat juga dalam posisi terancam.

36
Sedangkan untuk misi dan motivasi fundraising itu sendiri adalah

sebagai berikut:25

1. Ikhlas

2. Meningkatkan kalimatullah

3. Peduli terhadap derita umat

4. Melakukan pemberdayaan umat

5. Dakwah

6. Membantu dan melayani umat

7. Terus serta menjadi bagian dalam mencapai ”Khairul Ummah”.

C. Konsep Pemberdayaan

1. Pengertian Pemberdayaan

Kata Pemberdayaan adalah terjemahan dari istilah bahasa inggris yaitu

empowerment. Pemberdayaan (empowerment). berasal dari kata power yang

berarti kemampuan berbuat, mencapai, melakukan atau memungkinkan.

Awalan em berasal dari bahasa latin dan yunani, yang berarti didalamnya,

karena itu pemberdayaan dapat beraati kekuatan dalam diri manusia, suatu

sumber kreatifitas.26

25
Ibid. h. 70
26
Lili Badriah, Muhamad Zen & M.Hudri, Zakat dan Wirausaha (Jakarta: CED, 2005), h.
53.

37
Carlzaon dan Macauley sebagaimana dikutif oleh wasistiono

(1998:46) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan pemberdayaan

adalah sebagai berikut: membebaskan seseorang dari kendali yang kaku, dan

memberi orang kebebasan untuk bertanggung jawab terhadap ide-idenya,

keputusan-keputusannya dan tindakan-tindakannya.

Sementara Shardlow (1998:32) mengatakan pada intinya:

“pemberdayaan membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas

berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk

membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka.”

Amrullah Ahmad menyatakan bahwa pemberdayaan adalah system

tindakan nyata yang menawarkan alternative model pemecahan masalah

ummah dalam bidang social, ekonomi dan lingkungan.

Dalam kamus bahasa Indonesia kata pemberdayaan diterjemahkan

sebagai upaya pendayagunaan, pemanfaatan yang sebaik-baiknya dengan

hasil yang memuaskan.27

Secara leksikal, pemberdayaan berarti penguatan. Sedangkan secara

teknis, istilah pemberdayaan dapat disamakan dengan istilah pengembangan.

Dalam pengertian lain pemberdayaan adalah upaya memperluas horizon

pilihan bagi masyarakat. Ini berarti masyarakat diberdayakan untuk melihat

27
Badudu dan zain. Kamus Umum Bahasa Indonesia. (Jakarta: pustaka Sinar Haparan, 2001),
h. 318

38
dan memilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya. Sedangkan dalam

pandangan Islam, pemberdayaan harus merupakan gerakan tanpa henti.28

Dan Dalam pengertian lain disebutkan bahwa pemberdayaan adalah

sebuah proses dimana seseorang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi

dalam berbagai pengontrolan dan mempengaruhi terhadap kejadian-kejadian

serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan

menekankan kepada seseorang untuk memperoleh keterampilan, pengetahuan,

dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan

kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya.29

Pemberdayaan juga adalah suatu proses yang berjalan terus menerus

untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat dalam

meningkatkan taraf hidupnya. Proses tersebut masyarakat bersama-sama

mengidentifikasi dan mengkaji permasalahan dan potensinya,

mengembangkan rencana kegiatan kelompok berdasarkan hasil kajian,

menerapkan rencana tersebut, serta secara terus-menerus memantau dan

mengkaji proses serta hasil kegiatannya. 30

Pengertian Pemberdayaan menurut Undang-Undang No 20 tahun 2008

tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah pasal 1 ayat 8 adalah upaya yang

28
Nanih Machendrawati dan Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam dari
Ideology, Strategi sampai Tradisi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 41-42.
29
http://suniscome.50webs.com/32%20Konsep%20Pemberdayaan%20Partisipasi%20Kelemb
agaan.pdf. Diakses pada tanggal 21 januari 2011.
30
Zakat dan empowering-Jurnal Pemikiran dan Gagasan, Volume 2, Jumadil Tsani 1430/juni
2009. h. 20

39
dilakukan Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat

secara sinergis dalam bentuk penumbuhan iklim dan pengembangan usaha

terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sehingga mampu tumbuh dan

berkembang menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.

Dari beberapa pengertian pemberdayaan di atas, dapat disimpulkan

bahwa pemberdayaan adalah suatu proses atau serangkaian kegiatan untuk

meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat atau keberdayaan

kelompok lemah dalam masyarakat untuk memperbaiki dan juga

meningkatkan taraf hidup, termasuk individu-individu yang mengalami

masalah kemiskinan. Sedangkan sebagai tujuan, maka pemberdayaan

menunjuk pada keberadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah

perubahan sosial yaitu masyarakat miskin yang berdaya, memiliki kekuasaan

atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi maupun sosial.

2. Tujuan Pemberdayaan

Pemberdayaan masyarakat atau community development (Comdev),

memiliki tujuan utama yaitu memberdayakan individu-individu dan

kelompok-kelompok orang melalui penguatan kapasitas (termasuk kesadaran,

pengetahuan dan keterampilan-keterampilan) yang diperlukan untuk

mengubah kualitas kehidupan komunitas mereka. Kapasitas tersebut

seringkali berkaitan dengan penguatan aspek ekonomi dan politik melalui

40
pembentukan kelompok-kelompok social besar yang bekerja berdasarkan

agenda bersama.31

Pemberdayaan masyarakat juga bertujuan untuk memotivasi dan

memfasilitasi masyarakat memperbaiki diri, komunitas dan lingkungannya

dalam mencapai tujuannya.32

Adapun tujuan Pemberdayaan menurut Undang-Undang No. 20 tahun

2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah pasal 5 adalah:

a. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang,

berkembang, dan berkeadilan;

b. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha Mikro, Kecil,

dan Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri; dan

c. Meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam

pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan,

pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.

3. Pola-pola Pemberdayaan

a. Pola pemberdayaan ekonomi Masyarakat

Pola pemberdayaan ini mempunyai ciri-ciri atau unsur-unsur

pokok sebagai berikut: 33

31
Edi Suharto.CSR & COMDEV Investasi Kreatif Perusahaan (Bandung: Alfabeta, 2010), h.
67
32
www.kriyamaya.or.id/index.php?option=com_docman.(powerpoint), diakses pada tanggal
18 januari 2011
33
Lili Badriah, Muhamad Zen & M.Hudri, Zakat dan Wirausaha (Jakarta: CED, 2005),
hal. 54

41
1) Mempunyai tujuan yang hendak dicapai

2) Mempunyai wadah kegiatan yang terorganisir

3) Aktivitas yang dilakukan terencana serta harus sesuai dengan

kebutuhan dan sumber daya setempat.

4) Ada perubahan sikap pada masyarakat sasaran selama tahap-tahap

pemberdayaan

5) Menekankan pada peningkatan partisipasi masyarakat dalam ekonomi

terutama dalam wirausaha.

6) Ada keharusan membantu seluruh lapsan masyarakat khususnya

masyarakat lapisan bawah. Jika tidak, maka solidaritas dan kerja sama

sulit di capai.

Dengan demikian, pola-pola pemberdayaan ekonomi masyarakat

bukan sekedar diartikan sebagai keharusan masyarakat untuk mengikuti

suatu kegiatan tetapi kontribusi mereka dalam setiap tahapan yang mesti

dilalui oleh suatu program kerja pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Dalam menggerakan partisipasi masyarakat, pendekatan yang

dilakukan haruslah mendasarkan pada kebutuhan yang dirasakan (felt

needs). Sekurangnya ada 4 perspektif dalam melihat felt needs, yaitu:

1) Penilaian agen pembangunan tentang Community needs dari sudut

pandang tujuan pemberdaya itu sendiri.

2) Penilaian agen pembangunan tentang Community needs yang

diperoleh dari pemahaman tentang tujuan komunitas itu.

42
3) Penilaian komunitas yang diperoleh dari pengertian mereka tentang

tujuan agen pembangunan.

4) Konsepsi komunitas tentang needs

Sedangkan untuk tercapainya kondisi ekonomi masyarakat yang

baik perlu adanya pendekatan non direktif (partisipatif) maka community

woker dapat melakukan tugas di bawah ini, yaitu:

a. Menumbuhkan keinginan masyarakat untuk berwiraswasta bergelut

dalam aspek ekonomi, bertindak dengan merancang munculnya

diskusi tentang apa yang menjadi masalah dalam masyarakat.

b. Memberikan informasi tentang pengalaman kelompok lain yang telah

sukses dan sejahtera.

c. Membantu masyarakat untuk membuat analisis situasi usaha yang

prospektif secara sistematik tentang hakekat dan penyebab dari

masalah berbisnis.

d. Menghubungkan masyarakat dengan sumber yang dapat

dimanfaatkan.34

4. Tahap-tahap pemberdayaan

Guna mencapai perubahan yang lebih baik maka tahapan siklikal

pemberdayaan haruslah melewati beberapa tahapan yaitu:

a. Tahapan pengenalan masyarakat terhadap ekonomi


34
Ibid, h. 56

43
b. Tahapan pengenalan permasalahan dan identifikasi kebutuhan wirausaha.

c. Tahapan penyadaran masyarakat akan pentingnya pengusaha

d. Tahapan implementasi rencana kegiatan

e. Tahapan evaluasi implementasi rencana kegiatan

f. Tahapan perluasan pemberdayaan masyarakat

Tahapan di atas merupakan tahapan siklikal yang dapat berputar

seperti suatu siklus guna mencapai perubahan yang lebih baik. Merujuk pada

berbagai literatur, maka upaya memberdayakan masyarakat haruslah:

a. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat

berkembang dalam berwirausaha skala kecil dan menengah. Dalam

menciptakan iklim ini kebijaksanaan harus berpihak pada masyarakat,

disertai dukungan infrastruktur dan kelembagaan social, ekonomi, politik

yang memadai.

b. Pemberdayaan dengan cara membangun daya, mendorong, memotivasi

dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta

berupaya untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia harus

menjadi fokus diprioritaskan.

c. Memperkuat potensi atau daya yang yang dimiliki oleh masyarakat, dalam

kontek ini maka pembangunan kelembagaan social, ekonomi politik

menjadi penting artinya.

d. Menyediakan berbagai masukan (input).

44
e. Pembukaan akses kepada berbagai peluang (opportunities) yang akan

membuat masyarakat menjadi makin berdaya.35

5. Indikator pemberdayaan

Indikator keberhasilan pemberdayaan masyarakat sebagai sebuah

proses seringkali diambil dari tujuan sebuah pemberdayaan yang menunjukan

pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial

yaitu: masyarakat miskin yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai

pengetahuan dan kemampuan memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang

bersifat fisik, ekonomi, maupun social seperti memiliki kepercayaan diri,

mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi,

dalam kegiatan social, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas

kehidupannya.36

Sedangkan indikator keberhasilan program yang dipakai untuk

mengukur pelaksanaan program-program dari sebuah pemberdayaan

masyarakat adalah sebagai berikut:37

35
Ibid, h. 61
36
Achmad Subianto, Ringkasan Dan Bagaimana Membayar Zakat, (Yayasan bermula dari
kanan: Jakarta, 2004), h. 40
37
Gunawan Sumodiningrat, Pemberdayaan Masyarakat Dan Jaringan Pengaman Social,
(Gramedia pustaka utama: Jakarta, 1999), h. 29

45
a. Berkurangnya jumlah penduduk miskin.

b. Berkembangnya usaha peningkatan pendapatan yang dilakukan oleh

penduduk miskin dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia.

c. Meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap upaya peningkatan

kesejahteraan keluarga miskin dilingkungannya.

d. Meningkatnya kemandirian kelompok yang ditandai dengan semakin

berkembangnya usaha produktif anggota dan kelompok, semakin kuatnya

permodalan kelompok, makin rapih system administrasi kelompok, serta

semakin luasnya interaksi kelompok dengan kelompok lain di dalam

masyarakat.

e. Meningkatnya kapasitas masyarakat dan pemerataan pendapatan yang

ditandai oleh peningkatan pendapatan keluarga miskin yang mempu

memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan sosial dasarnya.

Dapat disimpulkan dari indikator di atas, yang disebut dengan

masyarakat itu berdaya, jika masyarakat itu mampu memenuhi kebutuhannya

sendiri dan mampu mensejahterakan masyarakat sekitarnya.

46
BAB III

GAMBARAN UMUM RUMAH ZAKAT

A. Sejarah Berdirinya Rumah Zakat

Rumah Zakat Indonesia adalah sebuah lembaga swadaya masyarakat yang

memfokuskan pada pengelolaan zakat, infaq, shodaqoh, dan wakaf secara

profesional dengan menitikberatkan program pendidikan, kesehatan, pembinaan

komunitas dan pemberdayaan ekonomi sebagai penyaluran program unggulan.

Memulai kiprahnya sejak Mei 1998 di Bandung, lembaga yang awalnya

bernama Dompet Sosial Ummul Quro’ (DSUQ) yang berdiri pada tanggal 2 Juli

1998 dan dipelopori oleh Ustadz Abu Syauqi. Hal ini lah DSUQ semakin

menguat eksistensinya sebagai lembaga amil zakat. Legalitas untuk melakukan

ekspansi semakin kuat ketika lembaga ini telah mendapat sertifikasi pengukuhan

sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional berdasarkan SK Menteri Agama RI No.

157 pada tanggal 18 Maret 2003.38

Semangat membumikan nilai spritualitas menjadi kesalehan sosial

membingkai gerak lembaga ini sebagai mediator antara nilai kepentingan

muzakki dan mustahiq. Antara yang memberi dan menerima, antara para aghniya

(orang kaya) dan mereka yang dhuafa sehingga kesenjangan sosial bisa semakin

dikurangi jaraknya. Harmoni ini semakin hangat dengan dukungan para muzakki

38
Hasil wawancara oleh bapak Edisman Adiguna sebagai BMKCU Rumah Zakat Jakarta
Barat, pada hari Rabu, 08 Juni 2011.

47
dan mitra lembaga. Merekalah yang menjadi tiang penyangga lembaga, selain

tentu dukungan doa anak yatim dan para mustahiq yang menyuburkan gerakan

sosial ini dilakukan.

Pada tahun 2000 animo masyarakat pada perlunya organisasi kemanusiaan

semakin meningkat. Masyarakat memandang penting misi sosial ini diteruskan

bahkan untuk kiprah yang lebih luas . Dirintislah program bea siswa pendidikan

yatim dan dhuafa, layanan kesehatan, rehabilitasi masyarakat miskin kota, dll.

Pemekaran mulai dilakukan dengan membuka kantor cabang Yogyakarta, Mei

2000 di Jl. Veteran 9. Cabang Bandung dipindah ke sekretariat awal di Jl.

Turangga 33 Bandung.

Pada tahun 2003 DSUQ berubah nama menjadi Rumah Zakat Indonesia

DSUQ seiring dengan turunnya SK Menteri Agama RI No. 157 pada tanggal 18

Maret 2003 yang mensertifikasi organisasi ini sebagai Lembaga Amil Zakat

Nasional. Bulan Mei, Rumah Zakat Indonesia DSUQ hadir di ibukota Jawa

Timur, Surabaya.

Pada tahun 2004 kantor cabang Tangerang berdiri. Ekspansi mulai

melebar ke Sumatera dengan didirikannya kantor cabang Pekanbaru, Riau.

Dimulainya pembangunan sistem Teknologi Informasi untuk peningkatan mutu

pelayanan. Hampir seluruh kantor cabang telah tersambung secara online.

Website www.rumahzakat.org dirilis, menggantikan alamat situs sebelumnya di

www.rumahzakat.net. Menguatkan branding lembaga dengan nama Rumah Zakat

48
Indonesia. Kepercayaan masyarakat semakin tumbuh, donasi terkumpul sebanyak

Rp 8,92 M.

Pada tahun 2005 Pertumbuhan cabang meningkat pesat. Tsunami Aceh

yang terjadi 26 Desember 2004 membuka akses Rumah Zakat Indonesia lebih

berperan di Sumatera. Cabang-cabang baru pun dibuka : cabang Aceh, Medan,

Padang, Palembang, Batam berdiri. Di Jawa, berdiri pula kantor cabang

Semarang, ditambah jaringan kantor cabang pembantu di Bekasi, Bogor, Depok,

Jakarta Selatan, Cirebon, Solo. Cabang Pekanbaru juga berekspansi dengan

memiliki kantor cabang pembantu Duri dan Dumai. Sistem informasi lembaga

mulai masuk ke jaringan on line. Mulai transaksi online, absensi on line, dan

beberapa software keuangan.Penerimaan donasi meningkat tajam khususnya dari

bantuan masyarakat untuk program rehabilitasi pasca tsunami Aceh, tercatat Rp

45,26 M donasi terkumpulkan.

Pada tahun 2006 regenerasi puncak pimpinan diestafetkan dari Ustadz

Abu Syauqi beralih ke Virda Dimas Ekaputra. Babak sejarah baru '

Transformation From Traditional Corporate to Professional Corporate ' dimulai.

Kesadaran berzakat terus didorong dengan merilis kampanye “When Zakat Being

Lifestyle” Diluncurkanlah program Gelar Budaya Zakat (GBZ) Menuju Indonesia

Sadar Zakat 2008 pertama kali di 6 kota. Donasi berhasil terkumpul sebanyak Rp

29,52 M.

Pada tahun 2007 Pengembangan progam semakin disempurnakan

termasuk dengan mengganti istilah Departemen Empowering menjadi Direktorat

49
Program. Implementasi program mulai difokuskan hingga mengerucut pada

empat induk yaitu EduCare, HealthCare, YouthCare, dan EcoCare. Pengelolaan

program dilakukan dengan konsep terintergrasi dan berkelanjutan berbasis

komunitas. ICD merupakan tempat yang difokuskan untuk penyaluran yang

terintegrasi yakni pendidikan, kesehatan, pelatihan kepemudaan, dan

pemberdayaan ekonomi secara terpadu berbasis komunitas. Dengan Mustahik

Relation Officer sebagai SDM pendamping, ICD menjadi pusat penyaluran

program sehingga lebih terukur, dan terkontrol. Di tahun ini pula Rumah Zakat

Indonesia melebarkan layanan program pendidikan dengan menyelenggarakan

Sekolah Dasar Juara yang bersifat gratis. Guru-guru terbaik dipilih untuk

mendidik calon pemimpin bangsa di sana. Program komunikasi dikembangkan

lebih massif melalui televisi. Diluncurkanlah TV Commercial perdana berjudul

“Saya Percaya Rumah Zakat” menggandeng endorser Helmy Yahya. Acara Gelar

Budaya Zakat (GBZ) Menuju Indonesia Sadar Zakat 2008 kembali digelar, kali

ini diselenggarakan di 10 kota. Ternyata hasil komunikasi dan focusing program

bekorelasi positif terhadap pencapaian donasi, terkumpul Rp 50,16 M. Triple digit

growth!

Pada tahun 2008 Rumah Zakat Indonesia berkeinginan kuat untuk

memantapkan program-program pemberdayaan. Dukungan dan kepercayaan

masyarakat menguatkan lembaga untuk semakin fokus kepada sebuah rekayasa

peradaban besar yang sejak awal telah diimpikan, yakni ”transformasi mustahik

ke muzakki”. Wujud nyata usaha lembaga adalah dengan meluaskan jaringan

50
pengembangan usaha kecil dan mikro di 18 kota. Tidak hanya itu, Rumah Zakat

Indonesia pun menyelenggarakan pelatihan-pelatihan motivasi dan ketrampilan

dalam wadah Youth Development Center. Pelatihan motivasi ini memegang

peranan penting karena karakter, pola pikir, dan sikap yang kontra produktif

menyumbangkan andil besar dalam kelanggengan sebuah kemiskinan. Dan yang

tidak kalah penting adalah pendampingan masyarakat dilakukan oleh 28 Mustahik

Relation Officer (MRO) dengan didukung para relawan. Pembelajaran untuk

menjadi organisasi yang amanah dan professional terus dilakukan, salah satunya

dengan penguatan program-program Human Capital. Diluncurkanlah program

seperti EAZI (Executive Amil Zakat Indonesia), ADP (Amil Development

Program), ACTPRO (Acceleration Program) dan sebagainya. Kegiatan

peningkatan kapasitas ini terbukti efektif kompetensi memenuhi tuntutan profesi

dan masyarakat.

Kepercayaan terus tumbuh, dari pencapaian donasi berhasil terkumpulkan

donasi sebesar Rp 71,40 Milyar. Untuk memberikan edukasi lebih luas kepada

masyarakat tentang zakat dan filantropi, Roadshow Gelar Budaya Zakat

dilakukan, kali ini hadir di 19 Kota. Tahun ini menjadi tahun pertama pasca 10

tahun pertama milestone Rumah Zakat Indonesia. Guna penguatan organisasi

dikokohkanlah organisasi baru pemberdayaan, yaitu: Rumah Sehat Indonesia

(pengelola program kesehatan), Rumah Juara Indonesia (pengelola program

pendidikan), Rumah Mandiri Indonesia (pengelola program kemandirian

51
ekonomi). Peningkatan jumlah unit layanan terus dilakukan. Hingga akhir tahun

telah berdiri 8 Sekolah Juara, 7 Rumah Bersalin Gratis.

Pada tahun 2009 bisa disebut sebagai tahun ekspansi mengingat dalam 1

semester langsung dibuka 14 cabang baru sehingga menambah total jumlah

jaringan sebanyak 45 kantor. Pengelolaan yang semakin baik mendapat apresiasi

dari masyarakat antara lain award dari Karim Business Consulting yang

menempatkan Rumah Zakat Indonesia sebagai LAZNAS Terbaik dalam ISR

Award (Islamic Social Responsibility Award 2009). Penghargaan juga datang dari

IMZ (Indonesia Magnificence of Zakat) yang menganugerahi Rumah Zakat

Indonesia sebagai The Best Organization in Zakat Development. PENCAPAIAN

donasi tumbuh semakin baik, tercatat Rp 107, 3 Milyar berhasil dikumpulkan dan

menjadikan Rumah Zakat Indonesia sebagai Organisasi Pengelola Zakat terbesar

pengumpulan donasinya se-Indonesia.

Tahun 2010 krisis global 2009 banyak diprediksikan mulai pulih pada

tahun ini, namun tantangan sosial dan ekonomi tak lebih mudah dihadapi. Rumah

Zakat Indonesia menyikapi hal ini dengan melakukan rangkaian adaptasi dan

perubahan menuju organisasi berskala global. 5 April 2010, resmi diluncurkanlah

brand baru RUMAH ZAKAT menggantikan brand sebelumnya RUMAH

ZAKAT INDONESIA. Dengan mengusung tiga brand value baru: Trusted,

Progressive dan Humanitarian, organisasi ini menajamkan karakter menuju

“World Class Socio-Religious Non Governance Organization (NGO)”. Sharing

Confidence diangkat menjadi positioning. “Dengan keyakinan yang kuat untuk

52
berbagi dan menciptakan keluarga global yang lebih baik, Rumah Zakat berdaya

upaya untuk menjadi organisasi terdepan di region yang menjamin program

efektif dan berkesinambungan dalam memberdayakan masyarakat untuk

mencapai kehidupan yang lebih baik. Untuk memperkuat perubahan ini

diluncurkan pula gerakan Merangkai Senyum Indonesia, sebuah rangkaian

kegiatan untuk memperbaiki Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia jauh

lebih khususnya dalam bidang pendidikan, kesehatan dan kelayakan hidup.

Selama 12 tahun berdiri, Rumah Zakat terus berupaya menjadi mitra para

muzakki dan mustahik yang ada di seluruh nusantara mulai dari Aceh sampau ke

Papua hingga ke beberapa negara lainnya di dunia. Dan selama itu pula Rumah

Zakat berusaha untuk menjadi jembatan bagi segala bentuk kebaikan yang

menghantarkan mustahik pada pemberdayaan.

Dengan spirit “bisa, bisa, harus bisa”, Rumah Zakat meyakini bahwa

untuk mencapai lebih banyak kebaikan, maka perubahan adalah sebuah

keniscayaan. Oleh karena itulah tahun ini Rumah Zakat hadir dengan sebuah

identitas baru sebagai bentuk komitmen menyempurnakan diri agar tampil lebih

baik dalam melayani bangsa dan menjadi Non Government Organization (NGO)

bertaraf global.

Perubahan pada Rumah Zakat tak hanya sekedar tranformasi bentuk logo

serta nama yang semula Rumah Zakat Indonesia, kini menjadi Rumah Zakat. Tapi

juga kepada nilai dan budaya kerja yang menjadi semangat di dalam diri setiap

53
amil. Dengan mengusung brand value, Trusted, Progressive, Humanitarian,

Rumah Zakat berkomitmen menjadi World Class Socio-Religious NGO.

Selain perubahan dari logo dan nama, rumah zakatpun merubah nama

program-programnya dengan tema merangkai senyum Indonesia. Home Within

the Heart merupakan identitas visual Rumah Zakat saat ini. Heart

menggambarkan sifat lembaga yang universal, peduli, aspiratif, terbuka, dan

menjadikan langit sebagai batasannya. Sementara Home memiliki makna sebagai

lembaga yang memiliki kontribusi kepada masyarakat, memberdayakan,

menyediakan harapan dan memberikan keterangan. Sedangkan warna oranye

mencerminkan sebuah lembaga yang berpengalaman, mampu terus maju secara

alami, evolusioner, berkembang, namun tetap terasa dekat dengan masyarakat.

Brand baru yang diusung Rumah Zakat saat ini melahirkan wajah baru

dari program pemberdayaan masyarakat. Jika sebelumnya ada empat fokus

program yakni EduCare, HealthCare, YouthCare, dan EcoCare, maka untuk saat

ini keempatnya bertransformasi menjadi Senyum Juara, Senyum Sehat dan

Senyum Mandiri.

Tentunya transformasi itu tak hanya sekedar mengganti nama program

saja, tapi juga kepada komponen di dalamnya. Merangkai Senyum Indonesia

adalah sebuah upaya dari Rumah Zakat untuk turut membangun negeri dan

bersinergi meningkatkan Indeks Pembangunan Masyarakat (IPM) yang tahun

2009 lalu masih menempatkan Indonesia pada urutan ke-III dari 176 negara

(Human Development Report 2009 UNDP). Tujuan dari program ini adalah

54
membentuk Keluarga Mandiri di wilayah binaan atau dikenal dengan Integrated

Community Development (ICD). Dan tahun ini Rumah Zakat memiliki target

untuk mewujudkan 1500 Keluarga Mandiri.39

B. Legal Formal Rumah Zakat

1. Akte Pendirian (Anggaran Dasar) Yayasan Dompet Sosial Ummul Quro

(DSUQ) Nomor 31 tanggal 12 Juli 2001 yang dibuat di hadapan Notaris Dr.

Wiratni Ahmadi.

2. Keputusan Menteri Agama RI No 157/ tahun 2003 tentang Pengukuhan

Yayasan DSUQ menjadi Lembaga Amil Zakat .

3. Akta Pernyataan Keputusan Rapat Pembina Yayasan Rumah Zakat Indonesia

Nomor 12 tanggal 15 Juli 2005 yang dibuat di hadapan Notaris Irma

Rachmawati, SH.

a. Perubahan nama dari Yayasan Dompet Sosial Ummul Quro menjadi

Yayasan Rumah Zakat Indonesia;

b. Penetapan Susunan Pengurus, Pembina dan Pengawas Yayasan;

c. Penyesuaian Anggaran Dasar Yayasan Rumah Zakat Indonesia dengan

Undang-undang Yayasan Nomor 16 tahun 2001.

4. Akta Perubahan Yayasan Rumah Zakat Indonesia Nomor 17 tanggal 25

Oktober 2005 yang dibuat di hadapan Notaris Irma Rachmawati.

39
http://www.rumahzakat.org/profilnya.php?id=200912240001&cat=2. Diakses pada hari
Jum’at tanggal 24-12-2010

55
a. Penyesuaian Anggaran Dasar Yayasan Rumah Zakat Indonesia dengan

Undang-undang Yayasan Nomor 28 tahun 2004.

6. Keputusan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesua Nomor C-

1490.HT.01.02/Th.2006 tanggal 25 Juli 2006 tentang Pengesahan Akta

Pendirian Yayasan Rumah Zakat Indonesia.

7. Berita Negara Republik Indonesia Nomor : 68, tertanggal 22 Agustus 2008,

Tambahan Berita Negara Nomor : 1071.

8. Akta Pernyataan Keputusan Pembina Yayasan Rumah Zakat Indonesia

Nomor 11 tanggal 11 Desember 2008 yang dibuat dihadapan Notaris Irma

Rachmawati,SH.

a. Penetapan Susunan Pengurus, Pembina dan Pengawas Yayasan.

9. Surat Keterangan Tercatat dari Dirjen Administrasi Hukum Umum

Depkumham RI Nomor AHU-AH.01.08-872 tertanggal 24 Desember 2008

tentang Pencatatan Akta Pernyataan Keputusan Pembina Yayasan Rumah

Zakat Indonesia Nomor 11 tanggal 11 Desember 2008.

10. Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2007

tentang Pengukuhan Yayasan Rumah Zakat Indonesia sebagai Lembaga Amil

Zakat.

11. SK Dinas Sosial Propinsi Jawa Barat Nomor 062/1394/PRKS/2006 tanggal 16

Juni 2006 tentang Penetapan Yayasan Rumah Zakat Indonesia sebagai

Organisasi Sosial.

12. Surat Keterangan Terdaftar di Dinas Sosial Pemerintah Kota Bandung :

56
a. Tahun 2006 : Nomor 062/64-Kansos tanggal 15 Maret 2006.

b. Tahun 2007 : Nomor 062/531-Kansos tanggal 19 April 2007.

c. Tahun 2008 : Nomor 062/1017-Dinsos tanggal 26 Nopember 2008.

12. NPWP : 02.083.957.7.424.000.

13. Surat Keterangan Domisili Yayasan Rumah Zakat Indonesia Nomor :

05/DP/I/2006 tanggal 26 Januari 2006.40

Dari legalitas formal di atas, disebutkan poin-poin penting mengenai akte

pendirian hingga surat keterangan domisili. Dari sini terlihat bahwa Rumah Zakat

adalah merupakan lembaga yang sudah diresmikan oleh pemerintah sebagai lembaga

amil zakat.

C. Visi dan Misi Rumah Zakat

Visi :

Menjadi lembaga amil zakat bertaraf Internasional yang unggul dan terpercaya.

Missi :

1. Membangun kemandirian masyarakat melalui pemberdayaan secara

produktif.

2. Menyempurnakan kualitas pelayanan masyarakat melalui keunggulan insani.

40
http://www.rumahzakat.org/profilnya.php?id=200912240001&cat=2, diaksess pada hari
Jum’at tanggal 24-12-2010.

57
D. Program Pemberdayaan Ekonomi (Senyum Mandiri) Rumah Zakat

Program pemberdayaan ekonomi senyum mandiri yang dilakukan oleh

Rumah Zakat adalah sebagai berikut:

1. Kelompok Usaha Kecil Mandiri (KUKMI)

Program pemberdayaan ekonomi bagi warga binaan yang telah

memiliki usaha mikro, dengan mekanisme pendampingan dan bantuan modal

usaha dalam kelompok binaan. Satu kelompok KUKMI terdiri dari 20 (dua

puluh) penerima manfaat, yang juga mendapatkan porsi dana jaminan social

dibidang pendidikan dan kesehatan.

Pendampingan KUKMI dilakukan selama satu tahun sehinnga

diharapkan penerima manfaat dapat meningkatkan skala usaha dan

kesejahteraan sosial ekonominya. Berikut dana yang dikeluarkan Rumah

Zakat untuk program KUKMI:

a. Rp. 7.000.000,-/warga binaan selama satu tahun pembinaan

b. Rp.114.000.000,-/20 warga binaan selama satu tahun pendampingan.

2. Empowering Center

Program pemberdayaan masyarakat berupa infrastruktur dan sarana

penunjang aktivitas komunitas dan lingkungan, disertai pendampingan di

wilayah integrated community Development (ICD) binaan rumah zakat dan

mitra. Aktivitas Empowering center dilaksanakan berdasarkan pemetaan

potensi sumber daya di masing-masing wilayah dan didampingi SDM

member Relationship Officer (MRO). Berikut adalah jumlah dana yang

dikeluarkan Rumah Zakat untuk program Empowering Centre:

58
a. Rp. 185.500.000,-/1 lokasi selama 1 tahun

Lokasi empowering center adalah sebagai berikut:

Empowering Centre

Kota Alamat

Jl. Sukarajin II Gg Sastromiharjo V No.1 RT 03 RW 02 Cikutra


Bandung
Cibeunying Kidul

Jl . Cibangkong No.28 RT 02 RW 05 Kel.Cibangkong


Kec.Cibangkong

Medan Jl. Balai Desa No. 5 Kel. Sunggal Kec. Medan Sunggal

Tangerang RT 09 RW02 Kel. Selapajang Kel. Neglasari

Jakarta Jl. Kemuning No.4 RT 11 RW 06 Kel. Pejaten Timur Kec. Pasar


Selatan Minggu

Jakarta
Jl. Pulo Asem Utara III RT 09 RW 01 Kel. Jati Kec. Pulogadung
Timur

Jl Bukanagara Kp. Bukanagara rt02/01 Desa Pagerwangi Kec.


Cimahi
Lembang

Surabaya Jl. Gundih 2 No. 32 Kel. Gundih Kec. Bubutan

Pekanbaru Jl. Pesisir Gang Rumbio Kel. Meranti Pandak Kec. Rumbai Pesisir

Jl. Balap Sepeda Lorong Muhairin 4 Gg Cempedak RT 43 RW 13


Palembang
Kel. Lorok Pakjo Kec. Ilir Barat I

Batam Tanjung Uma RT 01 RW 08 Kel. Tanjung Uma Kec. Lubuk Baja

PerumPuri Agung 3 Blok B No.1 RT 01 RW 25 Kel. Mangsang


Kec.Sei Beduk Kota Batam

Jl. HKSN Komplek AmD Permai Blok K RT 23 No. 05 Kel. Alalak


Banjarmasin
Selatan Kec. Banjarmasin Utara

Padang Jl. Lapangan Bola PSPS No.31 Parupuk Tabing Koto Tangah

59
3. Sarana Usaha Mandiri

Program pendampingan dan pemberdayaan ekonomi, dalam bentuk

pengadaan infrastruktur dan sarana penunjang bagi penerima manfaat dalam

kegiatan usahanya. Bantuan sarana usaha diberikan sesuai dengan hasil

penilaian kelayakan usaha yang dilakukan oleh pendamping program

dilapangan. Berikut adalah jumlah dana yang dikeluarkan Rumah Zakat untuk

program Sarana usaha mandiri:

a. Rp. 42.500.000,-/10 orang warga binaan.

4. Water Well

Program pengadaan sarana air bersih dan sanitasi public di wilayah

ICD sebagai bagian program akselerasi prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

di tempat tinggal warga. Berikut adalah jumlah dana yang dikeluarkan Rumah

Zakat untuk program water well:

a. Rp. 56.500.000,-/1 lokasi water well

5. Pelatihan Skill Dan Pemberdayaan Potensi Lokal

Program pelatihan skill produktif berdasarkan potensi local individu

dan lingkungan di wilayah ICD. Penerima manfaat program akan

mendapatkan fasilitas pelatihan skill sesuai potensi diri dan komunitasnya

serta bantuan modal sesuai hasil evaluasi akhir program. Di akhir pelatihan,

diharapkan penerima manfaat dapat membuka usaha secara mandiri. Berikut

60
adalah jumlah dana yang dikeluarkan Rumah Zakat untuk program pelatihan

skill dan pemberdayaan potensin local:

a. Rp. 100.000.000,-/10 s.d 40 peserta.

6. Budidaya Agro

Program pemberdayaan masyarakat berbasis agro khususnya

peternakan. Pemberdayaan yang di kembangkan antara lain ternak domba

dengan pola breeding dan sapi gaduh dengan pola penggemukan.

Sasaran utama program ini adalah para peternak skala mikro agar

mampu meningkatkan kapasitas usaha dan kompotensi skill yang telah

dimilikinya. Berikut adalah jumlah dana yang dikeluarkan Rumah Zakat

untuk program budidaya agro:

a. Sentra pembibitan domba

Rp. 450.000.000,-/ 5 peternak penerima manfaat dengan treatment berupa:

set up infrastruktur kandang, pelatihan ternak, magang di peternakan,

bantuan bibit domba, (jantan, betina = 2 : 20), pendampingan selama 1

tahun.

b. Sapi gaduh

Rp. 140.000.000,-/ 10 peternak penerima manfaat dengan treatment

berupa: pelatihan ternak, magang dipeternakan, bantuan berupa satu

ternak sapi, pendampingan selama 6 bulan untuk program penggemukan

sapi.

61
Syarat-syarat dari program-program di atas secara umun dilihat dari

delapan asnaf, seperti halnya dalam surat At-Taubat ayat 60 di jelaskan. Yang

berbunyi sebagai berikut:

        

             

(٦٠ :٩/ ) . 

Artinya: Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,


orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang
dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang
berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah
Maha mengetahui lagi Maha (Q.S. At- Taubah/9: 60).

Ukuran yang ditetapkan pada Rumah Zakat adalah sebagai berikut:

Fakir : Tidak berpenghasilan

Miskin : <$1,25/jiwa perhari

Mandiri : >$1,25/jiwa perhari-15% diatas nishab

Muzakki : >15% diatas nishab zakat.

Sedangkan syarat mustahik yang ikut dalam program ini adalah sebagai

berikut:

1. Mustahik ini adalah warga binaan Rumah Zakat. Mengapa demikian, karena

warga binaan ini adalah warga yang secara umum telah lolos dalam survey

tim MRO Rumah Zakat. akan tetapi, tidak menutup kemungkinan warga lain

62
pun, yang memang benar-benar membutuhkan atau layak dibantu dalam

program ini akan di bantu pula.

2. Akan dilakukannya survei oleh tim MRO (Member Relationship Officer),

bagi mustahik yang memang mendapat bantuan oleh donatur secara terikat.

Yang dilihat adalah:

1). Ada kemauan untuk berusaha atau merubah diri menjadi berkembang.

2). Mustahik tersebut dibawah nisab Zakat.

3). Mustahik tersebut mendapat referensi dari DKM masjid setempat, bahwa

mustahik ini pernah melakukan sholat jama’ah di masjid.

Adapun syarat lain yang dijadikan pendukung adalah sebagai berikut:

1.KTP

2. KK

3. Surat Keterangan Tidak Mampu.41

41
Hasil wawancara oleh bapak Edisman Adiguna sebagai BMKCU Rumah Zakat Jakarta
Barat, pada hari Rabu, 08 Juni 2011.

63
E. Struktur Organisasi Rumah Zakat

Secara umum struktur organisasi Rumah Zakat sebagai berikut:42

Dewan Pembina

Konsorsium / Chief Executif Officer Dewan Pengawas


Relawan Ahli (CEO) Syariah

VICE
Chief Executife Officer

Corporate
Secretary Internal Audit

I - Philantrophi

Networking Marketing Operating Fireve Program

DEWAN PEMBINA

H. Acep Lu’lu’iddin, S.Ag

Muhamad Rachmadi

42
Hasil data wawancara dikirim oleh Ibu Niken, Rumah Zakat Bandung pada hari Kamis, 09
Juni 2011.

64
DEWAN PENGAWAS

Emryas Imsak Soelaiman

DEWAN PENGURUS

Chief Executive Officer (CEO)

Rachmat Ari Kusumanto

Chief Strategic Relationship

Officer (CSRO)

Rachmat Noviar Bustari

Chief Funding Officer (CFO)

Area Jakarta Raya & Sumatera

Nur Efendi

Chief Funding Officer (CFO)

Area Jawa-Kalimantan-Sulawesi-Papua

R. Herry Hermawan

Chief Operating Officer (COO)

Sri Nurmiyati

Chief Program Officer (CPO)

Asep Mulyadi

DEWAN PENGAWAS SYARIAH

Kardita Kintabuwana, Lc., MA

Referensi Syariah

Dr. Setiawan Budi Utomo, Lc., MM

65
KONSORSIUM KONSULTAN AHLI

Konsultan Legal

Yayan Sutarna, SH., MH

Konsultan Marketing

AM. Adhy Trisnanto

Konsultan Pajak

Arif Muhlasin, Ak. BKP

Konsultan Keuangan

Muhammad Sunusi, SE., Akt

Konsultan Pemberdayaan

Hendrati Dwi Mulyaningsih, SE., MM

AUDITOR INDEPENDEN

KAP Bambang Mudjiono

KAP Ahmad Toha

KAP Kanaka Puradiredja

Dalam undang-undang zakat, telah menetapkan keputusan menteri agama

tentang pelaksanaan undang-undang nomor 38 tahun 1999 tentang pengelolaan

zakat. khusus pada bab II paragraf 1 pasal 3 dan pasal 9 di jelaskan mengenai

susunan organisasi dan tata kerja badan amil zakat nasional. Di antaranya adalah:

1. Badan Amil Zakat Nasional terdiri atas dewan pertimbangan, komisi

pengawasan dan badan pelaksana.

2. Badan pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas seorang

ketua umum, dua orang ketua, seorang sekretaris umum, dua orang sekretaris,

66
seorang bendahara, devisi pengumpulan, devisi pendistribusian, devisi

pendayagunaan dan devisi pengembangan.43

Sedangkan untuk tugas, wewenang dan tanggung jawab dijelaskan pada

pasal 9, diantaranya adalah:

Badan pelaksanaan badan amil zakat nasional bertugas:

1. Menyelenggarakan tugas administrative dan teknis pengumpulan,

pendistribusian dan pendayagunaan zakat; b. mengumpulkan dan mengolah

data yang diperlukan untuk penyusunan rencana pengelolaan zakat.

2. Menyelenggarakan tugas penelitian, pengembangan, komunikasi, informasi

dan edukasi pengelolaan zakat.

3. Membentuk dan mengukuhkan Unit pengumpulan Zakat sesuai wilayah

operasional.44

Struktur organisasi yang dibuat oleh Rumah Zakat telah memenuhi

apa yang telah di sebutkan dalam undang-undang no 38 tahun 1999 tentang

pengelolaan zakat. dengan terbentuknya organisasi ini, Rumah Zakat dapat

menjalankan tugasnya dengan baik. Dengan terstrukturnya organisasi ini pula

bahwa kepercayaan masyarakat terhadap lembaga semakin meningkat, karena

ketidak percayaan muzakki terhadap lembaga salah satunya adalah tidak ada

manajemen yang kuat terhadap suatu lembaga tersebut.

43
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat, h.
40-41.
44
Ibid, h. 45

67
BAB IV

ANALISIS STRATEGI FUNDRAISING PROGRAM PEMBERDAYAAN

EKONOMI (SENYUM MANDIRI) PADA RUMAH ZAKAT

A. Motode Strategi Fundraising Program Pemberdayaan Ekonomi (Senyum

Mandiri) di Rumah Zakat

Rumah Zakat merupakan lembaga nasional yang mempunyai banyak

program, untuk mengoptimalisasi dana zakat, infaq dan shodaqoh serta sumber

filantropi lainnya mengajak semuanya untuk bergabung dalam gerakan merangkai

senyum Indonesia melalui program-program pemberdayaan terpadu. Tujuan

gerakan ini adalah membangkitkan pertisipasi masyarakat untuk dapat

memberdayakan potensi diri dan lingkungannya secara mandiri.

Cara menggalang dana bisa dilakukan dengan cara apapun, dengan

berdonasi di kasir toko swalayan, berlangganan RBT dan menghibahkan barang

layak pakai adalah hanya sebagian kecil dari contoh praktik fundraising saat ini.

Masih banyak alternatif cara menggalang dana lain yang bisa dilakukan oleh

organisasi nirlaba. Para pegiat organisasi nirlaba tidak boleh terbelenggu dengan

cara tradisional-konvensional dalam menghimpun dana. Menggalang dana jangan

hanya diartikan dengan menadahkan tangan, memasang drum di jalan, dan

mengibaskan serokan ikan saja.

Setiap pegiat organisasi nirlaba, khususnya pelaku penghimpunan dana

dituntut untuk terus berkreasi dalam menggalang dana. Bila setiap aktivis

68
organisasi nirlaba mampu menciptakan inovasi baru dalam penggalangan dana,

maka akan selalu lahir bintang fundraising di Indonesia.

Begitupula yang dilakukan Rumah Zakat fundraising yang digunakan

dalam program ini bukan hanya memberikan beberapa kemudahan. Banyak pula

hal yang menarik seperti mengadakan event-event besar dan iklan yang menarik

setiap kegiatan yang berkaitan dengan program ini.

Model strategi yang di gunakan Rumah Zakat dalam memasarkan

programnya secara umum terbagi menjadi dua metode, di antaranya:

4. Direct Marketing

Dalam model direct marketing Rumah Zakat menggunakan dua

metode. Yaitu: offline dan online. Offline adalah metode yang dilakukan

Rumah Zakat secara langsung seperti face to face antara Amil (petugas

Rumah Zakat) dengan Muzakki (donatur), penyebaran brosur, pamplet dan

lain sebagainya. Sedangkan online adalah fasilitas/layanan yang disediakan

Rumah Zakat untuk donatur dalam bentuk layanan melalui internet, seperti

layanan membayar zakat melalui internet.

5. Indirect Marketing

Indirect marketing adalah bentuk metode fundraising yang dilakukan

Rumah Zakat dalam bentuk iklan melalui media masa, seperti iklan melalui

televisi, radio, dan Koran. walaupun fundraising yang dilakukan seperti ini

membutuhkan dana yang cukup besar, tetapi iklan pers ini memiliki

keuntungan dimana sasaran yang dituju dapat dipilih berdasarkan pada

69
pembaca surat kabar atau majalah tersebut, serta mendapat liputan editorial

maka akan diperoleh simpati dari masyarakat yang luas.45

Pada umumnya sebuah lembaga melakukan kedua metode fundraising ini

yaitu direct marketing dan indirect marketing termasuk Rumah Zakat. dalam

buku manajemen pengelolaan zakat disebutkan bahwa dalam melakukan

fundraising ada dua metode yang harus dilakukan oleh lembaga zakat, di

antaranya adalah:

1. Metode fundraising langsung (direct fundraising)

Metode fundraising langsung adalah metode yang menggunakan

teknik-teknik atau cara-cara yang melibatkan partisipasi donatur secara

langsung, yaitu bentuk-bentuk fundraising dimana proses interaksi dan daya

akomodasi terhadap respon donatur bisa seketika (langsung) dilakukan.

Apabila dalam diri donatur muncul keinginan untuk melakukan donasi setelah

mendapatkan promosi dari fundraiser lembaga, maka segera dapat dilakukan

dengan mudah dan semua kelengkapan informasi yang diperlukan untuk

melakukan donasi sudah tersedia. Sebagai contoh dari metode ini adalah:

Direct mail, direct advertising, telefundraising dan presentasi langsung.

2. Metode fundraising tidak langsung (indirect fundraising)

Metode tidak langsung adalah suatu metode yang menggunakan

teknik-teknik atau cara-cara yang tidak melibatkan partisipasi donatur secara

45
Hasil wawancara oleh bapak Edisman Adiguna sebagai BMKCU Rumah Zakat Jakarta
Barat, pada hari Rabu, 08 Juni 2011.

70
langsung, yaitu bentuk-bentuk fundraising dimana tidak dilakukan dengan

memberikan daya akomodasi langsung terhadap respon donatur seketika.

Metode ini misalnya dilakukan dengan cara promosi yang mengarah kepada

pembentukan citra lembaga yang kuat, tanpa secara khusus diarahkan untuk

menjadi transaksi donasi pada saat itu. Sebagai contoh dari metode ini adalah:

Advertorial, Image Compaign dan penyelenggaraan Event.46

Di atas telah dijelaskan mengenai motode strategi fundraising Rumah

Zakat dan metode yang dijelaskan dalam buku, hanya berbeda pada

penyebutan nama saja. Dalam Rumah Zakat menggunakan kata marketing,

akan tetapi pada dasarnya sama direct marketing ataupun indirect marketing

dengan direct fundraising dan indirect fundraising. Bahwa benar metode

fundraising yang digunakan oleh Rumah Zakat, sedikit tapi efektif. Terbukti

bahwa dua metode yang digunakan Rumah Zakat ini menumbuhkan

perkembangan pendapatan dana zakat yang cukup besar dari tahun ketahun.

Tahun 2006 2007 2008 2009

Jumlah 29.482.421.021 53.243.565.323 71.472.707.346 107.356.406.633

Cukup besar perkembangan dana ZIS yang ada di Rumah Zakat, inilah

fungsi dari fundraising. Adapun dana ZIS ini diambil dari beberapa model

donatur Rumah Zakat, diantaranya: Ritel, Corporasi dan Komunitas.

46
Manajemen Pengelolaan Zakat, Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam,Departemen Agama RI 2009, h. 68-69

71
Melihat perkembangan zaman yang semakin modern, selain metode

strategi di atas Rumah Zakat memberikan beberapa cara untuk donatur

mendonasikan dananya. Kemudahan ini adalah bagian dari komitmen layanan

yang Rumah Zakat tawarkan bagi Sobat Zakat untuk dapat mengoptimalkan nilai

ibadah, baik itu Zakat, Infak, Shadaqah, Qurban ataupun program pemberdayaan

lainnya, serta kemudahan ini merupakan bagian dari Fundraising Rumah Zakat.

Dimanapun Sobat Zakat berada, kapanpun transaksi donasi dilakukan, adalah

komitmen kami untuk menunaikan amanah. Beberapa kemudahan yang

ditawarkan oleh RZ adalah:

1. EDC (Elektronik Data Capture)

Manfaatkan EDC ketika anda berdonasi secara tunai melalui ZISco (ZIS

consultant).

2. Autodebet

Memanfaatkan fasilitas autodebet pada bank kepercayaan anda dengan

meminta form kesediaan untuk bank mendebet saldo rekening anda ke

rekening RZI, kemudian konfirmasikan melalui memo autodebet ke via sms

center 0815 7300 1555.

3. Payroll zakat

Potensi zakat begitu besar, RZI mengajak setiap perusahaan atau instansi

bersinergi dalam payroll zakat dengan pembayaran zakat karyawan secara

kolektif.

72
4. Paypol

Dengan metode online purcase menjadi salah satu pilihan kemudahan bagi

sobat zakat dalam beramal.

5. Zakat via ATM

Manfaatkan kemudahan zakat dengan menggunakan kartu debet anda dimesin

ATM terdekat

6. Z-Mobile

Bagi sobat zakat yang mempunyai kesibukan dan berada ditempat umum, z-

mobile akan mengunjungi ke sobat zakat dimanapun berada.

7. Zakat via SMS

Cukup dengan mengirim SMS dengan format: Nomor Kartu Kredit

Anda#Batas Masa Berlaku#Zakat#Jumlah Donasi kirim ke SMS centre

0815 7300 1555.

8. Jemput zakat

Hubungi ke call centre 0804 100 1000

9. E-Banking

Gunakan layanan internet dengan website www.rumahzakat.org dan

memilih menu e-banking kepercayaan anda.

10. Mobile banking

Anda bisa membayar zakat dimanapun anda berada dengan fasilitas mobile

banking dengan mentransfer zakat ke rekening penampung zakat nasional.

73
Di atas beberapa kemudahan cara membayar zakat yang disediakan

Rumah Zakat untuk donatur, cara kemudahan inilah merupakan pendukung dari

fundraising yang ada di Rumah Zakat untuk semua jenis program demi merangkai

senyum Indonesia. Namun, yang mengkhususkan dalam program senyum mandiri

adalah fundraising melalui corporate yaitu kepada perusahaan-perusahan dan ini

tergantung jumlah nominal yang dipasarkan. Seperti dalam pembuatan Water well

(Air bersih) dengan jumlah nominal Rp. 56.500.000,. Akan tetapi jika memang

ada donatur yang membayar infaq dan shodaqohnya secara terikat untuk senyum

mandiri maka bisa dengan cara apapun sesuai kebutuhan donatur.47

Virda Dimas Eka Putra Ceo Rumah Zakat Indonesia mengemukakan

bahwa yang terpenting dalam melakukan fundraising secara umumnya

mempunyai konsep perencanaan program fundraising di antaranya: segmen jelas

dan spesifik, positioning, terikat pada kegiatan tertentu dan focus. Empat faktor

inilah yang Rumah Zakat lakukan dalam masalah fundaraising, sehingga

fundraising yang dilakukan demi lancarnya program berjalan dengan baik.

Selain empat faktor di atas, yang terpenting dalam melakukan

fundaraising kita harus mengetahui karekteristik dari para donatur, mulai dari

budaya, adat, kondisi ekonomi tradisi dan lain sebagainya.48

47
Hasil wawancara dengan Ade (selaku bagian dari NFE (Non Formal Educare), SD Juara,
Rabu 11 Mei 2011.
48
http://www.slideshare.net/IBSetiawan/teknik-perencanaan-program-fundraising, diakses
pada hari Jum’at, 03 Desember 2010.

74
Selain beberapa model dan kemudahan yang Rumah Zakat sediakan untuk

donatur, Rumah Zakat memiliki beberapa keunikan yang menjadi khasnya,

sehingga masyarakat mengetahui Rumah Zakat:

2. Rumah Zakat dalam hal pendayagunaan, menggunakan prinsip syariah, yaitu

“di mana ada muzakki disitu ada mustahik. Sebagaimana yang dipraktekan

pada masa Umar bin Khatab.

3. Kredibilitas dan hubungan masyarakat: masyarakat lebih menyukai untuk

memberikan bantuannya kepada organisasi yang mereka telah dengar

sebelumnya. Ini artinya kredibilitas dan hubungan masyarakat yang baik

sangatlah penting. Adanya liputan dari kegiatan-kegiatan organisasi,

mengumumkan berita-berita tentang suksesnya acara-acara organisasi disurat

kabar, adanya pengesahan tentang kualitas organisasi dari kalangan yang ahli

atau dari kalangan tokoh masyarakat. Kesemuanya ini dapat membuat orang

terdorong untuk lebih menyadari pentingnya apa yang diperbuat oleh

organisasi tersebut dan masyarakat menjadi yakin bahwa apa yang dilakukan

organisasi tersebut sangatlah berguna dan berhasil. Rumah zakat selain

mengeksplorasi hasil kegiatannya selain melalui surat kabar juga

mengeksplorasikannya lewat majalah lentera dan webnya rumah zakat.

4. Rumah Zakat dalam memasarkan programnya tidak menjual kemiskinan,

melainkan menjual kemandirian. Artinya bahwa Rumah Zakat, dengan

memberikan zakat kepada mustahik, agar mereka selalu tersenyum.

75
5. Memberikan pelatihan dan kemitraan kepada mustahik dan muzaki dalam hal

menyadarkan mereka tentang pengelolaan zakat yang bagus, yang sesuai

dengan UU zakat.

6. Ucapan terima kasih. Ucapan terima kasih merupakan sesuatu yang sangat

penting. Hal tersebut merupakan suatu usaha pengakuan untuk meningkatkan

rasa penghargaan atas budi baik donatur. Hal juga merupakan suatu usaha

untuk meningkatkan rasa ketertarikan donatur sehingga mereka merasa

mengenal dengan lebih hangat akan organisasi tersebut.

7. Nilai tanggung jawab dan laporan. Ketika suatu organisasi mengambil dana

dari seseorang, maka organisasi tersebut harus menyadari bahwa dana tersebut

diperoleh untuk suatu tujuan tertentu, kegagalan untuk mencapainya dapat

menghancurkan kepercayaan yang telah diperoleh dari donatur, dan

sebaliknya jika tujuan tersebut berhasil dicapai maka sesungguhnya

kesuksesan telah diperoleh organisasi tersebut. Oleh karena itu organisasi

harus memberikan suatu laporan kepada para donatur, untuk menunjukan

kepada mereka bahwa dana yang mereka sumbangkan telah digunakan secra

efektif. Namun jika tujuan tersebut gagal diperoleh, maka laporan masih bisa

dibuat secara positif.

76
B. Pengaruh Strategi Fundraising Pada Program Pemberdayaan Ekonomi

(Senyum Mandiri).

Rumah Zakat merupakan lembaga yang bagus dalam menjalankan

kegiatan fundraisingnya serta mempunyai manajemen yang bagus. Begitu banyak

program yang dimunculkan oleh Rumah Zakat tercover dengan baik, dengan

berslogan merangkai senyum Indonesia , Rumah Zakat memunculkan tiga

program senyum juara, senyum sehat dan senyum mandiri. Tujuannya adalah

membentuk keluarga mandiri (KM) diwilayah ICD. Dimana tahun 2010 Rumah

Zakat memiliki target utama untuk mewujudkan senyum 1500 keluarga mandiri.

Dengan dijalankannya fundraising yang bagus, maka program-program

yang dijalankanpun berjalan dengan baik. Karena suatu organisasi tanpa adanya

dana, program tidak akan berjalan semaksimal mungkin. Fundraising yang

dilakukan dalam suatu organisasi sangat mempengaruhi naik turunnya jumlah

dana yang terkumpul.

Model strategi fundraising yang dilakukan Rumah Zakat adalah dengan

menggunakan dua metode saja yaitu direc marketing dan indirec marketing. Dari

dua model strategi ini Rumah Zakat telah membuktikan peningkatan jumlah

layanan program pemberdayaan ekonomi yang luar biasa, berikut diagram

jumlah layanan:

77
200000

0
tahun 2010
sa ho i
m

e
us
ca kuk

...

ll
nd b..

ga i...
pe a u

no r w e
wa ...
sia mp
pe em

n
ke

...
n

be
ra

e
ng

si
t
tahun 2010

va
re
tahun 2011

Gambar: 4.1
Jumlah Layanan Program Pemberdayaan Ekonomi

Dari grafik di atas, terlihat sangat jelas bahwa perkembangan jumlah

layanan dalam program senyum mandiri ini dari tahun ke tahun semakin

meningkat. Pada tahun 2010 jumlah layanan pada program KUKMI awalnya

hanya berjumlah 1.868 warga binaan, pada awal tahun 2011 meningkat menjadi

8.374 warga binaan. Untuk cake house pada tahun 2010 jumlah layanannya 29

tempat, tetapi berhubung perubahan program pada awal 2011, maka untuk cake

house tidak dijalankan kembali. Tetapi pada kenyataannnya memang ada, masih

menjalankan cake house yang ada. Untuk sarana usaha mandiri awalnya hanya

berjumlah 175 sarana usaha mandiri, kini meningkat menjadi 361 sarana usaha

mandiri. Begitupula dengan program yang lainnya seperti siaga bencana pada

tahun 2010 berjumlah 93.738 orang, meningkat menjadi 113.814 orang.

Sedangkan untuk water well awalnya hanya 129 sarana air bersih, meningkat

menjadi 137 waterwell.

78
Khusus dalam program KUKMI, program ini mempunyai tujuan

tersendiri. Berikut perkembangan mustahik yang mendapatkan program ini.

Cukup lumayan banyak jumlah mustahiq yang sudah mandiri, sudah 5% dari

jumlah fakir sebelumnya.

Mustahik Menuju Mandiri


2010
5%

19%
fakir
47%
miskin

berdaya

29%
mandiri

Gambar: 4.2
Mustahik Menuju Mandiri 2010

Dari gambar di atas menjelaskan bahwa jumlah 5% dari mustahik mandiri

itu jumlah yang cukup membanggakan. Karena mustahik mandiri ini mustahik

hasil seleksi yang sudah terpenuhi kebutuhannya, hal ini bukan hal yang tidak

mudah dijalankan dari fakir hingga menjadi mandiri.

79
Program pemberdayaan
bersama KUKMI

Mandiri
Berdaya
Miskin
Fakir

Di bawah KHL di atas nilai KHL Antara 15% -(-)15% 15% di atas
nisab zakat
178 orang 2913 orang 1165 orang
328 orang
Gambar 4.3
Program pemberdayaan bersama KUKMI

Dijelaskan pada gambar di atas tingkat fakir yang keterangannya di bawah

KHL itu berawal dari mustahik yang mendapatkan program senyum sehat dan

senyum mandiri, sedangkan pada tingkat miskin sudah termasuk mustahik yang

sudah mendapatkan program senyum mandiri yaitu program pemberdayaan

ekonomi, akan tetapi lebih kepada pelatihan skill dan mendapat pembiayaan

bersifat qordul hasan. Sedangkan untuk tingkat berdaya dan mandiri itu mustahik

yang sudah lepas dari pembinaan Rumah Zakat, artinya bahwa mustahik ini

bukan lagi diberikan pembiayaan akan tetapi sudah seharusnya mengeluarkan

zakatnya ”khususnya yang sudah mandiri”.mengapa demikian, karena tujuan

Rumah Zakat adalah bagaimana menjadikan mustahik menjadi muzakki.

80
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setiap lembaga menginginkan lembaganya bagus dari segi apapun baik

dari segi fundraising maupun dari segi pendayagunaannya.

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dipaparkan dan dijelaskan pada bab-

bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Rumah Zakat dalam menghimpun dana untuk menjalankan programnya,

menggunakan dua model Fundaraising, adalah sebagai berikut: Direct

Marketing dan Indirect marketing. Dalam model direct marketing Rumah

Zakat menggunakan dua metode. Yaitu: offline dan online. Offline adalah

metode yang dilakukan Rumah Zakat secara langsung seperti face to face

antara Amil (petugas Rumah Zakat) dengan Muzakki (donatur), penyebaran

brosur, pamplet dan lain sebagainya. Sedangkan online adalah

fasilitas/layanan yang disediakan Rumah Zakat untuk donatur dalam bentuk

layanan melalui internet, seperti layanan membayar zakat melalui internet.

Indirect marketing adalah bentuk metode fundraising yang dilakukan Rumah

Zakat dalam bentuk iklan melalui media masa, seperti iklan melalui televisi,

radio, dan Koran.

2. Dengan menggunakan dua metode fundraising, Rumah Zakat mampu

membuktikan bahwa jumlah penerima manfaat dari program pemberdayaan

81
ekonomi dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Terbukti bahwa

pada tahun 2010 jumlah layanan pada program KUKMI awalnya hanya

berjumlah 1.868 warga binaan, pada awal tahun 2011 meningkat menjadi

8.374 warga binaan. Untuk cake house pada tahun 2010 jumlah layanan 29

tempat. Untuk sarana usaha mandiri awalnya hanya berjumlah 175 sarana

usaha mandiri, kini meningkat menjadi 361 sarana usaha mandiri. Untuk siaga

bencana pada tahun 2010 berjumlah 93.738 orang, tahun 2011 meningkat

menjadi 113.814 orang. Begitupula pada water well awalnya pada tahun 2010

129 sarana air bersih, pada tahun 2011 meningkat menjadi 137 water well.

B. Saran

Walaupun secara umum pengumpulan dana ZIS serta jumlah layanan

program senyum mandiri selalu mengalami peningkatan dari tahun-ketahun,

Namun fundraising yang dilakukan Rumah Zakat masih perlu ditingkatkan lagi,

agar strategi fundraising mampu mencapai target dana zakat, infaq dan shodaqah

secara optimal. Mengingat banyaknya program Rumah Zakat, maka Rumah

Zakat harus lebih meningkatkan kinerja agar masyarakat lebih percaya untuk

menyalurkan dananya kepada Rumah Zakat.

82
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahannya

Badriah, Lili, Muhamad Zen & M.Hudri, Zakat dan Wirausaha, Jakarta: CED, 2005.

Badudu dan Zain. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Haparan,
2001.

David, Fred R, Manajemen Strategi Konsep, Jakarta: Prenhalindo, 2002.

Faulkner, David dan Gerry Johnson, Seri Strategi Manajemen Strategi Manajemen
The Challenge Of Strategic Management, Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo, 1992.

Uchyana, Onong, Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1992.

Iswoyo, Setiyo Seri Panduan Menggalang Dana In Kina Fundraising. Depok:


Piramedia, 2006.

Amrin, Abdullah S.E, Strategi Pemasaran Asuransi Syariah (Memenangkan


Persaingan Usaha Bisnis Asuransi Dan Bank Syariah Secara Syariah),
Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2007.

Machendrawati, Nanih dan Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam


dari Ideology, Strategi sampai Tradisi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2004.

Manajemen Pengelolaan Zakat, Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal


Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI 2009.

Purwanto, April, Manajemen Fundraising Bagi Organisasi Pengelola Zakat, Jakarta:


TERAS, 2009.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005).

Subianto, Achmad , Ringkasan Dan Bagaimana Membayar Zakat, Yayasan bermula


dari kanan: Jakarta, 2004.

83
Suharto, Edi . CSR & COMDEV Investasi Kreatif Perusahaan, Bandung: Alfabeta,
2010.

Sumodiningrat, Gunawan, Pemberdayaan Masyarakat Dan Jaringan Pengaman


Social, Gramedia pustaka utama: Jakarta, 1999.

Supratikno, Hendrawan Advanced Strategic Manajement: Bact To Basic Approach


Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2003.

Sutisna, Hendra, Fundraising Database. Depok: 2006, Cet 1.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan


Zakat

Zakat dan empowering-Jurnal Pemikiran dan Gagasan, Volume 2, Jumadil Tsani


1430/juni 2009

http://www.antaranews.com/view/?i=1235991716&c=NAS&s, diakses pada hari


Senin,02 Mei 2011

http://hanumisme.wordpress.com/2009/12/28/potensi-zakat-2010/, diakses pada hari


Senin, 02 Mei 2011

http://www.slideshare.net/IBSetiawan/teknik-perencanaan-program-fundraising,
diakses pada hari Jum’at tanggal 03-11-2010

http://myzone.okezone.com/content/read/2009/12/24/38/, diakses pada hari Senin, 02


Mei 2011.

http://rumahzakat.org/profilnya.php?id=201005030001&cat=2, Diakses pada hari


Minggu, 22 Mei 2011.

www.kriyamaya.or.id/index.php?option=com_docman.(powerpoint), diakses pada


tanggal 18 Januari 2011

http://suniscome.50webs.com/32%20Konsep%20Pemberdayaan%20Partisipasi%20K
elembagaan.pdf. Diakses pada tanggal 21 Januari 2011

84
Lampiran 1

Penyaluran Program Rumah Zakat


2010

Senyum sehat
1%
17% 20%
Senyum juara

5% Senyum mandiri

Penyaluran
langsung
7%
Penyaluran
3% 23% bencana
Ramadhan
23%
Qurban

lain-lain

Gambar : 1.3

85
Lampiran 2

Penerima Manfaat Rumah Zakat


Berdasarkan Jenis Kelamin
0

39%

61%
laki-laki
perempuan

Gambar : 1.4
Sumber: MUIS mustahik informasi system 2005-2011

86
Lampiran 3

Laporan Keuangan Rumah Zakat 2006-2009

60000000000 dana zakat

50000000000 dana infaq/shodaqah terikat

dana infaq/shodaqah tidak terikat


40000000000
dana amil
30000000000
dana non halal
20000000000
dana amil
10000000000

dana zakat
0
2006 2007 2008 2009

Gambar : 1.5

87
Lampiran 4

Hidup itu Sederhana Pelatihan Pembuatan bros di Samarinda

SD Juara cetak interpreneur muda kegiatan anak ceria

88
PERTANYAAN WAWANCARA

Nama Responden : Bapak Edisman Adiguna

Jabatan : BMKCU Rumah Zakat Jakarta Barat

1. Bagaimana sejarah rumah zakat?

Rumah Zakat Indonesia adalah sebuah lembaga swadaya masyarakat yang

memfokuskan pada pengelolaan zakat, infaq, shodaqoh, dan wakaf secara

profesional dengan menitikberatkan program pendidikan, kesehatan, pembinaan

komunitas dan pemberdayaan ekonomi sebagai penyaluran program unggulan.

Memulai kiprahnya sejak Mei 1998 di Bandung, lembaga yang awalnya bernama

Dompet Sosial Ummul Quro’ (DSUQ) yang berdiri pada tanggal 2 Juli 1998 dan

dipelopori oleh Ustadz Abu Syauqi. Hal ini lah DSUQ semakin menguat

eksistensinya sebagai lembaga amil zakat. Legalitas untuk melakukan ekspansi

semakin kuat ketika lembaga ini telah mendapat sertifikasi pengukuhan sebagai

Lembaga Amil Zakat Nasional berdasarkan SK Menteri Agama RI No. 157 pada

tanggal 18 Maret 2003

2. Bagaimana struktur organisasi Rumah Zakat?

Struktur organisasi kami buat secara global, akan tetapi di setiap program itu ada

strukturnya tersendiri. Untuk strukturnya terlampir.

3. Bagaimana proporsi perolehan dan pengeluaran dana zakat?

Proporsi pengeluaran dana zakat sesuai dengan pendapatan dan kebutuhan dari

setiap program, seperti pengeluaran yang dikeluarkan pada program senyum juara

89
adalah 23 %, senyum mandiri 23 %, senyum sehat 20 %. Mengapa demikian

karena kebutuhan pada masing-masing dari setiap program itu berbeda.

4. Apakah slogan bisa membantu untuk menarik minat zakat bagi donatur?

Slogan bagi Rumah Zakat mungkin itu bisa dikatakan benar, akan tetapi

presentasenya sangat kecil, yang dijadikan factor utama untuk menarik zakat bagi

donatur salah satunya Rumah Zakat tidak menjual kemiskinan dalam promosi

ataupun iklan yang ditampilkan, melainkan kemandirian.

5. Program apa saja yang terdapat di senyum mandiri?

Program yang terdapat pada senyum mandiri adalah kelompok usaha kecil

mandiri, Empowering Center, sarana usaha mandiri, water well, pelatihan skill

dan pemberdayaan potensi local dan budidaya agro.

6. Apa syarat-syaratnya bagi mustahik yang mendapatkan dalam setiap program

ini?

Syarat-syarat dari program senyum mandiri secara umum dilihat dari delapan

asnaf. Akan tetapi Rumah Zakat mempuyai ketentuan syarat sendiri, yaitu:

mustahik ini adalah warga binaan rumah zakat, akan dilakukan survey oleh tim

MRO (Member Relationship Officer). Dan syarat yang dijadikan pendukung

secara administrasinya adalah KTP, KK dan SKTM.

7. Apa yang disediakan /dikirim Rumah Zakat untuk donatur?

Yang disediakan Rumah Zakat untuk donatur adalah laporan penggunaan dana

dan majalah NEWZIE.

8. Model strategi fundraising apa yang di gunakan untuk program ini?

90
Secara umum Rumah Zakat menggunakan dua model dalam melakukan

fundraising yaitu: Direct marketing dan Indirect marketing.

9. Selama dua tahun ini dengan strategi fundraising yang di gunakan, berapa

jumlah donatur Rumah Zakat?

Kini jumlah donatur Rumah Zakat berjumlah 84.221 donatur aktif.

10. Bagaimana cara Rumah Zakat berkomunikasi dengan Muzakki?

Intinya jika kita melakukan komunikasi adalah dengan tutur kata yang baik, sopan

dan tidak menyinggung.

11. Bagaimana Rumah Zakat menawarkan program pemberdayaan ekonomi kepada

masyarakat sehingga dapat menarik donatur?

Rumah Zakat dalam hal pendayagunaan menggunakan prinsip syariah, yaitu

dimana ada muzakki disitu ada mustahik. Artinya bahwa Rumah Zakat lebih

mengedepankan pendayagunaan dilakukan di daerah yang terdapat muzakkinya.

91
92
93
Nomor : 3138/SPT-OI&D/Rumah Zakat/VI/2011/SK-OI&D/Rumah Zakat/V/2011
Lampiran : -
Perihal : Surat Pemberitahuan

Kepada Yth.
Ketua Jurusan Univ.Islam Negeri Syarif

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Memberitahukan bahwa mahasiswa :


Nama : Nur Laelatul Afifah
Prodi/Konsentrasi : Muamalat /Manajement ZISWAF
NIA : 107046302333
Telah melakukan penelitian di Rumah Zakat dengan judul “STRATEGI FUNDRAISING PROGRAM
PEMBERDAYAAN EKONOMI ( SENYUM MANDIRI) PADA RUMAH ZAKAT”

Demikian surat pemberitahuan ini kami buat .


Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bandung, 9 Juni 2011


Operating Improvement & Development
Department Head

Andina Dian Wulansari


NIA. 1102005001097

94

Anda mungkin juga menyukai