Oleh :
Marhiyanto
Npm. 05 00 33 F
0
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang tidak
hanya dihadapi oleh Negara berkembang termasuk Indonesia, tetapi juga Negara –
Negara maju di Indonesia diare masih masuk dalam 10 besar penyakit. Karena angka
kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh diare masih tinggi. Penyakit diare dapat
biasanya atau lebih dari 3 kali sehari, disertai dengan perubahan konsistensi tinja dengan
atau tanpa darah, penyebab diare bermacam - macam yaitu bisa karena kuman, bakteri,
amuba, stress/depresi (gangguan psicologi), keracunan makanan akan tetapi infeksi usus
adalah penyebab utama kejadian diare yang mengakibatkan kematian ada 3 – 4 manusia
tiap tahun.
Berdasarkan data WHO, pada tahun 2000 – 2003 diare merupakan penyebab
kematian nomor 3 di dunia. Pada anak dibawah umur 5 tahun dengan Proportional
19% pada tahun yang sama. Diare di Asia Tenggara juga menempati urutan ketiga
penyebab kematian pada anak dibawah umur lima tahun dengan PMR sebesar 18%.
seluruh golongan umur adalah 280 per 1000 peduduk dan pada golongan balita penyebab
diare 15 kali setiap tahunya. Angka kematian akibat diare yang di dapat dari survey
kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1995. bila diproyeksikan pada penduduk
1
Indonesia saat ini terdapat 112.000 per tahun pada semua golongan atau 45 per 100 000
penduduk. Pada golongan balita terjadi 55 000 kematian per tahun atau 2,5 per 100.000
(Dep.Kes. 2000).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Batang pada tahun 2006
jumlah penderita diare pada umur balita sebanyak 7601 Penderita, pada tahun 2007
jumlah penderita diare balita adalah 9989 Penderita,. Pada tahun 2008 sampai bulan
jumlah penderita diare balita adalah 262 Penderita, tahun 2007 berjumlah 276 penderita,
diare yang paling tinggi dari 18 desa yang ada di Kecamatan Warungasem Kabupaten
Batang..Pada tahun 2006 jumlah diare pada usia balita berjumlah 78, pada tahun 2007
berjumlah 90 penderita dan pada tahun 2008 berjumlah 93 penderita. Hal ini di akibatkan
tempat tinggalnya.
Dalam upaya menurunkan angka kesakitan akibat diare yang terjadi di Desa
Kalibeluk perlu diketahui beberapa factor yang berkaitan dengan kejadian diare. Banyak
factor yang secara langsung dan tidak langsung dapat mendorong terjadinya diare, factor-
faktor tersebut antara lain adalah keadaan gizi, kependudukan, lingkungan dan perilaku.
2
Factor yang diduga sangat berkaitan erat dengan kejadian diare adalah factor
tersedianya sarana air bersih, pembuangan tinja dan air limbah, perilaku higiene
adalah: jarak sumber air dan sumber pencemar,kedalaman sumber air kurang sehingga
Pengawasan terhadap kualitas air pada sumber air minum sangat diperlukan agar
air yang dikonsumsi oleh tubuh manusia benar-benar aman dan terjamin dari kuman
Selain sumber air minum, jamban juga merupakan sarana sanitasi yang penting
berkaitan dengan kejadian diare. Jenis jamban yang digunakan akan mrmpengaruhi mata
rantai penularan penyakit diare. Jamban yang tidak sanitarian memperpendek mata rantai
baik, seperti masih adanya masyarakat yang membuang sampah tidak pada tempatnya,
banyak masyarakat terutama usia balita yang terkena penyakit diare.oleh karena itu
Melihat kenyataan tersebut penulis tertarik untuk memilih Desa Kalibeluk sebagai
obyek penelitian untuk menganalisis beberapa factor yang berhubungan dengan tingkat
3
2.2. Identifikasi dan Perumusan Masalah
kondisi akhir tahun 2008 di Desa Kalibeluk, jumlah penderita diare sebagian besar di
derita oleh Balita sebanyak 93 orang (33,7%) dengan jumlah kesakitan 93 melihat
kenyataan ini di khawatirkan jika tidak dilakukan pencegahan sedini mungkin akan
yang kurang memperhatikan sanitasi tempat tinggalnya, seperti masih adanya penduduk
yang tidak memiliki jamban, kurang tersedianya air bersih dan adanya tempat sampah.
masyarakat terhadap sanitasi lingkungan yang sehat, dan kurangnya perhatian masyarakat
jauh mengetahui beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian diare balita. Atas
dasar uraian tersebut di atas maka penulis tertarik untuk mengambil judul penelitian ini :
“Beberapa factor yang berhubungan dengan kejadian Diare Balita di Desa Kalibeluk
Perumusan masalah yang akan di bahas berdasarkan uraian diatas adalah beberapa
faktor yang berhubungan dengan kejadian diare balita di Desa Kalibeluk Kecamatan
4
2.3. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
Kabupaten Batang.
status bekerja/tidak bekerja, jenis sumber air, kualitas biologis air, kondisi
kejadian diare.
2.4. Manfaat
1. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan dan instansi terkait untuk
2. Sebagai bahan informasi bagi institusi perguruan tinggi pada umumnya dan
5
F.I.K pada khususnya dalam upaya pengembangan penelitian di bidang ilmu
kesehatan masyarakat.
3. Sebagai bahan acuan penelitian lanjutan yang lebih dalam lagi penelitian
selanjutnya.
1. Lingkup Keilmuan
Menular dengan kajian khusus mengenai beberapa faktor yang berkaitan dengan
2. Lingkup Sasaran
Lingkup sasaran pada penelitian ini adalah ibu rumah tangga/penanggung jawab
3. Lingkup Masalah
Lingkup masalah pada penelitian ini dibatasi pada analisa beberapa faktor yang
berkaitan dengan kejadian diare yaitu factor lingkungan berupa sumber air
minum, kondisi tingkat pencemaran sumber air, jenis jamban dan kepadatan
hunian, factor perilaku hygiene berupa praktek cuci tangan dan praktek merebus
air sebelum digunakan untuk minum, dan karakteristik ibu berupa umur,
4. Lingkup Metodologi
bintang(crossectional).
6
5. Lingkup Lokasi
6. Lingkup Waktu
Lingkup waktu pada penelitian ini dilaksanakan pada bulan juli 2008
dilakukan, namun ada penelitian serupa di Wilayah Kerja Puskesmas Wonotunggal yang
Semarang pada rahun 2005, adapun hasil penelitian tersebut adalah sebagai berikut :
2. Sebagian besar umur ibu 20-34 tahun dengan berpendidikan SD-SLTP, dan
bekerja. Jenis sumber air yang digunakan terbanyak menggunakan sumur gali
pencemaran air tinggi, jenis jamban yang digunakan jamban tanpa septic tank,
dengan jarak jamban kurang memenuhi syarat < 10 m dan mempunyai kepadatan
hunian > 10 m² serta mempunyai kebiasaan tidak mencuci tangan tatapi merebus
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Diare
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih
banyak dari biasanya (normal 100 – 200 ml/jam tinja) dengan tinja berbentuk
cairan (1/2 padat) dapat pula disertai frekwensi defekasi yang meningkat.
Penyakit diare hingga kini masih merupakan salah satu penyebab utama
meninggal dunia karena diare. Pada daerah endemis diare lebih banyak terjadi
pada anak, sedangkan pada keadaan out break (epidemic) menyerang semua
golongan umur.
b. Infeksi lain
Infeksi apapun pada anak seperti otitis media ,pneumonia, campak dapat
c. Malaria merupakan penyebab diare atau muntah yang sering terjadi pada
anak-anak
8
d. Malnutrisi energi protein sering menyebabkan diare. Ini biasanya karena
intolerasi laktosa.
penyebab
b. Bila pembuanngan kotoran ini tidak dilakukan di jamban yang tertutup dapat
c. Kuman pada kotoran dapat langsung ditularkan pada orang lain apabila
melekat pada tangan dan kemudian dimasukkan ke mulu atau dipakai untuk
memegang makanan.
d. Kuman dapat mencemari air bila kotoran tersebut terbawa atau terkena air.
tanpa direbus atau dimasak, misalnya untuk menggosok gigi, berkumur atau
mencuci sayur lalap, ia dapat menulari orang tersebut dengan penyakit diare.
9
d. BAB (buang air besar) tiga kali atau lebih dalam sehari, mungkin disertai
Secara klinis diare karena infeksi akut dibagi menjadi dua golongan yang
pertama, koleriiform, pada diare yang terutama terdiri atas cairan saja. Kedua,
garaman yang sangat berguna bagi kelangsungan hidup manusia. Makin lama
seseorang terkena penyakt diare, makin banyak dan cepat pula tubuhnya
Ada tiga tingkatan dehidrasi, dimana tiap tingkatan tergantung dari banyak
lain :
1. Dehidrasi ringan
Gejala :
3) suara serak
2. Dehidrasi Sedang
Gejala :
10
3) Suara serak
3. Dehidrasi Berat
3) kesadaran menurun
penurunan angka kesakitan dari penyakit diare dari analisa lebih lanjut diketahui
ditemukan pula penyediaan air minum dan jamban keluarga secara fisik tidak
menjamin hilangnya diare/kolera dari daerah bersangkutan. Sikap dan tingkah laku
11
Dalam jangka panjang untuk memmmperoleh hasil nyata dalam penurunan
angka kesakitan penyakit diare, maka secara cepat upaya peningkatan kesehatan
lingkungan dan kebersihan perorangan harus secara mantap dilaksanakan baik dalam
kepada penyediaan air bersih dan air minum yang aman, fasilitas pembuangan tinja
yang saniter, dan pengelolaan limbah rumah tangga yang memenuhi syarat kesehatan.
Disamping itu factor pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat merupakan hal
yang sangat penting, dan dalam banyak hal merupakan factor penentu dalam kondisi
menghilangkan dampak penyediaan air yang aman, karena air tersebut tercemar
insiden penyakit diare dapat diharapkan jika intervensi yang dilakukan paling sedikit
3 komponen secara bersamaan yaitu, penyediaan air bersih, sanitasi dan pendidikan
hygiene perorangan.
yang menjadi masalah penting adalah adanya pencemaran air minum oleh kotoran
masyarakat yang kurang sehat, antara lain membuang kotoran / sampah disembarang
12
tempat. Dalam suatu wabah yang pertama – tama perlu ditinjau bagaimana
Indonesia Dinas Kesehatan hanya bertugas untuk mengusahakan agar air yang
dipakai penduduk itu aman / tidak berbahaya, maka pencegahan yang efektif adalah
mengusahakan sejauh mana air tersebut tidak terkontaminasi oleh kuman – kuman.
1. Dalam pengawasan penyediaan air minum ada beberapa hal yang perlu dilakukan
antara lain :
a. Sumur Gali
Untuk menghindari pencemaran air sumur gali maka pembuatan sumur gali
lantai sumur kedap air radius 1 meter di sekeliling sumur dan dinding sumur
kedap air sampai dengan kedalaman 3 meter. Bila diduga sumur gali tersebut
b. Sumur Pompa
Penggunaan air yang berasal dari sumur pompa harus diperhatikan letak sumur
pompa supaya tidak terkontaminir oleh tangki septic, pembuangan air kotor,
c. Air Permukaan
Kalau di suatu desa mempergunakan air permukaan sebagai sumber air minum,
maka perlu adanya suatu kelompok masyarakat yang bertugas mengawasi air
13
d. Perpipaan
selama perjalanan air sampai ke pemakai, untuk itu air perpipaan ini harus
Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan
dan segala makhluk hidup yang membahayakan manusia, juga tidak dapat
diterima estetis, dan dapat merugikan secara ekonomis. Air seharusnya tidak
Atas dasar pemikiran tersebut dibuat standar air minum yaitu suatu
parameter yang sebaiknya diperolehkan ada didalam air minum agar tujuan
dan pengawasan kualitas air minum. Air untuk kebutuhan rumah tangga harus
memenuhi syarat – syarat : kualitas fisik, kualitas kimia, radio aktivitas dan
mikro biologis ditunjukkan dengan adanya Escherichia coli dalam sample air
yang diperiksa.
14
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 907/MENKES/SK/VII/2002
tersebut parameter mikrobiologis yang harus dipenuhi adalah air minum harus
terbebas dari bakteri coli. Kadar maksimum yang diperbolehkan baik coliform
tinja maupun fecal coliform adalah 0/100 ml air, sedangkan untuk air bersih
Oleh karena itu, maka penentuan kualitas mikrobiologis air didasarkan terhadap
indicator yang selalu ditemui dalam tinja manusia atau hewan berdarah panas
baik yang sehat maupun yang tidak dikenal dengan nama coliform. Bakteri
Escherichia coli adalah suatu prototype, yaitu bakteri coli yang berasal dari
feses langsung, adanya species tersebut dalam jumlah besar dalam air minum
Walaupun adanya bakteri tersebut tidak dapat memastikan adanya jasad secara
langsung. Tetapi dari hasil yang didapat memberikan kesimpulan bahwa bakteri
coli dalam jumlah tertentu dalam air dapat digunakan sebagai indikator adanya
jasad patogen.
15
2. Perbaikan Jamban Keluarga
manusia itu sendiri. Kebiasaan membuat kotoran yang tidak sehat dan keadaan
sarana jamban yang tidak saniter terhanyut oleh air hujan, terbawa oleh
binatang/serangga, kaki orang dan lain-lain. Oleh karena itu, berhasilnya sistem
pembuangan kotoran ini tergantung dari tingkah laku masyarakat itu sendiri.
3. Kesehatan Perorangan
bersih dan jamban, tingkah laku dan kebiasaan masyarakat sangat erat
16
berhubungan dengan kesehatan perorangan. Hal-hal yang perlu diperhatikan
a. Setiap mau makan dan buang air besar/kecil tangan harus dicuci bersih
dibakar
4. Perumahan sehat
kebutuhan kondisi tempat tinggal yang sehat. Rumah yang sehat dengan tata
17
c. Ruang rumah cukup luas dan tidak padat penghuninya.
D. FAKTOR KARAKTERISTIK
berpengaruh meliputi :
perilaku kesehatan.
positif terhadap masalah liingkungan. Dalam hal ini semakin tinggi semakin tinggi
yang baik terhadap lingkungan yang sehat akan menghasilkan sikap dan perilaku
yang baik pula terhadap lingkungan, sebaliknya pengetahuan yang rendah dapat
kejadian diare.
18
Adanya pengetahuan terhadap manfaat sesuatu hal, akan menyebabkan
untuk ikut serta dalam kegiatan yang dikaitkan dengan hal tersebut. Niat untuk ikut
keyakinan/kepercayaan yang baik ini akan mempengaruhi niat untuk ikut serta
dalam kegiatan yang dikaitkan dengan hal tersebut. Niat untuk ikut serta dalam
benar-benar dilakukan.
perilaku kesehatan.
(melemahkan/menghilangkan/tidak mendukung).
19
mempunyai dua unsur pokok , yaitu respon/reaksi dan perangsang/stimulus.
Reaksi manusia dapat bersifat positif dan negative, sedangkan perangsang disini
terdiri dari 4 unsur pokok, yaitu sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan
dan lingkungan.
baik pasif maupun aktif yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit
tersebut.
20
3.2 Kerangka Teori
Faktor-faktor mendasar
(Predipossing Faktors)
- Tingkat pengetahuan ibu
- Kepercayaan/keyakinan
- Nilai-nilai
- Persesi
- Pendidikan
- Pekerjaan/status ibu bekerja
- Umur
- Perilaku hygiene
Faktor-faktor pemungkin
(Enabling Faktor)
- Ketersediaan sarana
- Kurangnya penyuluhan Kejadian Diare
Kesehatan
- Kondisi Ekonomi
- Kurang Gizi
Faktor-faktor penguat
(Reinforcing Faktor)
- Lingkungan kotor
- Makanan dan minuman
yang tercemar
- Jenis sumber air
- Tk pencemaran sumber air
- Jenis jamban
- Jarak jamban dgn sumber air
- Kepadatan hunian
21
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian –penelitian yang
Umur Ibu
Pendidikan Ibu
Status Ibu
Tingkat pencemaran
Sumber air
Kejadian Diare
Jenis jamban
Kepadatan hunian
22
B. Hipotesis
dipaparkan terlebih dahulu, maka hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini
1. Ada hubungan antara umur ibu dengan kejadian diare di Desa Kalibeluk
2. Ada hubungan antara pendidikan ibu dengan kejadian diare di Desa Kalibeluk.
3. Ada hubungan antara status ibu bekerja dengan diare di Desa Kalibeluk
4. Ada hubungan jenis sumber air dengan kejadian diare di DEsa Kalibeluk
5. Ada hubungan antara kondisi tingkat pencemaran sumber air dengan kejadian
6. Ada hubungan antara jenis jamban yang digunakan oleh anggota keluarga dengan
7. Ada hubungan antara jarak jamban ke sumber air dengan kejadian diare di Desa
Kalibeluk
8. Ada hubungan antara kepadatan hunian dengan kejadian diare di Desa Kalibeluk
9. Ada hubungan antara kebiasaan mencuci tangan dengan kejadian diare di Desa
Kalibeluk
10. Ada hubungan antara cara merebus air minum dengan kejadian diare di Desa
Kalibeluk.
23
C. Variabel dan Definisi Operasional
46).
Balita.
2008
2 Independen kuesioner
dikurangi
24
No Variabel Definisi Cara mengukur/menilai Skala
Tanggal lahir ibu yang
dengan ukuran
dikelompokkan menjadi :
- < 20 tahun
- 20 – 30 tahun
- 31 – 40 tahun
- ≥ 40 tahun
Ibu keatas
12 bulan terakhir
25
Pencemaran skor resiko pencemaran, Menjawab tetapi kurang
8. Bibir sumur
9. Dinding sumur
selainya
No Variabel Definisi Cara mengukur/menilai Skala
Kategori :
26
- Kualitas baik jika
meter
berdasarkan persyaratan
rumah sehat.
lakukanya)
27
lakukanya
hipotesa yang telah dirumuskan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
1. Populasi
Populasi penelitian adalah ibu yang mempunyai balita yang berada di Desa
4. Sampel Penelitian
n = NZ² P(1 – p 0
(N – 1) G² + Z² P (1 – p)
Keterangan :
n = besar sample
N = jumlah populasi
Presesi, jarak dalam persen dari nilai P sesungguhnya untuk ketepatan uji sebesar
28
Dari rumus tersebut maka dapat dihitung besar sample :
n = 139,258
2,4004
sample secara acak acak sistematis (systematic random sampling). Sample diambil
dengan membuat daftar anggota populasi yang diambil dari register bidan secara acak
Selanjutnya yang terkenal sample adalah setiap kelipatan dari hasil yang diperoleh.
Dalam penelitian ini jumlah populasi adalah 145 dan sample yang di inginkan
3, maka anggota populasi yang terkena sample adalah setiap anggota yang
Adapun sample dalam penelitian ini adalah ibu yang balitanya terkena diare dan ibu
yang balitanya tidak terkena diare, mengingat jumlah sample dalam penelitian ini
50%.
G. Jenis Data
1. Data Primer
29
Diperoleh dengan menggunakan alat bantu kuesioner dengan cara wawancara
kepada ibu balita responden, Bidan Desa dan petugas penyuluhan kesehatan yang
2. Data Sekunder
Kabupaten Batang
Instrumen yang dipakai untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
1. Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan, dilakukan proses pengolahan data sebagai berikut :
Memberi tanda pada kuesioner atau lembar koding terpisah. Koding dilakukan
c. Entry Data
d. Tabulasi
30
Memasukkan data kedalam data menurut sifat tertentu sesuai dengan tujuan
penelitian, menyajikan data dalam bentuk table distribusi frekuensi dan tabel
silang.
2. Analisis Data
a. Analisis Univariate yang dilakukan terhadap tiap variable dari hasil penelitian.
Pada analisa ini hanya menghasilkan distribusi dan prosentase dari tiap
Variable.
square (x²).
hubungan variable bebas dan variable terikat dengan uji statistic yang sesuai
dengan tujuan penelitian dan salah satu skala data yang ada yaitu normal. Uji
statistic yang digunakan adalah chi square (X²). Analisis dilakukan dengan
Uji square
a. Tujuan
b. Rumus :
X² = Σ Σ
31
i=1 j=1 Eij
c. Keterangan :
X² : Chi square
Oij : Nilai pengamatan dari objek yang diamati pada baris ke-i
α : 0,05
2x2
n : jumlah sample
r k
i=1 j=1
d. Aturan Penggunaan
Tidak ada petak yang memiliki nilai frekuensi harapan kurang dari satu.
Nilai frekuensi harapan (Eij) yang kurang dari 5 tidak lebih dari 20 %
e. Interpretasi
32
α = 0,05 dan derajat bebas = (r – 1)(k – 1) maka Ho ditolak
Berdasarkan p value
(2)
Yates Correction :
digunakan bila ada frekuensi yang diharapkan adalah 5 atau lebih dan bila
33