Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan kepada Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, karena berkat rahmat dan karunia-Nya makalah ini
dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan dan tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Dalam makalah ini kami membahas “Pancasila Sebagai Paradigma Kehidupan Nasional”,
yang merupakan suatu permasalahan yang sangat penting dalam kehidupan kita sebagai
masyarakat Indonesia yang berbangsa dan bernegara.
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman dan wawasan tentang
Pancasila Sebagai Paradigma Kehidupan Nasional yang mana hal ini sangat diperlukan dalam
berbagai hal. Dan harapan lain yaitu dapat menambah pemahaman kita tentang hal ini,
menumbuhkan rasa nasioanalisme dan mensosialisasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam proses pembuatan makalah ini, tentunya kami mendapatkan bimbingan,
arahan, koreksi dan saran, untuk itu rasa terima kasih yang dalam-dalamnya kami sampaikan
kepada Ibu Nur Hidayati, SH, MH. selaku dosen mata kuliah “ Pendidikan Pancasila”, rekan-
rekan mahasiswa kelas ME 1A semester 2 Jurusan Teknik Mesin Program Studi D3 Teknik
Mesin yang telah banyak memberikan masukan untuk makalah ini.

Demikian makalah ini kami buat semoga bermanfaat.

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i
Daftar isi ii
BAB I: PEMBUKAAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Masalah 1
BAB II: PEMBAHASAN
A. Pengertian Paradigma 2
B. Pancasila dalam Konteks Ketatanegaraan RI 2
1. Pancasila sebagai paradigma Ketatanegaraan
2. Pancasila sebagai paradigma Ideologi RI
C. Contoh Studi Kasus 5
BAB III: PENUTUP
A. Kesimpulan 7
B. Saran 7
DAFTAR PUSTAKA 8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan berkaitan dengan keberadaan Pancasila sebagai
dasar Negara yang menjadi landasan dalam kehidupan bernegara, yang berarti bahwa segala
macam peraturan perundangan dan kebijakan yang diambil oleh para penyelenggara Negara
tidak boleh bertentangan dengan Pancasila.
Membahas Negara dan ketatanegaraan Indonesia mengharuskan kita meninnjau dan
memahami kembali sejarah perumusan penetapan Pancasila, Pembukaan UUD 1945, dan
UUD 1945 oleh para pendiri atau pembentuk Negara Indonesia. Negara dan ketatanegaraan
Indonesia harus menempatkan Pancasila sebagai asas kerohanian, artinya jiwa, semangat dan
nilai-nilai Pancasila harus menjadi inti sel yang menjiwai dan meliputi Negara dan
kenegaraan Indonesia.
Pancasila tidak dapat dipisahkan keberadaan dan kebermaknaannya dengan
Pembukaan UUD 1945, karena disamping rumusan Pancasila terdapat dalam Pembukaan,
Pancasila bahkan merupakan substansiisi inti dari Pembukaan UUD 1945 yang merupakan
sumber motivasi, aspirasi, cita hukum dan cita moral dalam kehidupan kebangsaan Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ketatanegaraan RI?
2. bagaimana hubungan pancasila dan ketaanegaraan
3. Apa contoh studi kasus penyimpangan pancasila sebagai paradigma kehidupan nasional?

C. Tujuan
1. Dapat mengetahui dan memahami maksud dari ketatanegaraan
2. Dapat mengetahui dan memahami peran pancasila sebagai Paradigma Ketatanegaraan RI
3. Dapat mengetahui dan memahami studi kasus dalam ketatanwgaraan RI
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ketatanegaraan RI
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tata negara adalah seperangkat prinsip dasar
yang mencakup peraturan susunan pemerintah, bentuk negara dan sebagainya yang menjadi
dasar peraturan suatu negara. Ketatanegaraan adalah segala sesuatu mengenai tata negara.
Menurut hukumnya, tata negara adalah suatu kekuasaan sentral yang mengatur kehidupan
bernegara yang menyangkut sifat, bentuk, tugas negara dan pemerintahannya serta hak dan

Page | 3
kewajiban para warga terhadap pemerintah atau sebaliknya. Untuk mengerti ketatanegaraan
dari suatu negara pertama sekali perlu dimengerti apa itu negara: paham negara secara umum
dan negara menurut bangsa Indonesia. Hubungan negara dan konstitusi akan diuraikan
selanjutnya.
2.1Arti.Negara.Secara.Umum
Kata “Negara” berasal dari bahasa Sansekerta nagari atau nagara yang berarti kota. Negara
memiliki arti luas dan arti sempit. Dalam arti luas negara merupakan kesatuan sosial yang
diatur secara institusional dan melampaui masyarakat-masyarakat terbatas untuk mewujudkan
kepentingan bersama. Sedangkan dalam arti sempit negara disamakan dengan lembaga-
lembaga tertinggi dalam kehidupan sosial yang mengatur, memimpin dan mengkoordinasikan
masyarakat supaya hidup wajar dan berkembang terus. Negara adalah organisasi yang di
dalamnya ada rakyat, wilayah yang permanen, dan pemerintah yang berdaulat (baik ke dalam
maupun ke luar). Negara merupakan kesatuan sosial (masyarakat) yang diatur secara
konstitusional untuk mewujudkan kepentingan bersama. Negara dapat dilihat dari dua segi
perwujudannya, yakni sebagai satu bentuk masyarakat yang memenuhi syarat-syarat tertentu
dan sebagai satu gejala hukum.
Setiap ahli mengartikan negara menurut titik pandangnya masing-masing. Dari bermacam-
macam pengertian itu, kita dapat mengelompokkan menjadi empat, yaitu: pengertian negara
ditinjau dari organisasi kekuasaan, organisasi politik, organisasi kesusilaan dan integrasi
antara pemerintah dengan rakyatnya.
a. Negara ditinjau dari organisasi kekuasaan:
 Logemann, negara adalah suatu organisasi kekuasaan yang menyatukan kelompok manusia
yang kemudian disebut bangsa.
 George Jellinek, negara adalah organisasi kekuasaan dari sekelompok manusia yang telah
menetap di wilayah tertentu.
b. Negara ditinjau dari organisasi politik:
 Roger H. Sultou, negara adalah alat atau wewenang yang mengatur atau mengendalikan
persoalan bersama atas nama masyarakat.
 Robert M. Mac. Iver, negara adalah asosiasi yang berfungsi memelihara ketertiban dalam
masyarakat berdasarkan sistem hukum yang diselenggarakan oleh pemerintah yang diberi
kekuasaan memaksa.
 Max Weber, negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai monopoli dalam
penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam suatu wilayah.

Page | 4
c. Negara sebagai organisasi kesusilaan:
 Hegel, negara merupakan organisasi kesusilaan yang timbul sebagai sintesis antara
kemerdekaan individu dengan kemerdekaan universal.
 J. J. Rousseau, kewajiban negara adalah untuk memelihara kemerdekaan individu dan
menjaga ketertiban kehidupan manusia.
d. Negara sebagai integrasi antara pemerintah dan rakyat:
 Negara dalam arti ini berarti ada hubungan yang erat antara pemerintah dengan rakyat dan
teori ini biasa disebut dengan teori integralistik. Menurut teori integralistik, negara adalah
susunan masyarakat yang erat antara semua bagian atau organ dari seluruh anggota
masyarakat sehingga bersifat organis.
Istilah negara yang dipergunakan dalam ilmu kenegaraan saat ini merupakan terjemahan dari:
State (Inggris), Staat (Belanda), Lo stato (Italia), Der staat (Jerman). Negara adalah suatu
organisasi dari sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang sama-sama mendiami satu
wilayah tertentu dan mengetahui adanya satu pemerintahan yang mengurus tata tertib serta
keselamatan sekelompok atau beberapa kelompok manusia tersebut. Atau bisa diartikan
sebagai satu perserikatan yang melaksanakan satu pemerintahan melalui hukum yang
mengikat masyarakat dengan kekuasaan untuk memaksa bagi ketertiban sosial.
Menurut Prof. Mr. L. J. Van Apeldoorn negara mengandung beberapa makna, seperti berikut
ini:
 Istilah negara diartikan sebagai penguasa, yaitu untuk mengatakan orang-orang melakukan
kekuasaan tertinggi atas persekutuan rakyat yang bertempat tinggal dalam suatu daerah.
 Istilah negara diartikan persekutuan rakyat, yaitu untuk mengatakan suatu bangsa yang
hidup dalam suatu daerah, di bawah kekuasaan tertinggi menurut kaidah hukum.
 Negara mengandung arti suatu wilayah tertentu. Hal ini untuk mengatakan suatu daerah
yang di dalamnya didiami suatu bangsa di bawah kekuasaan tertinggi.
 Negara berarti kas negara atau fiscus, yaitu untuk menyatakan harta yang dipegang oleh
penguasa guna kepentingan umum, seperti dalam istilah pendapatan negara.
2.2 Arti Negara atau Sifat Hakikat Negara menurut Bangsa Indonesia
Perumusan dasar negara Republik Indonesia bersumber pada norma-norma pokok yang
merupakan fundamen negara. Hal itu dirumuskan dalam UUD 1945. Cara pandang Indonesia
tidak sekadar melihat negara secara organis, melainkan sebagaimana disepakati kemudian
seperti dirumuskan dalam alinea ketiga Pembukaan UUD 1945, yaitu bahwa negara adalah
suatu keadaan kehidupan berkelompoknya bangsa Indonesia yang atas berkat rahmat Allah

Page | 5
Yang Mahakuasa dan didorong oleh keinginan luhur bangsa Indonesia untuk kehidupan
kebangsaan yang bebas. Negara dan warga negara bersatu.
Warga negara atau rakyat merupakan unsur vital bagi negara. Tanpa rakyat tidak ada negara.
Dalam istilah ilmu kemasyarakatan, rakyat berarti satu kesatuan yang terdiri dari kelompok
manusia yang berdasarkan sendi-sendi kebudayaan, unsur-unsur yang objektif seperti
keturunan, adat istiadat, bahasa, kesenian dan lain-lain. Negara merupakan satu bentuk
organisasi masyarakat yang meliputi satu kelompok manusia tertentu dan terbatas menurut
ketetapan dan penentuan organisasi itu sendiri. Kelompok manusia menjadi pendukung tertib
hukum negara dan mempunyai hak-hak maupun kewajiban tertentu terhadap negara. Status
warga negara diatur dalam konstitusi dan diselenggarakan oleh undang-undang tersendiri.
Kedudukan warga negara dan hubungannya dengan negara diatur oleh badan legislatif negara
yang ditunjuk dan dipilih dalam berbagai fungsi kenegaraan. Ada dua segi status warga
negara: 1) Segi aktif. Ini diperoleh sebagian warga negara dalam fungsinya selaku pemilih
atau anggota legislatif; 2) Segi positif. Ini dimiliki oleh semua warga negara selaku
pendukung hukum yang terkena oleh hukum dalam negara tersebut. Menurut Prof. Djojogono
kedua segi status warga negara tersebut terdapat dalam negara demokrasi, yakni rakyat
bertindak selaku Sang Nata Ngiras Kaula (raja sekaligus hamba) dan selaku Kaula Ngiras
Sang Nata (hamba sekaligus raja).
Hubungan antara warga negara dan negara dapat dilihat sebagai hubungan kemasyarakatan
yang timbal balik. Setiap individu dalam hubungannya dengan masyarakat mempunyai hak
serta kewajiban dan bertanggung jawab atas perikehidupan serta kelangsungan
masyarakatnya dengan memelihara dan mengindahkan kepentingan umum.
2.2.1 Terjadinya Negara Republik Indonesia
Secara teoritis, negara dianggap ada apabila telah dipenuhi ketiga unsur negara, yaitu
pemerintahan yang berdaulat, bangsa dan wilayah. Namun, di dalam praktek pada zaman
modern, teori yang universal ini di dalam kenyataan tidak diikuti orang. Kita mengenal
banyak bangsa yang menuntut wilayah yang sama, demikian pula halnya banyak
pemerintahan yang menuntut bangsa yang sama. Orang kemudian beranggapan bahwa
pengakuan dari bangsa lain, memerlukan mekanisme yang memungkinkan hal itu dan hal ini
adalah lazim disebut proklamasi kemerdekaan suatu negara.
Perkembangan pemikiran seperti ini mempengaruhi pula perdebatan di dalam Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia, baik di dalam membahas wilayah negara maupun di
dalam merumuskan Pembukaan yang sebenarnya direncanakan sebagai naskah proklamasi.
Oleh karena itu, adalah suatu kenyataan pula bahwa tidak satupun warga negara Indonesia
Page | 6
yang tidak menganggap bahwa Proklamasi 17 Agustus 1945 adalah awal terjadinya Negara
Republik Indonesia.
Dengan demikian, sekalipun pemerintah belum berbentuk, bahkan hukum dasarnya pun
belum disahkan, namun bangsa Indonesia beranggapan bahwa negara Republik Indonesia
sudah ada semenjak diproklamasikan. Bahkan apabila kita kaji rumusan pada alinea kedua
Pembukaan UUD 1945, bangsa Indonesia beranggapan bahwa terjadinya negara merupakan
suatu proses atau rangkaian tahap-tahap yang berkesinambungan. Secara ringkas rincian
tersebut adalah sebagai berikut: 1) perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia; 2)
proklamasi atau pintu gerbang kemerdekaan; dan 3) keadaan bernegara yang nilai-nilai
dasarnya ialah, merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Dengan demikian, jelaslah
bahwa bangsa Indonesia menerjemahkan dengan rinci perkembangan teori kenegaraan
tentang terjadinya negara Indonesia.entasi arah.

B. Pancasila Sebagai Paradigma Ketatanegaran

Peranan Pancasila dalam era reformasi harus nampak sebagai paradigma ketatanegaraan,
artinya Pancasila menjadi kerangka pikir atau pola pikir bangsa Indonesia, khususnya
sebagai Dasar Negara. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Ini berarti bahwa setiap gerak langkah bangsa dan negara Indonesia haru selalu dilandasi
oleh sila-sila yang terdapat dalam Pancasila. Sebagai negara hukum setiap perbuatan, baik
dari warga masyarakat, maupun dari pejabat-pejabat dan jabatan-jabatan harus
berdasarkan hukum yang jelas. Jadi hukum yang dibentuk tidak boleh bertentangan dengan
nilai-nilai Pancasila.

1. Pancasila sebagai Paradigma ketatanegaraan RI

Menurut Emanuel Kant konsep Negara Hukum adalah keamanan dan ketertiban
masyarakat. Konsep ini dapat disebut juga sebagai Negara jaga malam (Nachtwachterstaat-
nachtwaker staat). Dalam perkembangan selanjutnya konsep tersebut dihubungkan dengan
penyelenggaraan kepentingan umum yang ditentukan sebagai persetujuan antara pemerintah
dan rakyat yang melampaui wakilnya. Persetujuan ini disebut Undang-undang. Oleh karena
itu konsep negara hukum semacam ini disebut pula negara Undang-undang di mana
pemerintahannya berdasarkan atas Undang-undang.
Konsep Negara Hukum Indonesia dapat dipandang dari dua segi:
Segi materi, dapat dijelaskan berdasarkan arti negara dan arti hukum menurut bangsa
Indonesia:

Page | 7
• Negara adalah keadaan berkelompoknya bangsa Indonesia, yang atas berkat rahmat Allah
Yang Maha Kuasa, didorongkan oleh keinginan luhur bangsa Indonesia untuk berkehidupan
kebangsaaan yang bebas.
• Hukum adalah alat ketertiban dan kesejahteraan sosial
Kedua hal tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut: Suatu organisasi bangsa Indonesia
yang atas rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan didorong oleh keinginan luhur bangsa untuk
berkehidupan kebangsaan yang bebas berdasarkan suatu ketertiban menuju suatu
kesejahteraan sosial.
Segi formal terdiri dari beberapa unsur:
• Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum
• Kekuasaan tertinggi dilaksanakan oleh MPR dan DPR
• Pemerintahan berdasarkan sistem konstitusi
• Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan yang merdeka dalam arti bebas dari pengaruh
kekuasaan pemerintah
• Ada kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan bagi para warga negara dan
kewajiban untuk menjunjung hukum dan pemerintahan tanpa kecuali
• Hukumnya berfungsi sebagai pengayoman dalam arti menegakkan kehidupan yang
demokrasi, kehidupan yang berkeadilan social

Politik

Pancasila berfungsi sebagai landasan dan sekaligus tujuan dalam


kehidupan politik bangsa Indonesia. Hal ini tampak dalam keberhasilan
bangsa Indonesia menjabarkannya menjadi program-program dan aturan-
aturan permainan dalam proses mewujudkan dan mengembangkan jati diri
bangsa sebagai sistem politik Demokrasi Pancasila. Keberhasilan ini
didukung dengan suatu evaluasi yang obyektif tentang realita kehidupan
politiknya dari waktu ke waktu sehingga apa yang dicita-citakan bersama
dapat terwujud dengan baik.
Jika ditinjau dari bidang politik, maka demokrasi lebih dimaksudkan
sebagai kedaulatan yang berada di tangan rakyat. Sebagai

Page | 8
perwujudannya, masyarakat berpartisipasi dalam menyumbangkan
pandangannya demi keutuhan hidupnya dan negara.

Dalam setiap sila di dalam pancasila harus menjadi pedoman dalam


setiap kegiatan ketatanegaraan dan harus menjadi dasar dalam kegiatan
keorganisasian Negara dan kordinasi negara

2. Pancasila sebagai paradigma Ideologi RI


Dalam pengembangan Pancasila sebagai ideologi harus memandang sebagai
ideologi yang dinamis yang dapat menangkap tanda-tanda perkembangan dan perubahan
zaman. Untuk itu kita harus memperhatikan peranan dan kedudukan Pancasila dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, seperti berikut ini:
1) Pancasila sebagai Ideologi Terbuka
Ciri-ciri Ideologi terbuka :
 Nilai-nilai tidak dipaksakan dari luar namun dari kekayaan rohani bangsa itu
sendiri.
 Bersifat Fleksibel, selalu mengikuti perkembagan aspirasi masyarakat.
 Hasil dari musyawarah atau konsesus masyarakat itu sendiri.
Nilai-nilai dasar dalam ideologi Pancasila dirumuskan dalam UUD 1945 untuk
memperjelas suatu tatanan kehidupan beragama, hukum, politik, ekonomi, social budaya,
hankam, dan sebagainya. Nilai dasar tidak dapat diubah, sedangkan penjabaran nilai dasar
kepada nilai operasional dapat berkembang secara kesepakatan bersama di MPR yang disebut
dengan amandemen dan Dokumen rencana pembangunan. Nilai dasar tidak dapat berubah
karena merupakan tolak ukur stabilitas dan dinamika ( Pasal 37 UUD 1945).

2) Pancasila bersifat majemuk tunggal dan dijadikan platform (perangkat dasar) kehidupan
bersama bagi bangsa Indonesia yang sangat majemuk agar tetap terikat erat sebagai
bangsa bersatu. Selain itu Pancasila juga bersifat Universal, yang mana Pancasila dapat
diterapkan dimana saja, termasuk di Negara lain dalam kaitannya dengan asas demokrasi.

3) Pelaksanaan pancasila
Pelaksanaan pancasila dibedakan dengan dua cara, yaitu :
 Pengamalan pancasila secara subjektif

Page | 9
Artinya tiap-tiap individu dalam kehidupan berbangsa dan bernegara harus
menanamkan nilai-nilai yang ada di Pancasila.
 Pengamalan pancasila secara objektif
Artinya pengamalan pancasila dilakukan dengan melaksakan dan mematuhi
peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan.

C. Studi Kasus

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA

Kaelan. 2010. Pendidikan Pancasila (Edisi Reformasi). Yogyakarta: Paradigma.

Winarno. 2013. Pendidikan Kewarganegaraan (Edisi Ketiga). Jakarta: Bumi Aksara.

Sitorus, Rico. 2015. Pancasila sebagai Paradigma (Online). Tersedia:


http://ricositorus.blogspot.co.id/

Page | 10

Anda mungkin juga menyukai