P
P
KEWARGANEGARAAN
TENTANG DEMOKRASI
OLEH:
Tri Tiara Penina Deby
Muh. Akhwan Adam Aswad
Dosen Pengajar: Drs. Bakri Salempang, M.Pd.
Mata Kuliah: Pendidikan Kewarganegaraan
2-A Informatika
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang Demokrasi ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada selaku Dosen Drs. Bakri
Salempang, M.Pd. mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita.. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang
akan datang.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................1
1.3 Tujuan...................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Hakekat Demokrasi............................3
2.2 Pilar-Pilar Penegak Demokrasi……….......................6
2.3Upaya Pendukung Pelaksanaan Pendidikan Demokrasi
di Perguruan Tinggi....................................................6
2.4 Model-Model Demokrasi………………...................9
2.5 Perkembangan Periodisasi Demokrasi di Negara
Indonesia...................................................................12
2.6 Penilaian Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia...…14
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………..............................16
DAFTAR PUSTAKA..............................................................17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
kesempatan ini, kami akan menyusun sebuah makalah tentang Demokrasi di
Indonesia.
1.3 Tujuan
Untuk memperluas pemahaman pembaca mengenai Demokrasi di
Indonesia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
· Menurut Hans Kelsen Demokrasi adalah pemerintahan oleh rakyat dan
untuk rakyat. Yang melaksanakan kekuasaannegara ialah wakil-wakil rakyat yang
terpilih. Dimana rakyat telah yakin, bahwa segala kehendak dan kepentingannya
akan diperhatikan didalam melaksanakan kekuasaan negara.
4
Hakekat Demokrasi
Hakikat demokrasi adalah sebuah sistem bermasyarakat dengan
menekankan kekuasaan tertinggi yang berada di tangan rakyat. Hal ini mencakup
berbagai aspek didalam pemerintahan. Seperti contoh pemilihan pemimpin negara
atau presiden akan dipilih secara demokratis yakni rakyat dapat memilih calon
presiden tanpa ada paksaan dari pihak lain.
Pemerintahan dari rakyat memiliki arti bahwa sebuah sistem pemerintahan
yang sah dan diakui oleh rakyat. Diakui dan sah memiliki arti bahwa tanggung
jawab pemerintahan diberikan oleh rakyat. Sebaliknya pemerintah yang tidak
diakui adalah pemerintah yang tidak mendapatkan dukungan dan persetujuan dari
rakyat. Rakyat memegang kendali penuh atas pemilihan pemerintahan
berdasarkan persamaan pandangan dan politik tanpa ada unsur paksaan.
Pemerintahan oleh rakyat memiliki pengertian bahwa pemerintah
menjalankan kekuasaannya bukan atas dorongan atau tujuan pribadinya
melainkan didasari oleh keinginan rakyat. Segala sesuatu yang dilakukan oleh
pemerintah akan dikaji, dinilai dan diawasi oleh rakyat baik secara langsung
maupun melalui lembaga rakyat (DPR, MPR). Maka dari itu pemerintah harus
tunduk pada pengawasan rakyat.
Pemerintahan untuk rakyat memiliki arti bahwa segala kuasa yang
dilimpahkan kepada pemerintah dibuat untuk kepentingan rakyat. Maka dari itu
kepentingan rakyat sudah seharusnya didahulukan sebelum kepentingan
pemerintah. Dalam membuat suatu putusan pemerintah juga harus
mempertimbangkan aspirasi rakyat karena baik buruknya putusan yang dibuat
oleh pemerintah juga akan mempengaruhi nasib rakyat.
5
2.2 Pilar-Pilar Penegak Demokrasi
Udin Saripudin Winataputra (2002) menjelaskan bahwa pilar-pilar
demokrasi pancasila dapat dibagi menjadi sepuluh pilar yakni:
1. Demokrasi yang berkeTuhanan Yang Maha Esa.
2. Demokrasi dengan kecerdasan.
3. Demokrasi yang berkedaulatan rakyat.
4. Demokrasi dengan rule of law.
5. Demokrasi dengan pembagian kekuasaan negara
6. Demokrasi dengan hak asasi manusia.
7. Demokrasi dengan pengadilan yang merdeka.
8. Demokrasi dengan otonomi daerah.
9. Demokrasi dengan kemakmuran.
10. Demokrasi dengan berkeadilan sosial.
6
Dalam kaitannya dengan prinsip- prinsip tersebut, ada 3 butir hal-hal sebagai
berikut:
Keadilan dalam kesempatan belajar bagi semua warga negara, dengan
cara adanya pembuktian kesetiaan pada sistem politik yang ada.
Dalam rangka pembentukan pemerintahan nasional dan karakter bangsa
sebagai bangsa yang baik.
Suatu ikatan yang erat dengan cita-cita nasional dalam rangka prinsip
modernisasi bengsa lewat pendidikan/perencanaan pendidikan.
Demokrasi pendidikan merupakan proses buat memberikan jaminan dan
kepastianadanya persamaan kesempatan buat mendapatkan pendidikan di dalam
masyarakat tertentu.Pelaksanaan demokrasi pendidikan di Indonesia pada
dasarnya telah dikembangkansedemikian rupa dengan menganut dan
mengembangkan asas demokrasi
dalam pendidikannya, terutama setelah diproklamirkannya kemerdekaan, hingga
sekarang. Pelaksanaan tersebut telah diatur dalam perundang-undangan yang
berlaku di Indonesia,seperti berikut ini:Pasal 31 UUD 1945;
Ayat (1): Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran.
Ayat (2): pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pengajarannasional, yang diatur dengan undang-undang.Dengan demikian di
negara Indonesia, semua warga negara diberikan kesempatan yang samauntuk
menikmati pendidikan, yang penyelenggaraan pendidikannya diatur oleh satu
undang-undang sistem pendidikan nasional, dalam hal ini tentu saja UU nomor 2
tahun 1989.
UU Nomor 2 tahun 1989 tentang sistem Pendidikan Nasional. Menurut
UU ini, cukup banyakdibicarakan tentang demokrasi pendidikan, terutama yang
berkaitan dengan hak setiap warganegara untuk memperoleh pendidikan,
misalnya:
7
keterampilan yang sekurang-kurangnyasetara dengan pengetahuan, kemampuan
dan keterampilan tamatan pendidikan dasar.
Pasal 7;Penerimaan seseorang sebagai peserta didik dalam suatu satuan
pendidikan diselenggarakandengan tidak membedakan jenis kelamin, agama,
suku, ras, kedudukan sosial dan tingkatkemampuan ekonomi, dan dengan tetap
mengindahkan kekhususan satuan pendidikan yang bersangkutan.
Pasal 8;1. Warga negara yang memiliki kelainan fisik dan atau mental
berhak memperoleh pendidikan luar biasa.2. Warga negara yang memiliki
kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak memperoleh perhatian
khusus.3. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dan
(2) ditetapkandengan peraturan pemerintah.Pendidikan dapat menjadi salah satu
upaya strategis pendemokrasian bangsaindonesia, khususnya di kalangan generasi
muda. pendidikan yang dimaksud adalah
model pendidikan yang berorientasi pembangunan karakter bangsa melalui pembe
lajaran yangmenjadikan peserta didik sebagai subjek pembelajaran melalui cara-
cara pebelajaran yangdemokratis, partisipatif, kritis, kreatif, dan menantang
aktualisasi diri mereka. Dalam konteksini, proses belajar tidak lagi menjadi
monopoli dosen maupun guru, tetapi menjadi milik bersama dan menjadikan
proses belajar sebagai wadah untuk dialog dan belajar bersama.Pendidikan model
ini sangat relevan bagi pengembangan pendidikan demokraasi,yang biasa dikenas
sebagai pendidikan kewargaan (Civic Education). Sebagai komponenwarga
negara, pengalaman mahasiswa dan siswa dalam praktik berdemokrasi di kelas
akansangat berharga bagi proses transpormasi nilai-nilai demokrasi dan HAM
dalam kehidupansosial. Kampus dan sekolah dengan demikian dapat berfungsi
sebagai laboratorium dankatalis demokrasi. Tetapi, menjadikan kampus dan
sekolah sebagai tempat pendadarandemokrasi tidak akan maksimal tanpa
dukungan komponen civitas akademika, staf, karyawan,dan pimpinan.
Tujuan pendidikan demokrasi adalah untuk mempersiapkan warga
masyarakat berpikir kritis dan berpikir demokratis. Namun demikian dalam Kaita
n dengan pendidikan, persoalan, yang muncul adalah mungkinkah pendidikan de
mokrasi dilangsungkan dalamsuasana sekolah yang sangat birokratis, hirairkis-
8
sentralistis dan elitis.Dengan demikian tampaklah bahwa demokrasi pendidikan
merupakan pandanganhidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban
serta perlakuan yang sama di dalam berlangsungnya proses pendidikan antara
pendidik dan anak didik, serta juga dengan pengeola pendidikan.
Karena itulah demokrasi pendidikan dalam pengertian yang lebih luas,
patut selalu dianalisissehingga memberikan manfaat dalam praktek kehidupan dan
pendidikan yang paling tidakmengandung hak-hak sebagai berikut:Rasa hormat
terhadap harkat dan martabat sesama manusia.Dalam hal ini demokrasi dianggap
sebagai pilar pertama untuk menjamin persaudaraan hak manusia dengan tidak
memandang jenis kelamin, umur, warna kulit, agamadan bangsa.
9
2. Dominasi kabinet: kabinet yang terdiri dari partai mayoritas yang
kohensif, dapat dengan percaya diri mengesahkan legeslasi.
3. Sistem dua partai: pemerintah dikuasai oleh dua partai .
4. Sistem pemilih disporposional dan mayotarian: pemilu berfungsi sesuai
dengan first past the post system.
5. Pluralisme kolompok kepentingan.
6. Pemeintahan uniter dan tersentralisasi: pemerintah lokal adalah bagian
dari pemerintah pusat.
7. Konsentrasi kekuasaan legeslatif ada da badan legeslatif satu kamar
(unikameral).
8. Fleksibilitas konstitusi.
9. Tidak ada judicial review.
10. Bank sentral dikuasai/ dikendalikan oleh badan eksekutif: model ini
bank di kontrol oleh kabinet dan tidak independen.
Negara dengan model ini cenderung masyarakatnya yang homogen,
misalnya saja negara yang menganut sistem ini astralia, selandia baru, dan negara
bekas jajahan inggris di asia dan afrika.
Demokrasi konsensual
Demokrasi konsensual oleh lijphart dipandang sebagai demokrasi yang lebih
baik didalam masyarakat kultural heterogen atau biasa kita sebut masyarakat
plural
Lijphart memberiakn 10 ciri khas dari bentuk demokrasi ini:
1. Kekuasaan eksekutif di bagi dalam kabinet koalisi yang luas.
2. Penyeimbangan kekuasaan legeslatif terhadap eksekutif.
3. Sistem multi partai.
4. Representasi proporsional.
5. Korporatisme kelompok kepentingan.
6. Bikameralisme yang kuat.
7. Kekuatan konstitusional.
8. Judicial review.
9. Bank sentral: adanya indenpendensi bank sentral.
Demokrasi konsosiasional
Demokrasi konsosiasional adalah bentuk spesifik dari demokrasi konsensual
yang dikemukakan oleh lijphart dalam bukunya, the politics of accomomodation,
sebagai solusi untuk masyarakat yang sangat terpecah berdasarkan garis etnis,
agama atau kultural.
Secara spesifik, lijphart mengatakan bahwa solusi untuk masyarakat yang
sangat terpecah seperti di belanda adalah sisitem pemerintahan di mana kelompok
berbagi kekuasaan di dalam konstitusi. Gagsan representasi kelompok adalah
kunci dalam pandangan lijphart tentang cara mencapai demokrasi, dan model
demokrasi konsosional akan memberikan lebih banyak ruanag partisipasi
kelompok dan suara untuk minoritas.
10
Demokrasi Delegatif
Demokrasi delegatif diperkenalkan oleh guillermo o’donnell pada tahun 1994
yang mendeskripsikan demokrasi delegatif:
“Demokrasi delegatif didasarkan pada premis bahwa siapapun
yang memenangkan pemilu presiden akan berhak untuk memerintah
berdasarkan apa yang dianggapnya cocok, dan dia dibatasi oleh fakta adanya
relasi kekuasaan dan oleh masa jabatan yang telah diterapka oleh konstitusi.
Presiden adalah perwujudan dari bangsa dan penjaga utama negara dan
pihak yang mendefenisikan kepentingan bangsa”.
Kebijakan demokrasi ini mungkin tidak merefleksikan janji-janji yang
dibuat selama kempanye kandidat, setelah terpilih, adalah oranag yang akan
menentukan apa yang tepat bagi suatu bangsa. Demorasi delegatif banyak
dijalankan di negara bekas otoriter, negara-negara ini tidak berkonsolidasi atau
diinstitusionalisasikan, namun mereka menolak kembali keotoritarisme.
Demokrasi delegatif bersifat mayotarian dan mengadakan pemilu yang jujur dan
adil.
Demokrasi delegatif mirip dengan demokrasi perwakilan dalam hal bahwa
demokrasi perwakilan. Dalam hal bahwa demokrasi perwakilan Memiliki elemen
delegasi: ”melalui beberapa prosudur, satu kelompok memberi otoritas kepada
orang untuk berbicara atas namanya dan berkomitmen pada keputusan dari
kelompok yang mereka wakili”. Presidan dalam demokrasi delegati membuat
upaya sadar untuk memngganggu perkembangn institusi yang memberikan
akuntabilitas horizontal karena mereka percaya bahwa institusi semacam itu
adalah hambatan institusionalisasi yang lemah dalam demokrasi delegatif pada
gilirannya memungkinkan pembuatan proses kebijakan menjadi cair. Hal ini
memperbesar kemungkinan kesalahan, implementasi yang sembarangan, dan
konsentrasi tanggung jawab atas hasil pada presiden.
Model delegatif o’donnell di kritik karena tidak bisa menjalankan
“mengapa beberapa presiden lebih sukses ketimbang presiden-presiden lain dalam
memajukan perbaikan ekonomi” dan karena mengabaikan arti pentingasetting
politik institusional dimana reformasi itu berlangsung. Pinizza menekankan arti
pentingnya menjelaskan “konsteks politik di mana kekuasaan presiden beroperasi,
pentingnya pembentukan koalisi dan pembatasan informal dan institusional
terhadap kekuasaan.
Demokrasi Deleberatif
Demokrasi deleberatif adalah ide bahwa hukum yang sah berasal dari
pertimbangan publik dari warga negara, demokrasi deleberatif menghadirkan
“cita-cita otonomi praktis warga negaranya”(bohman & reght,1997). Demokrasi
deleberatif mempromosikan legitimasi keputusan kolektif penciptaan pengakuan
legitimasi dan niat baik demokrasi bersam dengan proses yang jujur akan
menciptakan stabilitas jangkan panjang, karakteristik positif lain dari demokrasi
delebertif adalah dia mendorong persfektif publik terhadap isu publik. Menurut
macedo, demokrasi deleberatif juga mempromosikan ras saling hormat dalam
pembuatan keputusan serta mampu mengoreksi kesalahan masa lalu. William
simon yakin bahwa agenda demokrasi deleberatif terlalu luas dan ia terlalu
11
menekankan keadaban dalam setiapa isu yang melemahkan energi dari sebagian
kelompok. Terkhir, demokrasi deleberatif dikritik karena mengasumsikan adanya
rasa kedekatan atau solidaritas antarpartisipan yang dalam kenyataanya sangat
sedikit ada di banyak negara.
Otonomi Demokratis.
Demokrasi sebagai ide menawarkan suatu kerangka yang mengklaim bahwa
ada cara yang fair dan adil dalam menegosiasi nilai-nilai dan memperdebatkan
nilai-nilai. Demokrasi tidak menawarkan solusi untuk semua ketidakadilan dan
bahaya, namun dengan demokrasi menawarkan lini perlindungan wal untuk dialog
publik tentang soal-soal umum serta menawarkan panduan proses pengembangan
politik ke arah institusional.
Konsep otonomi mengimplikasikan kemampuan manusia untuk bernalar
secara sadar self-refiektive dan menentukan diri sendiri. otonomi demokrasi
karena itu mengharuskan orang untuk menunaikan hak dan kewajiban di dalam
spesifikasi kerangkan politik yang menciptakan dan membatasi kesempatan yang
tersedia bagi mereka(held 1996). Otonnomi demokrasi mengharuskan tersedianya
informasi yang terbuka untuk menjamin keputusan tentang publik terus
diinformasikan ke khalyak umum dan otonomi demokrasi memperkenalkan
mekanisme baru untuk menjamin partisipasi yang mencerahkan seperti umpan
balik voter dan juri warga negara, peningkatan akuntabilitas dalm kehidupan
publik dan privat serta kerangka institusional yang refresip terhadap eksperiman
bentuk organisasi. Dalam otonommi demokrasi warga negara harus menerima
keputusan yang demokratis dalam berbagai situasi kecuali situasi itu melanggar
HAM.
Prinsip otonomi dapat menjadi basis suatu sistem yang menekankan pada
pengurangan dan pengubahan ketimpangan di dalm masyarakat melalui proses
dua sisi dari demokrasi, hanya sistem semacam ini yang dapat menikmati
legetimasi berkelanjutan dari kelompok-kelompok di luar kelompok yang
memiliki privilase.
12
sistem pemerintahn presidensil menjadi parlementer. Pemberian hak - hak politik
secara menyeluruh.
13
4. Pelaksanaan demokrasi Orde Baru (1966 – 1998)
Ditandai dengan tergantinhya Ir. Soekarno oleh presiden Soeharto.
Menerapkan demokrasi pancasila. Fungsi ABRI mendominasi. Berhasil dalam
menyelenggarakan pemilihan umum. Demokrasi pada masa orde baru ini
dianggap gagal karena tidak adanya rotasi kekuasaan eksekutif, tertutupnya
rekrutmen politik, tumbuhnya KKN, terjadinya krisis ekonomi, terjadinya krisis
politik dan tuntutan para demonstrasi terhadap presiden Soeharto untuk turun.
14
penekanan musyawarah mufakat yang terdapat dalam demokrasi
Pancasila.
Demokrasi Terpimpin, lahirnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 Indonesia
kembali pada UUD 1945, namun lahir gagasan lahirnya demokrasi
terpimpin yang intinya tidak boleh melakukan pungutan suara, dan jika
terjadi perbedaan pendapat yang tidak mungkin dicari pemecahannya
diserahkan kepada presiden. Hal ini menunjukkan kecenderungan sistem
pemerintahan kearah otoriter dimana presidan merupakan seorang yang
memiliki kuasa penuh untuk mengambil keputusan.
Setelah era Reformasi, demokrasi di Indonesia mulai berkembang.
Demonstrasi yang terjadi pada tahun 1998, menginspirasi pemuda untuk terus
mengawasi jalannya pemerintahan di Indonesia. Dengan aktifnya masyarakat
melakukan evaluasi terhadap pemerintahan, hal ini menunjukkan demokrasi
Pancasila telah terlaksana dengan baik. Pesta Demokrasi juga sudah terlaksana
dengan adanya pemilihan umum yang terlaksana telah membuktikan bahwa dalam
tubuh pemerintahan saat ini, rakyat menjadi komponen utama terbentukya sistem.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setelah menyusun makalah ini,dapat disimpulkan bahwa Demokrasi
secara etimologis berasal dari bahasa yunani “Demokratia” yang dibagi
dalam dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan kratos/cratein yang berarti
pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat atau
pemerintahan yang rakyatnya memegang peranan yang sangat menentukan.
perkembangan demokrasi di indonesia dimulai dari Demokrasi Perwakilan
(Representative Democracy) pada masa revolusi (1945 – 1950). Setelah itu
Demokrasi Liberal pada masa Orde Lama (1950 - 1959). Kemudian beralih ke
Demokrasi Terpimpin yang juga pada masa Orde Lama (1959 – 1966). Setelah
demokrasi termpimpin beralih lagi Demokrasi Pancasila pada Orde Baru (1966 –
1998). Pada Orde Reformasi (1998 – sekarang), demokrasi yang digunakan adalah
Demokrasi Reformasi.
16
DAFTAR PUSTAKA
http://taufiqabd.blogspot.com/2017/05/makalah-demokrasi-di-
indonesia.html
http://materi4belajar.blogspot.com/2017/01/demokrasi-pengertian-makna-
dan-hakikat.html#
https://www.siswapedia.com/prinsip-dasar-dan-pilar-pilar-demokrasi-
pancasila/
https://www.academia.edu/9708488/MAKALAH_PENTINGNYA_PEND
IDIKAN_DEMOKRASI_PADA_GENERASI_MUDA_Disusun_untuk_memenu
hi_salah_satu_tugas_Mata_Kuliah_Pendidikan_Kewarganegaraan_?auto=downlo
ad
https://mufazzall.blogspot.com/2015/01/model-model-demokrasi.html
https://brainly.co.id/tugas/12245
https://sweeperjamnas.wordpress.com/2012/12/28/pelaksanaan-demokrasi-
di-indonesia/
17