PENDAHULUAN
2.3 Etiologi
1. Kelainan dari ibu :
a. Kelainan uterus
b. Tumor dari uterus yang mendesak uterus
c. Kelainan bawaan uterus
d. Kelainan panggul: panggul atas yang terlalu luas atau terlalu
sempit dapat menganggu fiksasi dari kepala janin
e. Kelainan dari jumlah air ketuban hidram nion
f. Kelainan implantasi plasenta
2. Kelainan dari janin:
a. Bayi prematur, ukuran kepala keci,l fiksasi kepala tidak
sempurna.
b. Kehamilan ganda, kehamilan yang kemnbar, janin menyesuaikan
dirinya dalam rahim
c. Bayi mati, presentasi bokong terjadi pada keadaan ini karena
gerakan janin yang tidak ada
d. Bayi dengan kelainan bawaan, dapat menganggu fiksasi dari
kepala bayi
2.4 Patofisiologi
2.5 Pathway
Komplikasi
1) Pada ibu : Bisa terjadi perdarahan akibat atonia uteri atau trauma, trauma jalan
lahir dan infeksi.
2) Pada janin : Aberasi dan laserasi kulit kepala, sefalhematoma yang biasanya
hilang dalam 3-4 minggu, nekrosis kulit kepala, perdarahan intakranial (sangat
jarang) jaundice, fraktur clavikula, kerusakan N VI dan N VII.
Pemeriksaan Penunjang
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
A. Identitas Klien
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama Biasanya mengeluh nyeri (daerah luka operasi,
laserasi jalan lahir), cemas dll.
2. Riwayat kesehatan sekarang Pengembangan dari keluhan
utama, misalnya: nyeri yang dikaji dengan PQRST.
3. Riwayat Penyakit Dahulu Untuk mendapatkan informasi
mengenai masalah klien yang mungkin menyertai dan
menyebabkan dilakukan tindakan pembedahan, seperti ca
servik.
4. Riwayat kesehatan keluarga Adakah anggota keluarga yang
mempunyai penyakit keturunan seperti hipertensi, DM, jantung.
atau riwayat penyakit menular seperti hepatitis dan TBC dan
riwayat persalinan misalnya secsio karena panggul sempit
5. Riwayat Obstetri dan Ginekologi
a. Riwayat Ginekologi
1) Riwayat Menstruasi, pernikahan ke berapa bagi klien
dan suami.
2) Riwayat Keluarga Berencana Jenis kontrasepsi yang
digunakan sebelum hamil, waktu dan lamanya, apakah
ada masalah, jenis kontrasepsi yang akan digunakan.
b. Riwayat Obstetri
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu. b)
Tahun persalinan, tempat persalinan, umur kehamilan, jenis
kelamin anak, BB anak, keluhan saat hamil, dan keadaan
anak sekarang. h. Pemeriksaan Fisik 1) Head to to atau per
sistem. 2) Sama seperti pemeriksaan ibu hamil lainnya. 3)
Masalah perlu dikaji kesiapan untuk tindakan pembedahan.
i. Pemeriksaan penunjang Hasil pemeriksaan HB dan
leukosit menjadi hal yang harus diperhatikan untuk melihat
adakah tanda anemia dan infeksi. Golongan darah, urine:
untuk menentukan kadar albumin atau glukosa 2.
Kemungkinan Diagnosa Keperawatan a. Pre Tindakan 1)
Kurang pengetahuan mengenai prosedur pembedahan atau
pemasangan alat forcep dan vakum berhubungan dengan
kurang pemajanan / tidak mengenal informasi, kesalahan
interpretasi. 2) Nyeri berhubungan dengan kontraksi otot
uterus yang lebih lama. 3) Ansietas berhubungan dengan
krisis situasi, ancaman konsep diri, ancaman yang
dirasakan actual dari kesejahteraan maternal dan janin,
transmisi interpersonal. 4) Resiko tinggi kerusakan
pertukaran gas terhadap janin berhubungan dengan
perubahan aliran darah ke plasenta dan atau melalui tali
pusat. b. Pasca Tindakan 1) Nyeri berhubungan dengan
trauma pembedahan, efek-efek anesthesi, efek-efek
hormonal, distensi kandung kemih/ andomen atau
perlukaan jalanlahir akibat invasive alat forcep dan vakum.
2) Cemas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada konsep diri, transmisi
atau kontak interpersonal, kebutuhan tidak terpeuhi. 3) Resiko injuri pada ibu dan
janin berhubungan dengan trauma jaringan akibat pemasangan alat forsep dan
tindakan pembedahan. 4) Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan
trauma gangguan integritas kulit akibat prosedur pambedahan atau perlukaan jalan
lahir akibat penggunaan alat forsep. 5) Konstipasi berhubungan dengan penurunan
tonus otot (diastasis reksti, kelebihan analgetik atau anestesi, efek-efek progesteron,
dehidrasi, diare pra persalinan, kurang masukan, nyeri perineal atau infeksi). 6)
Kurangnya pengetahuan mengenai perubahan fisiologis, periode pemulihan,
perawatan diri dan kebutuhan perawatan bayi berhubungan dengan kurang
mengingat, kesalahan interpretasi, tidak mengenal sumber-sumber 7) Perubahan
eliminasi urin berhubungan dengan trauma/diversi mekanis, eek-efek hormonal
(perpindahan cairan dan peningkatan aliran plasma ginjal), efek-efek anestesi 8)
Kurang perawatan diri berhubungan dengan efek-efek anesthesi, penurunan
kekuatan dan ketahanan, ketidaknyamanan fisik
b) Tingkat toleransi ansietas adalah individual dan dipengaruhi oleh berbagai factor.
Ansietas berlebihan pada respon terhadap situasi darurat dapat meningkatkan
ketidak nyamanan karena rasa takut, tegang dan nyeri yang saling berhubungan dan
merubah kemampuan klien untuk mengatasi. c) Dapat membantu dalam reduksi
ansitas dan ketegangan dan meningkatkan kenyamanan. d) Meningkatkan
kenyamanan dengan memblok impuls nyeri.
Mempunyai potensial kerja agen anestetik.
3) Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman konsep diri, ancaman yang
dirasakan actual dari kesejahteraan maternal dan janin, transmisi interpersonal
Tujuan : Ansietas berkurang. Kriteria hasil : a) Klien dapat mengungkapkan rasa
takut pada keselamatan klien dan janin. b) Klien mendiskusikan perasaan tentang
kelahiran sesaria. c) Klien tampak benar-benar rileks. d) Klien dapat menggunakan
sumber/system pendukung dengan efektif. Intervensi Rasional a) Kaji respon
psikologi pada kejadian dan ketersediaan system pendukung b) Pastikan apakah
prosedur direncanakan atau tidak direncanakan.
c) Tetap bersama klien dan tetap tenang. Bicara perlahan. Tunjukkan empati.
c) Perhatikan adanya variabel deselarasi; perubahan posisi klien dari sisi ke sisi.
f) Pantau respons jantung janin untuk obat praoperasi atau anastesi regional.
ketersediaan oksigen untuk ambilan janin. b) Distres janin dapat terjadi, karena
hipoksia; mungkin dimanifestasikan dengan penurunan variabilitas, deselerasi
lambat, dan takikardia yang diikuti dengan bradikardia. c) Kompresi tali pusat
diantara jalan lahir dan bagian presentasi dapat dihilangkan dengan perubahan
posisi. d) Distres janin pada presentasi vertex dimanifestasikan dengan kandungan
mekonium, yang merupakan akibat dari respon vagal pada hipoksia.
e) Prolaps terlihat atau samar dari tali pusat pada tidak adanya dilatasi serviks penuh
dapat memerlukan kelahiran sesaria. f) Narkotik biasanya menurunkan variabilitas
DJJ dan memerlukan pemberian nalokson(Narcan) setelah melahirkan untuk
memperbaiki depresi pernapasan narkotik. Hipotensi maternal pada respos terhadap
anesthesia secara
d) Perhatikan nyeri tekan uterus dan adanya karakteristik nyeri klien: perhatikan
infus oksitosin pasca operasi. e) Ubah posisi klien, kurangi rangsangan yang
berbahaya dan berikan gosokan punggung. f) Anjurkan penggunaan pernafasan
relaksasi dan distraksi.
a) Meningkatkan pemecahan masalah, membantu mengurangi nyeri berkenaan
dengan ansietas dan ketakutan karena ketidaktahuan dan memberikan rasa kontrol.
b) Pada banyak klien, nyeri dapat menyebabkan gelisah serta dapat meningkatkan
TD dan nadi.
c) Selama 12 jam pertama pascapartum kondisi uterus kuat dan teratur dan ini
berlanjut selama dua sampai tiga hari berikutnya, meskipun frekuensi dan
intensitasnya dikurangi. Faktor yang memperberat nyeri penyerta meliputi
multipara, overdistensi uterus, menyusui dan pemberian preparat ergot dan
oksitosin.
g) Lakukan latihan nafas dalam, spirometri insentif dan batuk dengan menggunakan
prosedurprosedur pembebatan dengan tepat, 30 menit setelah pemberian analgesik
h) Anjurkan ambulasi dini. Anjurakan menghindari makanan atau cairan
pembentuk gas. i) Anjurkan penggunaan posisi rekumben lateral kiri.
m) Anjurkan tirah baring pada posisi datar berbaring, timgkatkan cairan, berikan
minuman berkafein, bantu sesuai kebutuhan pada perawatan klien dan bayi dan
berikan ikatan abdominal bila klien tegak, pada adanya sakit kepala spinal.
n) Inspeksi jaringan payudara dan puting; kaji terhadap adanya pembesaran atau
puting pecah. o) Anjurkan menggunakan bra penyokong
menyokong jaringan otak, menyebabkan batang otak turun ke dasar tengkorak bila
klien pada posisi tegak.
l) Menurunkan beratnya sakit kepala dengan meningkatkan cairan yang ada untuk
produksi CSS dan membatasi perpindahan posisi otak. Sakit kepala berat dapat
mengganggu kemampuan klien untuk melakukan perawatan diri dan perawatan
bayi.
m) Pada 24 jam pascapartum, payudara harus lunak dan tidak nyeri tekan, dengan
puting bebas dari area pecah-pecah atau adanya kemerahan. Pembesaran payudara,
nyeri tekan puting atau adanya pecah-pecah pada puting (bila klien menyusui) dapat
terjadi dua sampai hari pasca partum dan memerlukan intervensi segera untuk
memudahkan kontinuitas menyusui dan mencegah komplikasi lebih serius. n)
Mengangkat payudara ke dalam dan ke atas, mengakibatkan posisi lebih nyaman
dan menurunkan kelelahan otot. o) Membantu laktasi klien merangsang aliran ASI
dan
q) Anjurkan klien mulai memberi makan dari puting yang tidak nyeri tekan selama
beberapa kali pemberian makan secara berkala bila hanya satu puting,
r) Berikan kompres es pada area aksila payudara bila klien tidak merencanakan
menyusui. Berikan kompresi ketat dengan pengiikat selama 72 jam atau
penggunaan bra penyokong ketat. Hindari pemajanan berlebihan payudara terhadap
panas atau rangsangan payudara oleh bayi, pasangan
menghilangkan stasis dan ketegangan. Penggunaan “gendongan Football”
mengarahkan kaki bayi menjauh dari abdomen. Bantal membantu menyokong bayi
dan melindungi insisi dalam posisi duduk atau miring. p) Respon menghisap
pertama kuat dan mungkin nyeri. Mulai memberikan makan dengan payudara yang
tidak sakit kemudian dilanjutkan pada payudara yang sakit mungkin mengurangi
nyeri dan meningkatkan penyembuhan. q) Pengikatan dan kompres es mencegah
laktasi dengan cara– cara mekanis dan metode yang disukai untuk supresi laktasi.
Ketidaknyamanan berakhir kirakira 48 sampai 72 jam, tetapi berkurang atau hilang
dengan menghindari stimulasi puting. r) Meningatkan kenyamanan, yang
memperbaiki status psikologis dan meningkatkan morbilitas. Penggunaaan obat
yang bijaksana memungkinkan ibu yang menyusui menikmati dalm memberikan
makan tanpa efekefek samping pada bayi.
seksual atau klien sampai supresi selesai. (Kira-kira satu minggu ) s) Kolaborasi
pemberian analgetik setiap tiga sampai empat jam, berlanjut dari rute IV atau IM
sampai ke rute oral. Berikan obat pada klien yang menyusui 48 sampai 60 menit
sebelum menyusui.
2.) Cemas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada konsep diri, transmisi
atau kontak interpersonal, kebutuhan tidak terpeuhi. Tujuan: rasa aman klien
terpernuhi: cemas hilang Kriteria: a) Mengungkapkan kesadaran akan perasaan
ansietas b) Mengidentifikasi cara untuk menurunkan atau menghilangkan ansietas
c) Melaporkan bahwa ansietas sudah menurun ke tingkat yang dapat diatasi d)
Kelihatan rileks, dapat tidur/istirahat dengan benar. Intervensi Rasional a) Kaji
tingkat kecemasan klien dan sumber masalah
b) Dorong klien atau pasangan untuk mengungkapkan perasaan. c) Bantu klien atau
pasangan dalam mengidentifikasi
a) Untuk mengetahui tingkat kecemasan ringan, sedang atau berat sehingga
memudahkan untuk menentukan intervensi b) Klien akan terasa lega setelah
mengungkapkan perasaannya.
3). Resiko injuri pada ibu dan janin berhubungan dengan trauma jaringan akibat
pemasangan alat forsep dan tindakan pembedahan. Tujuan: injuri tidak terjadi
Kriteria: a) Mendemonstrasikan perilaku untuk menurunkan faktor-faktor resiko
dan/atau perlindungan diri. b) Bebas dari komplikasi Intervensi Rasional a) Tinjau
ulang catatan prenatal dan intranatal terhadap faktor-faktor yang
mempredisposisikan klien pada komplikasi. Catat kadar Hb dan kehilangan darah
operatif
d) Perhatikan karakter dan jumlah aliran lochea dan konsistensi fundus. e) Pantau
intake-output, (perhatikan penampilan, warna, konsentrasi dan berat jenis urine)
f) Anjurkan ambulasi dini dan latihan.
Intervensi Rasional a. Anjurkan dan gunakan teknik mencuci tangan dengan cermat
dan pembuangan pengalas kotoran, pembalut perineal, dan linen terkontaminasi
dengan tepat.
d. Anjurkan masukan cairan oral dan diet tinggi protein, vitamin C dan besi.
a. Membantu mencegah dan membatasi penyebaran infeksi.
h. Perhatikan jumlah dan bau rabas lochea atau perubahan pada kemajuan normal
dari rubra menjadi serosa
Protein dan vitamin C diperlukan untuk pembentukkan kolagen; besi diperlukan
untuk sintesis Hb. e. Rembesan dapat menandakan hematoma, gangguan penyatuan
jaringan atau dehisens luka, memerlukan intervensi lanjut. f. Demam setelah pasca
operasi hari ketiga, leukositosis dan takhikardi menunjukan infeksi. Peningkatan
suhu sampai 38,30C dalam 24 jam pertama sangat mengindikasikan infeksi,
peningkatan sampai 380C pada hari kedua dalam sepuluh hari pertama pasca
partum adalah bermakna. g. Perlambatan involusi meningkatkan resiko
endometritis. Perkembangan nyeri tekan ekstrim menandakan kemungkinan
jaringan plasenta tertahan atau infeksi. h. Secara normal lochea berbau amis;
namun pada endometritis rabas mungkin purulen dan berbau busuk dan
i. Lakukan teknik septic dan aseptic pada pemasangan alat forsep atau vakum. j.
Lakukan persiapan pre operasi dengan mencukur daerah insisi pembedahan,
pengosongan kolon dan kandung kemih, serta puasa untuk pengosongan lambung.
dapat gagal menunjukkan kemajuan dari lokhea rubra menjadi serosa sampai alba.
i. Untuk mencegah masuknya kuman melalui perlukaan jalan lahir j. Untuk
mencegah infeksi akibat insisi dan pengeluaran feces dan isi lambung,
5) Gangguan eliminasi: konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot
(diastasis reksti, kelebihan analgetik atau anestesi, efek-efek progesteron, dehidrasi,
diare pra persalinan, kurang masukan, nyeri perineal atau infeksi). Tujuan:
Konstipasi tidak terjadi Kriteria: a) Mendemonstrasikan kembali motilitas usus
dibuktikan oleh bising usus aktif dan keluarnya flatus. b) Mendapatkan kembali
pola eliminasi biasanya/optimal dalam empat hari pasca partum. Intervensi
Rasional a) Auskultasi bising usus tiap 4 jam setelah kelahiran saesaria
c) Anjurkan cairan oral yang adekuat. Anjurkan diet makanan kasar dan
buahbuahan dan sayuran dengan bijinya.
g) Klien yang telah menjalani kelahiran sesarea memerlukan bantuan lebih banyak
bila pertama kali di rumah daripada klien yang mengalami kelahiran pervagina.
h) Hubungan dapat dilakukan kembali sesegera mungkin saat klien mulai merasa
nyaman dan pemulihan telah mengalami kemajuan, umumnya enam minggu pasca
partum. Pasangan mungkin perlu mengklarifikasi ketersediaan metoda-metoda
kontrasepsi dan kenyatan bahwa kehamilan dapat terjadi bahkan pada kandungan
enam minggu i) Evaluasi pasca partum untuk klien yang telah mengalami kelahiran
sesarea mungkin dijadwalkan minggu ketiga daripada minggu keenam karena
peningkatan resiko infeksi dan pelambatan pemulihan
c) Berikan cairan peroral: misal enam sampai delapan gelas perhari bila tepat.
g) Anjurkan klien untuk melakukan kegel exercise setiap hari setelah efek-efek
anestesi berkurang
i) Secara umum kateter mungkin aman dilepaskan antara enam sampai 12 jam pasca
partum: tetapi sebaiknya tidak
j) Pantau tes hasil laboratorium, seperti BUN dan urine 24 jam untuk protein total,
klirens kreatinin, dan asam urat sesuai indikasi
dilepaskan sampai pagi hari setelah pembedahan. j) Pada klien yang telah
mengalami HKK, gangguan ginjal atau vaskuler dapat menetap, atau ini tampak
pertama kali selama periode pasca partum. Bila kadar steroid menurun setelah
kelahiran, fungsi ginjal, dibuktikan oleh BUN dan klirens kreatinin, mulai kembali
pada normal dalam satu minggu: perubahan anatomi (missal dilatasi ureter dan
pelvis ginjal) memerlukan waktu sampai satu bulan untuk kembali ke normal
d) Ubah posisi klien setiap satu sampai dua jam: Bantu dalam latihan paru, ambulasi
dan latihan kaki
e) Berikan bantuan sesuai kebutuhan dengan hygiene (misal perawatan mulut,
mandi, gosokan punggung dan perawatan perineal) f) Berikan analgesic setiap tiga
sampai empat jam, sesuai kebutuhan
perawatan diri sampai kebutuhan fisiknya terhadap kenyamanan terpenuhi b)
Pengalaman nyeri fisik mungkin disertai dengan nyeri mental yang mempengaruhi
keinginan klien dan motivasi untuk mendapatkan otonomi c) Klien yang telah
menjalani anestesi spinal dapat diarahkan untuk berbaring datar dan tanpa bantal
untuk enam sampai delapan jam setelah pemberian anestesi d) Membantu
mencegah komplikasi bedah seperti phlebitis atau pneumonia, yang dapat terjadi
bila ketidaknyamanan mempengaruhi pengubahan/aktifitas normal klien e)
Memperbaiki harga diri: menngkatkan perasaan kesejahteraan.
A. PENGKAJIAN
2) Riwayat obstetri a) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu Pada
kehamilan dahulu klien rajin memeriksakan kehamilannya ke rumah sakit. Keluhan
yang dirasakan selam hamil merupakan keluhan yang umum dirasakan pada ibu
hamil seperti: mual, pusing dan muntah tetapi tidak sampai mengganggu aktifitas.
Persalinan yang dulu ditolong oleh bidan di rumah sakit secara spontan, selama
persalinan tidak ada hambatan baik intrapartum maupun postpartum. b) Riwayat
persalinan sekarang Klien melahirkan secara SC pada tanggal 3 maret 2015 jam
10:42 WIB dengan indikasi gagal drip pada umur kehamilan 39 minggu. Bayi yang
dilahirkan berjenis kelamin laki-laki dengan berat badan 2980 gram dan panjang
badan 48 cm. Pada saat lahir apgar score 7-9.
b. Kepala dan leher Rambut warna hitam, distribusi merata, tidak mudah rontok,
tidak ada lesi dan tidak ada keluhan pusing. Wajah tidak oedema, tidak ada kloasma
gravidarum, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, terkadang terlihat
meringis karena menahan nyeri. Bibir lembab, gigi tidak caries. Leher tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid dan peningkatan JVP. Reflek menelan tidak ada keluhan
c. Dada Pergerakan dada simetris, suara napas vesikuler dan tidak ada pembesaran
jatung. Payudara tampak terlihat simetris antara kiri dan kanan, puting menonjol,
aerola tampak lebih hitam dan kolostrum sudah keluar.
d. Abdomen Ada luka operasi arah transversal perut bagian bawah sepanjang ± 10
cm