Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TINGKAT SUKU BUNGA DAN GDP

Oleh :
Mulkan Abdullah 20141221042

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2015

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas


limpahan Rahmat-Nya, sehingga penulis beserta teman-teman kelompok 6
dapat menyelesaikan makalah tentang “Tingkat Suku Bungan Dan GDP”.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan


oleh Dosen mata kuliah Ekonomi Moneter yaitu Dr. Siti Maro’ah, M.Pd.

Penulis mengharapkan makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita


semua, dalam hal menambah pengetahuan dan wawasan kita tentang Bank
Indonesia

Penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan kelompok yang


telah mendukung dan menjalin kerjasama yang baik sehingga makalah ini dapat
diselesaikan.

Penulis menyadari makalah ini terdapat banyak kekurangan, maka


penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju
arah yang lebih baik. Kami mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak.

Surabaya, 30 November 2015

Penulis

i
Daftar Isi

Kata Pengantar .................................................................................................. i


Daftar Isi ............................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
1.3 Tujuan ......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Suku Bunga ............................................................................... 3
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga .......................................... 4
2.3 Peran Suku Bunga dalam Perekonomian .................................................... 5
2.4 Produk Domestik Bruto atau Gross Domestic Product (GDP) ...................... 5
2.4.1 Perhitungan GDP ............................................................................... 6
2.4.2 GDP berdasarkan Pendekatan Pengeluaran ..................................... 6
2.4.3 GDP berdasarkan Pendekatan Pendapatan ...................................... 7
2.5 Pengaruh Suku Bunga Terhadap GDP ........................................................ 8

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ..................................................................................................11
Daftar Pustaka ...................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Suku bunga merupakan salah satu variabel dalam perekonomian yang
senantiasa diamati secara cermat karena dampaknya yang luas. Ia
mempengaruhi secara langsung kehidupan masyarakat keseharian dan
mempunyai dampak penting terhadap kesehatan perekonomian. Biasanya suku
bunga diekspresikan sebagai persentase pertahun yang dibebankan atas uang
yang dipinjam. Tingkat bunga pada hakikatnya adalah harga. Seperti halnya
harga, suku bunga menjadi titik pusat dari pasar, dalam hal ini pasar uang dan
pasar modal. Sebagaimana harga, suku bunga dapat dipandang sebagai sebuah
mekanisme untuk mengalokasikan sumber daya dan perekonomian.
Tingkat suku bunga Bank Indonesia (SBI) atau BI-rate adalah suku
bunga instrumen sinyaling Bank Indonesia (BI) merupakan suku bunga
kebijakan moneter ( policy rate ) Kenaikan atau penurunan tingkat suku bunga
Bank Indonesia (BI-rate) akan mempengaruhi tingkat suku bunga antar bank
dan tingkat suku bunga deposito yang berakibat pada perubahan suku bunga
kredit. Dengan demikian BI-rate tersebut memberi sinyal bahwa pemerintah
mengharapkan pihak perbankan dapat menggerakkan sektor riil untuk dapat
mendorong laju pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Kenaikan BI-rate akan mendorong kenaikan akan mendorong kenaikan
mendorong kenaikan suku bunga dana antar bank dan suku bunga deposito
yang mengakibatkan kenaikan suku bunga kredit, mengakibatkan kenaikan suku
bunga kredit, sementara jika BI-rate diturunkan dikhawatirkan akan memicu
pelarian dana jangka pendek yang akan mengganggu stabilitas nilai tukar rupiah
dan pertumbuhan ekonomi.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pengertian Suku Bunga ?


2. Faktor-Faktor apa saja yang Mempengaruhi Suku Bunga ?
3. Bagaimana Peran Suku Bunga dalam Perekonomian ?
4. Produk Domestik Bruto atau Gross Domestic Product (GDP)
5. Bagaimana Pengaruh Pengaruh Suku Bunga Terhadap GDP

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui Pengertian Suku Bunga


2. Untuk mengetahui Apa Saja Faktor-Faktor apa saja yang Mempengaruhi
Suku Bunga
3. Untuk mengetahui Bagaimana Peran Suku Bunga dalam Perekonomian
4. Untuk mengetahui Produk Domestik Bruto atau Gross Domestic Product
(GDP)
5. Bagaimana Pengaruh Pengaruh Suku Bunga Terhadap GDP

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Suku Bunga

Secara historis suku bunga hampir sama tua dengan peradaban manusia,
dengan kata lain suku bunga sudah ada sejak lama. Hal ini sesuai dengan
pendapat yang diungkapkan oleh Kidwell yang menyatakan bahwa orang yang
telah meminjam barang kepada orang lain dan kadang-kadang mereka telah
meminta imbalan atas jasa yang diberikan. Imbalan itu disebut sewa yakni harga
dari meminjam harta milik orang lain. Sedangkan Miller menyatakan bahwa
bunga adalah sejumlah dana, dinilai dari uang, yang diterima si pemberi
pinjaman (kreditur) , sedangkan suku bunga adalah rasio dari bunga terhadap
jumlah pinjaman.

Harga sewa dari uang itulah yang disebut suku bunga dan biasanya
dinyatakan sebagai presentase tahunan sari jumlah nominal yang dipinjam. Jadi
suku bunga adalah harga dari meminjam uang untuk menggunakan daya
belinya. Suku bunga merupakan salah satu variable dalam perekonomian yang
senantiasa diamati secara cermat karena dampaknya yang luas. Bunga
mempengaruhi secara langsung hehidupan masyarakat keseharain dan
mempunyai dampak penting terhadap kesehatan perekonomian mulai dari segi
konsumsi, kredit, obligasi, serta tabungan.

Edmister mengemukakan tiga istilah yang berkaitan dengan suku bunga


yaitu :
a. State rate adalah tingkat bunga satu periode dikalikan jumlah pokok pinjaman
untuk menghitung beban bunga
b. Annual percentage rate adalah tingkat bunga disetahunkan dengan
menyesuaikan stated rate untuk jumlah periode pertahun dan jumlah pokok
yang benar-benar dipinjam
c. Yield adalah tingkat bunga yang ekuivalen denga satu kontrak keuangan yang
memenuhi tiga syarat : jumlah seluruhnya yang benar-benar dipinjam, pada
awal tahun, kemudian dibayar kembali pada akhir tahun beserta bunga.

3
Definisi pertama, stated rate, mendasarkan tingkat bunga pada jangka
waktu kontrak. Definisi kedua, annual pecentage rate, menyesuaikan jangka
waktu kontrak untuk menghitung ekuivalen tingkat bunga. Sedangkan definisi
ketiga, yield, membuat penyesuaian yang diperlukan untuk menghitung tingkat
bunga ekuivalen dengan satu standar yang ditentukan secara jelas.

2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga

Seperti dijelaskan di atas, bahwa untuk mennetukan besar kecilnya suku


bunga simpanan dan pinjaman sangat dipengaruhi oleh keduanya, artinya baik
bunga simpanan maupun pinjaman saling mempengaruhi disamping faktor-faktor
lainnya.
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku
bunga adalah:
a. Kebutuhan dana, apabila bank kekurangan dana sementara permohonan
pinjaman meningkat, maka yang dilakukan oleh bank agar kebutuhan
dana tersebut cepat terpenuhi dengan meningkatkan suku bunga
simpanan.
b. Persaingan, dalam memperebutkan daa simpanan, maka disamping
faktor promosi, yang paling utama pihak perbankan harus memperhatikan
pesaing.
c. Kebijakan pemerintah, dalam arti baik untuk bunga simpanan maupun
bunga pinjaman kita, tidak boleh melebihi bunga yang sudah ditetapkan
oleh pemerintah.
d. Jangka waktu, semakin panjang jangka waktu pinjaman, maka akan
semakin tinggi tinggi bunganya, hal ini disebabkan besarnya
kemungkinan resiko di masa mendatang. Serta faktor-faktor yang lain.
e. Target keuntungan yang diharapkan.
f. Reputasi perusahaan.
g. Kualitas jaminan.
h. Daya saing produk.

4
2.3 Peran Suku Bunga dalam Perekonomian

Tingkat bunga menentukan jenis-jenis investasi yang akan memberi


keuntungan kepada para pengusaha. Para pengusaha akan melaksanakan
investasi yang mereka rencanakan hanya apabila tingkat pengembalian modal
yang mereka peroleh melebihi tingkat bunga. Dengan demikian besarnya
investasi dalam suatu jangka waktu tertentu adalah sama dengan nilai dari
seluruh investasi yang tingkat pengembalian modalnya adalah lebih besar atau
sama dengan tingkat bunga.

Apabila tingkat bunga menjadi lebih rendah, lebih banyak usaha yang
mempunyai tingkat pengembalian modal yang lebih tinggi daripada tingkat suku
bunga. Semakin rendah tingkat bunga yang harus dibayar para pengusaha,
semakin banyak usaha yang dapat dilakukan para pengusaha. Semakin rendah
tingkat bunga semakin banyak investasi yang dilakukan para pengusaha
(Sukirno, 1998).

2.4 Produk Domestik Bruto atau Gross Domestic Product (GDP)

Gross Domestic Product (GDP) adalah penghitungan yang digunakan


oleh suatu negara sebagai ukuran utama bagi aktivitas perekonomian
nasionalnya, tetapi pada dasarnya GDP mengukur seluruh volume produksi dari
suatu wilayah (negara) secara geografis.
Sedangkan menurut McEachern (2000:146), GDP artinya mengukur nilai
pasar dari barang dan jasa akhir yang diproduksi oleh sumber daya yang berada
dalam suatu negara selama jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. GDP
juga dapat digunakan untuk mempelajari perekonomian dari waktu ke waktu atau
untuk membandingkan beberapa perekonomian pada suatu saat.
Gross domestic product hanya mencakup barang dan jasa akhir, yaitu barang
dan jasa yang dijual kepada pengguna yang terakhir. Untuk barang dan jasa
yang dibeli untuk diproses lagi dan dijual lagi (Barang dan jasa intermediate)
tidak dimasukkan dalam GDP untuk menghindari masalah double counting atau
penghitungan ganda, yaitu menghitung suatu produk lebih dari satu kali.

5
Contohnya, grosir membeli sekaleng tuna seharga Rp 6.000,- dan menjualnya
seharga Rp 9.000,-. Jika GDP menghitung kedua transaksi tersebut , Rp 6.000,-
dan Rp 9.000,-, maka sekaleng tuna itu dihitung senilai Rp 15.000,- (lebih besar
daripada nilai akhirnya). Jadi, GDP hanya menghitung nilai akhir dari suatu
produk yaitu sebesar Rp 9.000,-. Untuk barang yang diperjual-belikan berulang
kali (second-hand) tidak dihitung dalam GDP karena barang tersebut telah
dihitung pada saat diproduksi. (2000:146-147).

2.4.1 Perhitungan GDP


Menurut McEachern (2000:147) ada dua macam pendekatan yang
digunakan dalam perhitungan GDP, yaitu:
1. Pendekatan pengeluaran, menjumlahkan seluruh pengeluaran agregat pada
seluruh barang dan jasa akhir yang diproduksi selama satu tahun.
2. Pendekatan pendapatan, menjumlahkan seluruh pendapatan agregat yang
diterima selama satu tahun oleh mereka yang memproduksi output tersebut.

2.4.2 GDP berdasarkan Pendekatan Pengeluaran


Menurut McEachern (2000:149) untuk memahami pendekatan
pengeluaran pada GDP, kita membagi pengeluaran agregat menjadi empat
komponen, konsumsi, investasi, pembelian pemerintah, dan ekspor netto. Kita
akan membahasnya satu per satu.
1. Konsumsi, atau secara lebih spesifik pengeluaran konsumsi perorangan,
adalah pembelian barang dan jasa akhir oleh rumah tangga selama satu
tahun. Contohnya : dry cleaning, potong rambut, perjalanan udara, dsb.
2. Investasi, atau secara lebih spesifik investasi domestik swasta bruto,
adalah belanja pada barang kapital baru dan tambahan untuk persediaan.
Contohnya : bangunan dan mesin baru yang dibeli perusahaan untuk
menghasilkan barang dan jasa.
3. Pembelian pemerintah, atau secara lebih spesifik konsumsi dan investasi
bruto pemerintah, mencakup semua belanja semua tingkat pemerintahan
pada barang dan jasa, dari pembersihan jalan sampai pembersihan ruang
pengadilan, dari buku perpustakaan sampai upah petugas perpustakaan.
Di dalam pembelian pemerintah ini tidak mencakup keamanan sosial,
bantuan kesejahteraan, dan asuransi pengangguran. Karena pembayaran

6
tersebut mencerminkan bantuan pemerintah kepada penerimanya dan
tidak mencerminkan pembelian pemerintah.
4. Ekspor netto, sama dengan nilai ekspor barang dan jasa suatu negara
dikurangi dengan impor barang dan jasa negara tersebut. Ekspor netto
tidak hanya meliputi nilai perdagangan barang tetapi juga jasa.
Dalam pendekatan pengeluaran, pengeluaran agregat negara sama
dengan penjumlahan konsumsi, C, investasi, I, pembelian pemerintah, G,
dan ekspor netto, yaitu nilai ekspor, X, dikurangi dengan nilai impor, M,
atau (X-M).
Penjumlahan komponen tersebut menghasilkan pengeluaran agregat,
atau GDP:
C + I + G + (X-M) = Pengeluaran agregat = GDP

2.4.3 GDP berdasarkan Pendekatan Pendapatan


Menurut McEachern (2000:151) pendapatan agregat sama dengan
penjumlahan semua pendaptan yang diterima pemilik sumber daya dalam
perekonomian (karena sumber dayanya digunakan dalam proses produksi).
Sistem pembukuan double-entry dapat memastikan bahwa nilai output agregat
sama dengan pendapatan agregat yang dibayarkan untuk sumber daya yang
digunakan dalam produksi output tersebut: yaitu upah, bunga, sewa, dan laba
dari produksi.
Jadi kita dapat mengatakan bahwa:
Pengeluaran agregat = GDP = Pendapatan agregat
Suatu produk jadi biasanya diproses oleh beberapa perusahaan dalam
perjalanannya menuju konsumen. Meja kayu, misalnya, mulanya sebagai kayu
mentah, kemudian dipotong oleh perusahaan pertama, dipotong sesuai
kebutuhan mebel oleh perusahaan kedua, dibuat meja oleh perusahaan ketiga,
dan dijual oleh perusahaan keempat. Double counting dihindari dengan cara
hanya memperhitungkan nilai pasar dari meja pada saat dijual kepada pengguna
akhir atau dengan cara menghitung nilai tambah pada setiap tahap produksi.
Nilai tambah dari setiap perusahaan sama dengan harga jual barang perusahaan
tersebut dikurangi dengan jumlah yang dibayarkan atas input perusahaan lain.
Nilai tambah dari tiap tahap mencerminkan pendapatan atas pemilik sumber
daya pada tahap yang bersangkutan. Penjumlahan nilai tambah pada semua

7
tahap produksi sama dengan nilai pasar barang akhir, dan penjumlahan nilai
tambah seluruh barang dan jasa akhir adalah sama dengan GDP berdasarkan
pendekatan pendapatan.

2.5 Pengaruh Suku Bunga Terhadap GDP


Untuk diketahui, suku bunga merupakan tolak ukur dari kegiatan
perekonomian dari suatu negara yang akan berimbas pada kegiatan perputaran
arus keuangan perbankan, inflasi, investasi dan pergerakan currency.

Dan biasanya negara-negara besar (merupakan negara yang memiliki


currency terbesar dalam transaksi di bursa), aktivitas ekonomi yang terjadi di
negara-negara tersebut memiliki pengaruh yang kuat terhadap fundamental
perekonomian dunia.

Kenaikan suku bunga yang dilakukan oleh bank Sentral, maka akan
direspon oleh para pelaku pasar dan para penanam modal untuk memanfaatkan
moment tersebut guna meningkatkan produksi dan menanamkan investasinya.

Seiring dengan itu, akan berdampak juga pada jumlah produksi yang
bertambah dan tenaga kerja yang juga akan semakin bertambah. Akibatnya
ekspor bertambah dan jumlah pengangguran menurun, sehingga devisa yang
masuk ke negara tersebut semakin menguatkan dollar terhadap mata uang lain.

Demikian pula sebaliknya, bila saja suku bunga menurun, produksi


industri akan berkurang karena produsen akan membatasi kerugian. Apabila
jumlah produksi berkurang, maka akan melemahkan mata uang tersebut.

Kenaikan suku bunga sangatlah dikhawatirkan oleh para kreditur dan


tingkat penjualan perumahan yang semakin menurun karena membuat pajak
pinjaman modal dan kredit perumahan semakin meningkat, tanpa didukung
dalam kelancaran produksi dan bisnis yang menunjang, akan berimbas pada
kredit macet

8
Ada beberapa hal yang harus diwaspadai dalam menaikkan dan
menurunkan suku bunga yang semuanya harus berpihak pada kesejahteraan
rakyat dalam negeri sebagai prioritas utama.

Dampak ekonomi dari sebuah perubahan suku bunganya diantaranya


akan berpengaruh pada adalah

• GDP (Gross Domestik Product) sebagai indikator tingkat kesehatan atas


pertumbuhan ekonomi suatu negara. GDP merupakan indeks utama sistem akun
nasional (Sistem of National Accounts - SNA) yang dikarakteristik oleh hasil final
dari kesatuan aktifitas program ekonomi - penduduk, dan pengukuran biaya
barang dan jasa, yang diproduksi oleh kesatuan untuk penggunaan akhir. GDP
adalah indeks utama, yang menunjukkan kondisi ekonomi nasional. GDP adalah
indikator produk manufaktur, yang berjumlah pada biaya produksi final barang
dan jasa.

Ini berarti, biaya barang dan jasa lanjutan, yang digunakan dalam
produksi (seperti barang mentah, bahan-bahan, bahan bakar, bibit, makanan
ternak, layanan pengangkutan udara, harga grosir, layanan komersil dan
finansial, dll) tidak termasuk dalam GDP. Jika tidak, GDP akan mengandung
akun berulang. Selain itu, GDP adalah produk domestik, karena diproduksi oleh
penduduk. Penduduk adalah kesatuan ekonomi (usaha maupaun rumah tangga),
dengan mengabaikan indentitas nasional dan kewarga negaraannya, yang
memiliki suku bunga ekonomi dalam wilayah ekonomi negara.

•Kredit Perumahan Rakyat


Pengadaan perumahan merupakan bagian terpenting dalam menunjang
kesejahteraan hidup manusia, pentingnya data ini terletak pada kemampuannya
untuk memicu perubahan kondisi perekonomian, memprediksi perubahan tingkat
pertumbuhan. Turunnya jumlah unit perumahan baru dapat memperlambat
perekonomian dan mendorong ke arah resesi. Sebaliknya, peningkatan pada
jumlah unit perumahan baru mengindikasikan tumbuhnya perekonomian.

9
• Tingkat Pengangguran (Unemployment Rate)
Dampak yang harus diperhatikan dalam kebijakan naik-turunnya suku
bunga apakah semakin meningkatkan peluang usaha dan peluang kerja atau
malah justru meningkatkan pengangguran dan PHK. Dan perlu diketahui,
pengangguran terjadi akibat ketidakseimbangan antara lapangan pekerjaan dan
orang yang membutuhkan pekerjaan,sehingga hanya sedikit yang mendapatkan
kesempatan untuk bekerja.

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Harga sewa dari uang itulah yang disebut suku bunga dan biasanya
dinyatakan sebagai presentase tahunan sari jumlah nominal yang
dipinjam. Jadi suku bunga adalah harga dari meminjam uang untuk
menggunakan daya belinya.
2. Bahwa untuk menentukan besar kecilnya suku bunga simpanan dan
pinjaman sangat dipengaruhi oleh keduanya, artinya baik bunga
simpanan maupun pinjaman saling mempengaruhi disamping faktor-
faktor lainnya.
3. Tingkat bunga menentukan jenis-jenis investasi yang akan memberi
keuntungan kepada para pengusaha. Para pengusaha akan
melaksanakan investasi yang mereka rencanakan hanya apabila tingkat
pengembalian modal yang mereka peroleh melebihi tingkat bunga.
4. Gross Domestic Product (GDP) adalah penghitungan yang digunakan
oleh suatu negara sebagai ukuran utama bagi aktivitas perekonomian
nasionalnya, tetapi pada dasarnya GDP mengukur seluruh volume
produksi dari suatu wilayah (negara) secara geografis.
5. Kenaikan suku bunga sangatlah dikhawatirkan oleh para kreditur dan
tingkat penjualan perumahan yang semakin menurun karena membuat
pajak pinjaman modal dan kredit perumahan semakin meningkat, tanpa
didukung dalam kelancaran produksi dan bisnis yang menunjang, akan
berimbas pada kredit macet.

11
Daftar Pustaka

Nasir, M. 2014. Ekonomi Moneter dan Kebanksentrala. Jakarta. Mitra Wacana


Media

http://sukatendellisna.blogspot.co.id/2015/05/makalah-hubungan-tingkat-suku-
bunga.html
(diakses: pada hari Senin, 30 November 2015)

https://syamsulanam16.wordpress.com/2012/07/05/makalah-tingkat-
suku-bunga/
(diakses: pada hari Senin, 30 November 2015)

http://jurnal-sdm.blogspot.co.id/2009/06/produk-domestik-bruto-
pdbgross-domestic.html
(diakses: pada hari Senin, 30 November 2015)

12

Anda mungkin juga menyukai