NIM : 114160071
Kelas : B
1. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Kegiatan industri minyak dan panas bumi dari hulu dan hilir menghasilkan
limbah, baik limbah cair maupun padat. Limbah tersebut dapat mencemari dan
berdampak negatif bagi lingkungan apabila tidak diolah terlebih dahulu. Pada
dasarnya, penanganan atau pengolahan limbah dapat dilakukan dengan tiga cara
yaitu fisika, kimia, dan biologi.
Penanganan limbah dengan cara biologi atau bioremediasi, yaitu dengan
memanfaatkan mikroorganisme, fungi, tanaman, atau enzim tanaman yang dapat
mengeleminasi kontaminan. Bioremediasi merupakan salah satu metode
penanggulangan lingkungan tercemar minyak bumi yang ramah lingkungan,
efektif, dan ekonomis [1,2].
Bioremediasi merupakan penggunaan mikroorganisme yang telah dipilih untuk
ditumbuhkan pada polutan tertentu sebagai upaya untuk menurunkan kadar polutan
tersebut. Pada saat proses bioremediasi berlangsung, enzim-enzim yang diproduksi
oleh mikroorganisme memodifikasi struktur polutan beracun menjadi tidak
kompleks sehingga menjadi metabolit yang tidak beracun dan berbahaya [3].
2. Tujuan Pengolahan
Tujuan dari pengolahan secara bioremediasi yaitu :
1. Memineralisasi kontaminan, yaitu mengubah senyawa kimia berbahaya menjadi
kurang berbahaya.
2. Mengurangi konsentrasi residu minyak atau menghilangkan sifat bahaya dan
beracun agar tidak membahayakan kesehatan manusia.
3. Menanggulangi pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup [4,5].
3. Sumber Limbah
Pada umumnya, limbah minyak bumi pada kegiatan usaha minyak dan gas bumi
atau kegiatan lain bersumber dari :
1. Tangki pemisah dan atau penimbun minyak mentah dan/atau produk bahan
minyak, baik di darat maupun di laut (tanker, floating storage, storage tank dan
lain-lain).
2. Instalasi Pengolah Air Limbah (Separator, Oil Catcher, Dissolved Air
Floatation/DAF, Chemical Unit dan/atau, Free Water Knock Out/Separator
minyak dari sumur produksi) yang mengolah air limbah pada kegiatan usaha
minyak dan gas bumi dan/atau kegiatan lain yang berhubungan dengan
pengelolaan limbah minyak bumi.
3. Hasil pembersihan alat-alat proses pada kegiatan usaha minyak dan gas bumi
dan/atau kegiatan lain yang berhubungan dengan pengelolaan limbah minyak
bumi.
4. Timbunan kumulatif limbah minyak dari hasil kegiatan usaha minyak dan gas
bumi dan/atau kegiatan lain yang telah beroperasi sebelum adanya peraturan
pengelolaan limbah.
5. Limbah pemboran berupa limbah lumpur bor dan serbuk bor (cutting)
yang mengandung residu minyak bumi;
6. Tumpahan minyak pada lahan akibat dari proses pengangkutan minyak melalui
pipa, alat angkut, proses pemindahan (transfer) minyak atau dari ceceran
minyak [5].
4. Karakteristik Limbah
Karakteristik limbah minyak bumi yang diolah secara biologis adalah sebagai
berikut:
a. Tingkat keasaman (pH).
b. Konsentrasi maksimum Total Petroleum Hydrocarbon (TPH) awal sebelum
proses pengolahan biologis adalah tidak lebih dari 15%;
c. Konsentrasi TPH yang sebelum proses pengolahan lebih dari 15% perlu
dilakukan pengolahan atau pemanfaatan terlebih dahulu.
d. Kandungan total logam berat.
e. Hasil uji Toxicity Characteristic Leaching Procedure (TCLP) logam berat
berada di bawah baku mutu seperti yang dicantumkan di dalam Kep-
04/Bapedal/09/1995 [5].
2. Pengolahan Limbah
a. Konsep Pengolahan
Bioremediasi adalah proses pengolahan limbah minyak bumi yang sudah
lama atau tumpahan/ceceran minyak pada lahan terkontaminasi dengan
memanfaatkan mahluk hidup mikroorganisme, tumbuhan atau organisme lain
untuk mengurangi konsentrasi atau menghilangkan daya racun bahan pencemar.
Semua reaksi biologis yang menghasilkan energi merupakan reaksi redoks dalam
hal ini oksidasi senyawa organik kontaminan akan membebaskan sejumlah
elektron. Senyawa organik ini sering disebut sebagai pemberi elektron (electron
donor). Oleh karena itu, dalam proses bioremediasi, harus tersedia senyawa yang
akan menerima elektron ini (electron acceptor) dalam jumlah yang cukup dan tipe
yang sesuai. Beberapa penerima elektron yang lazim dikenal adalah oksigen, nitrat,
sulfat, karbon dioksida, dan sejumlah senyawa organik [5,6].
Pemilihan mikroorganisme bioremediasi sangat berpengaruh terhadap proses
degradasi minyak bumi. Hal tersebut dikarenakan setiap spesies mikroorganisme
membutuhkan substrat yang spesifik untuk mendegradasi keseluruhan komponen
penyusun minyak bumi. Kesesuaian metode dan spesies mikroorganisme dapat
meningkatkan degradasi minyak bumi sehingga menurunkan toksisitas limbah
minyak bumi. Berdasarkan tempat berlangsungnya, teknik bioremediasi dapat
diaplikasikan langsung (in-situ) pada lingkungan yang tercemar. Ex-situ adalah
pengelolaan yang meliputi pemindahan secara fisikcbahan-bahan yang
terkontaminasi ke suatu lokasi untuk penanganan lebih lanjut [7,8].
b. Teknologi Pengolahan
Pengolahan limbah minyak bumi) dapat dilakukan dengan menggunakan
teknologi pengolahan yang meliputi :
1. Landfarming
Landfarming adalah proses pengolahan limbah minyak bumi dengan cara
menyebarkan dan mengaduk limbah sampai merata di atas lahan dengan
ketebalan tertentu (sekitar 20-50 cm) sehingga proses penguraian limbah
minyak bumi secara mikrobiologis dapat terjadi [5].
Teknik landfarming memiliki keunggulan dibandingkan teknik ex situ
lainnya yaitu proses yang digunakan lebih sederhanadan murah , dengan tingkat
penghilangan yang tinggi. Namun teknik ini memiliki kelemahan yaitu
membutuhkan lahan yang luas. Kondisi lingkungan untuk mendukung proses
degradasi senyawa hidrokarbon oleh mikroba eksogen dalam teknik
landfarming perlu diatur sedemikian sehingga cemaran minyak dapat
dihilangkan dengan efektif. Hasil percobaan tanpa bahan organik menghasilkan
penurunan nilai TPH dari 5,8 menjadi 2,8-3,2% setelah 12 minggu. Hal ini
menyatakan bahwa pemberian konsorsium dan dosis konsorsium bakteri tidak
berpengaruh nyata terhadap penurunan nilai TPH maupun populasi mikroba
tanah. Pada percobaan menggunakan bahan organik, kedua konsoe;sium bakteri
dapat menurunkan TPH di bawah 1% setelah 5 minggu percobaan [7].
Landfarming (Sumber : EnviroWiki)
2. Biopile
Biopile adalah proses pengolahan limbah secara ex-situ dengan cara
menempatkan limbah pada pipa-pipa pensuplai oksigen untuk meningkatkan
aerasi dan penguraian limbah minyak bumi secara mikrobiologis agar lebih
optimal. Kelebihan teknik biopile antara lain tidak memerlukan lahan yang luas
dan dapat dilakukan proses aerasi sehingga pertumbuhan dan aktivitas bakteri
agen bioremediasi dapat terjaga [5,7].
Distribusi oksigen dalam biopile akan terhambat bila tanah yang diolah
bertekstur clay. Pada kelembaban tinggi tanah bertekstur clay sulit mengalirkan
udara sehingga distribusi nutrisi dalam tanah tidak merata dan berdampak pada
pertumbuhan dan aktivitas bakteri pendegradasi sedangkan tekstur tanah
berubah kering ketika kelembaban berkurang. Penambahan pasir dapat
meningkatkan porositas dan aerasi tanah. Untuk meningkatkan kegemburan dan
kemampuan tanah dalam menahan air dapat ditambahankan kompos. Metode
ini memiliki kelemahan berupa laju aliran yang terbatas melalui tanah [7].
Biopile (Sumber : Biogenie)
5. Konsorsium Bakteri
Penggunaan konsorsium bakteri pada proses bioremediasi minyak bumi
dapat mempengaruhi proses degradasi minyak bumi. Hal tersebut disebabkan
setiap spesies bakteri membutuhkan substrat yang spesifik untuk mendegradasi
keseluruhan komponen penyusun minyak bumi. Tanaman-tanaman dapat
meningkatkan proses degradasi oleh mikroba dengan memberikan oksigen
dalam area akar sepanjang saluran akar dan memperbesar pori-pori tanah [7].