Anda di halaman 1dari 20

BAB I

LAPORAN KASUS

1.1 IDENTITAS PASIEN

Nama : An. H

Umur : 9 bulan/ 29 Mei 2018

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Ling Sumberejo Ngeletih, Kediri

Tanggal MRS : 07 Februari 2019

1.2 ANAMNESA

1.2.1 Keluhan Utama

Demam

1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dibawa oleh orangtuanya ke Rumah Sakit dengan keluhan

utama demam tinggi terus menerus sejak sabtu pagi (4 hari), demam

yang di alami mulai dari tinggi mendadak sampai hari kemarin hanya

teraba hangat, demam tidak berkurang dengan pemberian obat punurun

panas.pasien juga di keluhkan batuk berdahak ( batuk grok grok ) disertai

pilek 5 hari sebelum masuk Rumah Sakit,batuk darah (-),pasien sulit

mengeluarkan lendir. Pasien juga dikeluhkan terkadang sedikit sesak sejak

2 hari sebelum masuk rumah sakit,Sesak timbul saat batuk dan tidak

memberat saat malam hari dan keluhan sesak semakin memberat sejak tadi

siang ( hari kamis tgl 07/02/9).Keluhan lain seperti rewel (+), gelisah (+),

lemas, nafsu makan/minum menurun (+) dbn, muntah (-), mencret (-)

disangkal. BAB dan BAK normal.

1
1.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu

Sebelumnya belum pernah sakit seperti ini dan baru pertama kali ini

dirawat di rumah sakit, Riwayat Kejang Demam (+), Riwayat Asma (-),

Riwayat TB dan pengobatan Paru (-).

1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga

Dalam keluarga tidak ada yang sakit seperti pasien, tidak ada riwayat asma

di keluarga.

1.2.5 Riwayat Kehamilan

Saat hamil, kesehatan ibu pasien baik.

1.2.6 Riwayat Kelahiran

Pasien lahir normal dengan UK 9 bulan dibantu oleh bidan.

1.2.7 Riwayat Imunisasi

Jenis Imunisasi Usia Pemberian Jumlah Pemberian

BCG 21 Hari 1 x pemberian

21 Hari,
POLIO 2 Bulan , 4 Bulan, 6 4 x pemberian
Bulan

DPT 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan 3 x pemberian

Hepatitis B 1 bulan, 6 bulan 2 x pemberian

Ibu pasien lupa tanggal waktu pemberian imunisasi.

1.2.8 Riwayat Tumbuh Kembang

 Usia 9 Bulan

Pasien sudah bisa tengkurap, membalik badan, mau bisa duduk.

2
1.2.9 Riwayat Gizi

Pasien tidak minum ASI sejak lahir sampai sekarang.Pasien diberikan susu
formula SGM sampai sekarang dan makanan tambahan

1.3 PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Tampak sesak

Kesadaran : Compos Mentis, Glasgow Coma Scale : E4V5M6

Tanda-tanda Vital :

Nadi = 160 x/menit

RR = 66 x/menit

Suhu = 380C

Status Gizi : BB = 9 kg

Umur = 8 bulan
𝑛+9
BB aktual : + = 9 kg
2

Kepala : Rambut berwarna hitam, Normocephal, odem palpebra (-),

konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cowong (-/-

), sekresi kelenjar air mata (+/+), mukosa mulut lembab, oral

kandidosis (-), caries (-), stomatitis (-).

THT : Telinga : Serumen (-), sekret (-)

Hidung : Sekret (+), pernapasan cuping hidung (+

minimal)

Thorax : Inspeksi : Simetris, retraksi supraclavicula

Tenggorokan : uvula letak di tengah, faring hiperemis (-),

Tonsil T1-T1

3
Leher dan Axila : Pembesaran kelenjar getah bening (-), nyeri tekan (-), terasa

panas (-) /(-)

Palpasi : Thrill (-)

Perkusi : Sonor (Paru), Pekak (Jantung)

Auskultasi: Suara nafas vesikuler (+/+), Rhonki Basah Kasar

(+/+), Wheezing (+/+) Bunyi Jantung I-II reguler

murni, Murmur (-), Gallop (-)

Abdomen : Inspeksi : Datar

Auskultasi: Bising usus /(+) Normal

Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba

membesar, turgor kulit cukup.

Perkusi : Hipertimpani

Ekstremitas : Akral hangat (-), edema (-), capillary refil time < 2”, sianosis

pada ujung – ujung jari (-)

4
1.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Darah saat pasien di IGD (07-02-2019)

Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan


10,8
Hb (gr/dL)
34,4
HCT
76
MCV (fL)
24,0
MCH (pg)
31,5
MCHC (gr/dL)
WBC (103/uL) 24,9
51,8%
Lym
0,3%
Eos
23%
Bas
25
LED
349
PLT (103/dL)

Pemeriksaan Radiologi (Tanggal 07 -02-2019) Hasil Foto :


 Cor tidak besar dan bentuk
normal
 Pulmo :
- Tampak patchyinfiltrate di
parahiler dan parakardial
kanan.
- Bronkovaskuler pattern
prominen dengan
penebalan hilus kanan kiri
- Sinus costophrenicus
kanan kiri tajam
- Tulang dan soft tissue
normal
- Trakea di tengah
Kesimpulan :
- Bronchopneumonia,peneba
lan hilusbilateral dapat
merupakan
limphedenopathy

5
1.4 DAFTAR MASALAH

 Demam

 Batuk

 Sesak

1.5 DIAGNOSA KERJA

Bronkopneumonia, DD : Bronkiolitis,bronkitis.Asma bronkial.

1.6 PERENCANAAN

1.6.1 Diagnostik

- Darah Lengkap ulang (DL)

1.6.2 Terapi

- Inf. D5 1/4 NS 10 Tetes Per Menit Mikro

- Inj. Antrain 3x100mg

- Inj. Ampicillin 4x200 mg

- Inj. Gentamicin 1x60 mg

- PO Sanmol 4-6x 0,9 ml

- Neb (Ephi 0,5 + Vent 0,5 + Pz 2cc) 3x/hari

1.6.3 Monitoring

- Tanda-tanda vital

- Observasi Keadaan Umum (sesak dan demam)

1.6.4 Edukasi

- Edukasi keluarga tentang keadaan pasien

- Edukasi keluarga agar mematuhi pengobatan

6
- Menjelaskan kepada keluarga tentang penyakit pasien, bahaya

penyakit, pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan, terapi yang

akan diberikan dan pencegahan penyakit.

- Setelah KRS orang tua diminta kontrol, untuk mengetahui

perkembangan kesembuhan dari pasien, dan mencegah perburukan

dari penyakitnya.

- Langkah promotif/preventif: asupan nutrisi tetap diberikan sama

seperti keadaan anak saat sehat dan mengurangi makanan yang

banyak mengandung pengawet, pemanis buatan, dan pewarna

makanan,kebersihan perorangan, kebersihan lingkungan, mengajak

anak untuk aktif berolahraga seperti diajak berjalan saat pagi hari,

untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak.

- Ayahnya dianjurkan agar tidak merokok

FOLLOW UP

Hari/Tanggal : Senin (03 Desember 2018)


S : Demam (+), batuk (+), sesak (+)

O : Kesadaran : Komposmentis

KU Cukup

Vital Sign : Denyut Nadi : 110 x/m, Reguler

Respirasi : 22 x/m, Reguler

Subu Badan : 36,6°C di axilla

Kepala/Leher : Normosefal, tidak ada deformitas, rambut hitam,

Palpebra simetris, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak

ikterik, Reflek Cahaya Langsung +/+, Refleks Cahaya

7
Tak Langsung +/+, mata tidak cekung, terdapat air mata,

pernafasan cuping hidung (-), Pembesaran kelenjar

getah bening (-), tidak nyeri.

Paru : Inspeksi : Tidak ada kelainan bentuk dada,

pergerakan dada simetris, retraksi (+)

Palpasi : Tidak di evaluasi

Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru

Auskultasi : vesikuler, rhonki (+/+), wheezing (-/-)

Jantung : Inspeksi : Iktus kordis tak terlihat

Palpasi : Iktus cordis teraba

Perkusi : Tidak diperiksa

Auskultasi : BJ I-II normal, tidak ada murmur, tidak

ada gallop

Abdomen : Inspeksi : Tampak datar

Auskultasi : Bising usus normal 2-

3kali/menit

Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan, hepar tidak

teraba. Lien tidak teraba, turgor kulit

baik.

Perkusi : timpani, shifting dullness (-)

Ekstremitas : Akral teraba Hangat, udem (-), sianosis (-),CRT <2 detik

A : Bronkopneumoni

P : - Inf. D51/2NS 32 tetes per menit mikro Monitoring

- Inj. Cefotaxim 2x400 mg (Intravena)

8
- Inj. Ranitidin 2x8 mg (Intravena) - Tanda-tanda vital
- Inj. Gentamicin 3x20 mg (Intravena) - Observasi Keadaan
- Inj. Paracetamol 3x80 mg (Intravena) Umum (sesak dan
- Nebu combivent : NaCl (1/2 amp : 2 cc)/6 jam demam)
- Puasa

Hari/Tanggal : Jumat, 19 Januari 2016

S : Demam (-), Batuk (+), Sesak (+)↓

O : Kesadaran : Komposmentis

Keadaan Tampak sakit sedang, tidak tampak lemas

umum

Vital Sign : Denyut Nadi : 124 x/m, Reguler, Kuat Angkat

Respirasi : 62 x/m, Reguler, Dalam

Subu Badan : 36,8°C di axilla dextra , posisi

terlentang

Kepala/Leher : Normosefal, tidak ada deformitas, rambut hitam,

persebaran merata, tidak mudah dicabut, ubun-ubun

tertutup, Palpebra simetris, konjungtiva tidak pucat,

sklera tidak ikterik, Reflek Cahaya Langsung +/+,

Refleks Cahaya Tak Langsung +/+, mata tidak cekung,

terdapat air mata, pernafasan cuping hidung (+),

Pembesaran kelenjar getah bening (+) di bawah regio

colli, Jumlah 2, mobile, ukuran ≥ 1 mm, tidak nyeri,

tidak panas

9
Paru : Inspeksi : Tidak ada kelainan bentuk dada,

pergerakan dada simetris, retraksi (+)↓

Palpasi : Tidak di evaluasi

Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru

Auskultasi : vesikuler, rhonki (+/+)↓, wheezing (-

/-)

Jantung : Inspeksi : Iktus kordis tak terlihat

Palpasi : Iktus cordis teraba

Perkusi : Tidak diperiksa

Auskultasi : BJ I-II normal, tidak ada murmur, tidak

ada gallop

Abdomen : Inspeksi : Tampak datar

Auskultasi : Bising usus normal 2-

3kali/menit

Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan, hepar tidak

teraba. Lien tidak teraba, turgor kulit

baik.

Perkusi : timpani, shifting dullness (-)

Ekstremitas : Akral teraba Hangat, udem (-), sianosis (-),CRT <2

detik

A : Bronkopneumoni

P : - O2 Nasal 1-2 Liter per menit canule Monitoring

- IVFD D51/2NS 32 tetes per menit mikro - Tanda-tanda vital


- Inj. Cefotaxim 2x400 mg (Intravena)

10
- Inj. Ranitidin 2x8 mg (Intravena) - Observasi Keadaan

- Inj. Gentamicin 3x20 mg (Intravena) Umum (sesak, batuk

- Inj. Paracetamol 3x80 mg (Intravena) dan demam)

- Nebu combivent : NaCl (1/2 amp : 2 cc)/6 jam

Hari/Tanggal : Sabtu, 20 Januari 2016

S : Demam (-), Batuk (+)↓, Sesak (+) ↓

O : Kesadaran : Komposmentis

KU Tampak sakit sedang, tidak tampak lemas

Vital Sign : Denyut Nadi : 102 x/m, Reguler, Kuat Angkat

Respirasi : 50 x/m, Reguler, Dalam

Subu Badan : 36,8°C di axilla dextra , posisi terlentang

Kepala/Leher : Normosefal, tidak ada deformitas, rambut hitam, persebaran merata,

tidak mudah dicabut, ubun-ubun tertutup, Palpebra simetris,

konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, Reflek Cahaya

Langsung +/+, Refleks Cahaya Tak Langsung +/+, mata tidak

cekung, terdapat air mata, pernafasan cuping hidung (+),

Pembesaran kelenjar getah bening (+) di bawah regio colli, multipel

(> 1), mobile, ukuran ≥ 1 mm, tidak nyeri, tidak panas, perabaan

kenyal.

Paru : Inspeksi : Tidak ada kelainan bentuk dada, pergerakan dada

simetris, retraksi (+)

Palpasi : Tidak di evaluasi

Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru

Auskultasi : vesikuler, rhonki (+/+)↓, wheezing (-/-)

11
Jantung : Inspeksi : Iktus kordis tak terlihat

Palpasi : Iktus cordis teraba

Perkusi : Tidak diperiksa

Auskultasi : BJ I-II normal, tidak ada murmur, tidak ada gallop

Abdomen : Inspeksi : Tampak datar

Auskultasi : Bising usus normal 2-3kali/menit

Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan, hepar tidak teraba. Lien

tidak teraba, turgor kulit baik.

Perkusi : timpani, shifting dullness (-)

Ekstremitas : Akral teraba Hangat, udem (-), sianosis (-),CRT <2 detik

A : Bronkopneumoni + TB Paru Aktif

P : - O2 Nasal 1-2 Liter per menit canule Monitoring

- IVFD D51/2NS 32 tetes per menit mikro - Tanda-tanda vital


- Inj. Cefotaxim 2x400 mg (Intravena) - Observasi Keadaan Umum
- Inj. Ranitidin 2x8 mg (Intravena) (sesak dan demam)
- Inj. Gentamicin 3x20 mg (Intravena) Rencana :
- Inj. Paracetamol 3x80 mg (Intravena) OAT RHZ 1x1 pulv
- Nebu combivent : NaCl (1/2 amp : 2 cc)/6 jam

- Boleh minum sedikit-sedikit

- Foto Thoraks AP

12
BAB II

PEMBAHASAN

Seorang pasien anak laki-laki, usia 9 bulan, BB 9 kg datang ke RS dengan

keluhan demam tinggi terus menerus sejak sabtu pagi (4 hari), disertai batuk

berdahak ( batuk grok grok ) dan pilek 5 hari sebelum masuk Rumah Sakit,batuk darah

(-), sesak sejak 2 hari SMRS,keluhan lain seperti rewel (+), gelisah (+), lemas, nafsu

makan/minum menurun.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan yaitu kesadaran composmentis, keadaan

umum pasien tampak sesak, Vital sign : Respiratory Rate 66 x/m, dan Suhu axilla

38˚C. Inspeksi ditemukan pernapasan cuping hidung minimal dan retraksi dinding

dada supraclavikula serta rhinore dan pada auskultasi di dapatkan Rhonki dan

whezing. Pemeriksaan fisik yang lain dalam batas normal.

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik tersebut didapatkan diagnosis kerja

Bronkopneumonia. Disebut Bronkopneumonia karena didapatkan gejala yang

mengarah pada infeksi umum dari bronkopneumonia, yaitu gejala (demam, gelisah,

malaise, penurunan nafsu makan) dan gejala respiratori (batuk dan sesak), dan

pemeriksaan penunjang rontgen toraks didapatkan hasil Bronkopneumonia.

Pneumonia adalah infeksi akut parenkim paru yang meliputi alveolus dan

jaringan interstial. World Health Organization (WHO) mendefenisikan hanya

berdasarkan penemuan klinis yang didapat pada pemeriksaan inspeksi dan frekuensi

nafas. Bronkopneumonia adalah bercak-bercak infiltrat difus merata pada kedua paru

(dapat meluas hinnga daerah perifer paru) disertai dengan peningkatan corakan

peribronkial. Berbagai mikrooranisme dapat menyebabkan pneumonia, antara lain

13
virus, jamur dan bakteri S. pneumonia merupakan penyebab tersering pneumonia

bakterial pada semua kelompok umur. Virus ( Respiratory Syncytial Virus) lebih

sering ditemukan pada anak kurang dari 5 tahun. Virus ( Respiratory Syncytial Virus)

merupakan virus penyebab tersering pada anak kurang dari 3 tahun. Pada umur lebih

muda, adenovirus, parainfluenza virus, influenza virus juga ditemukan. Mycoplasma

pneumonia dan Chlamydia pneumonia, lebih sering ditemukan pada anak-anak, dan

biasanya merupakan penyebab tersering yang ditemukan pada anak lebih dari 10

tahun.1,2

Tabel 1. Microbial Causes of Community-Acquired Pneumonia in Childhood.


Acute Pneumonia and Its Complications. Clinical Syndromes and Cardinal Features
of Infectious Diseases

Sebagian besar gambaran klinis pneumonia pada anak berkisar antara ringan

hingga sedang, sehingga dapat berobat jalan saja. Hanya sebagian kecil yang berat,

mengancam kehidupan, dan mungkin terdapat komplikasi sehingga memerlukan

perawatn di RS. Pada pasien ini diindikasikan untuk rawat inap karena terdapat

14
distress pernapasan (pernapasan cuping hidung, retraksi supraclavikula, takipneu)

dan penurunan nafsu makan/minum.3

Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat –

ringannya infeksi tetapi secara umum adalah sebagai berikut3:

- Gejala infeksi umum, yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan

napsu makan, keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah atau diare; kadang-

kadang ditemukan gejala infeksi ekstrapulmoner

- Gejala gangguan respiratori, yaitu batuk, sesak napas, retraksi dada, takipneu,

napas cuping hidung, merintih dan sianosis.

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda klinis seperti pekak perkusi, suara

napas melemah, dan rhonki. Akan tetapi pada neonatus dan bayi kecil, gejala dan

pneumonia lebih beragam dan tidak selalu jelas terlihat. Pada perkusi dan auskultasi

paru umumnya tidak ditemukan keluhan.3,4

Pneumonia pada anak umunya didiganosis berdasarkan gambaran klinis yang

menunjukkan keterlibatan sistem respiratori, serta gambaran radiologis. Prediktor

paling kuat adanya pneumonia adalah demam, sianosis dan lebih dari satu gejala

respiratori sebagai berikut : takipneu, batuk, napas cuping hidung, retraksi, ronki dan

suara napas melemah. Napas cepat dinilai dengan menghitung frekuensi napas selama

satu menit penuh ketika bayi/anak dalam keadaan tenang. Sesak napas dapat dilihat

dengan adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam ketika menarik napas

(retraksi epigastrium).3,4

Diagnosis bronkopneumonia pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis,

dan pemeriksaan fisik. Pada anamnesis terhadap ibu pasien (heteroanamnesis)

didapatkan keterangan yang mengarah pada gejala infeksi umum dari

15
bronkopneumonia, yaitu gejala infeksi umum (demam, gelisah, malaise, penurunan

nafsu makan) dan gejala respiratori (batuk dan sesak). Manifestasi klinis

bronkopneumoni didahului beberapa hari dengan gejala infeksi saluran pernapasan

atas (ISPA), yaitu batuk dan rinitis (pada pasien ini didahului dengan batuk),

peningkatan usaha bernafas, demam tinggi mendadak (pada pneumonia bakteri), dan

penurunan nafsu makan. Keluhan yang paling menonjol pada pasien dengan

bronkopenumoni adalah demam, batuk serta sesak. 4

Dari pemeriksaan fisik didapatkan pada Vital sign : Respiratory Rate 66x/m yang

merupakan nilai prediktif positif bronkopneumonia dari 45%, dan Suhu axilla 38˚C.

inspeksi ditemukan pernapasan cuping hidung, dan retraksi supraclavikula yang

merupakan usaha pernapasan pada anak untuk mengatasi obstruksi dan pada auskultasi

di dapatkan Rhonki ksar dan whezing5

Foto toraks tidak direkomendasikan untuk dilakukan secara rutin pada anak

dengan infeksi saluran nafas bawah akut ringan. Pemeriksaan dilakukan pada

penderita pneumonia yang dirawat inap atau bila tanda klinis yang membingungkan.

Foto torak ulang hanya dilakukan bila didapatkan atelektasis, kecurigaan terjadi bila

kompilkasi pneumonia berat, gejala yang menetap atau memburuk, atau tidak respon

terhadap antibiotik.2 Tetapi foto rontagen toraks AP dan Lateral dapat dilakukan jika

pada pasien ditemukan tanda dan gejala klinik distres pernapasan seperti takipneu,

batuk, dan ronki dengan atau tanpa suara napas yang melemah. Pada pasien di

lakukan pemeriksaan foto thoraks karena ditemukan tanda dan gejala klinik distres

pernapasan seperti takipneu, batuk, dan ronki,whezing dengan atau tanpa suara napas

yang melemah.1

16
Pasien ini didiagnosis banding dengan Bronkiolitis. Bronkiolitis adalah

penyakit IRA-bawah yang ditandai dengan adanya inflamasi pada bronkiolitis.

Umumnya, infeksi tersebut disebabkan oleh virus. Secara klinis ditadai dengan

episode pertama wheezing pada bayi yang didahului dengan gejala IRA. Diagnosis

dapat ditregakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium

dan pemeriksaan penunjang lainnya. Gejala awal berupa infeksi respiratori atas akibat

virus, seperti pilek ringan, batuk dan demam. Satu hingga dua hari kemudian timbul

batuk yang disertau dengan sesak napas. Selanjunya dapat di temukan wheezing,

sianosis dan penurunan nafsu makan. Pemeriksaan fisik pada anak yang mengarah ke

diagnosis bronkiolitis adalah adanya takipneu, takikardi dan penigkatan suhu di atas

38 ˚c, selain itu dapat juga ditemukan konjungtivitis ringan dan faringitis. Pada

pemeriksaan auskultasu paru ditemukan ronki dan whezing. Sianosis dapat terjadi

dan bila gejala menghebat, dapat terjadi apneu, terutama pada bayi berusia < 6

minggu. Pada foto rontgen toraks didapatkan gambaran hiperinflasi dan infiltrat,

tetapi gambaran ini tidak spesifik dan dapat ditemukan pada asma, pneumonia viral

atau atipikal dan aspirasi.1,5

Kultur bakteri perlu dilakukan untuk mengetahui bakteri penyebab sehingga

dapat ditentukan antibiotik spesifik untuk mengatasi bronkopneumonia. Namun

ternyata dengan pemberian antibiotik spektrum luas (Cefotaxim dan Gentamisin),

terlihat perbaikan klinis sehingga dipikirkan untuk tidak perlu dilakukan kultur

bakteri.6,7

Pasien dipasang infus, dengan caiaran yang terpasang adalah D5 ½ NS 32 tpm

mikro. Cairan ini diindikasikan untuk mengatasi dehidrasi, menambah kalori dan

17
mengembalikan keseimbangan elektrolit. Komposisinya per 1000 mL glukosa 55

gram, NaCl 2,25 gram dan air untuk larutan injeksi 1000 mL.8

Pada pasien ini diberi antibiotik, Injeksi Cefotaxime 2x400 mg (i.v), inj

Getamisisn 1x20mg (i.v) dan injeksi Ranitidin 2x8 mg (i.v). Terapi antibiotik ini

ditujukan untuk penanganan bronkopneumonia. Cefotaxime merupakan antibiotik

golongan sefalosporin berspektrum luas. Infeksi traktus respiratorius bawah, infeksi

kulit atau struktur kulit, infeksi tulang dan sendi, infeksi, infeksi itra-abdomen, dan

infeksi traktus genitourinarius. Cefotaxime sangat aktif terhadap berbagai kuman

Gram positif maupun Gram-negatif aerobik. Dosis Cefotaxim 50-100 mg/kgBB

dibagi dalam 2-4 dosis. Pada bronkopneumonia, dengan pemberian antibiotika yang

memadai dan dimulai secara dini pada perjalanan penyakit tersebut, maka mortalitas

bronkopneumonia akibat bakteri pneumococcus selama masa bayi dan masa kanak-

kanak sekarang menjadi kurang dari 1% dan selanjutnya morbiditas yang berlangsung

lama juga menjadi rendah.9

Injeksi Gentamisin bersifat bakterisid yang aktif terutama terhadap gram

negatif termasuk Pseudomonas aerogenosa, Proteus serrati. Indikasi pemberian pada

pneumonia, kolesistiis, peritoniti, septiemia, pyelonefriti, infeksi kulit, inflmasi pada

tulang panggul, endokarditi, meningiti, listeriosis, tularaemia, brucellosis,

pencegahan infeksi setelah pembedahan. Injeksi ranitidin 2x8 mg (i.v) diindikasikan

untuk ulkus gaster ringan, ulkus duodenum ringan, ZollingerEllison, keadaan yang

menimbulkan hipersekresi lambung, reflks gastro-esofageal (RGE).

Dosis neonates IV : 1 mg/kgBB/dosis setip 6 – 8 jam, Oral : 2 – 4 mg/kgBB/dosis

setip 8 –12 jam Anak : 2 – 4 mg/kgBB/kali setip 8 – 12 jam.10

18
Pada pasien ini diberi terapi Nebulizer combivent per 6 jam. Penggunaan

bronkodilator masih menjadi perdebatan. Alasan yang kurang mendukung pemberian

bronkodilator adalah karena pada usia bayi peran bronkodilator kurang jelas. Pada

keadaan bronkopneumonia dan bronkiolitis, yang dominan adalah inflamasinya,

bukan bronkokonstriksinya, sehingga pemberian bronkodilator kurang bermanfaat.11

Pada hari perawatan I, pasien masih sesak, panas, dan batuk, serta dipuasakan.

Pada pemeriksaan fisik masih ditemukan pernapasan cuping hidung, retraksi dan

rhonki. Terapi pada pasien ini dilanjutkan. Perbaikan klinis terlihat pada hari

perawatan 2, dimana sesak dan batuk sudah berkurang. Pada hari perawatan 3, selain

berkurangnya sesak dan batuk, pch, retraksi, dan rhonki juga ikut berkurang. Pada

Hari Ke-3 ini pasien juga diperbolehkan untuk minum ASI dan juga pasien

direncanakan untuk Foto Thoraks.

Mengenai riwayat tumbuh kembang, pasien berumur 9 bulan, sehingga

berdasarkan perkembangan Denver II balita dan anak prasekolah, idealnya pasien

sudah bisa Berdiri dengan pegangan, duduk tanpa pegangan, mengangkat kepala

setinggi 45º, menggerakan kepala dari kiri/kanan menuju tengah, melihat dan

menatap wajah, mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengaceh, suka tertawa

keras, bereaksi terkejut dengan suara keras, membalas tersenyum, ketika diajak bicara

atau tersenyum, dan mengenal ibu dengan penglihatan, penciuman, pendengaran,

kontak, berusahan mencapai mainan, tepuk tangan, mengamati tanganya.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Retno AS, Landia S, Makmuri MS. Pneumonia. Divisi Respirologi Bagian Ilmu

Kesehatan Anak FK Unair RSU Dr.Soetomo Surabaya.

2. Tanto C, Liwang F, Hanafati S, Pradipta EA. Kapita selekta kedokteran edisi IV

Jilid 1. Media Aesculapius Jakarta 2014

3. Supriyatno B, Kaswandani N. Terapi inhalasi pada penyakit respiratori. Dalam: Rahajoe

NN, Supriyatno B, Setyanto DB. Buku ajar respirologi anak. Edisi ke-1. Jakarta: IDAI;

2010. h. 350-365.

4. Marcdante KJ, et al. Nelson essentials of pediatrics. 6th ed. Philadelphia:

Saunders. 2011.

5. Zain MS. Bronkiolitis. Dalam: Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB. Buku

Ajar Respirologi anak. Edisi ke-1. Jakarta: IDAI; 2010. h. 333-47.

6. Kartasasmita B Cissy. Tuberkulosis. Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi ke 1.

Jakarta: IDAI; 2010. h. 16 – 168

7. Hazinski TA. The respiratory system. Dalam: Rudolph AM, Rudolph CD,

Hostetter MK, Lister G, Siegel NJ, penyunting. Rudolph’s pediatrics. Edisi ke-21.

New York: McGraw-Hill; 2003. h. 1910-1.

8. Wida D5 ¼ NS. Diunduh 26 Januari 2016 dari www.apotik.meidcastrore.com

9. British Thoracic Society. 2013. Guidelines for the management of community ac


quired pneumonia in childhood. Thorax. 57(Suppl 1) :1-24.
10. Formularium Spesialistik Ilmu Kesehatan Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia

2012; H. 83-85

11. Wilson LM. Tanda dan gejala penting pada penyakit pernapasan. Dalam: Price

SA, Wilson LM. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi ke-6.

Jakarta: EGC; 2005. h. 773-80.

20

Anda mungkin juga menyukai