Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Organisasi Pembibitan
Pengertian organisasi adalah wadah untuk sekelompuk individu untuk berinteraksi dalam
wewenang tertentu. Organisasi yang dibentuk terdiri dari berbagai kelompok yang
memiliki kepentingan bersama untuk mencapai tujuan tertentu secara bersama.
Organisasi pada dasarnya merupakan tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul,
bekerjasama secara rasional dan sistematis, terkendali, dengan memanfaatkan sumber
daya (dana, material, lingkungan, metode, sarana, prasarana, data) dan lain sebagainya
yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan bersama.
Unsur-unsur Organisasi
1
Organisasi memiliki unsur-unsur tertentu, yaitu :
Sebagai wadah atau tempat untuk bekerja sama, artinya : Organisasi pembibitan
merupakan suatu wadah atau tempat dimana orang-orang dapat bersama untuk
memproduksi bibit yang bermutu.
Proses kerja sama antar dua orang atau lebih, artinya : Organisasi pembibitan, selain
merupakan tempat kerja sama juga merupakan proses kerja sama sedikitnya antar dua
orang atau lebih secara bersama melakukan kegiatan produksi bibit.
Fungsi Organisasi
Dalam mencapai maksud dan tujuan organisasi persemaian, ada 4 fungsi organisasi yang
sangat perlu diperhatikan berkaitan dengan manajemen organisasi, yakni:
a. perencanaan
Hal yang berkaitan dengan perencanaan dalam organisasi pembibitan diantaranya dalah
rencana-rencana yang disusun oleh pengelola persemaian, seperti rencana kerja atau
kegiatan, anggaran yang diperlukan, dan teknis pelaksanaannya.
2
b. Pengaturan
Dalam hal pengaturan, unsur yang perlu diperhatikan & diwujudkan adalah :
- Struktur Organisasi mampu menunjukkan bagaimana hubungan antara
organisasi/bagian/seksi yang satu dengan yang lain.
- Uraian tugas yang jelas yang mampu menjelaskan tugas masing-masing bagian.
- Bentuk Koordinasi antar bagian dalam organisasi.
- Penataan dan Pendataan Arsip & Inventaris Organisasi harus diatur dan ditata
dengan baik administrasi organisasi, seperti surat masuk, surat keluar, laporan-
laporan, proposal keluar, data anggota,, absensi, hasil rapat, inventarisasi yang
dimiliki, perangkat yang dipinjam dll.
c. pelaporan
Pelaporan merupakan unsur wajib yang harus dilakukan untuk menunjukkan sikap & rasa
tanggung jawab dari masing-masing bidang pengurus kepada anggotanya ataupun kepada
struktur yang berada diatasnya. Contoh :
- Laporan Perkembangan Kegiatan atau
- Laporan Pertanggung Jawaban Kegiatan
4. pengawasan
Tugas organisasi ataupun pimpinan organisasi yang tidak boleh terlewatkan adalah
melakukan pengawasan terhadap aktifitas organisasi ataupun realisasi kegiatan dan
penggunaan anggaran.
Struktur Organisasi pembibitan adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian
yang ada pada persemaian atau perusahaan pembibitan dalam menjalankan kegiatan
operasional. Struktur Organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan
pekerjaan antara yang satu dengan yang lain dan bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi
dibatasi. Dalam struktur organisasi yang baik harus menjelaskan hubungan wewenang
siapa melapor kepada siapa.
3
1. Adanya spesialisasi kegiatan kerja
2. Adanya standardisasi kegiatan kerja
3. Adanya koordinasi kegiatan kerja
4. Besaran seluruh organisasi.
4
contoh :
Manager
Persermaia
nn Pelaksana ADM
dan
Keuangan
Pelaksana PelaksanaT
Sarana dan Prasarana
eknis
Persemaian
5
media
7. Mandor Pemeliharaan Bibit Mengawasi pelaksanaan produksi dan
pemeliharaan bibit
8. Mandor Distribu§l Bibit Mengawasi pelaksanaan pendistribusian
bibit
Tata usaha pembibitan meliputi Tata Usaha Pembuatan Bibit dan Tata Usaha Pengedaran
Bibit, untuk bibit yang menggunakan benih yang berasal dari sumber benih bersertifikat
dan ditujukan untuk diperdagangkan.
Tata usaha pembuatan bibit meliputi tata usaha perencanaan pembuatan bibit dan tata
usaha pembuatan bibit.
1) Pihak pengada bibit yang akan melaksanakan pembuatan bibit wajib membuat
perencanaan pembuatan bibit.
6
b. Tata usaha pembuatan bibit
Tata usaha pengedaran bibit meliputi tata usaha pembelian bibit (bilamana dilakukan
pembelian), tata usaha pengedaran bibit dan tata usaha penilaian mutu bibit.
1) Penyediaan bibit oleh pengedar bibit dapat dilakukan dengan cara pembelian bibit dari
pembuat bibit yang dibuktikan dengan surat pengiman bibit (Blanko RLPS Bt 013)
dan keterangan asal usul benih (Blanko RLPS Bn 008).
2) Surat pengiriman bibit dan keterangan asal usul benih selanjutnya diarsipkan sebagai
dokumen penerimaan bibit
3) Bibit yang diterima dan didistribusikan oleh pengedar bibit selanjutnya dicatat dalam
catatan mutasi bibit sebagaimana blanko RLPS Bt 012.
4) Catatan mutasi bibit disampaikan kepada Dinas Kabupaten/ Kota setempat dengan
tembusan kepada Balai untuk setiap 6 (enam) bulan.
7
2) Surat pengiriman bibit ditujukan kepada pembeli bibit dengan tembusan Balai dan
Dinas Kabupaten/Kota di mana pengada bibit dan pembeli bibit berdomisili.
Hasil penilaian mutu bibit dibuktikan dengan sertifikat mutu bibit yang diterbitkan oleh
instansi yang berwenang.
8
9
10
11
12
13
14
15
C. Standar Mutu Bibit
Hingga saat ini penilaian bibit tanaman hutan secara operasional mengacu pada
Peraturan Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial (Perdirjen
RLPS) No. P.05/V-Set/2009 tentang Pedoman Sertifikasi Mutu Bibit Tanaman Hutan.
Dalam peraturan tersebut, bibit berkualitas adalah bibit yang memenuhi standar mutu,
baik mutu genetik dan mutu fisik-fisiologis. Mutu genetik didasarkan pada kelas
sumber benihnya sedangkan mutu fisik-fisiologi didasarkan pada kesehatan, batang
berkayu, diameter batang, tinggi, kekompakan media, jumlah daun dan umur.
Pada Perdirjen RLPS No. P.05/V-Set/2009 jenis yang tercantum dalam standar
tersebut sebanyak 13 jenis yang dikategorikan dalam dua kelompok, yaitu :
16
- jenis cepat tumbuh (Acacia spp., Eucalyptus spp.,Anthocephalus spp., Gmelina
arborea, dan Paraserianthes falcataria) dan
- jenis lambat tumbuh (Altingiaexcelsa, Tectona grandis, Shorea spp., Swietenia
spp., Pinus spp.).
Sementara pada SNI mutu bibit baru memuat 7 jenis, yaitu Acacia mangium,
Eucalyptus urophylla, Gmelina arborea, Paraserianthes falcataria, Pinus merkusii,
Shorea sp. (meranti) dan Shorea stenoptera (tengkawang) (Badan Standardisasi
Nasional, 2005).
17
Standar persyaratan khusus mutu bibit untuk beberapa jenis tanaman hutan tersebut
tertulis pada Tabel 1.
18
Alur pemeriksaan mutu bibit berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal RLPS No.
P.05/V-Set/2009
19
D. Prosedur Sertifikasi Mutu Bibit
Prosedur dan tata cara penilaian bibit secara yuridis berdasarkan Keputusan Direktur
Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Nomor:089/Kpts/V/2003 , tentang
Pedoman Sertifikasi Mutu Bibit Tanaman Hutan. Dalam keputusan tersebut maka
tahapan-tahapan yang harus dilalui pada saat akan dilakukan penilaian terhadap bibit
yang diproduksi baik oleh perorangan, koperasi, BUMN/BUMD/BUMS serta lembaga
lainnya yaitu:
1. Pemohon mengajukan surat permohonan kepada lembaga berwenang untuk menilai
bibit yang diproduksi. Pemohon tidak dibatasi oleh apapun dapat perorangan,
koperasi BUMD/BUMN/BUMS maupun lembaga lainnya. Beberapa data dan
informasi yang harus disampaikan adalah:
a. Nama pemilik persemaian dan alamat lengkap;
b. Asal usul bibit tersebut, apakah berasal dari sumber benih yang telah disertifikasi
atau bersumber dari sumber yang tidak jelas. Jika berasal dari sumber benih
bersertifikat maka bibit tersebut dapat memperoleh sertifikat mutu bibit, jika
tidak jelas maka bibit tersebut hanya akan memperoleh surat keterangan hasil
pemeriksaan;
c. Luas persemaian, jenis lot bibit, jumlah bedeng, jumlah bibit, alamat lokasi
persemaian, fasilitas persemaian.
d. Teknik perbanyakan, tanggal penyemaian/perbanyakan;
e. Struktur organisasi persemaian, tenaga kerja;
f. Distribusi bibit;
g. Dokumen proses produksi bibit.
2. BPTH membentuk tim yang akan diturunkan ke lapangan untuk memeriksa bibit
yang diajukan untuk dinilai. Setiap tim harus membawa kelengkapan administrasi
yang menyatakan legalitas dari tim yang memeriksa (surat jalan maupun SK
penetapan dari Kepala Balai Perbenihan Tanaman Hutan).
3. Melakukan koordinasi dengan pihak terkait (baik produsen maupun instansi daerah
yang terkait seperti dinas Kab/Kota dimana persemaian berada).
20
4. Penerbitan sertifikat atau surat keterangan sertifikat dapat diterbitkan apabila bibit
yang diproduksi berasal dari benih yang digunakan dari sumber benih bersertifikat.
Sedangkan surat keterangan diterbitkan apabila benih yangdigunakan untuk
memproduksi bibit bukan berasal dari sumber benih bersertifikat.
Sertifikat ataupun surat keterangan dapat digunakan sebagai landasan bagi pemohon
untuk memiliki kekuatan yuridis mengenai kualitas bibit yang diproduksi. Sedangkan
bagi pihak konsumen sendiri merupakan bukti dan fakta yang dapat memiliki jaminan
dan kondisi bibit yang digunakan.
21
22
23
24
25
26
27
28