Kti 2014 Post Orif Komplit PDF
Kti 2014 Post Orif Komplit PDF
DISUSUN OLEH :
i
PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAMTERHADAP
INTENSITAS NYERI PADA ASUHAN KEPERAWATAN TN. G
DENGANPOSTORIF FRAKTUR KLAVIKULA DEXTRA
DI BANGSAL FLAMBOYAN
RSUDSUKOHARJO
DISUSUN OLEH :
i
ii
NIM : P.11068
SUKOHARJO”
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-
benar hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran
orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebutsesuai
LEMBAR PERSETUJUAN
NIM : P.11068
SUKOHARJO”
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Ditetapkan di :
Hari/ Tanggal :
HALAMAN PENGESAHAN
Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan : Surakarta
Hari/Tanggal : Kamis / 22 Mei 2014
DEWAN PENGUJI
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
terhormat :
2. Meri Oktariani, S.Kep.,Ns, M.Kep, selaku Sekretaris Ketua Program studi DIII
v
5. Semua dosen Program studi DIII Keperawatan Stikes Kusuma Husada
6. Ayah dan Ibu, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk
menyelesaikan pendidikan.
Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu,
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
B. AsuhanKeperawatan ............................................................. 14
C. Nyeri ...................................................................................... 21
D. TeknikRelaksasi .................................................................... 29
A. Identitas Pasien...................................................................... 32
B. Pengkajian ............................................................................. 32
C. PolaKesehatanFungsional ..................................................... 34
vii
D. Terapi.......................................................... .......................... 39
E. PerumusanMasalahKeperawatan .......................................... 39
F. PerencanaanKeperawatan ..................................................... 40
G. Implementasi ......................................................................... 41
H. Evaluasi ................................................................................. 43
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian.............................................................................. 45
B. Diagnosa Keperawatan........................................................... 50
C. Intervensi Keperawatan.......................................................... 53
D. Implementasi Keperawatan.................................................... 56
E. Evaluasi.................................................................................. 57
A. Kesimpulan............................................................................. 60
B. Saran....................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Skala deskriptif......................................................................... 28
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 4 Jurnal
x
BAB I
PENDAHULUAN
bersifat total maupun sebagian. Fraktur dikenal dengan istilah patah tulang.
Fraktur disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan, sudut, tenaga,
keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah
fraktur yang terjadi tersebut lengkap atau tidak lengkap (Muttaqin, 2008).
disebabkan oleh trauma langsung dan tidak langsung pada posisi lengan
Amerika Latin (41,7 %), Korea Selatan (21,9 %), Thailand (21 %) (Nasution,
pada tahun 2011 sebanyak 176.763 orang, sedangkan 2012 sebanyak 197.560
orang. Dalam setiap 9,1 menit sekali terjadi satu kasus kecelakaan dijalan raya.
WHO mencatat hingga saat ini sebanyak 50 juta orang lainnya menderita luka
1
2
Tindakan operasi terdiri dari reposisi terbuka, fiksasi interna dan reposisi
adalah suatu sensori yang tidak menyenangkan dari suatu emosional disertai
secara menyeluruh (Ningsih, 2009). Intensitas nyeri bervariasi mulai dari nyeri
proses rehabilitasi pasien tertunda dan hospitalisasi lama. Hal ini karena pasien
nyeri pada pasien post operasi fraktur klavikula dextra dapat dilakukan dengan
terutama pada pasien yang mengalami nyeri. Teknik relaksasi nafas dalam
pernafasan, frekuensi jantung dan ketegangan otot. Hal ini terjadi karena
relative kecilnya peran otot-otot skeletal dalam nyeri pasca operasi atau
kebutuhan pasien untuk melakukan teknik relaksasi nafas dalam secara efektif.
Teknik relaksasi nafas dalam perlu diajarkan beberapa kali agar mencapai hasil
yang optimal dan perlunya instruksi menggunakan teknik relaksasi nafas dalam
pasien fraktur di RSUP PROF Dr. R.D Kandou Manado pada tahun 2013
didapatkan hasil bahwa pemeriksaan nyeri, klien mengatakan nyeri pada bahu
kanan, nyeri dirasakan saat bergerak, skala nyeri 6, nyeri hilang timbul 5-10
menit. Klien belum pernah diajarkan teknik relaksasi nafas dalam untuk
mengurangi nyeri.
4
Terhadap Intensitas Nyeri pada Tn. G dengan Post ORIF Fraktur Klavikula
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
nyeri pada Tn. G dengan post orif fraktur klavikula dextra di bangsal
2. Tujuan Khusus
e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Tn.G dengan post orif fraktur
klavikula dextra.
3. Manfaat Penulisan
d. Bagi Penulis
1. Sebagai sarana dan alat untuk mengurangi nyeri pada pasien post orif
TINJAUAN TEORI
A. Fraktur
1. Pengertian Fraktur
jenis dan luasnya. Fraktur terjadi jika tulangdikenai stres yang lebih besar
pembuluh darah. Organ tubuh dapat mengalami cedera akibat gaya yang
disebabkan oleh fraktur atau akibat fragmen tulang (Brunner and Suddarth,
2002).
6
7
Fraktur klavikula adalah patah tulang yang sering terjadi pada orang
dewasa maupun anak. Fraktur ini terjadi biasanya akibat jatuh dengan
2. Klasifikasi Fraktur
a. Fraktur traumatik
b. Fraktur patologis
daerah tulang yang telah menjadi lemah karena tumor atau proses
c. Fraktur stres
Terjadi karena adanya trauma yang terus menerus pada suatu tempat
tertentu.
dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk
(Muttaqin, 2008).
3. Etiologi Fraktur
tubuh dapat mengalami cedera akibat gaya yang disebabkan oleh fraktur
a. Kekerasan langsung
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat
4. Manifestasi Fraktur
warna.
fragmen tulang.
karena kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur.
sampai 2 inci).
dengan lainnya.
akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa
baru terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera (Brunner &
Suddarth, 2005).
5. Patofisiologi Fraktur
gangguan adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan
tubuh. Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang
terjadi itu terbuka atau tertutup. Pada umumnya pada pasien fraktur
Trauma pada bahu atau posisi lengan terputar atau tertarik keluar
terjadi akibat fragmen luar tertarik ke bawah oleh berat lengan dan separuh
hebat, dan reduksi tertutup tidak dapat dilakukan. Kondisi klinis fraktur
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Rontgen
c. Arteriogram
bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multipe.
e. Kreatinin
f. Profil koagulasi
7. Penatalaksanaan Fraktur
asalnya.
B. Asuhan Keperawatan
a. Sirkulasi
trombus).
b. Integritas ego
14
simpatis.
d. Penafasan
e. Keamanan
koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga potensial bagi penarikan diri
pasca operasi).
2. Diagnosa Keperawatan
gerakan fragmen tulang, edema dan cedera pada jaringan, alat traksi
3. Intervensi
(Deswani, 2009).
4. Implementasi
gerakan fragmen tulang, edema dan cedera pada jaringan, alat traksi atau
Kriteria Hasil :
Intervensi :
kooperatif.
17
nyeri.
tentang nyeri.
Kriteria hasil :
diri.
tanpa dibantu.
Intervensi :
mobilisai dini.
pulih kembali.
Kriteria hasil :
Intervensi :
2. Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka
mempermudah intervensi.
debridement.
Rasional : balutan dapat diganti satu atau dua kali sehari tergantung
Kriteria hasil :
karakteristik :
0 = mandiri penuh
dan pengajaran
Intervensi :
peralatan
4. Ajarkan dan dukung klien dalam latihan ROM aktif dan pasif
ketahanan otot.
5. Evaluasi
yang diharapkan pada klien dengan post operasi fraktur (Jitowiyono, 2012)
adalah :
keperawatan.
C. Nyeri
1. Pengertian Nyeri
Bare, 2012).
2010).
2. Teori-Teori Nyeri
pusat nyeri di otak dan bahwa hubungan antara stimulus dan respon
nyeri yang bersifat langsung dan invariabel. Prinsip teori ini adalah
untuk berespon secara optimal terhadap satu atau lebih atau lebih
tipe stimulus tertentu dan tujuan perjalanan neuro aferen primer dan
23
3. Klasifikasi Nyeri
a. Nyeri akut.
penyakit, atau intervensi bedah dan memiliki awal yang cepat, dengan
keadaan pulih pada area yang terjadi kerusakan. Nyeri akut berdurasi
bedah atau inflamasi. Seperti pada saat sakit kepala, sakit gigi,
b. Nyeri kronik
nyeri yang timbul akibat cedera jaringan yang tidak progresif atau
yang dihasilkan oleh kanker itu sendiri (Potter & Perry, 2005).
nyeri yang ia rasakan. Oleh karena itu klien dikatakan sebagai expert
a. Bimbingan antisipasi
Nerve Stimulation)
d. Distraksi
e. Teknik relaksasi
f. Imajinasi terbimbing
g. Hipnosis
h. Akupuntur
j. Masase
Sel saraf atau neuron terdiri dari badan sel dan dua sel tonjolan
impuls nyeri. Menonjol dari badan sel adalah tonjolan pendek bercabang
lingkungan luar sel dan mentransmisikan menuju badan sel. Tonjolan ini
disebut neuron atau serat aferen (sensorik), yaitu serat saraf yang
Pada setiap sel juga memiliki tonjolan tunggal yang disebut akson
atau struktur eferen misal otot atau kelenjar. Serat saraf ini sisebut neuro
eferen (motorik), yaitu saraf yang membawa impuls saraf dari susunan
Bare, 2002).
a. Efek fisik
b. Efek perilaku
mulut dengan rapat atau membuka matau atau mulut dengan lebar,
jari dan tangan aktivitas melangkah yang tunggal ketika berlari dan
dalam bekerja seacra serius pun terancam oleh karena nyeri yang
8. Penilaian Nyeri
sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran
yaitu :
a. Skala deskriptif
Descriptor Scale, VDS), merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga
sampai lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama
29
seberapa jauh nyeri terasa paling menyakitkan dan seberapa jauh nyeri
b. Skala Numerik
garis dan jarak yang dibuat pasien pada garis dari “tidak ada nyeri”
D. Teknik Relaksasi
darah (Smeltzer & Bare, 2002). Relaksasi merupakan metode efektif untuk
mengurangi rasa nyeri pada klien yang mengalami nyeri kronik. Relaksasi
ciptakan lingkungan yang tenang, jaga privasi klien, usahakan klien dalam
menghitung dalam hati, hirup, satu, dua, tiga, hembuskan udara melalui
32
mulut sambil menghitung dalam hati, hembuskan, satu, dua, tiga. Menarik
nafas lagi dari hidung dan hembuskan melalui mulut secara perlahan-lahan
Perry, 2006).
pada pasien pasca operasi, hal ini terjadi karena relative kecilnya peran
otot-otot skeletal dalam nyeri pasca operasi atau kebutuhan pasien untuk
LAPORAN KASUS
dengan Post ORIF Fraktur Klavikula Dextra, yang dilaksanakan pada tanggal 10
sampai 11 April 2014. Asuhan Keperawatan ini mulai dari Pengkajian, Diagnosa
Evaluasi.
A. Identitas Klien
jawab atas Tn. G adalah anak kandungnya yaitu Sdr. A dengan usia 20 tahun,
beragama islam, beliau belum bekerja dengan tingkat pendidikan SMA yang
dengan klien.
B. Pengkajian
Keluhan utama yang dirasakan Tn. G adalah nyeri pada bahu kanan.
33
34
kecelakaan saat naik sepeda motor, klien merasakan nyeri yang begitu hebat
pada bahu kanannya, tidak dapat digerakkan dan merintih kesakitan dan saat
itu juga klien di bawa ke RSUD Sukoharjo di IGD klien di pasang infus RL
dilakukan pada hari kamis 10 April 2014 pukul 08.35 sampai pukul 09.35
WIB.
maupun operasi. Klien tidak mempunyai alergi terhadap obat atau makanan.
Genogram :
Keterangan :
: Tinggal serumah
sehat dan bersih. Ada tempat pembuangan sampah, jauh dari sungai atau
pabrik.
sehat itu penting dan berharga, klien berharap cepat sembuh dan bisa segera
pulang untuk melakukan aktifitas seperti biasa. Menurut klien sakit itu
merupakan sesuatu hal yang tidak nyaman, keluarga klien kooperatif dalam
3x sehari satu porsi habis dengan nasi, sayur, lauk, dan minum air putih, teh.
sehari dengan jumlah urine kurang lebih 150 cc/hari, warna kuning jernih,
bau amoniak. Selama sakit klien mengatakan BAK 5-7 x/hari dengan jumlah
tempat tidur, berpindah, ROM secara mandiri dengan nilai 0. Selama sakit
dengan nilai 2.
Pola istirahat tidur, sebelum sakit klien mengatakan bisa tidur nyenyak
baik malam hari maupun siang hari. Tidur malam hari kurang lebih 6-7 jam
dan siang hari kurang lebih 1 jam. Selama sakit, klien mengatakan dapat tidur
pada malam hari dan siang hari namun tidak nyenyak karena merasa kurang
klien mengatakan nyeri pada bahu kanannya saat bergerak, rasanya seperti
ditusuk-tusuk, dengan skala nyeri 6 dan dirasakan hilang timbul kurang lebih
Pola persepsi konsep diri, sebelum sakit gambaran diri klien merasa
senang tubuhnya sehat tidak ada cacat tubuh ideal diri klien ingin selalu sehat
dan tidak ingin mempunyai penyakit,harga diri klien merasa disayangi oleh
mempunyai 3 orang anak klien bekerja sebagai petani dan merasa cukup
usia 53 tahun bekerja sebagai petani. Selama sakit gamabaran diri klien
menerima dengan keadaan sakitnya saat ini ideal diri klien ingin segera
37
sembuh dan pulang kerumah agar bisa melakukan aktifitas kembali harga diri
klien tidak merasa rendah diri dengan penyakitnya peran diri klien seorang
kepala keluarga saat ini klien tidak mampu bekerja untuk memenuhi
usia 53 tahun.
dengan keluarga maupun dengan tetangga tidak ada masalah. Selama sakit
klien mengatakan hubungan dengan keluarga dan tetangga tetap baik klien
tahun sudah menikah dan mempunyai 3 orang anak klien tidak ingin
jika ada masalah dibicarakan dengan keluarga apabila ada anggota keluarga
Pola nilai dan keyakinan, sebelum sakit klien beragama islam dan
tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 72x/menit dengan irama teratur, frekuensi
didapatkan fungsi penglihatan baik, mata simetris kanan dan kiri, konjungtiva
pucat, sklera putih, pupil normal, tidak menggunakan alat bantu penglihatan.
Pemeriksaan hidung bentuk simetris, bersih tidak ada polip, tidak terdapat
sekret. Pemeriksaan mulut bersih, simetris kanan dan kiri, mukosa bibir
bentuk simetris kanan dan kiri, tidak ada serumen, tidak ada gangguan
karotis teraba.
Pemeriksaan dada paru inspeksi bentuk dada simetris, tidak ada jejas,
tidak menggunakan otot bantu pernafasan. Palpasi vocal premitus kanan dan
kiri sama. Perkusi sonor disemua lapang paru. Auskultasi: suara vesikuler
disemua lapang paru, tidak ada suara tambahan, irama teratur. Pemeriksaan
jantung inspeksi ictus cordis tidak tampak. Palpasi ictus cordis teraba kuat di
SIC 4 dan SIC 5. Perkusi pekak disemua lapang paru. Auskultasi bunyi
jantung 1 sama dengan bunyi jantung 2 reguler tidak terjadi pelebaran suara.
otot kiri 5, ROM aktif pergerakan terbatas karena terpasang infus. Perabaan
akral, akaral teraba hangat. Capilary refile < 2 detik. Ekstremitas bawah
kekuatan otot kanan dan kiri 5, ROM kanan dan kiri aktif. Perabaan akral,
tanggal 9 April 2014, jam 11.12 WIB. Meliputi Hemoglobin 15,9 g/dL (nilai
normal 12,2-18,1 g/dL), Hematokrit 41,4 % (nilai normal 37,7-53,7 %), MCV
89,2 fL (nilai normal 80-97 fL), MCH 34,4 pg (nilai normal 27-81,2 pg),
RDW-CV 16,1 % (nilai normal 11,5-14,5 %), MPV 9,3 fL (nilai normal 0-
99,9 fL), Neutrofil 69,7 % (nilai normal 37-80 %),MXO 10,1 % (nilai normal
4-18%), Limfosit 20,3 % (nilai normal 19-48 %), GDS 141mg/dL (nilai
normal < 200 mg/dL), SGOT 40 u/i (nilai normal <31 u/i), SGPT 26 u/i (nilai
normal <32 u/i),Ureum 28,61 mg/dL (nilai normal 10-50 mg/dL), Creatinin
0,83 mg/dL), HbSAg (-), Golongan darah O, Masa pembekuan 3 menit, Masa
perdarahan 3 menit.
Rontgen dilakukan dua kali, yang pertama pada tanggal 9 April 2014
ikat rusak karena ruda paksa. Rontgen kedua dilakukan pada tanggal 11 April
40
membaik.
D. Terapi
selama di bangsal flamboyan antara lain infus RL 20 tetes per menit dengan
masuk melalui intra vena dengan rasional untuk mengobati nyeri akut.
Cefazolin 1mg/12jam masuk melalui intra vena dengan rasional untuk infeksi
mendapatkan data subjektif antara lain klien mengatakan nyeri pada bahu
kanan setelah operasi, rasanya seperti ditusuk-tusuk, dengan skala nyeri 6 dan
dirasakan hilang timbul kurang lebih 5-10 menit, dan data objektif yang
klavikula dextra. Dan analisa data kedua pada klien, penulis mendapatkan
41
data subjektif antara lain klien mengatakan takut bergerak dan tubuh tidak
bebas bergerak, aktifitas dibantu keluarga. Dan data objektif yang diperoleh
keperawatan yang pertama yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
fisik (fraktur klavikula dextra). Dan diagnosa keperawatan yang kedua yaitu
F. Perencanaan Keperawatan
keperawatan nyeri akut berkurang. Dengan kriteria hasil nyeri berkurang dari
skala 6 menjadi skala 3, klien tidak meringis kesakitan, wajah klien rileks.
hambatan mobilitas fisik klien secara mandiri dengan kriteria hasil klien
mandiri.
keadaan umum klien. Berikan posisi yang nyaman dengan rasional untuk
memberikan posisi yang dapat mengurai nyeri. Ajarkan teknik relaksasi nafas
G. Implementasi Keperawatan
10 April 2014 jam 07.30WIB, yaitu mengkaji nyeri klien dan klien merespon
dengan klien mengatakan nyeri pada bahu kanan setelah operasi, rasanya
kurang lebih 5-10 menit. Ekspresi wajah klien tampak meringis kesakitan.
Setelah itu, jam 07.45 WIB, memonitor tanda-tanda vital klien dan
posisi yang nyaman semi fowler klien merasa nyaman saat dianjurkan untuk
semi fowler. Setelah itu jam 08.30 WIB, memberikan injeksi ketorolak 30 mg
melalui intra vena obat ketorolak masuk melalui intra vena klien tampak
Setelah itu jam 13.10 WIB, mengajarkan teknik relaksasi napas dalam
dalam klien terlihat nyaman. Setelah itu jam 14.00 WIB, mengobservasi
aktifitas klien dibantu keluarga. Setelah itu jam 14.10 WIB, melibatkan
klien. Setelah itu jam 14.20 WIB, menganjurkan klien melakukan aktifitas
Hari jum’at tanggal 11 April 2014 jam 08.00 WIB, yaitu mengobservasi
nyeri klien dan klien merespon dengan klien mengatakan masih merasa nyeri
pada bahu kanan nyeri dirasakan saat bergerak, rasanya seperti ditusuk-tusuk,
skala nyeri 3 dan dirasakan hilang timbul kurang lebih 5-10 menit. Ekspresi
wajah klien meringis kesakitan. Setelah itu, jam 08.10 WIB, memonitor
tanda-tanda vital klien dan didapatkan hasil tekanan darah 120/80 mmHg,
nadi 68x/menit, respirasi 20x/menit, suhu 36°C. Setelah itu jam 08.20 WIB,
memberikan posisi yang nyaman semi fowler klien merasa nyaman saat
44
dianjurkan untuk semi fowler. Setelah itu jam 08.30 WIB, memberikan
injeksi ketorolak 30 mg melalui intra vena obat ketorolak masuk melalui intra
Setelah itu jam 09.00 WIB, mengajarkan teknik relaksasi napas dalam
dalam, klien terlihat nyaman. Setelah itu jam 09.10 WIB, mengobservasi
keadaan mobilitas klien, klien mengatakan tubuh terasa lemas tidak bebas
bergerak, ADL klien dibantu keluarga. Setelah itu jam 09.20 WIB,
membantu ADL klien. Setelah itu jam 09.30 WIB, menganjurkan klien
kemampuan yang dimiliki, klien terlihat duduk dan minum secara mandiri.
H. Evaluasi Keperawatan
dilakukan pada jam 14.30 WIB, dengan metode SOAP. Respon Subjektif
klien mengatakan nyeri pada bahu kanan saat bergerak, rasanya seperti
ditusuk-tusuk, dengan skala nyeri 6 dan dirasakan hilang timbul kurang lebih
5-10 menit. Respon Objektif ekspresi wajah klien meringis kesakitan. Analisa
Hasil evaluasi diagnosa kedua pada jam 14.30 WIB, dengan metode
SOAP. Respon Subjektif klien mengatakan tubuh terasa lemas dan tidak
dilakukan pada jam 14.10 WIB, dengan metode SOAP. Respon Subjektif
klien mengatakan masih sedikit merasa nyeri pada bahu kanannya nyeri saat
hilang timbul kurang lebih 5-10 menit. Respon Objektif ekspresi wajah klien
intervensi. Dan hasil evaluasi diagnosa kedua pada jam 14.10 WIB, dengan
metode SOAP. Respon Subjektif klien mengatakan tubuh terasa lemas dan
tidak bebas bergerak. Respon Objektif aktifitas klien terlihat dibantu keluarga.
PEMBAHASAN
Napas Dalam Terhadap Intensitas Nyeri Pada Asuhan Keperawatan Tn. G dengan
yang terjadi antara teori dengan kenyataan yang meliputi pengkajian, diagnosa
A. Pengkajian
dan ketidak nyamanan klien karena klien mengalami tingkat intensitas nyeri
(Brunner&Suddart, 2002).
nyeri, untuk intensitas skala nyeri 0 menunjukkan tidak ada nyeri, skala nyeri
1-3 menunjukkan nyeri ringan, skala nyeri 4-6 menunjukkan nyeri sedang,
untuk skala nyeri 7-9 menunjukkan nyeri hebat dan skala nyeri 10
46
47
batang tengah klavikula umumnya disebabkan oleh dorongan kuat ke atas dan
April 2014 jam 10.15 WIB. Keluhan utama klien mengeluh nyeri pada bahu
kanan setelah operasi. Pada penderita post operasi fraktur klavikula dextra
akan timbul keluhan berupa nyeri pasca bedah, resiko tinggi infeksi, dan
proteksi bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang rusak, dan menyebabkan
dengan nilai 2. Klien pasca operatif tidak mampu untuk secara mandiri
periode pasca operatif. Klien secara bertahap dibantu perawat atau keluarga
istirahat tidur karena nyeri setelah operasi, klien tampak menguap. Klien yang
48
mengalami rasa nyeri akan berpengaruh pada perubahan pola istirahat tidur
kenyamanan atau nyeri. Klien mengatakan nyeri pada bahu kanannya saat
bergerak, rasanya panas cekit-cekit, skala nyeri 6 dan dirasakan hilang timbul
ekspresi wajah klien meringis kesakitan. Hal ini dibuktikan dalam pengkajian
skala nyeri, untuk intensitas skala nyeri 0 menunjukkan tidak ada nyeri, skala
nyeri 1-3 menunjukkan nyeri ringan, skala nyeri 4-6 menunjukkan nyeri
sedang, untuk skala nyeri 7-9 menunjukkan nyeri hebat dan skala nyeri 10
(Brunner dan Suddarth, 2002). Pada teori dibuktikan salah satu ekspresi
wajah dari nyeri yaitu adanya gerakan tubuh yang khas dan ekspresi wajah
menggeretakkan gigi, memegang pada bagian yang terasa nyeri, postur tubuh
Hasil pengkajian pada pola persepsi dan konsep diri dan pada ideal
ingin mendapatkan dukungan dan solusi yang baik buat sakitnya. Hal ini
49
kontrol dan mencapai rasa makna diri dibutuhkan pentingnya dorongan dan
130/90 mmHg, nadi 72x/menit, respirasi 20x/menit, dan suhu 36,8°C. Pada
klien pasca operasi tanda-tanda vital mengalami ketidak normalan karena ada
darah dapat terjadi sebagai respon terhadap nyeri yang dirasakan atau terkait
dengan penyakit klien. Nyeri dapat menjadi suatu stressor bagi pasien.
nyeri dan dalam upaya meningkatkan suplai oksigen dalam darah. Hal ini
tampak takut menggerakkan tangan, ROM kanan pasif, kekuatan otot kiri 5,
ROM aktif pergerakan terbatas karena terpasang infus, perabaan akral hangat,
capilary refile < 2 detik. Pemeriksaan ekstremitas bawah kekuatan otot kanan
dan kiri 5, ROM kanan dan kiri aktif, akral teraba hangat, capilary refile < 2
detik.
bergerak setelah pascaoperatif fraktur karena merasa nyeri pada luka bekas
operasi dan luka bekas trauma (Brunner & Suddarth, 2002). Pemeriksaan
50
otot sangat penting dilakukan apabila klien mengeluh rasa nyeri pada
ektremitas atau kehilangan fungsi sendi atau otot (Potter dan Perry, 2010).
lebih terangkat keatas (Helmi, 2012). Hasil rontgen yang pertama pada
menunjukan jaringan ikat rusak karena ruda paksa. Hasil rontgen yang kedua
struktur tulang sudah membaik, hasil mielografi menunjukan saraf spinal dan
sudah membaik.
yang dilakukan pada klien yaitu pemeriksaan darah lengkap didapatkan hasil
normal.
untuk infeksi saluran pernafasan, saluran kemih, kulit, kelamin, dan jaringan
lunak tulang sendi. Infus KA-EN 3B 20 tetes per menit (tpm) termasuk
2011).
Terapi diit Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP) 2000 kkal. makanan
karena pemberian zat gizi dalam bentuk karbohidrat dan lemak diperlukan
untuk menghasilkan energi siap pakai sebagi bahan bakar guna memenuhi
dan organ lain dapat melakukan fungsinya dengan baik. Protein sangat
B. Diagnosa Keperawatan
hasil klien mengatakan nyeri pada bagian bahu kanan luka post operasi, skala
nyeri 6, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri timbul saat bergerak, nyeri hilang
52
muncul pada pasien fraktur yang kedua didapatkan hasil klien takut
berhubungan dengan agen cidera fisik (fraktur klavikula dextra). Ini bisa
dikuatkan dalam teori nyeri akut berkaitan dengan trauma pembedahan yang
2002).
Ini bisa dikuatkan dalam teori hambatan mobilitas fisik adalah keterbatasan
pada pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih ekstremitas secara mandiri
rehabilitasi pasien tertunda dan hospitalisasi lama. Hal ini karena pasien
Penatalaksanaan nyeri pada pasien post operasi fraktur klavikula dextra dapat
dapat dilakukan dengan cara teknik relaksasi berupa napas dalam (Smeltzer &
Bare, 2002).
oleh Richard A. Khalish terdapat lima kebutuhan dasar manusia yang harus
kebutuhan mencintai, dicintai dan memiliki, kebutuhan akan harga diri, serta
paling dasar, salah satu yang termasuk didalamnya adalah kebutuhan untuk
proses rehabilitasi pasien tertunda dan hospitalisasi lama. Hal ini karena
Penatalaksanaan nyeri pada pasien post operasi fraktur klavikula dextra dapat
dapat dilakukan dengan cara teknik relaksasi berupa napas dalam (Smeltzer &
Bare, 2002).
penulis adalah nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (fraktur
NANDA. Pada kasus yang dialami Tn. G terjadi nyeri akut. Ini bisa
dibuktikan sesuai dengan teori nyeri akut yaitu pengalaman sensori dan
yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian
rupa (International Association for the Study of Pain) awitan tiba-tiba atau
lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat
2011).
akut berhubungan dengan agen cedera fisik (fraktur klavikula dextra). Nyeri
akut, nyeri ini biasanya berlangsung tidak lebih dari enam bulan. Gejalanya
mendadak dan biasanya penyebab serta lokasi nyeri sudah diketahui, nyeri
C. Intervensi Keperawatan
pada Tn. G berkurang, dengan kriteria hasil nyeri berkurang dari skala nyeri 6
menjadi skala nyeri 3, klien tidak meringis kesakitan, ekspresi wajah klien
rileks.
Kriteria hasil yang diharapkan pada klien dengan nyeri akut adalah
Intervensi yang dilakukan pada klien dengan nyeri akut antara lain
berdasarkan tujuan dari diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
56
(PQRST).
tubuh, denyut nadi, frekuensi nafas, pernafasan dan tekanan darah. Tanda
vital mempunyai nilai sangat tinggi pada fungsi suhu tubuh. Adanya
dikaitkan dengan denyut nadi. Semua tanda vital tersebut saling berhubungan
dan saling mempengaruhi. Perubahan tanda vital dapat terjadi bila tubuh
dalam kondisi aktivitas atau dalam keadaan sakit dan perubahan tersebut
nyeri pasca operasi, hal ini terjadi karena relative kecilnya peran otot-otot
skeletal dalam nyeri pasca operasi atau kebutuhan pasien untuk melakukan
teknik relaksasi napas dalam secara efektif. Teknik relaksasi napas dalam
serta memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan, bantu klien saat mobilisasi
D. Implementasi Keperawatan
dasar, meninjau dan merevisi rencana asuhan yang telah dibuat, dan
2009).
dilakukan dengan teknik relaksasi napas dalam, teknik relaksasi napas dalam
merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada klien yang
mengalami nyeri kronik. Teknik relaksasi napas dalam yang sempurna dapat
ciptakan lingkungan yang tenang, jaga privasi klien, usahakan klien dalam
keadaan rileks, minta klien memejamkan mata dan usahakan agar konsentrasi,
59
dalam hati, hirup, satu, dua, tiga, hembuskan udara melalui mulut sambil
menghitung dalam hati, hembuskan, satu, dua, tiga. Menarik napas lagi dari
berkurang setelah diajarkan teknik relaksasi nafas dalam. Hasil objektif klien
pada pasien pasca operasi, hal ini terjadi karena relative kecilnya peran otot-
otot skeletal dalam nyeri pasca operasi atau kebutuhan pasien untuk
Setelah dilakukan tindakan pemberian napas dalam selama dua hari nyeri
Suhartini, teknik relaksasi napas dalam mampu menurunkan skala nyeri 95%.
E. Evaluasi Keperawatan
Namun, evaluasi dapat dilakukan pada setiap tahap dari proses keperawatan.
Evaluasi hari pertama skala nyeri masih 6, nyeri pasca bedah 48 jam
pertama skala nyeri tidak berat. Skala nyeri berat terjadi pada hari ke dua post
operasi (Nurhafizah, 2012). Hasil penelitian ini tidak ada pasien pasca bedah
yang menunjukan intensitas tidak nyeri, hasil ini sesuai dengan Smeltzer &
mediatorkimia nyeri. Selain itu penelitian ini juga menghasilkan bahwa tidak
ada pasien pasca bedah yang menunjukan intensitas nyeri sangat berat pada
48 jam pertama. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya yang
dijukan pasien pasca operasi pada hari ke dua rawatan bedah adalah intensitas
nyeri sangat berat. Perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian yang
perbedaan pada objek penelitian. Penelitian ini dilakukan pada pasien bedah
bedah ORIF.
dilakukan pada jam 14.10 WIB, dengan metode SOAP. Respon Subjektif
61
klien mengatakan masih merasa nyeri pada bahu kanannya, nyeri saat
bergerak, rasanya panas cekit-cekit, skala nyeri 3 dan dirasakan hilang timbul
pada jam 14.10 WIB, dengan metode SOAP. Respon Subjektif klien
mengatakan tubuh terasa lemah dan tidak bebas bergerak. Respon Objektif
klavikula dextra), karena telah sesuai dengan kriteria hasil yang penulis
harapkan. Ditandai dengan ekspresi wajah klien tampak rileks, klien tidak
tubuh terasa lemah dan tidak bebas bergerak, aktivitas klien tampak dibantu
keluarga.
BAB V
Terhadap Intensitas Nyeri pada Tn. G dengan Post ORIF Fraktur Klavikula
Dextra di Bangsal Flamboyan RSUD Sukoharjo. Secara metode studi kasus, maka
A. Kesimpulan
1. Pengkajian terhadap masalah nyeri akut pada Tn. G telah dilakukan secara
sebelah kanan, nyeri dengan skala 6, nyeri hilang timbul kurang lebih 5-
2. Diagnosa yang muncul pada Tn. G yang pertama adalah nyeri akut
3. Rencana keperawatan yang disusun untuk diagnosa nyeri akut yaitu kaji
62
63
fisioterapi.
hasil sudah teratasi, maka nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
klien dengan kriteria hasil belum tercapai, maka hambatan mobilitas fisik
B. Saran
nyeri akut, penulis akan memberikan usulan dan masukan yang positif
asuhan keperawatan yang optimal pada umumnya dan klien post orif
kesembuhan klien.
khususnya pada klien dengan post orif fraktur klavikula dextra. Perawat
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, vol 3 Edisi 8.
Jakarta : EGC.
Brunner & Suddarth. 2005. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, vol 2 Edisi 8.
Jakarta : EGC.
Judha, dkk. 2012. Teori Pengukuran Nyeri dan Nyeri Persalinan. Yogyakarta :
Nuha Medika.
Mubarak, W. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi
dalam Praktik. Jakarta : EGC.
Nurhafizah, E. 2012. Strategi Koping dan Intensitas Nyeri Pasien Post Operasi.
Medan : Fakultas Keperawatan USU. Jurnal. diakses pada tanggal 15 April
2014 jam 21.00.
Paula Krisanty, dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta : Trans
Info Media.
Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC.
Prasetyo, S.N. 2010. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta : Graha
Ilmu.
Price, Sylvia A. 2006, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses Penyakit. Jilid 2.Edisi
4. Jakarta : EGC.
Sjamsuhidayat, R. dan Jong, W. 2005.Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi. Jakarta
: EGC.