Pengauditan 1 - KELOMPOK 4
Pengauditan 1 - KELOMPOK 4
Nama Kelompok:
TENTANG
Menimbang:
Mengingat:
1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, dan Pasal 23A Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2008 tentang
Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4999);
B. Pengertian PPN
2. Wajib memungut, menyetor, dan melaporkan PPN dan PPnBM yang terutang..
2. Kontraktor kontrak kerja sama pengusahaan minyak dan gas bumi; dan
kontraktor atau pemegang kuasa/pemegang izin pengusahaan sumber daya
panas bumi.
Yang dimaksud dengan Kontraktor atau Pemegang Kuasa/ Pemegang Izin adalah:
a) kontraktor kontrak kerja sama pengusahaan minyak dan gas bumi; dan
3. Badan Usaha Milik Negara Mulai tanggal 1 Juli 2012, BUMN yang ditunjuk
sebagai Pemungut PPN. Dengan demikian, PPN dan PPnBM yang terutang atas
penyerahan BKP dan/atau JKP oleh PKP Rekanan kepada BUMN yang memenuhi
ketentuan sebagai Pemungut PPN wajib dipungut, disetor, dan dilaporkan oleh
BUMN.
C. PPN Ditanggung dan PPN Dibebaskan Pemerintah
PPN Dibebaskan adalah membebaskan kewajiban memungut PPN kepada orang atau
badan yang menyerahkan:
1. Barang Kena Pajak (BKP) yang bersifat strategis . Artinya secara objek, barang
yang diserahkan tetap masuk dalam kategori BKP namun karena pertimbangan
pemerintah maka dimasukkan dalam klasifikasi barang yang strategis sehingga saat
diserahkan, barang tersebut mendapat fasilitas dibebaskan dari PPN.
2. Barang Kena Pajak (BKP) tertentu. Objek tertentu dalam hal ini meliputi barang-
barang yang diperlukan untuk kepentingan umum atau untuk kepentingan nasional
yang dikelola oleh unit-unit pemerintah. Contoh barang yang masuk dalam kategori
tertentu antara lain: Impor Senjata, Amunisi, Alat Angkutan di Darat
3. Jasa Kena Pajak (JKP) tertentu. Antara lain jasa yang diserahkan kontraktor untuk
pemborong bangunan rumah sederhana/ rumah sangat sederhana/ rumah susun
sederhana/ pondok boro/ asrama mahasiswa yang batasannya ditetapkan oleh Menteri
Keuangan,
Berdasarkan Pasal 16B UU PPN 1984 dan Perubahannya, fasilitas berupa pembebasan
PPN dapat diberikan kepada:
kegiatan di kawasan tertentu atau tempat tertentu di dalam Daerah Pabean, penyerahan
Barang Kena Pajak tertentu atau penyerahan Jasa Kena Pajak tertentu;
Barang Kena Pajak yang atas impornya dibebaskan dari pengenaan Pajak
Pertambahan Nilai adalah :
Senjata, amunisi, alat angkutan di air, alat angkutan di bawah air, alat angkutan di udara, alat
angkutan di darat, kendaraan
Barang Kena Pajak yang atas penyerahannya dibebaskan dari pengenaan Pajak
Pertambahan Nilai adalah :
Rumah sederhana, rumah sangat sederhana, rumah susun sederhana, vaksin polio, buku-buku
Jasa Kena Pajak tertentu yang atas penyerahannya dibebaskan dari pengenaan Pajak
Pertambahan Nilai adalah :
Jasa yang diterima oleh Perusahaan Angkutan Laut Nasional, Perusahaan Penangkapan Ikan
Nasional, Jasa yang diterima oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional, Jasa
perawatan atau reparasi kereta api yang diterima oleh PT (PERSERO) Kereta Api Indonesia;
Pada hakikatnya barang/jasa yang diberikan fasilitas PPN dibebaskan sama dengan Non
BKP/Non JKP. Pembeli/konsumen tetap menanggung beban PPN, yaitu yang telah terutang
pada mata rantai produksi dan distribusi sebelumnya. Beban PPN ini akhirnya menjadi
tanggungan pembeli karena digeser secara bertahap dalam tiap mata rantai produksi dan
distribusi. Keuntungan dari fasilitas PPN Dibebaskan yang diterima hanya sebesar PPN atas
nilai tambah pada level pemberian fasilitas itu saja.
PPN Tidak Dipungut, Berdasarkan Pasal 16B UU PPN 1984 dan Perubahannya, fasilitas
berupa PPN tidak dipungut dapat diberikan kepada:
b) penyerahan Barang Kena Pajak tertentu atau penyerahan Jasa Kena Pajak tertentu;
d) pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud tertentu dari luar Daerah Pabean
di dalam Daerah Pabean;
e) pemanfaatan Jasa Kena Pajak tertentu dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah
Pabean.
PPN Tidak Dipungut (ditanggung) pada hakikatnya sama dengan pengenaan PPN
dengan tarif 0%. Keduanya sama tidak memungut PPN dan dibolehkan mengkreditkan
Pajak Masukan. sehingga konsumen yang membeli barang atau jasa yang diberiPPN Tidak
Dipungut sama sekali tidak akan menanggung beban PPN. Jika PPN Tidak Dipungut
diberikan sebelum pada level konsumsi akhir (yaitu pada bagian hulu dari mata rantai
produksi dan distribusi), sejatinya tidak akan memberi manfaat sama sekali dari sisi beban
pajak dan penanggung pajaknya. Konsumen akhir tetap akan menanggung PPN sebesar tarif
dikali harga beli.
D. Pemungut PPN
Mekanisme pemungutan PPN adalah rekanan menerbitkan faktur pajak dan membuat
SSP atas setiap penyerahan BKP dan/atau JKP kepada Pemungut PPN. Selanjutnya
Pemungut PPN berkewajiban menyetorkan PPN yang dipungut ke kas negara dan kemudian
melaporkan PPN yang dipungutnya. Rekanan menerima faktur pajak dan SSP sebagai bukti
pemungutan PPN.
a) PKP rekanan Pemerintah membuat Faktur Pajak dan SSP pada saat
menyampaikan tagihan kepada Bendaharawan Pemerintah atau KPKN baik
untuk sebagian maupun seluruh pembayaran.
d) Faktur Pajak dan SSP merupakan bukti pemungutan dan penyetoran PPN dan
atau PPnBM.
2. Kontraktor kontrak kerja sama pengusahaan minyak dan gas bumi; dan
kontraktor atau pemegang kuasa/pemegang izin pengusahaan sumber daya
panas bumi.
Mekanisme pemungutan PPN untuk kontraktor kontrak kerja sama adalah sebagai
berikut Rekanan wajib membuat Faktur Pajak dan SSP atas setiap penyerahan BKP
dan/atau JKP kepada Kontraktor atau Pemegang Kuasa/Pemegang Izin.
Mekanisme pemungutan PPN untuk BUMN adalah sebagai berikut: Rekanan wajib
membuat Faktur Pajak dan SSP atas setiap penyerahan BKP dan/atau JKP kepada
BUMN
- Faktur Pajak dibuat dalam rangkap 2 (dua) lembar kesatu untuk BUMN;
dan lembar kedua untuk Rekanan
- Dalam hal penyerahan BKP selain terutang PPN juga terutang PPnBM,
maka Rekanan harus mencantumkan juga jumlah PPnBM yang terutang
pada Faktur Pajak.
c) Pada SSP, Kode Akun Pajak diisi dengan kode 411211 dan Kode Jenis
Setoran 900.
d) Pembayaran atas penyerahan Bahan Bakar Minyak dan Bukan Bahan Bakar
Minyak oleh PT (PERSERO) PERTAMINA;
2. Kontraktor kontrak kerja sama pengusahaan minyak dan gas bumi; dan
kontraktor atau pemegang kuasa/pemegang izin pengusahaan sumber daya
panas bumi.
Pengecualian pemungutan PPN untuk kontraktor kontrak kerja sama adalah sebagai
berikut:
c) Pembayaran atas penyerahan Bahan Bakar Minyak dan bukan Bahan Bakar
Minyak oleh PT PERTAMINA (Persero);
Pengecualian pemungutan PPN untuk BUMN adalah sebagai berikut: Rekanan wajib
membuat Faktur Pajak dan SSP atas setiap penyerahan BKP dan/atau JKP kepada
BUMN
PPN dan PPnBM yang terutang dihitung dengan cara mengalikan Tarif Pajak dengan
Dasar Pengenaan Pajak (DPP)
= 10% x Rp25.000.000,00
= Rp2.500.000,00
PPN sebesar Rp2.500.000,00 tersebut merupakan Pajak Keluaran yang dipungut oleh
Pengusaha Kena Pajak “A”.
= 10% x Rp20.000.000,00
= Rp 2.000.000,00
PPN sebesar Rp2.000.000,00 tersebut merupakan Pajak Keluaran yang dipungut oleh
Pengusaha Kena Pajak “B”.
3. Seseorang mengimpor Barang Kena Pajak dari luar Daerah Pabean dengan
= 10% x Rp15.000.000,00
= Rp 1.500.000,00
PPN sebesar Rp 1.500.000,00 tersebut merupakan Pajak Keluaran yang dipungut oleh
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
Perlakuan PPN atas pembelian bagi pembeli sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah
Pajak masukan, tapi bagi pembeli yang bukan Pengusaha Kena Pajak (Non PKP) nilai PPN
tersebut ditambahkan ke dalam harga beli barang.
Toko Elektronik “Sido Terang” yang berstatus Non PKP membeli 10 Unit TV LG 20 inc
dari Toko“ Surya” dengan rincian sebagai berikut:
Toko elektronik CV Advance yang berstatus PKP membeli 10 Unit Komputer Toshiba
dari Pengusaha Kena Pajak PT. Sony dengan rincian sebagai berikut:
3. Nota Retur
Retur atau pengembalian Sebagian Barang Kena Pajak kepada penjualan disebut dengan
retur pembelian. Bukti transaksi ini jika di dalam akuntansi dibuatkan Nota
Debet, namun dalam akuntansi pajak dibuatkan Nota Retur yang fungsinya mencatat
retur pembelian dan mengkredit PPN Masukan sebesar 10% dari nilai barang yang
dikembalikan.
Jika yang dibeli adalah barang dagang dengan kategori barang mewah (peraturan
perpajakan) maka selain dikenakan PPN juga dikenakan PPnBM sesuai dengan tarif
barang mewah pada peraturan perpajakan. Nilai PPnBM tersebut digunakan untuk
menambah nilai harga pokok barang tersebut jadi tidak boleh dicatat sebagai PPnBM
masukan.
Contoh:
PT. Subur Jaya membeli 1000 krat minuman ringan sirup ABC dari PT. ABC. Dengan
rincian berikut ini:
Catatan: peraturan perpajakan menetapkan bahwa minuman ringan masuk dalam kategori
barang mewah dan dikenakan tarif 20%.
Untuk PPN Keluaran pada akhir bulan dikenakan kompensasi dengan PPN Masukan atas
pembelian Barang Kena Pajak (BKP). Ada istilah untuk selisih jika jumlah PPN Keluaran
lebih besar dari PPN Masukan maka disebut PPN kurang bayar (PPN-KB). Tetapi jika jumlah
PPN Keluaran lebih kecil dari PPN Masukan maka selisihnya disebut PPN lebih bayar (PPN-
LB).
Pengusaha Kena Pajak PT. Surya menjual barang kepada PT. Cendana dengan rincian
sebagai berikut:
Jurnal D K Jurnal D K
Penjualan Penjualan
Tunai Kredit
Kas Rp Piutang Dagang Rp
12.100.000 12.100.000
Penjualan Rp Penjualan Rp
11.000.000 11.000.000
Pengusaha Kena Pajak PT. Surya menjual barang kepada PT. Cendana dengan rincian
seb agai berikut:
PKP PT. Abadi menjual barang dagang kepada PT. MATAHARI sebagai berikut:
Jurnal Penjualan D K
Kredit
Piutang Dagang Rp 14.300.000
Penjualan Rp Rp 11.000.000
11.000.000
PPn Keluaran Rp 1.100.000
Hutang PPn-BM Rp 2.200.000
Barang Kena Pajak yang dipakai sendiri oleh pemilik perusahaan bisa juga digunakan
untuk keperluan karyawan yang diberikan secara Cuma-Cuma, maka transaksi itu hanya
boleh diakui sebagai biaya atau prive sebesar harga pokok ditambah PPN atau PPn-BM atas
barang tersebut tidak termasuk laba kotor yang diharapkan.
Contoh 22
PT. Tirto memberikan 2.000 galon air mineral 19 liter kepada warga dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dilingkungan perusahaan dengan rincian
sebagai berikut: