Anda di halaman 1dari 3

PARONIKIA

Pernahkah Anda mengalami infeksi pada kuku yang ditandai dengan keluarnya nanah dari kuku?
Jika pernah, mungkin saja Anda mengalami yang disebut dengan paronikia. Apakah itu dan
bagaimana penangangannya? Simak penjelasan khas GoDok berikut, ya!

Mengenal Paronikia

Paronikia merupakan sebuah infeksi pada jaringan lunak di sekitar kuku; baik kuku tangan
maupun kuku kaki dan penyakit ini bisa bersifat akut maupun kronis. Infeksi kuku ini lebih
sering terjadi pada wanita dengan perbandingan antara wanita dan pria sebesar 3:1.

Paronikia dapat terjadi perlahan-lahan dan berlangsung lama –hingga berminggu-minggu , tetapi
dapat juga muncul secara tiba-tiba dan hanya berlangsung satu atau dua hari; hal ini bergantung
pada penyebab dari infeksi itu sendiri.

Gejala paronikia mudah dikenali dan umumnya mudah ditangani. Akan tetapi, infeksi bisa
menjadi parah dan bahkan mengakibatkan hilangnya sebagian atau seluruh kuku jika tidak
diobati dengan cepat dan tepat.

Penyebab

Bakteri merupakan penyebab tersering dari paronikia. Bakteri yang paling sering menyebabkan
infeksi ini adalah Staphylococcus aureus. Selain itu, dapat juga disebabkan oleh bakteri lain
seperti Streptococcus pyogenes, Streptococcus pseudomonas, atau bakteri patogen lainnya.

Virus pun bisa menjadi penyebab infeksi kuku ini –seperti virus penyebab flu dan virus herpes
simpleks. Pasien yang mengalami infeksi kuku berulang dan juga kronis, umumnya disebabkan
oleh jamur.

Faktor Risiko

Beberapa faktor resiko terjadinya paronikia adalah :

- Diabetes mellitus
- Kegemukan
- Hiperhidrosis (berkeringat secaa berlebihan)
- Kelainan sistem imun
- Ketidakseimbangan hormon
- Pemberian obat-obatan yang menekan sitem imun
- Penggunaan obat-obatan anti retroviral
Sementara, kegiatan dalam kehidupan sehari-hari yang dapat meningkatkan risiko paronikia
adalah :

- Menggigit kuku
- Menghisap jari
- Luka pada jari
- Iritasi terhadap bahan kimia
- Penggunaan kuku palsu dan pewarna kuku
- Tangan atau kaki yang sering terpapar air

Gejala

Gejala paronikia akut dan kronis sangat mirip. Umumnya perbedaan dilihat dari awal timbulnya
gejala dan berapa lama infeksi tersebut berlangsung. Infeksi kronis terjadi secara perlahan dan
berlangsung selama beberapa minggu, sedangkan infeksi akut berkembang dengan cepat dan
durasi tidak berlangsung lama.

Gejala pada paronikia akut umumnya dialami dalam waktu kurang dari 6 minggu. Pada
pemeriksaan paronikia akut akan ditemukan daerah yang terserang tampak merah dan bengkak.
Pada kasus yang parah, nanah bisa terkumpul di bawah lipatan kulit samping kuku. Jika tidak
diobati, infeksi dapat berlanjut ke jaringan di bawah pangkal kuku. Infeksi lebih lanjut dapat
melibatkan kedua lipatan samping kuku dan jaringan di bawah kuku.

Sedangkan pada paronikia kronis umumnya gejala berlangsung selama 6 minggu atau lebih.
Gejala yang timbul berupa: lipatan kuku bengkak, merah, dan lembut tanpa fluktuasi. Lempeng
kuku menjadi tebal dan berubah warna, dengan permukaan melintang yang tampak jelas. Gejala
yang timbul dapat berulang dan umumnya penderita paronikia kronis seringkali memiliki riwayat
terpapar air atau berada di lingkungan yang lembab.

Diagnosis

Dalam kebanyakan kasus, dokter dapat mendiagnosa paronikia hanya dengan bertanya mengenai
riwayat penyakit dan melihat kondisi kuku serta jaringan sekitar. Dokter akan melakukan
beberapa pemeriksaan laboratorium jika dalam penanganan tampaknya tidak membantu. Ini akan
menentukan penyebab infeksi yang tepat dan akan membantu dokter untuk memberikan
pengobatan yang tepat juga. Beberapa pemeriksaan laboratorium bisa membantu dalam
diagnosis, di antaranya :

- Pewarnaan dan/atau kultur Gram. Pemeriksaan ini bertujuan untuk membantu


mengidentifikasi penyebab bakteri paronikia yang berfluktuasi.
- Potassium hydroxide (KOH) 5% smear. Pemeriksaan ini untuk membantu mendiagnosis
paronchia yang disebabkan oleh infeksi candida.
- Tzanck smear. Dilakukan jika curiga penyebabnya adalah virus herpes.
Penanganan

Pilihan pengobatan tergantung pada tingkat infeksi yang terjadi. Jika didiagnosis awal, paronikia
akut tanpa nanah dapat diobati tanpa pembedahan. Jika ada pembengkakan jaringan lunak tanpa
fluktuasi, infeksi bisa sembuh dengan rendaman di air hangat 3-4 kali sehari.

Antibiotik salep mungkin diresepkan untuk infeksi lokal dan kecil. Antibiotik oral mungkin
diperlukan untuk infeksi bakteri yang parah atau berkepanjangan. Pengobatan dengan antivirus
disarankan bila terjadi infeksi herpes simpleks berat.

Pasien dengan riwayat diabetes, penyakit pembuluh darah perifer, atau keadaan
immunocompromised (sistem kekebalan tubuh yang rendah) bisa diberikan antibiotik jangka
pendek. Pemberian antibiotik golongan penisilin atau sefalosporin generasi pertama umumnya
efektif. Jika nanah telah berkembang, diperlukan tindakan pembedahan berupa sayatan dan
irigasi.

Pada pasein dengan paronikia kronis, dokter umumnya akan meresepkan obat antijamur dan
menyarankan agar daerah sekitar yang terinfeksi tetap kering. Pada kasus yang parah, mungkin
diperlukan pembedahan untuk melepaskan sebagian kuku.

Komplikasi

Paronikia akut dapat menyebar sehingga menyebabkan infeksi tangan serius (selulitis) dan
mungkin melibatkan tendon yang mendasarinya (tendonitis infeksius).

Komplikasi utama paronikia kronis adalah distrofi kuku. Hal ini sering ditandai dengan lempeng
kuku yang tidak rata dan tidak teratur. Kuku tampak menjadi kuning, hijau, atau hitam dan
rapuh. Setelah sembuh, dibutuhkan waktu hingga satu tahun agar kuku bisa tumbuh kembali
normal.

Sumber

https://www.healthline.com/health/paronychia#types

https://www.emedicinehealth.com/paronychia_nail_infection/article_em.htm#paronychia_pictur
es

https://www.dermnetnz.org/topics/paronychia/

https://emedicine.medscape.com/article/1106062-overview

Anda mungkin juga menyukai