Anda di halaman 1dari 13

LEMBARAN KERJA MAHASISWA

MATA KULIAH FARMASI INDUSTRI

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU

Dosen : Dr. Gressy Novita M.Farm., Apt


Pokok Bahasan : Validasi dan Optimasi

IDENTITAS MAHASISWA DAN TUGAS


Nama YULI WARDANI
No UrutAbsen 038
Kelompok A
Pertemuan ke
Hari/Tanggal Kamis/ 04 April 2019

VALIDASI

Definisi validasi

Validasi merupakan suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu, berdasarkan

percobaan laboratorium untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan

untuk penggunaannya. Validasi merupakan suatu proses evaluasi kecermatan dan keseksamaan

yang dihasilkan oleh suatu prosedur dengan nilai yang dapat diterima. Sebagai tambahan,

validasi memastikan bahwa suatu prosedur tertulis memiliki detail yang cukup jelas sehingga

dapat dilaksanakan oleh analis atau laboratorium yang berbeda dengan hasil yang sebanding.

Tujuan validasi

Validasi metode menurut United State Pharmacopeia (USP) dilakukan untuk

menjamin bahwa metode analisis akurat, spesifik , reprodusibel, dan tahan pada kisaran analit

yang akan dianalisis. Suatu metode analisis harus divalidasi untuk melakukan verifikasi bahwa
parameter- parameter kinerjanya cukup mampu untuk mengatasi problem analisis, karenanya

suatu metode harus divalidasi , ketika:

o Metode baru dikembangkan untuk mengatasi problem analisis tertentu.

o Metode yang sudah baku direvisi untuk menyesuaikan perkembangan atau karena

munculnya suatu problem yang mengarahkan bahwa metode baku tersebut harus direvisi.

o Penjaminan mutu yang mengindikasikan bahwa metode baku telah berubah seiring

dengan berjalannya waktu.

o Metode baku digunakan di laboratorium yang berbeda dikerjakan oleh analis

yang berbeda atau dikerjakan dengan alat yang berbeda.

o Untuk mendemonstrasikan kesetaraan antar 2 metode, seperti antara metode baru dan

metode baku.

Tipe validasi

Validasi terdiri dari 3 macam, antara lain:

1. Validasi prospektif

Validasi yang dilakukan sebelumpelaksanaan suatu prosedur, pembuatan formula baru atau

peralatan baru. Umumnya digunakan 3 batch untuk kegiatan validasi prospektif. Validasi ini

merupakan tahap dari pengembangan menuju produksi. Contoh validasi prospektif adalah

validasi proses produksi kaplet baru.

2. Validasi retrospektif

Validasi ini meliputi pencatatan (recording) variabel-variabel dari serangkaian langkah yang

telah dilakukan dari keseluruhan proses produksi (sampai produk akhir). Validasi ini berguna
sebagai bukti/dokumentasi bahwa proses yang dilakukan sudah terkontrol sesuai dengan SOP

yang telah dibuat. Umumnya 20-30 batch cukup digunakan sebagai pembuktian validasi

prosedur yang telah dilaksanakan. Contoh validasi retrospektif adalah validasi proses produksi

kapsul yang telah dipasarkan.

3. Validasi konkuren

Validasi ini mencakup pengawasan proses dari langkah-langkah proses yang dianggap kritis

(critical processing step) dan melibatkan pengujian produk dari tiap langkah proses untuk

memastikan bahwa produk yang dihasilkan dalam setiap proses (produk antara) memenuhi

syarat. Contoh validasi konkuren adalah validasi proses produksi kapsul yang sedang berjalan

(proses produksinya).

Parameter validasi

Pemilihan parameter yang akan diuji tergantung dari jenis dan metode pengujian yang akan

dievaluasi. Beberapa parameter yang harus dipertimbangkan antara lain :

1) Kecermatan (accuracy)

Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analis dengan

kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai persen perolehan kembali

(recovery) analit yang ditambahkan. Kecermatan hasil analis sangat tergantung kepada sebaran

galat sistematik di dalam keseluruhan tahapan analisis. Oleh karena itu untuk mencapai

kecermatan yang tinggi hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi galat sistematik tersebut

seperti menggunakan peralatan yang telah dikalibrasi, menggunakan pereaksi dan pelarut yang

baik, pengontrolan suhu dan pelaksanaannya yang cermat, taat asas sesuai prosedur.
Kecermatan dapat ditentukan dengan dua cara yaitu metode simulasi (spiked – placebo

recovery) dan metode penambahan baku (standard addition method ). Dalam metode simulasi

( spiked – placebo recovery), sejumlah analit bahan murni ditambahkan ke dalam campuran

bahan pembawa sediaan farmasi (plasebo) kemudian campuran tersebut dianalisis dan hasilnya

dibandingkan dengan kadar analit yang ditambahkan (kadar sebenarnya). Sedangkan dalam

metode penambahan baku, sampel dianalisiskemudian sejumlah tertentu analit uji ditambahkan

ke dalam sampel lalu dianalisis kembali. Selisih kedua hasil kemudian dibandingkan

dengankadar yang sebenarnya. Kecermatan dalam analisis dinyatakan sebagai persen

perolehankembali (recovery) analit yang ditambahkan. Perolehan kembali dapat ditentukan

dengan cara membuatdengan cara membuat sampel plaseboyang mengandung eksipien obat atau

matriks biologi yang digunakan,kemudian ditambah analit dengan konsentrasi tertentu

(umumnya 80% -120% dari kadar analit yang diperkirakan), kemudian dianalisis denganmetode

yang akan divalidasi. Tetapi bila tidak memungkinkan membuat sampel plasebo karena

matriksnya tidak diketahui maka dapat dipakai metode adisi ( standard addition method ).

Perhitungan perolehan kebali dapat ditetapkan dengan rumus :

Rentang kesalahan yang diinginkan dalam analisis untuk setiapkonsentrasi analit pada

matriks dapat dilihat sebagai berikut:


2) Keseksamaan (precision)

Keseksamaan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji

individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika prosedur diterapkan

secara berulang pada sampel-sampel yang diambil dari campuran yang homogen.

Keseksamaan diukur sebagai simpangan baku atau simpangan baku relatif (koefisien

variasi). Keseksamaan dapat dinyatakan sebagai keterulangan (repeatability) atau ketertiruan

(reproducibility).

Sesuai dengan ICH ,presisi harus dilakukan pada 3 tingkatan yang berbeda yaitu:

a. Keterulangan yaitu ketepatan (precision) pada kondisi percobaan yang sama (berulang)

baik orangnya, peralatannya, tempatnya, maupun waktunya.

b. Presisi antara yaitu ketepatan (precision) pada kondisi percobaan yang berbeda,

baik orangnya, peralatannya, tempatnya, maupun waktunya.

c. Ketertiruan merujuk pada hasil-hasil dari laboratorium yang lain.

Percobaan keseksamaan dilakukan terhadap minimal enam replica sampel yang diambil

dari campuran sampel dengan matriks yang homogen. Sebaiknya keseksamaan ditentukan

terhadap sampel sebenarnya yaitu berupa campuran dengan bahan pembawa sediaan farmasi
(plasebo) untuk melihat pengaruh matriks pembawa terhadap keseksamaan hasil analisis.

Keseksamaan diukur sebagai simpangan baku atau simpangan baku relative (koefisien variasi)

dan criteria seksama diberikan jika metode memberikan simpangan baku relative atau koefisien

variasi 2% atau kurang.

Akan tetapi kriteria ini tidak mutlak, melainkan tergantung pada konsentrasi analit yang

dianalisis, jumlah sampel, dan kondisi laboratorium.

3) Selektiktivitas (spesifisitas)

Selektivitas atau spesifisitas suatu metode adalah kemampuannya yang hanya mengukur

zat tertentu saja secara cermat dan seksama dengan adanya komponen lainyang mungkin ada

dalam matriks sampel. Selektivitas seringkali dapat dinyatakansebagai derajat penyimpangan

(degree of bias) metode yang dilakukan terhadap sampel yang mengandung bahan yang

ditambahkan berupa cemaran, hasil urai, senyawa sejenis, senyawa asing lainnya dan

dibandingkan terhadap hasil analisis sampel yang tidak mengandung bahan lain yang

ditambahkan.
Selektivitas metode ditentukan dengan membandingkan hasil analisis sampel

yangmengandung cemaran, hasil urai, senyawa sejenis, senyawa asing lainnya atau

pembawa plasebo dengan hasil analisis sampel tanpa penambahan bahan-bahan tadi.

Penyimpangan hasil jika ada merupakan selisih dari hasil uji keduanya.

Jika cemaran dan hasil urai tidak dapat diidentifikasi atau tidak dapat diperoleh, maka

selektivitas dapat ditunjukkan dengan cara menganalisis sampel yang mengandungcemaran atau

hasil uji urai dengan metode yang hendak diuji lalu dibandingkan denganmetode lain untuk

pengujian kemurnian seperti kromatografi, analisis kelarutan fase dan Differential Scanning

Calorimetry. Derajat kesesuaian kedua hasil analisis tersebut merupakan ukuran selektivitas.

Pada metode analisis yang melibatkan kromatografi ,selektivitas ditentukan melalui perhitungan

daya resolusinya (Rs).

ICH membagi spesifisitas dalam 2 kategori, yakni uji identifikasi dan ujikemurnian atau

pengukuran. Untuk tujuan identifikasi, spesifisitas ditunjukkan dengan kemampuan suatu metode

analisis untuk membedakan antar senyawa yang mempunyai struktur molekul hamper sama.

Untuk tujuan uji kemurnian dan tujuan pengukuran kadar, spesifisitas ditunjukkan oleh daya

pisah 2 senyawa yang berdekatan (sebagaimana dalam kromatografi). Senyawa-senyawa tersebut

biasanya adalah komponen utama atau komponen aktif dan atau suatu pengotor. Jika dalam suatu

ujiterdapat suatu pengotor (impurities) maka metode uji harus tidak terpengaruh denganadanya

pengotor ini.

Penentuan spesifisitas metode dapat diperoleh dengan 2 jalan. Yang pertama (dan yang

paling diharapkan), adalah dengan melakukan optimasi sehingga diperolehsenyawa yang dituju

terpisah secara sempurna dari senyawa-senyawa lain (resolusi senyawa yang dituju ≥ 2). Cara

kedua untuk memperoleh spesifisitas adalah denganmenggunakan detektor selektif, terutama


untuk senyawa-senyawa yang terelusi secara bersama-sama. Sebagai contoh, detektor

elektrokimia atau detektor fluoresen hanya akan mendeteksi senyawa tertentu, sementara

senyawa lainnya tidak terdeteksi. Penggunaan detektor UV pada panjang gelombang yang

spesifik juga merupakan cara yang efektif untuk melakukan pengukuran selektifitas.

4) Linearitas dan Rentang

Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon yangsecara

langsung atau dengan bantuan transformasi matematik yang baik, proporsional terhadap

konsentrasi analit dalam sampel. Rentang metode adalah pernyataan batasterendah dan tertinggi

analit yang sudah ditunjukkan dapat ditetapkan dengankecermatan, keseksamaan dan linearitas

yang dapat diterima.

Linearitas biasanya dinyatakan dalam istilah variansi sekitar arah garis regresiyang

dihitung berdasarkan persamaan matematik data yang diperoleh dari hasil uji analit dalam

sampel dengan berbagai konsentrasi analit. Perlakuan matematik dalam pengujianlinearitas

adalah melalui persamaan garis lurus dengan metode kuadrat terkecil antara hasil analisis

terhadap konsentrasi analit. Dalam beberapa kasus, untuk memperolehhubungan proporsional

antara hasil pengukuran dengan konsentrasi analit, data yangdiperoleh diolah melalui

transformasi matematik dulu sebelum dibuat analisis regresinya.

Dalam praktek digunakan satu seri larutan yang berbeda konsentrasinya antara50-150%

kadar analit dalam sampel. Di dalam pustaka sering ditemukan rentang konsentrasi yang

digunakan antara 0-200%. Jumlah sampel yang dianalisis sekurang-kurangnya delapan buah

sampel blanko. Sebagai parameter adanya hubungan linier digunakan koefisien korelasi r pada

analisis regresi linier Y = a + bX. Hubungan linier yang ideal dicapai jika nilai b = 0 dan r = +1

atau ±1 bergantung pada arah garis. Sedangkan nilai a menunjukkan kepekaan analisis terutama
instrumen yang digunakan. Parameter lain yang harus dihitung adalah simpangan baku residual

(Sy).

5) LOD (limit of detection) dan LOQ (limit of quantification )

Batas deteksi (LOD) merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi

yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blanko. Batas kuantitasi (LOQ)

merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat

dan seksama. Batas deteksi dan kuantitasi juga dapat dihitung dengan menggunakan garis regresi

linier dari kurva kalibrasi. Nilai pengukuran akan sama dengan nilai b pada persamaan garis

linier y=a+bx, sedangkan simpangan baku blanko sama dengan simpangan baku residual (Sy/x).

Ket : Sy/x : simpangan baku

b= slop

6) Ketangguhan metode (ruggedness )

Merupakan derajat ketertiruan hasil uji yang diperoleh dari analisis sampel yang sama

dalam berbagai kondisi uji normal, seperti laboratorium, analisis, instrument, bahan pereaksi,

suhu, hari yang berbeda dan sebagainya.


Ketangguhan biasanya dinyatakan sebagai tidak adanya pengaruh perbedaan operasi atau

lingkungan kerja pada hasil uji. Ketangguhan metode ditentukan dengan menganalisis suatu

sampel yang homogeny dalam lab yang berbeda oleh analis yang berbeda menggunakan kondisi

operasi yang berbeda, dan lingkungan yang berbeda tetapi menggunakan prosedur dan parameter

uji yang sama. Derajat ketertiruan hasil uji kemudian ditentukan sebagai fungsi dari variabel

penentuan.

7) Kekuatan (Robustness)

Untuk memvalidasi kekuatan suatu metode perlu dibuat perubahan metodologiyang kecil

dan terus menerus dan mengevaluasi respon analitik dan efek presisi dan akurasi. Sebagai

contoh, perubahan yang dibutuhkan untuk menunjukkan kekuatan prosedur HPLC dapat

mencakup (tapi tidak dibatasi) perubahan komposisi organik fase gerak (1%), p H f a s e

gerak ( 0 ,2 unit) dan perubahan temperatur kolom ( 2-3°C). Perubahan lainnya

dapat dilakukan bila sesuai dengan laboratorium.

8) Kesesuaian Sistem

Sebelum melakukan analisis setiap hari,seorang analis harus memastikan bahwasiatem

dan prosedur yang digunakan harus mampu memberikan data yang dapatditerima. Hal ini

dilakukan dengan percobaan kesesuaian sistem yang didefinisikansebagai serangkaian uji untuk

menjamin bahwa metode tersebut dapat menghasilkanakurasi dan presisi yang dapat diterima.

Persyaratan-persyaratan kesesuaian sistem biasanya dilakukan setelah dilakukan pengembangan

metode dan validasi metode.

Farmakope Amerika (United States Pharmacopeia, USP) menentukan parameter-

parameter yang dapat digunakan untuk menetapkan kesesuaian sistem sebelumdianalisis.

Parameter-parameter yang dapat digunakan meliputi: bilangan lempeng teori (N), factor tailing,
kapasitas (k’atau α) dan nilai standar deviasi relative (RSD) tinggi puncak dan luas puncak dari

serangkaian injeksi. Pada umumnya paling tidak ada 2 kriteria yang biasanya dipersyaratkan

untuk menunjukkan kesesuaian sistem suatumetode. Nilai RSD tinggi puncak atau luas puncak

dari 5 kali injeksi larutan baku padadasarnya dapat diterima sebagai salah satu criteria baku

untuk pengujian komponenyang jumlahnya banyak (komponen mayor) jika nilai RSD ≥ 1%

untuk 5 kali injeksi. Sementara untuk senyawa-senyawa dengan kadar sekelumit, nilai RSD

dapat diterima jika antara 5-15 %.

9) Stabilitas

Untuk memperoleh hasil-hasil analisis yang reprodusibel dan reliable, maka sampel,

reagen dan baku yang digunakan harus stabil pada waktu tertentu (misalkan 1 hari, 1 minggu,1

bulan, atau tergantung kebutuhan. Stabilitas semua larutan dan reagen sangat penting, baik yang

berkaitan dengan suhu atau yang berkaitan dengan waktu. Jika larutan tidak stabil pada suhu

kamar , maka penurunan suhu hingga 2-80C dapat meningkatkan stabilitas sampel dan standar,

pendinginan dalam autosampler biasanya tersedia untuk keperluan ini. Stabilitas juga penting

terkait waktu pengerjaan.

OPTIMASI
1. Definisi Optimasi

Optimasi adalah suatu proses untuk mencapai hasil yang ideal atau optimasi (nilai efektif

yang dapat dicapai). Optimasi dapat diartikan sebagai suatu bentuk mengoptimalkan sesuatu hal

yang sudah ada, atau pun merancang dan membuat sesuatu secara optimal.

Optimasi bertujuan untuk mendapatkan hasil yang maksimal dengan tingkat sensitivitas

yang tinggi untuk memperoleh konidis optimum pada suatu proses yang menghasilkan nilai
terbaik dari kriteria kerja. Optimasi berupa penentuan panjang gelombang maksimal untuk

mendeteksi suatu sampel, optimasi komposisi fase gerak dan optimasi kecepatan alirnya.

 Optimasi fase gerak

Pemilihan fase gerak optimum berdasarkan prioritas yaitu pertama adalah parameter luas

area puncak kromatogram, prioritas kedua adalah resolusi antara puncak zat aktif dan zat

pengganggu (Rs) dan prioritas ketiga adalah wakti retensi (tR) dan efisiensi (N).

 Optimasi komposisi fase gerak

Dilakukan untuk mendapatkan pemisahan yang baik sehingga akan meningkatkan

selektivitas dan sensitivitas metode analisis.

 Optimasi laju alir fase gerak

Untuk mendapatkan laju alir yang optimum sehingga mendapatkan hasil efisiensi

pemisahan terbaik pada laju alir 1,0-1,5 mL/menit berdasarkan persamaan kurva Van

Deemter (HEPT) yaitu suatu ukuran alternatif (yang tergantung pada panjang kolom

kromatografi) adalah tinggi lempeng (H) atau disebut dengan tinggi setara pelat teori

(HETP).

2. Parameter Optimasi

 Kategori 1 : adalah prosedur analisis untuk kuantisasi komponen utama dari zat

obat dalam jumlah besar atau bahan aktif dalam bentuk sediaan farmasi.

 Kategori 2 : prosedur analisis untuk penentuan ketidakmurnian suatu zat obat

dalam jumlah besar atau senyawa degradasi dalam produk sediaan farmasi.

Prosedur ini meliputi tes kuantitatif dan uji batas.

 Kategori 3 : prosedur analisis untuk penentuan karakteristik kinerja (misal : uji

disolusi dan pelepasan obat).


 Kategori 4 : tes identifikasi.

Parameter Optimasi
Analisis Kategori 2
Karakteristik Kategori 1 Kategori 3 Kategori 4
Kuntitatif Uji Batas
Kinerja
Akurasi Yes Yes * * No
Presisi Yes Yes No Yes No
Spesifisitas Yes Yes Yes * Yes
LOD No No Yes * No
LOQ No Yes No * No
Linieritas Yes Yes No * No
Rentang Yes Yes * * No
Catatan : * : mungkin diperlukan dari pengujian tersebut

Anda mungkin juga menyukai