Anda di halaman 1dari 63

259 Skripsi Akuntansi ini adalah hasil seleksi dari sejumlah Perguruan Tinggi ternama di

Indonesia dalam format file PDF serta keragaman konsentrasi skripsinya mewakili Akuntansi
Manajemen, Akuntansi Biaya, Akuntansi Perpajakan, Akuntansi Keuangan dan Pasar Modal.
Adapun daftar judul skripsi akuntansi yang dapat anda pesan file lengkapnya tersebut dapat
dirinci sebagai berikut:

1. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syari’ah Menggunakan Pendekatan Laba


Rugi Dan Nilai Tambah

2. Sistem Administrasi Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 di PT. (Persero) Pertamina Unit
Pemasaran IV Semarang

3. Analisis Koreksi Fiskal atas Pendapatan, Beban dan Pajak Tangguhan dalam Penentuan
Pajak Penghasilan yang Terutang pada PT Z

4. Analisis Perbandingan Kinerja Berdasarkan Konsep Value For Money Sebelum Dan
Sesudah Penerapan Sistem Administrasi Modern Pada Kantor Wilayah DJP Jakarta I

5. Pengaruh Implementasi IFRS dalam Indeks Gray: Leverage, Likuiditas, Profitabilitas,


Dan Porsi Saham Publik Terhadap Pengungkapan Laporan Keuangan

6. Pengaruh Earning Per Share (EPS) Dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Harga Saham
Pada Perusahaan Tekstil dan Garmen DI BEJ

7. Analisis Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Pada Badan Pemberdayaan Masyarakat Dan
Pemerintahan Desa Kabupaten Indragiri Hulu

8. Akuntansi Aktivitas Pengembangan Real Estat Menurut Pernyataan Standar Akuntansi


Keuangan No. 44 Pada PT. IRA WIDYA UTAMA MEDAN

9. Analisis Rasio Profitabilitas dan Rasio Aktivitas Sebagai Dasar Penilaian Kinerja
Keuangan pada PT. Skyline Jaya

10. ANALISIS KESIAPAN PEMERINTAH DALAM MENERAPKAN STANDAR


AKUNTANSI PEMERINTAH BERBASIS AKRUAL (Studi Kasus pada BPKD Kota
Medan)

11. Peranan Informasi Akuntansi Manajemen Dalam Proses Pengambilan Keputusan Jangka
Panjang Mengenai Investasi Aktiva Tetap Pada PT. Nindya Karya (Persero) Cabang
Medan

12. Perencanaan Pajak Penyusutan Aktiva Tetap pada PT. Asuransi Bintang TBK

13. PENGGUNAAN LABA DAN ARUS KAS UNTUK MEMPREDIKSI KONDISI


FINANCIAL DISTRESS (Studi Kasus Pada Perusahaan Bukan Bank Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia)
14. ANALISIS PENGARUH TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK HOTEL DAN
RESTORAN TERHADAP PENERIMAAN PAJAK DAERAH (Studi Kasus Pada Suku
Dinas Pendapatan Daerah Jakarta Pusat I)

15. ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DITINJAU DARI


RENTABILITAS, LIKUIDITAS DAN SOLVABILITAS (Studi Kasus Pada PTPN X
Surakarta)

16. ANALISA KEMUNGKINAN PENERAPAN PENGUKURAN KINERJA RUMAH


SAKIT ISLAM KUSTATI SURAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN BALANCED
SCORECARD (Pengukuran Kinerja menggunakan Metode Balanced Scorecard dan
Metode Standar Pengukuran Jasa Pelayanan Kesehatan)

17. Analisis Harga Pokok Penjualan pada Rumah Sakit Umum (RSU) SARAH, MEDAN

18. Pengaruh Kualitas Pelayanan Aparatur Pajak Terhadap Kepuasan Wajib Pajak dalam
Memenuhi Kewajiban Mengisi dan Menyampaikan SPT PPh 21 Orang Pribadi (Studi
Kasus pada KPP Pratama Bekasi Utara)

19. Efektivitas Dan Kontribusi Penerimaan Pajak Hotel Terhadap Peningkatan Pendapatan
Asli Daerah (PAD) Di Kota Semarang

20. PERAN DAN ORIENTASI PEMDA DALAM OPTIMALISASI PENDAPATAN ASLI


DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM (Studi Kasus pada Pemerintah daerah
Kabupaten Sleman)

21. PENGARUH PROFESIONALISME DAN ETIKA PROFESI TERHADAP


PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS DALAM PEMERIKSAAN
LAPORAN KEUANGAN (Study empiris pada Kantor Akuntan Publik Di Jakarta dan
Tangerang Selatan)

22. PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP NILAI


PERUSAHAAN DAN VOLUME PERDAGANGAN (Studi Pada Perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

23. ANALISIS PENGARUH VARIABILITAS HARGA POKOK PENJUALAN, RASIO


LANCAR, FINANCIAL LEVERAGE, VARIABILITAS PERSEDIAAN, UKURAN
PERUSAHAAN, INTENSITAS PERSEDIAAN TERHADAP PEMILIHAN METODE
AKUNTANSI PERSEDIAAN (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia)

24. ANALISIS HUBUNGAN BELANJA MODAL DAN BELANJA PEMELIHARAAN


PADA ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH
25. PENGARUH PERSEPSI PROFESI DAN KESADARAN ETIS TERHADAP
KOMITMEN PROFESI AKUNTAN PUBLIK (Survey Pada Kantor Akuntan Publik
Wilayah Surakarta)

26. PENGARUH KOMPETENSI, INDEPENDENSI, OBJEKTIVITAS DAN


SENSITIVITAS ETIKA PROFESI TERHADAP KUALITAS HASIL AUDIT (Studi
Kasus Pada Auditor BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta)

27. PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP


KUALITAS AUDIT (Studi Empiris Pada Auditor KAP Di Semarang)

28. ANALISIS PENGARUH STRUKTUR MODAL TERHADAP PAJAK PENGHASILAN


BADAN TERUTANG (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar dalam Bursa Efek
Indonesia)

29. PENGARUH PERUBAHAN TARIF PAJAK TERHADAP KINERJA KEUANGAN


PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA

30. Pengaruh Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Terhadap Efektivitas Pengendalian


Piutang PT. Hajrat Abadi Provinsi Gorontalo

31. PENGARUH ANALISA KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN UNTUK


KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT (Studi Kasus Pemberian Kredit di PT. Bank
Mandiri, TBK.)

32. Pengaruh Kenaikan Upah Minimum Propinsi (UMP) dan Jumlah Penduduk Terhadap
Penerimaan Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB) di Jakarta Selatan

33. Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah di
Propinsi Sumatera Utara

34. Pengaruh Corporate Social Responsibility Disclosure, Institutional Ownership, Leverage,


dan Asset Growth Terhadap Nilai Perusahaan

35. Pengaruh Penyajian Neraca SKPD dan Aksesibilitas Laporan Keuangan SKPD Terhadap
Transparansi Dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan SKPD di Pemerintahan Propinsi
Sumatera Utara

36. ANALISIS PENGARUH MOTIVASI DAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP


KEPATUHAN WAJIB PAJAK (Studi Kasus pada KPP Pratama Jakarta Tanah Abang
Satu)

37. ANALISIS PENGARUH PENERIMAAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI


DAERAH TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) (Studi
Empiris pada Propinsi Bengkulu)
38. KONTRIBUSI FINANCIAL LEVERAGE DAN PROPORSI SAHAM TERHADAP
ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

39. Penerapan Sistem Manajemen Informasi Obyek Pajak (SISMIOP) Sebagai Sarana
Peningkatan Pelayanan dan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kota Makassar

40. Pengaruh Pengungkapan Laporan Keuangan, Laba Akuntansi, Suku Bunga SBI, dan
Uang Beredar Terhadap Harga Saham

41. Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah pada Pemerintahan Kabupaten Langkat

42. ANALISIS PENGGUNAAN METODE GROSS UP SEBAGAI ALTERNATIF DALAM


PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 TERHADAP TINGKAT
PROFITABILITAS PERUSAHAAN (Studi kasus pada PT. X Bandung)

43. ANALISIS PERHITUNGAN PPH PASAL 21 dan PENERAPAN PERENCANAAN


PAJAK TERHADAP BEBAN PAJAK TERUTANG PADA PT. CAK RAWALA SEJATI
di SURABAYA

44. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RETURN ON INVESTMENT (ROI)


PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA (BEI)

45. PERANAN AUDIT OPERASIONAL DALAM MENUNJANG EFEKTIVITAS


PENJUALAN (STUDI KASUS PADA PT. VICTORY SURABAYA)

46. ANALISIS PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN BMT SURYA AMANAH

47. PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL


PADA PT CAKRA COMPACT ALUMINIUM INDUSTRIES

48. Pengaruh Pendapatan dan Beban Terhadap Pajak: Laba Sebelum Pajak sebagai Variabel
Intervening (Studi Empiris Pada Perusahaan LQ45)

49. PENGARUH LABA KOTOR, LABA OPERASI DAN LABA BERSIH DALAM
MEMPREDIKSI ARUS KAS DI MASA MENDATANG (Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek Indonesia)

50. ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI RUMAH PADA PT.TIMUR


RAYA DI PEKANBARU

51. PENGARUH PENGETAHUAN AKUNTANSI DAN KEPRIBADIAN WIRAUSAHA


TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA PERUSAHAAN JASA DI KOTA
MEDAN
52. PENGARUH TOTAL QUALITY MANAGEMENT TERHADAP KINERJA
MANAJEMEN PADA PT PP LONSUM INDONESIA Tbk.

53. ANALISIS ANGGARAN BIAYA PRODUKSI SEBAGAI ALAT PERENCANAAN


DAN PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTAR
A III (PERSERO)

54. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTEGRITAS DAN


OBYEKTIVITAS AUDITOR PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI JAKARTA

55. PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA


PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

56. ANALISIS PENGARUH ARUS KAS OPERASI DAN LABA AKUNTANSI


TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK
INDONESIA

57. ANALISIS PENGARUH EARNING MANAGEMENT TERHADAP NILAI


PERUSAHAAN DENGAN PERANAN PRAKTIK CORPORATE GOVERNANCE
SEBAGAI MODERATING VARIABEL PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA

58. PENGARUH BIAYA KUALITAS TERHADAP PRODUK RUSAK PADA CV. ANEKA
ILMU SEMARANG

59. PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, PROPORSI DEWAN KOMISARIS


INDEPENDEN, JUMLAH KOMITE AUDIT, DAN KEAHLIAN KOMITE AUDIT TE
RHADAP MANAJEMEN LABA

60. PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI DASAR


PENETAPAN TARIF JASA RAWAT INAP (STUDI KASUS PADA RSUD. H. A.
SULTHAN DAENG RADJA BULUKUMBA)

61. PERANAN AUDIT OPERASIONAL DALAM MENINGKATKAN EFEKTIVITAS


KEGIATAN PERKREDITAN (Studi Kasus pada Bank Nagari Cabang Utama Padang)

62. ANALISIS KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN


MODEL ALTMAN (Z-SCORE) DAN MODEL ZAVGREN (LOGIT) (Studi Kasus pada
Perusahaan Farmasi yang Terdaftar di BEJ)

63. PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA ALOKASI UMUM


(DAU), DANA ALOKASI KHUSUS (DAK), DAN DANA BAGI HASIL (DBH)
TERHADAP PENGALOKASIAN BELANJA MODAL (Studi Empiris pada Pemerintah
Provinsi se-Indonesia tahun 2012)
64. ANALISIS IMPLEMENTASI SISTEM AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN
UNTUK PENILAIAN KINERJA ANAK PERUSAHAAN (Studi Kasus pada PT Semen
Padang)

65. PENGARUH MEKANISMEGOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP


KINERJA PERUSAHAAN PERBANKAN YANGTERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA TAHUN 2009-2011

66. PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, LEVERAGE, ECONOMIC VALUE ADDED,


RETURN ON INVESTMENT, DAN EARNING PER SHARE TERHADAP RETURN
YANG DITERIMA PEMEGANG SAHAM (Studi Empiris pada Industri Makanan dan
Minuman di Bursa Efek Indonesia)

67. ANALISIS KOREKSI FISKAL ATAS LAPORAN KEUANGAN KOMERSIL PADA


PT. CITRA SULAWESI SEJAHTERA DI MAKASSAR

68. ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA KOPERASI BMT BINA USAHA


KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG

69. PENGARUH KINERJA LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN


DENGAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) SEBAGAI VARIABEL
INTERVENING (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) Tahun 2009-2011)

70. ANALISIS BIAYA-VOLUME-LABA SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA


PADA PERUSAHAAN PT. CIPTA BETON SINAR PERKASA DI MAKASSAR

71. PENGARUH KEAHLIAN, INDEPENDENSI, DAN ETIKA TERHADAP KUALITAS


AUDI TOR PADA INSPEKTORAT PROVINSI MALUKU UTARA

72. PENGARUH LOCUS OF CONTROL, PENGALAMAN AUDITOR, KOMITMEN


PROFESIONAL DAN ETIKA PROFESIONAL TERHADAP PERILAKU AUDITOR
DALAM SITUASI KONFLIK AUDIT (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di
Jakarta Selatan)

73. ANALISIS PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP


MANAJEMEN LABA (Studi Empiris Perusahaan Sektor Perbankan yang Terdaftar di
BEI)

74. FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP AUDIT DELAY (Studi


Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

75. PENGARUH PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH


DAERAH TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH
DAERAH (Studi Kasus Pada Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Barat)
76. Analisis Pengaruh Economic Value Added (EVA), Return on Assets (ROA), Return on
Equity (ROE), Firm Size dan Sales Growth Terhadap Stock Return dan Market Value
Added (MVA) (Studi kasus pada 9 Sektor Industri Perusahaan yang Terdaftar di BEI )

77. PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA PERIMBANGAN


TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Kasus pada Pemerintah Kota Bandung)

78. EVALUASI PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 Studi Kasus pada


PT X

79. PENGARUH EFEKTIVITAS PENGGUNAAN DAN KEPERCAYAAN ATAS


TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI TERHADAP KINERJA AUDITOR
INTERNAL (Studi Pada Auditor Internal di Jakarta)

80. PENGARUH APLIKASI SISTEM MANAJEMEN INFORMASI OBJEK PAJAK


(SISMIOP) TERHADAP KINERJA APARATUR PAJAK (Studi Kasus pada KPP
Pratama di Wilayah Jakarta Selatan)

81. PENGARUH KOMITMEN PROFESIONAL DAN KOMITMEN ORGANISASI


TERHADAP KEPUASAN KERJA AUDITOR: MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL
INTERVENING (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Semarang)

82. Penerapan Activity Based Costing dalam Perhitungan Harga Pokok Produksi Pada
PT.Cahaya Anugrah Sentosa

83. Pengaruh Tekanan Ketaatan, Kompleksitas Tugas dan Pengalaman Kerja Auditor
Terhadap Pertimbangan Audit

84. Pengaruh Financial Leverage, Kebijakan Deviden, dan Earnings Per Share Terhadap
Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI

85. PENGARUH ETIKA, INDEPENDENSI, PENGALAMAN, DAN KEAHLIAN


AUDITOR TERHADAP OPINI AUDIT (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di
Jakarta)

86. AKUNTANSI AKRUAL DAN PENERAPANNYA DI SEKTOR PUBLIK : TELAAH


PUSTAKA

87. Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud) Dengan


Menggunakan Beneish Ratio Index Pada Perusahaan Manufaktur Yang Listing di Bursa
Efek Indonesia

88. Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Melalui Komitmen


Organisasi dan Persepsi Inovasi Sebagai Variabel Intervening
89. PERSEPSI WAJIB PAJAK TERHADAP PENERAPAN BILLING SYSTEM (Studi
Kasus Pada PT. Metalindo Guna Teknik Industri)

90. PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP KINERJA DENGAN LOCUS


OF CONTROL SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Studi Kasus pada PT Kimia
Farma Trading & Distribution Cabang Makasar)

91. PENGARUH PER, EPS, ROA DAN DER TERHADAP HARGA SAHAM
PERUSAHAAN SUB-SEKTOR INDUSTRI TEXTILE YANG GO PUBLIC DI BURSA
EFEK INDONESIA (BEI).

92. PENGARUH DEVIDEN, KEBIJAKAN HUTANG,PROFITABILITAS,DAN UKURAN


PERUSAHAAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

93. ANALISIS RASIO PROFITABILITAS, LIKUIDITAS, LEVERAGE, DAN AKTIVITAS


TERHADAP PENGEMBALIAN INVESTASI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
YANG TERDAFTAR DI BEI

94. ANALISIS ASPEK AKUNTANSI DAN CSR ATAS PENGOLAHAN SAMPAH DI


KOTA KENDARI

95. ANALISIS KESIAPAN PEMERINTAH DALAM MENERAPKAN STANDAR


AKUNTANSI PEMERINTAH BERBASIS AKRUAL (Kasus pada Pemerintah
Kabupaten Jember)

96. Perencanaan dan Pengawasan Biaya Operasional dalam Rangka Peningkatan Laba
Perusahaan Pada PT Adira Dinamika Mulfinance Car Division Cabang Medan

97. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA SISTEM


INFORMASI AKUNTANSI (STUDI KASUS PADA PT. COCA-COLA BOTTLING
INDONESIA)

98. AUDIT MANAJEMEN FUNGSI KEUANGAN (Studi Kasus pada PT. Indonesia Miki
Industries)

99. ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI KOPI PADA TINGKAT


PETANI KOPI DI KECAMATAN KEMBANG KABUPATEN BONDOWOSO

100. PENGARUH KEPATUHAN PENGENDALIAN INTERN TERHADAP


PERILAKU ETIS KARYAWAN DALAM SISTEM PENGGAJIAN (Studi Kasus pada
Karyawan Ketahanan Pangan Kota Makassar)

101. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK


DALAM MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (Studi Kasus Di Kecamatan
Dukuhturi Kabupaten Tegal)
102. PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PELAYANAN TERHADAP
PENGETAHUAN PAJAK DAN IMPLEMENTASINYA PADA KEPATUHAN WAJIB
PAJAK (Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying)

103. PELAKSANAAN ANGGARAN FLEKSIBEL SEBAGAI ALAT


PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI PADA PT. SEMEN TONASA DI KABUPATEN
PANGKEP

104. PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA


DAN NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN HIGH PROFILE YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESI

105. PENGARUH KEAHLIAN, INDEPENDENSI, DAN ETIKA TERHADAP


KUALITAS AUDIT (Studi pada Auditor Pemerintah di BPKP Perwakilan Provinsi Sul-
Sel)

106. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY


PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

107. PENGARUH TINGKAT PEMAHAMAN PERATURAN PAJAK WAJIB PAJAK


DAN KUALITAS PELAYANAN FISKUS TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN
WAJIB PAJAK PPh PASAL 25 BADAN (Studi pada KPP Makassar Selatan)

108. PENGARUH TOTAL QUALITY MANAGEMENT TERHADAP KINERJA


MANAJERIAL PADA PT SUPER ANDALAS STEEL

109. ANALISIS TINGKAT PERTUMBUHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN,


BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN, DAN PAJAK
PENGHASILAN ORANG PRIBADI PADA KABUPATEN TANGERANG

110. ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI TAS ADI ARYA


COLLECTION KENDAL BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING

111. Penentuan Harga Jual Produk Studi Kasus Pada PT. Sari Husada Yogyakarta

112. ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI TELUR AYAM


RAS BINA UNGGAS KOLAKA UTARA

113. ANALISIS PENCATATAN DAN PENILAIAN PERSEDIAAN SESUAI


DENGAN PSAK N0.14 TAHUN 2009 PADA UD. JAYA ALUMINIUM JL.Banjarsari
Cerme-Gresik

114. ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR WAJIB PAJAK TERHADAP


PENERIMAAN PAJAK RESTORAN DI MAKASSAR
115. PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN
INSTITUSIONAL, LEVERAGE DAN KOMITE AUDIT TERHADAP
KONSERVATISME AKUNTANSI

116. PENGARUH TEMPORARY AND PERMANENT DIFFERENCETERHADAP


PERTUMBUHAN LABA DENGAN SMALL AND LARGE BOOK TAX
DIFFERENCE SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Studi Empiris pada Perbankan
yang terdaftar di BEI)

117. Independensi Auditor Dan Komitmen Organisasi Sebagai Mediasi Pengaruh


Pemahaman Good Governance, Gaya Kepemimpinan Dan Budaya Organisasi Terhadap
Kinerja Auditor

118. PENGARUH KARAKTERISTIK PEMERINTAH DAERAH TERHADAP


KEPATUHAN PENGUNGKAPAN WAJIB DALAM LAPORAN KEUANGAN
PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Kabupaten/Kota di Indonesia)

119. PENGARUH TEMPORARY AND PERMANENT DIFFERENCETERHADAP


PERTUMBUHAN LABA DENGAN SMALL AND LARGE BOOK TAX
DIFFERENCESEBAGAI VARIABEL MODERATING (Studi Empiris pada Perbankan
yang terdaftar di BEI Tahun 2009-2011)

120. PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY


TERHADAP PROFITABILITAS DAN REPUTASI PERUSAHAAN (Studi Empiris
Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

121. Pengaruh Faktor Keperilakuan Organisasi Terhadap Kegunaan Sistem Akuntansi


Keuangan Daerah

122. Penerapan Metode Activity-Based Costing System Dalam Menentukan Besarnya


Tarif Jasa Rawat Inap (Studi Pada RSUD Kabupaten Batang)

123. Analisis Potensi Pajak Penerangan Jalan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Di
Kabupaten Tana Toraja

124. ANALISIS PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AUDITOR


TERHADAP KUALITAS AUDIT DENGAN UKURAN KANTOR AKUNTAN
PUBLIK SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Studi Empiris pada Kantor Akuntan
Publik di Jakarta)

125. PENGARUH EFEKTIVITAS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI


PEMERINTAHAN TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN
PEMERINTAH DAERAH (Studi pada Pemerintah Kabupaten Enrekang)
126. PENGARUH PERUBAHAN TARIF PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK
BADAN DAN KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP STRUKTUR
MODAL PADA PERUSAHAAN LISTING DI BEI

127. ANALISIS PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG)


TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN ( Studi Empiris Perusahaan yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia )

128. PENGARUH AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN TERHADAP


PENGENDALIAN BIAYA STANDAR

129. KONTRIBUSI PAJAK REKLAME TERHADAP PENDAPATAN ASLI


DAERAH GUNA PERTUMBUHAN PEMBANGUNAN DAERAH DI KOTA
SURABAYA

130. PENGARUHRETURN ONINVESTMENT(ROI)DANEARNING


PERSHARE(EPS)TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAANDENGAN
MEMPERHATIKANPERCEIVED RISKSAHAMSEBAGAI VARIABEL MODERASI
(Studi pada Perusahaan Manufaktur yangTerdaftar di Bursa Efek Indonesia)

131. PENGARUH PENERAPAN SISTEME-FILLINGTERHADAPKEPATUHAN


WAJIB PAJAK DENGANPEMAHAMAN INTERNET SEBAGAI VARIABEL
PEMODERASIPADA KPP PRATAMA KLATEN

132. PENGARUH INTERNAL CONTROL DAN INTERNAL AUDIT TERHADAP


UPAYA MEMINIMALISASI KECURANGAN DALAM LAPORAN KEUANGAN

133. PENGARUH AKTIVA PAJAK TANGGUHAN, BEBAN PAJAK TANGGUHAN


DAN AKRUAL TERHADAP EARNING MANAGEMENT (Studi Empiris pada
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia)

134. IMPLEMENTASI TAX PLANNING PPh 21 DALAM UPAYA


MENINGKATKAN EFISIENSI PERUSAHAAN PADA PT PELNI CABANG
PAREPARE

135. PENGARUH BIAYA AGENSI: STRUKTUR KEPEMILIKAN, DISPERSION


OF OWNERSHIP, DAN STRUKTUR MODAL TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI

136. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIVITAS


PENGENDALIAN INTERN DI SEKTOR PEMERINTAHAN (Persepsi Pegawai Pada
Dinas - Dinas Kota Semarang)

137. PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, KOMITMEN ORGANISASI,


TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP KINERJA MANAJERIAL (Studi Empiris
pada Perusahaan Manufaktur di Kabupaten Bogor)
138. PENGARUH LABA TAHUN BERJALAN, AKRUAL, DAN ARUS KAS
TERHADAP PERSISTENSI LABA DENGAN PERBEDAAN LABA AKUNTANSI
DAN LABA FISKAL SEBAGAI VARIABEL MODERATING

139. PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN


MODERN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN
PAJAK DI LINGKUNGAN KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
WAJIB PAJAK BESAR

140. PENGARUH KAPASITAS SUMBER DAYA MANUSIA,PEMANFAATAN


TEKNOLOGI INFORMASI, DAN PENGENDALIAN INTERN AKUNTANSI
TERHADAP NILAI INFORMASI PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH
DAERAH: Studi Pada Pemerintah Kabupaten Kudus

141. PENGARUH KOMPENSASI FINANSIAL DAN NONFINANSIAL


TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO)
TBK. WILAYAH MAKASSAR

142. ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI PADA USAHA TOKO BUKU DI


KECAMATAN RENGAT

143. ANALISIS PERBANDINGAN EFISIENSI BIAYA PRODUKSI SEBELUM


DAN SESUDAH PENERAPAN TOTAL QUALITY MANAGEMENT (Studi Kasus
pada PT. INDOWIRA PUTRA)

144. MODEL PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN OLEH


AUDITOR SPESIALIS INDUSTRI DENGAN ANALISIS FRAUD TRIANGLE

145. PENGARUHPROFESIONALISMETERHADAP KINERJA, KOMITMEN


ORGANISASI, KEPUASAN KERJA,TURNOVER INTENTIONSDAN
INDEPENDENSI AKUNTAN PUBLIK

146. PENGARUH PENERAPAN ETIKA PROFESI, KOMITMEN ORGANISASI


DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PENINGKATAN
PROFESIONALISME AKUNTAN PUBLIK DI JAKARTA

147. PENGARUH SIKAP, KESADARAN WAJIB PAJAK, DAN PENGETAHUAN


PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MEMBAYAR
PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KECAMATAN PAMULANG KOTA
TANGERANG SELATAN

148. PENGARUH KEANDALAN AKRUAL PADA PERSISTENSI LABA DAN


HARGA SAHAM

149. PENGARUH STRUKTUR MODAL, KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN,


PERTUMBUHAN PERUSAHAAN DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP
NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTARDIJAKARTA
ISLAMIC INDEX (JII) (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di JII periode
2008-2011)

150. PENGARUH PEMAHAMAN PERATURAN PAJAK TERHADAP


KEPATUHAN WAJIB PAJAK DENGAN PREFERENSI RISIKO SEBAGAI
VARIABEL MODERATING

151. ANALISIS PERANAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN TERHADAP


PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN TAKALAR

152. PENGARUH PERSEPSI AUDITOR INTERNAL ATAS KODE ETIK


TERHADAP KINERJA AUDITOR INTERNAL: Studi pada Auditor di Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta

153. Analisis Laporan Keuangan Untuk Menilai Kinerja Perusahaan pada Kelompok
Industri Rfokok (Studi Survei Pada Kelompok Industri Rokok)

154. DESIGN PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM UNTUK


MENENTUKAN HARGA POKOK PRODUKSI (Studi Kasus pada Perusahaan
Autobody Manufaktur dan Komponen Otomotif di CV Delima Mandiri)

155. ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI RUMAH PADA PT.


ARFINDO PEKANBARU

156. PENGARUH MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE


TERHADAP KINERJA PERBANKAN (Studi pada Perusahaan Perbankan yang
Terdaftar di BEI).

157. PENGARUH PERAN AUDITOR INTERNAL, SISTEM PENGENDALIAN


INTERN PEMERINTAH DAN PENYELESAIAN TINDAK LANJUT TEMUAN
AUDIT TERHADAP PENERAPAN TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK
(GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE) (Studi Empiris Pada Sekretariat Jenderal
dan Inspektorat Jenderal di Kementerian Republik Indonesia )

158. PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN


INSTITUSIONAL, KEBIJAKAN DIVIDEN, LEVERAGE DAN UKURAN
PERUSAHAAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN

159. PERAN INTERNAL AUDIT TERHADAP GOOD CORPORATE


GOVERNANCE PADA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK
CABANG MAKASSAR

160. PENGARUH KEPEMILIKAN KELUARGA, KEPEMILIKAN


INSTITUSIONAL, DAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP BIAYA
UTANG (COST OF DEBT) (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia)

161. PENGARUH EBIT, ROA DAN ROE TERHADAP PENCIPTAAN NILAI


(VALUE CREATION ) PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN
2006-2010

162. Analisis kepuasanpengguna OPAC dan dampaknya terhadap loyalitas di


Perpustakaan STAIN Salatiga.

163. ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK HOTEL DAN RESTORAN TERHADAP


PENDAPATAN ASLI DAERAH Studi Kasus di Pemerintah Kota Yogyakarta

164. ANALISIS PENDISTRIBUSIAN LABA DALAM AKUNTANSI SYARIAH


UNTUK MENCAPAI PRINSIP KEADILAN (Studi Kasus pada PT. Bank Muamalat
Indonesia TBK.)

165. PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DISCLOSURE


TERHADAP COST OF EQUITY CAPITAL

166. ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI TINGKAT


KESEHATAN KEUANGAN PADA PD BPR BANK KLATEN

167. HUBUNGAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DAN HARGA


SAHAM PERUSAHAAN (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2012-2014)

168. PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH


(PAD), DAN DANA ALOKASI UMUM (DAU) TERHADAP BELANJA MODAL
(Studi Kasus Pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 -2011)

169. PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN, KOMITMEN


ORGANISASI, DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA MANAJERIAL (Studi pada
PT. ASKES (Persero) Cabang Kediri)

170. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY


(Pengembangan Model Audit Delay dengan Audit Report Lag dan Total Lag serta Faktor-
Faktor yang Mempengaruhinya)

171. ACTIVITY-BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF


PENENTUAN HARGA POKOK TARIF JASA RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT
(Studi Kasus Pada Rumah Sakit Umum Aisyiyah Kudus)

172. ANALISIS HUBUNGAN REVALUASI AKTIVA TETAP DENGAN RETURN


ON INVESTMENT (ROI) DAN RETURN ON ASSETS (ROA) Studi Empiris pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
173. PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN
INSTITUSIONAL, DAN KESEMPATAN INVESTASI TERHADAP KEBIJAKAN
DIVIDEN DENGAN LIKUIDITAS SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi
Empiris pada Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia)

174. ANALISIS PENGARUH RETURN ON ASSET (ROA), DEBT TO EQUITY


RATIO (DER), NET PROFIT MARGIN (NPM) DAN CURRENT RATIO (CR)
TERHADAP HARGA SAHAM (Studi Empiris Pada Perusahaan Tambang yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013)

175. ANALISIS PENERIMAAN RETRIBUSI PARKIR TERHADAP PENDAPATAN


ASLI DAERAH Studi Kasus pada Pemerintah Kota Yogyakarta

176. ANALISIS PERBANDINGAN RISIKO KEBANGKRUTAN PADA BANK


SYARIAH DEVISA DAN NON DEVISA DENGAN MENGGUNAKAN METODE
ALTMAN Z-SCORE

177. PENGARUH LIKUIDITAS, UKURAN PERUSAHAAN, PERTUMBUHAN


PENJUALAN, DAN PROFITABILITAS TERHADAP STRUKTUR MODAL (STUDI
EMPIRIS PADA PERUSAHAAN SEKTOR PERDAGANGAN RITEL DI BEI ).

178. PENGARUH GENDER PADA DEWAN KOMISARIS, DEWAN DIREKSI DAN


KOMITE AUDIT TERHADAP PROFITABILITAS DAN KUALITAS LABA
PERUSAHAAN.

179. ANALISIS PENGGUNAAN METODE ALTMAN Z-SCORE DAN METODE


SPRINGATE UNTUK MENGETAHUI POTENSI TERJADINYA FINANCIAL
DISTRESS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI DASAR
DAN KIMIA SUB SEKTOR SEMEN

180. PREDIKSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH


BERDASARKAN METODE ALTMAN Z-SCORE

181. PENGARUH PERSEPSI WAJIB PAJAK TENTANG KUALITAS PELAYANAN


FISKUS TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DENGAN KONDISI
KEUANGAN WAJIB PAJAK DAN PREFERENSI RISIKO SEBAGAI VARIABEL
MODERATING (Studi Empiris Terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi di Kota Semarang).

182. PENGARUH KEWAJIBAN KEPEMILIKAN NPWP, PEMERIKSAAN PAJAK


DAN PENAGIHAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK (Pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama di Wilayah Jakarta Selatan)

183. Pengaruh Analisis Informasi Akuntansi Diferensial dalam Pengambilan


Keputusan Manajemen Menerima atau Menolak Pesanan Khusus Produk Terhadap
Peningkatan Laba Perusahaan (Studi Survei pada Perusahaan Garment di Bandung)
184. Peranan Saistem Informasi Akuntansi Persediaan Bahan Baku dalam Menunjang
Kelancaran Produksi (Studi Kasus pada PT. X)

185. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN


INFORMASI AKUNTANSI PADA UMKM (Survei pada Perusahaan Rekanan PT. PLN
(Persero) di Kota Bandung)

186. PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN PT. HADJI KALLA DENGAN


MENGGUNAKAN ANALISIS ECONOMIC VALUE ADDED

187. Analisis Laporan Keuangan untuk Mengevaluasi Kinerja Antar Perusahaan (Studi
Survei pada Perusahaan Jasa Perhotelan)

188. PENGARUH FRAMING DAN TEKANAN KETAATAN TERHADAP


PERSEPSI TENTANG AUDIT JUDGMENT (Studi Kasus pada Mahasiswa Akuntansi
S1 FE UNY angkatan 2012)

189. ANALISIS RASIO KEUANGAN PERUSAHAAN (Studi Empiris pada


Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ)

190. PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP TINGKAT


PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB LINGKUNGAN DALAM LAPORAN
TAHUNAN (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di PROPER dan BEI )

191. PENGARUH PENERAPAN SURAT PEMBERITAHUAN ELEKTRONIK (e-


SPT) PPN MASA TERHADAP EFISIENSI PENGISIAN SPT MENURUT PERSEPSI
WAJIB PAJAK: SURVEY TERHADAP PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KPP
MAKASSAR SELATAN

192. PENGARUH SOSIALISASI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERKOTAAN


DAN PERDESAAN (PBB-P2) TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DI
KABUPATEN TANA TORAJA

193. PENGARUH KEADILAN, SISTEM PERPAJAKAN, DISKRIMINASI, DAN


KEMUNGKINAN TERDETEKSI KECURANGAN TERHADAP PERSEPSI WAJIB
PAJAK MENGENAI ETIKA PENGGELAPAN PAJAK (TAX EVASION)

194. Hubungan Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban dengan Kinerja Manajer


Pusat Investasi (Survei pada Perusahaan Bengkel di Bandung)

195. PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE


TERHADAP INFORMASI KINERJA KEUANGAN (Studi Kasus Pada PDAM Tirta Jati
Kabupaten Cirebon, PDAM Tirta Dharma Kota Cirebon, PDAM Tirta Medal Kabupaten
Sumedang, dan PDAM Tirta Kamuning Kabupaten Kuningan)
196. PENGARUH EARNINGS PER SHARE (EPS), ECONOMIC VALUE ADDED
(EVA) DAN MARKET VALUE ADDED (MVA) TERHADAP RETURN SAHAM
PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011-2014

197. PENGARUH SKEPTISME, PENGALAMAN AUDITOR DAN SELF


EFFICACY TERHADAP AUDIT JUDGEMENT

198. PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN LEVERAGE


TERHADAP MANAJEMEN LABA MELALUI MANIPULASI AKTIVITAS RIIL
PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA PERIODE 2010-2012

199. Pengaruh Kinerja Keuangan Berdasarkan Return on Investment dan Total Asset
Turnover Terhadap Investasi Aktiva Tetap

200. ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN BLORA


(STUDI KASUS PADA DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN
ASET DAERAH KABUPATEN BLORA)

201. PENGARUH INDEPENDENSI, AKUNTABILITAS DAN


PROFESIONALISME AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi Empiris
pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta)

202. ANALISIS PERBANDINGAN MANAJEMEN LABA SEBELUM DAN


SESUDAH REFORMASI PAJAK PENGHASILAN BADAN TAHUN 2008 PADA
PERUSAHAAN PROPERTY DAN REAL ESTATE

203. ANALISIS PERENCANAAN AUDIT LAPORAN KEUANGAN PADA


KANTOR AKUNTAN PUBLIK (KAP) JOACHIM SULISTYO & REKAN

204. PENGARUH DEWAN KOMISARIS DAN KOMITE AUDIT TERHADAP


PENGHINDARAN PAJAK

205. PENGARUH OPINI AUDIT DAN TEMUAN AUDIT TERHADAP TINGKAT


PENGUNGKAPAN PADA LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

206. PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, REPUTASI AUDITOR, OPINI


AUDIT, PROFITABILITAS, DAN SOLVABILITAS TERHADAP AUDIT DELAY Pada
Perusahaan Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

207. ANAL ISIS PERENCANAAN PAJ AK PENGHASILAN BADAN PADA


PERUSAHAAN KONTRAKTOR PERTAMB ANGAN (STUDI KASUS PT RBA)
208. ANALISIS REKONSILIASI FISKAL ATAS LAPORAN KEUANGAN
KOMERSIAL DALAM MENENTUKAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) TERUTANG
(Studi kasus pada PT. Indomix Perkasa)

209. Pengaruh Locus of Control, Kinerja, Komitmen Organisasi, dan Turnover


Intention Terhadap Penyimpangan Perilaku Dalam Audit (Studi Empiris pada Kantor
Akuntan Publik di Jakarta Selatan)

210. ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING DALAM USAHA


MENGEFISIENKAN BEBAN PAJAK PADA BADAN USAHA KOPERASI (Studi
Kasus pada Primkoppolres Metro Jakarta Selatan)

211. PENGARUH FINANCIAL LEVERAGE DAN TINGKAT LIKUIDITAS


TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur yang Go-Public di Bursa Efek Indonesia

212. UPAYA DAN KENDALA PERSIAPAN IMPLEMENTASI SISTEM


AKUNTANSI PEMERINTAH BERBASIS AKRUAL (Studi pada Bagian Keuangan
Pemerintah Kabupaten Karanganyar)

213. ANALISIS BIAYA RATA-RATA RUMAH SAKIT TERHADAP PASIEN


RAWAT INAP KELAS I DAN KAITANNYA DENGAN STANDAR PELAYANAN
MINIMAL (SPM)PADA RUMAH SAKIT UMUM LASINRANG KABUPATEN
PINRANG

214. PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP KINERJA


PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI INDONESIA

215. PENGARUH PROFITABILITAS, SOLVABILITAS, LIKUIDITAS, UKURAN


PERUSAHAAN, OPINI AUDIT TERHADAP AUDIT REPORT LAG (Studi Empiris di
Perusahaan Jasa yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013)

216. PENGARUH LOCUS OF CONTROL DAN MOTIVASI BELAJAR


TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS SMA
NEGERI 2 SLEMAN TAHUN AJARAN 2013/2014

217. PENGARUH INDEPENDENSI DAN PROFESIONALISME AUDITOR


INTERNAL TERHADAP EFEKTIVITAS PENERAPAN STRUKTUR
PENGENDALIAN INTERNAL PERUSAHAAN (Studi Kasus PDAM Tirta Bumi
Sentosa Kebumen)

218. IMPLEMENTASI INTERNATIONAL ACCOUNTING STANDARDS (IAS) 41


TENTANG BIOLOGICAL ASSET PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX
(PERSERO) KEBUN GETAS
219. ANALISIS PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, DIVIDEND PAYOUT
RATIO, CASH HOLDING DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP NILAI
PERUSAHAAN (Studi Empiris pada Perusahaan Go Public yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode)

220. PENGARUH TOTAL QUALITY MANAGEMENT TERHADAP KINERJA


MANAJERIAL DENGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA DAN SISTEM
PENGHARGAAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Studi Empiris pada Staf
Akuntansi Perusahaan Jasa di Wilayah Jakarta dan Tangerang)

221. ANALISIS PENGARUH LIKUIDITAS, PROFITABILITAS, LEVERAGE DAN


AKTIVITAS TERHADAP RETURN SAHAM Studi Empiris di Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2008 sampai Tahun 2013

222. ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN


KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KPRI) TEGAK KECAMATAN
SENTOLO KULONPROGO

223. PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP BUDGETARY SLACK


DENGAN PERTIMBANGAN ETIKA SEBAGAI VARIABEL MODERASI (Studi
Empiris pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kulon Progo)

224. ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI BIAYA LINGKUNGAN PADA


PABRIK GONDORUKEM DAN TERPENTIN (PGT) GARAHAN – JEMBER

225. ANALISIS DAN DESAIN SISTEM SIKLUS-SIKLUS PEMROSESAN


TRANSAKSI BERBASIS KOMPUTER PADA PERUSAHAAN DIBIDANG JASA
TOUR & TRAVEL

226. IMPLIKASI PAJAK PENGHASILAN ATAS REVALUASI AKTIVA TETAP


(STUDI KASUSPADAPT.XYZ)

227. PENGARUH KINERJA PERUSAHAAN, PROFITABILITAS DAN EARNING


PER SHARE TERHADAP HARGA SAHAM Studi Empiris Pada Perusahaan Properti
dan Real Estate Yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-2012

228. EVALUASI SISTEM AKUNTANSI PENGGAJIAN Studi Kasus pada PTPN VII
(PERSERO) Bandar Lampung

229. PENGARUH PROFITABILITAS, SOLVABILITAS, LIKUIDITAS, UKURAN


PERUSAHAAN, OPINI AUDIT TERHADAP AUDIT REPORT LAG (Studi Empiris di
Perusahaan Jasa yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

230. PENGARUH JUMLAH ANGGOTA, JUMLAH SIMPANAN, JUMLAH


PINJAMAN DAN JUMLAH MODAL KERJA TERHADAP SISA HASIL USAHA
(SHU) Studi Kasus di BUMN/BUMD Koperasi Primer Anggota PKPRI Kota Madiun
231. PENGARUH FINANCIAL LEVERAGE TERHADAP KINERJA
PERUSAHAAN Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar Dalam LQ 45 di Bursa
Efek Indonesia

232. PENGARUH PENGETAHUAN PAJAK, KUALITAS PELAYANAN DAN


PEMAHAMAN ATAS SANKSI PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB
PAJAK ORANG PRIBADI Studi Kasus di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
Bantul

233. PENGARUH KREDIT MACET (NON PERFORMING LOAN) TERHADAP


PENYALURAN KREDIT Studi Kasus di 10 Kantor Cabang CU. BIMA Sintang

234. PENGARUH TINGKAT EFISIENSI TERHADAP KINERJA BANK (Studi


Empiris Bank Go Public yang Terdaftar di BEI)

235. PENGARUH MODAL INTELEKTUAL TERHADAP NILAI PERUSAHAAN


Studi Empiris di Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

236. PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP HARGA SAHAM Studi


Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI)

237. PENGARUH KINERJA LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA FINANSIAL


DENGAN PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)
SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

238. EFEKTIVITAS PERAN AUDIT INTERNAL (Studi Kasus pada PT. Madubaru
Yogyakarta)

239. EVALUASI PAJAK PENGHASILAN ATAS JASA KONSTRUKSI Studi Kasus


di PT. Concretindo Citra Sarana

240. EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN TUNAI Studi


kasus di Minimarket KOPMA UNY

241. PENGARUH PAJAK DAERAH, RETRIBUSI DAERAH, HASIL


PENGELOLAAN KEKAYAAN YANG DIPISAHKAN DAN LAIN-LAIN PAD
TERHADAP BELANJA DAERAH DI KABUPATEN BANTUL

242. PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA PERIMBANGAN, DAN


LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH TERHADAP BELANJA DAERAH
DI KABUPATEN BENGKAYANG

243. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA HASIL USAHA PADA


KOPERASI GURU DAN KARYAWAN SMA – SMK NEGERI KOTA YOGYAKARTA
244. ANALISIS PENGARUH LIKUIDITAS, UKURAN PERUSAHAAN, DAN
REPUTASI AUDIT TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN
Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013

245. EVALUASI PENGHITUNGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK


PENGHASILAN PASAL 21 BAGI PEGAWAI TETAP (Studi Kasus di Dinas Pendapatan
dan Aset Daerah Provinsi NTT di Kupang)

246. EVALUASI SISTEM PENGENDALIAN MUTU AUDIT DI KANTOR


AKUNTAN PUBLIK Studi Kasus di Kantor Akuntan Publik Payamta

247. EVALUASI SISTEM AKUNTANSI PENERIMAAN KAS ATAS PENJUALAN


JASA KAMAR PADA HOTEL Studi Kasus Pada Ibis Styles Hotel Yogyakarta .

248. ANALISIS TINGKAT KESEHATAN PERUSAHAAN ASURANSI SWASTA


SEBELUM DAN SESUDAH BERLAKUNYA BPJS KESEHATAN BERDASARKAN
SURAT PERATURAN MENTERI BUMN NOMOR: PER-04/MBU/2011 Studi Empiris
pada Perusahaan Asuransi Swasta yang Sudah Bekerjasama dengan BPJS Kesehatan
melalui Skema Coordination of Benefit

249. ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI BIAYA LINGKUNGAN (Studi Kasus


di Unit Pelaksana Teknis Daerah Rumah Potong Hewan Dinas Pertanian Kota Surakarta)

250. DAMPAK PELAKSANAAN KEBIJAKAN PENGHAPUSAN SANKSI PAJAK


TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI Studi Kasus di KPP
Pratama Wilayah Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Daerah Istimewa Yogyakarta

251. HUBUNGAN PERSEPSI KUALITAS PELAYANAN APLIKASI PAJAK


ONLINE DENGAN PERSEPSI KEPUASAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI (Studi
Kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Badung Utara)

252. EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENERIMAAN DAN


PENGELUARAN KAS (Studi Kasus di PT. Anugerah Estate, Desa Luan, Kecamatan
Muara Samu, Kabupaten Tana Paser, Kalimantan Timur)

253. ANALISIS PENGENDALIAN INTERNAL PADA SISTEM PENERIMAAN


DAN PENGELUARAN KAS (Studi Kasus di Credit Union Sandya Swadaya
Yogyakarta)

254. PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP


KINERJA MANAJERIAL DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI
VARIABEL PEMODERASI Studi Kasus di Empat Cabang Hotel Santika

255. ANALISIS PERSEPSI PENGUSAHA KENA PAJAK TERHADAP


PENGGUNAAN E-FAKTUR SEBAGAI SARANA PELAPORAN FAKTUR PAJAK
(Studi Kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sleman)
256. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECENDERUNGAN
KECURANGAN (FRAUD) MANAJEMEN PENDIDIKAN DI KABUPATEN
SEMARANG: PERSEPSI PEGAWAI DINAS PENDIDIKAN, MANAJEMEN
SEKOLAH, GURU, DAN MURID

257. AUDIT MANAJEMEN ATAS FUNGSI INSTALASI FARMASI RUMAH


SAKIT PALANG BIRU KUTOARJO

258. ANALISIS PERHITUNGAN ZAKAT PERUSAHAAN (STUDI KASUS PADA


MASING-MASING SEKTOR PERUSAHAAN YANG TERCATAT DI BURSA EFEK
INDONESIA)

259. PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DAN BUDAYA


ORGANISASI TERHADAP KINERJA ORGANISASI (Studi Kasus Pada Rumah Sakit
Panti Rini Yogyakarta)
Asuransi di Indonesia diatur dan dijelaskan di dalam Undang-Undang No. 22 tahun 1992 tentang
Usaha Perasuransian. Disebutkan pada pasal 1 bahwa asuransi atau pertanggungan adalah
perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada
tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada
tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang
timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang
didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.

ads

Salah satu jenis program asuransi yaitu program asuransi sosial. Program asuransi sosial
merupakan program asuransi yang diselenggarakan secara wajib berdasarkan suatu Undang-
undang, dengan tujuan untuk memberikan perlindungan dasar bagi kesejahteraan masyarakat.
Penyelenggaraan asuransi sosial dilakukan oleh pemerintah berdasarkan peraturan Undang-
undang yang berlaku.

Asuransi sosial memiliki ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan jenis program asuransi
lain. Berikut adalah ciri-ciri dari program asuransi sosial:

1. Sifat Asuransi Sosial

Asuransi sosial dapat memberikan penggantian atas dua sifat penggantian, yaitu penggantian
kerugian dan juga jiwa. Asuransi bersifat penggantian kerugian memberikan penggantian atas
kerugian kepada pihak yang dirugikan berdasarkan ketentuan yang telah disepakati. Sedangkan
asuransi bersifat jiwa yaitu pembayaran sejumlah uang untuk orang yang sudah tua atau
meninggal dunia.

2. Asuransi Sosial Bersifat Wajib

Asuransi sosial bersifat wajib (compulsory basis) karena tujuannya untuk mewujudkan
kesejahteraan sosial secara umum serta mengatasi permasalahan sosial. Asuransi sosial tidak
berdasarkan tujuan mencari keuntungan bagi pihak tertentu. Individu yang tergabung dalam
program asuransi sosial harus membayarkan iuran secara berkala setiap bulan sesuai ketentuan
yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Kewajiban ini diatur di dalam Undang-undang
terkait.

3. Pihak Penanggung Asuransi Sosial

Penanggung asuransi sosial, menurut Undang-undang No. 2 tahun 1992 tentang Usaha
Perasuransian hanya dapat diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Berikut
adalah contoh-contoh BUMN penyelenggara asuransi sosial yang ada di Indonesia:

 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan)


BPJS Kesehatan merupakan badan hukum yang menyelenggarakan program jaminan kesehatan
bagi seluruh masyarakat Indonesia. Dulunya BPJS Kesehatan memiliki nama Askes (Asuransi
Kesehatan) di bawah PT. Askes Indonesia.

 PT TASPEN (Tabungan dan Asuransi Pensiun)

PT TASPEN bergerak di bidang asuransi untuk tabungan hari tua dan mengatur dana pensiun
Pegawai Negeri Sipil (PNS).

 PT Asabri (Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia)

PT Asabri bergerak khusus di bidang asuransi sosial dan mengatur pembayaran pensiun bagi
prajurit Tentara Nasional Indonesia, anggota Kepolisisan Negara Republik Indonesia, PNS
Kementrian Pertahanan Republik Indonesia, dan juga PNS Polri.

 PT Jasa Raharja

PT Jasa Raharja merupakan salah satu BUMN di bidang asuransi sosial. Jasa Raharja
memberikan pelayanan asuransi untuk kecelakaan lalu lintas. Asuransi kecelakaan diberikan
kepada korban kecelakaan atau ahli korban yang bersangkutan menggunakan dana dari iuran
wajib yang dibayarkan pemilik angkutan umum. Bentuk santunan berupa biaya perawatan medis,
santunan cacat, atau santunan kematian.

Sponsors Link

 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJS Ketenagakerjaan)

BPJS Ketenagakerjaan merupakan program asuransi yang memberikan perlindungan bagi tenaga
kerja untuk mengatasi risiko sosial ekonomi tertentu. BPJS Ketenagakerjaan dulunya bernama
Jamsostek. Asuransi ini bertujuan untuk mengatasi masalah ketenagakerjaan di Indonesia.

4. Pihak Tertanggung Asuransi Sosial

Asuransi sosial bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat Indonesia. Pihak tertanggung dari
asuransi sosial merupakan seluruh masyarakat Indonesia atau golongan masyarakat tertentu
sesuai dengan badan usaha pengelolanya. Misalnya, pihak tertanggung asuransi BPJS Kesehatan
adalah masyarakat Indonesia, pihak tertanggung PT Taspen adalah Pegawai Negeri Sipil, pihak
tertanggung dari PT Asabri yaitu prajurit TNI, anggota POLRI, PNS Kementrian Pertahanan RI.
Pihak tertanggung PT Jasa Raharja yaitu korban kecelakaan atau ahli waris korban yang
bersangkutan, sedangkan pihak tertanggung BPJS Ketenagakerjaan adalah tenaga kerja di
Indonesia.

5. Sumber Dana Asuransi Sosial


Asuransi sosial dibiayai terpisah dari pendapatan negara. Sumber dana yang dibayarkan ke
anggota atau ahli waris program asuransi ini dibayar dari uang kontribusi karyawan organisasi
pemerintah yang dikumpulkan setiap bulannya.

6. Risiko yang Ditanggung Oleh Asuransi Sosial

Risiko adalah suatu kerugian yang dapat ditanggung oleh asuransi sosial. Risiko ini telah
disepakati dan ditentukan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang terlibat.

Demikian penjelasan mengenai ciri-ciri asuransi sosial. Semoga bermanfaat dan dapat
menambah pengetahuan bagi para pembaca.
Semenjak tahun 1983, Negara Indonesia mulai memberlakukan pajak
dengan self assessment system atau kepercayaan untuk melakukan
perhitungan pajak terutang, melunasi kekurangan pajak, menghitung pajak
yang telah dibayarkan, dan melaporkan sendiri ke Dirjen Pajak. Sebelum
tahun 1983, sistem pajak di Indonesia masih menggunakan warisan pajak
sistem Belanda, di mana administrasi lebih dominan dari pada perhitungan
akuntansi. Perbedaan antara keduanya yaitu jika administrasi pajak yang
berperan menentukan besarnya pajak adalah petugas pajak. Sedangkan,
untuk akuntansi pajak lebih bisa menekankan asas keadilan sehingga wajib
pajak bisa menentukan sendiri besarnya pajak sesuai dengan Undang-
Undang Perpajakan.

Pengertian Akuntansi Perpajakan

Akuntansi perpajakan menurut Wikipedia adalah akuntansi yang diterapkan


dengan tujuan untuk mengetahui besarnya pajak yang harus dibayarkan
oleh wajib pajak. Dalam dunia perpajakan, sebenarnya tidak ada yang
namanya akuntansi, yang ada hanyalah pencatatan dan pembukuan saja.
Namun, dalam sistem era perpajakan modern dengan sistem self
assessment saat ini, akuntansi sangat dibutuhkan.
Klasifikasi Pajak

Setelah Anda mengetahui tentang penjelasan akuntansi perpajakan, berikut


ini akan di bahas tentang klasifikasi pajak berdasarkan bagaimana cara
pemungutannya:

a. Pajak langsung
Pajak langsung adalah pajak yang dikenakan berdasarkan jumlah
penghasilan dan kekayaan yang dimiliki, untuk besarnya pajak sudah diatur
dalam Undang-Undang Perpajakan. Pembayaran pajak langsung ini harus
dibayarkan oleh wajib pajak secara langsung, tidak boleh diwakilkan atau
dibebankan kepada orang lain.

b. Pajak tidak langsung


Pajak tidak langsung adalah pajak yang dibayarkan ketika terjadi sebuah
transaksi keuangan. Bedanya pajak tidak langsung ini bisa dibebankan atau
dipindahkan kepada orang lain. Contohnya saja ketika Anda membeli suatu
produk di mall, biasanya harga sudah include dengan pajaknya.
Sifat Akuntansi Perpajakan

Setelah Anda mengetahui tentang pengertian akuntansi dan klasifikasinya,


yang tidak kalah penting Anda juga harus mengetahui tentang sifat
akuntansi. Banyak dari para wajib pajak individu maupun perusahaan yang
tidak memenuhi kewajiban untuk membayar pajak sesuai dengan Undang-
Undang Pajak yang berlaku, karena mereka tidak mengetahui sifat-sifat dari
akuntansi perpajakan. Berikut pembahasan mengenai sifat-sifat akuntansi
perpajakan yang harus Anda ketahui:

a. Pajak memiliki sifat wajib atau dipaksakan kepada semua wajib pajak.
Ada beberapa hal yang menjadi penyebab utama pajak di Indonesia masih
belum bisa maksimal, yaitu banyak dari wajib pajak individu maupun
perusahaan yang menghindari pajak agar pendapatan yang di peroleh tidak
berkurang.

b. Pajak yang telah dibayarkan kepada pemerintah manfaatnya sebenarnya


akan kembali ke masyarakat. Pajak yang didapatkan akan digunakan untuk
membangun negara dengan pembangunan infrastruktur, subsidi, bantuan
sosial, pembukaan lapangan kerja, dan sebagainya.

c. Kewajiban semua wajib pajak adalah membayar piutang pajak sebelum


jatuh tempo kepada kantor-kantor pajak setempat. Sedangkan untuk wajib
pajak memiliki hak untuk dilayani oleh petugas pajak dengan sebaik-
baiknya, karena sudah menjadi warga negara yang taat terhadap pajak.

d. Fungsi dari penggunaan hasil pajak tidak hanya digunakan pada aspek
ekonomi saja, tetapi pada aspek sosial dan budaya pada suatu negara.

Fungsi Akuntansi Perpajakan

Fungsi dari akuntansi perpajakan bukan hanya untuk mengetahui seberapa


besar jumlah pajak yang dibayarkan kepada petugas pajak, tetapi akuntansi
perpajakan memiliki fungsi lainnya seperti berikut ini:

a. Menjadi strategi dan perencanaan perpajakan di masa yang akan datang


yang bersumber dari data pembayaran pajak.

b. Analisis untuk mengetahui besaran pajak yang menjadi tanggungan


perusahaan di waktu yang akan datang.

c. Salah satu laporan keuangan yang dibutuhkan saat ada investor atau
keperluan publikasi lainnya.
d. Mendokumentasikan perpajakan setiap tahunnya sebagai perbandingan
untuk mengetahui perkembangan keuangan perusahaan.

Untuk bisa menentukan besaran pajak yang harus dibayarkan, dibutuhkan


perhitungan akuntansi yang rumit dan harus dilakukan secara teliti. Artinya
tidak boleh ada kesalahan dalam perhitungan, apalagi terdapat ada sumber
penghasilan yang disembunyikan. Jurnal adalah software akuntansi online
yang bisa membantu Anda dalam urusan akuntansi perpajakan, karena
Jurnal memiliki fitur Tax Center yang dapat membantu Anda menghitung
seluruh pendapatan bisnis dengan mudah, cepat, dan aman. Daftarkan
bisnis Anda sekarang juga dan nikmati free trial selama 14 hari untuk
pengguna baru. Untuk informasi lebih lanjut silahkan klik di sini.
Ini Penyebab Industri Asuransi Indonesia
Tak Berkembang
- detikFinance

Share 0 Tweet 0 Share 0 0 komentar

Jakarta - Penetrasi industri asuransi masih tergolong rendah, yaitu di bawah 5% dari PDB.
Banyak masyarakat yang sebenarnya mengetahui asuransi namun tidak menjadi pengguna
asuransi tersebut.

Harry Purwanto, Pengurus Asosiasi Pialang Asuransi dan Reasuransi Indonesia (Apparindo)
menuturkan ada beberapa penyebab lemahnya penetrasi. Baik dari perusahaan asuransi maupun
konsumen.

Pertama, menurut Harry adalah penyampaian agen asuransi yang tidak komprehensif. Konsumen
atau pemegang polis cenderung hanya diberikan pengetahuan umum seputar kontrak asuransi.

"Kan ada masalah dalam penyampaian marketing kan ada yang kadang-kadang mereka nggak
disampaikan kepada tertanggung," ujarnya di Gedung Permata Kuningan, Jakarta, Senin
(13/10/2014)
Kedua adalah sikap tidak peduli dari konsumen terhadap kontrak yang disajikan. Padahal bila
tidak disampaikan oleh perusahaan, maka konsumen berhak mempertanyakan kontrak sebelum
ditandatangani.

"Paling nggak, dibaca sama konsumen," sebutnya.

Ketiga adalah ketika ada perubahan kontrak. Harry mengaku sering menemui kasus ini dalam
beberapa waktu terakhir. Di mana akhirnya konsumen merasa dirugikan oleh pihak perusahaan.

"Ketika ada perubahan mereka nggak sosialisasikan. Nah, ketika ada klaim itu baru ribut," terang
Harry.

Keempat adalah konsumen yang cenderung tidak mengikuti proses administrasi saat proses
klaim. Dalam ketentuan kontrak ,menurut Harry adalah setuau yang harus dipenuhi.

"Kendalanya saat proses klaim itu mintanya instan. Jadi ini yang harus diperbaiki mendatang,"
tegasnya.

(mkl/ang)
Permasalahan dan solusi kasus asuransi
Desember 14, 2017

Contoh kasus 1:

JAKARTA. Kabar kurang sedap menimpa Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya (BAJ Life). Ada
dugaan, perusahaan asuransi jiwa lokal ini bermasalah dengan keuangan. Akibatnya, banyak
nasabah yang khawatir dengan polis mereka, sehingga memilih mencairkan sebelum jatuh
tempo.

Pengakuan seorang nasabah BAJ Life, terpaksa menarik kembali polisnya karena mendapat
info dari mantan kepala cabang asuransi itu bahwa perusahaan sedang bermasalah.
Kabarnya, manajemen wajib menyetor dana Rp 600 miliar ke kementerian keuangan untuk
penyehatan.

Makanya "Daripada uang hangus semua, polis harus ditarik secepatnya," kata nasabah
menirukan saran mantan kepala cabang itu. Nasabah ini memiliki polis asuransi jiwa di BAJ
Life sejak enam tahun lalu melalui kantor cabang Depok. Ia membayar polis Rp 3 juta per
tahun.

Hitung punya hitung, pencairan polis hanya menghasilkan dana kembalian Rp 6 juta.
"Mereka sanggup mengembalikan, tapi membutuhkan waktu sekitar tiga bulan," tambahnya.

Usut punya usut, masalah di BAJ Life sudah ramai sejak lama. Surat kabar di Surabaya
pernah memberitakan kesulitan nasabah di Sidoarjo, JawaTimur pada Juni 2011. Kemudian,
Wahyu, warga Ponorogo, Jawa Timur juga kesulitan mencairkan klaim asuransi jiwa milik
almarhum ibunya yang meninggal pada September 2011.

"Nilai klaim Rp 10 juta, tapi sampai saat ini belum turun juga," kata Wahyu. Ia dan keluarga
pun memilih mengikhlaskan klaim tersebut karena berlarut-larut.

Terkena pembatasan

Boyke Panahiatan, Direktur Keuangan BAJ Life, mengaku perusahaannya sedang terlilit
masalah. Sejak tahun 2009, mereka terkena Pembatasan Kegiatan Usaha (PKU) oleh Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK). Namun, ia enggan merinci
penyebab PKU itu.

Sesuai regulasi, penyebab PKU karena perusahaan asuransi tidak bisa memenuhi modal
minimal. PKU menjadikan perusahaan tidak boleh mencari nasabah baru.

Namun, perusahaan harus tetap melayani nasabah yang ingin mencairkan klaim atau
menarik polisnya. "Masalah penarikan ada, tapi kalau ada yang kesulitan, informasikan saja
namanya, akan kami bantu agar cepat selesai," kata Boyke.

Menurut Boyke, manajemen sangat terbuka dengan kondisi perusahaan. Ia juga siap
membantu menyelesaikan permasalahan nasabah. "Kami tidak ingin masalah ini semakin
runyam, karena malah bisa dimanfaatkan pihak lain atau merugikan industri asuransi,"
terang Boyke.

Isa Rachmatarwata, Kepala Biro Perasuransian Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan (Bapepam-LK) membantah info pencabutan izin itu. Sayang, Isa juga enggan
berbicara banyak. Ia juga menolak mengomentari soal setoran dana Rp 600 miliar.

Dari situsnya, BAJ Life berdiri sejak 10 Juni 1967. Perusahaan ini memiliki jaringan
pemasaran di 12 kantor cabang, 142 kantor distrik dan 131 kantor sektor. Per akhir 2007,
total aset mencapai Rp 717,4 miliar dan pendapatan premi Rp 432,49 miliar.

ü Komentar : seharusnya perusahaan Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya (BAJ Life) menjelaskan
tentang permasalahan yang terjadi di dalam perusahaan itu dan meyakinkan para nasabah
untuk tetap percaya kepada BAJ Life bahwa masalah yg terjadi di dalam perusahaan tidak
menggagu kegiatan atau kinerja perusahaan.

Contoh kasus 2:

LENSAINDONESIA.COM: Puluhan massa yang tergabung dalam LSM Laskar Wengker (Lawe)
menggeruduk Kejaksaan Negeri (Kejari) Ponorogo, Kamis, (24/04/2014). Massa meminta agar
tersangka kasus asuransi Prudential, Leli Lestari (52) dibebaskan dari segala tuntutan hukum.

LSM Lawe mangganggap, warga Kelurahan Kauman Ponorogo ini, dianggap sebagai korban
dari sindikat kejahatan asuransi.

Dengan membawa seperangkat sound system dan mengendarai puluhan sepeda motor, massa
yang dikoordinir Adipati Sunardi Gondrong itu mendatangi gedung Kejari, Pengadilan Negeri
(PN) dan kantor Prudential yang baru di Jl Jenderal Sudirman, Ponorogo.

Tak hanya itu, spanduk dengan tulisan mengecam ‘kriminalisasi’ terhadap tersangka. Menurut
mereka, tersangka yang sudah kehilangan anak, oleh pihak asuransi malah diajukan ke meja
hijau, karena dianggap telah melakukan pemalsuan dokumen untuk mengklaim asuransi
sebesar Rp 5 M, atas kematian anaknya, Nica Wijaya.

“Dalam kasus ini secara logika tidak mungkin seorang ibu Leli Lestari memalsukan dokumen,
tanpa keterlibatan oknum lain dari pihak asuransi.

Kenapa pihak Pudential sendiri tidak tersentuh sama sekali ?,” tanya Sunardi di hadapan Kajari
Ponorogo Sucipto, yang didampingi oleh Kapolres AKBP Iwan Kurniawan.

Mendapati pertanyaan tersebut, Kajari mengatakan, bahwa kasus itu merupakan pelimpahan
dari Kejati Jatim dan merupakan kasus dari Polda Jatim. Sehingga pihaknya tidak bisa
mempengaruhi kasus itu. Justru pihaknya meminta agar Sunardi dan kawan-kawan
menanyakan masalah itu ke Kejati dan Polda Jatim.
“Kalau kasus itu (asuransi) adalah limpahan dari Kejati dan Polda Jatim, jadi bisa ditanyakan
hal itu ke sana,”ujar Kejari.

Mendapat jawaban seperti itu, Sunardi sontak memerah mukanya, namun akhirnya setelah
disanggupi bahwa Kejari dan Kejati bisa berkoordinasi, maka masapun meninggalkan Kejari
dan mendatangi kantor perwakilan Prudential.

Di kantor asuransi yang masih baru kontrak di timur aloon-aloon ini, masa hanya melakukan
orasi dan membeber pamflet. Tujuan berikutnya adalah Pengadilan Negeri(PN) Ponorogo, di
mana saat itu tengah berlangsung sidang perdana kasus itu.

Dalam kasus ini tersangka diancam dengan pasal 263 ayat 1 KUHP yaitu tentang orang yang
melakukan pemalsuan, ayat 2 orang yang menggunakan surat yang tahu itu palsu atau pasal
264 tentang pemalsuan khusus untuk surat-surat tertentu seperti akta.

Seperti diketahui, Leli Lestari harus mendekam di tahanan Kejaksaan Negeri Ponorogo, karena
didakwa telah melakukan pemalsuan dokumen. Ibu 5 anak ini ditahan sejak 28 Maret lalu, dan
dititipkan di Rutan Ponorogo.

Kasus yang terjadi tahun 2006 ini, bermuara dengan tuntutan pihak asuransi Prudential. Sebab
janda dari Yusuf Wijaya itu, setelah membayar premi pertama sebesar Rp 60 juta, 2 bulan
kemudian ternyata tertanggung, dalam hal ini Nica Wijaya (17), anaknya, meninggal dunia
karena kanker otak. Anehnya kasus yang sudah sampai di Polda Jatim ini sebenarnya terjadi 8
tahun silam dan sudah dipetieskan.

Kasus ini juga sudah diproses secara perdata yang hingga kini belum inkrah di Makhamah
Agung. Karena pihak Leli juga menuntut kasus ini melalui gugatan perdata, sebab uang
pertanggungan sebesar Rp 5 M, belum dibayarkan oleh pihak asuransi. Dan kasus itu malah
dialihkan ke perkara pidana.

Tahun 2006 lalu Leli menang di praperadilan di Pengadilan Negeri Ponorogo, karena Polwil
Madiun yang menangani kasus itu menghentikan kasusnya dengan mengeluarkan surat
perintah pemberhentian perkara (SP3).@arso

ü Komentar : seharusnya pihak asuransi prudential tidak langsung meperkarakan ke pihak hukum,
karna belum tentu ibu lely lestari memalsukan dokumen dan pihak asuransi sebaiknya
menyelidiki atau mencari bukti-bukti yang sebenarnya terjadi.

Jadi lebih baik kedua belah pihak membicarakan secara kekeluargaan karena jika masalah itu
semakin besar maka nama baik perusahaan akan tercoreng.

Contoh kasus 3:
Benarkah Asuransi Prudential Indonesia Menipu?

Asuransi Prudential Indonesia dikenal sebagai pelopor asuransi unit link. Namun di sini kami
tidak ingin mengulas tentang profil dari Asuransi Prudential Indonesia. Saya hanya ingin
menanggapi berbagai komentar tentang Asuransi Prudential Indonesia.

Istilah asuransi mungkin sudah tidak asing lagi di telinga kita, baik asuransi konvensional
maupun asuransi unit link. Jika kita membicarakan tentang asuransi unit link, tentunya tidak
dapat dipisahkan dengan istilah klaim dan investasi.

Begitu juga dengan Asuransi Prudential Indonesia, saya yakin di sekitar tempat tinggal anda
pasti ada yang menjadi nasabah asuransi unit link dari Asuransi prudential Indonesia. Beragam
pendapat dan komentar tentang perusahaan asuransi unit link ini.

Kasus yang saya ceritakan berikut ini mungkin dapat mewakili kasus - kasus di luar sana, yaitu
tentang saldo nilai tunai. Nasabah menghadapi kenyataan pada saat akan menarik dana,
ternyata uangnya hanya sejumlah kecil yang bisa ditarik, padahal jumlah uang yang disetorkan
selama beberapa tahun besar sekali. Namun pertanyaannya adalah BENARKAH ASURANSI
PRUDENTIAL INDONESIA MENIPU?

Tentunya kita lihat dulu kasusnya. Ada beberapa kasus semacam ini di sekitar saya. Berbicara
tentang saldo nilai tunai, tentunya ini akan berkaitan dengan proporsi investasi, harga unit dan
masa asuransi berjalan.

Proporsi investasi pada awal - awal tahun memang kecil. Jadi dari jumlah premi yang anda
bayarkan setiap bulan, hanya sebagian kecil saja yang dialokasikan untuk investasi. Jadi tidak
heran jika memang pada awal - awal tahun, saldo investasinya kecil.

Jadi kesimpulan dari cerita di atas adalah itu karena kesalahpahaman dari nasabah, karena
tidak mempelajari dengan seksama tentang asuransi unit link. Ada banyak hal yang harus
dipelajari sebelum mengambil keputusan seperti jumlah premi yang layak untuk produk
tertentu, lebih tepat mana premi bulanan atau tahunan, memilih produk standar yang tepat,
dana investasi yang menguntungkan dan bagaimana memahami ilustrasi manfaat asuransi dari
agen.

Berdasarkan pengalaman saya sebagai nasabah Asuransi Prudential Indonesia, agen asuransi
tidak menjelaskannya secara lengkap sehingga berpotensi menimbulkan kesalahpengertian dari
nasabahnya.

Sekadar diketahui kasus penipuan asuransi ini bermula saat Direktur Operasional DSP, Deddy
Sugiarto, yang mengaku memiliki SPK untuk tambang batubara di Sungai Danau, Kalimantan
Selatan, sepakat untuk melakukan kontrak jual-beli batubara, dengan Direktur PRI,
Kamaludeen Muhammed Farooq Maricar.
Ditambahkan Kapolsek, untuk ancaman hukuman, (pencurian) dengan tuntutan hukum
maksimal mencapai 10 tahun.
Dia menambahkan, kasus ini menodai industri asuransi Indonesia yang relatif baru
berkembang. "Kalau industri baru berkembang, terus dihantam kasus seperti ini akan susah.
Karena itu perlu antisipasi sistem pengawasan terhadap perusahaan asuransi." (yuyuk
andriati) Pemerintah Harus Segera Bentuk Guarantee Fund

ü Komentar : seharusnya dari awal pihak asuransi menjelaskan secara terperinci tentang aturan-
aturan maupun ketrentuan yang berlaku dalam asuransi, dan para nasabah seharusnya
mempelajari semua tentang atau yang berhubungan dengan asuransi supaya kedepannya tidak
terjadi kesalapahaman.

Contoh kasus 4:

JAKARTA - Direktur Utama (Dirut) PT Asuransi Intra Asia (Intra Asia), Rendra Prapantsa
terpaksa harus duduk di kursi pesakitan Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat, lantaran diduga
turut serta melakukan tindak pidana penipuan asuransi.

Jaksa mendakwa yang bersangkutan telah melakukan penipuan dan penggelapan dalam proses
pengeluaran jaminan uang muka atau Advance Payment Bond (APB). Akibat perbuatannya, PT
Premier Resources Indonesia (PRI) selaku pemegang APB merugi.

Dalam paparannya, Jaksa Penuntut Umum (JPU) Nano Sugianto mengungkapkan, selaku Dirut
Intra Asia, seharusnya Rendra mengetahui jaminan uang muka yang dikeluarkan kantornya,
yang dibuat atas permintaan Deddy Sugiyarto, Direktur Operasional PT Duta Sari Perdana
(DSP) dan Soeparman Duto Pradono, Komisaris DSP.

Namun, pada saat Jaminan uang muka tersebut dicairkan oleh PRI ke Intra Asia, baru diketahui
bahwa jaminan uang muka tersebut hanya sebagai formalitas belaka atau syarat untuk
memenuhi kelengkapan dokumen kontrak perjanjian yang diminta oleh PT PRI.

"Terdakwa (Rendra) malah memberikan sarana dan kesempatan untuk terbitnya jaminan uang
muka tersebut, dengan membiarkan saksi Yudi Irianto, selaku Regional Manager Intra Asia
menyetujui dan menandatangani polis asuransi jaminan uang muka, yang menjamin
pengembalian uang muka, yang diserahkan DSP ke PRI, untuk pembelian batubara senilai
Rp27,5 miliar," terang Jaksa Nano, Rabu (14/5/2014).

Jaksa Nano melanjutkan bahwa jaminan uang muka yang dikeluarkan Intra Asia, dan dibuat
berdasarkan permohonan DSP, itu hanya sebagai formalitas belaka dan tidak dapat digunakan
untuk mencairkan uang muka Rp13,750 miliar.
"Akibat dari perbuatan terdakwa (Rendra) yang memberikan sarana dan kesempatan kepada
Deddy dan Soeparman untuk terbitnya jaminan uang muka tersebut, menyebabkan PRI
mengalami kerugian Rp13,750 miliar," bebernya.

Terdakwa dijerat pasal berlapis yakni Pasal 378 KUHP juncto Pasal 56 ayat 2 KUHP dan Pasal
372 KUHP juncto Pasal 56 ayat 2 KUHP. Dalam dakwaan pertama, jaksa menjerat Rendra
dengan pasal Penipuan.

Sedangkan pada dakwaan kedua, terdakwa diduga telah melakukan penggelapan terhadap uang
Rp13,750 miliar yang telah dibayarkan PRI ke DSP.

Sementara itu, kuasa hukum terdakwa, Wilman Malau, keberatan atas dakwaan jaksa. "Perkara
tersebut merupakan perkara perdata. Lihat saja nanti eksepsi kami," tegas Wilman.

Atas permintaan DSP, PRI memberikan uang muka sebesar 50 persen atau Rp13,750 miliar
(dari nilai kontrak Rp27,5 miliar) kepada DSP, dengan perjanjian DSP harus mengirim batubara
sebanyak 50 ribu metrik ton.

DSP kemudian menyerahkan jaminan uang muka kepada PRI dan PRI lalu membayar uang
muka Rp13,750 miliar. Dengan harapan, ketika terjadi wanprestasi, PRI dapat mengajukan
klaim dan mendapat penggantian atas uang muka Rp13,750 miliar dari Intra Asia.

Namun, ironisnya seiring berjalannya waktu, DSP ternyata tidak juga mengirimkan batubara,
yang dipesan PRI, sehingga PRI mengajukan klaim pencairan jaminan uang muka Rp13,750
miliar ke Intra Asia. Namun klaim tersebut ditolak dengan alasan bahwa jaminan uang muka
yang dibuat dan diajukan DSP, ternyata hanya prasyarat untuk memenuhi kelengkapan
dokumen kontrak perjanjian belaka.

Hakim PN Jakarta Pusat sebelumnya telah memutus bersalah dua terdakwa dalam kasus
penipuan dan penggelapan ini.

Mereka yakni Singgih Andhika selaku Asisten Technical Manager Intra Asia selama satu tahun
delapan bulan, dan agennya yaitu Michael Mindo Kristanto satu tahun delapan bulan. Adapun
terdakwa dari pihak DSP yaitu Soeparman DT dan Deddy Sugiyarto, putusannya baru akan
dibacakan pada Senin 19 Mei mendatang.

ü Komentar : dalam kasus tersebut ada dua perkara yang terjadi yaitu kasus penggelapan dan
penipuan. Dan seharusnya kedua belah pihak harus saling transparan masalah dana maupun
perjanjian yang bersangkutan, dan lebih menjaga kepercayaan mitra kerja sehingga hal yang
tidak di inginkan tidak terulang kembali seperti kasus tersebut.

contoh kasus 5:

Klaim Asuransi Tidak Dibayar


Belum lama ini di Indonesia ada kasus seorang artis yang anaknya mengalami kecelakaan lalu
lintas. Anak tersebut kemudian dirawat di rumah sakit. Sang Artis sekaligus sebagai Bapak
mencoba mengurus klaim asuransi atas biaya rumah sakit anaknya. Perusahaan asuransi di
awalnya menyatakan klaim asuransi tidak dibayarkan, karena si anak telah melanggar
peraturan lalu lintas.

Coba Kita lihat kasus di atas dalam dua sisi yang berbeda. Melihat dari sisi Bapak kasus di atas
adalah kasus yang sangat menyebalkan. Sudah harus mengurus anak yang masuk rumah sakit,
Bapak tersebut juga harus mengeluarkan effort untuk mengurus asuransi. Padahal di awalnya,
motivasi sang artis mengasuransikan anaknya adalah untuk membiayai perawatan medis
apabila terjadi sesuatu dengan kesehatan anaknya.

Disisi lain perusahaan asuransi memiliki alasan perusahaan asuransi telah mengikat perjanjian
dengan bapak dan anak tersebut dalam sebuah kontrak asuransi. Dalam kontrak tersebut
terdapat klausul pengecualian pembayaran, salah satunya adalah pelanggaran terhadap hukum.
Nah klausul ini yang digunakan perusahaan asuransi untuk menyatakan tidak mau bayar.

Saat artikel ini di buat, masalah klaim dari artis ternama yang anaknya mengalami kecelakaan
yang menewaskan 7 orang di jalan tol masih berlanjut. Pihak Prudential menolak membayar
klaim yang di ajukan sebesar 500 juta. Bagi sebagian orang atau mungkin Anda sendiri menjadi
ragu akan kesungguhan perusahaan dalam membayar klaim. Karena klaim adalah tujuan nomer
satu ketika mengikuti atau memutuskan ikut dalam suatu perusahaan Asuransi, dalam hal ini
Prudential.

Penulis netral dalam hal ini. Seperti yang kita ketahui dari berita yang berkembang bahwa
Keluarga sang artis telah bertanggung jawab, terlepas realisasinya seperti apa bukan konteks
kita pada saat ini. Para korban akan disekolahkan, akan ditanggung sampai lulus kuliah, biaya
hidupnya akan diganti dan lain sebagainya. Sekedar mengingatkan bahwa korban ada 7 orang.
Bayangkan biaya yang harus ditanggung keluarga sang artis akibat peristiwa ini, tentu besar
bukan?

Upaya sang artis tersebut luar biasa, memang selayaknya sebagai seorang orang tua membela
Anak yang sedang terkena masalah. Itulah orang tua. Beban yang ditanggung orang tua
sangatlah besar, dari sisi hukum harus dipertanggung jawabkan, dari sisi moral harus
menghadapi tudingan masyarakat se Indonesia, dari segi biaya rumah sakit besar, dari segi
biaya pertanggung jawaban terhadap keluarga korban juga tidak kalah besarnya, belum lagi
potensi kerugian akibat sang Artis tidak dapat bekerja dikarenakan mengurus masalah sang
Buah hati. Menjadi wajar ketika Prudential menolak membayar klaim rumah sakit sebesar 500
juta menjadi tambahan masalah atau beban bagi orang tua tersebut.

Sudah jatuh tertimpa tangga. Hal yang sewajarnya terjadi pada diri kita sendiri, pada dasarnya
kita sebagai manusia tidak menyukai atau cenderung menghindari masalah. Jika Tuhan
mengijinkan jangan ada masalah di dunia ini, kata hati penulis. Tapi kenyataannya tidak
demikian, maka reaksi kita sebagai manusia adalah berusaha meminimalisir atau mengurangi
masalah. Dalam konteks ini biaya rumah sakit sang anak sebesar 500 juta, dimana sang artis
berusaha mengupayakan agar terbayar oleh Prudential.
Jika penulis mengalami hal yang sama maka penulis pun mungkin akan melakukan hal
demikian. Namun sudah jelas bahkan sebelum menandatangani Surat Pengajuan Asuransi Jiwa
(SPAJ) bahwa ada hak dan kewajiban yang harus terpenuhi. Aturan sudah jelas bahwa
pelanggaran hukum tidak dibenarkan. Dari sisi penulis melihat bahwa mengemudikan
kendaraan bermotor diwajibkan memiliki SIM. Untuk memiliki SIM ada kecukupan usia, pada
kasus kecelakaan maut pengemudi tidak memiliki SIM mengingat masih dibawah umur, terjadi
pada jam 3 dini hari. Anda yang menilai apakah benar demikian atau tidak.

Upaya sang artis yang mengalami kecelakaan patut diacungi jempol, meskipun kaya, tenar,
punya banyak uang namun tetap menggunakan asuransi. Di pihak lain Prudential adalah
perusahaan ternama yang taat pada hukum di negara kita. Perihal pembayaran klaim telah
ditulis dengan jelas di polis, bahkan sebelum jadi polis atau sebelum seorang menjadi nasabah
dari Prudential. Pada ilustrasi manfaat dengan jelas telah ditulis bahwa jika ada hubungannya
dengan tindakan pelanggaran hukum, tidak dibayar. Dan memang demikian, jika tidak maka
pelanggar hukum akan menganggap asuransi sebagai cara membenarkan tindakan pelanggaran
hukum.

Jika artis ternama Tanah Air, kaya raya menggunakan asuransi bagaimana dengan Anda? Anda
ke toko lampu mencari lampu yang bergaransi apakah diri Anda sendiri tidak Anda “Garansi” ?

Pelajari dengan seksama sebelum menyetujui klausal yang ada, tanyakan kepada Agent Anda.
Anda berhak tahu. Pilihlah Agent yang berkualitas dan berintegritas. Agent yang baik akan
membela Anda dan membela Perusahaan dimana dia bekerja.

http://jakartamagazine.com/ojk-angkat-bicara-soal-kasus-dul-vs-prudential/

http://jakartamagazine.com/ylki-sepakat-dengan-prudential-soal-asuransi-dul/

ü Komentar : dalam kasus ini seharusnya pihak asuransi lebih cermat dalam memandang dari
sudut mana kasusu ini terjadi, apakah kecelakaan murni atau unsur kesengajaan walaupun
dalam kasus ini terdapat pelanggaran hukum. Dan kedua belah pihak harus saring mengerti
keadaan yang terjadi menimpa pijhak tertanggung.
Contoh Kasus 6:

Kasus Alphard Hilang, Kala Asuransi Menolak Ganti

JAKARTA - Setelah dua tahun hilang, Toyota Alphard tahun 2005 milik
Yansen Handoko Lim bisa ditemukan kembali baru-baru ini oleh petugas
Polda Metro Jaya. Namun yang jadi masalah bukan ditemukannya kembali
mobil yang telah memiliki peranti safety canggih itu. Melainkan ketika
melaporkan kehilangan mobil pada 2 tahun lalu kepada pihak asuransi,
dinyatakan tidak bisa mengganti karena tidak ada alasan kuat mobil itu
hilang karena dicuri.

Di Pinjam Teman

Ketika terjaring sebuah razia, Alphard itu sudah berubah tampilan,


termasuk nomor polisi yang semula B 33 QT berganti H 8864 AZ. Mobil
tersebut kini masih berada di Polda Metro Jaya, dan tinggal proses untuk
bisa diambil kembali pemiliknya setelah melengkapi dokumen kendaraan
seperti STNK dan BPKB.

"Sebuah keberuntungan saja kalau Alphard yang hilang itu bisa ditemukan
kembali oleh polisi. Namun mestinya pihak asuransi, dalam hal ini Allianz,
mengganti mobil yang hilang karena saya mengambil asuransi dengan
pertanggungan all risk (komprehensif) dengan premi Rp 30 juta selama
dua tahun," ujar Yansen, pemilik bengkel di bilangan Karet Pedurenan,
Jakpus.

Bahkan Yansen sudah melaporkan kehilangan itu kepada polisi. Alphard


yang masih dalam pertanggungan leasing itu dipinjam temannya ketika
kemudian hilang di halaman rumah temannya itu yang jaraknya tak jauh
dari bengkel Autowork di bilangan Kuningan, Jaksel. Temannya itu juga
menandatangani surat pernyataan di bawah meterai siap diproses hukum
jika terbukti melakukan rekayasa hilangnya mobil.

Namun pihak PT Asuransi Allianz Utama Indoneesia (AZUI) menyatakan


bahwa dengan berat hati tidak bisa mengganti kehilangan itu. Sebab
kejadian hilangnya Alphard ini dianggap kategori pengecualian, seperti
yang tercantum dalam polis standar asuransi kendaraan bermotor
Indonesia (PSAKBI) bab II pasal 3 ayat 4.
Di situ disebutkan bahwa pertanggungan asuransi tidak menjamin
kerugian atas kendaraan bermotor yang disebabkan oleh penggelapan,
penipuan, hipnotis dan sejenisnya, kendaraan tidak digunakan sesuai
kesepakatan dalam polis awal asuransi. Termasuk tindak kejahatan yang
dilakukan oleh nasabah sendiri, suami/istri, anak, orang tua, saudara
sekandung dan teman tertanggung dengan sepengetahuan atau seizin
tertanggung.

"Meminjamkan kunci mobil kepada teman itu termasuk dalam klausul tadi.
Selain itu, kami juga telah melakukan investigasi, tidak ada bukti yang
menguatkan mobil itu hilang karena dicuri. Apalagi dengan teknologi
immobilizer, dimungkinkan mobil itu tidak bisa dicuri pihak lain karena
Alphard hanya bisa dioperasikan dengan kunci mobil yang sama," ujar
Agung Priambadha, Head of Corporate Communications AZUI.

Kemudian juga dikuatkan oleh Toyota-Astra Motor bahwa Alphard sudah


dilengkapi fitur immobilizer, yang tidak memungkinkan dibobol maling
tanpa menggunakan kunci mobil asli.

"Tapi keputusan untuk tidak mengganti kerugian pihak nasabah, atas


kehilangan mobilnya, juga harus didasarkan pada hasil investigasi polisi
melalui surat laporan kepolisian setempat. Tidak bisa hanya berpatokan
pada klaim ATPM, yang menyatakan kalau mobil itu tidak mungkin dicuri
maling," ungkap Laurentius Iwan Pranoto Sutanto, Head Marketing
Communication &PR PT Asuransi Astra Buana (Garda Oto).

"Memang kecil kemungkinannya kalau mobil yang sudah dilengkapi


teknologi immobilizer seperti smart key atau keyless entry bisa dengan
mudah dijebol maling. Kalaupun bisa, pasti ada yang menduplikasi master
kuncinya," beber Adhi Prasojo, Warranty Head PT Chrysler Indonesia.

Yansen sendiri menyatakan ketika ditemukan pihak kepolisian baru-baru


ini, sudah menggunakan kunci mobil yang berbeda, lebih bulat dan tanpa
alarm. Sedang kunci aslinya sendiri masih dipegang temannya yang
meminjam Alphard itu.
Berangkat dari kondisi tadi, ada kemungkinan terjadi permainan kotor
yang bisa saja dilakukan oknum tertentu. Pasalnya menurut Adhi, untuk
bisa membuat duplikat kunci immobilizer harus membawa serta master
atau kunci asli, dan wajib menyertakan fotokopi STNK dan BPKB dengan
menunjukkan dokumen yang asli. "Duplikasi ini pun hanya bisa dilakukan
pada dealer authorized mobil tersebut," tandas pria ramah ini.

Ø Komentar : dalam kasus ini pihak tetanggung tidak tahu menau kejadian
pencurian yang melibatkan mobil alfardnya yang di pinjam oleh temannya,
dalam hal ini tertanggung sangat rugi karena pihak asuransi tidak mau
mengganti polis karna tidak terbukti bahwa mobil tersebut telah di curi.
Dan pihak asuransi serta polisi seharusnya menyelidiki kebenaran kejadian
pencurian tersebut dan menuntaskan permasalahan yang terjadi pada
kasus tersebut.

Contoh kasus 7:

Kasus Mobil Hilang, Asuransi Raksa Remehkan Hasil Penyidikan Polisi

Jakarta, Seruu.com - PT Asuransi Raksa Pratikara mengabaikan hasil


penyidikan kepolisian sektor Tebet dan memilih menggunakan hasil survey
mereka sebagai dasar hukum dalam mengambil keputusan terkait kasus
hilangnya mobil nasabah BCA Finance, Irwan Ferryal.

Dalam tanggapan yang disampaikan secara tertulis kepada seruu.com,


Jumat (23/11/2012), Kepala Bagian Klaim Asuransi Raksa Pratikara, Rony
Sugiyanto menegaskan bahwa kasus itu tetap merupakan pidana
penggelapan dan bukan pencurian seperti hasil penyidikan Polisi.

"Bahwa berdasarkan survey lapangan yang mereka lakukan, kasus tersebut


masuk pidana penggelapan dan bukan pencurian seperti yang sebelumnya
disebutkan oleh korban, Irwan maupun kepolisian. Kehilangan yang
dialami oleh Bapak Irwan adalah dikarenakan kendaraan tersebut
digelapkan oleh Bapak Reynaldi yang merupakan pegawai bengkel Sumber
Jaya," ujarnya.
Padahal berdasarkan wawancara yang kami lakukan dengan Kepala
Kepolisian Sektor Tebet, Kompol Suyatno disebutkan bahwa hasil olah TKP
dan bukti - bukti mengarahkan kasus ini kepada tindak pidana Pencurian
dan bukan penggelapan.

"Silakan saja pihak asuransi raksa berkomentar. Jelas kami sebagai aparat
penegak hukum, menegaskan ini murni kasus pencurian bukan
pengelapaan, wong, ambil mobil tanpa izin pemilik mobil, pemilik bengkel,
kok " jelas Kompol Suyatno saat ditemui Seruu.com, Rabu (21/11/2012)
kemarin.

Bahkan saat ditanya kapan pelakunya ditangkap, ia menjawab, sampai saat


ini, pihaknya masih berupaya terus melakukan pencarian. " Status Daftar
Pencarian Orang (DPO) sudah keluar. Dan polisi terus memburu,
mendatangi, tongkrongan hingga tempat tinggal pelaku, " bebernya.

Atas hal tersebut Asuransi Raksa juga menegaskan bahwa mereka tidak
akan mengganti klaim yang diajukan oleh Bapak Irwan. "Sesuai dengan
polis asuransi yang merupakan dasar kontrak antara pihak asuransi
dengan tertanggung, bahwa kehilangan karena penggelapan adalah hal
yang dikecualikan dalam polis. Oleh karena itu kami menolak klaim yang
diajukan oleh Bapak Irwan ataas kendaraannya," jelas Rony.

Bahkan Asuransi Raksa justru menantang agar pihak Irwan mengajukan


kasus ini ke pengadilan bila merasa tidak puas dengan keputusan tersebut.

"Apabila bapak Irwan berkeberatan dengan penolakan klaim ini karena


mempunyai pendapat yang berbeda maka sesuai dengan yang tercantum di
dalam Polis Standar Asuransi Kendaraan Bermotor Indonesia, Bapak
Irwan dapat melakukan usaha penyelesaian sengketa melalui arbitrase
ataupun melalui pengadilan," tegasnya.

Sikap pihak raksa sendiri menurut Kuasa Hukum Irwan Ferryal, korban
kehilangan mobil dan Wahyu, pemilik bengkel Sumber Jaya, merupakan
bentuk arogansi dan pengingkaran kepada negara. "Jelas itu bentuk
pengingkaran terhadap negara yang dilakukan oleh pihak asuransi Raksa.
Bagi kami negara semestinya bisa bersikap tegas dalam kasus ini," tandas
Sarmanto.
Ø Komentar : pihak asuransi memandang kasus ini sebagai kasus penggelapan
bukan pencurian sedangkan kepolisian menganggap ini kasus pencurian,
dan seharusnya kedua belah pihak bekerja sama dalam menyelesaikan
permasalahan seperti ini.

Contoh kasus 8:

KoranTempo - Kasus Manulife Berdampak pada Perkembangan Industri


Asuransi

Kamis, 20 Juni 2002.

Kasus Manulife Berdampak pada Perkembangan Industri


AsuransiJAKARTA-Keputusan pailit yang dijatuhkan Pengadilan Niaga
Jakarta Pusat kepada PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia dipastikan
akan berdampak pada perkembangan industri asuransi di Indonesia secara
keseluruhan.

Kalangan praktisi industri asuransi meminta pemerintah sebagai regulator


agar bisa mengambil pelajaran positif dari kasus ini, dengan menerapkan
kebijakan satu pintu untuk mengatur industri asuransi.

Pengamat industri asuransi Maikel Sajangbati kepada Koran Tempo


kemarin mengatakan, keputusan pailit Manulife sudah pasti berdampak
pada perkembangan industri asuransi Indonesia. "Industri asuransi
Indonesia masih baru, boleh dikatakan masih bayi. Fondasinya belum
begitu kokoh, sehingga begitu ada yang kena hit, bisa dipastikan
seluruhnya akan kena dampak," jelas Maikel.

Menurut dia, industri asuransi Indonesia baru melangkah maju pada


sekitar tahun 90-an. Perjalanannya pun cukup sulit, karena hingga saat ini
pemegang polis asuransi di Indonesia baru mencapai sekitar 20 persen dari
total jumlah penduduk. "Dengan adanya kasus pailit Manulife, tentu saja
akan lebih sulit bagi industri untuk meyakinkan nasabah," tandasnya.
Apalagi, lanjut Direktur Heritage Advisory Asia ini, pemasaran asuransi di
Indonesia didominasi oleh penjualan lewat agen asuransi. Pemasaran
dengan cara ini, kata Maikel, lebih berbasis individual. "Sedikit saja orang
yang sadar pentingnya asuransi, edukasi akan berjalan lambat. Begitu juga
penetrasi usaha asuransi."

Dengan adanya pukulan kasus seperti Manulife, kata dia, bisa dipastikan
nasabah kembali menimbang-nimbang sebelum ikut asuransi. Menurut
Maikel, nasabah pasti bertanya-tanya kalau perusahaan sebesar Manulife
saja bisa jatuh pailit bagaimana dengan perusahaan asuransi yang lebih
kecil.

Kalau di Amerika Serikat, dia mencontohkan, begitu ada asuransi yang


pailit asosiasi industri akan melindungi semua polis asuransi yang
diterbitkan dan nasabah tak perlu kuatir. "Kalau di Indonesia, belum ada
seperti ini. Asosiasi asuransi kita belum sampai melangkah ke sana."

Ketika ditanya apakah dampak kasus ini akan mempengaruhi


pertumbuhan premi industri asuransi, Maikel mengatakan dampaknya
tidak terlalu signifikan. "Saya kira dampaknya pada penurunan premi tidak
terlalu signifikan karena perusahaan asuransi cepat melakukan antisipasi
setelah ada kasus seperti ini dengan memberi penjelasan pada nasabah."

Menurut Maikel, pemerintah sebagai regulator industri asuransi sudah


selayaknya melakukan introspeksi dengan adanya kasus Manulife ini. Dia
menandaskan, sudah waktunya pemerintah menerapkan kebijakan satu
pintu bagi perusahaan asuransi.

Selama ini, kata dia, ijin operasi ada di Depkeu, ijin prinsip ada di
Departemen Kehakiman lalu yang melakukan eksekusi ternyata bisa siapa
saja, termasuk pengadilan niaga. "Ada baiknya diterapkan seperti bank,
instansi yang memberikan ijin sekaligus memberikan rekomendasi final.
Jadi hanya ada satu pintu yang mengatur itu semua."
Ketua Dewan Asuransi Indonesia Hotbonar Sinaga mengatakan, kasus
Manulife diharapkan tidak memberikan dampak dalam jangka panjang
untuk industri asuransi. "Kalau keputusan kasasi Mahkamah Agung bisa
keluar tepat waktu, saya kira tidak akan berdampak negatif pada industri,"
katanya.

Dia mengakui, pangsa pasar Manulife cukup besar untuk bisa memberikan
dampak pada industri asuransi secara keseluruhan. "Manulife itu
menguasai 10 persen dari total pendapatan premi industri. Jadi kalau
keputusan kasasi berlarut-larut, sangat mungkin seluruh pasar industri
asuransi terkena dampaknya," paparnya.

Karena itu, tandas dia, keputusan kasasi Mahkamah Agung yang adil
diharapkan bisa menetralisir dampak ini lebih lanjut.

Anggota Komisi Keuangan dan Perbankan DPR Rizal Djalil pun mendesak
agar pemerintah menerapkan sistem pengawasan yang lebih baik pada
industri asuransi. "Jangan setelah ada kasus seperti ini, baru pejabat
pemerintah bilang akan menjamin uang nasabah. Pernyataan itu hanya
angin surga saja. Apa bentuk jaminan yang akan didapat oleh nasabah,"
tanyanya.

Ketua Harian Yayasan Lembaga Konsumen Asuransi Indonesia Mira


Amalia Malik mendesak pemerintah untuk segera menerapkan sistem
penjaminan asuransi melalui guarantee fund agar dana nasabah tetap
terjamin pembayarannya, meskipun perusahaan asuransi itu dalam proses
kepailitan.

"Sangat disayangkan tidak ada jaminan sama sekali dari pemerintah


mengenai dana nasabah yang diinvestasikan dalam asuarnsi," katanya di
Jakarta kemarin.

Mira menambahkan, selama belum ada jaminan bagi nasabah hendaknya


konsumen asuransi berhati-hati dan cermat dalam membeli polis atau
produk asuransi.
Dia mengatakan menyikapi keputusan pailit yang dijatuhkan kepada
Manulife Indonesia, hendaknya perusahaan yang berkantor pusat di
Kanada ini mengutamakan kepentingan konsumen asuransi. Ditambahkan
Mira, nasabah Manulife juga dihimbau untuk terus memperjuangkan
haknya dibayar penuh tanpa ada potongan atau penundaan pembayaran
apapun. (yuyuk)

Ø Komentar : seharusnya asosiasi asuransi indonesia menerapkan sistem


seperti di amerika, begitu ada asuransi yang pailit asosiasi industri akan
melindungi semua polis asuransi yang diterbitkan dan nasabah tak perlu
kuatir. Dan pemerintah sendiri harus lebih melindungi para perusahaan
asuransi maupun para nasabah yang sudah membeli polis walaupun dalam
perusahaan tersebut sedang terjadi masalah agar para nasabah tidak
menarik kembali polisnya maupun ragu-ragu dalam membeli polis.

Contoh kasus 9:

Kasus Pasien Kritis dan Konflik Asuransi

28 October 2010

Seorang pasien kangker stadium akhir, sudah dalam keadaan sekarat. Dia
sudah tak sadarkan diri 5 hari, dan tergantung dengan mesin ventilator
untuk pernafasannya dan obat penguat jantung supaya tetap berdenyut
dengan tekanan darah stabil.

Keluarga sudah pasrah dan merasa kasihan si pasien menanggung derita,


apalagi si dokter menyebutkan harapan sembuh tidak ada lagi, tinggal
menunggu si pasien tidak bereaksi lagi terhadap obat-obatan, maka dia
akan meninggal.

Keluarga besar melakukan rapat dan bersepakat meminta si dokter


menghentikan semua obat-obatan penunjang kehidupan, apalagi pengacara
dari asuransi kesehatan si pasien mulai intervensi meminta si dokter
menghentikan upaya pengobatan, karena dianggap sudah pada tahap
mubazir ( biaya di ICU untuk kasus seperti ini rata-rata 20 juta sehari) dan
asuransi kesehatan tersebut mengancam akan menuntut si dokter jika
pengobatan tetap dilanjutkan, padahal jelas-jelas tidak ada gunanya lagi.
Jadi si dokter, keluarga dan dibawah petunjuk pengacara pun membuat
semacam surat keterangan persetujuan penghentian semua upaya
pengobatan pada si pasien.

Namun, sebelum MoU itu ditandatangani, datanglah pengacara lain dari


asuransi jiwa si pasien. Mereka keberatan upaya pengobatan dihentikan,
karena si pasien belum tentu mau mati dan selalu mungkin ada mukzizat
dimana si pasien sembuh lagi. Jika pengobatan dihentikan dan si pasien
mati, asuransi jiwa itu akan menuntut si dokter dan keluarga dengan
pidana dan akan menolak membayar asuransi kematian, karena kematian
si pasien dianggap sengaja /dibunuh.

Untung si dokter ikut asuransi malpraktek, dia tinggal menghubungi


pengacaranya saja supaya kedua ancaman tuntutan tersebut dapat
diselesaikan dengan baik. Akhirnya ke 3 pengacara tersebut saling tuntut
menuntut di pengadilan untuk mempertahankan kepentingan asuransi
mereka, si dokter tetap tenang praktek seperti biasa, si pasien tetap tenang
koma.

Terkadang menghadapi pasien yang memiliki asuransi kesehatan dan


asuransi jiwa sekaligus harus hati-hati…Karena bukan tidak mungkin hal-
hal sederhana dapat menjadi rumit saat pasien kritis dan koma harus kita
putuskan mau diarahkan kemana penatalaksanaannya.

Ø Komentar : sebaiknya ketiga belah pihak harus bicara baik-baik dan


mencari jalan keluarnya dan tidak hanya memikirkan kepentingan pribadi.
Dalam kasus ini semua pihak harus berfikir jernih dalam mengambil
keputusan dan menangani masalah seperti ini karena pihak tertanggung
sudah terlalu menderita karena koma yang berkepanjangan.

Contoh kasus 10:

Enam Tahun Palsukan Kematian Untuk Dapat Uang Asuransi

SIDNEY, Jaringnews.com –
Hugo Jose Sanchez yang ditangkap pihak kepolisian Australia. Ia dituduh
telah memalsukan kematiannya sendiri dan kabur dengan uang asuransi.
Seperti dikutip AFP, Kamis (3/11/2011) pihak berwajib menyatakan, pria 47
tahun ini ditahan Kepolisian Federal Australia di Sidney.

Selama enam tahun ia memalsukan kematiannya demi mendapat uang


asuransi jiwa atau asuransi kematian dirinya sebesar US$1,6 juta atau
sekitar Rp14,35 miliar.

istri Hugo, Sophie yang ikut membantu drama kematian tersebut, sudah
lebih dahulu ditangkap. Sophie harus mendekam di dalam penjara selama
dua tahun karena penipuan. Ia dituduh memalsukan kematian dan
membawa uang asuransi jiwa sebesar US$1,6 juta atau sekitar Rp14,35
miliar pada 2005.

Sophie ditahan usai kembali ke Inggris untuk menghadiri pernikahan


saudarinya pada September 2010 lalu. Penangkapan tersebut pun
menyebabkan kejahatan mereka terbongkar, setelah sidik jari Hugo ada di
sertifikat kematian dirinya sendiri.

Sayangnya, kepolisian menolak berkomentar saat dikonfirmasi media bila


Hugo akan di ekstradisi ke Inggris untuk menghadapi tuntutan penipuan.
Pihak kepolisian negara kanguru tersebut hanya berkomentar, saat ini
kasus Hugo akan diproses di Central Local Court di Sidney, di mana Hugo
akan hadir.

Ø Komentar : sebaiknya pihak asuransi memproses klaim dari klien secera


objektif dan menyeluruh supaya kecerobohan dalam mengambil keputusan
di kasus seperti ini tidak terulang lagi dalam perusahaan ini.

semoga bermanfaat....
“Asuransi itu mudah masuknya, namun klaimnya susah”, “Sudah bayar premi lebih dua
tahun, begitu klaim gak dibayar” , atau ” Wah, saya mo klaim, tapi dipersulit, dioper sana
sini”. Mungkin itulah sebagian kecil yang ada dibenak Anda, sehingga Anda tidak mau
mengambil sebuah Polis Asuransi.

Sebenarnya Klaim merupakan hak yang diterima oleh setiap nasabah Asuransi. Dan pastinya
Perusahaan Asuransi akan membayarkan Klaim, ketika kewajiban dari nasabah terpenuhi. Mari,
kita simak Mekanisme Pengajuan Klaim, agar Klaim Anda pasti dibayar. Dan tentunya Anda
yang masih antipati / menolak Asuransi jadi terbuka pikirannya, sehingga segera memiliki polis
Asuransi.

Tujuan dari klaim adalah untuk memberikan manfaat yang sesuai dengan ketentuan
dalam Polis Anda. Agar klaim dapat diproses dan terbayar, perhatikan berbagai ketentuan
penting mengenai pengajuan klaim.

Sebelum mengajukan klaim, pastikan Anda memiliki manfaat yang sesuai dengan yang
tercatat di Polis Anda. Contoh : Anda hanya memiliki Asuransi Jiwa saja, maka secara otomatis
kalau Anda mengajukan klaim rawat inap, pastinya perusahaan asuransi gak akan membayarkan
klaimnya. Jadi teliti kembali manfaat asuransi yang sudah Anda ambil, Pastikan Anda memiliki
manfaat asuransi yang akan Anda klaim.

Anda harus memastikan juga, bahwa Polis Anda masih berada dalam keadaan Inforce /
berlaku / aktif. Jadi agar Polis Anda senantiasa dalam keadaan Inforce, pastikan Anda
melakukan pembayaran / transaksi secara rutin (terutama di dua tahun pertama, jangan sampai
ada yang bolong).

Pastikan juga, Polis Anda tidak dalam masa tunggu. Maksudnya masa tunggu adalah masa
mulai berlakunya perlindungan asuransi Anda. Contoh : untuk perlindungan rawat inap yang
disebabkan karena sakit, seperti : diare, demam berdarah, infeksi saluran kencing, typhus, dll.
Masa tunggunya adalah 30 hari sejak diterima sebagai nasabah Asuransi. Ingat juga bahwa syarat
untuk klaim biasanya harus menjalani rawat inap, bisa minimal 1 x 24 jam atau 2 x 24 jam.

Untuk Anda yang menggunakan kartu, segera Telpon ke Nomor yang tertera dalam kartu,
agar Prosesnya lebih cepat, atau segera hubungi Agen Asuransi Anda. Pasti akan membantunya.

Jika Polis Anda sudah pernah lapse, pastikan pada saat mengajukan klaim, polis Anda tidak
berada dalam masa tunggu maupun mengalami pengecualian-pengecualian tertentu.

Pastikan juga, klaim yang Anda ajukan bukan pengecualian yang tertera dalam Polis.
Contoh : Anda sudah pernah menjalani operasi batu ginjal, nah ketika Anda mengajukan sebuah
polis, Anda disuruh medical. Dan ternyata hasil medicalnya kurang bagus, sehingga untuk sakit
karena batu ginjal tidak dicover. Jadi kalau Anda mengajukan klaim karena batu ginjal, otomatis
perusahaan asuransi tidak akan membayarnya.
Nah, setelah ketentuan di atas terpenuhi, klaim yang Anda ajukan WAJIB DILENGKAPI dengan
semua persyaratan dan dokumen pelengkap yang dibutuhkan.

Jadi sebelum klaim diajukan, periksalah kembali kriteria klaim yang akan diajukan atau hubungi
Agen Anda untuk membantunya. Setelah memastikan hal diatas sesuai , maka segera mungkin
untuk melakukan klaim (penyerahan klaim), karena akan mempercepat proses klaimnya.

Berikut Tahapan Umum Pemrosesan Klaim :

1) Formulir Klaim diisi oleh Tertanggung / Peserta / Pemegang Polis / Ahli Waris (untuk klaim
meninggal) , dengan menyertakan surat keterangan dari dokter.

2) Tertanggung / Peserta / Pemegang Polis / Ahli Waris menyerahkan dokumen peninjung klaim
kepada perusahaan asuransi, seperti : kuitansi, hasil rekam medis, hasil laboratorium, laporan
kepolisian (jika klaim atas kecelakaan) , dan dokumen yang diperlukan lainnya.

3) Cantumkan Nomor Polis dan Nomor Rekening Anda dengan Benar, dan Tandatangani
Pengajuan Klaim sesuai tanda tangan yang ada didalam Polis, sertakan identitas diri juga (FC
KTP / SIM / Paspor). Jadi Pastikan Anda telah mencantumkan Nomor Polis dan Nomor
Rekening Pemegang Polis yang jelas, lengkap dan benar.

4) Perusahaan Asuransi akan melakukan proses validasi terhadap dokumen pelengkap dan
verifikasi kepada Pemegang Polis / Tertanggung / Ahli Waris dan Dokter atau rumah sakit bila
diperlukan.

5) Apabila hasil validasi dan verifikasi oleh perusahaan asuransi sudah sesuai dengan ketentuan,
maka pembayaran klaim akan diproses oleh bagian klaim.

6) Manfaat asuransi akan dibayarkan / ditransfer kepada Pemegang Polis / Tertanggung / Peserta
/ Ahli Waris.

Dengan melihat ketentuan diatas , klaim bukan lagi masalah yang rumit, klaim adalah masalah
mudah. Perusahaan Asuransi akan membayar Klaim Anda. So, pastikan Anda memiliki Polis
Asuransi sebagai tanda dan cinta kepada keluarga, Istri , Suami, dan Buah hati Anda. Dan
pastikan Anda memilih AGEN ASURANSI yang Tepat, disamping Perusahaan yang Tepat.

Insya Allah, penulis dan pemilik web ini adalah Orang yang tepat untuk dipilih sebagai service
Agen Anda dan Keluarga.

Salam Cerdas

Wiwit Prayitno, S.Pt., N.Md

081 2277 1607


PT ASABRI (Persero) sebagai lembaga asuransi sosial TNI dan Polri memiliki visi menjadi
perusahaan pengelolaan asuransi sosial nasional terbaik di Indonesia. Dengan motonya, yaitu
sahabat di hari tua membuat Anda tenang bekerja, akan terus memberikan pelayanan terbaik
untuk peserta asuransi yang berbeda dengan pekerjaan pada umumnya. TNI dan Polri memiliki
risiko khusus yang dihadapi ketika bertugas.

“Di jiwa kami terpatri jiwa keprajuritan, meski karyawan ASABRI bukan berlatar belakang TNI.
Nafasnya prajurit itu nafas kami. Apa yang dirasakan mereka kepedihan, kesedihan, dan
kebahagian juga kepedihan, kesedihan, dan kebahagiaan kami ASABRI,” ujar Adam R. Damiri,
Direktur Utama PT ASABRI (Persero) dalam acara BUMN Marketeers Club ke-34 di kantor
ASABRI, Jakarta, Kamis (26/2/2015).

ASABRI merupakan asuransi untuk TNI dan Polri walaupun secara terstruktur memang sudah
terpisah. Meski tugas pokok TNI adalah menjaga bidang pertahanan dan tugas pokok Polri di
bidang keamanan, tapi secara kultur keduanya tidak dapat dipisahkan. Dengan demikian,
ASABRI menjadi perekat dan pemersatu TNI dan Polri dalam bidang asuransi.

“Kepesertaan bersifat wajib. Peserta ASABRI terdiri dari Prajurit TNI, Purnawirawan TNI,
PNS/Capeg Kementerian Pertahanan/Polri, pensiunan PNS, anggota Polri, dan Purnawirawan
Polri. Jumlah peserta ASABRI hingga Desember 2014 sekitar 1,1 juta orang. Jumlah keanggotan
ini tujuh kali lipat dibandingkan Taspen,” tambahnya.

Adam mengisahkan bahwa dahulu asuransi TNI dan Polri masih dikelola oleh PT TASPEN
(Persero) sejak 1963. Namun, program Taspen dinilai banyak yang tidak memenuhi kebutuhan
TNI dan Polri. Beberapa alasannya adalah adanya perbedaan batas pensiunan, TNI dan Polri
memiliki risiko khusus, dan peremajaan personil TNI. Maka, ASABRI dibentuk untuk dapat
meng-cover kebutuhan mereka.

Berbicara masalah kesejahteraan, Adam melihat pada dua hal. Pertama, dalam bidang pelayanan.
Apakah ASABRI sudah memberikan pelayanan terbaik atau belum melalui pelayanannya.
Kedua, masalah bidang finansial terkait besarnya nilai asuransi. Sampai saat ini, besarnya nilai
asuransi belum memenuhi keinginan peserta. Hal ini terjadi karena premi yang terlalu kecil.
Premi ini ditentukan oleh Pemerintah bukan perusahaan.

“Kewajiban premi peserta adalah 10% darti totalitas gaji pokok, tunjangan istri, dan tunjungan
anak. Lalu, dibagi ke tiga komponen, yaitu iuran tunjangan hari tua sebesar 3,25%, iuran dana
pensiun 4,75%, dan dana kesehatan 2%,” papar Adam.

Awalnya Pogram awal ASABRI sama seperti Taspen, yaitu memberikan manfaat santunan
asuransi, santunan nilai tunai asuransi, santunan risiko kematian, dan santunan biaya
pemakaman. Keempat program tersebut untuk risiko umum yang dihadapi semua orang, namun
TNI dan Polri memiliki risiko tinggi sehingga ASABRI menambahkan lima program, yaitu
manfaat risiko kematian khusus, santunan cacat karena dinas, santunan cacat bukan karena dinas,
santunan biaya pemakaman istri atau suami, dan santunan biaya pemakaman anak.
Manfaat tersebut diberikan ASABRI untuk peserta asuransi yang memiliki risiko khusus
sehingga mereka dapat tenang dan nyaman dalam menjalankan tugas tanpa perlu khawatir
terhadap hal-hal yang akan dihadapi saat bertugas membela Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Jakarta - Pasangan suami istri pensiunan PNS di Kalimantan Selatan curhat hanya salah satu
dapat tunjangan hari raya (THR). Nah, jika ada suami istri pensiunan PNS alami kondisi serupa,
bagaimana cara lapornya?

Direktur Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan Marwanto Harjowiryono menjelaskan


pertama-tama mereka bisa melapor ke pihak penyalur THR, yakni bank maupun kantor pos.

"Ya dia bisa nanya ke bank atau kantor pos yang biasa dia menerima pembayaran pensiun itu,"
katanya kepada detikFinance, Jakarta, Selasa (12/6/2018).

Baca juga: Suami Istri Pensiunan PNS Curhat Hanya Salah Satu Dapat THR

Pihak penyalur akan menanyakan lebih jelas masalah yang dihadapi si pensiunan PNS, dan
selanjutnya meneruskan permasalahan itu ke pihak PT Taspen atau PT Asabri. Sebagai informasi,
Pemerintah mengirim dana THR untuk pensiunan PNS sipil ke PT Taspen, sedangkan untuk
pensiunan TNI/Polri ke PT Asabri.

"Ya dia harus tanya di situ masalahnya apa. Nah kemudian kalau dari pemerintah kan nanti baru
setelah ada permintaan dari banknya atau dari yang bersangkutan itu baru difollow up," terang
Marwanto.

Baca juga: Selama Pegang SK, Suami Istri Pensiunan PNS Dapat THR

"Nanti secara otomatis dia akan lapor ke atas ya, kalau bank atau kantor pos dia lapor ke Taspen
sama Asabri. Nanti Asabri sama Taspen akan bicara sama pemerintah dalam hal ini Kementerian
Keuangan," lanjutnya.

Marwanti menambahkan pensiunan PNS yang belum terima THR hingga Lebaran, tetap bisa
memproses pencairan THR-nya.

Baca juga: Suami Istri Pensiunan PNS Hanya Satu Dapat THR, Ini Penyebabnya

"Jadi nanti kalau sampai dengan lebaran ternyata masih ada pensiunan belum terima THR, itu
satker (satuan kerja) yang bersangkutan, bukan hanya pensiunan tapi juga PNS ya, kalau nanti
ada yang belum terima nanti masih ada kesempatan. Kan ada kemungkinan dia (THR) belum
masuk, oleh satkernya sendiri bukan oleh pemerintah," jelasnya.

"Nah kalau nanti katakanlah karena satu atau lain hal misalnya satkernya nggak sempat ajukan
atau sakit, dan lain sebagainya itu nanti setelah Lebaran masih bisa diajukan lagi" tambahnya.
(hns/hns)
Industri dana pensiun Indonesia memang masih muda. Sampai seperempat abad,
perkembangannya tidak terlalu berarti. Ini dikarenakan masih rendahnya kesadaran memiliki
dana pensiun di Indonesia.
tirto.id - Dana pensiun belum menjadi prioritas masyarakat. Jumlah penduduk yang sudah
mempersiapkan dana pensiun masih sangat rendah. Industrinya pun tumbuh pada angka yang
belum begitu menggembirakan.

Data dari Otoritas Jasa Keuangan menyebutkan, aset industri dana pensiun bertumbuh 7,06
persen pada tahun 2015 lalu menjadi 15,5 persen pada tahun 2016. Sayangnya, 25 tahun setelah
Undang-undang Dana Pensiun diterbitkan, industri ini hanya membukukan pertumbuhan yang
tidak terlalu besar. Menurut data OJK, aset Industri Keuangan Non Bank (IKNB) sebesar
Rp1.909,26 triliun per 31 Desember 2016 dan naik 13,64 persen dari tahun 2015. Pangsa aset
industri dana pensiun sebesar 12,5 persen atau sekitar Rp238,3 triliun.

"OJK tentu sangat berkepentingan untuk memfasilitasi perkembangan industri dana pensiun ini
kedepannya," kata Wakil Ketua Dewan Komisioner Rahmat Waluyanto di seminar internasional
25 Years of Pension Savings-Way Forward for Next Quarter Century di Jakarta akhir April lalu.
OJK dan para pelaku industri dana pensiun sudah mencanangkan Pension Day yang merupakan
serangkaian kegiatan sosialisasi tentang dana pensiun sepanjang tahun 2017 ini.

Dana kelolaan industri dana pensiun hanya 1,92% dari produk domestik bruto (PDB). Lebih
kecil dari Thailand yang 6,6%. OJK menargetkan dana kelolaan ini akan dapat mencapai 2,5%
dalam waktu dekat dan jangka menengah 5% dari PDB.

Padahal, melalui industri dana pensiun ini diharapkan kehidupan masyarakat dapat lebih
sejahtera karena memiliki penghasilan yang memadai pada masa pensiun.

Ada berbagai penyebab mengapa industri dana pensiun kurang berkembang dengan pesat.
Pesertanya juga masih jauh dari jumlah pekerja. Padahal, jumlah pekerja aktif di sektor formal
saat ini mencapai 50 juta orang. Dari jumlah tersebut, baru 17,8 juta yang ikut program pensiun
yang diselenggarakan oleh pemerintah seperti BPJS Ketenagakerjaan dan Taspen, Asabri juga
Dana Pensiun Pemberi Kerja, Dana Pensiun Lembaga Keuangan. Peserta BPJS Ketenagakerjaan
Jaminan Pensiun tercatat sebanyak 9,1 juta, sementara dana pensiun pemberi kerja 4,3 juta.

Salah satu penyebabnya adalah peraturan yang tumpang tindih mengenai dana pensiun. Rahmat
mengatakan, perlu ada upaya dan kerja sama dari berbagai pemangku kepentingan agar dapat
bersinergi dalam menyikapi persoalan ini. Pemerintah mewajibkan perusahaan mengikutsertakan
karyawannya ke dalam program pensiun publik yaitu BPJS Ketenagakerjaan, sementara
perusahaan sudah memiliki program pensiun perusahaan. Aturan tersebut membebani
perusahaan.

Hal ini diamini juga oleh Dumoly Pardede, Deputi Komisioner Pengawas IKNB II OJK Dumoly
Pardede. “Ada hal yang kurang harmonis. Misalnya begini, sebuah perusahaan katakan
perusahaan X, wajib ikut BPJS Ketenagakerjaan dengan mengiur 3% untuk karyawannya.
Tetapi, mereka juga punya program pensiun sehingga mengiur 5%, juga punya program asuransi
tambah lagi iuran 3%. Bisa jadi perusahaan membayar untuk karyawannya sebanyak 15% dari
gaji karyawan. Sementara di Vietnam cukup 3%. Bagaimana mau berkompetisi dengan Vietnam?
“ kata Dumoly. Menurut dia, aturan seperti ini yang harus diharmonisasi agar perusahaan pun
dapat bersaing.

OJK dan pelaku industri dana pensiun pun mengusulkan revisi UU no 11/1992. Regulasi
memang perlu dibuat menjadi selaras sehingga efektif untuk semua pihak. Beberapa poin revisi
yang akan diajukan antara lain adalah tentang pembuat program pensiun. Kelak diharapkan tidak
hanya dana pensiun pemberi kerja dan dana pensiun lembaga keuangan saja yang dapat membuat
program pensiun. Koperasi, perseroan terbatas, manajer investasi dan konsultan aktuaris juga
boleh membuat program pensiun.
Masalah lainnya adalah tentang manfaat program pensiun. Selama ini, program pensiun hanya
berfungsi memberikan uang pensiun bulanan kepada seseorang yang usianya sudah memasuki
usia pensiun. “Sistem seperti itu sudah tidak relevan lagi. Ke depan, program pensiun dapat
memberikan manfaat sekaligus, misalnya untuk sekolah,” kata Dumoly. Misalnya seseorang
yang berhenti dari profesi A, uang pensiunnya dapat ditarik dan digunakan sesuai kebutuhannya
seperti untuk melanjutkan sekolah. Dengan demikian, para pekerja kontrak yang masa kerjanya
berakhir pada 5 atau 10 tahun dapat merasakan manfaat program pensiun, tidak harus menunggu
hingga berusia 55 atau 60 tahun.

Selain masalah aturan, Ketua Asosiasi Dana Pensiun Indonesia Mudjiharno juga mengatakan,
belakangan banyak dana pensiun pemberi kerja yang dikelola perusahaan dialihkan ke dana
pensiun lembaga keuangan. Beberapa penyebabnya adalah skema manfaat pasti dirasakan tidak
relevan dan membebani perusahaan. Salah satu hal yang memberatkan adalah perusahaan harus
menutupi kekurangan dana pensiun jika tidak mencapai target. Alasan lain, bisa jadi juga
karyawan semakin sedikit sehingga tidak efektif jika dana pensiun dikelola sendiri. Pada tahun
2016 dana pensiun manfaat pasti turun menjadi 180 perusahaan dari 190 pada tahun 2015.
Sementara dana pensiun iuran pasti turun menjadi 44 dari 45 pada tahun sebelumnya.

Kenaikan usia harapan hidup juga menjadi persoalan. Seiring dengan kemajuan teknologi,
fasilitas kesehatan dan kemajuan lain, usia harapan hidup semakin panjang. Dampaknya, ada
kenaikan biaya yang harus dipikul oleh dana pensiun karena masa pembayaran yang semakin
panjang. Terjadi liquidity mismatch, iuran yang masuk terkadang juga tidak cocok dengan
kebutuhan pembayaran setiap bulan. Dari sisi pengelolaan aset, pada masa suku bunga rendah ini
perkembangan aset pun menjadi semakin lamban. Return of investment (ROI) pun menjadi lebih
rendah.

Pada tahun ini, dana pensiun diwajibkan mengalokasikan 30% dana kelolaan pada surat
perbendaharaan negara. Aturan ini sudah dilakukan oleh sebagian pengelola dana pensiun besar.
“Kendala sih tidak ada, lebih banyak yang comply. Bagi yang dana pensiun kecil-kecil ada
kesulitan karena barangnya tidak ada. Nah, kalau yang seperti itu akan diberikan pengecualian
dan jangan dipaksa. Mereka dapat membeli obligasi BUMN atau reksa dana yang di dalamnya
ada instrumen obligasi BUMN.Menurut saya di pasar tidak ada masalah karena sudah kita
berikan kelonggaran,” kata Dumoly.

“Dana pensiun pemberi kerja memerlukan dukungan dari semua pemangku kepentingan,” kata
Mudjiharno. Selain revisi dan sinkronisasi aturan tentang dana pensiun, para pelaku industri juga
mengusulkan agar ada tambahan diversifikasi jenis-jenis dana pensiun.

Industri dana pensiun menyangkut hajat hidup orang banyak. Tujuannya pun mulia, untuk
membuat pekerja sejahtera pada masa purnakaryanya. Semoga permasalahan yang dihadapi
dapat diselesaikan sehingga industri ini benar-benar berkembang dan dapat mewujudkan misinya
dalam meningkatkan kesejahteraan.
Baca serial "Dana Pensiun" dari Tirto:

Mengenal Industri Dana Pensiun

Tua Merana Tanpa Persiapan Pensiun

Berapa Dana Pensiun yang Cukup ?

Baca juga artikel terkait PENSIUN atau tulisan menarik lainnya Yan Chandra
(tirto.id - Ekonomi)

Reporter: Yan Chandra & Damianus Andreas


Penulis: Yan Chandra
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti
JAKARTA, KOMPAS.com - Pengelola dana pensiun (Dapen) di negara-negara maju telah
sukses menjadi salah satu sumber pembiayaan jangka panjang untuk berbagai proyek
pembangunan. Beberapa waktu lalu, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang PS Brodjonegoro pun mencontohkan
sejumlah negara yang proyek pembangunannya didanai dari Dapen. (Baca: Dana Pensiun di
Negara-negara Ini Bisa Biayai Infrastruktur Ribuan Triliun Rupiah) Namun, di Indonesia
penempatan investasi Dapen masih terbilang konvensional. Padahal Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) juga telah mendorong melalui regulasi yakni POJK Nomor 1/2016. Menurut Direktur
Eksekutif Perkumpulan Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) Bambang Sri Muljadi, ada
beberapa permasalahan Dapen di Indonesia dalam penempatan investasi, utamanya bagi Dapen
kecil. Pertama, Dapen kecil umumnya memiliki aset kurang dari Rp 200 miliar, di mana aset
telah teralokasi pada portfolio yang mempunyai return relatif tinggi. Kedua, sangat sulit untuk
menyediakan dana likuid (kas dan setara kas) dalam jumlah yang signifikan). Ketiga, sulit
mendapatkan informasi tentang peluang investasi terutama Dapen yang ada di daerah. "Target
yang dibebankan oleh para pendirinya masih cukup tinggi, jauh di atas indikator pertumbuhan
ekonomi. Selain itu, pemahaman tentang sekuritisasi juga masih sangat kurang," kata Bambang
dalam Sosialisasi Edukasi EBA-SP, di Jakarta, Selasa (20/3/2017). Berdasarkan data
Perkumpulan APDI, total aset Dapen per 31 Januari 2017 mencapai Rp 241,47 triliun. Jumlah
Dapen besar dengan aset di atas Rp 1 triliun hanya sebanyak 52 Dapen dengan porsi aset 85,11
persen dari total aset. Sementara itu, Dapen dengan aset antara Rp 100 miliar hingga Rp 1 triliun
ada sebanyak 92 Dapen dengan porsi aset 13,09 dari total aset. Dapen dengan aset di bawah Rp
100 miliar ada 104 Dapen, dengan porsi 1,8 persen dari total aset. Dalam menyediakan
instrumen investasi bagi pengelolaan dana jangka panjang seperti Dapen ini, PT Sarana
Multigriya Finansial (Persero) sendiri miliki produk bernama Efek Beragun Aset berbentuk Surat
Partisipasi (EBA-SP). Direktur Utama SMF, Ananta Wiyogo menjelaskan, EBA-SP ini
merupakan instrumen hasil sekuritisasi tagihan-tagihan kredit perumahan yang kemudian dijual
kepada publik, melalui penawaran umum maupun tidak. Ada beberapa kelebihan dan kelemahan
EBA-SP bagi investor seperti Dapen. Menurut Kepala Bagian Pengawasan Dana Pensiun PPIP
dan DPLK OJK Armansjah salah satu kelebihan instrumen ini adalah tidak adanya risiko
perantara (Intermediary risk). "Maksudnya kalau ada apa-apa dengan SMF, portfolio EBA-SP
yang dikelola SMF tidak terganggu, karena dia terpisah dari PT SMF," kata Armansjah.
Kelebihan lainnya adalah terdapat asset class pada satu produk EBA. Dengan begitu, investor
dapat memilih EBA dengan tingkat risiko yang dikehendaki. "Kalau dia bersedia menerima
risiko lebih tinggi, mungkin dia ambil kelas yang risikonya lebih tinggi. Karena memang yang
risikonya lebih tinggi yield-nya lebih tinggi," imbuh Armansjah. Selain itu, terdapat jaminan
pada instrumen EBA. Armansjah menjelaskan pada EBA-SP sendiri jaminannya adalah sertifikat
rumah dari pinjaman itu sendiri. Meski begitu, ada juga kelemahan atau kekurangan dari
instrumen ini, diantaranya yaitu pre-payment risk, repayment risk, dan no-payment risk. Investor
memiliki risiko apabila peminjam KPR sudah membayar lunas di awal karena suku bunga yang
cenderung turun (pre-payment risk). "Sehingga potensi bunga tidak terealisasi," kata Armansjah.
Investor juga beresiko tidak untung apabila peminjam KPR mendapatkan instrumen pinjaman
lain yang bunganya lebih rendah (repayment risk), atau gagal mengangsur cicilan (no-payment
risk).

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ini Masalah yang Dihadapi Dana Pensiun
Kecil untuk Berinvestasi di Proyek",
https://bisniskeuangan.kompas.com/read/2017/03/21/130628426/ini.masalah.yang.dihadapi.dana
.pensiun.kecil.untuk.berinvestasi.di.proyek.
Penulis : Estu Suryowati

Anda mungkin juga menyukai