Analisis Jurnal Keperawatan Gawat Darura
Analisis Jurnal Keperawatan Gawat Darura
Disusun Oleh:
A. Latar Belakang
Henti jantung dapat menyebabkan seseorang meninggal seketika, dimana
jantung berhenti untuk memompa darah. Angka kematian penyakit kritis masih
sangat tinggi dan hampir selalu mengakibatkan gangguan keseimbangan satu atau
lebih dari sistem tubuh. Tatalaksana rasional penyakit kritis
membutuhkan pengetahuan luas tentang semua perubahan yang telah dan akan ter
jadi pada semua sistem tubuh yang akan atau sedang terlibat dan saling
memperberat pada penyakit kritis. Informasi ilmiah yang aktual dan pemahaman
yang sempurna sangat diperlukan agar tercapai kesamaan persepsi untuk membuat
prioritas dan keputusan yang tepat, cepat dan rasional. Upaya mengatasi dan
mengembalikan gangguan keseimbangan tersebut pada saat penyakit kritis
menyerang salah satu sistem tubuh dan melibatkan sistem yang lain adalah
merupakan tujuan tatalaksana yang rasional.
Jantung merupakan organ vital yang bertugas memompa darah untuk semua
organ-organ badan. Henti jantung atau cardiac arrest adalah suatu
keadaan berhentinya sirkulasi normal dari darah dalam kaitannya dengan
kegagalan jantung untuk berkontaksi secara efektif selama systole. Kegagalan
untuk berkontraksi dapat mengakibatkan kematian yang mendadak, bahkan dapat
terjadi kematian seketika (Instantaneous Death) dan disebut sudden cardiac death
(SCD). Cardiac arrest biasa disebut cardio respiratory arrest, cardiopulmonary
arrest, atau circulatory arrest. Cardiac arrest berbeda dengan infark miokard,
dimana aliran darah ke jantung yangmasih berdetak terganggu.
Penyebab utama dari cardiac arrest adalah aritmia, yang dicetuskan oleh
beberapa faktor, diantaranya penyakit jantung koroner, stress fisik (perdarahan
yang banyak, sengatan listrik, kekurangan oksigen akibat tersedak, tenggelam
ataupun serangan asma yang berat), kelainan bawaan, perubahan struktur jantung
(akibat penyakit katup atau otot jantung) dan obat-obatan. Penyebab lain cardiac
arrest adalah tamponade jantung dan tension pneumothorax.
Sebagai akibat dari henti jantung, peredaran darah akan berhenti.
Berhentinya peredaran darah mencegah aliran oksigen untuk semua organ tubuh.
Organ-organ tubuh akan mulai berhenti berfungsi akibat tidak adanya suplai
oksigen, termasuk otak. Hypoxia cerebral atau ketiadaan oksigen ke otak,
menyebabkan korban kehilangan kesadaran dan berhenti bernapas normal.
Kerusakan otak mungkin terjadi jika cardiac arrest tidak ditangani dalam 5 menit
dan selanjutnya akan terjadi kematian dalam 10 menit. Jika cardiac arrest dapat
dideteksi dan ditangani dengan segera, kerusakan organ yang serius seperti
kerusakan otak, ataupun kematian mungkin bisa dicegah.
Cardiac arrest dapat terjadi pada orang dewasa dan anak-anak. Hal ini dapat
juga terjadi secara tiba-tiba pada seseorang yang terlihat sehat, dan menyebabkan
kematian yang mendadak atau sudden cardiac death (SCD). Hal ini merupakan
suatu kegawat daruratan medis, dapat berpotensi untuk membaik jika ditangani
seawal mungkin. Penanganan pertama untuk cardiac arrest adalah cardiopulmonary
resuscitation (biasa disebut CPR) yang akan mendukung sirkulasi peredaran darah
sampai tersedia perawatan medis yang pasti. Penanganan berikutnya sangat
bergantung pada irama jantung yang terlihat pada pemeriksaan lanjutan, apakah
terdapat aritmia atau tidak, tetapi sering kali diperlukan defibrillasi untuk
mengembalikan irama jantung normal sebab sebagian besar cardiac arrest terjadi
akibat ventricular fibrillation dan ventricular tachicardia. Saat ini, cardiac arrest
masih merupakan penyebab utama kematian di dunia. Sekitar separuh dari semua
kematian akibat penyakit jantung digolongkan sebagai sudden cardiac death.
Hipotermia melawan beberapa negatif fisiologis efek yang terjadi setelah
resusitasi. Dengan menurunkan suhu tubuh pasien, tingkat metabolisme pasien
adalah menurun. Hal ini menguntungkan karena menghasilkan penurunan
kebutuhan oksigen oleh sel, sel yang sama yang sudah dirampas. Untuk setiap 1 ◦
C penurunan suhu tubuh, tingkat metabolisme otak menurun sebesar 6% -7%
(Keresztes & Brick, 2006). Berbagai studi, seperti dikutip oleh Smith dan Bleck
(2002), telah menunjukkan bahwa negatif peristiwa yang terjadi dengan iskemia di
post resuscitative periode (pelepasan radikal, kegagalan pompa ion, dll) yang
diperlambat dengan adanya hipotermia. Hal ini juga percaya bahwa hipotermia,
melalui vasokonstriksi, dapat menurunkan tekanan intrakranial (Clifton et al.,
2001).
Berdasarkan hasil pengkajian kasus cardiac arrest cukup banyak terjadi di
RSUD Sleman, Setidaknya sudah lebih dari 4 kali dilakukan CPR kepada pasien
dengan penyakit yang berbeda-beda sejak tanggal 22 Januari sampai 3 februari
2018. Pada saat dilakukan tindakan CPR kepada klien kelolaan nadi kembali timbul
akan tetapi nadi mulai melemah setelah beberapa jam dilakukan tindakan, sehingga
kami mengambil jurnal tentang terapi setelah cardiac arrest, sehingga kemungkinan
klien untuk hilang nadi kembali bias teratasi.
B. Tujuan
Tujuan analisis jurnal ini adalah ntuk mengetahui efektifitas terapi hipotermia
yang diberikan pada pasien setelah mengalami keadaan henti jantung saat di
ruang IGD RSUD Sleman.
.
BAB II
ANALISA JURNAL
A. Kesimpulan
Terapi hipotermi dapat menurunkan metabolisme tubuh sehingga kebutuhan
akan mereduksi kebutuhan oksigen cerebral, yang akan mengurangi tekanan
intracranial sehingga akan makan tetapi terapi hipotermi perlu pengawasan yang
sangat ketat karena komplikasi yang dapat terjadi
B. Saran
Diharapkan Petugas kesehatan atau tim medis sebaiknya dapat melanjutkan
penelitian ini untuk membantu menemukan apakah terdapat efektivitas terapi
hipotermi terhadap pasien post cardiac arrest dengan intervensi dan populasi
berbeda RSUD Sleman.