Meningitis Fix 1 PDF
Meningitis Fix 1 PDF
SKDN
Disusun Oleh:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KEGIATAN
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR (KKS)
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT/
ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN/
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
SKDN
Disusun Oleh :
NIP. 196210102006042004
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat
dan hidayah-Nya sehingga laporan kegiatan ini dapat kami selesaikan tepat pada
waktunya. Pada laporan kegiatan ini, kami melaporkan mengenai rangkaian kegiatan
SKDN selama menjalani KKS di Puskesmas Amplas. Adapun tujuan penulisan
laporan kasus ini adalah untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik di Departemen
Ilmu Kesehatan Masyarakat/Ilmu Kedokteran Komunitas/Ilmu Kedokteran
Pencegahan Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara.
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Kepala
Puskesmas Amplas dr. Henny Safitri, beserta jajarannya yang telah memberikan
kesempatan bagi kami untuk mengikuti kegiatan kepaniteraan klinik senior di
Puskesmas Amplas.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kegiatan ini masih belum
sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu,
dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan laporan kegiatan ini. Atas bantuan dan segala dukungan
dari berbagai pihak baik secara moral maupun spiritual, penulis ucapkan terima kasih.
Semoga laporan kegiatan ini dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu
pengetahuan khususnya kesehatan.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Untuk menciptakan masyarakat yang sehat dinas kesehatan dan puskesmas
melakukan berbagai upaya seperti, bagian dari sistem kesehatan nasional dengan
melibatkan peran serta kader dan masyarakat untuk menangani masalah gizi yang
pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat namun penanggulangan tidak
dapat dilakukan lewat pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab
timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu pendekatan
penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor yang terkait (Supariasa. 2002).
Balita baru yang diperiksa kesehatannya sekaligus dicek tumbuh kembangnya
oleh Petugas Puskesmas/Puskesmas Pembantu Polindes di dalam maupun diluar
Institusi Kesehatan seperti di Posyandu.
Balita yang naik berat badannya adalah Balita yang pada waktu ditimbang di
fasilitas kesehatan atau posyandu mengalami kenaikan berat badan sesuai
pedomanapabila dibandingkan dengan hasil penimbangan sebelumnya.
SKDN adalah status gizi balita yang digambarkan dalam suatu balok SKDN,
dimana balok tersebut memuat tentang sasaran balita di suatu wilayah (S), balita yang
memiliki KMS (K), balita yang ditimbang berat badannya (D), balita yang ditimbang
dan naik berat badannya (N), SKDN tersebut diperoleh dari hasil posyandu yang
dimuat di KMS dan digunakan untuk memantau pertumbuhan balita (Depkes RI,
2003).
KMS adalah suatu pencatatan lengkap tentang kesehatan seorang anak. KMS
harus dibawa ibu setiap kali ibu menimbang anaknya atau memeriksa kesehatan anak
dengan demikian pada tingkat keluarga KMS merupakan laporan lengkap bagi anak
yang bersangkutan, sedangkan pada lingkungan kelurahan bentuk pelaporan tersebut
dikenal dengan SKDN.
4. KMS
5. Buku KIA
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui program dan kegiatan yang berlangsung mengenai SKDN
untuk memenuhi persyaratan dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior
(KKS) di Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat/Ilmu Kedokteran Komunitas/Ilmu
Kedokteran Pencegahan, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Sumatera Utara.
1.4 Manfaat
Laporan kegiatan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis dan
pembaca khususnya pengetahuan mengenai program SKDN.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 SKDN
2.1.1 Definisi SKDN
SKDN adalah status gizi balita yang digambarkan dalam suatu balok SKDN,
dimana balok tersebut memuat tentang sasaran balita di suatu wilayah (S), balita yang
memiliki KMS (K), balita yang ditimbang berat badannya (D), balita yang ditimbang
dan naik berat badannya (N), SKDN tersebut diperoleh dari hasil posyandu yang
dimuat di KMS dan digunakan untuk memantau pertumbuhan balita (Depkes RI,
2003).
SKDN merupakan hasil kegiatan penimbangan balita yang dilakukan setiap
bulan dalam bentuk histogram sederhana. Indikator pelayanan di Posyandu atau di
Pos Penimbangan Balita menggunakan indiktor-indikator SKDN. SKDN adalah
singkatan dari pengertian kata-katanya yaitu:
a. S adalah jumlah seluruh balita yang ada dalam wilayah kerja posyandu.
b. K adalah jumlah balita yang ada di wilayah kerja posyandu yang
mempunyai KMS (Kartu Menujuh Sehat).
c. D adalah jumlah balita yang datang di posyandu atau dikunjungan rumah
dan menimbang berat badannya sesuai atau jumlah seluruh balita
yang ditimbang.
d. N adalah jumlah balita yang ditimbang berat badannya mengalami
peningkatan berat badan dibanding bulannya sebelumnya dengan garis
pertumbuhan.
Berdasarkan SKDN dari bulan ke bulan disimak untuk mengetahui kemajuan
program perbaikan gizi. Naik turunnya D atau S dapat diinterprestasikan sebagai
tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan di posyandu, sedangkan naik turunnya
N terhadap S dapat diartikan sebagai keberhasilan atau kegagalan mencapai tujuan
program dalam kegiatan UPGK di posyandu (Suhardjo 2003).
Dari uraian SKDN dapat digabungkan satu sama lain sehingga dapat
memberikan informasi tentang perkembangan kegiatan pemantauan pertumbuhan
anak di posyandu yaitu :
1. Indikator K/S
K/S adalah indikator yang menggambarkan jangkauan atau liputan
program. Indikator ini dihitung dengan cara membandingkan jumlah balita
yang dapat di posyandu dan memiliki KMS dengan jumlah balita yang ada
di wilayah posyandu tersebut dikalikan 100%.
2. Indikator D/S
D/S adalah indikator yang menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat
dalam kegiatan di posyandu.
3. Indikator N/D
N/D adalah memberikan gambaran tingkat keberhasilan program dalam
kegiatan UPGK di posyandu. Indikator ini lebih spesifik dibanding dengan
indikator lainnya sehingga dapat digunakan sebagai gambaran dasar gizi
balita.
4. Indikator N/S
N/S adalah memberikan gambaran tentang tingkat keberhasilan program di
posyandu. Indikator ini menunjukkan balita yang ditimbang dan naik berat
badannya.
Upaya peningkatan gizi bertujuan untuk meningkatkan status gizi masyarakat
melalui usaha pemantauan status gizi kelompok kelompok masyarakat yang
mempunyai resiko tinggi (seperti ibu hamil dan balita) dan pemberian makanan
tambahan (PMT) baik yang bersifat penyuluhan maupun pemulihan.
dibagi dengan Jumlah Balita ditimbang hasilnya dibagi dengan Balita yang
punya KMS atau rumusnya adalah (K-D)/K x 100%.
Dari kesemua indikator tersebut diatas. Indikator yang paling sederhana di
posyandu adalah ANAK SEHAT BERTAMBAH UMUR BERTAMBAH BERAT
BADAN. Dan ini juga adalah yang menjadi ikon dari keberadaan posyandu (pos
penimbangan), sekaligus juga berlaku sebagai output untuk semua kegiatan di
posyandu.
Berikut adalah rumus untuk mencari persentase SKDN :
Jumlah Balita Yang datang ditimbang (D)
Presentasi D/S = x100%
Jumlah Sasaran Balita yang ada di wilayah kerja
Posyandu sebagai wujud peran serta masyarakat, yang bekerja sama dengan
petugas kesehatan, dilaksanakan setiap bulan dengan cara melaksanakan di posyandu
yaitu dengan menggunakan 5 meja, 4 meja di gunakan oleh kader posyandu, dan 1
meja digunakan oleh petugas kesehatan.
Selain 5 program posyandu, kegiatan bulanan di posyandu juga merupakan
kegiatan yang bertujuan untuk (Anonim, 2003 : 1) :
1. Membantu pertumbuhan berat badan bayi dan anak balita dengan menggunakan
Kartu Menuju Sehat (KMS).
2. Memantau perkembangan dan kesehatan ibu hamil.
3. Memberikan konseling gizi, memberikan pelayanan gizi dan kesehatan dasar,
KB, serta penanggulangan diare.
Untuk tujuan pemantauan pertumbuhan balita setiap bulan, di dalam KMS berat
badan balita setiap bulan di isikan dengan titik dan dihubungkan garis sehingga
membentuk grafik pertumbuhan anak. Berdasarkan garis pertumbuhan ini dapat
dinilai apakah berat badan anak hasil penimbangan dua bulan berturut-turut naik (N)
atau tidak naik (T) dengan cara ditetapkan dalam buku pada panduan penggunaan
KMS bagi petugas kesehatan. Selain informasi N dan T, dari kegiatan penimbangan
di catat pula pada jumlah anak yang datang ke Posyandu dan ditimbang (D), jumlah
anak yang tidak ditimbang bulan lalu (O), jumlah anak yang baru pertama kali di
timbang (B), dan banyaknya anak yang berat badannya di Bawah Garis Merah
(BGM). Catatan lain yang ada di wilayah kerja posyandu (S), dan jumlah yang
memiliki KMS pada bulan yang bersangkutan (K).
Data yang tersedia di posyandu dapat dibagi menjadi dua kelompok sesuai
dengan fungsinya (Anonim, 2003 : 1) yaitu :
a. Kelompok data yang digunakan untuk penentuan pertumbuhan balita baik untuk :
- Penilaian keadaan pertumbuhan individu (N atau T dan BGM) dan
- Penilaian keadaan pertumbuhan balita di suatu wilayah (% N/D).
b. Kelompok data yang digunakan untuk tujuan pengelolaan program/ kegiatan di
posyandu (% D/S dan % K/S).
Posyandu merupakan penyatuan/ penyerasian dinamis kegiatan-kegiatan dari
program KIA, KB, Imunisasi, gizi serta penanggulangan Diare, untuk saling
mendukung dalam mencapai tujuan dan sasaran yang disepakati bersama. Posyandu
adalah suatu tempat untuk mengadakan suatu kegiatan pelayanan dan penimbangan
balita.
Posyandu adalah forum komunikasi, ahli teknologi dan ahli kelola untuk upaya-
upaya kesehatan kepada keluarga dan masyarakat sekitarnya sebagai upaya-upaya
untuk meningkatkan kemampuan masyarakat agar hidup sehat. (Sciartino, 1999
dalam Hayati 2005).
2. Proses
a. Frekuensi Posyandu Buka
- Rata-rata Kader
- D/K
- Frekuensi kunjungan petugas ke posyandu
3. Keluaran (Output)
- Adanya pelayanan kesehatan kegiatan minimal di 5 meja
- Adanya penimbangan
- Adanya penyuluhan
4. Hasil/Dampak (Outcome)
- Meningkatkan status gizi balita
- Berkurangnya jumlah anak yang berat badannya tidak cukup naik
- Berkurangnya prevalensi penyakit anak (ISPA, Cacingan dll)
- Berkurangnya prevalensi anemia ibu hamil dan menyusui.
- Mantapnya pola pemeliharaan anak secara baik ditingkat keluarga
- Mantapnya kesinambungan posyandu.
2.3 KMS
2.3.1 Pengertian
KMS ialah alat untuk mencatat dan mengamati perkembangan kesehatan anak
yang mudah dilakukan oleh para ibu. Hasil penimbangan anak setiap bulan adalah
pada Kartu Menuju Sehat (KMS), dimana terdapat grafik pertumbuhan (Suhardjo,
2003). Juga dapat diartikan sebagai ”Rapor” kesehatan dan gizi (catatan riwayat
kesehatan dan gizi) balita (Depkes RI, 1996).
KMS (Kartu Menuju Sehat) untuk balita adalah alat yang sederhana dan murah,
yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak. Oleh
karenanya KMS harus disimpan oleh ibu balita di rumah, dan harus selalu dibawa
setiap kali mengunjungi posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk bidan
dan dokter.
KMS-Balita menjadi alat yang sangat bermanfaat bagi ibu dan keluarga untuk
memantau tumbuh kembang anak, agar tidak terjadi kesalahan atau
ketidakseimbangan pemberian makan pada anak.
KMS juga dapat dipakai sebagai bahan penunjang bagi petugas kesehatan untuk
menentukan jenis tindakan yang tepat sesuai dengan kondisi kesehatan dan gizi anak
untuk mempertahankan, meningkatkan atau memulihkan kesehatan- nya.
KMS berisi catatan penting tentang pertumbuhan, perkembangan anak,
imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan
anak, pemberian ASI eksklusif dan Makanan Pendamping ASI, pemberian makanan
anak dan rujukan ke Puskesmas/ Rumah Sakit.
KMS juga berisi pesan-pesan penyuluhan kesehatan dan gizi bagi orang tua
balita tenta ng kesehatan anaknya (Depkes RI)
Jlh Pencapaian
Cakupan
No Kegiatan
Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des
Penimb.posy
D/S 144 149 152 155 161 163 164 165 166 167 168 170 1,924% 98%
92,
K/S 81 81 81,5 81,5 82 84 90 92 92 93 94 1,044% 85%
1 5
N/S 92 90 91 92 95 102 100 101 103 101 102 104 972% 74%
2 BGM 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 21
3.1 Kesimpulan
SKDN adalah status gizi balita yang digambarkan dalam suatu balok SKDN,
dimana balok tersebut memuat tentang sasaran balita di suatu wilayah (S), balita yang
memiliki KMS (K), balita yang ditimbang berat badannya (D), balita yang ditimbang
dan naik berat badannya (N), SKDN tersebut diperoleh dari hasil posyandu yang
dimuat di KMS dan digunakan untuk memantau pertumbuhan balita (Depkes RI,
2003).
3.2 Saran
Melihat dari permasalahan yang ada, saran yang dapat kami berikan adalah
dengan meningkatkan persediaan KMS, meningkatkan peran petugas dan masyarakat
dengan penyuluhan agar pengetahuan masyarakat tentang KMS bertambah.