Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KEGIATAN

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR (KKS)


DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT/
ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN/
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS

SKDN

Disusun Oleh:

SAGITA MULIA RAMBE 71160891885


M. FADLAN ANUGRAH NST 71170891012
M. FACHRI 71160891278
RETNO AYUSTIRA 71170891214
RISA TRIANDARI 71170891254
MELLA FERDIKA ARTHA 71160891930
CUT NABILA AMANI 71170891371
HIDAYATIL HADIL 71170891375
DETRY AFDIRA 71170891391
MIRAYANTI RAMBE 71170891379

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KEGIATAN
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR (KKS)
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT/
ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN/
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS

SKDN

Disusun Oleh :

SAGITA MULIA RAMBE 71160891885


M. FADLAN ANUGRAH NST 71170891012
M. FACHRI 71160891278
RETNO AYUSTIRA 71170891214
RISA TRIANDARI 71170891254
MELLA FERDIKA ARTHA 71160891930
CUT NABILA AMANI 71170891371
HIDAYATIL HADIL 71170891375
DETRY AFDIRA 71170891391
MIRAYANTI RAMBE 71170891379

Kepala Puskesmas Amplas


Dr. SURIATI

NIP. 196210102006042004
i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat
dan hidayah-Nya sehingga laporan kegiatan ini dapat kami selesaikan tepat pada
waktunya. Pada laporan kegiatan ini, kami melaporkan mengenai rangkaian kegiatan
SKDN selama menjalani KKS di Puskesmas Amplas. Adapun tujuan penulisan
laporan kasus ini adalah untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik di Departemen
Ilmu Kesehatan Masyarakat/Ilmu Kedokteran Komunitas/Ilmu Kedokteran
Pencegahan Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara.
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Kepala
Puskesmas Amplas dr. Henny Safitri, beserta jajarannya yang telah memberikan
kesempatan bagi kami untuk mengikuti kegiatan kepaniteraan klinik senior di
Puskesmas Amplas.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kegiatan ini masih belum
sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu,
dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan laporan kegiatan ini. Atas bantuan dan segala dukungan
dari berbagai pihak baik secara moral maupun spiritual, penulis ucapkan terima kasih.
Semoga laporan kegiatan ini dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu
pengetahuan khususnya kesehatan.

Medan, 13 Mei 2019

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1

Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior FK UISU


Di Dinas Kesehatan Kota Medan 13 Mei – 29 Mei 2019
ii

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
1.3.1 Tujuan Umum..........................................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus.........................................................................................2
1.4 Manfaat 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1 SKDN 3
2.1.1 Definisi SKDN........................................................................................3
2.1.2 Analisis SKDN........................................................................................4
2.2 Posyandu 7
2.2.1 Pengertian................................................................................................7
2.2.2 Tujuan Posyandu.....................................................................................9
2.2.3 Manfaat Posyandu.................................................................................10
2.2.4 Indikator Posyandu................................................................................10
2.3 KMS 11
2.3.1 Pengertian..............................................................................................11
2.3.2 Tujuan penggunaan KMS......................................................................12
2.4 Buku KIA 15
BAB III PENUTUP 18
3.1 Kesimpulan 18
3.2 Saran 18

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Untuk menciptakan masyarakat yang sehat dinas kesehatan dan puskesmas
melakukan berbagai upaya seperti, bagian dari sistem kesehatan nasional dengan

Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior FK UISU


Di Dinas Kesehatan Kota Medan 13 Mei – 29 Mei 2019
iii

melibatkan peran serta kader dan masyarakat untuk menangani masalah gizi yang
pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat namun penanggulangan tidak
dapat dilakukan lewat pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab
timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu pendekatan
penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor yang terkait (Supariasa. 2002).
Balita baru yang diperiksa kesehatannya sekaligus dicek tumbuh kembangnya
oleh Petugas Puskesmas/Puskesmas Pembantu Polindes di dalam maupun diluar
Institusi Kesehatan seperti di Posyandu.
Balita yang naik berat badannya adalah Balita yang pada waktu ditimbang di
fasilitas kesehatan atau posyandu mengalami kenaikan berat badan sesuai
pedomanapabila dibandingkan dengan hasil penimbangan sebelumnya.
SKDN adalah status gizi balita yang digambarkan dalam suatu balok SKDN,
dimana balok tersebut memuat tentang sasaran balita di suatu wilayah (S), balita yang
memiliki KMS (K), balita yang ditimbang berat badannya (D), balita yang ditimbang
dan naik berat badannya (N), SKDN tersebut diperoleh dari hasil posyandu yang
dimuat di KMS dan digunakan untuk memantau pertumbuhan balita (Depkes RI,
2003).
KMS adalah suatu pencatatan lengkap tentang kesehatan seorang anak. KMS
harus dibawa ibu setiap kali ibu menimbang anaknya atau memeriksa kesehatan anak
dengan demikian pada tingkat keluarga KMS merupakan laporan lengkap bagi anak
yang bersangkutan, sedangkan pada lingkungan kelurahan bentuk pelaporan tersebut
dikenal dengan SKDN.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun permasalahan yang dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Apa itu SKDN
2. Bagaimana analisis SKDN
3. Posyandu

Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior FK UISU


Di Dinas Kesehatan Kota Medan 13 Mei – 29 Mei 2019
iv

4. KMS
5. Buku KIA

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui program dan kegiatan yang berlangsung mengenai SKDN
untuk memenuhi persyaratan dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior
(KKS) di Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat/Ilmu Kedokteran Komunitas/Ilmu
Kedokteran Pencegahan, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Sumatera Utara.

1.3.2 Tujuan Khusus


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui apa itu SKDN
2. Mengetahui bagaimana cara kerja Posyandu
3. Mengetahui apa itu KMS
4. Mengetahui analisis SKDN
5. Mengetahui tentang Buku KIA

1.4 Manfaat
Laporan kegiatan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis dan
pembaca khususnya pengetahuan mengenai program SKDN.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 SKDN
2.1.1 Definisi SKDN
SKDN adalah status gizi balita yang digambarkan dalam suatu balok SKDN,
dimana balok tersebut memuat tentang sasaran balita di suatu wilayah (S), balita yang
memiliki KMS (K), balita yang ditimbang berat badannya (D), balita yang ditimbang
dan naik berat badannya (N), SKDN tersebut diperoleh dari hasil posyandu yang

Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior FK UISU


Di Dinas Kesehatan Kota Medan 13 Mei – 29 Mei 2019
v

dimuat di KMS dan digunakan untuk memantau pertumbuhan balita (Depkes RI,
2003).
SKDN merupakan hasil kegiatan penimbangan balita yang dilakukan setiap
bulan dalam bentuk histogram sederhana. Indikator pelayanan di Posyandu atau di
Pos Penimbangan Balita menggunakan indiktor-indikator SKDN. SKDN adalah
singkatan dari pengertian kata-katanya yaitu:
a. S adalah jumlah seluruh balita yang ada dalam wilayah kerja posyandu.
b. K adalah jumlah balita yang ada di wilayah kerja posyandu yang
mempunyai KMS (Kartu Menujuh Sehat).
c. D adalah jumlah balita yang datang di posyandu atau dikunjungan rumah
dan menimbang berat badannya sesuai atau jumlah seluruh balita
yang ditimbang.
d. N adalah jumlah balita yang ditimbang berat badannya mengalami
peningkatan berat badan dibanding bulannya sebelumnya dengan garis
pertumbuhan.
Berdasarkan SKDN dari bulan ke bulan disimak untuk mengetahui kemajuan
program perbaikan gizi. Naik turunnya D atau S dapat diinterprestasikan sebagai
tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan di posyandu, sedangkan naik turunnya
N terhadap S dapat diartikan sebagai keberhasilan atau kegagalan mencapai tujuan
program dalam kegiatan UPGK di posyandu (Suhardjo 2003).
Dari uraian SKDN dapat digabungkan satu sama lain sehingga dapat
memberikan informasi tentang perkembangan kegiatan pemantauan pertumbuhan
anak di posyandu yaitu :
1. Indikator K/S
K/S adalah indikator yang menggambarkan jangkauan atau liputan
program. Indikator ini dihitung dengan cara membandingkan jumlah balita
yang dapat di posyandu dan memiliki KMS dengan jumlah balita yang ada
di wilayah posyandu tersebut dikalikan 100%.

Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior FK UISU


Di Dinas Kesehatan Kota Medan 13 Mei – 29 Mei 2019
vi

2. Indikator D/S
D/S adalah indikator yang menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat
dalam kegiatan di posyandu.
3. Indikator N/D
N/D adalah memberikan gambaran tingkat keberhasilan program dalam
kegiatan UPGK di posyandu. Indikator ini lebih spesifik dibanding dengan
indikator lainnya sehingga dapat digunakan sebagai gambaran dasar gizi
balita.
4. Indikator N/S
N/S adalah memberikan gambaran tentang tingkat keberhasilan program di
posyandu. Indikator ini menunjukkan balita yang ditimbang dan naik berat
badannya.
Upaya peningkatan gizi bertujuan untuk meningkatkan status gizi masyarakat
melalui usaha pemantauan status gizi kelompok kelompok masyarakat yang
mempunyai resiko tinggi (seperti ibu hamil dan balita) dan pemberian makanan
tambahan (PMT) baik yang bersifat penyuluhan maupun pemulihan.

2.1.2 Analisis SKDN


Biasanya setelah melakukan kegiatan di posyandu atau di pos penimbangan
petugas kesehatan dan kader Posyandu (Petugas sukarela) melakukan analisis SKDN.
Analisisnya terdiri dari:
1. Tingkat partisipasi masyarakat dalam penimbangan balita yaitu jumlah balita
yang ditimbang dibagi dengan jumlah balita yang ada diwilayah kerja posyandu
atau dengan menggunakan rumus (D/S x 100%), hasilnya minimal harus capai
80 % apabila dibawah 80 % maka dikatakan partisipasi mayarakat untuk kegiatan

Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior FK UISU


Di Dinas Kesehatan Kota Medan 13 Mei – 29 Mei 2019
vii

pemantauan pertumbuhan dan perkembangan berat badan sangatlah rendah. Hal


ini akan berakibat pada balita tidak akan terpantau oleh petugas kesehatan
ataupun kader posyandu dan memungkinkan balita ini tidak diketahui
pertumbuhan berat badannya atau pola pertumbuhan berat badannya.
2. Tingkat Liputan Program yaitu Jumlah balita yang mempunyai KMS dibagi
dengan Jumlah seluruh balita yang ada di wilayah Posyandu atau dengan
menggunakan rumus (K/S x 100%), hasil yang ducapai harus 100 %. Alasannya
balita-balita yang telah mempunyai KMS (Kartu Menujuh Sehat ) telah
mempunyai alat instrumen untuk memantau berat badannya dan data pelayanan
kesehatan lainnya, Apabila tidak digunakan atau tidak dapat KMS maka pada
dasarnya program Posyandu tersebut mempunyai liputan yang sangat rendah atau
biasa juga dikatakan balita yang seharusnya mempunyai KMS karena memang
mereka (Balita) masih dalam fase pertumbuhan ini telah kehilangan kesempatan
untuk mendapat pelayanan sebagaimana yang terdapat dalam KMS tersebut.
Khusus untuk Tingkat Kehilangan Kesempatan ini menggunakan rumus {(S-
K)/S x 100%) yaitu jumlah balita yang ada diwilayah posyandu dikurangi jumlah
balita yang mempunyai KMS, hasilnya dibagi dengan jumlah balita yang ada,
semakin tinggi presentase kehilangan kesempatan maka semakin rendah
kemauan orang tua balita untuk dapat memanfaatkan KMS. Padahal KSM sangat
baik untuk memantau pertumbuhan Berat Badan Balita atau juga Pola
Pertumbuhan Berat Badan Balita.
3. Indikator-indikator lainnya adalah (N/D x 100%) yaitu jumlah balita yang Naik
Berat Badannya di bandingkan dengan jumlah seluruh balita yang ditimbang.
Sebaiknya semua balita yang ditimbang harus memgalami peningkatan berat-
badannya.
4. Indikator lainnya dalam SKDN adalah Indikator Drop Out yaitu balita yang
sudah mempunyai KMS dan pernah datang menimbang berat badannya tetapi
kemudian tidak pernah datang lagi di posyandu untuk selalu mendapatkan
pelayanan kesehatan rumusnya yaitu jumlah balita yang telah mendapat KMS

Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior FK UISU


Di Dinas Kesehatan Kota Medan 13 Mei – 29 Mei 2019
viii

dibagi dengan Jumlah Balita ditimbang hasilnya dibagi dengan Balita yang
punya KMS atau rumusnya adalah (K-D)/K x 100%.
Dari kesemua indikator tersebut diatas. Indikator yang paling sederhana di
posyandu adalah ANAK SEHAT BERTAMBAH UMUR BERTAMBAH BERAT
BADAN. Dan ini juga adalah yang menjadi ikon dari keberadaan posyandu (pos
penimbangan), sekaligus juga berlaku sebagai output untuk semua kegiatan di
posyandu.
Berikut adalah rumus untuk mencari persentase SKDN :
Jumlah Balita Yang datang ditimbang (D)
Presentasi D/S = x100%
Jumlah Sasaran Balita yang ada di wilayah kerja

Jumlah Balita Yang datang Terdaftar


Dan Mempunyai KMS (K)
Presentasi K/S = x100%
Jumlah Sasaran Balita yang ada di wilayah kerja
Jumlah Balita yang naik berat badannya (N)
Presentasi N/D = x100%
Jumlah Balita Yang datang ditimbang (D)
Jumlah Balita yang naik berat badannya (N)
Presentasi N/S = x100%
Jumlah Sasaran Balita yang ada di wilayah kerja
2.2 Posyandu
2.2.1 Pengertian
Posyandu adalah singkatan dari Pos Pelayanan Terpadu. Keterpaduan adalah
penyatuan/ penyerasian dinamis kegiatan dari paling sedikit daua program untuk
saling mendukung dalam mencapai tujuan dan sasaran yang disepakati bersama.
Dengan dinamis dimaksudkan bahwa keterpaduan tersebut dapat berkembang dan
meluas. Keterpaduan dalam aspek sasaran, lokasi kegiatan, petugas penyelenggara,
aspek dana dan lain sebagainya. Kini keterpaduan lebih dikembangkan untuk
penyerasian dinamis berbagai program yang berkaitan dan mempunyai dampak
peningkatan taraf kesehatan dan pembangunan kesejahteraan rakyat pada umumnya
(Idrus M, 2006 : 2).

Jumlah Balita yang naik berat badannya (N)


PresentasiKlinik
Laporan Kegiatan Kepaniteraan N/S =Senior FK UISU x100%
Jumlah Sasaran
Di Dinas Kesehatan Kota Medan 13 Mei – 29 Mei 2019 Balita yang ada di wilayah kerja
ix

Posyandu merupakan wadah peran serta masyarakat dalam pemenuhan dasar


dan gizi melalui peran serta masyarakat dan penyediaan pelayanan yang berkualitas.
Posyandu diselenggarakan dan dikelola oleh masyarakat desa dengan bimbingan
berkala dari Puskesmas. Kegiatan posyandu mendapat dukungan teknis dari
Departemen kesehatan, BKKBN, Pertanian, Agama dan
bantuan financial dari pemerintah daerah setempat, swasta maupun lembaga
swadaya masyarakat (Idrus M, 2006:3).
Dalam revitalisasi kegiatannya yaitu pelatihan pelatih dan kader, peningkatan
jangkauan pelayanan, peningkatan peran serta masyarakat dan membangun
kemitraan. Optimalisasi kegiatan posyandu, pelayanan terutama pada Baduta dan
memperkuat dukungan pendampingan dan pembinaan oleh tenaga profesional dan
tokoh masyarakat. Kegiatan utaman yang minimal pada posyandu adalah Kesehatan
Ibu dan Anak, Imunisasi, Gizi dan Penanggulangan diare serta kegiatan
pengembangan pilihan lainnya sesuai dengan wilayahnya (Idrus M, 2006 : 4).
Stratifikasi Posyandu berdasarkan atas dasar indikator, yang digolongkan
menjadi 4 angkatan Kemandirian Posyandu atau stratifikasi yang dijelaskan dalam
tabel berikut :
No Indikator Pratama Madya Purnama Mandiri
1 Frekuensi Penimbangan <> >8 >8 >8
2 Rerata jumlah Kader bertugas <> >5 >5 >5
3 Rerata cakupan D/S <> <> > 50% > 50%
4 Cakupan Kumulatif KB <> <> > 50% > 50%
5 Cakupan Kumulatif KIA <> <> > 50% > 50%
6. Cakupan Kum. Imunisasi <> <> > 50% > 50%
7 Program Tambahan (-) (-) (+) (+)
8 Cakupan Dana Sehat <> <> > 50% > 50%
(Idrus M, 2006 : 4)

Posyandu sebagai wujud peran serta masyarakat, yang bekerja sama dengan
petugas kesehatan, dilaksanakan setiap bulan dengan cara melaksanakan di posyandu

Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior FK UISU


Di Dinas Kesehatan Kota Medan 13 Mei – 29 Mei 2019
x

yaitu dengan menggunakan 5 meja, 4 meja di gunakan oleh kader posyandu, dan 1
meja digunakan oleh petugas kesehatan.
Selain 5 program posyandu, kegiatan bulanan di posyandu juga merupakan
kegiatan yang bertujuan untuk (Anonim, 2003 : 1) :
1. Membantu pertumbuhan berat badan bayi dan anak balita dengan menggunakan
Kartu Menuju Sehat (KMS).
2. Memantau perkembangan dan kesehatan ibu hamil.
3. Memberikan konseling gizi, memberikan pelayanan gizi dan kesehatan dasar,
KB, serta penanggulangan diare.
Untuk tujuan pemantauan pertumbuhan balita setiap bulan, di dalam KMS berat
badan balita setiap bulan di isikan dengan titik dan dihubungkan garis sehingga
membentuk grafik pertumbuhan anak. Berdasarkan garis pertumbuhan ini dapat
dinilai apakah berat badan anak hasil penimbangan dua bulan berturut-turut naik (N)
atau tidak naik (T) dengan cara ditetapkan dalam buku pada panduan penggunaan
KMS bagi petugas kesehatan. Selain informasi N dan T, dari kegiatan penimbangan
di catat pula pada jumlah anak yang datang ke Posyandu dan ditimbang (D), jumlah
anak yang tidak ditimbang bulan lalu (O), jumlah anak yang baru pertama kali di
timbang (B), dan banyaknya anak yang berat badannya di Bawah Garis Merah
(BGM). Catatan lain yang ada di wilayah kerja posyandu (S), dan jumlah yang
memiliki KMS pada bulan yang bersangkutan (K).
Data yang tersedia di posyandu dapat dibagi menjadi dua kelompok sesuai
dengan fungsinya (Anonim, 2003 : 1) yaitu :
a. Kelompok data yang digunakan untuk penentuan pertumbuhan balita baik untuk :
- Penilaian keadaan pertumbuhan individu (N atau T dan BGM) dan
- Penilaian keadaan pertumbuhan balita di suatu wilayah (% N/D).
b. Kelompok data yang digunakan untuk tujuan pengelolaan program/ kegiatan di
posyandu (% D/S dan % K/S).
Posyandu merupakan penyatuan/ penyerasian dinamis kegiatan-kegiatan dari
program KIA, KB, Imunisasi, gizi serta penanggulangan Diare, untuk saling
mendukung dalam mencapai tujuan dan sasaran yang disepakati bersama. Posyandu

Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior FK UISU


Di Dinas Kesehatan Kota Medan 13 Mei – 29 Mei 2019
xi

adalah suatu tempat untuk mengadakan suatu kegiatan pelayanan dan penimbangan
balita.
Posyandu adalah forum komunikasi, ahli teknologi dan ahli kelola untuk upaya-
upaya kesehatan kepada keluarga dan masyarakat sekitarnya sebagai upaya-upaya
untuk meningkatkan kemampuan masyarakat agar hidup sehat. (Sciartino, 1999
dalam Hayati 2005).

2.2.2 Tujuan Posyandu


Tujuan penyelenggaraan posyandu yaitu mempercepat penurunan angka
kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran, mempercepat penerimaan Norma
Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera NKKBS) dan meningkatkan kemampuan
masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain
yang menunjang sesuai dengan kebutuhan. Fungsi posyandu secara umum yaitu
pemenuhan kebutuhan masyarakat untuk memperoleh informasi dan pelayanan
kesehatan yang berkualitas. Sedangkan sasaran posyandu yaitu bayi (0 – 1 tahun),
anak Balita (1 – 4 tahun), ibu hamil, melahirkan dan menyusui, PUS (Pasangan Usia
Subur) dan kelompok sasaran lain seperti Wanita Usia Subur, Calon Pengantin, Usila
dan Remaja (Idrus M, 2006 : 3)

2.2.3 Manfaat Posyandu


Manfaat dari posyandu secara umum yaitu :
1. Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan
dasar, terutama berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.
2. Memperoleh bantuan sarana professional dalam pemecahan masalah kesehatan
terutama terkait kesehatan ibu dan anak.
3. Efisiensi dalam mendapatkan pelayanan terpadu kesehatan dan sektor lain
terkait.
4. Mendapatkan informasi terdahulu tentyang upaya kesehatan yang terkait dengan
penurunan AKI dan AKB. Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya dalam

Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior FK UISU


Di Dinas Kesehatan Kota Medan 13 Mei – 29 Mei 2019
xii

membantu masyarakat menyelesaikan masalah kesehatan terkait dengan


penurunan AKI dan AKB.

2.2.4 Indikator Posyandu


Kemajuan kegiatan Posyandu dapat diukur dari aspek input/masukan, proses,
keluaran output dan dampak outcome sebagai berikut :
1. Masukan (Input)
- Jumlah kader terlatih
- Ketersediaan sarana timbangan, KMS/Buku KIA dan register posyandu.
- Adanya dukungan pembiayaan dari masyarakat setempat, pemerintah dan
lembaga donor untuk kegiatan posyandu.

2. Proses
a. Frekuensi Posyandu Buka
- Rata-rata Kader
- D/K
- Frekuensi kunjungan petugas ke posyandu
3. Keluaran (Output)
- Adanya pelayanan kesehatan kegiatan minimal di 5 meja
- Adanya penimbangan
- Adanya penyuluhan
4. Hasil/Dampak (Outcome)
- Meningkatkan status gizi balita
- Berkurangnya jumlah anak yang berat badannya tidak cukup naik
- Berkurangnya prevalensi penyakit anak (ISPA, Cacingan dll)
- Berkurangnya prevalensi anemia ibu hamil dan menyusui.
- Mantapnya pola pemeliharaan anak secara baik ditingkat keluarga
- Mantapnya kesinambungan posyandu.

2.3 KMS
2.3.1 Pengertian
KMS ialah alat untuk mencatat dan mengamati perkembangan kesehatan anak
yang mudah dilakukan oleh para ibu. Hasil penimbangan anak setiap bulan adalah
pada Kartu Menuju Sehat (KMS), dimana terdapat grafik pertumbuhan (Suhardjo,
2003). Juga dapat diartikan sebagai ”Rapor” kesehatan dan gizi (catatan riwayat
kesehatan dan gizi) balita (Depkes RI, 1996).

Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior FK UISU


Di Dinas Kesehatan Kota Medan 13 Mei – 29 Mei 2019
xiii

KMS (Kartu Menuju Sehat) untuk balita adalah alat yang sederhana dan murah,
yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak. Oleh
karenanya KMS harus disimpan oleh ibu balita di rumah, dan harus selalu dibawa
setiap kali mengunjungi posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk bidan
dan dokter.
KMS-Balita menjadi alat yang sangat bermanfaat bagi ibu dan keluarga untuk
memantau tumbuh kembang anak, agar tidak terjadi kesalahan atau
ketidakseimbangan pemberian makan pada anak.
KMS juga dapat dipakai sebagai bahan penunjang bagi petugas kesehatan untuk
menentukan jenis tindakan yang tepat sesuai dengan kondisi kesehatan dan gizi anak
untuk mempertahankan, meningkatkan atau memulihkan kesehatan- nya.
KMS berisi catatan penting tentang pertumbuhan, perkembangan anak,
imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan
anak, pemberian ASI eksklusif dan Makanan Pendamping ASI, pemberian makanan
anak dan rujukan ke Puskesmas/ Rumah Sakit.
KMS juga berisi pesan-pesan penyuluhan kesehatan dan gizi bagi orang tua
balita tenta ng kesehatan anaknya (Depkes RI)

2.3.2 Tujuan penggunaan KMS


1) Tujuan umum
Mewujudkan tumbuh kembang dan status kesehatan balita secara optimal.
2) Tujuan khusus
Sebagai alat bantu bagi ibu atau orang tua dalam memantau tingkat
pertumbuhan dan perkembangan balita yang optimal. Sebagai alat bantu dalam
memantau dan menentukan tindakan-tindakan untuk mewujudkan tingkat
pertumbuhan dan perkembangan balita yang optimal. Sebagai alat bantu bagi
petugas untuk menentukan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi kepada balita.

Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior FK UISU


Di Dinas Kesehatan Kota Medan 13 Mei – 29 Mei 2019
xiv

Tabel. 2 Interpretasi Pada Sekali Penimbangan


Keadaan berat badan Arti Tindak lanjut
Di Bawah Garis Merah Anak kurang gizi tingkat
· Perlu pemberian makanan
sedang dan berat tambahan atau PMT yang
diselenggarakan oleh orang
tua atau petugas kesehatan
· Perlu penyuluhan gizi
seimbang
· perlu dirujuk untuk
pemerikasaan dokter
Pada daerah dua pita Anak kurang gizi ringan · Ibu dianjurkan untuk
warna kuning (di atas memberikan PMT pada anak
garis merah) balitanya di rumah
· Perlu penyuluhan gizi
seimbang
Pada dua pita warna hijau Anak dengan berat badan
· Beri dukungan pada ibu untuk
muda dan dua warna normal/baik tetap memperhatikan dan
hijau tua di atas pita mempertahankan status gizi
kuning anak
· Beri penyuluhan gizi
seimbang
Dua pita warna hijau Anak mempunyai kelebihan
· Konsultasi dokter
muda ditambah dua pita berat badan · Penyuluhan gizi seimbang
warna kuning (paling · Konsultasi ke klinik
atas) dan selebihnya di gizi/pojok gizi di puskesmas
atas pita warna hijau tua

Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior FK UISU


Di Dinas Kesehatan Kota Medan 13 Mei – 29 Mei 2019
xv

Tabel. 3 Interprestasi dua kali Penimbangan atau lebih


Keadaan berat badan Arti Tindak lanjut
Berat badan naik atau Anak sehat, gizi cukup · Penyuluhan gizi seimbang
meningkat · Beri dukungan pada orang tua
untuk mempertahankan
kondisi anak
Berat badan tetap Kemungkinan terganggu
· Pemberian makanan
kesehatannya dan atau mututambahan
gizi yang dikonsumsi tidak
· Penyuluhan gizi seimbang
seimbang · Konsultasi ke dokter atau
petugas kesehatan
Berat badan berkurang Kemungkinan terganggu
· Pemberian makanan
atau turun kesehatannya dan atau mututambahan
gizi yang dikonsumsi tidak
· Penyuluhan gizi seimbang
seimbang · Konsultasi ke dokter atau
petugas kesehatan
Titik berat badan dalam Kurang kesadaran untuk
· Penyuluhan dan pendekatan
KMS terputus-putus berpartisipasi dalamuntuk meningkatkan
pemantauan tumbuhkesadaran berpartisipasi
kembang anak akatif dalam pemantauan
tumbuh kembang anak
(Depkes RI, 2000)

Langkah-langkah mencatat Kartu Menuju Sehat yaitu mencatat nama posyandu,


identitas anak dan orang tua pada tabel dalam KMS.
a. Manfaat KMS (Kartu Menuju Sehat)

Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior FK UISU


Di Dinas Kesehatan Kota Medan 13 Mei – 29 Mei 2019
xvi

Manfaat KMS adalah :


1. Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita secara
lengkap, meliputi : pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan imunisasi,
penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan
pemberian ASI eksklusif, dan Makanan Pendamping ASI.
2. Sebagai media edukasi bagi orang tua balita tentang kesehatan anak.
3. Sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas untuk
menentukan penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi. (Depkes
RI, 2000)

2.4 Buku KIA


Salah satu tujuan program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah kemandirian
keluarga dalam memelihara kesehatan Ibu dan Anak. Ibu dan Anak merupakan
kelompok yang paling rentan terhadap berbagai masalah kesehatan seperti kesakitan
dan gangguan gizi yang seringkali berakhir dengan kecacatan atau kematian.
Buku KIA merupakan instrumen pencatatan sekaligus penyuluhan (edukasi)
bagi ibu dan keluarganya. Buku KIA berisi informasi dan materi penyuluhan tentang
kesehatan Ibu dan Anak termasuk gizi, yang dapat membantu keluarga khususnya ibu
dalam memelihara kesehatan dirinya sejak ibu hamil sampai anaknya berumur 5
tahun (Balita). Semua Ibu Hamil diharapkan memakai buku KIA dan buku ini
selanjutnya digunakan sejak anak lahir hingga berusia 5 tahun. Setiap kali anak
datang ke fasilitas kesehatan, baik itu ke Bidan, Puskesmas, Dokter praktek, klinik
atau Rumah Sakit, untuk penimbangan, berobat, kontrol, atau imunisasi, buku KIA
harus dibawa agar semua keterangan tentang kesehatan anak tercatat pada buku KIA.

Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior FK UISU


Di Dinas Kesehatan Kota Medan 13 Mei – 29 Mei 2019
Tabel SKDN Puskesmas Amplas Periode Januari – September 2018

Jlh Pencapaian
Cakupan
No Kegiatan
Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des
Penimb.posy
D/S 144 149 152 155 161 163 164 165 166 167 168 170 1,924% 98%

92,
K/S 81 81 81,5 81,5 82 84 90 92 92 93 94 1,044% 85%
1 5

N/D 44 46 46,6 48 49 49,8 50 51 70,2 72 72,8 74 672,8% 50%

N/S 92 90 91 92 95 102 100 101 103 101 102 104 972% 74%

2 BGM 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 21

3 Vit A Bayi 12446 12446 12446 90%


4 Vit A Balita 1792 1796 1796 88%
5 Vit A Bufas 40 81 131 167 210 253 294 331 368 370 372 378 3710 43,5%
6 Fe I bumil 40 84 136 166 222 267 309 348 387 389 391 393 3895 44%
7 Gibur Dpt Prwtn 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 30 100%
85,05% 84,29%% 92,50%% 78,90%%

Dari data di atas dapt disimpulkan bahwa Kegiatan Posyandu di puskesmas


Amplas memenuhi target SPM.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
SKDN adalah status gizi balita yang digambarkan dalam suatu balok SKDN,
dimana balok tersebut memuat tentang sasaran balita di suatu wilayah (S), balita yang
memiliki KMS (K), balita yang ditimbang berat badannya (D), balita yang ditimbang
dan naik berat badannya (N), SKDN tersebut diperoleh dari hasil posyandu yang
dimuat di KMS dan digunakan untuk memantau pertumbuhan balita (Depkes RI,
2003).

3.2 Saran
Melihat dari permasalahan yang ada, saran yang dapat kami berikan adalah
dengan meningkatkan persediaan KMS, meningkatkan peran petugas dan masyarakat
dengan penyuluhan agar pengetahuan masyarakat tentang KMS bertambah.

Anda mungkin juga menyukai