Anda di halaman 1dari 5

BAB II

KAJIAN TEORI

I. PENGERTIAN DEPRESI
Depresi merupakan keadaan dimana individu yang menganggap hidupnya sebuah
ancaman sehingga mereka tidak memiliki kendali dan kehilangan harapan serta tidak
berusaha untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi (dalam Barlow & Durand, 2005).
Menurut Iyus Yosep (2007), depresi yaitu salah satu bentuk gangguan jiwa yang terjadi pada
alam perasaan (afektif, mood) dengan ciri-ciri kemurunga, kesedihan, kelesuan, kkehilangan
gairah hidup, tidak ada semangat, dan merasa tidak berdaya, perasaan bersalah atau berdosa,
tidak berguna dan putus asa.
Didefinisikan oleh Chaplin (2002), depresi terjadi pada dua keadaan, yaitu terjadi
dalam diri orang normal dan pada kasus patologis. Pada orang normal, depresi adalah keadaan
kemurungan (kesedihan, patah semangat) yang dapat ditandai dengan perasaan tidak pas,
menurunnya kegiatan, dan munculnya rasa tidak optimis untuk menghadapi masa depan.
Sedangkan pada kasus patologis, depresi adalah ketidakmauan yang berlebihan untuk
memberi reaksi terhadap stimulus, disertai menurunnya nilai diri, delusi ketidakpasan, tidak
mampu, juga putus asa.
Menurut Kartono (2002) depresi merupakan kemuraman hati (kepedihan, kesenduan,
keburaman perasaan) yang bersifat patologis. Umumnya timbul disertai rasa inferior, sakit
hati yang mendalam, penyalahan diri sendiri dan mengalami trauma psikis. Kusumanto (1981)
juga mengemukakan depresi sebagai suatu perasaan kesedihan yang psikopatologis, diikuti
perasaan sedih, kehilangan minat dan kegembiraan, energi yang berkurang dengan
peningkatan keadaan menjadi mudah lelah secara nyata setelah melakukan aktivitas yang
ringan, dan berkurangnya aktivitas.
Berdasarkan beberapa definisi yang telah disebutkan, dapat ditarik kesimpulan bahwa
depresi merupakan gangguan emosional yang mempengaruhi suasana hati dan
menjadikannya buruk ditandai dengan kesedihan yang berlarut, putusnya asa, perasaan
bersalah dan merasa tidak memiliki arti. Sehingga berdampak pada motivasi menjadi
menurun dan tidak bersemangat dalam menjalani aktivitas sehari-hari maupun dalam
hubungan interpersonal.
II. MACAM-MACAM GANGGUAN DEPRESI
Gangguan depresi terbagi menjadi dua yaitu:
1. Major Depressive Disorder (MDD)
MDD ditandai dengan kondisi emosi sedih dan kehilangan kemampuan untuk menikmati
aktivitas yang biasa dilakukan, disertai dengan gejala sebagai berikut:
a. Tidur terlalu banyak (10 jam atau lebih) atau terlalu sedikit (sulit untuk tidur atau
sering terbangun).
b. Kelakuan motorik.
c. Kehilangan nafsu makan dan berat badan menurun drastis atau sebaliknya, nafsu
makan berlebihan sehingga nafsu makan meningkat drastis.
d. Kehilangan energi untuk beraktivitas, tidak mempunyai ketertarikan untuk
melakukan apapun.
e. Merasa tidak berharga.
f. Kesulitan untuk berkonsentrasi, mengambil keputusan dan berpikir.
g. Muncul pikiran untuk bunuh diri secara terus-menerus.

Gejala ini muncul hampir sepanjang hari selama minimal dua minggu dan bukan
disebabkan karena kehilagan yang wajar.

2. Dysthymic Disorder (Gangguan Distimik/Distimia)


Yaitu gangguan depresi yang bersifat kronis. Seseorang yang mengalami ini akan
mengalami kondisi depresif lebih dari separuh waktu dari minimal dua tahun. Gejala yang
dialami yaitu:
a. Kehilangan nafsu makan atau sebaliknya.
b. Tidur terlalu banyak atau sebaliknya.
c. Merasa tidak berharga.
d. Kesulitan berpikir, berkonsentrasi dan mengambil keputusan.
e. Merasa kehilangan harapan.

Gejala tidak akan terlihat jelas selama lebih dari dua bulan, namun dalam waktu yang lebih
lama akan terlihat gejala-gejalanya.

III. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DEPRESI


Seseorang mengalami depresi dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
menyertainya. Besar kemungkinan apabila suatu individu memiliki riwayat keluarga yang
mengalami depresi, maka ia juga akan mengalami kecenderungan untuk depresi. Menurut
Kaplan (2002), faktor-faktor yang menjadi penyebab depresi dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
faktor biologi, faktor genetik dan faktor psikososial yang berpengaruh satu sama lain.
1. Faktor Biologi
Beberapa riset membuktikan riset bahwa terdapat kelainan pada anin
biogenik, seperti: 5 HIAA, HVA, MPGH, didalam darah, urin dan cairan serebrospinal
pada pasien gangguan mood. Neurotransmitter yang berkaitan dengan depresi yaitu
serotonin dan epineprin. Turunnya serotonin dapat memunculkan depresi dan pada
pasien bunuh diri, mereka memiliki serotonin yang rendah. Noreprineprin juga
berperan dalam patofisiologi depresi. Selain itu, aktivitas dopamin dalam depresi akan
menurun. Hal ini dapat dilihat dari pengobatan yang menurunkan konsentrasi
dopamin seperti Respirin, dan penyakit yang konsentrasi dopami menurun seperti
parkinson, akan disertai gejala depresi.
Kehilangan saraf atau penurunan neurotransmitter pada sistem saraf pusat
akan menyebabkan hilangnya sel-sel secara selektif selama proses menua. Bukti
menunjukkan bahwa tedapat ketergantungan dengan umur tentang menurunnya
aktivitas neurotransmitter di otak. Khususnya untuk fungsi aktivitas menurun menjadi
separuh umur.
2. Faktor Genetik
Resiko yang terjadi jika ada anggota keluarga yang mengalami depresi akan
menjadi faktor penurunan pada generasi berikutnya akan lebih besar. Tidak
disebutkan secara khusus pengaruh genetik terhadap depresi yang dialami seseorang.
Namun ditemukan penurunan dalam ketahanan dan kemampuan untuk meghadapi
stress. Proses menua yang dialami seseorang bersifat individual, sehingga dipikirkan
kepekaan seseorang terhadap penyakit menjadi genetik.
3. Faktor Psikososial
Faktor lain yang memicu timbulnya depresi yaitu faktor psikososial. Adanya
kehilangan dalam peran sosial, ekonomi, kematian teman atau sanak saudara,
penurunan kesadaran, peningkatan isolasi diri dan penurunan fungsi kognitif menjadi
penyebab gangguan mental.
IV. CIRI-CIRI DAN GEJALA DEPRESI PADA REMAJA
Secara umum, remaja yang mengalami depresi akan menunjukkan gejala fisik, psikis
dan sosial yang dapat menjadi tanda bahwa mereka mengalami depresi. Gejala dan tanda
umum depresi adalah berikut ini:
1. Gejala Fisik
 Gangguan dalam pola tidur, dapat berupa insomnia (sulit tidur) atau
hipersomnia (tidur berlebih).
 Tingkat aktivitas yang menurun, seperti kehilangan minat dan semangat atas
aktivitas yang menjadi kesenangan.
 Sulit untuk makan atau makan berlebihan. Tidak dapat mengendalikan makan
akan menjadi gemuk sedangkan sulit makan akan menjadi kurus.
 Gejala penyakit fisik yan terus menerus, misalnya sakit kepala, masalah
pencernaan, lambung bermasalah dan nyeri kronis.
 Energi lemah yang menyebabkan tubuh menjadi cepat lelah walaupun
melakukan aktivitas yang ringan.
 Sulit untuk fokus dalam hal yang sedang dilakukan, sulit mengingat, dan sulit
untuk mengambil keputusan.
2. Gejala psikis
 Rasa cemas, sedih dan kesepian yang berkepanjangan.
 Rasa patah harapan dan tidak semangat.
 Rasa bersalah, tidak berguna, tidak berharga dan terbebani.
 Mudah tersinggung dan perasaan tidak tenang.
 Berpikir ingin mengakhiri hidup.
 Rasa percaya diri yang hilang.
3. Gejala Sosial
 Berkurangnya aktivitas yang dilakukan sehari-hari seperti menarik diri dari
lingkungan, menjadi pasif dalam berorganisasi dan mengurung diri dalam
kamar.
 Hidup tanpa motivasi untuk melakukan berbagai hal. Mengerjakan kegiatan
apapun semaunya dan tanpa semangat.
 Hasrat untuk hidup mulai hilang dan keinginan yang besar untuk bunuh diri.
V. RESIKO DEPRESI
1. Bunuh Diri
Orang yang mengalami depresi akan memiliki perasaan kesepian, tidak berdaya dan
putus harapan. Sehingga mereka akan mempertimbangkan untuk mengakhiri
hidupnya.
2. Gangguan Tidur
Gangguan tidur dan depresi biasanya akan muncul secara bersamaan. Gangguan tidur
yang terjadi berupa insomnia ataupun hypersomnia. Kebanyakan orang akan
mengalami insomnia dibandingkan hypersomnia. Kesulitannya untuk tidur ini
dianggap sebagai gejala yang menunjukkan gangguan mood.
3. Gangguan Interpersonal
Seseorang akan mudah tersinggung apabila mengalami depresi. Sedih yang dialami
dalam jangka panjang akan mengakibatkan mereka menarik diri dari lingkungan. Hal
ini menyebabkan memburuknya hubungan dengan orang yang ada dilingkungan
sekitar menjadi tidak baik.
4. Gangguan dalam Pekerjaan
Depresi akan meningkatkan kemungkinan seseorang untuk diberhentikan dari
pekerjaannya. Mereka memiliki motivasi yang rendah untuk melakukan suatu
aktivitas dalam kehidupan sehari-hari.
5. Gangguan Pola Makan
Pola makan akan terganggu apabila seseorang mengalami depresi atau sebaliknya,
depresi akan menyebabkan gangguan pola makan. Penderita depresi memiliki dua
kecenderungan umum terkait pola makan yang berdampak pada menurun atau
meningkatnya berat badan.
6. Perilaku-perilaku merusak
Orang yang menderita depresi memiliki peilaku yang merusak. Mereka akan menjadi
lebih agresif dan cenderung melakukan kekerasan, menggunakan obat-obatan
terlarang dan alkohol serta perilaku merokok yang berlebihan.
VI. PENANGANAN DEPRESI
Dengan perubahan yang dilakukan pada pola hidup, terapi psikologi dan pengobatan,
depresi dapat ditangani. Beberapa cara penanganan depresi dapat dilihat berikut ini:
1. Perubahan pola hidup
a. Olahraga
Penderita depresi akan mengalami stress, cemas, galau, bingung dan juga
gelisah yang berlarut. Hal ini disebabkan oleh pikiran dan perasaan negatif.
Dengan berolahraga dapat dihasilkan pikiran positif yang mampu untuk
menghalangi munculnya mood negatif.
b. Perubahan pola makan
Simptom depresi dapat menjadi parah karena ketidakseimbangan nutrisi
yang ada pada tubuh, yaitu:
 Konsumsi kafein secara berlebihan
 Konsumsi sukrosa
 Kekurangan biotin, asam folat, vitamin B, vitamin C, kalsium,
magnesium atau kelebihan magnesium dan tembaga
 Ketidakseimbangan asam amino
 Alergi makanan
c. Mendekatkan diri dengan pencipta
Mayoritas orang akan cenderung berpaling dari agama saat mengalami
depresi. Mereka mencari kesenangan untuk menghilangkan stress yang
dialami. Hal ini merupakan cara yang salah, seharusnya kita melakukan lebih
banyak doa dan ibadah agar mendapat kekuatan dari Tuhan.
d. Bertekad untuk berubah
Memiliki motivasi dan semangat yang tinggi untuk bisa berubah menjadi lebih
baik dan memandang masalah yang dihadapi sebagai suatu hal yang positif.
Kita merasa harus melawan masalah yang terjadi agar tidak mengalami stress
yang berkelanjutan. Diawali dengan niat dan kemauan, berubah tidak
menjadi hal yang mustahil.
e. Rekreasi
Berkunjung ke suatu tempat akan membuat pikiran dan tubuh menjadi rileks.
Selain itu melakukan hal yang menjadi hobi juga akan menghindarkan diri dari
depresi yang berkepanjangan.
2. Terapi psikologi
a. Terapi interpersonal
Psikoterapi dilakukan dengan bantuan psikolog dalam jangka waktu yang
pendek dan berkonsentrasi pada hubungan individu dengan orang yang ada
di lingkungan sekitarnya.
b. Konseling kelompok dan dukungan sosial
Dilakukan dengan mengunjungi tempat layanan bimbingan konseling dan
melakuka wawancara konseling. Wawancara ini dilakukan antara seorang
konselor profesional dengan pasien sekaligus dalam kelompok kecil.
c. Terapi humor
Mempertahankan sikap mental yang positif dengan bermacam tawa yang
merespon psikologis agar meningkatkan pernafasan, sirkulasi, sekresi
hormon, enzim pencernaan dan peningkatan tekanan darah.
d. Terapi kognitif
Memusatkan perhatian pada proses berpikir klien yang berhubungan dengan
kesulitan emosional dan psikologi klien. Pendekatan ini membantu klien agar
dapat mengubah pikiran dan pernyataan negatif serta keyakinan-keyakinan
yang tidak rasional. Berfokus pada penggantian cara berpikir klien.
VII. PENCEGAHAN DEPRESI
1. Memiliki sikap realistis saat mempunyai harapan dan apa yang bisa dilakukan.
2. Menghindari menyalahkan diri sendiri saat tertimpa masalah.
3. Tidak membandingkan diri sendiri dengan orang lain dengan cara meningkatkan rasa
syukur.
4. Tidak menyimpan rasa sedih, cemas dan galau secara berlebihan. Apabila masalah
terasa berat dan butuh seseorang untuk menjadi tempat berbagi, mendatangi
psikolog atau orang terdekat.
5. Melakukan kegiatan olahraga secara rutin.
6. Membangun sikap positif agar haga diri meningkat.
7. Bersosialisasi, bergaul dan menyatu dengan lingkungan msyarakat.
8. Mendekatkan diri pada Tuhan.
9. Menghindari untuk menyesali suatu kejadian secara berlarut.

Anda mungkin juga menyukai