PENDAHULUAN
1
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Bank Indonesia mempunyai tugas sebagai
berikut:
2
BAB II
PEMBAHASAN
(1) Tugas mengawasi Bank akan dilakukan oleh lembaga pengawasan sektor jasa
keuangan yang independen, dan dibentuk dengan undang-undang.
(2) Pembentukan lembaga pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), akan
dilaksanakan selambat-lambatnya 31 Desember 2010.
1
Pada tanggal 22 November 2011 melalui Lembaran Negara Republik Indonesia
(LNRI) Tahun 2011 Nomor 111 diundangkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011
Tentang Otoritas Jasa Keuangan. Dalam Pasal 1 angka 1 dijelaskan : Otoritas Jasa
Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK adalah lembaga yang independen dan
bebas dari campur tangan pihak Iain, yang mempunya fungsi, tugas dan wewenang
pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam
undang-undang ini.
3
pembentukan lembaga pengawasan dimaksud. Lembaga pengawasan ini dapat
mengeluarkan ketentuan yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas pengawasan
Bank dengan koordinasi dengan Bank Indonesia dan meminta penjelasan dari
Bank Indonesia keterangan dan data makro yang diperlukan. Selanjutnya dalam
Ayat (2) dikemukakan:
Dari ketentuan di atas terlihat bahwa di masa yang akan datang, pengawasan
terhadap lembaga keuangan Bank, yang dalam penjelasan Pasal 34 UU BI
digunakan istilah Bank dan Perusahaan-perusahaan jasa keuangan lainnya,
diberikan kepada lembaga yang independen. Hal ini tentu cukup menarik dengan
adanya pemisahan antara otoritas pemberi izin dengan pengawasan. Artinya izin
untuk mendirikan Bank tetap ada diBank Indonesia, sementara itu pengawasan
terhadap operasional atau kegiatan Bank sebagai Lembaga Keuangan diberikan
kepada lembaga independen yang segera akan dibentuk sesuai dengan perintah
UU BI. Dengan model ini tentunya diharapkan dengan diberikannya status
independen dalam pengawasan, maka berbagai ketentuan tentang pelaksanaan izin
operasional yang telah diberikan dapat lebih ditingkatkan pengawasannya.
Adanya pengawasan yang independen ini diharapkan kemungkinan terjadinya
berbagai pelanggaran dapat dideteksi sedini mungkin, sehingga kemungkinan
terjadinya Bank gagal dapat ditekan sekecil mungkin.
Pengawasan Bank oleh Bank Indonesia dilakukan baik langsung dan tidak
langsung, yakni:
4
(1) Bank Indonesia mewajibkan Bank untuk menyampaikan laporan, keterangan,
dan penjelasan sesuai dengan tata cara yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
(3) Bank Indonesia melakukan pemeriksaan terhadap Bank, baik secara berkala
maupun setiap waktu apabila diperlukan.
(6) Apabila dari hasil pemeriksaan tidak diperoleh bukti yang cukup, Bank
Indonesia pada hari itu juga mencabut perintah penghentian transaksi.
Lebih lanjut dijelaskan, salah satu yang cukup penting dalam pengelolaan
bank adalah masalah pengawasan bank. Mengapa demikian, sebab dana yang
dikumpulkan langsung dari masyarakat, bila tidak diawasi secara ketat bisa
menimbulkan ketidakpercayaan terhadap lembaga perbankan sebagai tempat
penyimpan dana yang aman. Ada pun lembaga yang diberikan otoritas oleh
undang-undang untuk melakukan pengawasan bank adalah Bank Indonesia. Hal
ini dijabarkan dalam Pasal 29 Ayat (1) UUP yang mengemukakan: Pembinaan
dan pengawasan bank dilakukan oleh Bank Indonesia. Selanjutnya dalam
penjelasan pasal ini dikemukakan, yang dimaksud dengan pengawasan dalam ayat
(1) ini meliputi pengawasan tidak langsung yang terutama dalam bentuk
pengawasan dini melalui penelitian, analisis, dan evaluasi laporan bank, dan
pengawasan Iangsung dalam bentuk pemeriksaan yang disusul dengan tindakan-
tindakan perbaikan. Sejalan dengan itu, Bank Indonesia diberi wewenang,
tanggung jawab, dan kewajiban secara utuh untuk melakukan pembinaan dan
2
Pasal 37 dan 37 A Undang-Undang Perbankan
5
pengawasan terhadap bank dengan menempuh upaya-upaya baik yang bersifat
preventif maupun represif. Demikian juga halnya, di penjelasan umum UUP
dikemukakan :agar pembinaan dan pengawasan bank dapat dilaksanakan secara
efektif, kewenangan dan tanggung jawab bank mengenai perizinan bank, yang
semula berada pada Menteri Keuangan, menjadi berada pada Bank lndonesia
sehingga Bank Indonesia memiliki tanggung jawab yang utuh untuk menetapkan
perizinan, pembinaan dan pengawasan bank serta pengenaan sanksi terhadap bank
yang tidak mematuhi peraturan perbankan yang berlaku.
Dari ketentuan di atas, dapat diketahui apa latar belakang tugas pengawasan
bank diberikan kepada Bank Indonesia, walaupun dalam perkembangannya tugas
pengawasan bank dialihkan ke lembaga independen. Arti pentingnya pengawasan
bank, juga tercermin dari berbagai pendapat yang dikemukakan oleh pakar
perbankan, antara lain, Priasmoro Prawiroardjo mengemukakan, sebagaimana
diketahui salah satu tugas Bank Sentral adalah menjalankan pengawasan secara
ketat untuk menjaga agar lembaga keuangan terutama bank-bank dapat bekerja
sehat dan jujur.3 Untuk mencapai ini, maka pengeloIa bank harus mentaati UUP
3
Priasmoro Prawiroardjo: Indepedensi BI, Pengertian dan Konsekuensinya;
Kompas, 1999. Lihat juga . O.P. Simorangkir: Dasar-dasar dan Mekanisme
Perbankan. Jakarta: Liha Yagrat, 1983. Hlm. 119.
6
dan peraturan lainnya yang terkait dengan industri perbankan, baik yang
ditetapkan oleh pemerintah maupun oleh Bank Indonesia.4
4
Dalam UU BI disebutkan Peraturan Bank Indonesia adalah ketentuan hukum yang
mengikat setiap orang atau badan. Peraturan BI diumumkan dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia (Lihat Pasal 1 butir 8).
7
pelanggaran yang dilakukan oleh bank dikenakan sanksi sesuai ketentuan
yang berlaku.
6. Kerja sama dengan otoritas pengawasan bank negara lain. Dengan metode ini,
otoritas pengawasan bank menjalin kerjasama dan saling tukar informasi,
baik mengenai permasalahan yang dihadapi oleh perbankan di negara masing-
masing maupun mengenai strategi, kebijakan, dan teknik pengawasan bank
yang efektif berdasarkan pengawasan masing-masing negara.5
Dari berbagai pendapat yang dikemukakan oleh para pakar hukum perbankan
di atas, dapat diketahui bahwa tugas yang diemban oleh Bank Indonesia sebagai
Bank Sentral sangat penting dalam menjaga integritas bank sebagai lembaga
intermediasi. Untuk itu, perlu dilakukan pengawasan oleh lembaga pemegang
otoritas perbankan. Adapun bentuk pengawasan bank yang dilakukan oleh Bank
Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini dijelaskan dalam
Pasal 27 UU BI: Pengawasan oleh Bank Indonesia sebagaimana yang dimaksud
dalam Pasal 24 adalah pengawasan secara langsung dan tidak langsung.
5
Permadi Gandapradja. Dasar dan Prinsip Pengawasan Bank. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2004. Hlm. 7/23.
6
Widjanarto. Hukum dan Ketentuan Perbankan di Indonesia. Cetakan Ketiga. Jakarta:
Grafiti, 2003. Hlm. 225.
8
Selanjutnya dalam penjelasan pasal ini dikemukakan yang dimaksud dengan
pengawasan langsung adalah dalam bentuk pemeriksaan yang disusul dengan
tindakan perbaikan. Yang dimaksud dengan pengawasan tidak langsung, terutama
dalam bentuk pengawasan dini melalui penelitian, analisis, dan evaluasi laporan
bank.
(1). Secara langsung yang berarti petugas Bank Indonesia yang melakukan
pemeriksaan ke bank yang bersangkutan (on the spot);
(2). Secara tidak langsung yang berarti bank diharuskan mengirim data ke Bank
Indonesia untuk dianalisis oleh petugas Bank Indonesia.7
Tugas yang diemban oleh Bank Indonesia sebagai pengawas bank, sangat erat
kaitannya dengan wewenang yang diberikan oleh undang-undang kepada Bank
Indonesia seperti yang dimaksud dalam Pasal 30, 31, 31 A dan 37 UUP.8
Mungkin timbul pertanyaan mengapa bank perlu pembinaan dan pengawasan oleh
pemegang otoritas perbankan dalam hal ini Bank Indonesia, bukankah dengan
dipenuhinya berbagai persyaratan yang harus dipenuhi ketika hendak mendirikan
bank sudah cukup rumit baik dari segi administrasi maupun substansi? Dengan
mengacu kepada berbagai pemikiran yang dilontarkan oleh para pakar seperti
dikutip di atas, tampaknya langkah preventif semata, dirasakan tidak cukup dalam
rangka pengawasan bank. Untuk itu perlu pembinaan dan pengawasan bank secara
berkesinambungan oleh Bank Indonesia sebagai Bank Sentral. Adapun tujuan
pembinaan dan pengawasan ini tiada lain karena bank:
7
O.P. Simorangkir. Op.Cit. Hlm. 123.
8
Secara ringkas ketentuan ini mengatur tentang:
a) Kewajiban bank menyampaikan laporan ke Bank Indonesia (Pasal 30).
b) Bank Indonesia dapat melakukan pemeriksaan setiap saat (Pasal 31).
c) Bank Indonesia dapat menugaskan akuntan publik (Pasal 31 A).
d) Bank Indonesia dapat melakukan tindakan tertentu (Pasal 37).
9
b. merupakan sarana dalam pelaksanaan pembangunan;
Berangkat dari berbagai pengalaman yang ada, Bank Indonesia yang hingga
saat ini secara yuridis formal masih diberi tugas untuk melakukan pengawasan
bank, menjabarkan tugas dalam melakukan pengawasan bank dilakukan dalam
tiga tahapan sesuai dengan kondisi bank yakni:11
1. Pengawasan Normal (Rutin);
9
0.P Simorangkir. Ibid. Hlm. 130. Lihat Juga M. Djumhana. Hukum Perbankan di
Indonesia. Bandung : Citra Aditya Bakti, 1993. Hlm. 160-161.
10
Edward W Reed and Edward K Gill: Commercial Banks. Fourth edition. Printice
Hall. 1989. Hlm 34.
11
Bank Indonesia: “Bank Dalam Pengawasan Khusus (special surveillance)". Artikel
tersedia di : http/www.bi.go.id/ akses tanggal 24/11/18.
10
Ad. 1. Pengawasan Normal
Yang dimaksud dengan pengawasan normal dalam hal ini adalah pengawasan
dilakukan terhadap Bank yang memenuhi kriteria tidak memiliki potensi atau
tidak membahayakan kelangsungan usahanya. Umumnya, frekuensi pengawasan
dan pemantauan kondisi Bank dilakukan secara normal sedangkan pemeriksaan
terhadap jenis Bank ini dilakukan secara berkala atau sekurang-kurangnya setahun
sekali.12
12
Perhatikan misalnya PBI No.3/22/PBI/2001 Tanggal 13 Desember 2001 tentang
Transparansi Kondisi Keuangan Bank. Dalam PBI ini dijelaskan langkah awal menuju
pengawasan bank secara konsolidasi perlu didukung dengan adanya laporan tentang
kondisi keuangan dan perusahaan induk, perusahaan induk di bidang keuangan,
perusahaan anak, perusahaan afiliasi dan pihak terkait dengan anak. Atas dasar
pertimbangan tersebut, maka disempurnakanlah: a, Laporan tahunan; b. Laporan
keuangan tahunan; c. Laporan Keuangan publikasi triwulan dan bulanan bank. (Lihat
Widjanarto. 0p.Cit. Hlm. 230).
11
berdasarkan komitmen dan rencana perbaikan yang disampaikan manajemen
Bank kepada Bank Indonesia.
(1) Bank Indonesia menetapkan Bank dalam pengawasan intensif apabiia dinilai
memiliki potensi kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya.
12
(2) Bank dinilai memiliki potensi kesulitan yang membahayakan kelangsungan
usahanya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) apabila memenuhi satu atau
lebih kriteria sebagai berikut:
b. rasio modal inti (tier 1) kurang dari persentase tertentu yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia;
c. rasio Giro Wajib Minimum (GWM) dalam rupiah sama dengan atau
lebih besar dari rasio yang ditetapkan untuk GWM Bank, namun
memiliki permasalahan likuiditas mendasar;
(1) Bank Indonesia menetapkan Bank dalam pengawasan intensif paling lama 1
(satu) tahun sejak tanggal surat pemberitahuan Bank Indonesia.
(2) Dalam hal Bank ditetapkan dalam pengawasan intensif karena kredit atau
pembiayaan bermasalah yang penyelesaiannya bersifat kompleks maka
jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diperpanjang 1
(satu) kali dan paling lama 1 (satu) tahun.
Untuk itu bagi bank yang dalam pengawasan intensif, ada beberapa hal yang
harus dilakukan oleh pengelola bank. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 6: Bank
dalam pengawasan intensif wajib melakukan tindakan pengawasan yang
diperintahkan Bank Indonesia (mandatory supervisory actions) yaitu:
13
b. menghapusbukukan kredit atau pembiayaan yang tergolong macet dan
memperhitungkan kerugian Bank dengan modal Bank;
e. menjual sebagian atau seluruh harta dan/atau kewajiban Bank kepada bank
atau pihak lain; dan/atau
Selain itu bank pun harus melakukan serangkaian tindakan. Lebih lanjut
dalam Pasal 9 dikemukakan: Bank dalam pengawasan wajib:
(1) Bank Indonesia menetapkan Bank dalam pengawasan khusus apabila dinilai
mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya.
b. rasio GWM14 dalam rupiah kurang dari rasio yang ditetapkan untuk
GWM Bank dan berdasarkan penilaian Bank Indonesia:
13
Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM).
14
Giro Wajib Minimum (GWM).
14
2) Bank mengalami perkembangan yang memburuk dalam waktu
singkat; atau
Yang menarik dalam hal pengawasan bank ini adalah, jika bank yang berada
dalam pengawasan tersebut menurut penilaian Bank Indonesia berdampak
sistemik Bank Indonesia akan melaporkan hal tersebut ke lembaga yang
berwenang untuk mengambil tindakan. Hal ini dijabarkan dalam Pasal 29 PBI:
13/3/2011 sebagai berikut:
(1) Dalam hal Bank Indonesia menengarai Bank dalam pengawasan khusus
berdampak sistemik, Bank Indonesia meminta kepada lembaga yang
berwenang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, untuk
memutuskan Bank yang bersangkutan berdampak sistemik atau tidak
berdampak sistemik.
(2) Selain meminta kepada lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank
Indonesia juga memberitahukan kepada LPS mengenai Bank sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
Untuk itu jika bank tidak dapat diselamatkan, BI minta kepada LPS
menentukan langkah yang harus diambil. (Pasal 30 dan 31 PBI).
15
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
(2) Prinsip dan metode pengawasan bank dilakukan meliputi 6 (enam) jalur yaitu:
1. Pengaturan (regulasi) yang meliputi;
2. Pengawasan tidak langsung (off site supervision).
3. Pengawasan Iangsung/pemeriksaan (on site supervision).
4. Kontak dan komunikasi teratur dengan bank.
5. Tindak remedial dan/atau penerapan sanksi.
6. Kerja sama dengan otoritas pengawasan bank negara lain.
(3) Bank Indonesia dalam melakukan pengawasan bank dilakukan dalam tiga
tahapan sesuai dengan kondisi bank yakni:15
1. Pengawasan Normal (Rutin);
Adalah pengawasan dilakukan terhadap Bank yang memenuhi kriteria
tidak memiliki potensi atau tidak membahayakan kelangsungan
usahanya.
2. Pengawasan Intensif (Intensive Supervision);
Adalah pengawasan dilakukan bagi Bank yang memiliki potensi
kesulitan yang dapat membahayakan kelangsungan usahanya.
3. Pengawasan Khusus (Special Surveillance).
Adalah pengawasan terhadap bank yang dinilai mengalami kesulitan
yang membahayakan kelangsungan usahanya.
16
3.2. Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU:
Edward W Reed and Edward K Gill: Commercial Banks. Fourth Edition.
Printice Hall, 1989.
M. Djumhana. Hukum Perbankan di Indonesia. Bandung : Citra Aditya Bakti,
1993.
O.P. Simorangkir. Dasar-dasar dan Mekanisme Perbankan. Jakarta: Liha
Yagrat, 1983.
Permadi Gandapradja. Dasar dan Prinsip Pengawasan Bank. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2004.
18
Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2004 Tentang
Perubahan Atas Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
1999 Tentang Bank Indonesia.
Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2009 Tentang
Penetepan Peraturan Pemerintah Penggganti Undang- Undang Nomor
2 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang- Undang
Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia Menjadi Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2008.
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Republik Indonesia
Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia.
19