Anda di halaman 1dari 5

4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Gastroenteritis adalah peradangan akut lapisan lambung dan usus
ditandai dengan anoreksia, rasa mual, nyeri abdomen, dan diare
(Kamus Besar Dorland Hartanto, 2002). Gastroenteritis adalah radang
lambung dan usus yang memberikan gejala diare atau tanpa disertai muntah.
Gastroenteritis didefinisikan sebagai inflamasi membran mukosa lambung
dan usus halus yang ditandai dengan muntah dan diare yang berakibat
kehilangan cairan dan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit (Cecilya L. Bets, 2002).
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli seperti diatas dapat
disimpulkan bahwa gastroenteritis akut adalah peradangan yang terjadi pada
usus dan lambung yang memberikan gejala diare dengan frekuensi lebih
banyak dari biasanya, lebih dari 4x pada bayi dan lebih dari 3x pada anak-
anak, dengan konsistensi cair dengan atau tanpa lendir darah yang
disebabkan oleh bakteri, virus, dan parasit patogen.

B. Etiologi
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya gasteroenteritis
pada anak seperti:
1. Faktor infeksi
a. Infeksi virus: Eterovirus (virus ECHO, Coxsackie Poliofelitis),
Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dan lain-lain.
b. Infeksi bakteri: vibrio, e.coli, salmonella, shingela, campylobacter,
yersenia, aeromonas, dan sebagainya.
c. Infeksi parasit: cacing (Ascaris, Triguris, Oxyyuris, Strongyloides),
protozoa (Entamoeba Hstolitica, Glardialambia, Trichomonas
Hominis).
2. Faktor malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).
Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi
5

dan anak. Di samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan
protein.
3. Faktor makanan
Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan
alergi terhadap jenis makanan tertentu.
4. Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih
besar (Ngastiyah, 2005).

C. Patogenesis
Mekanisme dasar yang menyebabkan terjadinya gastroenteritis (diare)
adalah adanya gangguan osmotik, gangguan sekresi, dan gangguan
motalitas usus.
1. Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus
yang berlebih akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga
timbul diare.
2. Gangguan Sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan
menyebabkan tejadinya peningkatan sekresi air dan elektrolit dalam
rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi
rongga usus.
3. Gangguan Motilitas Usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan sehingga timbul diare, sebaliknya peristaltik
usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan
selanjutnya timbul diare pula (Ngastiyah, 2005).
6

D. Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya gastroenteritis adalah sebagai berikut :
1. Meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal
merupakan akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan dan
elektrolit yang berlebihan.
2. Cairan sodium, potassium dan bikarbonat berpindah dari rongga
ekrtraseluler ke dalam tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi dan dapat
terjadi asidosis metabolik.
3. Transportasi aktif akibat rangsangan taksin bakteri terhadap elektrolit ke
dalam usus halus. Sel dalam mukosa intestinal mengalami iritasi dan
meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit. Mikroorganisme yang masuk
akan merusak sel mukosa intestinal sehingga menurunkan area
permukaan intestinal, perubahan kapasitas intestinal dan terjadi
gangguan absorbsi cairan dan elektrolit.
4. Peradangan akan terjadi penurunan kemampuan intestinal untuk
mengabsorbsi cairan dan elektrolit serta bahan-bahan makanan
(Hartanto, 2002).

Menurunnya pemasukan atau hilangnya cairan elektrolit


(muntah, diare, demam, hiperventilasi)
Tiba-tiba cairan elektrolit menghilang dengan cepat

Ketidakseimbangan elektrolit

Hilangnya cairan intraseluler

Disfungsi seluler

Syok Hipovolemik

Kematian

Sumber: Ngastiyah, 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta; EGC.


7

E. Tanda dan Gejala


Menurut Hartanto (2002) Tanda dan gejala yang dapat diamati dari
penyakit gastroenteritis (diare) adalah sebagai berikut :
1. Gejala Awal
a. Anak menjadi cengeng
b. Gelisah
c. Suhu badan meningkat
d. Nafsu makan menurun atau tidak ada
e. Tinja cair (mungkin mengandung darah atau lendir)
f. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur
empedu.
2. Gejala Lain
a. Muntah (dapat terjadi sebelum atau sesuadah diare)
b. Gejala dehidrasi
c. Berat badan menurun
d. Ubun-ubun cekung (pada bayi)
e. Tonus dan turgor kulit berkurang
f. Selaput lendir dan bibir kering

F. Klasifikasi
1. Dehidrasi Ringan/Sedang
a. Gelisah atau rewel
b. Mata cekung
c. Cubitan pada kulit lambat kembalinya.
2. Dehidrasi Berat
a. Letargis atau tidak sadar
b. Mata cekung
c. Cubitan pada kulit kembalinya sangat lambat selama 2 detik.

G. Komplikasi
Menurut Ngastiyah (2005) komplikasi yang ditimbulkan dari
gastroenteritis (diare) adalah sebagai berikut:
a. Dehidrasi
b. Hipokalemia
8

c. Syok Hipovolemik
d. Asidosis

H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan gastroenteritis akut adalah
1. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi.
Empat hal yang peru diperhatikan dalam melakukan rehidrasi pada
pasien dengan gastroenteritis (diare) adalah sebagai berikut :
a. Jenis cairan
 Oral : Predialyte atau oralit
 Parenteral : Infus, Nacl, isotonik
b. Jumlah cairan
Jumlah cairan yang diberikan harus sesuai dengan cairan yang
telah dikeluarkan.
c. Jalan masuk/cara pemberian
Jalan masuk atau cara pemberian cairan dapat melalui oral
ataupun parenteral.
d. Jadwal pemberian cairan
Cairan diberikan 2 jam pertama, selanjutnya dilakukan penilaian
kembali status hidrasi untuk menghitung kebutuhan cairan
2. Tata kerja terarah untuk mengidentifkasi penyebab diare.
Melakukan pengkajian dan pemeriksaan untuk mengetahui penyebab
terjadinya gastroenteritis (diare).
3. Memberikan terapi simtomatik
Memberikan obat anti diare, obat anti motilitas dan sekresi usus serta
antiemetik.
4. Memberikan terapi definitive
Sebagai langkah pencegahan seperti kebersihan perorangan dan
sanitasi lingkungan (Hartanto, 2002)

Anda mungkin juga menyukai