DI SUSUN OLEH :
SARAH NURFAJAR
170160107
VIC
TEKNIK ARSITEKTUR
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
1. Profil Bangunan
RSU Dr. Fauziah Bireun ialah satu dari sekian RS milik Pemkab Bireuen yang bermodel
RSU, dinaungi oleh Pemda Kabupaten Islam dan tergolong kedalam RS Tipe B. RS ini telah
teregistrasi sejak 05/05/2015 dengan Nomor Surat ijin No. 445.1/BP2T/2836/2014 dan Tanggal
Surat ijin 30/11/2014 dari Gubernur Aceh dengan Sifat Perpanjang, dan berlaku sampai 2019.
Sesudah melakukan Metode AKREDITASI Rumah sakit Seluruh Indonesia dengan proses
Pentahapan I ( 5 Pelayanan) akhirnya diberikan dengan status Lulus. RSU ini bertempat di Jl.
Mayjen T. Hamzah Bendahara No.13. Bireuen, Bireuen, Indonesia.
2. Sejarah Bangunan
Dr. Fauziah, nama itu kini telah ditabalkan sebagai nama rumah sakit umum milik
pemerintah di Kabupaten Bireuen. Dedikasi dokter ini luar biasa, sampai nyawanyapun
terenggut paksa akibat konflik. Kisah perjuangan dr Fauziah sang dokter perempuan dari
Kemukiman Bugak Kecamatan Jangka, dalam menyelamatkan nyawa orang lain, sampai
membuat nyawa sendiri melayang dengan peluru tajam, patut diberi apresiasi dan
dikenang. Sebagai sebuah dedikasi yang totalitas.
Sang dokter yang merupakan perempuan asli kelahiran Bugak Krueng Mate, 24
Juli 1967. Ia meninggal dunia dalam peristiwa kontak senjata antara GAM dan PPRM di
Gampong Cot Kruet perbatasan Alue Gandai pada tanggal 25 Mei 1999 silam. Jenazah
dr.Fauziah di kebumikan di Gampong Bugak Krueng Mate di komplek perkuburan
keluarga. Dalam rangka mengenang hari meninggalnya dr.Fauziah yang tinggal
menghitung hari di bulan Mei 2015 ini, wartawan bireuen menulis kisah sang dokter yang
namanya sudah dinobatkan untuk nama Rumah Sakit Umum Daerah Bireuen (RSUD dr.
Fauziah Bireuen) melalui Surat Keputusan Bupati Bireuen Nomor 017 Tahun 2001
Tanggal 27 Januari 2001.
Pada malam itu Senin, 24 Mei 1999 Pukul 02.00 Malam. Jul yang merupakan
Intel TNI dari Aceh Utara ditembak orang tak di kenal. Pak Jul begitu pria itu kerap
disapa, tinggal di kawasan transmigrasi Gampong Alue Kuta, Kecamatan Peudada,
Kabupaten Aceh Utara (sekarang Kabupaten Bireuen). Ia saat itu ditugaskan untuk
memata-matai kegiatan GAM di kawasan Transmigrasi Gampong Alue Kuta.
Padahal sembelumnya, pada tahun 1990 pada masa Daerah Operasi Militer (DOM)
beberapa warga sudah sering melihat Pak Jul tinggal di Pos TNI Gampong Dayah Mon
Ara, Kemukiman Pintoe Batee, Kecamatan Peudada.
“Ketika tahun 1999 ia diterima warga untuk tinggal di kawasan Transmigrasi
Gampong Alue Kuta. Pak Jul bilang sama warga bahwa ia sudah dipecat dari TNI,
makanya warga mengizinkan Pak Jul untuk tinggal di kawasan transmigrasi saat itu,”ujar
Abdullah A.Jalil saksi mata yangyang masih hidup dalam peristiwa terseuby.Sabtu,
(9/5/2015) kemarin, saat di temui di Gampong Cot Kruet perbatasan Alue Gandai
Abdullah melanjutkan kisahnya, pada tahun 1999, Pak Jul masih aktif sebagai TNI, ia
saat itu ditugaskan untuk memantau kegiatan GAM di kawasan Trasmigrasi Gampong
Alue Kuta Kecamatan Peudada.Setelah beberapa bulan tinggal di kawasan trasmigrasi,
Pak Jul pada Senin, 24 Mei 1999 sekira pukul 02.00 wib dini hari, ditembak oleh orang
tak dikenal di tempat tinggalnya di kawasan trasmigrasi itu.
Kata Abdullah, malam itu setelah mendengar suara letusan senjata api, warga tidak berani
keluar rumah. Pada Selasa paginya, 25 Mei 1999 masyarakat transmigrasi baru
menjenguk ke rumah yang ditempati Pak Jul.“Ternyata Pak Jul dan seorang pemuda yang
menemaninya sudah tidak bernyawa lagi. Setelah melihat jenazah Pak Jul, kepala desa
memberitahukan informasi itu pos Koramil Peudada. Geuchik Transmigrasi dan
sekretarisnya berangkat ke kantor Polsek/Koramil Peudada untuk melaporkan kejadian
tersebut pada Komandan Koramil Pak Ngadimin,” kisah Abdullah A.Jalil.
Atas laporan tersebut, Koramil Peudada meminta bantuan Pasukan Penindak Rusuh
Massa (PPRM) (Pasukan di bawah TNI) di Bireuen, untuk menjembut jenazah di Alue
Kuta. Namun, pada saat sebelum berangkat menuju lokasi, pasukan PPRM mengajak
dokter Fauziah Cs untuk ikut bersama rombongan PPRM dengan menumpang truk reo
yang mereka tumpangi.
Dr. Fauziah pada saat itu, menjabat sebagai Kepala Pukesmas Peudada. Saat itu
dr. Fauziah tidak pergi sendiri, ia ditemani Mustafa dan beberapa perawat di Puskesmas
Peudada. Karena dalam kondisi hamil muda, pada awalnya dr. Fauziah keberatan untuk
pergi bersama PPRM. dr. Fauziah meminta pergi menggunakan mobil dinasnya, tetapi
pihak PPRM di Bireuen tidak memberikan izin. “Pada saat itu dr Fauziah tidak diizinkan
untuk pergi dengan menggunakan mobil dinasnya, mereka beralasan nanti jika dihadang
di jalan tifak ada yang bertanggung jawab,” jelas Abdullah.
1. Entry bukaan untuk masuk dan keluar suatu area dalam rumah sakit,
2. Sirkulasi horisontal yaitu penghubung antar bagian bangunan secara mendatar misalnya
selasar, selasar dan pedestriant. Sirkulasi horisontal ini tidak hanya di dalam bangunan
rumah sakit tetapi di luar rumah skait juga
3. Sirkulasi vertikal yaitu penghubung antar bagian bangunan atas dan bawah seperti
tangga, elevator dan ramp Pengguna jalur sirkulasi ini adalah pasien, pengunjung,
karyawan rumah sakit, tenaga medis dan paramedis, servis.
Standar Fisik Elemen Sirkulasi atau ukuran yang telah di standarisasi secara internasional
mengatur :
b. Jalan setapak :
- Tiap pejalan kaki 0,6- 0,75 m
- Dengan kereta dorong / kursi roda 1,7 – 1,8 m
c. Parkir :
- Untuk sudut 45, jarak antar mobil 3,4 m. Lebar mobil 2,4 m dan panjang mobil 5,5 m
- Kapasitas parkir 1,5 – 2 kendaraan / TT
d. Pintu masuk :
- Lebar pintu1,2 – 1,8 m
- Luasan area putar 1,5 x 1,5 m2
e. Pintu Darurat :
- Jarak antara 1 jalur ke jalur lain minimal 64 m
f. Tangga darurat :
- Jarak antar tangga maksimal 45 m
- Lebar min 2,8 m
Lebar bordes >1,95 m
- Lebar anak tangga
bawah dgn pintu> 1,95 m
- Lebar anak tangga > 1,2 m Tinggi antar bordes 2 m
- Jarak anak tangga ujung ke ujung < 45 m
i. Koridor :
- Lebar min 2,4 m
j. Dropping area :
Ruang bebas belok 15,25 m
4. Hasil Survey
Gambar di bawah merupakan sirkulasi pada bagian depan rumah sakit Dr.
Fauziah, dan sirkulasi tersebut di fungsikan sebagai tempat duduk atau area untuk
menunggu dan lain sebagainya.
Gambar dibawah merupakan sirkulasi menuju ke ruang rawat nginap pada bagian
belakang rumah sakit, dan sirkulasi ini terhubung juga ke kiri dan kanan ( terhubung ke
ruang lainnya ).
Gambar dibawah merupakan suatu kondisi yang mengganggu pergerakan yang
terjadi pada koridor yang berfungsi sebagai sirkulasi keluar masuk pada suatu ruangan
rumah sakit.
Gambar sirkulasi yang berada di belakang ruang dan hanya bisa digunakan oleh pejalan
kaki saja.
Gambar dibawah ini merupakan sirkulasi penghubung antara lantai 1 dengan lantai 2 dan
sirkulasi penghubung antar ruangan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan