PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang dilahirkan paling sempurna. Manusia memiliki
kemampuan kognitif untuk memproses informasi yang diperoleh dari lingkungan di
sekelilingnya melalui indera yang dimilikinya, membuat persepsi terhadap apa-apa yang dilihat
atau dirabanya, serta berfikir untuk memutuskan aksi apa yang hendak dilakukan untuk
mengatasi keadaan yang dihadapinya. Hal-hal yang dapat mempengaruhi kemampuan kognitif
pada manusia meliputi tingkat intelejensi,kondisi fisik, serta kecepatan sistem pemrosesan
informasi pada manusia. Bila kecepatan sistem pemrosesan informasi terganggu, maka akan
berpengaruh pada reaksi manusia dalam mengatasi berbagai kondisi yang dihadapi.
Keterbatasan kognitif terjadi apabila terdapat masalah atau gangguan pada kemampuan
kognitif. Masalah yang dialami bisa terjadi sejak lahir, atau terjadi perubahan pada tubuh
manusia seperti terluka, terserang penyakit, mengalami kecelakaan yang dapat menyebabkan
kerusakan salah satu indera, fisik atau juga mental. Akibat dari adanya keterbatasan kognitif ini,
manusia menjadi tidak mampu untuk memproses informasi dengan sempurna. Dengan
ketidaksempurnaan ini maka manusia yang memiliki keterbatasan kognitif mengalami masalah
dalam meraba, mempelajari atau berfikir untuk bereaksi terhadap keadaan yang dihadapinya.
Persepsi dalam arti sempit melibatkan pengalaman kita tapi secara psikis pengertian itu
tidaklah tepat. Tetapi lebih tepatnya persepsi merupakan proses yang menggabungkan dan
mengorganisir data-data indera kita ( penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa
sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar dengan diri kita sendiri. Dan
didalam mempersepsi keadaan sekitar maka kita harus melibatkan indra kita maka akan lahir
sebuah argumen yang berasal dari informasi yang dikumpulkan dan diterima oleh alat reseptor
sensorik kita sehingga kita dapat menggabungkan atau mengelompokkan data yang telah kita
terima sebelumnya melalui pengalaman awal kita.
B. Masalah
Persepsi visual didapatkan dari indera penglihatan.Persepsi ini adalah persepsi yang paling awal
berkembang pada bayi, dan mempengaruhi bayi dan balita untuk memahami dunianya.
2. Persepsi auditori
3. Persepsi perabaan
4. Persepsi penciuman
Persepsi penciuman atau olfaktori didapatkan dari indera penciuman yaitu hidung.
5. Persepsi pengecapan
Persepsi pengecapan atau rasa didapatkan dari indera pengecapan yaitu lidah.
Macam-macam Persepsi
Persepsi manusia sebenarnya terbagi dua, yaitu persepsi terhadap objek (lingkungan fisik) dan
persepai terhadap manusia. Persepsi terhadap manusia sering juga disebut persepsi sosial.
a) Persepsi terhadap lingkungan fisik
Persepsi orang terhadap lingkungan fisik tidaklah sama, dalam arti berbeda-beda., karena
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
• Latar belakang pengalaman
• Latar belakang budaya
• Latar belakang psikologis
• Latar belakang nilai, keyakinan, dan harapan
• Kondisi factual alat-alat panca indera di mana informasi yang sampai kepada orang itu adalah
lewat pintu itu
1. Modalitas : rangsangan yang diterima harus sesuai dengan modalitas tiap –tiap indera,
yaitu sifat sensori dasar masing-masing.
2. Dimensi ruang : dunia persepsi mempunyai sifat ruang ( dimensi ruang).
3. Dimensi waktu : dunia persepsi mempunyai dimensi waktu, seperti cepat lambat, tua
muda, dan lain-lain.
4. Struktur konteks, keseluruhan yang menyatu : objek-objek atau gejala-gejala dalam dunia
pengamatan mempunyai struktur yang menyatu dengan konteksnya. Struktur dan konteks
ini merupakan keseluruhan yang menyatu.
5. Dunia penuh arti; dunia persepsi adalah dunia penuh arti. kita cenderung pengamatan
pada gejala-gejala yang mempunyai makna bagi kita, yang ada hubungannya dengan
tujuan yang ada dalam diri kita.
Dimensi Penginderaan
Bentangan sifat-sifat penerimaan rangsangan yang dapat kita paparkan seperti kuat-lemah, lama-
sebentar, kasar-halus, dan sebagainya disebut dimensi penginderaan.
Ada empat dimensi penginderaan:
- Intensitas: kuat-lemahnya penginderaan suatu rangsang tertentu.
- Ekstensitas: penghayatan terhadap tebal-tipis, luas-sempit, besar-kecil, dll.
- Lamanya: penginderaan dapat berlangsung lama atau sebentar.
- Kualitas: kemampuan kita membedakan kualitas rangsang misalnya nada atau warna.
Ambang Penginderaan
Intensitas suatu rangsang tertentu agar dapat disadari disebut ambang penginderaan.
Ambang penginderaan terdiri dari:
- Ambang perangsang absolut: intensitas rangsang terkecil yang masih dapat menimbulkan
penginderaan;
- Ambang perbedaan: perbedaan intensitas rangsang terkecil yang dapat dibedakan oleh alat
indera;
- Tinggi rangsang: pertambahan intensitas rangsang akan diikuti oleh pertambahan intensitas
penginderaan sampai mencapai maksimum yakni di mana intensitas rangsang tidak dapat
dibedakan lagi;
- Penyesuaian sensoris: bisa terjadi karena berkurangnya kepekaan indera
(negatif), bertambahnya kepekaan indera (positif), dan karena pergeseran titik sentral.
Alat-alat Indera
Alat-alat indera meliputi higher senses (mata dan telinga) dan lower senses (lidah, hidung dan
permukaan kulit). Alat-alat itu dapat kita sebutkan berikut ini:
. Penglihatan: yakni mata, peka terhadap cahaya sehingga kita dapat membedakan terang dan gelap, hitam dan
putih, warna.
b. Pendengaran: yakni telinga, peka terhadap getaran yang menghasilkan bunyi.
c. Penciuman: hidung yang peka terhadap bau
. Pengecapan: lidah yang peka terhadap rasa (manis, asin, asam, pahit = empat macam rasa yang dapat
diterima). Rasa lain merupakan gabungan dari rasa-rasa itu.
e. Peraba: tidak terbatas pada permukaan kulit saja, tetapi juga menyangkut alat-alat yang peka terhadap
orientasi dan keseimbangan. Berat, gerak (sistem vestibular) dan kualitas permukaan di sekitar
kita, letak anggota badan dan tegangan otot (sistem raba).
Pengamatan Dunia Nyata
Untuk kita ketahui, persepsi bersifat subjektif karena bukan sekadar penginderaan. Persepsi
selalu terjadi dalam konteks tertentu.
Ada beberapa prinsip umum yang mengatur pengamatan kita terhadap dunia nyata:
- Konstatansi: bersifat psikologis karena arti dari suatu objek atau gejala bagi kita bersifat
tetap.
Ada tiga macam konstatansi, yakni:
· konstatansi tempat atau lokasi
· konstatansi warna
· konstatansi bentuk dan ukuran
- Figur dan Latar Belakang: keberadaan suatu objek pengamatan menggejala sebagai suatu
figur yang menonjol di antara objek-objek lain (latar belakang), baik karena sifatnya memang
menonjol di antara objek-objek lain maupun karena si pengamat sengaja memusatkan
perhatiannya pada objek tertentu.
Menurut Tagiuri (dalam Harvey dan Smith, 1977) ada 3 faktor yang mempengaruhi
persepsi, yaitu
(1) keadaan stimulus yang diamati;
(2) situasi sosial tempat pengamatan itu terjadi dan
(3) karakteristikm pengamatan.
(a) mengenai stimulus, agar dapat dipersepsi, stimulus harus cukup kuat, melampui ambang
batas, berwujud manusia atau tidak (bila tidak berwujud manusia, ketepatan persepsi ada
pada individu.
(b) keadaan individu dari segi fisiologis dan psikologis, di mana dari segi fisiologis sistem syaraf
harus dalam keadaan baik, sedangkan secara psikologis, pengalaman, kerangka acuan,
perasaan, kemampuan berpikir dan motivasi akan berpengaruh dalam persepsi seseorang, dan
terakhir.
(c) lingkungan atau situasi, di mana bila objeknya manusia, maka objek dengan lingkungan yang
melatar belakanginya merupakan kesatuan yang sulit dipisahkan. Demikian ini maka, dapat
disimpulkan bahwa persepsi itu sangat subyektif karena disamping dipengaruhi oleh stimulus
dan situasi pengamatan juga dipengaruhi oleh pengalaman, harapan, motif, kepribadian, dan
keadaan fisik individu
Persepsi Bukan Cermin Realitas
Persepsi merupakan salah satu cara kerja (Proses) yang rumit dan aktif. Orang sering kali
menganggap bahwa persepsi menyajikan suatu pencerminan yang sempurna mengenai
realitas atau kenyataan. Anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar, sebab persepsi bukan
merupakan cermin realitas. Hal tersebut dikarenakan atau dipengaruhi oleh faktor – faktor
berikut :
1. Indra kita tidak memberikan respon terhadap aspek yang ada dalam lingkungan.
2. Manusia sering kali melakukan persepsi rangsangan – rangsangan yang pada
kenyataannya tidak ada.
3. Persepsi seseorang tergantung dari apa yang ia harapkan dan tergantung dari
pengalaman masa lalu serta adanya motivasi.
Hakikat Persepsi
Persepsi ternyata banyak melibatkan kegiatan kognitif, orang telah menentukan apa
yang telah akan diperhatikan. Setiap kali kita memusatkan perhatian lebih besar kemungkinan
tak akan memperoleh makna darri apa yang kita tangkap, lalu menghubungkannya dengan
pengaaman yang lalu, dan dikemudian hari akan diingat kembali.
Kesadaran juga mempengaruhi persepsi, bila kita dalam keadaan bahagia, maka
pemandangan yang kita lihat akan sangat indah sekali. Tetapi sebaliknya, jika kita dalam
keadaan murung, pemandangan yang indah yang kita lihat mungkin akan membuat kita
merasa bosan, ingatan akan berperan juga dalam persepsi. Indra kita akan secara teratur akan
menyimpan data yang kita terima, dalam rangka memberi arti. Orang cenderung terus-
menerus untuk membanding-bandingkan penglihatan, suara dan penginderaan yang lainnya
dengan ingatan pengalaman lalu yang mirip. Proses informasi juga mempunyai peran dala
persepsi. Bahasa jelas dapat memengaruhi kognisi kita, memberika bentuk secara tidak
langsung seorang mempersepsi dunianya.
Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang
ditujukan kepada suatu atau sekumpulan objek. Perhatian merupakan penyeleksian terhadap
stimulus. Perhatian dan kesadaran mempunyai korelasi positif. Makin di perhatikan suatu
objek akan makin disadari objek itu dan makin jelas bagi individu.
Daerah perhatian
1. Perhatian terpusat yaitu individu pada suatu waktu hanya dapat memusatkan perhatiannya
pada satu objek. Sejalan dengan perhatian sempit.
2. Perhatian terbagi-bagi yaitu individu pada suatu waktu dapat memperhatikan banyak
hal/objek. Sejalan dengan perhatian luas.
1. Perhatian statis yaitu individu dalam waktu tertentu dapat dengan statis atau tetap
perhatiannya tertuju pada objek tertentu.
Perhatian semacam ini sukar memindahkan perhatiannya dari satu objek ke objek lainnya.
2. Perhatian dinamis yaitu individu dapat memindahkan perhatiannya secara lincah dari suatu
objek ke objek lainnya.
Tes perhatian
* Aplikasi teknologi fisioterapi dan efek fisiologis teknologi fisioterapi pada hemiparese
dextra oleh karena stroke non haemorhagik
* Good Postur and Poor Postur
* Komunikasi Teraupetik Pada Usia Akhir
* Perkembangan Otak dan Susunan Saraf Pusat
* Konsep Penyebab Penyakit.
Proses Persepsi
Alport (dalam Mar’at, 1991) proses persepsi merupakan suatu proses kognitif
yang dipengaruhi oleh pengalaman, cakrawala, dan pengetahuan individu. Pengalaman dan
proses belajar akan memberikan bentuk dan struktur bagi objek yang ditangkap panca indera,
sedangkan pengetahuan dan cakrawala akan memberikan arti terhadap objek yang ditangkap
individu, dan akhirnya komponen individu akan berperan dalam menentukan tersedianya
jawaban yang berupa sikap dan tingkah laku individu terhadap objek yang ada.
Berdasarkan pendapat para ahli yang telah dikemukakan, bahwa proses persepsi
melalui tiga tahap, yaitu:
1. Tahap penerimaan stimulus, baik stimulus fisik maupun stimulus sosial melalui alat indera
manusia, yang dalam proses ini mencakup pula pengenalan dan pengumpulan informasi
tentang stimulus yang ada.
2. Tahap pengolahan stimulus sosial melalui proses seleksi serta pengorganisasian informasi.
3. Tahap perubahan stimulus yang diterima individu dalam menanggapi lingkungan melalui
proses kognisi yang dipengaruhi oleh pengalaman, cakrawala, serta pengetahuan individu.
SIFAT-SIFAT PERSEPSI
Oleh karena data yang kita peroleh mengenai objek lewat penginderaan tidak
pernah lengkap, persepsi merupakan loncatan langsung pada kesimpulan. Seperti proses
seleksi, langkah ini dianggap perlu karena kita tidak mungkin memperoleh seperangkat
rincian yang lengkap lewat kelima indera kita.
Proses persepsi yang bersifat dugaan itu memungkinkan kita menafsirkan suatu objek
dengan makna yang lebih lengkap dari suatu sudut pandang manapun. Oleh karena informasi
yang lengkap tidak pernah tersedia, dugaan diperlukan untuk membuat suatu kesimpulan
berdasarkan informasi yang tidak lengkap lewat penginderaan itu. Kita harus mengisi ruang
yang kosong untuk melengkapi gambaran itu dan menyediakan informasi yang hilang
.
Dengan demikian, persepsi juga adalah suatu proses mengorganisasikan informasi yang
tersedia, menempatkan rincian yang kita ketahui dalam suatu skema organisasional tertentu
yang memungkinkan kita memperolah suatu makna lebih umum.
Persepsi adalah suatu proses kognitif psikologis dalam diri kita yang mencerminkan
sikap, kepercayaan, nilai, dan pengharapan yang kita gunakan untuk memaknai objek
persepsi. Dengan demikian, persepsi bersifat pribadi dan subjektif. Menggunakan kata-kata
Andrea L. Rich, “persepsi pada dasarnya memiliki keadaan fisik dan psikologis individu,
alih-alih menunjukkan karakteristik dan kualitas mutlak objek yang dipersepsi”. Dengan
ungkapan Carl Rogers, “individu bereaksi terhadap dunianya yang ia alami dan
menafsirkannya dan dengan demikian dunia perseptual ini, bagi individu tersebut, adalah
realitas”.
Suatu rangsangan dari luar harus diorganisasikan. Dari semua pengaruh yang ada dalam
persepsi kita, konteks merupakan salah satu pengaruh yang paling kuat. Konteks yang
melingkungi kita ketika kita melihat seseorang, suatu objek atau suatu kejadian sangat
mempengaruhi struktur kognitif, pengharapan dan juga persepsi kita.
Dalam mengorganisasikan suatu objek, yakni meletakkannya dalam suatu konteks tertentu,
kita menggunakan prinsip-prinsip berikut:
a. Prinsip pertama. Stuktur objek atau kejadian berdasarkan prinsip kemiripan atau kedekatan
dan kelengkapannya
.
b. Prinsip kedua. Kita cenderung mempersepsi suatu rangsangan atau kejadian yang terdiri
dari objek dan latar belakangnya
Menurut Newcomb (dalam Arindita, 2003), ada beberapa sifat yang menyertai proses
persepsi, yaitu:
1. Konstansi (menetap): Dimana individu mempersepsikan seseorang sebagai orang itu sendiri
walaupun perilaku yang ditampilkan berbeda-beda.
2. Selektif: persepsi dipengaruhi oleh keadaan psikologis si perseptor. Dalam arti bahwa
banyaknya informasi dalam waktu yang bersamaan dan keterbatasan kemampuan perseptor
dalam mengelola dan menyerap informasi tersebut, sehingga hanya informasi tertentu saja
yang diterima dan diserap.
Proses organisasi yang selektif: beberapa kumpulan informasi yang sama dapat disusun ke
dalam pola-pola menurut cara yang berbeda-beda.
Thoha (1993) berpendapat bahwa persepsi pada umumnya terjadi karena dua faktor,
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari dlam diri individu,
misalnya sikap, kebiasaan, dan kemauan. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor
yang berasal dari luar individu yang meliputi stimulus itu sendiri, baik sosial maupun fisik.
Berbeda dengan persepsi terhadap benda mati seperti meja, mesin atau gedung, persepsi
terhadap individu adalah kesimpulan yang berdasarkan tindakan orang tersebut. Objek yang
tidak hidup dikenai hukum-hukum alam tetapi tidak mempunyai keyakinan, motif atau
maksud seperti yang ada pada manusia. Akibatnya individu akan berusaha mengembangkan
penjelasan-penjelasan mengapa berperilaku dengan cara-cara tertentu. Oleh karena itu,
persepsi dan penilaian individu terhadap seseorang akan cukup banyak dipengaruhi oleh
pengandaian-pengadaian yang diambil mengenai keadaan internal orang itu (Robbins, 2003).
Gilmer (dalam Hapsari, 2004) menyatakan bahwa persepsi dipengaruhi oleh berbagai
faktor, antara lain faktor belajar, motivasi, dan pemerhati perseptor atau pemersepsi ketika
proses persepsi terjadi. Dan karena ada beberapa faktor yang bersifat yang bersifat subyektif
yang mempengaruhi, maka kesan yang diperoleh masing-masing individu akan berbeda satu
sama lain.
Oskamp (dalam Hamka, 2002) membagi empat karakteristik penting dari faktor-faktor
pribadi dan sosial yang terdapat dalam persepsi, yaitu:
Persepsi individu dipengaruhi oleh faktor fungsional dan struktural. Faktor fungsional
ialah faktor-faktor yang bersifat personal. Misalnya kebutuhan individu, usia, pengalaman
masa lalu, kepribadian,jenis kelamin, dan hal-hal lain yang bersifat subjektif. Faktor
struktural adalah faktor di luar individu, misalnya lingkungan, budaya, dan norma sosial
sangat berpengaruh terhadap seseorang dalam mempresepsikan sesuatu.
Dari uraian di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan, bahwa persepsi dipengaruhi oleh
beberapa faktor internal dan eksternal, yaitu faktor pemersepsi (perceiver), obyek yang
dipersepsi dan konteks situasi persepsi dilakukan.
Aspek-aspek Persepsi
Pada hakekatnya sikap adalah merupakan suatu interelasi dari berbagai komponen, dimana
komponen-komponen tersebut menurut Allport (dalam Mar'at, 1991) ada tiga yaitu:
1. Komponen kognitif
Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki
seseorang tentang obyek sikapnya. Dari pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu
keyakinan tertentu tentang obyek sikap tersebut.
2. Komponen Afektif
Afektif berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Jadi sifatnya evaluatif
yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau sistem nilai yang dimilikinya.
3. Komponen Konatif
Baron dan Byrne, juga Myers (dalam Gerungan, 1996) menyatakan bahwa sikap itu
mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap, yaitu:
1. Komponen kognitif (komponen perseptual), yaitu komponen yang berkaitan dengan
pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana
orang mempersepsi terhadap objek sikap.
2. Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa
senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif,
sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatif.
3. Komponen konatif (komponen perilaku, atau action component), yaitu komponen yang
berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini
menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak
atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap.
Psikologi Persepsi
Masalah utama dari persepsi visual ini tidak semata-mata apa yang dilihat manusia
melalui retina matanya. Namun lebih daripada itu adalah bagaimana menjelaskan persepsi
dari apa yang benar-benar manusia lihat.
Bahwa ada faktor untuk harus menyampaikan suatu pesan yang sifatnya persuasif,
maka peranan psikologi persepsi sangat dibutuhkan di sini. Sebagai penyampai pesan kita
harus memahami keadaan dan sifat-sifat dari sasaran kita (target audience). Dengan kita
memahami apa, siapa dan bagaimana dari sasaran kita. Sehingga semua apa yang kita
sampaikan akan mengena dan efisien. Sebuah pesan akan percuma jika tidak dipahami oleh
penerimanya. Bila kita bicara dengan perbandingan biaya yang kita keluarkan, maka hal
tersebut sama saja dengan pemborosan. Dengan demikian sebelum kita melakukan
penyampaian pesan, kita harus pahami dulu sasaran kita. Setelah itu baru menentukan
bagaimana pesan tersebut disampaikan.
Determinan Persepsi
Di samping faktor-faktor teknis seperti kejelasan stimulus [mis. suara yang jernih,
gambar yang jelas], kekayaan sumber stimulus [mis. media multi-channel seperti audio-
visual], persepsi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor psikologis. Faktor psikologis ini bahkan
terkadang lebih menentukan bagaimana informasi / pesan / stimulus dipersepsikan.
Faktor yang sangat dominan adalah faktor ekspektansi dari si penerima informasi sendiri.
Ekspektansi ini memberikan kerangka berpikir atau perceptual set atau mental set tertentu
yang menyiapkan seseorang untuk mempersepsi dengan cara tertentu. Mental set ini
dipengaruhi oleh beberapa hal.
c.Pengalaman masa lalu; sebagai hasil dari proses belajar, pengalaman akan sangat
mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsikan sesuatu. Pengalaman yang
menyakitkan ditipu oleh mantan pacar, akan mengarahkan seseorang untuk mempersepsikan
orang lain yang mendekatinya dengan kecurigaan tertentu. Contoh lain yang lebih ekstrim,
ada orang yang tidak bisa melihat warna merah [dia melihatnya sebagai warna gelap, entah
hitam atau abu-abu tua] karena pernah menyaksikan pembunuhan. Di sisi lain, ketika
seseorang memiliki pengalaman yang baik dengan bos, dia akan cenderung mempersepsikan
bosnya itu sebagai orang baik, walaupun semua anak buahnya yang lain tidak senang dengan
si bos.
Faktor psikologis lain yang juga penting dalam persepsi adalah berturut-turut: emosi,
impresi dan konteks.
a.Emosi; akan mempengaruhi seseorang dalam menerima dan mengolah informasi pada suatu
saat, karena sebagian energi dan perhatiannya [menjadi figure] adalah emosinya tersebut.
Seseorang yang sedang tertekan karena baru bertengkar dengan pacar dan mengalami
kemacetan, mungkin akan mempersepsikan lelucon temannya sebagai penghinaan.
b.Impresi; stimulus yang salient / menonjol, akan lebih dahulu mempengaruhi persepsi
seseorang. Gambar yang besar, warna kontras, atau suara yang kuat dengan pitch tertentu,
akan lebih menarik seseorang untuk memperhatikan dan menjadi fokus dari persepsinya.
Seseorang yang memperkenalkan diri dengan sopan dan berpenampilan menarik, akan lebih
mudah dipersepsikan secara positif, dan persepsi ini akan mempengaruhi bagaimana ia
dipandang selanjutnya.
c.Konteks; walaupun faktor ini disebutkan terakhir, tapi tidak berarti kurang penting, malah
mungkin yang paling penting. Konteks bisa secara sosial, budaya atau lingkungan fisik.
Konteks memberikan ground yang sangat menentukan bagaimana figure dipandang. Fokus
pada figure yang sama, tetapi dalam ground yang berbeda, mungkin akan memberikan makna
yang berbeda.
Contoh visual
Pada contoh ini, seseorang akan cenderung melihat ada dua kelompok gambar titik hitam
dibandingkan dengan ada 4 lajur titik.
Contoh visual
Pada gambar ini, walaupun jarak antar titik sama, tetapi orang cenderung
mempersepsi bahwa terdapat dua kelompok / lajur titik empat lajur titik.
C. Prinsip continuity; prinsip ini menunjukkan bahwa kerja otak manusia secara alamiah
melakukan proses melengkapi informasi yang diterimanya walaupun sebenarnya stimulus
tidak lengkap.
seseorang cenderung untuk mempersepsikan bahwa ada dua garis yang bersilang
membentuk huruf “X”, alih-alih melihatnya sebagai kumpulan titik-titik.