Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang dilahirkan paling sempurna. Manusia memiliki
kemampuan kognitif untuk memproses informasi yang diperoleh dari lingkungan di
sekelilingnya melalui indera yang dimilikinya, membuat persepsi terhadap apa-apa yang dilihat
atau dirabanya, serta berfikir untuk memutuskan aksi apa yang hendak dilakukan untuk
mengatasi keadaan yang dihadapinya. Hal-hal yang dapat mempengaruhi kemampuan kognitif
pada manusia meliputi tingkat intelejensi,kondisi fisik, serta kecepatan sistem pemrosesan
informasi pada manusia. Bila kecepatan sistem pemrosesan informasi terganggu, maka akan
berpengaruh pada reaksi manusia dalam mengatasi berbagai kondisi yang dihadapi.
Keterbatasan kognitif terjadi apabila terdapat masalah atau gangguan pada kemampuan
kognitif. Masalah yang dialami bisa terjadi sejak lahir, atau terjadi perubahan pada tubuh
manusia seperti terluka, terserang penyakit, mengalami kecelakaan yang dapat menyebabkan
kerusakan salah satu indera, fisik atau juga mental. Akibat dari adanya keterbatasan kognitif ini,
manusia menjadi tidak mampu untuk memproses informasi dengan sempurna. Dengan
ketidaksempurnaan ini maka manusia yang memiliki keterbatasan kognitif mengalami masalah
dalam meraba, mempelajari atau berfikir untuk bereaksi terhadap keadaan yang dihadapinya.
Persepsi dalam arti sempit melibatkan pengalaman kita tapi secara psikis pengertian itu
tidaklah tepat. Tetapi lebih tepatnya persepsi merupakan proses yang menggabungkan dan
mengorganisir data-data indera kita ( penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa
sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar dengan diri kita sendiri. Dan
didalam mempersepsi keadaan sekitar maka kita harus melibatkan indra kita maka akan lahir
sebuah argumen yang berasal dari informasi yang dikumpulkan dan diterima oleh alat reseptor
sensorik kita sehingga kita dapat menggabungkan atau mengelompokkan data yang telah kita
terima sebelumnya melalui pengalaman awal kita.
B. Masalah

1. Pengertian dan macam-macam persepsi


2. Ciri-Ciri umam persepsi
3. Faktor yang mempengaruhi persepsi
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Persepsi
Istilah persepsi biasanya digunakan untuk mengungkapkan tentang pengalaman terhadap
suatu benda ataupun sesuatu kejadian yang dialami.
Proses pemaknaan yang bersifat psikologis sangat dipengaruhi oleh pengalaman,
pendidikan dan lingkungan sosial secara umum. Sarwono mengemukakan bahwa persepsi juga
dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman dan cara berpikir serta keadaan perasaan atau minat
tiap-tiap orang sehingga persepsi seringkali dipandang bersifat subjektif. Karena itu tidak
mengherankan jika seringkali terjadi perbedaan paham yang disebabkan oleh perbedaan persepsi
antara 2 orang terhadap 1 objek. Persepsi tidak sekedar pengenalan atau pemahaman tetapi juga
evaluasi bahkan persepsi juga bersifat inferensional (menarik kesimpulan) (Sarwono).
Persepsi, menurut Rakhmat Jalaludin, adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafslrkan pesan.
Sedangkan Menurut Ruch, persepsi adalah suatu proses tentang petunjuk inderawi (sensory) dan
pengalaman masa lampau yang relevan diorganisasikan untuk memberikan kepada kita
gambaran yang terstruktur dan bermakna pada suatu situasi tertentu. Senada dengan hal tersebut
Atkinson dan Hilgard mengemukakan bahwa persepsi adalah proses dimana kita menafsirkan
dan mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan. Gibson dan Donely menjelaskan bahwa
persepsi adalah proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh seorang individu. Dikarenakan
persepsi bertautan dengan cara mendapatkan pengetahuan khusus tentang kejadian pada saat
tertentu, maka persepsi terjadi kapan saja stimulus menggerakkan indera.
Dalam hal ini persepsi diartikan sebagai proses mengetahui atau mengenali obyek dan
kejadian obyektif dengan bantuan indera. Sebagai cara pandang, persepsi timbul karena adanya
respon terhadap stimulus. Stimulus yang diterima seseorang sangat kompleks, stimulus masuk ke
dalam otak, kernudian diartikan, ditafsirkan serta diberi makna melalui proses yang rumit baru
kemudian dihasilkan persepsi
Dalam hal ini, persepsi mencakup penerimaan stimulus (inputs), pengorganisasian
stimulus dan penerjemahan atau penafsiran stimulus yang telah diorganisasi dengan cara yang
dapat mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap, sehingga orang dapat cenderung
menafsirkan perilaku orang lain sesuai dengan keadaannya sendiri.
Sehingga dapat disimpulkan :
Persepsi adalah proses pemahaman ataupun pemberian makna atas suatu informasi
terhadap stimulus. Stimulus didapat dari proses penginderaan terhadap objek, peristiwa, atau
hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak.Proses kognisi dimulai dari
persepsi.
TUJUAN PERSEPSI
Marr (1982): Tujuan persepsi ialah memberikan gambaran internal mengenai informasi dunia
luar.
Bentuk – bentuk Persepsi
1. Persepsi visual

Persepsi visual didapatkan dari indera penglihatan.Persepsi ini adalah persepsi yang paling awal
berkembang pada bayi, dan mempengaruhi bayi dan balita untuk memahami dunianya.

2. Persepsi auditori

Persepsi auditori didapatkan dari indera pendengaran yaitu telinga.

3. Persepsi perabaan

Persepsi pengerabaan didapatkan dari indera taktil yaitu kulit.

4. Persepsi penciuman

Persepsi penciuman atau olfaktori didapatkan dari indera penciuman yaitu hidung.

5. Persepsi pengecapan

Persepsi pengecapan atau rasa didapatkan dari indera pengecapan yaitu lidah.
Macam-macam Persepsi

Persepsi manusia sebenarnya terbagi dua, yaitu persepsi terhadap objek (lingkungan fisik) dan
persepai terhadap manusia. Persepsi terhadap manusia sering juga disebut persepsi sosial.
a) Persepsi terhadap lingkungan fisik
Persepsi orang terhadap lingkungan fisik tidaklah sama, dalam arti berbeda-beda., karena
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
• Latar belakang pengalaman
• Latar belakang budaya
• Latar belakang psikologis
• Latar belakang nilai, keyakinan, dan harapan
• Kondisi factual alat-alat panca indera di mana informasi yang sampai kepada orang itu adalah
lewat pintu itu

b) Persepsi terhadap manusia


persepsi terhadap manusia atau persepai sosial adalah proses menangkap arti objek-objek
sosial dan kejadian-kejadian yang kita alami dalam lingkungan kita. Setiap orang memilki
gambaran yang berbeda mengenai realitas di sekelilingnya. Dengan kata lain, setiap orang
mempunyai persepsi yang berbeda terhadap lingkungan sosialnya.

Ciri-ciri umum dunia persepsi


Penginderaan terjadi dalam suatu konteks tertentu, konsep ini biasa disebut dunia persepsi.
Agar dapat dihasilkan suatu penginderan yang bermakna, ada ciri – ciri umum tertentu dalam
dunia persepsi :

1. Modalitas : rangsangan yang diterima harus sesuai dengan modalitas tiap –tiap indera,
yaitu sifat sensori dasar masing-masing.
2. Dimensi ruang : dunia persepsi mempunyai sifat ruang ( dimensi ruang).
3. Dimensi waktu : dunia persepsi mempunyai dimensi waktu, seperti cepat lambat, tua
muda, dan lain-lain.
4. Struktur konteks, keseluruhan yang menyatu : objek-objek atau gejala-gejala dalam dunia
pengamatan mempunyai struktur yang menyatu dengan konteksnya. Struktur dan konteks
ini merupakan keseluruhan yang menyatu.
5. Dunia penuh arti; dunia persepsi adalah dunia penuh arti. kita cenderung pengamatan
pada gejala-gejala yang mempunyai makna bagi kita, yang ada hubungannya dengan
tujuan yang ada dalam diri kita.

Dimensi Penginderaan
Bentangan sifat-sifat penerimaan rangsangan yang dapat kita paparkan seperti kuat-lemah, lama-
sebentar, kasar-halus, dan sebagainya disebut dimensi penginderaan.
Ada empat dimensi penginderaan:
- Intensitas: kuat-lemahnya penginderaan suatu rangsang tertentu.
- Ekstensitas: penghayatan terhadap tebal-tipis, luas-sempit, besar-kecil, dll.
- Lamanya: penginderaan dapat berlangsung lama atau sebentar.
- Kualitas: kemampuan kita membedakan kualitas rangsang misalnya nada atau warna.

Ambang Penginderaan

Intensitas suatu rangsang tertentu agar dapat disadari disebut ambang penginderaan.
Ambang penginderaan terdiri dari:
- Ambang perangsang absolut: intensitas rangsang terkecil yang masih dapat menimbulkan
penginderaan;
- Ambang perbedaan: perbedaan intensitas rangsang terkecil yang dapat dibedakan oleh alat
indera;
- Tinggi rangsang: pertambahan intensitas rangsang akan diikuti oleh pertambahan intensitas
penginderaan sampai mencapai maksimum yakni di mana intensitas rangsang tidak dapat
dibedakan lagi;
- Penyesuaian sensoris: bisa terjadi karena berkurangnya kepekaan indera
(negatif), bertambahnya kepekaan indera (positif), dan karena pergeseran titik sentral.

Alat-alat Indera

Alat-alat indera meliputi higher senses (mata dan telinga) dan lower senses (lidah, hidung dan
permukaan kulit). Alat-alat itu dapat kita sebutkan berikut ini:
. Penglihatan: yakni mata, peka terhadap cahaya sehingga kita dapat membedakan terang dan gelap, hitam dan
putih, warna.
b. Pendengaran: yakni telinga, peka terhadap getaran yang menghasilkan bunyi.
c. Penciuman: hidung yang peka terhadap bau
. Pengecapan: lidah yang peka terhadap rasa (manis, asin, asam, pahit = empat macam rasa yang dapat
diterima). Rasa lain merupakan gabungan dari rasa-rasa itu.
e. Peraba: tidak terbatas pada permukaan kulit saja, tetapi juga menyangkut alat-alat yang peka terhadap
orientasi dan keseimbangan. Berat, gerak (sistem vestibular) dan kualitas permukaan di sekitar
kita, letak anggota badan dan tegangan otot (sistem raba).
Pengamatan Dunia Nyata
Untuk kita ketahui, persepsi bersifat subjektif karena bukan sekadar penginderaan. Persepsi
selalu terjadi dalam konteks tertentu.
Ada beberapa prinsip umum yang mengatur pengamatan kita terhadap dunia nyata:
- Konstatansi: bersifat psikologis karena arti dari suatu objek atau gejala bagi kita bersifat
tetap.
Ada tiga macam konstatansi, yakni:
· konstatansi tempat atau lokasi
· konstatansi warna
· konstatansi bentuk dan ukuran
- Figur dan Latar Belakang: keberadaan suatu objek pengamatan menggejala sebagai suatu
figur yang menonjol di antara objek-objek lain (latar belakang), baik karena sifatnya memang
menonjol di antara objek-objek lain maupun karena si pengamat sengaja memusatkan
perhatiannya pada objek tertentu.

Ada beberapa cara persepsi berdasarkan totalitas


Gestalt:
1. Hukum kedekatan (proximity): objek-objek persepsi yang berdekatan cenderung diamati
sebagai suatu kesatuan.
2. Hukum kesamaan (similarity): Objek cenderung diamati sebagai totalitas karena mempunyai
sebagian besar ciri-ciri yang sama.
3. Hukum bentuk-bentuk tertutup (closure): bentuk-bentuk yang sudah kita kenal, walau hanya
nampak sebagian atau tidak sempurna, kita lihat sebagai sempurna.
4. Hukum kesinambungan (continuity): pola-pola yang sama dan berkesinambungan, walau
ditutup oleh pola-pola lain, tetap diamati sebagai kesatuan.
Hukum gerak bersama (common fate): unsur-unsur yang bergerak dengan cara dan arah yang
sama dilihat sebagai suatu kesatuan.
- Persepsi Kedalaman (depth perception): kemampuan indera penglihatan untuk mengindera
ruang.
Ada beberapa patokan yang digunakan manusia dalam persepsi kedalaman yaitu:
1. Perspektif atmosferik: semakin jauh objek, semakin kabur.
2. Perspektif linier: semakin jauh, garis-garis akan makin menyatu menjadi satu
titik (konvergensi).
3. Kualitas permukaan (texture gradient), berkurangnya ketajaman kualitas texture karena jarak
makin jauh.
4. Posisi relatif: objek yang jauh akan ditutupi atau kualitasnya menurun karena bayangan
objek-objek yang lebih dekat.
5. Sinar dan bayangan: bagian permukaan yang lebih jauh dari sumber cahaya akan lebih gelap
dibanding yang lebih dekat.
6. Patokan yang sudah dikenal: benda-benda yang sudah kita kenal ukurannya akan lebih kecil
di kejauhan.
7. Persepsi Gerak: pengamatan terhadap sesuatu yang berpindah posisinya dari patokan. Kalau
patokan tidak jelas, maka kita akan memperoleh informasi gerakan semu.
Ada dua macam gerakan semu:
· Efek otokinetik, bila kita memandang setitik cahaya dalam keadaan gelap gulita, cahaya itu
akan nampak bergerak.
· Gerakan stroboskopik: terjadi karena ada dua rangsang yang berbeda yang muncul hampir
bersamaan.
- Ilusi: kesalahan dalam persepsi, yaitu memperoleh kesan yang salah mengenai fakta-fakta
objektif yang disajikan oleh alat-alat indera kita.
· Ilusi disebabkan oleh faktor-faktor eksternal: (gambar atau bayangan di cermin kelihatannya
terletak di belakang cermin)
· Ilusi disebabkan kebiasaan: rangsang-rangsang yang disajikan sesuai dengan kebiasaan kita
dalam mengenali rangsang akan dengan mudah menimbulkan ilusi.
· Ilusi karena kesiapan mental atau harap tertentu: kita akan sering melihat sesuatu yang mirip
dengan barang yang hilang yang sangat kita harapkan untuk kembali.
· Ilusi karena kondisi rangsang terlalu kompleks: bila rangsang yang diamati terlalu
kompleks, maka rangsang tersebut dapat menutup-nutupi atau menyamarkan fakta-fakta
objektif.

Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Persepsi


Karena persepsi lebih bersifat psikologis daripada merupakan proses penginderaan
saja, maka ada beberapa faktor yang mempengaruhi. Perhatian yang selektif: pemusatan
perhatian pada rangsang-rangsang tertentu saja. Ciri-ciri rangsang: rangsang yang bergerak di
antara rangsang-rangsang yang diam akan lebih menarik perhatian. Nilai-nilai dan kebutuhan
individu: seorang seniman mempunyai pengamatan yang berbeda dengan yang bukan seorang
seniman dalam mengamati objek tertentu. Pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi
bagaimana seseorang mempersepsi dunianya.
Ahli psikologi sosial yang menganut aliran kognitif berpendapat bahwa di dunia ini
terdapat 2 macam realitas, yaitu realitas obyektif dan realitas subyektif. Setiap obyek adalah
sama, tetapi bila diamati oleh orang yang berbeda maka akan terjadi interpretasi yang berbeda
terhadap obyek tersebut. (Ancok, dkk., 1988).

Menurut Tagiuri (dalam Harvey dan Smith, 1977) ada 3 faktor yang mempengaruhi
persepsi, yaitu
(1) keadaan stimulus yang diamati;
(2) situasi sosial tempat pengamatan itu terjadi dan
(3) karakteristikm pengamatan.

Lebih jauh Walgito (1991) menjelaskan bahwa :

(a) mengenai stimulus, agar dapat dipersepsi, stimulus harus cukup kuat, melampui ambang
batas, berwujud manusia atau tidak (bila tidak berwujud manusia, ketepatan persepsi ada
pada individu.
(b) keadaan individu dari segi fisiologis dan psikologis, di mana dari segi fisiologis sistem syaraf
harus dalam keadaan baik, sedangkan secara psikologis, pengalaman, kerangka acuan,
perasaan, kemampuan berpikir dan motivasi akan berpengaruh dalam persepsi seseorang, dan
terakhir.
(c) lingkungan atau situasi, di mana bila objeknya manusia, maka objek dengan lingkungan yang
melatar belakanginya merupakan kesatuan yang sulit dipisahkan. Demikian ini maka, dapat
disimpulkan bahwa persepsi itu sangat subyektif karena disamping dipengaruhi oleh stimulus
dan situasi pengamatan juga dipengaruhi oleh pengalaman, harapan, motif, kepribadian, dan
keadaan fisik individu
Persepsi Bukan Cermin Realitas
Persepsi merupakan salah satu cara kerja (Proses) yang rumit dan aktif. Orang sering kali
menganggap bahwa persepsi menyajikan suatu pencerminan yang sempurna mengenai
realitas atau kenyataan. Anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar, sebab persepsi bukan
merupakan cermin realitas. Hal tersebut dikarenakan atau dipengaruhi oleh faktor – faktor
berikut :

1. Indra kita tidak memberikan respon terhadap aspek yang ada dalam lingkungan.
2. Manusia sering kali melakukan persepsi rangsangan – rangsangan yang pada
kenyataannya tidak ada.
3. Persepsi seseorang tergantung dari apa yang ia harapkan dan tergantung dari
pengalaman masa lalu serta adanya motivasi.

Hakikat Persepsi
Persepsi ternyata banyak melibatkan kegiatan kognitif, orang telah menentukan apa
yang telah akan diperhatikan. Setiap kali kita memusatkan perhatian lebih besar kemungkinan
tak akan memperoleh makna darri apa yang kita tangkap, lalu menghubungkannya dengan
pengaaman yang lalu, dan dikemudian hari akan diingat kembali.
Kesadaran juga mempengaruhi persepsi, bila kita dalam keadaan bahagia, maka
pemandangan yang kita lihat akan sangat indah sekali. Tetapi sebaliknya, jika kita dalam
keadaan murung, pemandangan yang indah yang kita lihat mungkin akan membuat kita
merasa bosan, ingatan akan berperan juga dalam persepsi. Indra kita akan secara teratur akan
menyimpan data yang kita terima, dalam rangka memberi arti. Orang cenderung terus-
menerus untuk membanding-bandingkan penglihatan, suara dan penginderaan yang lainnya
dengan ingatan pengalaman lalu yang mirip. Proses informasi juga mempunyai peran dala
persepsi. Bahasa jelas dapat memengaruhi kognisi kita, memberika bentuk secara tidak
langsung seorang mempersepsi dunianya.

Pembedaan dengan sensasi


Istilah persepsi sering dikacaukan dengan sensasi. Sensasi hanya berupa kesan sesaat,
saat stimulus baru diterima otak dan belum diorganisasikan dengan stimulus lainnya dan
ingatan-ingatan yang berhubungan dengan stimulus tersebut.<persepsi/> Misalnya meja yang
terasa kasar, yang berarti sebuah sensasi dari rabaan terhadap meja.
Sebaliknya persepsi memiliki contoh meja yang tidak enak dipakai menulis, saat otak
mendapat stimulus rabaan meja yang kasar, penglihatan atas meja yang banyak coretan, dan
kenangan di masa lalu saat memakai meja yang mirip lalu tulisan menjadi jelek.

Syarat Terjadinya Persepsi


Persepsi terdiri atas : perhatian dan stimulus. Syarat Terjadinya Persepsi yaitu :

1. Adanya objek yang di persepsi (fisik/kealaman)

2. Alat indera atau reseptor (fisiologis)


3. Perhatian (psikologis)
Perhatian

Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang
ditujukan kepada suatu atau sekumpulan objek. Perhatian merupakan penyeleksian terhadap
stimulus. Perhatian dan kesadaran mempunyai korelasi positif. Makin di perhatikan suatu
objek akan makin disadari objek itu dan makin jelas bagi individu.

Daerah perhatian

1. Daerah pusat perhatian (disadari sepenuhnya)

2. Daerah peralihan (samar-samar)

3. Daerah tidak diperhatikan (tidak disadari)

Perhatian menurut timbulnya


1. Perhatian spontan yaitu perhatian yang timbul dengan sendirinya. Berhubungan dengan
minat individu. Mis : minat music, secara spontan perhatiannya tertuju pada music walaupun
lagi mengerjakan sesuatu.
2. Perhatian tidak spontan yaitu perhatian yang ditimbulkan dengan sengaja karena itu harus
ada kemauan untuk menimbulkannya. Mis : mahasiswa mau tidak mau harus memperhatikan
mata kuliah tertentu, walaupun ia tidak menyukainya.

Perhatian menurut banyaknya objek


1. Perhatian sempit yaitu individu pada suatu waktu hanya dapat memperhatikan sedikit objek
2. Perhatian luas yaitu individu pada suatu waktu dapat memperhatikan banyak objek pada
suatu waktu sekaligus. Mis : kepasar malam, ada orang yang dapat menangkap banyak objek
sekaligus, tetapi sebaliknya ada orang tidak dapat berbuat demikian.

Perhatian menurut focus objek

1. Perhatian terpusat yaitu individu pada suatu waktu hanya dapat memusatkan perhatiannya
pada satu objek. Sejalan dengan perhatian sempit.

2. Perhatian terbagi-bagi yaitu individu pada suatu waktu dapat memperhatikan banyak
hal/objek. Sejalan dengan perhatian luas.

Perhatian menurut fluktuasinya

1. Perhatian statis yaitu individu dalam waktu tertentu dapat dengan statis atau tetap
perhatiannya tertuju pada objek tertentu.

Perhatian semacam ini sukar memindahkan perhatiannya dari satu objek ke objek lainnya.

2. Perhatian dinamis yaitu individu dapat memindahkan perhatiannya secara lincah dari suatu
objek ke objek lainnya.
Tes perhatian

Ø Tes bourdon berwujud sekumpulan titik-titik yang tertentu jumlahnya.

Ø Tes kraepelirr berwujud sederetan angka-angka, dan tesete ditugaskan untuk


menjumlahkan angka-angka yang berdekatan.

Kedua tes ini untuk mengetahui :

1. Pengaruh gangguan terhadap perhatian.

2. Macam perhatian apa yang ada pada individu

3. Ritme dan tempo individu bekerja

4. Ketelitian individu bekerja.


Informasi Lain yang Berkaitan:

* Aplikasi teknologi fisioterapi dan efek fisiologis teknologi fisioterapi pada hemiparese
dextra oleh karena stroke non haemorhagik
* Good Postur and Poor Postur
* Komunikasi Teraupetik Pada Usia Akhir
* Perkembangan Otak dan Susunan Saraf Pusat
* Konsep Penyebab Penyakit.

Proses Persepsi

Alport (dalam Mar’at, 1991) proses persepsi merupakan suatu proses kognitif
yang dipengaruhi oleh pengalaman, cakrawala, dan pengetahuan individu. Pengalaman dan
proses belajar akan memberikan bentuk dan struktur bagi objek yang ditangkap panca indera,
sedangkan pengetahuan dan cakrawala akan memberikan arti terhadap objek yang ditangkap
individu, dan akhirnya komponen individu akan berperan dalam menentukan tersedianya
jawaban yang berupa sikap dan tingkah laku individu terhadap objek yang ada.

Walgito (dalam Hamka, 2002) menyatakan bahwa terjadinya persepsi merupakan


suatu yang terjadi dalam tahap-tahap berikut:
1. Tahap pertama, merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses kealaman atau proses
fisik, merupakan proses ditangkapnya suatu stimulus oleh alat indera manusia.
2. Tahap kedua, merupakan tahap yang dikenal dengan proses fisiologis, merupakan proses
diteruskannya stimulus yang diterima oleh reseptor (alat indera) melalui saraf-saraf sensoris.
3. Tahap ketiga, merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses psikologik, merupakan
proses timbulnya kesadaran individu tentang stimulus yang diterima reseptor.
4. Tahap ke empat, merupakan hasil yang diperoleh dari proses persepsi yaitu berupa tanggapan
dan perilaku.

Berdasarkan pendapat para ahli yang telah dikemukakan, bahwa proses persepsi
melalui tiga tahap, yaitu:
1. Tahap penerimaan stimulus, baik stimulus fisik maupun stimulus sosial melalui alat indera
manusia, yang dalam proses ini mencakup pula pengenalan dan pengumpulan informasi
tentang stimulus yang ada.
2. Tahap pengolahan stimulus sosial melalui proses seleksi serta pengorganisasian informasi.
3. Tahap perubahan stimulus yang diterima individu dalam menanggapi lingkungan melalui
proses kognisi yang dipengaruhi oleh pengalaman, cakrawala, serta pengetahuan individu.

SIFAT-SIFAT PERSEPSI

1. Persepsi Bersifat Dugaan

Oleh karena data yang kita peroleh mengenai objek lewat penginderaan tidak
pernah lengkap, persepsi merupakan loncatan langsung pada kesimpulan. Seperti proses
seleksi, langkah ini dianggap perlu karena kita tidak mungkin memperoleh seperangkat
rincian yang lengkap lewat kelima indera kita.

Proses persepsi yang bersifat dugaan itu memungkinkan kita menafsirkan suatu objek
dengan makna yang lebih lengkap dari suatu sudut pandang manapun. Oleh karena informasi
yang lengkap tidak pernah tersedia, dugaan diperlukan untuk membuat suatu kesimpulan
berdasarkan informasi yang tidak lengkap lewat penginderaan itu. Kita harus mengisi ruang
yang kosong untuk melengkapi gambaran itu dan menyediakan informasi yang hilang
.
Dengan demikian, persepsi juga adalah suatu proses mengorganisasikan informasi yang
tersedia, menempatkan rincian yang kita ketahui dalam suatu skema organisasional tertentu
yang memungkinkan kita memperolah suatu makna lebih umum.

2. Persepsi Bersifat Evaluatif

Persepsi adalah suatu proses kognitif psikologis dalam diri kita yang mencerminkan
sikap, kepercayaan, nilai, dan pengharapan yang kita gunakan untuk memaknai objek
persepsi. Dengan demikian, persepsi bersifat pribadi dan subjektif. Menggunakan kata-kata
Andrea L. Rich, “persepsi pada dasarnya memiliki keadaan fisik dan psikologis individu,
alih-alih menunjukkan karakteristik dan kualitas mutlak objek yang dipersepsi”. Dengan
ungkapan Carl Rogers, “individu bereaksi terhadap dunianya yang ia alami dan
menafsirkannya dan dengan demikian dunia perseptual ini, bagi individu tersebut, adalah
realitas”.

3. Persepsi Bersifat Konstektual

Suatu rangsangan dari luar harus diorganisasikan. Dari semua pengaruh yang ada dalam
persepsi kita, konteks merupakan salah satu pengaruh yang paling kuat. Konteks yang
melingkungi kita ketika kita melihat seseorang, suatu objek atau suatu kejadian sangat
mempengaruhi struktur kognitif, pengharapan dan juga persepsi kita.
Dalam mengorganisasikan suatu objek, yakni meletakkannya dalam suatu konteks tertentu,
kita menggunakan prinsip-prinsip berikut:
a. Prinsip pertama. Stuktur objek atau kejadian berdasarkan prinsip kemiripan atau kedekatan
dan kelengkapannya
.
b. Prinsip kedua. Kita cenderung mempersepsi suatu rangsangan atau kejadian yang terdiri
dari objek dan latar belakangnya
Menurut Newcomb (dalam Arindita, 2003), ada beberapa sifat yang menyertai proses
persepsi, yaitu:
1. Konstansi (menetap): Dimana individu mempersepsikan seseorang sebagai orang itu sendiri
walaupun perilaku yang ditampilkan berbeda-beda.
2. Selektif: persepsi dipengaruhi oleh keadaan psikologis si perseptor. Dalam arti bahwa
banyaknya informasi dalam waktu yang bersamaan dan keterbatasan kemampuan perseptor
dalam mengelola dan menyerap informasi tersebut, sehingga hanya informasi tertentu saja
yang diterima dan diserap.
Proses organisasi yang selektif: beberapa kumpulan informasi yang sama dapat disusun ke
dalam pola-pola menurut cara yang berbeda-beda.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Thoha (1993) berpendapat bahwa persepsi pada umumnya terjadi karena dua faktor,
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari dlam diri individu,
misalnya sikap, kebiasaan, dan kemauan. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor
yang berasal dari luar individu yang meliputi stimulus itu sendiri, baik sosial maupun fisik.

Dijelaskan oleh Robbins (2003) bahwa meskipun individu-individu memandang pada


satu benda yang sama, mereka dapat mempersepsikannya berbeda-beda. Ada sejumlah faktor
yang bekerja untuk membentuk dan terkadang memutar-balikkan persepsi. Faktor-faktor ini
dari :

1) Pelaku persepsi (perceiver).


2) Objek atau yang dipersepsikan.
3) Konteks dari situasi dimana persepsi itu dilakukan.

Berbeda dengan persepsi terhadap benda mati seperti meja, mesin atau gedung, persepsi
terhadap individu adalah kesimpulan yang berdasarkan tindakan orang tersebut. Objek yang
tidak hidup dikenai hukum-hukum alam tetapi tidak mempunyai keyakinan, motif atau
maksud seperti yang ada pada manusia. Akibatnya individu akan berusaha mengembangkan
penjelasan-penjelasan mengapa berperilaku dengan cara-cara tertentu. Oleh karena itu,
persepsi dan penilaian individu terhadap seseorang akan cukup banyak dipengaruhi oleh
pengandaian-pengadaian yang diambil mengenai keadaan internal orang itu (Robbins, 2003).

Gilmer (dalam Hapsari, 2004) menyatakan bahwa persepsi dipengaruhi oleh berbagai
faktor, antara lain faktor belajar, motivasi, dan pemerhati perseptor atau pemersepsi ketika
proses persepsi terjadi. Dan karena ada beberapa faktor yang bersifat yang bersifat subyektif
yang mempengaruhi, maka kesan yang diperoleh masing-masing individu akan berbeda satu
sama lain.
Oskamp (dalam Hamka, 2002) membagi empat karakteristik penting dari faktor-faktor
pribadi dan sosial yang terdapat dalam persepsi, yaitu:

a. Faktor-faktor ciri dari objek stimulus.


b. Faktor-faktor pribadi seperti intelegensi, minat.
c. Faktor-faktor pengaruh kelompok.
d. Faktor-faktor perbedaan latar belakang kultural.

Persepsi individu dipengaruhi oleh faktor fungsional dan struktural. Faktor fungsional
ialah faktor-faktor yang bersifat personal. Misalnya kebutuhan individu, usia, pengalaman
masa lalu, kepribadian,jenis kelamin, dan hal-hal lain yang bersifat subjektif. Faktor
struktural adalah faktor di luar individu, misalnya lingkungan, budaya, dan norma sosial
sangat berpengaruh terhadap seseorang dalam mempresepsikan sesuatu.
Dari uraian di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan, bahwa persepsi dipengaruhi oleh
beberapa faktor internal dan eksternal, yaitu faktor pemersepsi (perceiver), obyek yang
dipersepsi dan konteks situasi persepsi dilakukan.

Aspek-aspek Persepsi

Pada hakekatnya sikap adalah merupakan suatu interelasi dari berbagai komponen, dimana
komponen-komponen tersebut menurut Allport (dalam Mar'at, 1991) ada tiga yaitu:

1. Komponen kognitif

Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki
seseorang tentang obyek sikapnya. Dari pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu
keyakinan tertentu tentang obyek sikap tersebut.

2. Komponen Afektif

Afektif berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Jadi sifatnya evaluatif
yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau sistem nilai yang dimilikinya.

3. Komponen Konatif

Yaitu merupakan kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang berhubungan


dengan obyek sikapnya.

Baron dan Byrne, juga Myers (dalam Gerungan, 1996) menyatakan bahwa sikap itu
mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap, yaitu:
1. Komponen kognitif (komponen perseptual), yaitu komponen yang berkaitan dengan
pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana
orang mempersepsi terhadap objek sikap.
2. Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa
senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif,
sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatif.
3. Komponen konatif (komponen perilaku, atau action component), yaitu komponen yang
berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini
menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak
atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap.

Rokeach (Walgito, 2003) memberikan pengertian bahwa dalam persepsi terkandung


komponen kognitif dan juga komponen konatif, yaitu sikap merupakan predisposing untuk
merespons, untuk berperilaku. Ini berarti bahwa sikap berkaitan dengan perilaku, sikap
merupakan predis posisi untuk berbuat atau berperilaku.
Dari batasan ini juga dapat dikemukakan bahwa persepsi mengandung komponen kognitif,
komponen afektif, dan juga komponen konatif, yaitu merupakan kesediaan untuk bertindak
atau berperilaku. Sikap seseorang pada suatu obyek sikap merupakan manifestasi dari
kontelasi ketiga komponen tersebut yang saling berinteraksi untuk memahami, merasakan
dan berperilaku terhadap obyek sikap. Ketiga komponen itu saling berinterelasi dan konsisten
satu dengan lainnya. Jadi, terdapat pengorganisasian secara internal diantara ketiga
komponen tersebut

Psikologi Persepsi

Dalam psikologi, persepsi visual adalah kemampuan manusia untuk


menginterpretasikan informasi yang ditangkap oleh mata. Hasil dari persepsi ini disebut
sebagai penglihatan (eyesight, sight atau vision). Unsur-unsur ragam psikologi dalam
penglihatan secara umum terangkum dalam sistem visual (visual system). Sistem visual pada
manusia memungkinkan untuk beradaptasi dengan informasi dari lingkungannya.

Masalah utama dari persepsi visual ini tidak semata-mata apa yang dilihat manusia
melalui retina matanya. Namun lebih daripada itu adalah bagaimana menjelaskan persepsi
dari apa yang benar-benar manusia lihat.

Peranan Psikologi Persepsi dalam Desain Komunikasi Visual

Bahwa ada faktor untuk harus menyampaikan suatu pesan yang sifatnya persuasif,
maka peranan psikologi persepsi sangat dibutuhkan di sini. Sebagai penyampai pesan kita
harus memahami keadaan dan sifat-sifat dari sasaran kita (target audience). Dengan kita
memahami apa, siapa dan bagaimana dari sasaran kita. Sehingga semua apa yang kita
sampaikan akan mengena dan efisien. Sebuah pesan akan percuma jika tidak dipahami oleh
penerimanya. Bila kita bicara dengan perbandingan biaya yang kita keluarkan, maka hal
tersebut sama saja dengan pemborosan. Dengan demikian sebelum kita melakukan
penyampaian pesan, kita harus pahami dulu sasaran kita. Setelah itu baru menentukan
bagaimana pesan tersebut disampaikan.

Determinan Persepsi

Di samping faktor-faktor teknis seperti kejelasan stimulus [mis. suara yang jernih,
gambar yang jelas], kekayaan sumber stimulus [mis. media multi-channel seperti audio-
visual], persepsi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor psikologis. Faktor psikologis ini bahkan
terkadang lebih menentukan bagaimana informasi / pesan / stimulus dipersepsikan.
Faktor yang sangat dominan adalah faktor ekspektansi dari si penerima informasi sendiri.
Ekspektansi ini memberikan kerangka berpikir atau perceptual set atau mental set tertentu
yang menyiapkan seseorang untuk mempersepsi dengan cara tertentu. Mental set ini
dipengaruhi oleh beberapa hal.

a.Ketersediaan informasi sebelumnya; ketiadaan informasi ketika seseorang menerima


stimulus yang baru bagi dirinya akan menyebabkan kekacauan dalam mempersepsi. Oleh
karena itu, dalam bidang pendidikan misalnya, ada materi pelajaran yang harus terlebih
dahulu disampaikan sebelum materi tertentu. Seseorang yang datang di tengah-tengah
diskusi, mungkin akan menangkap hal yang tidak tepat, lebih karena ia tidak memiliki
informasi yang sama dengan peserta diskusi lainnya. Informasi juga dapat menjadi cues
untuk mempersepsikan sesuatu.

b.Kebutuhan; seseorang akan cenderung mempersepsikan sesuatu berdasarkan kebutuhannya


saat itu. Contoh sederhana, seseorang akan lebih peka mencium bau masakan ketika lapar
daripada orang lain yang baru saja makan.

c.Pengalaman masa lalu; sebagai hasil dari proses belajar, pengalaman akan sangat
mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsikan sesuatu. Pengalaman yang
menyakitkan ditipu oleh mantan pacar, akan mengarahkan seseorang untuk mempersepsikan
orang lain yang mendekatinya dengan kecurigaan tertentu. Contoh lain yang lebih ekstrim,
ada orang yang tidak bisa melihat warna merah [dia melihatnya sebagai warna gelap, entah
hitam atau abu-abu tua] karena pernah menyaksikan pembunuhan. Di sisi lain, ketika
seseorang memiliki pengalaman yang baik dengan bos, dia akan cenderung mempersepsikan
bosnya itu sebagai orang baik, walaupun semua anak buahnya yang lain tidak senang dengan
si bos.

Faktor psikologis lain yang juga penting dalam persepsi adalah berturut-turut: emosi,
impresi dan konteks.

a.Emosi; akan mempengaruhi seseorang dalam menerima dan mengolah informasi pada suatu
saat, karena sebagian energi dan perhatiannya [menjadi figure] adalah emosinya tersebut.
Seseorang yang sedang tertekan karena baru bertengkar dengan pacar dan mengalami
kemacetan, mungkin akan mempersepsikan lelucon temannya sebagai penghinaan.

b.Impresi; stimulus yang salient / menonjol, akan lebih dahulu mempengaruhi persepsi
seseorang. Gambar yang besar, warna kontras, atau suara yang kuat dengan pitch tertentu,
akan lebih menarik seseorang untuk memperhatikan dan menjadi fokus dari persepsinya.
Seseorang yang memperkenalkan diri dengan sopan dan berpenampilan menarik, akan lebih
mudah dipersepsikan secara positif, dan persepsi ini akan mempengaruhi bagaimana ia
dipandang selanjutnya.

c.Konteks; walaupun faktor ini disebutkan terakhir, tapi tidak berarti kurang penting, malah
mungkin yang paling penting. Konteks bisa secara sosial, budaya atau lingkungan fisik.
Konteks memberikan ground yang sangat menentukan bagaimana figure dipandang. Fokus
pada figure yang sama, tetapi dalam ground yang berbeda, mungkin akan memberikan makna
yang berbeda.

Prinsip pengorganisasian Visual


Untuk mempersepsi stimulus mana menjadi figure dan mana yang ditinggalkan sebagai
ground, ada beberapa prinsip pengorganisasian.

A. Prinsip proximity (kedekatan); seseorang cenderung mempersepsi stimulus-stimulus


yang berdekatan sebagai satu kelompok.

Contoh visual

Pada contoh ini, seseorang akan cenderung melihat ada dua kelompok gambar titik hitam
dibandingkan dengan ada 4 lajur titik.

Sebagai contoh dalam kehidupan sehari-hari, kebanyakan orang akan


mempersepsikan beberapa orang yang sering terlihat bersama-sama sebagai sebuah kelompok
/ peer group. Untuk orang yang tidak mengenal dekat anggota “kelompok” itu, bahkan akan
tertukar identitas satu dengan yang lainnya, karena masing-masing orang [sebenarnya ada 4
lajur titik] terlabur identitasnya dengan keberadaan orang lain [dipersepsi sebagai 2 kelompok
titik].

B. Prinsip similarity (kesamaan); seseorang akan cenderung mempersepsikan stimulus


yang sama sebagai satu kesatuan.

Contoh visual

Pada gambar ini, walaupun jarak antar titik sama, tetapi orang cenderung
mempersepsi bahwa terdapat dua kelompok / lajur titik empat lajur titik.

C. Prinsip continuity; prinsip ini menunjukkan bahwa kerja otak manusia secara alamiah
melakukan proses melengkapi informasi yang diterimanya walaupun sebenarnya stimulus
tidak lengkap.

Contoh visual Pada gambar ini,

seseorang cenderung untuk mempersepsikan bahwa ada dua garis yang bersilang
membentuk huruf “X”, alih-alih melihatnya sebagai kumpulan titik-titik.

Dalam kehidupan sehari-hari, contohnya adalah fenomena tentang bagaimana gosip


bisa begitu berbeda dari fakta yang ada. Fakta yang diterima sebagai informasi oleh
seseorang, kemudian diteruskan ke orang lain setelah “dilengkapi” dengan informasi lain
yang dianggap relevan walaupun belum menjadi fakta atau tidak diketahui faktanya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pada dasarnya dalam kehidupannya, manusia tidak lepas dari kegiatan komunikasi.
Komunikasi digunakan untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan dan manusia lainnya.
Dalam berkomunikasi, manusia menerima stimulus dari yang lain, sehingga ia dapat
memberikan respon dari stimulus tersebut melalui panca indera yang dimilikinya. Namun
dari stimulus-stimulus yang sama mungkin akan ditafsirkan secara berbeda oleh orang yang
berbeda. Alat-alat indera yang dimiliki manusia menyebabkan manusia mampu berpikir,
merasakan, dan memiliki persepsi tertentu mengenai dirinya dan dunia sekitarnya. Prasyarat
terjadinya persepsi adalah penangkapan stimulus oleh alat-alat indera, sehingga peranan alat-
alat indera sangat penting.

Anda mungkin juga menyukai