Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN PERILAKU MENGGOSOK GIGI DAN POLA JAJAN ANAK

DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA MURID SD NEGERI 157 PALEMBANG

1
Indah Permatasari, 2*Dhona Andhini
1,2
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas`Sriwijaya
*
E-mail: dhonaandhini@yahoo.com

Abstrak

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku menggosok gigi dan pola jajan anak
dengan kejadian karies gigi pada murid SD Negeri 157 Palembang.

Metode: Penelitian ini merupakan survei dengan desain cross-sectional dan dilakukan di SD N Negeri 157
Palembang. Populasi penelitian adalah seluruh murid SD N Negeri 157 Palembang sejumlah 987 orang.
Sampel didapat dari rumus Taro Yamane berjumlah 100 orang. Metode pengembilan data primer diperoleh
dari formulir food frequency tentang pola jajan anak, data karies gigi diperoleh dari pemeriksaan langsung,
dan data tentang perilaku menggosok gigi diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner.
Data sekunder diperoleh dari dokumen sekolah. Setelah semua data diolah kemudian data dianalisis dengan
menggunakan uji independensi Chi-Square.

Hasil: Hasil penelitian diperoleh pola jajan anak yang buruk cenderung tinggi (93%) hal ini berpengaruh
besar terhadap kejadian karies gigi anak, keadaan diperburuk dengan tingkat pengetahuan anak dalam
menggosok gigi yang kurang sebanyak (59%), sikap anak dalam menggosok gigi yang tidak mendukung
(61%), tindakan anak dalam menggosok gigi yang tidak baik (55%). Hasil uji X2 menunjukkan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara perilaku menggosok gigi pada anak dengan kejadian karies gigi, (p<0,05)
dan ada hubungan antara pola jajan anak dengan kejadian karies gigi (p<0,05).

Simpulan: Oleh karena itu, masalah kesehatan gigi pada anak SD perlu diperhatikan agar penyakit karies
gigi dapat dicegah secara dini. Diharapkan kepada petugas kesehatan untuk meningkatkan penyuluhan
tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut melalui progran UKGS.

Kata Kunci: Perilaku, menggosok gigi, karies gigi

Abstract

Aims: This research is intended to know the relationship among eating habits and the maintenance of dental
health and dental caries among the elementary school children 157 Palembang.

Methods: This study is survey research with cross-sectional design and it is carried out in state elementary
school 157 Palembang. The population of the research is those students in SD Negeri 157 Palembang with
the total sampling for 987 students. The sample in this research are 100 students. The primary data is taken
by using food frequency questionnaire regarding the Street food pattern habit, the data on dental caries is
obtained from direct checking using dental checking diagnosis, and the data regarding the dental treatment
obtained from the interview using the questionaire. Being collected all data, it is analyzed using Chi-Square
(X2) Independency Test.

Jurnal Keperawatan Sriwijaya, Volume 1 - Nomor 1, Juli 2014, ISSN No 2355 5459 39
Results: The result of research shows that children Street food pattern bad habit is high (93%), children bad
knowledge about brushing teeth (59%), the bad attitude of children in brushing teeth (61%) and the bad
action of children in brushing teeth (55%). X2 test shows significant relationship between the feeding
frequency and dental caries between dental health maintenance and dental caries.

Conclusion: The problem of dental caries should be considered on the students of elementary school in order
to have early prevention. It is expected for those health care providers to add the counseling regarding dental
and mouth health maintenance through UKGS program.

Key Words: Behavior, brushing teeth, dental caries

PENDAHULUAN Palembang, merupakan sekolah dasar di


wilayah kerja Puskesmas Merdeka yang
Karies gigi merupakan masalah utama memiliki jumlah murid terbanyak dari semua
kesehatan gigi dan mulut di dunia. Di negara- SD di wilayah kerja Puskesmas Merdeka yaitu
negara yang sedang berkembang, prevalensi 987 murid. SDN 157 telah lama menjalankan
karies gigi cenderung meningkat sebagai akibat program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah
meningkatnya konsumsi gula dan kurangnya (UKGS), tetapi ternyata tetap dilaporkan adanya
pemanfaatan flour. Keterbatasan akses prevalensi karies gigi pada anak. Dari hasil studi
pelayanan kesehatan gigi di negara yang sedang pendahuluan didapat prevalensi karies gigi pada
berkembang menyebabkan gigi yang mengalami murid SDN 157 Palembang tahun 2010 sebesar
karies dibiarkan tanpa perawatan atau dicabut 92,5%.
untuk sekedar menghilangkan rasa sakit.3
METODE PENELITIAN
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun
2003 menyatakan angka kejadian karies pada Desain penelitian yang digunakan dalam
anak sebesar 60-90%. Karies gigi di Indonesia penelitian ini adalah penelitian cross sectional
merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut (belah lintang). Rancangan cross sectional
yang masih perlu mendapat perhatian. merupakan rancangan penelitian dengan
Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga melakukan pengukuran atau pengamatan pada
tahun 2004, prevalensi karies di Indonesia saat bersamaan (sekali waktu) antara faktor
mencapai 90,05%. 10 Riset Kesehatan Dasar resiko/ paparan dengan penyakit.4
(Riskesdas) Nasional tahun 2007 melaporkan
bahwa skor Decay Missing Filling-Teeth Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
(DMFT) di Indonesia mencapai 4,85. Data murid SDN 157 Palembang yang berjumlah 987
Nasional Kesehatan Gigi di Indonesia tahun orang. Sampel dalam penelitian ini diambil
2008 menunjukkan prevalensi karies gigi sekitar dengan metode probability sampling yaitu
90% dari 238 juta penduduk Indonesia dan teknik pengambilan sampel dengan tidak
jumlah anak-anak usia 15 tahun kebawah yang memberikan peluang yang sama dari setiap
menderita karies gigi mencapai 76,5%.3 anggota populasi, yang bertujuan tidak untuk
generalisasi. Dengan teknik proportionate
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota stratified random sampling yaitu suatu cara
Palembang tahun 2010, distribusi penyakit pengambilan sampel yang digunakan bila
rongga mulut di Puskesmas Merdeka, anggota populasinya tidak homogen yang terdiri
menempati urutan pertama dari seluruh atas kelompok yang homogen atau berstrata
puskesmas di kota Palembang. SDN 157 secara proporsional.4

Jurnal Keperawatan Sriwijaya, Volume 1 - Nomor 1, Juli 2014, ISSN No 2355 5459 40
Teknik sampling yang digunakan adalah setuju (diberi skor 2), dan sangat tidak setuju
consecutive sampling (berurutan). Pemilihan (diberi skor 1), dan unfavorable (untuk
sampel dengan cara menetapkan subjek yang no.3,5,6,8) dengan penilaian; sangat setuju
memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam (diberi skor 1), setuju (diberi skor 2), tidak
penelitian sampai kurun waktu tertentu, setuju (diberi skor 3), dan sangat tidak setuju
sehingga jumlah klien yang diperlukan (diberi skor 4). Sikap anak dikatakan baik
terpenuhi.8 Setelah dilakukan perhitungan bila X ≥ mean atau median dan sikap anak
sampel dan penambahan 10% dari total sampel dikatakan buruk jika X < mean atau median.
didapatkan besar sampel sebanyak 100 orang. E. Kuesioner E digunakan untuk mengkaji data
tentang tindakan anak dalam menggosok gigi.
Instrumen pengumpulan data primer yang Kuesioner E terdiri dari 10 pertanyaan,
dipergunakan dalam penelitian ini adalah dengan bentuk pertanyaan favorable (untuk
kuisioner, wawancara dan lembar observasi no.1,2,3,4,5,6,9,10) dengan penilaian; Ya
yang terdiri dari: (diberi skor 1), dan tidak (diberi skor 0), dan
A. Kuesioner A digunakan untuk mengkaji data unfavorable (untuk no.7,8) dengan penilaian;
demografi yang terdiri atas nama sampel Ya (diberi skor 0), dan tidak (diberi skor 1),
penelitian, umur sampel penelitian, dan jenis Tindakan anak dikatakan baik bila X ≥ mean
kelamin sampel penelitian. atau median dan tindakan anak dikatakan
B. Kuesioner B digunakan untuk mengkaji pola buruk jika X < mean atau median.
jajan anak (meliputi jenis jajanan dan F. Lembar observasi, untuk memperoleh data
frekuensi jajan) dengan wawancara untuk karies gigi diperoleh dari pemeriksaan
membimbing anak dalam mengisi formulir langsung dengan menggunakan alat diagnosa
foof frequency. Kuesioner B terdiri dari 11 yaitu terdiri dari kaca mulut, sonde, pinset,
kolom pertanyaan jenis jajanan yang sudah dan bahan desinfektan untuk pemeriksaan
dikelompokkan berdasarkan potensi makanan indeks DMF-T yang dalam hal ini dilakukan
dari yang berpotensi tinggi karies langsung oleh dokter gigi atau tenaga medis
(pertanyaan no.1-3), berpotensi sedang yang kompeten. Kemudian hasilnya dicatat
(pertanyaan no.4-6), rendah (pertanyaan oleh peneliti dalam lembar observasi.
no.7-9), sampai yang mempu menghambat Dengan penilaian karies diberi skor 2,
karies (pertanyaan no.10-11). sedangkan tidak karies diberi skor 1.
C. Kuesioner C digunakan untuk mengkaji data
tentang pengetahuan anak dalammenggosok Data sekunder adalah data gambaran umum
gigi. Kuesioner C terdiri dari 10 pertanyaan, SDN 157 Palembang meliputi data jumlah
dengan jawaban benar diberi skor 1 dan siswadengan mencatat dokumen yang ada
jawaban salah diberi skor 0. Pengetahuan dikantor kepala sekolah dan wawancara dengan
anak dikatakan baik bila X ≥ mean atau kepala sekolah beserta wakil kepala sekolah
median dan pengetahuan anak dikatakan untuk mendapat informasi tentang pelaksanaan
rendah jika X < mean atau median. UKGS yang pernah diperolah di SD tersebut.
D. Kuesioner D digunakan untuk mengkaji data
tentang sikap anak dalam menggosok gigi.
Kuesioner D terdiri dari 8 pertanyaan, HASIL PENELITIAN
dengan bentuk pertanyaan favorable (untuk
no.1,2,4,7) dengan penilaian; sangat setuju A. Analisis Univariat
(diberi skor 4), setuju (diberi skor 3), tidak 1. Karakteristik Responden

Jurnal Keperawatan Sriwijaya, Volume 1 - Nomor 1, Juli 2014, ISSN No 2355 5459 41
Tabel 1 6. Tindakan Anak dalam Menggosok Gigi
Distribusi Frekuensi Responden Murid SD Negeri 157
Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 6
Distribusi Frekuensi Responden Murid SD Negeri 157
Jenis Kelamin Frekuensi % Berdasarkan Tindakan Anak
Perempuan 57 57
Laki-laki 43 43 Tindakan Anak Frekuensi %
Total 100 100 Baik 45 45
Tidak baik 55 55
2. Kejadian Karies Gigi Pada Anak Total 100 100

Tabel 2
Distribusi Frekuensi Responden Murid SD Negeri 157 B. Analisis Bivariat
Berdasarkan Kejadian Karies Gigi
1. Hubungan Pola Jajan Anak dengan
Kejadian Karies Frekuensi % Kejadian Karies Gigi Pada Anak
Karies 95 95
Tidak karies 5 5
Total 100 100
Tabel 7
Hubungan Pola Jajan Anak dengan Kejadian Karies
3. Pola Jajan pada Anak Gigi pada Anak di SD Negeri 157 Palembang

Tabel 3 Pola Kejadian karies


Distribusi Frekuensi Responden Murid SD Negeri 157 Jajan Gigi
Berdasarkan Pola Jajan Anak Total Pvalue
Anak Karies Tidak
Karies
Pola Jajan Anak Frekuensi % Baik 3 90 93
Baik 7 7 Buruk 2 5 7 0,038
Buruk 93 93 Total 5 95 100
Total 100 100

4. Pengetahuan Anak dalam Menggosok Gigi 2. Hubungan Perilaku Anak dengan


Kejadian Karies Gigi pada Anak
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Responden Murid
SD Negeri 157 Berdasarkan Pengetahuan Anak a. Hubungan Pengetahuan Anak dalam
Menggosok Gigi dengan Kejadian
Tindakan Anak Frekuensi % Karies Gigi pada Anak
Baik 41 41
Kurang 59 59
Total 100 100 Tabel 8
Hubungan Pengetahuan Anak dalam Menggosok
5. Sikap Anak dalam Menggosok Gigi Gigi dengan Kejadian Karies Gigi pada Anak di
SD Negeri 157 Palembang
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Responden Murid Pengetahuan Kejadian karies Total Pvalue
SD Negeri 157 Berdasarkan Sikap Anak Gigi
Karies Tidak
Karies
Sikap Anak Frekuensi %
Baik 59 5 59 0,010
Mendukung 39 39
Kurang 36 0 41
Tidak mendukung 61 61
Total 95 5 100
Total 100 100

Jurnal Keperawatan Sriwijaya, Volume 1 - Nomor 1, Juli 2014, ISSN No 2355 5459 42
b. Hubungan Sikap Anak dalam masalah yang cukup serius sehingga apabila
Menggosok Gigi dengan Kejadian tidak ditangani oleh petugas kesehatan dapat
Karies Gigi pada Anak mengakibatkan penyakit jantung dan gangguan
pertumbuhan dan perkembangan pada anak.
Tabel 9
Hubungan Sikap Anak dalam menggosok gigi dengan Peningkatan presentasi kejadian karies gigi pada
Kejadian Karies Gigi pada Anak di
SD Negeri 157 Palembang
anak di SD Nageri 157 Palembang dari tahun
2010 ke 2011 dipengaruhi oleh banyak factor
Kejadian karies salah satunya adalah adanya program UKGS
Sikap
Gigi
Total Pvalue disekolah tersebut yang tidak berjalan dengan
Karies Tidak baik seperti yang telah di jadwalkan, contohnya
Karies
adalah kegiatan sikat gigi bersama disekolah
Mendukung 34 5 61
Tidak 61 0 39 yang dijadualkan diadakan setiap hari sabtu,
0,008 tidak pernah dilaksanakan sesuai yang sudah di
Mendukung
Total 95 5 100 jadwalkan. Berdasarkan hasil penelitian di SD
Negeri 157 Palembang didapat angka indeks
DMF-T nya masuk kedalam kategori tinggi
c. Hubungan Tindakan Anak dalam Menggosok (6,36).
Gigi dengan Kejadian Karies Gigi pada Anak
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden
Tabel 10 lebih banyak yang sangat sering mengonsumsi
Hubungan Tindakan Anak dalam Menggosok Gigi jajanan berpotensi sedang menyebabkan karies
dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak di
SD Negeri 157 Palembang
(49,7%). Sebanyak 45,6% responden
mengonsumsi jajanan berpotensi tinggi
Kejadian karies menyebabkan karies dan jajanan yang
Tindakan
Gigi
Total Pvalue
menghambat karies yaitu 4,7%. Umumnya
Karies Tidak jajanan berpotensi tinggi menyebabkan karies
Karies seperti permen, coklat, keripik, kue, biskuit, dan
Baik 40 5 45
Tidak 55 0 55
jajanan berpotensi sedang menyebabkan karies
0,016 seperti minumam manis, bakso, kerupuk, dan
Baik
Total 95 5 100 goreng-gorengan merupakan jajanan yang selalu
disediakan di kantin sekolah dengan harga yang
dapat dijangkau oleh anak sekolah, karena
PEMBAHASAN rasanya enak dan dapat memberi rasa kenyang
sehingga disukai anak-anak.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan jumlah
anak yang menderita karies gigi di SD Negeri Jajanan berpotensi rendah menyebabkan karies
157 Palembang sebanyak 95% dan anak yang seperti susu coklat, pecel, gado-gado, dan rujak
tidak menderita karies gigi hanya 5%. Pada data hanya kadang-kadang dan hampir tidak
hasil studi pendahuluan yang didapat angka pernah/tidak pernah dikonsumsi responden.
kejadian karies gigi di SD Negeri 157 Penyebabnya mungkin karena susu coklat, pecel,
Palembang pada tahun 2009/2010 sebesar 92%. dan gado-gado umumnya dikonsumsi responden
Hasil penelitian tersebut jika dibandingan saat makan makanan pokok, yaitu waktu
menunjukkan adanya peningkatan sebesar 3% sarapan, makan siang atau makan malam.
dari tahun sebelumnya. Perbandingan tersebut Sedangkan rujak biasanya dikonsumsi saat
menunjukkan bahwa karies gigi merupakan pulang sekolah karena jajanan ini dijual di

Jurnal Keperawatan Sriwijaya, Volume 1 - Nomor 1, Juli 2014, ISSN No 2355 5459 43
sekitar sekolah. Hanya sedikit responden yang merupakan substrat bagi mikroorganisme plak
sangat sering dan sering mengonsumsi jajanan yang akan menghasilkan asam dan
yang menghambat karies seperti susu murni, menyebabkan demineralisasi jaringan keras gigi.
keju, kacangkacangan, dan permen karet xilitol. Semakin sering responden mengonsumsi
jajanan ini, maka akan semakin lama proses
Hal ini mungkin disebabkan jajanan ini tidak demineralisasi tanpa diikuti dengan proses
selalu disediakan di kantin sekolah. Selain itu, remineralisasi secara sempurna sehingga
mungkin baik ibu maupun anak tidak terbentuk lesi yang lama-kelamaan akan
mengetahui bahwa susu murni, keju, kacang- terbentuk kavitas atau karies.
kacangan, dan permen karet xilitol dapat
menghambat karies. Anak-anak yang sering dan Berbeda dengan jajanan berpotensi rendah
sangat sering mengonsumsi jajanan ini biasanya menyebabkan karies seperti susu coklat, pecel,
mengonsumsinya di rumah dan disediakan gado-gado, dan rujak. Hal ini mungkin
orangtuanya. disebabkan karena susu coklat disamping
mengandung karbohidrat, juga mengandung
Pengetahuan merupakan domain yang kalsium, fosfor, dan kasein yang dapat
palingpenting untuk terbentuknya tindakan membantu proses remineralisasi. Demikian juga
seseorang (over behavior), dimana terbentuknya dengan gado-gado dan rujak walaupun
suatu perilaku dimulai dari domain pengetahuan, mengandung karbohidrat, namun karena jajanan
jadi apabila perilaku didasari ini mampu merangsang sekresi saliva maka
pengetahuan maka perilaku tersebut akan lebih meningkatkan proses remineralisasi.
langgeng.6
Jajanan yang menghambat karies seperti susu
Jika dilihat dari tabel distribusi frekuensi sikap murni, keju, kacangkacangan, dan permen karet
anak dalam menggosok gigi, anak yang xilitol. Semakin sering responden mengonsumsi
memiliki sikap yang tidak mendukung dalam jajanan ini, maka DMFT semakin rendah, ini
menggosok gigi sebanyak 61 orang anak. mungkin disebabkan karena kandungan dan
Menurut peneliti hal ini disebabkan karena sifat self cleansing-nya. Susu murni
tingkat pengetahuan anak masih kurang yang mengandung kalsium, fosfor, dan kasein yang
menimbulkan pengaruh emosional pada diri mampu membantu proses remineralisasi. Keju
anak itu sendiri untuk bersikap, sehingga mengandung kalsium sehingga dapat menambah
kesadaran anak dalam perawatan gigi yang baik konsentrasi kalsium dalam plak dan dapat
untuk pencegahan terjadinya karies gigi masih menstimulasi sekresi saliva sehingga memiliki
sangat kurang. aksi pembersih. Sedangkan kacang-kacangan
mengandung fosfat sehingga dapat menghambat
Berdasarkan uji statistik dengan chi square nilai karies dan permen karet xilitol dapat
Pvalue 0,038 (P < 0,05) yang berarti terdapat menstimulasi sekresi saliva sehingga memiliki
hubungan yang bermakna antara pola jajan anak efek self cleansing.5
dengan kejadian karies gigi pada anak. Hal ini
berkaitan dengan tingginya angka konsumsi Berdasarkan uji statistik dengan chi square nilai
makanan yang berpotensi tinggi dan sedang Pvalue 0,010 (P < 0,05) yang berarti terdapat
dalam menyebabkan karies gigi pada anak. hubungan yang bermakna antara pengetahuan
Kedua makanan yang berpotensi tinggi dan dalam menggosok gigi dengan kejadian karies
sedang dalam menyebabkan karies gigi tersebut gigi pada anak. Pengetahuan tentang
mengandung sukrosa di dalamnya. Sukrosa menggosok gigi meliputi cara menggosok gigi
yang terkandung dalam kedua jenis jajanan ini yang benar yaitu penyikatan tidak hanya

Jurnal Keperawatan Sriwijaya, Volume 1 - Nomor 1, Juli 2014, ISSN No 2355 5459 44
bertujuan untuk membersihkan bagian-bagian segera, karies gigi akan menimbulkan gangguan
yang kotor yang mudah terlihat saja atau hanya pertumbuhan dan perkembangan anak. Di
bertujuan membersihkan gigi, tetapi perhatian samping itu menurut peneliti UKS/UKGS yang
juga ditujukan pada pembersihan plak atau gusi. belum aktif di sekolah tersebut juga mendukung
Selain itu anak sekolah dasar juga penting untuk sikap yang negative dalam perawatan gigi.
mengetahui makanan apa saja yang baik dalam Padahal jika program UKS/UKGS seperti
perawatan gigi dan makanan apa saja yg tidak pemeriksaan rutin, kumur-kumur dengan larutan
baik terlalu sering dikonsumsi karena dapat flour dan sikat gigi masal dilaksanakan anak
merusak gigi mereka. Anak-anak juga harus akan lebih termotivasi untuk melakukan
mengetahui waktu penyikatan gigi yang tepat perawatan gigi karena mereka akan lebih
yaitu setiap kali setelah makan dan sebelum menikmati kegiatan yang bersifat masal di
tidur, dan dalam penyikatan juga harus sekolah bersama-sama teman mereka daripada
menggunakan pasta gigi yang mengandung kegiatan yang dilakukan di rumah sendiri, dan
flour, karena flour merupakan senjata yang apabila kegiatan dilakukan secara rutin akan
paling ampuh untuk menambah kekuatan email menjadi kebiasaan nantinya sehingga kejadian
dan dentin yang merupakan lapisan pelindung karies gigi dapat dikurangi bahkan dicegah.10
gigi sehingga menambah daya tahan terhadap
serangan asam yang menyebabkan terjadinya Hasil uji statistik menunjukkan terdapat
karies, serta dapat mengurangi sifat kariogenik hubungan yang bermakna antara tindakan anak
plak. dalam menggosok gigi dengan kejadian karies
gigi pada anak. Hasil penelitian ini jika
Penelitian ini telah membuktikan bahwa sikap dihubungkan dengan usia anak sekolah dasar (6-
anak yang negatif dalam menggosok gigi, 12 tahun) yang sedang berada pada fase usia
menyebabkan kejadian karies gigi pada anak sekolah, dimana anak sudah memiliki kelompok
sekolah dasar tersebut cenderung tinggi teman sebayanya yang mempengaruhi perilaku
dibandingkan sikap anak yang mendukung anak. Jadi jika lingkungan disekitar anak
dalam menggosok gigi. Jadi menurut peneliti memiliki perilaku yang buruk dalam menggosok
benar adanya bahwa sikap anak dalam gigi, maka kemungkinan besar anak juga
menggosok gigi dapat mempengaruhi kejadian menjadi malas menggosok gigi.
karies gigi pada anak di SD Negeri 157
Palembang. Hal ini dikarenakan mayoritas anak SIMPULAN
mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang
dalam menggosok gigi. Pengetahuan yang Sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan
kurang ini menimbulkan respon negatif berupa dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan
kurangnya motivasi anak dalam melakukan sebagai berikut :
tindakan perawatan gigi mereka, sehingga 1. Ada hubungan yang bermakna antara pola
kejadian karies gigi pada anak sekolah dasar jajan anak dengan kejadian karies gigi pada
tersebut tinggi. murid SD Negeri 157 Palembang.
2. Ada hubungan yang bermakna antara
Ada kecenderungan anak mengabaikan pengetahuan anak dalam menggosok gigi
menggosok gigi karena anak tersebut belum dengan kejadian karies gigi pada murid SD
merasakan masalah sebelum terkena karies gigi. Negeri 157 Palembang.
Anak baru akan merasa ada masalah dengan 3. Ada hubungan yang bermakna antara sikap
giginya saat sudah timbul rasa nyeri akibat anak dalam menggosok gigi dengan
karies gigi yang mengganggu aktivitas anak. kejadian karies gigi pada murid SD Negeri
Apabila masalah ini tidak ditanggulangi dengan 157 Palembang.

Jurnal Keperawatan Sriwijaya, Volume 1 - Nomor 1, Juli 2014, ISSN No 2355 5459 45
4. Ada hubungan yang bermakna antara diseases. Public Health Nutrition.
tindakan anak dalam menggosok gigi 4. Notoatmodjo, S, 2005. Promosi Kesehatan
dengan kejadian karies gigi pada murid SD Teori dan Aplikasi. Jakarta: P.T. Rineka
Negeri 157 Palembang. Cipta.
5. Nursalam. (2009). Konsep Dan Penerapan
REFERENSI Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
1. Barus, D. (2009). Hubungan Kebiasaan 6. Panjaitan, M. (1997). Etiologi Karies Gigi
Makan dan Pemeliharaan Kesehatan Gigi Dan Penyakit Periodontal. Ed.1. Medan :
dengan Karies Gigi pada Anak SD 060935 USU Press.
di Jalan Pintu Air II Simpang Gudang Kota 7. Pintauli, S.H.T. (2008). Menuju Gigi Dan
Medan Tahun 2008. Skripsi. Medan: Mulut Sehat. Medan: USU Press.
Universitas Sumatera Utara. 8. Profil Dinas Kesehatan Kota Palembang.
2. Hidayat, A.A.A. (2007). Riset Keperawatan (2010). Dari http;//www. profil dinas
dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: kesehatan kota palembang.ac.id diakses 22
Salemba Medika. Maret 2011.
3. Moyhan, P., & Petersen, P.E. (2001). Diet, 9. Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang
nutrition and the prevention of dental Anak. Jakarta: EGC.

Jurnal Keperawatan Sriwijaya, Volume 1 - Nomor 1, Juli 2014, ISSN No 2355 5459 46

Anda mungkin juga menyukai