Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENGANTAR GEOLOGI FISIKA

DINAMIKA BUMI

OLEH:
MUHAMAD NAHROWI (4211412031)

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2019
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Bumi merupakan planet yang sangat dinamis. Jika kita dapat kembali ke waktu satu milyar
tahun yang lalu atau lebih, kita akan mendapatkan sebuah planet yang permukaannya sangat jauh
berbeda dengan keadaannya sekarang. Selain itu kita juga akan mendapatkan bentuk dari benua
(kontinen) yang berbeda dan berada pada posisi yang berbeda dengan sekarang ini. Perubahan
tersebut disebabkan oleh proses-proses yang bekerja pada bumi ini.

Proses-proses yang merubah bentuk permukaan bumi itu dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu
proses yang merusak dan membangun permukaan bumi. Proses yang pertama merupakan proses
yang terjadi pada permukaan bumi yaitu proses pelapukan dan erosi. Proses tersebut walaupun
berjalan sangat lambat tetapi berlangsung terus menerus, dapat menyebabkan permukaaan bumi
secara perlahan menjadi rata. Sedangkan proses-proses yang membangun permukaan bumi
umumnya disebabkan oleh gaya-gaya yang berasal dari dalam bumi seperti aktivitas gunungapi
dan pernbentukan pegunungan. Proses tersebut menyebabkan permukaan bumi menjadi
bertarnbah tinggi.

Hubungan antara proses-proses tersebut dan sifat kedinamisan dari bumi ini, walaupun sudah
diketahui sejak lama, tetapi belum ditemukan suatu hipotesa yang masuk akal untuk menceritakan
tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada bumi. Sampai pada awal abad ke 20 muncullah
suatu pendapat yang mengatakan tentang pemisahan atau pemekaran dari daratan (kontinen) di
permukaan bumi. Setelah lebih dari 50 tahun dengan terkumpulnya data-data yang mendukung
hipotesa tersebut untuk beralih menjadi suatu teori. Teori tersebut disebut teori tektonik lempeng
(plate tectonic). Teori yang akhirnya meluas tersebut merupakan sebuah model yang konprehensif
tentang kegiatan yang terjadi di dalam bumi.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Proses Terjadinya Bumi


Bumi dengan segala isi dan bentuknya merupakan salah satu planet anggota tata
surya yang beredar mengelilingi Matahari. Karena bumi merupakan bagian dari tata surya,
sejarah terbentuk dan perkembangannya berhubungan dengan sejarah terbentuknya tata
surya. Bumi telah terbentuk sekitar 4,6 miliar tahun yang lalu. Akan tetapi, bentuk
permukaan bumi selalu mengalami perubahan. Perubahan-perubahan tersebut akan terus
terjadi sepanjang masa, baik secara perlahan maupun secara cepat. Proses perubahan
bentuk permukaan bumi disebabkan oleh tenaga geologi. yaitu tenaga yang berasal dari
dalam bumi (endogen) dan tenaga yang berasa. dari luar bumi (eksogen). Kekuatan tenaga
endogen dapat menyebabkar. terjadinya gunung api dan gempa bumi yang sangat dahsyat,
sedangkan tenaga eksogen merupakan tenaga yang merusak bentuk-bentuk permukaan
bumi dari luar.
Berdasarkan beberapa pengamatan diketahui bahwa bumi berbentuk bulat bola
yang memepat di bagian kutubnya. Garis tengah di khatulistiwa adalah 12.756,32 km dan
jarak antara kutub utara dan kutub selatan adalah 12.713,54 km. Dalam terbentuknya bumi
tidak diketahui secara pasti tapi yang diketahui bahwa proses terbentuknya bumi tidak
lepas dari proses terbentuknya tata surya yang menurut pendapat para ahli yang
mengemukakan teori-teorinya proses terbentuknya tata surya yang merupakan juga proses
terbentuknya bumi.
Teori-teori tersebut antara lain :
1. Teori Kabut (Nebula)
a. Immanuel Kant
Immanuel Kant merupakan seorang filsuf dan ilmuwan Jerman. Pada tahun
1755, ia membuat hipotesis yang meyatakan bahwa tata surya terbentuk
oleh gumpalan kabut (nebula) yang terdiri atas bermacam-macam gas.
Nebula tersebut berpilin lambat. Gas-gas yang berukuran besar menarik
gas-gas yang berukuran kecil sehingga membentuk gumpalan gas yang
mirip dengan cakram. Ketika cakram tersebut memepat, sebagian besar gas
berada di pusat cakram. Pusat cakram membentuk gumpalan kabut
bermassa besar yang kemudian menjadi Matahari. Adapun gas-gas di
bagian tepi mengalami penurunan suhu dan menyusut membentuk planet-
planet yang mengelilingi Matahari.
b. Piere Simon de Laplace
Piere Simon de Laplace merupakan seorang ahli fisika Prancis. Pada tahun
1796 ia menyatakan bahwa tata surya berasal dari kabut panas yang
berpilin. Karena kabut selalu memancarkan panas di alam semesta yang
dingin, kabut tersebut mengalami penyusutan dan membentuk bola gas.
Penyusutan itu menyebabkan pilinan bola gas makin cepat. Akibatnya
terjadi oemepatan di kedua kutubnya dan melebar di bagian ekuator
menyerupai gelang-gelang karena penumpukan gas. Pilinan bola gas yang
makin cepat menyebabkan sebagian massa gas di ekuator makin menjauh
dari bola gas, kemudian membentuk bola-bola gas yang lebih kecil dan
mengelilingi bola gas awal. Bola-bola gas kecil tersebut kemudian
mendingin menjadi planet, sedangkan bola gas awal menjadi Matahari.
2. Teori Planetesimal
Teori planetesimal dikemukakan oleh Chamberlin dan Moulton pada tahun
1905. Teori planetesimal menyatakan bahwa tata surya berasal dari gumpalan
kabut yang berbentuk spiral atau pilin sehingga disebut kabut pilin. Di dalam
kabut itu terdapat material-material padat yang disebut planetesimal. Tiap-tiap
planetesimal mempunyai orbit bebas sehingga terjadi tabrakan- tabrakan.
Dengan adanya gaya gravitasi, terbentuklah gumpalan- gumpalan yang besar
dan lebih pampat. Gumpalan terbesar terletak di tengah (pusat) kabut dan
menjadi pusat peredaran yang kemudian disebut Matahari. Adapun gumpalan-
gumpalan yang lebih kecil menjadi planet-planet yang secara bersama-sama
ber- revolusi terhadap Matahari.
3. Teori Pasang Surut
Teori pasang surut pertama kali disampaikan oleh Buffon (1707 – 1788).
Buffon menyatakan bahwa tata surya berasal dari adanya materi Matahari yang
terlempar akibat bertumbukan dengan sebuah komet. Teori pasang surut yang
dikemukakan Buffon kemudian diperbaiki oleh dua orang ilmuwan Inggris,
yaitu Sir James Jeans dan Harold Jeffreys pada tahun 1919.
Jeans dan Jeffreys menyatakan bahwa tata surya terbentuk oleh efek pasang
gas-gas pada Matahari. Efek pasang itu disebabkan oleh gaya gravitasi sebuah
bintang besar yang melintasi Matahari. Gas-gas panas tersebut kemudian
terlepas dari Matahari dan mulai mengelilingi Matahari. Selanjutnya, gas-gas
panas berubah menjadi bola-bola cair. Tiap-tiap bola secara perlahan
mendingin dan membentuk lapisan keras di sekelilingnya menjadi planet-planet
can satelit-satelit.
4. Teori Awan Debu (Proto Planet)
Teori proto planet dikemukakan oleh seorang ahli astronomi Jerman, Carl
von Weizsaecker pada tahun 1940. Teori proto planet kemudian disempurnakan
antara lain oleh Gerard P. Kuiper pada tahun 1150. Teori proto planet
menyatakan bahwa tata surya terbentuk oleh gumpalan awan gas dan debu yang
jumlahnya sangat banyak. Lebih dari 15.000 juta tahun yang lalu salah satu
gumpalan mengalami pemampatan dan menarik partikel-partikel debu
membentuk gumpalan bola. Pada saat itulah terjadi pilinan.
Dengan adanya pilinan, gumapalan bola menjadi pipih menyerupai cakram,
yaitu tebal dibagian tengah dan pipih dibagian tepinya. Bagian tengah yang
tebal berpilin lebih lambat dari pada bagian tepinya. Partikel-partikel di bagian
tengah saling menekan sehingga menimbulkan panas dan cahaya. Bagian
tengah itu kemudian menjadi matahari. Partikel-partikel di bagian tepi yang
berpilin lebih cepat menyebabkan gumpalan-gumpalan awan gas dan debu
terpecah-pecah menjadi gumpalan-gumpalan yang lebih kecil. Gumpalan-
gumpalan itu kemudian membeku menjadi bahan planet dan satelitnya. Oleh
karena itu, bahan-bahan planet tersebut disebut protoplanet dan teorinya disebut
teori protoplanet.
5. Teori Bintang Kembar
Teori bintang kembar dikemukakan oleh seorang ahli astronomi
Inggris R.A. Lyttleton sekitar tahun 1930-an. Teori itu menyatakan bahwa
galaksi kita berisi banyak kombinasi bintang kembar. Oleh karena itu, Lyttleton
juga menganggap Matahari memiliki sebuah bintang sebagai kembarannya.
Bintang kmbaran Matahari tersebut kemudian meledak menjadi unsur-unsur
gas dan terperangkap oleh gaya gravitasi Matahari. Awan gas kemudian
mendingin membentuk planet- planet dan satelit-satelitnya yang mengelilingi
Matahari dan membentuk tata surya. Adapun proses pembentukan planet dan
satelit sama dengan teori pasang surut.

B. Pangea dan Gondwana


Bumi mulai terbentuk dari 4.600.000.000 tahun yang lalu dan mengalami beberapa
perkembangan sampai terbentuk seperti saat ini. Pada awal terbentuknya, bumi masih
berupa bola api yang mengalami akumulasi panas akibat kontraksi gravitasi, peluruhan
radioaktif dan hujan meteorit. Masa itu disebut masa Arkeozoikum yang berakhir sampai
pada sekitar 2.500.000.000 tahun yang lalu. Selanjutnya, inti bumi yang merupakan cairan
besi dan nikel memisahkan diri dari mantel bumi. Penguapan gas besar-besaran dari dalam
bumi bersama-sama dengan hidrogen dan helium membentuk atmosfer primitif yang
kemudian menyebabkan proses pendinginan bagian bumi secara berangsur-angsur
membentuk kerak bumi.
Masa Arkeozoikum merupakan awal pembentukan batuan kerak bumi yang
berkembang menjadi protokinten. Batuan masa ini ditemukan di bagian dunia yang lazim
disebut kraton atau perisai dunia. Batuan yang tertua pada masa ini tercatat pada umur
3.800.000.000 tahun yang lalu. Pada masa ini pula tercatat sebagai awal munculnya
kehidupan primitif di dalam samudera berupa ganggang dan bakteri (mikroorganisme). Hal
itu dibuktikan dengan ditemukan fosil Cyanobacteria dan Stromatin yang berusia
3.500.000.000 tahun. Pada masa Protozoikum (2,5 milyar – 590 juta tahun yang lalu) mulai
terjadi perkembangan hidrosfer dan atmosfer serta dimulainya kehidupan yang lebih
kompleks. Sebelumnya dari hewan uniseluler menjadi multiseluler
(eukariotik,prokariotik). Masa Arkeozoikum dan masa Protozoikum dikenal sebagai masa
Prakambrium.
Masa Palaeozoikum dibagi menjadi 6 zaman, yaitu sebagai berikut.
1. Zaman Kambrium (590 juta – 500 juta tahun yang lalu)
Pada zaman ini, bumi masih berbentuk lautan yang luas dengan daratan yang
disebut Gondwana. Gondwana ini yang merupakan cikal bakal pulau atau negara
India, Afrika, sebagian Asia, Australia, Antartika, dan lainnya.
2. Zaman Ordovisium (500 juta – 440 juta tahun yang lalu)
Pada zaman ini, daratan Gondwana masih menutupi celah-celah samudera.
Meluapnya samudera dan terjadinya zaman es adalah sebagian peristiwa yang
terjadi pada masa ini.
3. Zaman Selur (440 juta – 410 juta tahun yang lalu)
Pada zaman ini terjadi pembentukan kereta pegunungan yang melintasi daerah-
daerah yang sekarang kita kenal sebagai daerah Skandinavia, Skotlandia, dan pantai
Amerika Utara.
4. Zaman Devon (410 juta – 360 juta tahun yang lalu)
Pada zaman ini terjadi penyurutan samudera hingga menyebabkan benua raksasa
Gondwana, daerah Eropa Timur, dan Greenland terjadi pada masa ini.
5. Zaman Karbon Kwali (360 juta – 260 juta tahun yang lalu)
Pada zaman ini mulai terjadi penyatuan benua dan membentuk daratan (pangea)
yang iklim daerahnya tergantung kepada letak geografis dan astronomis masing-
masing.
6. Zaman Perm (260 juta – 250 juta tahun yang lalu)
Pada zaman ini, Benua Pangea bergabung bersama membentuk daratan. Air mulai
menyurut karena terjadi pembekuan di daerah Antartika dan Afrika yang
menyebabkan terjadinya iklim kering gurun pasir di daerah utara.

Masa Mesozoikum terbagi pula menjadi 3 zaman, yaitu sebagai berikut.


1. Zaman Trias (250 juta – 210 juta tahun yang lalu)
Pada zaman ini, Benua Pangea bergerak ke arah utara dan daerah gurun terbentuk.
Lembaran es di daerah selatan mulai mencair dan celah-celah antara benua mulai
terbentuk di Pangea.
2. Zaman Jura (210 juta -140 juta tahun yang lalu)
Pada zaman ini, Benua Pangea terpecah, yaitu daratan yang sekarang dikenal
sebagai Amerika Utara memisahkan diri dari daratan yang dikenal sekarang sebagai
Afrika. Selain itu, daratan yang sekarang dikenal sebagai Amerika Selatan
memisahkan diri dari daratan yang sekarang lebih dikenal sebagai Antartika dan
Australia.
3. Zaman Kapur (140 juta – 65 juta tahun yang lalu)
Sebuah pulau yang sekarang dikenal sebagai negara India terlepas dari Afrika
daratan utamanya, menuju daerah Asia dan terbentuklah iklim sedang di daerah
India.

Masa Kenozoikum terbagi menjadi 6 zaman, yaitu sebagai berikut.


1. Kala Paleosen (67 juta – 56,7 juta tahun yang lalu)
Kala Paleosen merupakan awal munculnya hewan pemakan rumput, primata,
burung, dan sebagian reptil. Kala Paleosen ditandai dengan kegiatan magma secara
intensif, busur lava yang besar, dan hujan meteorit. Kegiatan magma yang
menghasilkan aliran lava yang sangat luas dan rempah gunung api menyebabkan
hujan asam serta terhalangnya sinar matahari. Hujan meteorit menyebabkan badai
angin, Tsunami, serta kebakaran hutan yang sangat luas.
2. Kala Eosen (56,7 juta – 35,5 juta tahun yang lalu)
Pecahnya Benua Pangea berakhir dan perputaran antara benua yang satu dengan
yang lainnya dimulai. Daerah Afrika menabrak daerah Eropa dan daerah India
masih bergerak menuju daerah Asia, mengangkat Pegunungan Alpen dan
Pegunungan Himalaya. Tekanan antara benua membentuk cekungan samudera
melebar dan menyebabkan permukaan air laut merendah.
3. Kala Oligosen (35,5 juta – 24 juta tahun yang lalu)
Daratan bertambah luas, sedangkan laut menyempit, pergerakan kerak benua terjadi
secara luas di daerah Amerika dan Eropa. Pegunungan Alpen di Eropa mulai
terbentuk pada kala Oligosen ini. Karena iklim yang lebih dingin terjadi di berbagai
bagian dunia, maka hutan mulai berkurang, sedangkan padang rumput meluas. Hal
itu menyebabkan hewan pemakan rumput tumbuh secara pesat.
4. Kala Miosen (24 juta – 5 juta tahun yang lalu)
Pada kala ini padang rumput semakin luas, sementara hutan semakin berkurang.
5. Kala Pliosen (5 juta – 1,8 juta tahun yang lalu)
Sejumlah besar tumbuhan habis karena cuaca yang semakin dingin.
6. Kala Plestosen (1,8 juta – 0,01 juta tahun yang lalu)
Kala Plestosen lebih dikenal sebagai zaman es, karena pada masa ini terjadi
beberapa kali glasisasi. Lima glasisasi terbesar terjadi pada 1,6 juta, 900.000,
600.000, 200.000, dan 25.000 tahun yang lalu. Pada kala Plestosen terjadi zaman
es. Pada zaman es (zaman glasial) ini sebagian besar daerah Eropa, Amerika bagian
utara, dan Asia bagian utara ditutupi oleh es, begitu pula Pegunungan Alpen,
Himalaya, dan Cherpathia. Di antara zaman-zaman es ini terdapat zaman
interglasial, yaitu iklim bumi benar-benar lebih hangat.

C. Karakteristik Pelapisan Bumi


Bumi adalah planet ketiga dari delapan planet dalam Tata Surya. Diperkirakan
usianya mencapai 4,6 milyar tahun. Jarak antara Bumi dengan matahari adalah 149.6 juta
kilometer atau 1 AU (ing: astronomical unit). Bumi mempunyai lapisan udara (atmosfer)
dan medan magnet yang disebut (magnetosfer) yang melindung permukaan Bumi dari
angin matahari,sinar ultraungu, dan radiasi dari luar angkasa. Lapisan udara ini
menyelimuti bumi hingga ketinggian sekitar 700 kilometer.
Lapisan udara ini dibagi menjadi Troposfer, Stratosfer, Mesosfer, Termosfer, dan
Eksosfer. Lapisan ozon, setinggi 50 kilometer, berada di lapisan stratosfer dan mesosfer
dan melindungi bumi dari sinar ultraungu. Perbedaan suhu permukaan bumi adalah antara
-70 C hingga 55 C bergantung pada iklim setempat. Sehari dibagi menjadi 24 jam dan
setahun di bumi sama dengan 365,2425 hari. Bumi mempunyai massa seberat 59.760
milyar ton, dengan luas permukaan 510 juta kilometer persegi. Berat jenis Bumi (sekitar
5.500 kilogram per meter kubik) digunakan sebagai unit perbandingan berat jenis planet
yang lain, dengan berat jenis Bumi dipatok sebagai 1.
Bumi mempunyai diameter sepanjang 12.756 kilometer. Gravitasi Bumi diukur
sebagai 10 N kg-1 dijadikan unit ukuran gravitasi planet lain, dengan gravitasi Bumi
dipatok sebagai 1. Bumi mempunyai 1 satelit alami yaitu Bulan. 70,8% permukaan bumi
diliputi air. Udara Bumi terdiri dari 78% nitrogen, 21% oksigen, dan 1% uap air,
karbondioksida, dan gas lain. Bumi diperkirakan tersusun atas inti dalam bumi yang terdiri
dari besi nikel beku setebal 1.370 kilometer dengan suhu 4.500 C, diselimuti pula oleh inti
luar yang bersifat cair setebal 2.100 kilometer, lalu diselimuti pula oleh mantel silika
setebal 2.800 kilometer membentuk 83% isi bumi, dan akhirnya sekali diselimuti oleh
kerak bumi setebal kurang lebih 85 kilometer.
Kerak bumi lebih tipis di dasar laut yaitu sekitar 5 kilometer. Kerak bumi terbagi
kepada beberapa bagian dan bergerak melalui pergerakan tektonik lempeng (teori
Continental Drift) yang menghasilkan gempa bumi. Titik tertinggi di permukaan bumi
adalah gunung Everest setinggi 8.848 meter, dan titik terdalam adalah palung Mariana di
samudra Pasifik dengan kedalaman 10.924 meter. Danau terdalam adalah Danau Baikal
dengan kedalaman 1.637 meter, sedangkan danau terbesar adalah Laut Kaspia dengan luas
394.299 km2.
Menurut komposisi (jenis dari materialnya), Bumi dapat dibagi menjadi lapisan-
lapisan sebagai berikut :
1. Kerak Bumi
Kerak bumi adalah lapisan terluar Bumi yang terbagi menjadi dua kategori,
yaitu kerak samudra dan kerak benua. Kerak samudra mempunyai ketebalan
sekitar 5-10 km sedangkan kerak benua mempunyai ketebalan sekitar 20-70
km. Penyusun kerak samudra yang utama adalah batuan basalt, sedangkan
batuan penyusun kerak benua yang utama adalah granit, yang tidak sepadat
batuan basalt.
2. Mantel Bumi
Mantel bumi terletak di antara kerak dan inti luar bumi. Mantel bumi
merupakan batuan yang mengandung magnesium dan silikon. Suhu pada
mantel bagian atas ±1300 °C-1500 °C dan suhu pada mantel bagian dalam
±1500 °C-3000 °C
3. Inti Bumi
Inti Bumi terletak pada lapisan terdalam. Inti Bumi terbagi menjadi 2 (dua),
yaitu:
 Inti bumi bagian luar merupakan salah satu bagian dalam bumi yang
melapisi inti bumi bagian dalam. Inti bumi bagian luar mempunyai tebal
2250 km dan kedalaman antara 2900-4980 km. Inti bumi bagian luar terdiri
atas besi dan nikel cair dengan suhu 3900 °C.
 Inti bumi bagian dalam merupakan bagian bumi yang paling dalam atau
dapat juga disebut inti bumi. inti bumi mempunyai tebal 1200km dan
berdiameter 2600km. inti bumi terdiri dari besi dan nikel berbentuk padat
dengan temperatur dapat mencapai 4800 °C.
Sedangkan menurut sifat mekanik (sifat dari material) -nya, bumi dapat dibagi
menjadi lapisan-lapisan sebagai berikut :
1. Litosfer
Litosfer adalah kulit terluar dari planet berbatu. Litosfer berasal dari kata
Yunani, lithos yang berarti berbatu, dan sphere yang berarti padat. Litosfer
bumi meliputi kerak dan bagian teratas dari mantel bumi yang mengakibatkan
kerasnya lapisan terluar dari planet bumi. Litosfer ditopang oleh astenosfer,
yang merupakan bagian yang lebih lemah, lebih panas, dan lebih dalam dari
mantel. Batas antara litosfer dan astenosfer dibedakan dalam hal responnya
terhadap tegangan: litosfer tetap padat dalam jangka waktu geologis yang relatif
lama dan berubah secara elastis karena retakan-retakan, sednagkan astenosfer
berubah seperti cairan kental.
Litosfer terpecah menjadi beberapa lempeng tektonik yang mengakibatkan
terjadinya gerak benua akibat konveksi yang terjadi dalam astenosfer. Konsep
litosfer sebagai lapisan terkuat dari lapisan terluar bumi dikembangkan oleh
Barrel pada tahun 1914, yang menulis serangkaian paper untuk mendukung
konsep itu. konsep yang berdasarkan pada keberadaan anomali gravitasi yang
signifikan di atas kerak benua, yang lalu ia memperkirakan keberadaan lapisan
kuat (yang ia sebut litosfer) di atas lapisan lemah yang dapat mengalir secara
konveksi (yang ia sebut astenosfer). Ide ini lalu dikembangkan oleh Daly pada
tahun 1940, dan telah diterima secara luas oleh ahli geologi dan geofisika.
Meski teori tentang litosfer dan astenosfer berkembang sebelum teori lempeng
tektonik dikembangkan pada tahun 1960, konsep mengenai keberadaan lapisan
kuat (litosfer) dan lapisan lemah (astenosfer) tetap menjadi bagian penting dari
teori tersebut.
Terdapat dua tipe litosfer yaitu : Litosfer samudra, yang berhubungan dengan
kerak samudra dan berada di dasar samdura Litosfer benua, yang berhubungan
dengan kerak benua. Litosfer samudra memiliki ketebalan 50-100 km,
sementara litosfer benua memiliki kedalaman 40-200 km. Kerak benua
dibedakan dengan lapisan mantel atas karena keberadaan lapisan Mohorovicic.
2. Astenosfer
Astenosper merupakan lapisan dibawah lempeng tektonik, yang menjadi
tempat bergeraknya lempeng benua.
3. Mesosfer
Mesosfer adalah lapisan udara ketiga, di mana suhu atmosfer akan berkurang
dengan pertambahan ketinggian hingga ke lapisan keempat, termosfer. Udara
yang terdapat di sini akan mengakibatkan pergeseran berlaku dengan objek
yang datang dari angkasa dan menghasilkan suhu yang tinggi. Kebanyakan
meteor yang sampai ke bumi biasanya terbakar di lapisan ini.
Mesosfer terletak di antara 50 km dan 80-85 km dari permukaan bumi, saat
suhunya berkurang dari 290 K hingga 200 K (18oC hingga − 73oC). Antara
lapisan Mesosfer dengan lapisan atermosfer terdapat lapisan perantara yaitu
Mesopause.

D. Teori Terbentuknya Kulit Bumi


Kulit bumi dari waktu ke waktu selalu mengalami perubahan. Hal ini telah menjadi
bahan pemikiran para ahli untuk mengungkap proses perubahan dan perkembangan kulit
bumi pada masa lalu, sekarang dan prediksi pada masa yang akan datang. Adapun berbagai
teori terbentuknya kulit bumi yang dikemukakan para ahli antara lain sebagai berikut.
1. Teori kontraksi (Contraction theory)
Teori ini dikemukakan pertama kali oleh Descrates (1596-1650). Ia menyatakan
bahwa bumi semakin lama semakin susut dan mengkerut yang disebabkan oleh
terjadinya proses pendinginan, sehingga di bagian permukaannya terbentuk relief
berupa gunung, lembah, dan dataran.
Teori kontraksi didukung pula oleh James Dana (1847) dan Elie de Baumant
(1852). Mereka berpendapat bahwa bumi mengalami pengerutan karena terjadi proses
pendinginan di bagian dalam bumi yang mengakibatkan bagian permukaan bumi
mengerut membentuk pegunungan dan lembah-lembah.
2. Teori dua benua (Laurasia-Gondwana theory)
Teori ini menyatakan bahwa pada awalnya bumi terdiri atas dua benua yang sangat
besar, yaitu Laurasia di sekitar kutub utara dan Gondwana di sekitar kutub selatan
bumi. Kedua benua tersebut kemudian bergerak perlahan ke arah equator bumi,
sehingga akhirnya terpecah-pecah menjadi benua benua yang lebih kecil. Laurasia
terpecah menjadi Asia, Eropa dan Amerika Utara, sedangkan Gondwana terpecah
menjadi Afrika, Australia dan Amerika Selatan. Teori Laurasia-Gondwana kali
pertama dikemukakan oleh Edward Zuess pada 1884.
3. Teori pengapungan benua (Continental drift theory)
Teori pengapungan benua dikemukakan oleh Alfred Wegener pada 1912. Ia
menyatakan bahwa pada awalnya di bumi hanya ada satu benua maha besar yang
disebut Pangea. Menurutnya benua tersebut kemudian terpecah- pecah dan terus
bergerak melalui dasar laut. Gerakan rotasi bumi yang sentripugal, mengakibatkan
pecahan benua tersebut bergerak ke arah barat menuju equator. Teori ini didukung oleh
bukti-bukti berupa kesamaan garis pantai Afrika bagian barat dengan Amerika Selatan
bagian timur, serta adanya kesamaan batuan dan fosil pada kedua daerah tersebut.
4. Teori konveksi (Convection theory)
Menurut teori konveksi yang dikemukakan oleh Arthur Holmes dan Harry H. Hess
dan dikembangkan lebih lanjut oleh Robert Diesz, menyatakan bahwa di dalam bumi
yang masih dalam keadaan panas dan berpijar terjadi arus konveksi ke arah lapisan
kulit bumi yang berada di atasnya, sehingga ketika arus konveksi yang membawa
materi berupa lava sampai ke permukaan bumi di mid oceanic ridge (punggung tengah
samudera), lava tersebut akan membeku membentuk lapisan kulit bumi yang baru
menggeser dan menggantikan kulit bumi yang lebih tua.
Bukti kebenaran teori konveksi adalah terdapatnya tanggul dasar samudera (Mid
Oceanic Ridge), seperti Mid Atlantic Ridge dan Pasific-Atlantic Ridge. Bukti lainnya
didasarkan pada penelitian umur dasar laut yang membuktikan bahwa semakin jauh
dari punggung tengah samudera, umur batuan semakin tua. Artinya terdapat gerakan
yang berasal dari Mid Oceanic Ridge ke arah berlawanan yang disebabkan oleh adanya
arus konveksi dari lapisan di bawah kulit bumi.
5. Teori lempeng tektonik (Plate Tectonic theory)
Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa planet bumi terdiri atas sejumlah lapisan.
Lapisan bagian atas bumi merupakan bagian yang tegar dan kaku berada pada suatu
lapisan yang plastik atau cair. Hal ini mengakibatkan lapisan permukaaan bumi bagian
atas menjadi tidak stabil dan selalu bergerak sesuai dengan gerakan yang berada di
bawahnya. Keadaan inilah yang melatarbelakangi lahirnya teori Lempeng Tektonik.
Lahirnya teori lempeng tektonik (tectonic Plate theory) pada tahun 1968 merupakan
kenyataan mutakhir dalam geologi yang menunjukkan terjadinya evolusi bentuk
permukaan bumi.
Teori lempeng tektonik dikemukakan oleh Tozo Wilso. Berdasarkan teori ini, kulit
bumi atau litosfer terdiri atas beberapa lempeng tektonik yang berada di atas lapisan
astenosfer, Lempeng-lempeng tektonik pembentuk kulit bumi selalu bergerak karena
pengaruh arus konveksi yang terjadi pada lapisan astenosfer yang berada di bawah
lempeng tektonik kulit bumi.
Litosfer sebagai lapisan paling luar dari badan bumi, bagaikan kulit ari pada kulit
manusia dan merupakan lapisan kerak bumi yang tipis. Prinsip teori tektonik lempeng
adalah kulit bumi terdiri atas lempeng-lempeng yang kaku dengan bentuk tidak
beraturan. Dinamakan lempeng karena bagian litosfer mempunyai ukuran yang besar
di kedua dimensi horizontal (panjang dan lebar), tetapi berukuran kecil pada arah
vertikal (ketebalan). Bandingkan dengan daun meja, daun pintu, atau lantai di kelas
kalian! Lempeng ini terdiri atas lempeng benua (tebal sekitar 40 km) dan lempeng
samudera (tebal sekitar 10 km). Kedua lempeng tersebut berada di atas lapisan
astenosfer dengan kecepatan rata-rata 10 cm/tahun atau 100 km/10 juta tahun.
Astenosfer merupakan suatu lapisan yang cair (kental) dan sangat panas. Panasnya
cairan astenosfer senantiasa memberikan kekuatan besar dari dalam bumi untuk
menggerakkan lempeng-lempeng secara tidak beraturan. Kekuatan ini dinamakan
tenaga endogen yang telah menghasilkan berbagai bentuk di permukaan bumi. Di bumi
ini litosfer terpecah-pecah menjadi sekitar 12 lempeng.
Teori lempeng tektonik banyak didukung oleh fakta ilmiah, terutama dari data
penelitian geologi, geologi kelautan, kemagnetan purba, kegempaan, pendugaan
paleontologi, dan pemboran laut dalam. Lahirnya teori lempeng tektonik sebenarnya
merupakan jalinan dari berbagai konsep dan teori lama seperti Teori Apungan Benua,
Teori Arus Konveksi, Teori Pemekaran Lantai samudera, dan Teori Sesar Mendatar,
sebagaimana telah dijelaskan pada teori-teori di atas.
Lempeng-lempeng tersebut selalu bergerak dan mendesak satu sama lain. Lempeng
tektonik bagian atas disebut lempeng samudera, sedangkan lempeng tektonik pada
bagian atas terdapat masa kontinen disebut lempeng benua. Kedua lempeng ini
memiliki sifat yang berbeda. Apabila dua lempeng yang berbeda sifat tersebut saling
mendekat, umumnya lempeng samudera akan ditekuk ke bawah lempeng benua
hingga jauh ke dalam lapisan astenosfer. Bertemunya antara dua lempeng seperti ini
dinamakan gerakan bertumbukan (subduction), sedangkan daerah yang menjadi
tempat tumbukan lempeng- lempeng disebut subduction zone.
Selain saling mendekat kemudian bertumbukan, gerakan lempeng juga ada yang
saling menjauh dengan lempeng lainnya, dinamakan gerak divergent atau disebut juga
sebagai proses pemekaran. Hasil pemekaran lempeng yang berada di atas benua
disebut rifting, sedangkan pemekaran yang berada di samudera disebut spreading.
Contoh proses ini adalah pecahnya Benua Pangea pada Zaman Trias dengan
membentuk celah sepanjang pinggiran Atlantik yang memisahkan Afrika dan Amerika
Latin. Coba kamu perhatikan kedua benua tersebut! Pasti nampak seperti sebuah
sobekan kertas yang keduanya menunjukkan ciri-ciri bekas sobekan yang
berpasangan. Selain itu, ada juga gerakan lempeng yang hanya bersinggungan atau
berpapasan, disebut juga transcurrent fault.

E. Gejala Lempeng Tektonik Kaitannya Dengan Persebaran Gunung Api Dan Gempa
Bumi
Pinggiran lempengan India-Australia bertabrakan dengan lempengan
Eurasia,lempengan tersebut longsor jauh kedalam bumi.suhu yang sangat tinggi telah
melelehkan pinggiran lempeng sehingga menghasilkan magma.Kemudian magma ini
muncul melalui retakan di permukaan bumi dan membentuk gunung-gunung api
KAITAN LEMPENG TEKTONIK DENGAN PERSEBARANG G.BERAPI
DAN GEMPA BUMI
Lempeng India-Australia sedang didorong ke bawah lempengan Eurasia. proses ini
dinamakan penujaman. Tabrakan kedua lempeng tersebut membentuk pegunungan
Himalaya, yakni busur gunung api di Indonesia, parit Sunda dan Jawa, serta tanah tinggi
Nugini. Australia bagian utara telah didorong ke arah bawah sehinga membentuk teluk
Carpentari dan Laut Timor serta Laut Arafuru.
Ketika pinggiran lempengan India-Australia bertabrakan dengan lempengan
Eurasia, lempengan tersebut longsor jauh ke dalam bumi, di bawah Indonesia. suhu yang
sangat tinggi melelehkan pinggiran lempengan sehingga menghasilkan magma. kemudian
magma muncul melalui retakan di permukaan bumi dan membentuk gunung-gunung api.
Busur gunung api di Indonesia terbentuk dengan cara seperti itu.
Di indonesia terdapat 400 gunung berapi, tapi yang masih aktif kira-kira 80 gunung
saja. gunung-gunung tersebut di golongkan atas 3 barisan :
1. sumatra-jawa-nusa tenggara-sekitar laut banda
2. halmahera dan pulau-pulau disebelah baratnya
3. sulawesi utara-pulau sangihe-pulau Mindanao
Ada 3 sistem pokok persebaran pegunungan yang bertemu di Indonesia, yaitu:
1. Sistem sunda
Sistem ini dimulai dari Arakan Yoma di Myanmar sampai ke kepulauan banda
di Maluku dengan panjang kurang lebih 7000 km. terdiri dari 5 busur pegunungan:
a. Busur arakan yoma berpusat di Shan Myanmar
b. Busur Andaman Nicobar berpusat di Mergui
c. Busur Sumatra-Jawaberpusat di anambas
d. Busur Kep. Nusa Tenggara
e. Busur Banda berpusat di Banda
2. Sistem Busur Tepi Asia
Sistem ini dimulai dari Kamsyatku melalui Jepang, Filipina, Kalimantan, dan
Sulawesi. Di Filipina busur ini bercabang tiga yaitu:
a. Cabang pertama dari pulau Luzon melalui pulau palawan ke kalimantan utara
b. Cabang kedua dari pulau Luzon melalui pulau samar ke mindanau, dan kep.
Sulu ke kalimantan utara
c. Cabang ketiga dari pulau Samar ke mindanau dan pulau sangihe ke Sulawesi
3. Sistem Sirkum Australia
Sistem ini dimulai dari selandia baru melalui keledonia baru ke irian jaya
(papua). bagian utara dari sistem ini bercabang dua yakni :
a. Cabang pertama dari ekor pulau irian melalui bagian tengah sampai ke
pegunungan charleslois di sebelah barat
b. Cabang kedua dari kepulauan bismarck melalui pegunungan tepi utara irian
sampai ke kepala burung menuju Halmahera

F. Daerah Persebaran Rawan Gempa Bumi Di Indonesia


Indonesia merupakan daerah pertemuan rangkaian Sirkum Mediterania dan
rangkaian sirkum Pasifik, dengan proses pembentukan pegunungan yang masih
berlangsung. Oleh sebab itu di indonesia banyak terjadi gempa bumi. Pusat gempa di dalam
bumi disebut hiposentrum di indonesia terdapat hiposentrum yang dalamnya lebih dari
500km, contohnya di bawah laut flores yang dalamnya kira-kira 720km. Pusat gempa pada
permukaan bumi disebut episentrum. Kerusakan terbesar yang diakibatkan oleh gempa
terdapat di daerah episentrum, di indonesia episentrum banyak terdapat di bawah
permukaan air laut.
Pada peta gempa ada beberapa macam garis yang di kenal yaitu:
a. Homosiesta : adalah garis yang menghubungkan tempat-tempat yang dilalui
gempa pada waktu yang sama
b. Isosiesta : adalah garis yang menghbungkan tempat-tempat yang dilalui oleh
gempa yang berintensitas yang sama
c. Pleistosiesta : adalah garis yang mengelilingi daerah yang mendapat kerusakan
terhebat dalam gempa bumi. pleistoseista ini mengelilingi epsentrum, karena
daerah sekitar episentrum mengalami kerusakan yang paling parah. isoseista
yang pertama juga merupakan pleistoseista.
Proses perambatan gempa bumi melalui tiga macam getaran yaitu:
1. Getaran Longitudinal Atau Merapat-Meregang.
Getaran ini berasal dari hiposentrum dan bergerak malalui dalam bumi.
kecepatan getaran ini besar sekali, yaitu 7-14 km/jam. getran ini datang paling
awal dan disebut getaran primer, getaran ini belum menimbulkan kerusakan.
2. Getaran Transfersal Atau Naik Turun
Getaran ini berasal dari hiposentrum dan bergerak melalui bagian dalam bumi.
kecepatan getaran ini antara 4-7 km/jam. getaran ini datang setelah getaran
longitudinal dan merupakan getaran pendahuluan kedua dan disebut getaran
sekunder,getaran ini belum menimbulkan kerusakan.
3. Getaran Gelombang Panjang
Getaran ini berasal dari episentrum dan bergerak melalui permukaan bumi.
kecepatan getaran ini antara 3,8-3,9 km/jam. getaran ini datang paling akir,
tetapi merupakan getaran pokok,getaran ini yang menimbulkan kerusakan.
Gempa bumi ada yang mempunyai kekuatan besar dan ada yang berkekuatan
kecil. dilihat dari intensitasnya ada dua macam gempa yaitu :
1. Makroseisme yaitu gempa yang intensitasnya besar dan dapat diketahui
tanpa alat.
2. Mikroseisme yaitu gempa yang intensitasnya kecil sekali dan hanya dapat
diketahui dengan menggunakan alat saja.
Menurut sebab terjadinya gempa ada tiga macam yaitu:
1. Gempa Runtuhan Atau Gempa Guguran
Terjadi karena gugurnya atu runtuhnya tanah. daerah yang terjadi gempa
guguran adalah daerah tambang yang berbentuk terowongan, pegunungan
kapur, atau lubang. umumnya gempa runtuhan terjadi dalam skala kecildan
terjadi dalam wilayah lokal.
2. Gempa vulkanis
Terjadi karena meletunya gunung api. jika gunung api akan meletus, timbullah
tekanan gas dari dalam sumbat kawah. tekanan ini menyebabkan terjadinya
getaran yang disebut gempa bumi. gempa ini hanya terdapat disekitar gunung
api yang meletus. bahaya gempa bumi ini lebih besar dari pada gempa bumi
runtuhan, namun lebih kecil dibandingkan dengan gempa tektonik.
3. Gempa Tektonis
Terjadi karena gerak lempeng tektonik dan merupakan akibat dari gerak
orogenetik. daerah yang seringkali mengalami gempa ini adalah daerah
pegunungan lipatan muda, yaitu daerah rangkaian mediterania dan rangkaian
sirkum pasifik. bahaya dari gempa ini dapat besar sekali karena lapisan bumi
dapat mengalamilipatan, retakan, patahan atau bergeser. karena gempa ini selalu
mengakibatkan pergeseran muka bumi, maka gempa ini disebut juga gempa
dislokasi.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Bumi terdiri dari lapisan-lapisan, mulai dari kerak, mantel (atas dan bawah) dan inti
(luar dan dalam). Dari lapisan tersebut ada yang dinamakan litosfer (lapisan kerak dan
mantel bagian atas) yang dapat kita sebut juga dengan lempeng litosfer. Lempeng ini
bersifat brittle atau mudah rapuh dan cenderung pecah, jadi bumi bagian atas terdiri dari
lempeng-lempeng yang terpecah-pecah. Antara lempeng satu dengan yang lain saling
bergerak, adapun yang mengakomodasi pergerakan lempeng yaitu adanya konveksi pada
bagian mentel dan gaya-gaya yang bekerja pada lempeng (ridge push, slab pull dan trench
section).
Jika pecahan lempeng itu bergerak pasti akan terjadi tumbrukkan antar lempeng,
ada juga yang saling menjauh dan ada juga yang saling berpapasan, atau divergen (lempeng
saling menjauh), konvergen (lempeng saling bertumbukan) dan transform (lempeng saling
berpapasan). Pada awalnya bumi dianggap statis (tidak bergerak) tetapi sejak adanya
hipotesis dari seorang ahli meteorologi dan geofisika Jerman, Alferd Wegener yang
menyatakan bahwa continental mempunyai kemampuan untuk bergerak (continental drift),
pernyataan ini disertai bukti-bukti bahwa temuan lokasi fosil yang saling terhubung antar
benua dan kesamaan batuan sedimen antar beberapa benua, hal ini mengisyaratkan bahwa
sebenarnya dahulu benua adalah satu yang disebut dengan pangea.
Tetapi pada saat itu belum ada bukti ilmiah yang dapat menjelaskan mengenai
mekanisme yang menggerakan continen. Sampai 30 tahun para ilmuan berdebat menegenai
mekanisme continental drift ini, kemudian pada tahun 1960 ditemukan pegunungan di
bawah laut dan pola alternating magnetik batuan pada permukaan lantai samudra, dari
penemuan ini mulai ada pencerahan dalam menjelaskan mekanisme continental drift.

Anda mungkin juga menyukai