Anda di halaman 1dari 3

A.

KOMPLIKASI
Terutama kita tujukan pada operasi TURP komplikasi jangka pendek
adalah:
1. Perdarahan
2. Infeksi
3. Hipo Natremia (TUR sindrom)
4. Retensi bekuan darah
Komplikasi jangka panjang
1. Striktur urethra
2. Ejakulatio Retrograde
3. Gangguan Fungsi Ereksi

TUNA (transurethral needle ablation of the prostate)


Teknik ini memakai energi dari frekuensi radio yang
menimbulkan panas sampai mencapai 1000C, sehingga menyebabkan
nekrosis jaringan prostat. Sistem ini terdiri atas kateter TUNA yang
dihubungkan dengan generator yang dapat membangkitkan energi pada
frekuensi radio 490 kHz. Kateter dimasukkan ke dalam uretra melalui
sistoskopi dengan pemberian anastesi topikal xylocaine sehingga jarum
yang terletak pada ujung kateter terletak pada kelenjar prostat. Pasien
seringkali masih mengeluh hematuria, disuria, kadang-kadang retensi
urin, dan epididimo-orkitis.
Stent uretra
Stent prostat dipasang pada uretra pars prostatika untuk
mengatasi obstruksi karena pembesaran prostat. Strent dipasang
intraluminal di antara leher buli-buli dan di sebelah proksimal
verumontetum sehingga urin dapat leluasa melewati lumen uretra pars
prostatika. Stent dapat dipasang secara temporer atau permanen. Yang
temporer dipasang selama 3-36 bulan dan terbuat dari bahaan yang tidak
diserap dan tidak mengadakan reaksi dengan jaringan. Alat ini dipasang
dan dilepas kembali secara endoskopi.
Stent yang permanen terbuat dari anyaman dari bahan logam
super alloy, nikel atau titanium. Dalam jangka waktu lama bahan ini akan
diliputi oleh urotelium sehingga jika suatu saat ingin dilepas harus
membutuhkan anastesi umum atau regional.
Pemasangan alat ini diperuntukkan bagi pasien yang tidak
mungkin menjalani operasi karena resiko pembedahan yang cukup tinggi.
Seringkali stent dapat terlepas dari insersinya di uretra posterior atau
mengalami enkrustasi. Sayangnya setelah pemasangan kateter ini, pasien
masih merasakan keluhan miksi berupa gejala iritatif, perdarahan uretra,
atau rasa tidak enak pada daerah penis.

HIFU (high intensity focused ultrasound)


Energi panas yang ditujukan untuk menimbulkan nekrosis pada
prostat berasal dari gelombang ultra dari transduser piezokeramik yang
mempunyai frekuensi 0,5-10MHz. energy dipancarkan melalui alat yang
diletakkan transrektal dan difokuskan ke kelenjar prostat. Teknik ini
memerlukan anastesi umum. Data klinis menunjukkan terjadi perbaikan
gejala klinis 50-60% dan Qmax rata-rata meningkat 40-50%. Efek lebih
lanjut dari tindakan belum diketahui, dan sementara tercatat bahwa
kegagalan terapi terjadi sekitar 10% setiap tahun.
Kontrol berkala
Setiap pasien hyperplasia prostat yang telah mendapatkan pengobatan
perlu control secara teratur untuk mengetahui perkembangan penyakitnya.
Jadwal control tergantung pada tindakan apa yang telah dijalaninya. Pasien
yang hanya mendapatkan pengawasan (watchful waiting) dianjurkan kontrol
setelah 6 bulan, kemudian setiap tahun untuk mengetahui apakah terjadi
perbaikan klinis. Penilaian dilakukan dengan pemeriksaan skor IPSS,
uroflometri, dan residu urin pasca miksi.
Pada pasien yang mendapatkan terapi penghambat 5α-reduktase harus
dikontrol pada minggu ke-12 dan bulan ke-6 untuk menilai respon terhadap
terapi. Kemudian setiap tahun untuk menilai perubahan gejala miksi. Pasien
yang menjalani pengobatan penghambat reseptor adrenergik-α harus dinilai
respon terhadap pengobatan setelah 6 minggu dengan melakukan pemeriksaan
IPSS, uroflometri, dan residu urin pasca miksi. Kalau terjadi perbaikan gejala
tanpa menunjukkan penyulit yang berarti, pengobatan dapat diteruskan.
Selanjutnya kontrol dilakukan setelah 6 bulan dan kemudian setiap tahun.
Pasien yang telah menerima pengobatan medikamentosa dan tidak
menunjukkan adanya perbaikan perlu dipikirkan tindakan pembedahan atau
terapi intervensi yang lain.
Setelah pembedahan, pasien harus menjalani kontrol paling lambat 6
minggu pasca operasi untuk mengetahui kemungkinan terjadinya penyulit.
Kontrol selanjutnya setelah 3 bulan untuk mengetahui hasil akhir operasi.
Pasien yang mendapatkan terapi invasive minimal harus menjalani kontrol
secara teratur dalam jangka waktu yang lama, yaitu setelah 6 minggu, 3 bulan,
6 bulan, dan setiap tahun. Pada pasien yang mendapatkan terapi invasive
minimal, selain dilakukan penilaian terhadap skor miksi, dilakukan
pemeriksaan kultur urin untuk melihat kemungkinan penyulit infeksi saluran
kemih akibat tindakan itu.

Anda mungkin juga menyukai