Tubuh manusia terdiri dari zat padat dan zat cair. Pada manusia dewasa
distribusi zat padat adalah 40% dari berat badan dan 60% lagi adalah terdiri dari
zat cair.
Zat cair (60%) terdiri dari cairan intrasel 40% berat badan, cairan ekstrasel
20% berat badan, dan cairan transelular 1-3% berat badan. Cairan ekstrasel dibagi
lagi menjadi cairan intravascular dan cairan interstisial. Pada bayi cairan jumlah
ekstrasel lebih besar dari intrasel. Perbandingan ini akan berubah sesuai dengan
perkembangan tubuh, sehingga pada dewasa cairan intrasel 2 kali cairan ekstrasel.
Dalam cairan tubuh terlarutnya zat-zat elektrolit dan non elektrolit. Zat-zat
non elektrolit antara lainnya adalah glukosa dan protein. Zat-zat elektrolit yang
penting dalam cairan tubuh adalah ion natrium dan ion klorida pada ekstrasel dan
1
ion kalium dan ion fosfat pada intrasel. Elektrolit itu sendiri merupakan molekul
yang pecah menjadi partikel bermuatan listerik yaitu kation dan anion, yang
dinyatakan dalam mEq/L cairan. Pada tiap kompartemen mempunyai komposisi
elektrolit yang tersendiri. Komposisi elektrolit plasma dan interstisial hampir
sama, kecuali didalam interstisial tidak mengandungi protein. Perbedaannya
seperti yang terlampir dibawah.
Pada dewasa :
2
(1500 ml + 20 ml/kg diatas 20 kg)
Na⁺ : 2 mEq/kg
K⁺ : 2 mEq/kg
: Dewasa : 15 ml/kg/hari
Jenis Cairan
Cairan intravena
Terdapat 3 jenis cairan intravena yang biasanya digunakan dalam terapi cairan:
Cairan Kristaloid
Merupakan cairan yang mengandung zat dengan berat molekul rendah ( <
8000 Dalton ) dengan atau tanpa glukosa. Tekanan onkotik yang rendah
menyebabkan ia mudah dan cepat terdistribusi ke seluruh ruang ekstraseluler,
sehingga volume yang diberikan harus lebih banyak (2,5-4 kali) dari volume
darah yang hilang. Cairan ini mempunyai masa paruh intravaskuler 20-30 menit.
Ekspansi cairan dari ruangan intravaskuler ke interstisial berlansung selama 30-60
menit sesudah infuse dan akan keluar dalam 24-48 jam sebagai urine. Secara
3
umum kristaloid digunakan untuk meningkatkan volume ekstrasel dengan atau
tanpa peningkatan volume intrasel.
Cairan Koloid
Cairan yang mengandungi zat dengan berat molekul tinggi ( > 8000
Dalton), misalnya protein. Cairan ini mengandung molekul-molekul besar
berfungsi seperti albumin dalam plasma yang akan tinggal dalam intravaskuler
cukup lama. Waktu paruh koloid intravaskuler adalah 3-6 jam, sehingga volume
yang diberikan adalah sama dengan volume darah yang hilang.
Contoh cairan koloid antara lain albumin, blood product (RBC), plasma
protein fraction (plasmanat) dan koloid sintetik (dextran, hetastarch).
Cairan Khusus
Dipergunakan untuk koreksi atau indikasi khusus. Contohnya NaCl 3%, bic-nat,
mannitol.
Kristaloid Koloid
4
Aliran urine Lebih besar GFR menurun
Ditujukan untuk menggantikan air yang hilang lewat urine, tinja, paru dan kulit.
Jumlah kehilangan air tubuh ini berbeda sesuai dengan umur, yaitu:
Anak-anak : 2 – 4 ml/kg/jam
Bayi : 4 – 6 ml/kg/jam
Neonates : 3ml/kg/jam
Ditujukan untuk mengganti kehilangan air tubuh akibat sekuestrasi atau proses
patologi lain seperti fistula, efusi pleura, asites, drainase lambung. Sebagai cairan
pengganti untuk tujuan ini digunakan cairan yang bersifat isotonik seperti, RL,
NS, D5RL, D5%+NS.
Cairan khusus
Ditujukan untuk keadaan khusus misalnya asidosis. Cairan yang digunakan adalah
bic-nat, NaCl 3%, dll.
5
Terapi Cairan pada Pembedahan
Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dan menjadi pegangan dalam
pemberian cairan perioperatif, yaitu :
6
Defisit cairan dan elektrolit pra bedah
Koloid dapat diberikan pada luka bakar, syok kardiogenik, ataupun syok
hemoragik. Antara lain yang bisa digunakan adalah, gelatin(hemaksel,gelafunin,
gelafusin), polimer dextrose (dextran 40, dextran 70), atau turunan kanji (haes,
ekspafusin).
7
o Tranfusi diberikan bila hematokrik <30%
o Insulin diberikan bila kadar gula darah >200mg%
o Histamine H2 bloker dan antacid sebaiknya diberikan untuk menjaga pH
lambung tetap 7,0.
0 – 10 kg : 4 ml/kgBB/jam
10 – 20 kg : tambahkan 2 ml/kgBB/jam
Penatalaksanaan
8
Pada fasa awal, pasien yang sadar akan mengeluh haus, nadi sedikit
meningkat, belum ada gangguan cairan dan komposisinya serius. Dehidrasi pada
fasa in terjadi jika kehilangan kira-kira 2% BB (1500 ml air).
Fasa moderat, di tandai dengan rasa haus, mukosa kering, otot lemah, nadi
cepat, dan lemah. Terjadi pada kehilangan cairan 6% BB.
9
Pembedahan yang tergolong kecil dan tidak terlalu traumatis misalnya
bedah mata (ekstrasi, katarak) cukup hanya diberikan cairan rumatan saja selama
pembedahan.
Usia Volume
Neonates*Prematur 90 ml/kgBB
Bayi 80 ml/kgBB
Dewasa 75 ml/kgBB
*Laki-laki 65 ml/kgBB
*Wanita
10
Walaupun volume cairan intravaskuler dapat dipertahankan dengan larutan
kristaloid, pemberian transfusi darah tetap harus menjadi bahan pertimbangan
berdasarkan:
Sebagai patokan kasar dalam pemberian transfusi darah: 1 unit sel darah
merah (PRC = Packed Red Cell) dapat menaikkan kadar hemoglobin sebesar
1gr% dan hematokrit 2-3% pada dewasa. Transfusi 10 cc/kgBB sel darah merah
dapat menaikkan kadar hemoglobin 3gr%. Monitor organ-organ vital dan diuresis,
berikan cairan secukupnya sehingga dieresis ± 1 ml/kgBB/jam.
Terapi cairan pasca bedah ditujukan terutama pada hal-hal di bawah ini:
11
cairan hipotonis dan bila perlu larutan garam isotonis. Terapi cairan ini
berlangsung sampai penderita dapat minum dan makan.
12
Daftar Pustaka
Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI.
13