Anda di halaman 1dari 13

Cairan Tubuh

Tubuh manusia terdiri dari zat padat dan zat cair. Pada manusia dewasa
distribusi zat padat adalah 40% dari berat badan dan 60% lagi adalah terdiri dari
zat cair.

Air merupakan bagian terbesar pada tubuh manusia, presentasenya dapat


berubah tergantung pada umur, jenis kelamin dan derajat obesitas seseorang. Pada
bayi usia < 1tahun, cairan tubuh sekitar 80-85% dari berat badan, dan pada bayi
>1 tahun, adalah sekitar 70-75% berat badan. Seiring dengan pertumbuhan,
presentase jumlah cairan terhadap berat badan beransur-ansur turun, iaitu pada
lelaki dewasa 50-60% berat badan dan pada wanita dewasa 50% berat badan.

Zat cair (60%) terdiri dari cairan intrasel 40% berat badan, cairan ekstrasel
20% berat badan, dan cairan transelular 1-3% berat badan. Cairan ekstrasel dibagi
lagi menjadi cairan intravascular dan cairan interstisial. Pada bayi cairan jumlah
ekstrasel lebih besar dari intrasel. Perbandingan ini akan berubah sesuai dengan
perkembangan tubuh, sehingga pada dewasa cairan intrasel 2 kali cairan ekstrasel.

Cairan intrasel merupakan cairan yang terkandung di dalam sel. Cairan


ekstrasel merupakan cairan yang berada diluar sel. Jumlah relative cairan
ekstraseluler berkurang seiring usia. Ia dibagi menjadi:

a. Cairan Intravaskular: cairan yang terkandung dalam pembuluh darah. Rata-


rata volume darah orang dewasa sekitar 5-6 liter dimana 3 liternya merupakan
plasma dan sisanya terdiri dari eritrosit, leukosit dan trombosit.
b. Cairan Interstisial: cairan yang mengelilingi sel, rata-rata volumenya adalah
11-12 liter pada orang dewasa. Cairan limfe juga termasuk dalam kategori ini.
c. Cairan Transeluler: merupakan cairan yang terkandung di antara rongga tubuh
tertentu seperti serebrospinal, perikordial, pleura, sendi synovial, intraocular,
dan sekresi saluran pencernaan.

Dalam cairan tubuh terlarutnya zat-zat elektrolit dan non elektrolit. Zat-zat
non elektrolit antara lainnya adalah glukosa dan protein. Zat-zat elektrolit yang
penting dalam cairan tubuh adalah ion natrium dan ion klorida pada ekstrasel dan

1
ion kalium dan ion fosfat pada intrasel. Elektrolit itu sendiri merupakan molekul
yang pecah menjadi partikel bermuatan listerik yaitu kation dan anion, yang
dinyatakan dalam mEq/L cairan. Pada tiap kompartemen mempunyai komposisi
elektrolit yang tersendiri. Komposisi elektrolit plasma dan interstisial hampir
sama, kecuali didalam interstisial tidak mengandungi protein. Perbedaannya
seperti yang terlampir dibawah.

Na K Mg Ca Cl HCO3 HPO4 SO4 Protein

Plasma darah 142 4 3 5 103 27 2 1 16

Cairan 144 4 1,5 2,5 114 30 2 1 0


interstisial

Cairan 15 150 27 2 1 10 100 20 63


intraselular

Kebutuhan Air dan Elektrolit setiap hari

Pada dewasa :

Air : 30-35 ml/kg

Kenaikan 1 derajat celcius ditambah 10-15%

Na⁺ : 1,5 mEq/kg (100 mEq/hari atau 5,9 g)

K⁺ : 1 mEq/kg (60 mEq/hari atau 4,5 g)

Pada bayi dan anak:

Air : 0-10 kg : 4 ml/kg/jam (100 ml/kg)

: 10-20 kg : 40 ml + 2 ml/kg/jam setiap kg diatas 10 kg

(1000 ml + 50 ml/kg diatas 10 kg)

: >20 kg : 60 ml + 1 ml/kg/jam setiap kg diatas 20 kg

2
(1500 ml + 20 ml/kg diatas 20 kg)

Na⁺ : 2 mEq/kg

K⁺ : 2 mEq/kg

Keseimbangan cairan masuk dan keluar.

Cairan Masuk Cairan Keluar

- Minuman : 800-1700 ml - Urin : Normal > 0,5 – 1 ml/kg/jam

- Makanan : 500-1000 ml - Feses : 1 ml/hari

- Hasil oksidasi : 200-300 ml - IWL

: Dewasa : 15 ml/kg/hari

: Anak : (30 – usia(th)) ml/kg/hari

Jenis Cairan

Cairan intravena

Terdapat 3 jenis cairan intravena yang biasanya digunakan dalam terapi cairan:

Cairan Kristaloid

Merupakan cairan yang mengandung zat dengan berat molekul rendah ( <
8000 Dalton ) dengan atau tanpa glukosa. Tekanan onkotik yang rendah
menyebabkan ia mudah dan cepat terdistribusi ke seluruh ruang ekstraseluler,
sehingga volume yang diberikan harus lebih banyak (2,5-4 kali) dari volume
darah yang hilang. Cairan ini mempunyai masa paruh intravaskuler 20-30 menit.
Ekspansi cairan dari ruangan intravaskuler ke interstisial berlansung selama 30-60
menit sesudah infuse dan akan keluar dalam 24-48 jam sebagai urine. Secara

3
umum kristaloid digunakan untuk meningkatkan volume ekstrasel dengan atau
tanpa peningkatan volume intrasel.

Contoh cairan yang tergolong cairan kristaloid adalah: Ringer Laktat;


Ringer; NaCl 0,9% (NS); Dextrose 5% dan 10%, Darrow; dan D5%+NS dan
D5%+1/4NS.

Cairan Koloid

Cairan yang mengandungi zat dengan berat molekul tinggi ( > 8000
Dalton), misalnya protein. Cairan ini mengandung molekul-molekul besar
berfungsi seperti albumin dalam plasma yang akan tinggal dalam intravaskuler
cukup lama. Waktu paruh koloid intravaskuler adalah 3-6 jam, sehingga volume
yang diberikan adalah sama dengan volume darah yang hilang.

Contoh cairan koloid antara lain albumin, blood product (RBC), plasma
protein fraction (plasmanat) dan koloid sintetik (dextran, hetastarch).

Cairan Khusus

Dipergunakan untuk koreksi atau indikasi khusus. Contohnya NaCl 3%, bic-nat,
mannitol.

Kristaloid Koloid

Efek volume intravaskuler - Lebih baik ( efisien, volume


lebih kecil, menetap lebih lama)

Efek volume interstitial Lebih baik -

DO₂* sistemik - Lebih tinggi

Sembab paru Keduanya sama-sama potensial menyebabkan sembab


paru.

Sembab perifer Sering Jarang

Koagulopati - Dextran > kanji hidroksi etil

4
Aliran urine Lebih besar GFR menurun

Reaksi-reaksi Tidak ada Jarang

Harga Murah Albumin mahal, lainnya sedang.

*DO₂ = delivery oxygen

Pembahagian cairan juga di bagi berdasarkan fungsinya

Cairan pemeliharaan (maintenance therapy)

Ditujukan untuk menggantikan air yang hilang lewat urine, tinja, paru dan kulit.
Jumlah kehilangan air tubuh ini berbeda sesuai dengan umur, yaitu:

Dewasa : 1.5 – 2 ml/kg/jam

Anak-anak : 2 – 4 ml/kg/jam

Bayi : 4 – 6 ml/kg/jam

Neonates : 3ml/kg/jam

Mengingatkan cairan yang keluar sedikit sekali mengandungi elektrolit, maka


cairan pengganti terbaik adalah cairan hipotonik, seperti D5%+1/4NS, atau D5W.

Cairan pengganti (replacement therapy)

Ditujukan untuk mengganti kehilangan air tubuh akibat sekuestrasi atau proses
patologi lain seperti fistula, efusi pleura, asites, drainase lambung. Sebagai cairan
pengganti untuk tujuan ini digunakan cairan yang bersifat isotonik seperti, RL,
NS, D5RL, D5%+NS.

Cairan khusus

Ditujukan untuk keadaan khusus misalnya asidosis. Cairan yang digunakan adalah
bic-nat, NaCl 3%, dll.

5
Terapi Cairan pada Pembedahan

Cairan didalam tubuh dalam keadaan normal seharusnya mencukupi, ianya


biasa didapatkan dari makanan dan minuman. Dalam waktu 24 jam, air dan
elektrolit bisa keluar lewat air kemih, tinja, keringat dan uap air pernafasan.
Sekiranya terjadi ketidak seimbangan cairan didalam tubuh, akibat puasa lama,
kerana pembedahan salur cerna, perdarahan banyak, syok hipovolemik, anoreksia
berat, mual muntah yang masal dan lain-lain, maka dibutuhkan terapi cairan untuk
memenuhi kebutuhan tubuh. Antara lain tujuan terapi cairan sendiri adalah :

1. Mengganti kekurangan air dan elektrolit.


2. Memenuhi kebutuhan tubuh
3. Mengatasi syok
4. Mengatasi kelainan yang ditimbulkan kerana terapi yang diberikan
5. Sebagai tambahan untuk memasukkan obat dan zat makanan secara
rutin
6. Dapat juga untuk menjaga keseimbangan asam-basa

Dasar-Dasar Terapi Cairan Elektrolit Perioperatif

Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dan menjadi pegangan dalam
pemberian cairan perioperatif, yaitu :

Kebutuhan normal cairan dan elektrolit harian

Orang dewasa rata-rata membutuhkan cairan ± 30-35 ml/kgBB/hari dan


elektrolit utama Na+=1-2 mmol/kgBB/haridan K+= 1mmol/kgBB/hari.
Kebutuhan tersebut merupakan pengganti cairan yang hilang akibat pembentukan
urine, sekresi gastrointestinal, keringat (lewat kulit) dan pengeluaran lewat paru
atau dikenal dengan insensible water losses. Cairan yang hilang ini pada
umumnya bersifat hipotonus (air lebih banyak dibandingkan elektrolit).

6
Defisit cairan dan elektrolit pra bedah

Hal ini dapat timbul akibat dipuasakannya penderita terutama pada


penderita bedah elektif (sekitar 6-12 jam), kehilangan cairan abnormal yang
seringkali menyertai penyakit bedahnya (perdarahan, muntah, diare, diuresis
berlebihan, translokasi cairan pada penderita dengan trauma), kemungkinan
meningkatnya insensible water loss akibat hiperventilasi, demam dan berkeringat
banyak. Sebaiknya kehilangan cairan pra bedah ini harus segera diganti sebelum
dilakukan pembedahan.

Terapi Cairan Resusitasi

Terapi cairan resusitasi (TCR) bertujuan untuk menggantikan kehilangan


cairan tubuh yang bersifat akut atau ekspensi cepat dari cairan intravaskuler untuk
memperbaiki perfusi jaringan. Contohnya pada keadaan luka bakar atau syok.
TCR ini dapat dilakukan dengan member infuse NS, Ringer Asetat(RA), atau bisa
juga RL. Cairan diberikan sebanyak 20 ml/kg selama 30-60 menit. Pada keadaan
syok hemoragik, bisa diberikan 2-3 liter dalam waktu 10 menit.

Koloid dapat diberikan pada luka bakar, syok kardiogenik, ataupun syok
hemoragik. Antara lain yang bisa digunakan adalah, gelatin(hemaksel,gelafunin,
gelafusin), polimer dextrose (dextran 40, dextran 70), atau turunan kanji (haes,
ekspafusin).

Jika terjadi syok:

 Berikan oksigen dengan segera


 Berikan infuse isotonic RA, RL atau NS
 Jika tidak membaik dosis dapat diulang

Pertimbangan dalam melakukan resusitasi cairan.

o Medikasi harus diberikan secara i.v


o Perubahan Na dapat menyebabkan hiponatremi yang serius, maka Na harus
dimonitor terutama dalam pemberian infuse dalam volume yang besar.

7
o Tranfusi diberikan bila hematokrik <30%
o Insulin diberikan bila kadar gula darah >200mg%
o Histamine H2 bloker dan antacid sebaiknya diberikan untuk menjaga pH
lambung tetap 7,0.

Terapi Cairan Rumatan

Terapi cairan rumatan (TCR) ini bertujuan untuk memelihara keseimbangan


cairan tubuh dan nutrisi. Diberikan dengan kecepatan 80 ml/jam, sedangakan
untuk anak digunakan rumus 4:2:1, iaitu:

0 – 10 kg : 4 ml/kgBB/jam

10 – 20 kg : tambahkan 2 ml/kgBB/jam

> 20 kg : tambahkan 1 ml/kgBB/jam

TCRdapat diberikan infuse cairan elektrolit dengan kandungan karbohidrat atau


infus yang hanya mengandungi karbohidrat saja. Larutan elektrolit yang juga
mengandungi karbohidrat ialah larutan KA-EN, dextran+saline, DGAA, Ringer’s
dextrose, dll.

Penatalaksanaan

- Cairan Preoperative: Status cairan harus dinilai dan dikoreksi sebelum


dilakukannya induksi anestesi untuk mengurangi perubahan kardiovaskuler
dekompensasi akut. Penilaian status cairan ini dapat dari :
- Anamnesis: Apakah ada perdarahan, muntah, diare, rasa haus, kapan BAK
terakhir,jumlah dan warna.
- Pemeriksaan fisik: Didapatkan tanda-tanda obyektif dari status cairan, tekanan
darah, nadi, kulit, berat badan, kulit, abdomen, mata, dan mukosa.
- Laboratorium: Pemeriksaan elektrolit, BUN, hematokrit, hemoglobin dan
protein.

Defisit cairan diperkirakan dari berat-ringannya dehidrasi yang terjadi.

8
Pada fasa awal, pasien yang sadar akan mengeluh haus, nadi sedikit
meningkat, belum ada gangguan cairan dan komposisinya serius. Dehidrasi pada
fasa in terjadi jika kehilangan kira-kira 2% BB (1500 ml air).

Fasa moderat, di tandai dengan rasa haus, mukosa kering, otot lemah, nadi
cepat, dan lemah. Terjadi pada kehilangan cairan 6% BB.

Fasa lanjut/dehidrasi berat, ditandai adanya tanda-tanda shock


kardiosirkulasi, terjadi pada kehilangan cairan 7-15% BB. Kegagalan penggantian
cairan dan elektrolit, biasanya menyebabkan kematian. Biasanya pada kehilangan
cairan 15% BB atau lebih.

Defisit cairan karena persiapan pembedahan dan anestesi (puasa,


lavement) harus diperhitungkan dan sedapat mungkin segera diganti pada masa
pra-bedah sebelum induksi. Setelah dari sisa defisit yang masih ada diberikan
pada jam pertama pembedahan, sedangkan sisanya diberikan pada jam kedua
berikutnya. Kehilangan cairan di ruang ECF ini cukup diganti dengan cairan
hipotonis seperti garam fisiologis, Ringer Laktat dan Dextrose. Pada penderita
yang karena penyakitnya tidak mendapat nutrisi yang cukup maka sebaiknya
diberikan nutrisi enteral atau parenteral lebih dini lagi. Penderita dewasa yang
dipuasakan karena akan mengalami pembedahan (elektif) harus mendapatkan
penggantian cairan sebanyak 2 ml/kgBB/jam lama puasa. Defisit karena
perdarahan atau kehilangan cairan (hipovolemik, dehidrasi) yang seringkali
menyertai penyulit bedahnya harus segera diganti dengan melakukan resusitasi
cairan atau rehidrasi sebelum induksi anestesi. Kecuali penilaian terhadap keadaan
umum dan kardiovaskuler, tanda rehidrasi tercapai ialah dengan adanya produksi
urine 0,5 ml/kgBB.

Terapi cairan selama pembedahan

Jumlah penggantian cairan selama pembedahan dihitung berdasarkan


kebutuhan dasar ditambah dengan kehilangan cairan akibat pembedahan
(perdarahan, translokasi cairan dan penguapan atau evaporasi). Jenis cairan yang
diberikan tergantung kepada prosedur pembedahannya dan jumlah darah yang
hilang.

9
Pembedahan yang tergolong kecil dan tidak terlalu traumatis misalnya
bedah mata (ekstrasi, katarak) cukup hanya diberikan cairan rumatan saja selama
pembedahan.

Pembedahan dengan trauma ringan misalnya: appendektomi dapat


diberikan cairan sebanyak 2 ml/kgBB/jam untuk kebutuhan dasar ditambah 4
ml/kgBB/jam untuk pengganti akibat trauma pembedahan. Total yang diberikan
adalah 6 ml/kgBB/jam berupa cairan garam seimbang seperti Ringer Laktat atau
Normosol-R.

Pembedahan dengan trauma sedang diberikan cairan sebanyak 2


ml/kgBB/jam untuk kebutuhan dasar ditambah 8 ml/kgBB/jam untuk
pembedahannya. Total 10 ml/kgBB/jam.

Penggantian darah yang hilang

Kehilangan darah sampai sekitar 20% EBV (EBV = Estimated Blood


Volume = taksiran volume darah), akan menimbulkan gejala hipotensi, takikardi
dan penurunan tekanan vena sentral. Kompensasi tubuh ini akan menurun pada
seseorang yang akan mengalami pembiusan (anestesi) sehingga gejala-gejala
tersebut seringkali tidak begitu tampak karena depresi komponen vasoaktif.

Usia Volume

Neonates*Prematur 90 ml/kgBB

*full term 85 ml/kgBB

Bayi 80 ml/kgBB

Dewasa 75 ml/kgBB

*Laki-laki 65 ml/kgBB

*Wanita

10
Walaupun volume cairan intravaskuler dapat dipertahankan dengan larutan
kristaloid, pemberian transfusi darah tetap harus menjadi bahan pertimbangan
berdasarkan:

- Keadaan umum penderita ( kadar Hb dan hematokrit) sebelum


pembedahan
- Jumlah/penaksiran perdarahan yang terjadi
- Sumber perdarahan yang telah teratasi atau belum.
- Keadaan hemodinamik (tensi dan nadi)
- Jumlah cairan kristaloid dan koloid yang telah diberikan
- Kalau mungkin hasil serial pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit.
- Usia penderita

Sebagai patokan kasar dalam pemberian transfusi darah: 1 unit sel darah
merah (PRC = Packed Red Cell) dapat menaikkan kadar hemoglobin sebesar
1gr% dan hematokrit 2-3% pada dewasa. Transfusi 10 cc/kgBB sel darah merah
dapat menaikkan kadar hemoglobin 3gr%. Monitor organ-organ vital dan diuresis,
berikan cairan secukupnya sehingga dieresis ± 1 ml/kgBB/jam.

Terapi Cairan dan Elektrolit Pasca Bedah

Terapi cairan pasca bedah ditujukan terutama pada hal-hal di bawah ini:

Pemenuhan kebutuhan dasar/harian air, elektrolit dan kalori/nutrisi.


Kebutuhan air untuk penderita di daerah tropis dalam keadaan basal sekitar ± 50
ml/kgBB/24 jam. Pada hari pertama pasca bedah tidak dianjurkan pemberian
kalium karena adanya pelepasan kalium dari sel/jaringan yang rusak, proses
katabolisme dan transfusi darah. Akibat stress pembedahan, akan dilepaskan
aldosteron dan ADH yang cenderung menimbulkan retensi air dan natrium. Oleh
sebab itu, pada 2-3 hari pasca bedah tidak perlu pemberian natrium. Penderita
dengan keadaan umum baik dan trauma pembedahan minimum, pemberian
karbohidrat 100-150 mg/hari cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan kalori
dan dapat menekan pemecahan protein sampai 50% kadar albumin harus
dipertahankan melebihi 3,5 gr%. Penggantian cairan pasca bedah cukup dengan

11
cairan hipotonis dan bila perlu larutan garam isotonis. Terapi cairan ini
berlangsung sampai penderita dapat minum dan makan.

Mengganti kehilangan cairan pada masa pasca bedah:

- Akibat demam, kebutuhan cairan meningkat sekitar 15% setiap kenaikan


1°C suhu tubuh.
- Adanya pengeluaran cairan lambung melalui sonde lambung atau muntah.
- Penderita dengan hiperventilasi atau pernapasan melalui trakeostomi dan
humidifikasi.
- Melanjutkan penggantian defisit cairan pembedahan dan selama
pembedahan yang belum selesai. Bila kadar hemoglobin kurang dari 10
gr%, sebaiknya diberikan transfusi darah untuk memperbaiki daya angkut
oksigen.
- Koreksi terhadap gangguan keseimbangan yang disebabkan terapi cairan
tersebut. Monitoring organ-organ vital dilanjutkan secara seksama
meliputi tekanan darah, frekuensi nadi, diuresis, tingkat kesadaran,
diameter pupil, jalan nafas, frekuensi nafas, suhu tubuh dan warna kulit.

12
Daftar Pustaka

Latief, S. A., Suryadi, K. A., Dachlan M. R. 2009. Petunjuk Praktis Anestesiologi.

Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI.

13

Anda mungkin juga menyukai