Anda di halaman 1dari 20

PRESENTASI KASUS SARAF

Oleh :

Chrisanto

112018143

Moderator :

dr. A. Chalim Muntasir, Sp.S

Kepaniteraan Klinik Saraf


RSPAD Gatot Soebroto Jakarta
Periode 20 April – 25 Mei 2019
LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 41 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Guru
Agama : Islam
Status pernikahan : Menikah
Suku bangsa : Jawa
Dirawat yang ke : Pertama
Tanggal pasien datang: 23 April 2019
Tanggal pemeriksaan : 8 Mei 2019 Pukul 18.00 WIB

II. Anamnesa
Autoanamnesa
Keluhan Utama : Kelemahan pada anggota gerak kanan 2 minggu SMRS

 Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang dengan keluhan lemah anggota gerak kanan secara tiba-tiba sejak 2
minggu sebelum masuk rumah sakit. Awalnya pasien sedang berkendara motor
kemudian tiba-tiba pasien merasakan lemas pada anggota gerak sebelah kanan.
Keluhan pasien membaik ketika pasien tidur, 1 hari sebelum masuk rumah sakit lemas
yang dirasakan pasien tidak semakin membaik dan menjadi semakin berat sampai
seperti mati rasa. Pasien tidak mengeluhkan adanya bicara pelo dan mulut mencong.
Tidak ada keluhan dalam menelan minuman atau makanan. Pasien menyangkal
riwayat trauma kepala, nyeri kepala, muntah proyektil, penurunan kesadaran, demam
maupun infeksi sebelumnya. Pasien juga menyangkal adanya rasa baal maupun
kesemutan. Gangguan BAK dan BAB disangkal. Pasien memiliki riwayat penyakit
darah tinggi. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit diabetes melitus dan penyakit
jantung. Pasien memiliki riwayat stroke pada tahun 2016. Riwayat stroke pada tahun
2016 terjadi dengan keluhan lemah anggota gerak sebelah kanan. Pasien juga
memiliki riwayat penyakit polisitemia vera yang pasien ketahui pada tahun 2016 saat
ingin melakukan tindakan DSA.
 Riwayat Kebiasaan

Pasien suka mengkonsumsi makan-makanan yang berlemak.

 Riwayat Penyakit Dahulu


 Hipertensi : (+) sejak 5 tahun yang lalu, terkontrol,
berobat ke dokter penyakit dalam, obat yang digunakan Amlodipine
5x1

 Trombositosis : (+) sejak 3 tahun yang lalu, pasien rajin


donor darah dan rutin minum obat Tromboreductin 1 x 0,5 mg

 Diabetes Melitus : Disangkal


 Sakit jantung : Disangkal
 Asam urat : Disangkal
 Trauma : Disangkal
 Sakit kepala sebelumnya : Disangkal
 Kegemukan : Disangkal

 Riwayat Penyakit Keluarga


Ibu memiliki riwayat hipertensi

 Riwayat Kelahiran / Pertumbuhan / Perkembangan


Tidak ada kelainan.

III. Pemeriksaan Fisik


 Status Internus
- Keadaan umum : Baik
- Gizi : BMI 27,76 (pre-obesitas)
- Tanda-tanda vital :
 Tekanan darah kanan : 120/80 mmHg
 Tekanan darah kiri : 120/80 mmHg
 Nadi kanan : 84x/menit
 Nadi kiri : 84x/menit
 Pernafasan : 18x/menit
 Suhu : 36.5oC
- Limfonodi : Tidak teraba perbesaran
- Jantung : Bunyi jantung I/II reguler, murmur (-), gallop (-)
- Paru : Suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
- Hepar : Tidak teraba pembesaran, nyeri (-)
- Lien : Tidak teraba pembesaran, nyeri (-)
- Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), sianosis (-)

 Status Psikiatri
o Tingkah laku : Baik, wajar
o Perasaan hati : Euthym
o Orientasi : Baik
o Jalan fikiran : Koheren
o Daya ingat : Baik
 Status Neurologis :
o Kesadaran : Kompos mentis; E4M6V5 GCS = 15
o Sikap tubuh : Terlentang
o Cara berjalan : Tidak dapat dinilai
o Gerakan abnormal : Tidak ada
o Kepala
 Bentuk : Normosefali
 Simetris : Simetris
 Pulsasi : Teraba
 Nyeri tekan : Tidak ditemukan
o Leher
 Sikap : Normal
 Gerakan : Normal
 Vertebra : Normal
 Nyeri tekan: Tidak ditemukan
o Tanda Rangsang Meningeal
 Kaku kuduk : -
 Laseque : >700 / >700
 Kernig : >1350 / >1350
 Brudzinski I : -/-
 Brudzinski II : -/-

o Nervus Kranialis
 N. I (Olfaktorius)
 Daya penghidu : Normosmia / Normosmia

 N. II (Optikus)
 Penglihatan : Baik / Baik
 Pengenalan warna : Baik / Baik
 Lapang pandang : Baik / Baik (sesuai pemeriksa)
 Fundus : Tidak dilakukan

 N. III (Okulomotorius), N. IV (Troklearis), N. VI (Abdusen)


 Ptosis : -/-
 Strabismus : -/-
 Nistagmus : -/-
 Exopthalmus : -/-
 Enopthalmus : -/-
 Gerakan bola mata
o Lateral : +/+
o Medial : +/+
o Atas lateral : +/+
o Atas medial : +/+
o Bawah lateral : +/+
o Bawah medial : +/+
o Atas : +/+
o Bawah : +/+
o Gaze : Baik
 Pupil
o Ukuran pupil : 3mm / 3mm
o Bentuk pupil : bulat / bulat
o Isokor/anisokor : isokor
o Posisi : di tengah
o Reflek cahaya langsung :+/+
o Reflek cahaya tidak langsung :+/+
o Reflek akomodasi/konvergensi :+/+

 N. V (Trigeminus)
 Menggigit : baik / baik
 Membuka mulut : baik / baik
 Sensibilitas atas : +/+
 Sensibilitas tengah : +/+
 Sensibilitas bawah : +/+
 Reflek masseter : (-)
 Reflek zigomatikus : Tidak dilakukan
 Reflek kornea : +/+
 Reflek bersin : Tidak dilakukan

 N. VII (Fasialis)
Pasif
 Kerutan kulit dahi : Simetris
 Kedipan mata : Simetris
 Lipatan nasolabial : Simetris
 Sudut mulut : Simetris

Aktif
 Mengerutkan dahi : Simetris
 Mengerutkan alis : Simetris
 Menutup mata : Simetris
 Meringis : Simetris
 Menggembungkan pipi : Simetris
 Gerakan bersiul : Dapat dilakukan
 Daya pengecapan lidah 2/3 depan: Tidak dilakukan
 Hiperlakrimasi : Tidak ada
 Lidah kering : Tidak ada

 N. VIII (Vestibulokoklearis)
 Suara gesekan jari tangan : +/+
 Mendengar detik jam : +/+
 Tes Swabach : Tidak dilakukan
 Tes Rinne : Tidak dilakukan
 Tes Weber : Tidak dilakukan

 N. IX (Glossofaringeus)
 Arkus pharynx : Simetris
 Posisi uvula : Di tengah (sentral)
 Daya pengecapan lidah 1/3 belakang: Tidak dilakukan
 Reflek muntah : Tidak dilakukan

 N. X (Vagus)
 Denyut nadi : Teraba, reguler
 Arkus pharynx : Simetris
 Bersuara : Jelas
 Menelan : Baik

 N. XI (Aksesorius)
 Memalingkan kepala : Baik
 Sikap bahu : Simetris
 Mengangkat bahu :-/+

 N. XII (Hipoglosus)
 Menjulurkan lidah : Simetris
 Kekuatan lidah :+/+
 Atrofi lidah : Tidak ditemukan
 Artikulasi : Baik
 Tremor lidah : Tidak terdapat tremor lidah

o Motorik
 Gerakan : Sulit digerakkan Bebas
Bebas Bebas

 Kekuatan : 2 2 2 2 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5 5 5

 Tonus : Normotonus Normotonus


Normotonus Normotonus

 Bentuk : Eutrofi Eutrofi


Eutrofi Eutrofi

o Reflek Fisiologis
 Reflek Tendon
 Reflek biceps : ↑/+
 Reflek triceps : ↑/ +
 Reflek patella : +/+
 Reflek Achilles: +/+
 Reflek periosteum : Tidak dilakukan
 Reflek permukaan dinding perut : +/+
 Reflek kremaster : Tidak dilakukan
 Reflek sphincter ani : Tidak dilakukan

o Reflek Patologis
 Hoffman Trommer : -/ -
 Babinski : -/ -
 Chaddock : -/-
 Oppenheim : -/-
 Gordon : -/-
 Schaeffer : -/-
 Rosollimo : -/-
 Mendel Bechterew : -/-
 Klonus kaki : -/-

o Sensorik
 Eksteroseptif
 Nyeri : Baik / Baik
 Suhu : Baik / Baik
 Taktil : Baik / Baik

 Proprioseptif
 Vibrasi : Tidak dilakukan
 Posisi : Baik / Baik
 Tekan dalam : Baik / Baik

o Koordinasi dan keseimbangan


 Tes Romberg : Tidak dapat dinilai
 Tes Tandem : Tidak dapat dinilai
 Tes Fukuda : Tidak dapat dinilai
 Disdiadokokinesis : normal
 Rebound phenomenon : Tidak dapat dinilai
 Dismetri : Tidak dapat dinilai
 Tes telunjuk hidung : normal
 Tes telunjuk telunjuk : normal
 Tes tumit lutut : normal

o Sistem Saraf Otonom


 Miksi
 Inkontinensia : Tidak ada
 Retensi : Tidak ada
 Anuria : Tidak ada

 Defekasi
 Inkontinensia : Tidak ada
 Retensi : Tidak ada

o Fungsi Luhur
 Fungsi bahasa : Baik
 Fungsi orientasi : Baik
 Fungsi memori : Baik
 Fungsi emosi : Baik
 Fungsi kognisi : Baik
III. Pemeriksaan Penunjang
 Laboratorium klinik pada tanggal 8 Mei 2019
Hasil
Jenis Pemeriksaan Nilai Rujukan
Saat Ini
HEMATOLOGI
Hematologi Rutin
Hemoglobin 15.6 12-16 g/dl
Hematokrit 51 37-47%
Eritrosit 7.6 4.3-6.0 juta/uL
Leukosit 14320 4800 – 10800/uL
Trombosit 815000 150000 – 400000/uL
MCV 67 80 – 96 fl
MCH 21 27 – 32 pg
MCHC 31 32 – 36 g/dl
KIMIA KLINIK
Ureum 12 20-50 mg/dL
Kreatinin 0.6 0.5-1.5 mg/dL
Glukosa darah (sewaktu) 95 70-140 mg/dL
HbA1c 5.1 4-5.6 %
Asam urat 6.1 2-6.5 mg/dL

 EKG tanggal 25 April 2019


Dalam batas normal
 Thorax Foto
Kesan : jantung dan paru dalam batas normal
 CT-Scan Kepala tanpa kontras tanggal 25 April 2019
Lesi hipodens multipel di ganglia basalis kiri sampai ke paraventrikel lateralis
kiri
Lesi hipodens batas tegas di cortex subcortex lobus parietalis kiri
Lesi hipodens batas tegas di cortex lobus frontalis kiri dengan pelebaran sulci di
regio tersebut
Sulci cerebri dan fissura Sylvii sisi kiri lebih lebar dibandingkan yang kanan
Sulci cerebri, fissura Sylvii sisi kanan, fissura interhemisfer dan sistem sisterna
dalam batas normal
Ventrikel lateralis kanan kiri, ventrikel III maupun IV normal
Tak tampak distorsi midline maupun tanda desak ruang
Sinus paranasalis cerah
Mastoid air cells kanan kiri cerah
Septum nasi di tengah
Bulbus oculi simetris kanan kiri
Tulang-tulang intak
Kesan :
-. Infark multipel di ganglia basalis kiri sampai ke paraventrikel lateralis kiri
-. Infark kronik di cortex subcortex lobus parietalis kiri
-. Infark kronik mengarah ke encephalomalacia di cortex lobus frontalis kiri
-. Tak tampak pendarahan maupun SOL di intracranial

IV. RESUME
Ny. S, usia 41 tahun, datang dengan keluhan anggota gerak kanan mendadak sudah 2
minggu masuk rumah sakit. Pasien tidak mengeluhkan adanya bicara pelo (sisatria),
penurunan kesadaran, nyeri kepala, trauma kepala, muntah proyektil, demam maupun infeksi.
Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 5 tahun dan berobat teratur. Pasien memiliki riwayat
stroke pada tahun 2016. Pasien memiliki riwayat penyakit trombositosis yang diketahui pada
tahun 2016.
Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum baik, kesadaran compos mentis dengan GCS
15, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 84 x/menit, pernafasan 18 x/menit, suhu 36.5oC (per
aksila). Status generalis lainnya dalam batas normal.
Pada pemeriksaan neurologis ditemukan monoparesis ekstremitas superior dextra
dengan kekuatan motorik menurun (skor 2). Pemeriksaan lain-lain dalam batas normal
Pada pemeriksaan penunjang CT scan otak ditemukan infark multiple di hemisfer kiri.
Pemeriksaan penunjang lain tidak ditemukan kelainan.

V. DIAGNOSIS
 Diagnosis klinis : Monoparesis ekstremitas superior dextra
 Diagnosis topis : Hemisfer cerebri sinistra
 Diagnosis etiologis : Stroke non hemoragik
 Diagnosis sekunder : Hipertensi dan Trombositosis

a) Terapi
MEDIKAMENTOSA :
 IVFD RL 35 tpm
 Inj Citicoline 2 x 1 gr I.V
 Pletaal 2 x 100 mg P.O
 Allopurinol 1 x 100 mg P.O
 Amlodipine 1 x 10 mg (pagi)
 Ramipril 1 x 10 mg (malam)
 Aspilet 1 x 80 mg
 Concor 1 x 2.5 mg (pagi)

NON – MEDIKAMENTOSA
 Jalan nafas harus terbuka, hisap lendir dan slem untuk mencegah
kekurangan oksigen. Dijaga agar oksigenasi, ventilasi baik, dan cegah
terjadinya aspirasi.
 Frekuensi nafas dipertahankan 12-18 kali permenit
 Pertahankan tekanan darah
 Memperhatikan kebutuhan cairan dan kalori, serta menghindari
konstipasi.
 Penggunaan kateter serta menghindari adanya infeksi saluran kemih

b) Penatalaksanaan selanjutnya
 Rencana fisioterapi

c) Prognosis
 Ad vitam : dubia ad bonam
 Ad fungsionam : dubia ad bonam
 Ad sanationam : dubia ad malam
DISKUSI

1. Apakah kemungkinan faktor penyebab diagnosa pasien?

Diagnosis pada pasien ini diambil berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis, keluhan utama pada pasien ini adalah kelemahan
pada ekstrimitas kanan superior, yang dikenal dengan monoparesis ekstrimitas superior
dextra. Monoparesis ekstrimitas superior dextra dapat disebabkan berbagai etiologi, antara
lain :1
 Infeksi
Pasien menyangkal adanya demam dan terjadi secara mendadak, sehingga kita bisa
menyingkirkan adanya infeksi. Namun perlu dilakukan pemeriksaan fisik untuk
menyingkirkan kemungkinan infeksi seperti meningitis, ensefalitis, atau abses.
 Malignansi
Pada anamesis, pasien mengalami kelemahan yang terjadi secara mendadak,
sedangkan pada malignansi terjadi secara progresif. Pertumbuhan masa di dalam otak
ataupun susunan saraf sering menimbulkan gejala awal, biasanya diawali dengan
nyeri baik nyeri kepala ataupun nyeri pada daerah yang terdesak. Pada pasien ini,
menyangkal adanya nyeri kepala ataupun nyeri pada tubuhnya.
 Trauma
Pasien menyangkal adanya riwayat trauma sebelumnya sehingga etiologis trauma
dapat disingkirkan.
 Vaskular
Penyakit vaskular merupakan etiologis yang paling masuk akal. Gangguan vaskular
yang sering mengakibatkan monoparesis adalah stroke hemoragik ataupun non
hemoragik. Pada pasien ini juga ditemukan trombositosis, manifestasi klinis utama
pada trombositosis yaitu thrombosis. Thrombosis dapat terjadi karena adanya
peningkatan massa trombosit dan hiperagregabilitas trombosit.1
.
2. Menurut klasifikasi tipe stroke, termasuk stroke tipe apa yang terjadi pada pasien
tersebut ?
Diambil diagnosa etiologis stroke non hemoragik pada pasien berdasarkan :
 Terjadi secara mendadak
 Tidak ada tanda tanda peningkatan tekanan intra kranial yang biasa terjadi pada
stroke hemorrhagic berupa penurunan kesadaran, nyeri kepala dan muntah proyektil
 Kelemahan pada lengan dan tangan kanan
 Algoritme stoke Gajah Mada, didapat :2
- Penurunan kesadaran (-)
- Nyeri kepala (-) stroke iskemik akut atau stroke infark
- Reflex babinsky (-)
 Siriraj Stroke Score (SSS)
- Kesadaran : Kompos mentis (0) x 2,5 = 0
- Muntah : Tidak (0) x2 = 0
- Nyeri kepala : Tidak (0) x2 = 0
- Tekanan darah (diastole) : 80 x 10% = 8
- Ateroma :0 (0) x (-3) = 0
- Konstanta = -12
- = -4
SSS <- 1 = Stroke non hemoragik
 Djoenadi Stoke Score, didapat :
- Permulaan serangan : Mendadak (menit – 1 jam) = 6,5
- Waktu serangan : Istirahat = 0
- Sakit kepala waktu serangan : Tidak ada = 0
- Muntah : Tidak ada = 0
- Kesadaran : Tidak ada gangguan = 1
- Tekanan darah sistolik : Tinggi (>140/100 mmHg) = 0
- Tanda rangsang selaput otak : Tidak ada kaku kuduk = 0
- Pupil : Isokor = 5
- Fundus okuli : Normal = 0
- Total Score = 12,5
Total score < 20 = Stroke non hemoragik
Kelemahan pada ekstremitas superior kanan disebut monoparesa ekstremitas superior
dextra. Kelemahan bisa termasuk pada lesi UMN ataupun LMN, namun untuk
menegakan diagnosis harus dilakukan pemeriksaan fisik untuk memastikan gejala klinis
dengan keluhan pasien.

- Pemeriksaan motorik, reflek fisiologi, reflek patologis


Pada penyakit stroke perlu dibedakan gejala untuk menentukan jenis lesinya.
Perbedaan UMN dan LMN antara lain :2,3
Kelumpuhan tipe UMN Kelumpuhan tipe LMN
1 Spastis Flasid
2 Reflek patologis (+) Reflek patologis (-)
3 Reflek fisiologis meningkat Reflek fisiologis menurun
4 Atrofi otot (-) Atrofi otot (+)

Reflek fisiologis pada pasien ini meningkat pada daerah kelemahan yaitu di
sebelah kanan, baik reflek bisep dan trisep.. Hal ini menunjukan adanya kelumpuhan
lesi UMN.
Kekuatan Motorik pada pasien ini
2 2 2 2 5 5 5 5 5 : bisa mengimbangi tahanan dari pemeriksa

5 5 5 5 5 5 5 5 yang normal
2 : hanya dapat menggeser
Pada fase akut suatu lesi di traktur kortikospinal, reflek tendon profunda
bersifat hipoaktif dan terdapat kelemahan flasid pada otot. Beberapa minggu
kemudian menjadi hiperaktif karena spindel otot berespon lebih sensitive terhadap
regangan dibandingkan keadaan normal, terutama fleksor ektremitas atas dan
ekstensor pada ektremitas bawah. Hipersensitivitas ini terjadi akibat hilangnya kontrol
inhibisi sentral desenden pada sel-sel fusimotot (neuron motor ɣ) yang mempersarafi
spindel otot sehingga berefek spastic, hiperefleksia, tanda-tanda traktur piramidalis.
Didapatkan monoparese eksitremitas superior dextra pada pasien ini karena
pada saat stadium akut pasien diberikan penanganan yang baik dari awal sehingga
prognosis gerak dan fungsinya membaik.4

3. Pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan pada pada kasus ini ?


 EKG
Dalam batas normal
 Thorax Foto
Kesan: jantung dan paru dalam batas normal
 Pemeriksaan laboratorium
Tujuan pemeriksaan laboratorium adalah mencari adanya faktor resiko yang dapat
mencetuskan stroke. Pada pasien ini didapatkan adanya peningkatan kadar
trombosit
 CT scan kepala
Merupakan GOLD STANDART untuk menentukan jenis stroke. Pada pasien ini
didapatkan kesan infark multipel di ganglia basalis kiri sampai ke paraventrikel
lateralis kiri2

4. Apakah setuju dengan terapi yang diberikan ?


Pada kasus ini pasien diberikan pletaal (cilostazol) yang berfungsi untuk vasodilatasi,
mencegah aktivasi platelet, mencegah pembentukan thrombosis, meningkatkan pembuluh
darah ke anggota gerak dan juga untuk menurunkan kadar kolestrol.5
Untuk obat antihipertensinya digunakan kombinasi antara amlodipine dan concor
(bisoprolol). Kombinasi dari kedua obat ini menunjukkan lebih tinggi penurunan sistolik
dan diastolic dibandingkan antara kombinasi obat antara amlodipine dan furosemide. 6
Citicoline berfungsi untuk melindungi sel-sel otak dan mencegah kerusakan sel
neuron lebih lanjut. Bekerja dengan cara memperbaiki membrane sel dengan cara
menambah sintesa phosptidylcoline, menghambat terbentuknya radikal bebas dan juga
menaikkan sintesis asetilkolin suatu neurotransmitter untuk fungsi kognitif.

Pengelolaan umum (5B)

1. Breathing
Jalan nafas harus terbuka, hisap lendir dan slem untuk mencegah kekurangan oksigen.
Dijaga agar oksigenasi, ventilasi baik, dan cegah terjadinya aspirasi. Sedangkan pada
pasien dengan GCS < 8 dapat dilakukan intubasi. Pada kasus ini pasien dengan GCS 15
dan dapat bernafas spontan, sehingga pemberian oksigen hanya pada waktu pasien
pertama kali masuk UGD dan setelah diketahui etiologinya maka oksigen hanya
diberikan bila pasien merasa sesak dan frekuensi nafas diharapkan normal 12-18 untuk
mencegah adanya gangguan pada pCO2 yang akan berpengaruh pada kondisi
vaskularisasi otak.
2. Blood
Tekanan darah pada tahap awal tidak boleh di turunkan secara mendadak karena dapat
memperburuk keadaan, kecuali pada tekanan darah > 180/100 mmHg (hemoragik) dan >
220/120 mmHg (iskemik).Penurunan tekanan darah maksimal 20%.Mengurangi resiko
terjadinya perburukan maka pemantauan tekanan darah dilakukan setiap hari. Tekanan
darah pasien tidak melampaui 220/110 mmHg sehingga pada pasien hanya diberikan
obat hipertensi selama masa perawatan tanpa target penurunan tekanan darah tertentu.
3. Brain
Bila terjadi peningkatan TIK atau udem otak dapat diberikan mannitol 20% 1-1,5 mg/
kgBB dilanjutkan dengan 6 x 100 cc (0,5 mg/kgBB) dimana pada pasien tidak diperlukan
karena tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK. Obat golongan neurotonik juga diberikan,
pada kasus ini diberikan brainact 2x1000 mg I.V. pada waktu masuk IGD sampai
beberapa hari perawatan kemudian dilanjutkan dengan 2x500 mg I.V untuk melindungi
sel-sel otak dan meningkatkan aliran darah ke otak. Pada brainact 1000 mengandung
CDP-Choline 125 mg. Citicoline meningkatkan kerja formatio reticularis dari batang
otak, terutama sistem pengaktifan formatio reticularis ascendens yang berhubungan
dengan kesadaran.Citicoline mengaktifkan sistem piramidal dan memperbaiki
kelumpuhan sistem motoris serta menaikkan konsumsi O2 dari otak dan memperbaiki
metabolisme otak.
4. Bladder
Dipasang kateter dengan tujuan balans cairan dan menghindari kemungkinan adanya
retensi urin dan mencegah terjadinya infeksi saluran kemih.
5. Bowel
Pasang IVFD RL 35 tuntuk memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit. Pasang NGT
untuk mencukupi kebutuhan cairan dan kalori bila ada kesulitan menelan, jaga defekasi
agar tetap teratur.Pada pasien tidak ada gangguan menelan sehingga tidak diperlukan
pemasangan NGT, pasien dapat makan dan minum per oral.
Prognosis
 Ad vitam :
dubia ad bonam, karena pemeriksaan tanda vital, kesadaran umum dalam keadaan
stabil
 Ad fungsional :
Dubia ad bonam, karena gejala klinis stroke tampak ada pekembangan dalam
fungsi motorik
 Ad sanam :
Dubia ad malam, gejala klinis cenderung menetap dan beresiko kambuh lagi bila
pasien tidak mengontrol faktor resiko.
DAFTAR PUSTAKA

5. H. Savita. Trombositosis Essensial. 2011. Medan : Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK


USU
6. H. Soetjipto, Muhibbi Sholihul. Stroke :Pengenalan dan Penatalaksanaan Kasus-kasus
Neurologi. Buku ke-2. 2007. Jakarta : Departemen Saraf RSPAD Gatot Soebroto
Ditkesad.
7. American Heart AssociationHeart and Stroke Statistical Update. Dallas, Texas:
American Heart Association, 2007.
8. Junaidi, Iskandar. 2006; Stroke A-Z. PT Buana Ilmu Popular. Jakarta.
9. William S Weintraub. The Vascular Effect of Cilostazol. 2006. USA : Emory University

Anda mungkin juga menyukai