Dewi Citra Murni-FKIK PDF
Dewi Citra Murni-FKIK PDF
SKRIPSI
Disusun Oleh :
NIM : 1113101000001
PEMINATAN EPIDEMIOLOGI
JAKARTA
1439 H / 2017
LEMBAR PERNYATAAN
i
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
EPIDEMIOLOGI
Skripsi, September 2017
Dewi Citra Murni, NIM : 1113101000001
Gambaran Keberhasilan Pengobatan Pada Pasien TB Paru BTA (+) di Wilayah
Kecamatan Ciputat Tahun 2015
Xi + 106 halaman + 11 tabel + 11 gambar+ 5 lampiran
ABSTRAK
Keberhasilan pengobatan merupakan indikator yang digunakan diantara pasien
sembuh dan pengobatan lengkap. Pada Puskesmas Kampung Sawah keberhasilan
pengobatan sebesar 68%, sedangkan di Puskesmas Ciputat sebesar 32%.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran keberhasilan pengobatan pada
pasien TB Paru BTA (+) di Wilayah Kecamatan Ciputat yaitu Puskesmas
Kampung Sawah dan Puskesmas Ciputat tahun 2015. Desain studi yang
digunakan adalah Case series, menggunakan telaah dokumen formulir TB 01
serta wawancara dengan kuesioner. Analisis yang digunakan adalah analisis
univariat. Karakteristik individu pasien TB Paru BTA (+) dengan pengobatan
berhasil yang memiliki proporsi sama. Sebagian besar jenis PMO berasal dari
keluarga (61,3%) dibandingkan petugas kesehatan (38,7%). Sebagian besar juga
telah mendapatkan peran PMO (96%). Akses pasien ke Puskesmas Kampung
Sawah dan Puskesmas Ciputat yaitu kurang dari 30 menit menggunakan
kendaraan (45,3%). Pasien telah mendapatkan motivasi tinggi dari diri sendiri
(45%) maupun keluarga (51%) dan dari petugas kesehatan (46%). Oleh karena itu,
saran bagi puskesmas untuk PMO pasien TB Paru BTA (+) lebih diprioritaskan
kepada keluarga, dikarenakan keluarga merupakan orang yang paling dekat dan
mempunyai waktu lebih banyak dengan pasien, sehingga keluarga lebih berperan
penting dalam mengawasi pasien untuk teratur berobat dan menelan obat sesuai
yang telah dianjurkan petugas kesehatan.
Kata kunci: Keberhasilan pengobatan, Puskesmas Kampung Sawah, Puskesmas
Ciputat
Daftar Bacaan : (1993-2016)
ii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
PUBLIC HEALTH STUDY
Epidemiology
Undergraduate Thesis, September 2017
Dewi Citra Murni, NIM : 1113101000001
Description of Successful Treatment among Patients of Tuberculosis BTA (+) At
District of Ciputat, South Tangerang City 2015
ABSTRACT
The success of treatment is an indicator used among patients recovered and
complete treatment. At Puskesmas Kampung Sawah the success of treatment is
68%, whereas in Puskesmas Ciputat is 32%. This study aims to see the
description of the of Successful Treatment among Patients of Tuberculosis BTA
(+) at Ciputat Subdistrict namely Puskesmas Kampung Sawah and Puskesmas
Ciputat in 2015. The study design used is Case series, using document review
form 01 and interview with questionnaire. The analysis used is univariate
analysis. Individual characteristics of patients with TB BTA (+) with successful
treatment who have the same proportion. Most types of PMO come from families
(61.3%) than officer of health (38.7%). Most have also received the role of PMO
(96%). Access to Puskesmas Kampung Sawah and Puskesmas Ciputat is less than
30 minutes by vehicle (45.3%). Patients were highly self-motivated (45%) and
family (51%) and from health workers (46%). Therefore, the suggestion for
puskesmas for PMO of TB patient (+) is more priority to family, because family is
the closest person and have more time with patient, so that family more important
role in supervise patient to regularly medication and swallow medicine as
recommended by health workers.
Keywords:Successful Treatment,Puskesmas Kampung Sawah,Puskesmas Ciputat
Reading List: (1993-2016)
iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Disusun Oleh :
Mengetahui,
Pembimbing
PEMINATAN EPIDEMIOLOGI
iv
PANIT
IA SIDANG SKRIPSI
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA DIRI
Agama : Islam
Kewarganegaraan : WNI
Nomor Hp : 0852-0613-7370
E-mail : dewicitramurni@gmail.com
PENDIDIKAN FORMAL
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin puji syukur penulis panjatkan kepada Allah
SWT. karena atas berkah, kemudahan, kelancaran, dan rahmat-Nya, skripsi ini
Ciputat Tahun 2015. Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu
1. Kedua orang tua, ayah dan umi yang telah memberikan motivasi, do’a
tulus yang tiada henti setiap harinya, serta dukungan penuh baik secara
motivasi serta do’a tulus yang tiada henti. Dan kedua adik saya (Putri dan
Wina) yang selalu memberikan motivasi dan do’a yang tulus selama
skripsi berlangsung.
3. Bapak Prof. Dr. H. Arif Sumantri S.KM, M.Kes selaku Dekan Fakultas
5. Ibu Hoirun Nisa M.Kes, Ph.D dan Ibu Meilani M.Anwar M.Epid selaku
vii
6. Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan yang telah memberikan
Selatan
Ciputat.
mila, fitul, rai, upi, dedes, rina, fatih, ndun, dina, anggi, ica,) yang selalu
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis membutuhkan saran dan kritik yang
membangun agar skripsi ini lebih baik lagi. Semoga dengan disusunnya
skripsi ini dapat bermanfaat dan berkah bagi banyak pihak, khususnya
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................... i
ABSTRAK ............................................................................................................. ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN...................................................................... iv
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
BAB II .................................................................................................................. 13
ix
TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 13
BAB IV ................................................................................................................. 49
x
4.8 Validitas ......................................................................................................... 61
BAB V................................................................................................................... 63
HASIL .................................................................................................................. 63
5.1 Gambaran Umum Puskesmas Kampung Sawah dan Puskesmas Ciputat ....... 63
5.2.1 Gambaran Pasien Tuberkulosis Paru BTA (+) dengan Pengobatan yang
Berhasil berdasarkan Wilayah ................................................................ 65
5.2.3 Gambaran Tipe Pasien TB Paru BTA (+) dengan Pengobatan yang
Berhasil di Wilayah Kecamatan Ciputat Tahun 2015............................. 68
5.2.5 Gambaran Faktor Perilaku Pasien TB Paru BTA (+) dengan Pengobatan
yang Berhasil di Wilayah Kecamatan Ciputat Tahun 2015 .................... 69
BAB VI ................................................................................................................. 79
PEMBAHASAN .................................................................................................. 79
6.2 Gambaran Karaktristik Individu Pasien TB Paru BTA (+) dengan Pengobatan
Yang Berhasil di Wilayah Kecamatan Ciputat .............................................. 80
6.4 Gambaran Jenis PMO Pasien TB Paru BTA (+) dengan Pengobatan Yang
Berhasil di Wilayah Kecamatan Ciputat Tahun 2015 .................................... 86
6.5 Gambaran Peran PMO Pasien TB Paru BTA (+) dengan Pengobatan Yang
Berhasil di Wilayah Kecamatan Ciputat Tahun 2015 .................................... 88
xi
6.6 Gambaran Akses dari Rumah Ke Pelayanan Kesehatan pada Pasien TB Paru
BTA (+) dengan Pengobatan Yang Berhasil di Wilayah Kecamatan Ciputat
Tahun 2015 .................................................................................................... 90
6.7 Gambaran Motivasi Pasien TB Paru BTA (+) dengan Pengobatan Yang
Berhasil di Wilayah Kecamatan Ciputat Tahun 2015.................................... 91
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Dosis Paduan OAT KDT Kategori 1 .................................................... 24
Tabel 2.2 Dosis Paduan OAT Kombipak Kategori 1 ............................................ 24
Tabel 2.3 Dosis Paduan OAT KDT Kategori 2 .................................................... 25
Tabel 2.4 Dosis Paduan OAT Kombipak Kategori 2 ............................................ 26
Tabel 4.1 Besar sampel minimal ........................................................................... 51
Tabel 4.2 Pengkodean data ................................................................................... 60
Tabel 5.1 Gambaran Karakteristik Individu Pasien dengan Pengobatan
yang Berhasil di Wilayah Kecamatan Ciputat Tahun 2015 .................... 66
Tabel 5.2 Gambaran Jenis PMO Pasien TB Paru BTA (+) dengan Pengobatan
yang Berhasil di Wilayah Kecamatan Ciputat Tahun 2015 .................... 70
Tabel 5.3 Gambaran Peran PMO Pasien TB Paru BTA (+) dengan Pengobatan
yang Berhasil di Wilayah Kecamatan Ciputat Tahun 2015 .................... 70
Tabel 5.4 Gambaran Akses Pasien TB Paru BTA (+) dengan Pengobatan
yang Berhasil di Wilayah Kecamatan CiputatTahun 2015 ..................... 72
Tabel 5.5 Distribusi Motivasi Pasien TB Paru BTA (+) dengan Pengobatan
yang Berhasil di Puskesmas Kampung Sawah dan Puskesmas Ciputat
Tahun 2015 ............................................................................................. 75
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Angka Keberhasilan Pengobatan Pasien Tuberkulosis ..................... 15
Gambar 2.2 Angka Keberhasilan Pengobatan Pasien Tuberkulosis Menurut
Provinsi tahun 2015 .............................................................................................. 16
Gambar 3.1 Kerangka Teori .................................................................................. 40
Gambar 3.2 Kerangka Konsep .............................................................................. 41
Gambar 5.1 Pasien Tuberkulosis Paru BTA (+) dengan Pengobatan yang Berhasil
berdasarkan Wilayah .......................................................................... 65
Gambar 5.2 Tipe Pasien Tuberkulosis Paru BTA (+) dengan Pengobatan yang
Berhasil di Wilayah Kecamatan Ciputat ............................................ 68
Gambar 5.3 Kategori Pengobatan Pasien Tuberkulosis Paru BTA (+) dengan
Pengobatan yang Berhasil di Wilayah Kecamatan Ciputat ................ 69
Gambar 5.4 Distribusi Peran PMO Pasien TB Paru BTA (+) dengan Pengobatan
yang Berhasil di Wilayah Kecamatan Ciputat Tahun 2015 ............... 71
Gambar 5.5 Motivasi Pasien Tuberkulosis Paru BTA (+) dengan Pengobatan yang
Berhasil di Wilayah Kecamatan Ciputat ............................................ 73
Gambar 5.6 Motivasi dari Keluarga Pasien Tuberkulosis Paru BTA (+) dengan
Pengobatan yang Berhasil di Wilayah Kecamatan Ciputat ................ 73
Gambar 5.7 Motivasi dari Petugas Kesehatan Pasien Tuberkulosis Paru BTA (+)
dengan Pengobatan yang Berhasil di Wilayah Kecamatan Ciputat ... 74
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 2 KUESIONER
xv
BAB I
PENDAHULUAN
serius secara global. Laporan World Health Organization (WHO) tahun 2012
menyatakan terdapat sembilan juta penduduk dunia menderita TB, dan terjadi
peningkatan pada tahun 2014 menjadi 9,6 juta penduduk. Wilayah dengan
jumlah kasus TB paru terbanyak adalah Afrika (37%), Asia Tenggara (28%),
dan Mediterania Timur (17%) (WHO, 2014). Indonesia pada tahun 2015
TB paru tertinggi adalah Jawa Barat (0.7%), Papua (0.6%), DKI Jakarta
Berdasarkan Angka Case Detection Rate (CDR) kasus TB paru BTA (+) di
Indonesia terjadi peningkatan yaitu pada tahun 2009 (73,1%), tahun 2010
(78,3%) dan tahun 2011 (83,5%). WHO menetapkan standar angka CDR
sebesar 70%. Propinsi dengan angka CDR tertinggi diatas 70% yaitu Jawa
Barat, Sulawesi Utara, Maluku, DKI Jakarta, dan Banten (Kemenkes RI,
2011a).
1
2
sembuh dan lengkap atau disebut dengan Treatment Success Rate (TSR) pada
tahun 2014 sebesar 90,1%, terjadi penurunan pada tahun 2015 hanya 85%.
(85%). Pada provinsi Banten jumlah kasus TB Paru BTA (+) sebanyak 7.357
kasus, dengan angka Treatment Success Rate (TSR) cukup tinggi yaitu sebesar
masyarakat, serta berdampak pada pasien tersebut untuk terjadi resistensi obat
atau yang disebut dengan Multi drug resisten (MDR TB). Pasien TB MDR di
dari kasus TB baru, dan 14,7% dari kasus TB yang mendapatkan pengobatan
Untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian TB, bahwa pada tahun
pada pasien TB paru BTA (+) yang menular sangat cepat. Strategi ini akan
3
RI, 2014a)
Salah satu komponen dari DOTS yaitu pengobatan yang standar dengan
supervisi dukungan bagi pasien. Dukungan bagi pasien yang sudah ditetapkan
dengan strategi DOTS tersebut yaitu adanya pengawas menelan obat (PMO)
bagi pasien, agar selalu teratur minum obat anti TB (OAT) secara lengkap
2014a).
131.071 pasien pada juli 2012 – juli 2015. Pasien dengan kasus TB Paru BTA
(+) paling banyak adalah umur >15 tahun sebesar 30,2%, daripada umur 5-14
sebesar 18,3% dan <0-4 tahun hanya 10,7%. Dengan hasil akhir pengobatan
selama tahun 2011-2014 yang paling banyak ditemukan yaitu pasien dengan
hasil akhir sembuh dan pengobatan lengkap yang meningkat secara fluktuatif
dari tahun 2011 (88,9%), tahun 2012 (90,6%), tahun 2013 (93,5%) dan tahun
sembuh, banyak ditemukan pada jenis kelamin laki-laki sebesar 37% (A.
pada pasien TB paru BTA (+) sebesar 89,2% dengan karakteristik pasien lebih
banyak terjadi pada pasien laki-laki sebanyak 221 pasien daripada perempuan
Berdasarkan tipe pasien dari hasil Meta-analysis pada 197 artikel terkait
lebih banyak pada pasien kasus baru sebesar 73,5%, daripada pasien yang
sudah ditangani sebelumnya atau pasien kambuh hanya 42,3% (A. Faustini
pengobatan kategori 2 sebesar 93% (Dooely dkk., 2011). Hal tersebut berbeda
dkk., 2012)
sebesar 27,58% dan pegawai negeri sipil sebesar 6,9% (Imelda Atika dkk.,
Selain faktor pekerjaan dilihat juga dari status ekonomi. Dalam hal ini
status ekonomi dari pasien dilihat dari penghasilan ataupun pengeluaran yang
bahwa pasien TB Paru yang sembuh sebagian besar memiliki stastus ekonomi
6
jarak jauh (90%) dapat meningkatkan risiko terhadap pasien untuk terjadinya
pasien dengan jarak jauh dari rumahnya berpotensi untuk mengalami dropout
(Fauziyah, 2010).
yang sama dilakukan di Jakarta bahwa sebagian dari pasien TB Paru yang
merupakan dorongan dari dalam diri maupun dari luar individu untuk
melakukan tindakan atau perilaku. Motivasi yang diterima dari diri individu
maupun dari luar dapat membentuk dirinya untuk berperilaku sehat yang
sembuh yaitu rendah (36,2%) cenderung tidak patuh minum Obat Anti TB
Penemuan angka CDR pada kasus TB Paru BTA (+) pada penduduk Kota
Tangerang Selatan tahun 2015 sebesar 52%. Angka tersebut masih rendah dari
pengobatan di Kota Tangerang Selatan pada tahun 2014 dan 2015 masih
sebesar 74% pada tahun 2014 dan sebesar 83% pada tahun 2015. (Dinkes
pasien TB Paru BTA (+) yang berhasil pengobatan, dapat diketahui bahwa
(Amiruddin, 2006).
seorang PMO untuk pasien bisa sembuh dengan pengobatan lengkap atau
sudah baik. Akan tetapi, apabila penderita tidak berobat secara teratur dan
tidak adanya dukungan dari PMO ataupun motivasi dari diri sendiri untuk
sembuh, maka pasien tidak bisa berhasil pengobatan (Prasetya, 2009). Oleh
karena itu, jika adanya dukungan dari PMO dan mendapatkan motivasi dari
dalam diri sendiri maupun dorangan dari luar, maka pasien akan teratur
atau dorongan dalam diri indivu yang dapat merubah perilaku. Semakin tinggi
motivasi seseorang, maka semakin patuh orang tersebut. Yang mana dalam hal
ini adalah semakin tinggi motivasi yang diberikan oleh keluarga sebagai
PMO maupun dari petugas kesehatan, maka semakin patuh pasien dalam
tertinggi di Kota Tangerang Selatan. Pada Wilayah tersebut juga belum pernah
tidak memenuhi sampel minimal dari penelitian ini, sehingga perlu ditambah
sampel pada puskesmas lain yang memiliki karakteristik pasien yang sama
dengan puskesmas kampung sawah dan dalam satu wilayah yang berdekatan,
(+) dari beberapa hasil penelitian dipengaruhi oleh faktor umur, jenis kelamin,
bagi pasien TB Parunya, sebagian besar jenis kelamin laki-laki dan sebagian
besar tipe pasiennya tipe baru dengan pengobatan kategori satu. Serta
keterjangkauan akses untuk berobat secara teratur juga mudah pada masing-
karakteristik pasien dan wilayah yang sama, maka perlu dilakukan penelitian
10
pasien TB paru BTA (+) di Wilayah Kecamatan Ciputat Tahun 2015 yang
jenis PMO, Peran PMO, distribus peran PMO, akses motivasi, dan distribusi
motivasi ?
pasien, kategori pengobatan, dan faktor perilaku (akses, jenis PMO, peran
PMO, distribusi peran PMO, motivasi pasien dan distribusi motivasi) pada
1.5 Manfaat
1.5.1 Puskesmas
Puskesmas tersebut.
TB di wilayah puskesmas.
adalah pasien TB Paru BTA (+) yang berhasil pengobatan. Penelitian ini
kuesioner ke responden.
pengobatan, akses, jenis PMO, peran PMO, distribusi peran PMO, motivasi
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tuberkulosis
dapat menyerang organ selain paru (kelenjar limfe, kulit, otak, tulang, usus
2011)
bentuk batang tipis, lurus atau agak bengkok, bergranular atau tidak
memiliki selubung, tetapi memiliki lapisan luar yang tebal yang terdiri dari
asam (BTA) yang disebut sebagai Droplet Nuclei yang sangat halus dan
tidak dapat dilihat oleh mata. Droplet Nuclei tersebut melayang di udara
untuk waktu yang lama sampai terhisap oleh orang lain yang ada disekitar
13
14
penderita TB, dengan masa inkubasi yaitu waktu yang diperlukan mulai
(Widoyono, 2008).
Bakteri ini juga dapat hilang dengan suhu 60oC selama 20 menit,
dapat pula segera mati pada pemanasan basal pada suhu 100oC. Jika
terkena sinar matahari akan mati dalam waktu 2 jam, mati dengan tincture
iodii dalam 5 menit, dengan etanol 80% dalam waktu 2 sampai 10 menit
dan juga dapat dimatikan oleh larutan fenol 5% dalam waktu 24 jam
(Widoyono, 2008).
dan terjadi peningkatan pada tahun 2014 menjadi 9,6 juta penduduk. Pada
dunia (10%) setelah negara India (23%) dan diikuti negara China urutan
dengan TB paru tertinggi adalah Jawa Barat (0.7%), Papua (0.6%), DKI
ditemukan pada tahun 2014 hanya 324.539 kasus (Kemenkes RI, 2015).
BTA (+) di Indonesia terjadi peningkatan yaitu pada tahun 2009 (73,1%),
untuk TB Paru BTA (+) sudah mencapai target. Provinsi dengan angka
CDR tertinggi diatas 70% yaitu Jawa Barat, Sulawesi Utara, Maluku, DKI
94 92
92 91 91
90 90 90 90
90
88
%
86 85
84
82
80
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Tahun
dapat dilihat pada grafik dibawah yang mana pada provinsi Banten
jumlah kasus TB Paru BTA (+) sebesar 7.357 kasus, dengan angka
kasus TB paru pada laki-laki lebih tinggi daripada perempuan yaitu 1,5
umur 25-34 tahun yaitu sebesar 18,65%, diikuti dengan kelompok umur
45-54 tahun sebesar 17,33% dan pada kelompok umur 35-44 tahun sebesar
17,18%
banyak terjadi pada lingkungan yang lembab, kumuh dan kotor. Dapat
atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak
bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan
18
kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan (Kemenkes RI,
2011a).
tersebut bisa saja terjadi karena jumlah kuman yang terkandung dalam
contoh uji dahk ≤ dari 5.000 kuman/cc, sehingga sulit dideteksi melalui
dengan hasil kultur negatif dan foto Toraks positif adalah 17%.
untuk waktu yang cukup lama dan menyebar keseluruh ruangan. Kuman
19
permukaan.
kuman TB paru tersebut dapat menyebar dari paru ke organ tubuh lainnya
melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas atau
2008).
TB positif.
non OAT.
1. Kasus baru
21
kambuh lagi.
pengobatan secara teratur dengan waktu kurang lebih 6 bulan untuk paseien
baru, dan pengobatan selama 8 bulan untuk pasien yang kambuh, gagal
22
(obat anti TB). Pengobatan pasien TB paru ini memiliki beberapa tujuan
diantaranya :
hidup
selanjutnya
d. Menurunkan penularan TB
dan tahap lanjutan. Tahap awal adalah tahap dimana pasien menderita TB
paru untuk minum obat setiap hari. Paduan pengobatan pada tahap ini
ada dalam tubuh pasien dan meminimalisir pengaruh dari sebagian kecil
kuman yang mungkin awal pada semua pasien baru, harus diberikan
masih ada dalam tubuh khususnya kuman persister sehingga pasien dapat
WHO dan ISTC) pada pasien tuberkulosis paru dewasa terbagi menjadi
Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu
dikemas dalam satu paket untuk satu pasien. Selain itu, paket kombipak
A. Kategori 1
dengan Berat Badan (BB) pasien. Dosis paduan OAT KDT kategori 1
Adapun dosis paduan OAT Kombipak kategori 1 dapat dilihat pada tabel
2.2
Lanjutan 4 Bulan 2 1 - - 4
B. Kategori 2
sebelumnya dan pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to
follow up). Pada kategori 2 OAT diberikan selama 8 bulan kepada pasien.
25
yang disesuaikan dengan Berat Badan (BB) pasien. Paduan OAT KDT
juga diberikan pada pasien gagal pengobatan, kambuh maupun dropout dapat
Tahap 5 bulan 2 1 - 1 2 - 60
Lanjutan
(dosis 3x
semggu)
uji dahak tersebut negatif. Bila salah satu uji positif atau keduanya positif,
2011a)
dahak apakah masih tetap BTA positif atau sudah menjadi BTA negatif,
kasus TB dan mengurangi risiko bagi pasien tersebut untuk terjadi resistensi
1. Umur
muda maupun pasien dengan usia produktif yaitu 15-50 tahun. Hal
2. Jenis Kelamin
perempuan dan laki-laki. Menurut jenis kelamin, kasus BTA+ pada laki-
laki lebih tinggi daripada perempuan yaitu hampir 1,5 kali dibandingkan
kasus BTA+ pada perempuan. Hal ini dikarenakan jenis kelamin laki-laki
29
memiliki aktivitas kegiatan dliuar lebih banyak yang membuat risiko laki-
mengalami sakit yang cukup parah dan adanya dukungan atau motivasi
dari diri sendiri maupun dari luar yang membuat laki-laki akan mencari
3. Pendidikan
4. Pekerjaan
belakang tertentu seperti bekerja atau tidak bekerja maka akan memiliki
diantaranya pada pasien TB Paru yang bekerja maupun tidak bekerja akan
Tirtana, 2011).
5. Pengetahuan
6. Status ekonomi
7. Tipe pasien
8. Kategori pengobatan
pasien untuk teratur berobat lebih banyak ditemukan pada pasien dengan
9. Jenis PMO
tepat waktu dalam minum OAT. Sebaiknya yang menjadi seorang PMO
Sanitarian, Juru Immunisasi, dan lain lain. Bila tidak ada petugas
guru, anggota PKK, atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga.
kesehatan
33
maupun pasien, selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien.
pasien
besar jenis PMO bagi pasien TB Paru BTA (+) berasal dari keluarga untuk
menurunnya angka drop out. Adapun tugas seorang PMO adalah : (Nizar,
2010)
teratur
telah ditentukan
34
pelayanan kesehatan
11. Akses
kesehatan. Selain itu, menurut dever (1984) salah satu faktor yang
a. Faktor sosiokultural yang terdiri dari : norma dan nilai sosial yang ada
kesehatan.
Yaitu sumber daya yang mencukupi baik dari segi kuantitas dan
penderita TB Paru yang patuh atau teratur dalam berobat lebih banyak
latin moreve yang berarti dorongan dari dalam diri manusia untuk
atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Salah satu
yang tinggi, tanpa motivasi orang tidak akan dapat berbuat apa-apa dan
adanya motivasi manusia akan lebih cepat melakukan kegiatan, hal ini
patuh yang mana dalam hal ini adalah semakin patuh dalam pengobatan
(Neil, 2000)
(PMO) dari keluarga (Kemenkes RI, 2014b). Selain itu juga, keluarga juga
semangat dan pengertian kepada pasien agar pasien tetap teratur minum
bahwa sebagian besar responden yang teratur berobat adalah pasien yang
(80%) dibanding pasien yang tidak teratur berobat hanya 4 pasien (20%)
pasien untuk teratur berobat agar pasien bisa sembuh. Petugas kesehatan
menjadi PMO jika keluarga terdekat pasien tidak bisa menjadi seorang
kepada pasien untuk mengenal keluhan dan gejala umum efek samping
yang patuh dalam berobat secara teratur mendapat motivasi cukup dari
dkk., 2015).
Selain itu, analisis univariat berguna untuk mengasumsi stastsitik lanjut atau
analisis lebih lanjut. Pada analisis univariat biasanya untuk data numerik nilai
Dalam menggunakan mean dan median pada suatu data numerik, maka
diperlukan uji normalitas. Jika nilai Pvalue lebih dari 0,05 maka data tersebut
normal, sehingga yang digunakan adalah nilai mean. Dan sebaliknya jika
nilai Pvalue kurang dari 0,05 maka data tersebut tidak normal, maka yang
digunakan adalah nilai median. Adapun rumus dari mean dan median, antara
lain :
𝑛+1
Median = x ( )
2
𝑥
Proporsi = Xk
(𝑥+𝑦)
Faktor Perilaku
Jenis PMO
Peran PMO
Motivasi
Akses pasien ke Pelayanan Kesehatan
Karakteristik Individu:
Umur, Jenis kelamin,
Pendidikan, Pekerjaan,
Pengetahuan, Status
ekonomi dan asal wilayah.
1.Karakteristik
individu 2.Kategori Pengobatan
- Umur -Kategori 1
3.Faktor perilaku
- Jenis Kelamin -Kategori 2
-Akses
- Pendidikan 3.Tipe Pasien TB
-Jenis PMO
- Pekerjaan -Baru
-Peran PMO
- Pengetahuan -Kambuh
- Gagal -Motivasi
-Status ekonomi
-Asal wilayah - Putus Berobat
41
42
dalam kerangka teori yang tidak termasuk dalam konsep penelitian ini, antara lain:
melainkan bagian dari populasi dan sampel dari penelitian saya, yang
peran PMO, akses dan motivasi sudah termasuk bagian pasien TB Paru
BTA (+) yang berhasil pengobatan, yang dilihat pada dua Puskesmas yaitu
2. Malnutrisi
yaitu efek tuberkulosis terhadap status gizi dan efek malnutrisi terhadap
adalah karena adanya efek malnutrisi seperi status imun menurun dan
pengobatan TB.
43
status gizinya, namun berdasarkan dari laporan data TB.01 tidak diketahui
status gizi pasien atau tidak tercatat dalam laporan tersebut, dan yang
diketahui hanya berat badan pasien bukan status gizinya. Oleh karena itu,
3. Pasien TB MDR
OAT dikarenakan sebagian besar pasien tersebut tidak tuntas dan teratur
2015 tidak ditemukan pasien yang mengalami MDR dan belum ada
pelayanan khusus untuk pasien TB MDR pada tahun 2015 dari kedua
No. Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
1. Asal Domisili Telaah Kueioner 1.Kampung Nominal
wilayah wilayah pasien dokumen Sawah
TB paru BTA kartu 2. Ciputat
(+) yang pengobatan
berhasil pasien
pengobatan (TB.01)
44
Lanjutan tabel 3.1
No. Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
2. Umur Umur pasien Telaah Kuesioner Umur dalam Rasio
TB paru pada dokumen tahun
saat mulai kartu
pengobatan TB pengobatan
sampai selesai pasien
dan dinyatakan (TB.01)
berhasil
No. Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
terkait penyakit 2. Cukup : 56-
TB Paru dan 74%
tatalaksana 3. Kurang :
pengobatan <55%
TB (Arikunto,2006)
No. Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
masa responden
pengobatan TB menjawab
yang kurang dari 6
dijalankannya pernyataan
No. Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
dengan menggunakan
menggunakan kendaraan
kendaraan atau 4. kurang dari
tidak 30 menit jalan
menggunakan kaki (Fauziyah,
2010)
No. Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
kesehatan Skor 21-27
selama Rendah : Jika
menjalani Skor 7-20
pengobatan TB (Azwar 2007)
yang bisa
membuat
pasien berhasil
pengobatan
METODE PENELITIAN
Case series. Penelitian desain Case series ini bertujuan melihat bagaimana
Puskesmas Kampung Sawah dan Puskesmas Ciputat tahun 2015 yang dilihat dari
pengetahuan, status ekonomi) tipe pasien, kategori pengobatan, jenis PMO, peran
dan Puskesmas Ciputat, Kota Tangerang Selatan pada bulan April-Juni 2017.
eligible dalam penelitian ini adalah pasien TB paru BTA (+) yang berhasil
49
50
dan eksklusi.
a. Kriteria inklusi
(+) yang berhasil pengobatan yang terdaftar pada laporan TB.01, dengan
b. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi pada penelitian ini yaitu pasien yang pindah dari
2. Sampel
n= [ Z21-α/2 x P (1-P) ]
d2
Keterangan : n= Jumlah Sampel
No Variabel Peneliti p N
2015)
2005)
pengobatan
keluarga
52
petugas 2015)
kesehatan
pasien.
BTA (+) yang berhasil pengobatan pada puskesmas kampung sawah dan
1. Umur
dengan melihat umur pasien TB paru BTA (+) yang dinyatakan berhasil
univariat untuk melihat rata-rata umur pasien TB Paru BTA (+) yang
2. Jenis kelamin
mengetahui proporsi jenis kalamin pasien TB Paru BTA (+) yang berhasil
2015.
3. Pendidikan
TB. Analisis yang digunakan pada variabel ini adalah analisis univariat
4. Pekerjaan
pegawai swasta dan PNS), sedangkan tidak bekerja (ibu rumah tangga dan
5. Pengetahuan
55
Analisis yang digunakan pada variabel ini adalah analisis univariat, untuk
2015.
6. Kategori pengobatan
yang dikategorikan menjadi kategori satu pada pasien baru yang menjalani
7. Tipe pasien
dan dropout. Analisis yang digunakan pada variabel ini adalah analisis
univariat, untuk mengetahui proporsi tipe pasien TB Paru BTA (+) yang
8. Status ekonomi
9. Akses
wawancara kepada responden terkait jarak dan waktu tempuh dari rumah
pada variabel ini adalah analisis univariat untuk mengetahui proporsi akses
maupun metode wawancara untuk responden yang tidak tertulis PMO nya
peneliti dalam analisis data. Analisis yang digunakan pada variabel ini
adalah 1) Ya, jika responden menjawab lebih dari sama dengan enam
58
univariat untuk mengetahui proporsi peran PMO pasien TB Paru BTA (+)
12. Motivasi
pada lima item skala likerd (sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju
dan sangat tidak setuju) yang dikategorikan menjadi tinggi, sedang dan
rendah. Adapun rumus dari kategori motivasi pada 5 item skala likerd
petugas kesehatan pada pasien TB Paru BTA (+) yang berhasil pengobatan
1. Data Primer
2. Data Sekunder
pasien TB paru BTA (+) yang berhasil dalam pengobatan (sembuh dan
analisis data.
untuk melihat distribusi proporsi pasien TB Paru BTA (+) yang berhasil
jenis PMO, peran PMO, distribusi peran PMO, motivasi dan distribusi
motivasi).
Pada variabel dengan skala rasio seperti umur dan pendidikan akan
digunakan nilai mean, median, max-min dan SD. Pada variabel umur setelah
normal maka yang digunakan nilai mean, sedangkan pada pendidikan data
4.8 Validitas
Validitas merupakan indeks yang digunakan untuk menunjukkan alat
ukur yang dapat mengkur objek secara tepat. Adapun pengujian validitas ini
dilakukan untuk mengetahui item kuesioner yang valid maupun tidak valid.
Item kuesioner yang tidak valid, tidak dapat digunakan untuk pengukuran dan
pengujian. Item pertanyaan dikatakan valid jika nilai r dari hasil perhitungan
lebih besar dari nilai r tabel, dan begitu juga sebaliknya untuk pertanyaan
yang tiak valid (Hastono, 2016). Instrumen kuesioner pada penelitian ini
setiap item pertanyaan dari variabel pengetahuan, peran PMO dan Motivasi.
adalah 0,482. Dari hasil yang diperoleh, bahwa kuesioner pengetahuan dari
15 item pertanyaan ada 3 item pertanyaan yang tidak valid dengan nilai r hasil
perhitungan statsistiknya nya (<0,482). Pada variabel peran PMO dari 10 item
keluarga dan motivasi petugas kesehatan. Yang mana motivasi pasien dari 7
item pertanyaan, ada 1 item pertanyaan yang tidak valid, dan pada variabel
dengan nilai r hasil (> 0,482). Oleh karena itu, dari item pertanyaan yang
tidak valid pada kuesioner pengetahuan dihapus, dan pada kuesioner motivasi
4.9 Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
besar dari Cronbach’s Alpha Table (Hastono, 2016). Dalam hal ini semua
HASIL
63
64
Puskesmas Ciputat
: Puskesmas
65
pada variabel numerik seperti umur, pendidikan dan status ekonomi. Sementara
itu pada variabel kategorik untuk melihat distribusi proporsi pasien TB Paru
faktor perilaku (jenis PMO, peran PMO, distribusi peran PMO Akses, Motivasi
5.2.1 Gambaran Pasien Tuberkulosis Paru BTA (+) dengan Pengobatan yang
Berhasil berdasarkan Wilayah
Berikut merupakan gambaran pasien TB Paru BTA (+) dengan pengobatan
yang berhasil pengobatan berdasarkan tempat wilayah, dapat dilihat pada gambar
5.1
32%
Kampung Sawah
Ciputat
68%
Gambar 5.1 Pasien Tuberkulosis Paru BTA (+) dengan Pengobatan yang Berhasil
berdasarkan Wilayah
66
pengobatan yang berhasil di Puskesmas Kampung Sawah yang dapat dilihat pada
(53,3%).
5.2.3 Gambaran Tipe Pasien TB Paru BTA (+) dengan Pengobatan yang
Berhasil di Wilayah Kecamatan Ciputat Tahun 2015
Berikut merupakan gambaran tipe pasien TB Paru BTA (+) dengan
2%
Baru
Kambuh
98%
Gambar 5.2 Tipe Pasien Tuberkulosis Paru BTA (+) dengan Pengobatan yang
Berhasil di Wilayah Kecamatan Ciputat
Berdasarkan gambar 5.2 diketahui bahwa tipe pasien TB paru BTA (+)
yang berhasil pengobatan lebih banyak ditemukan pada pasien tipe baru sebesar
(+) dengan pengobatan yang berhasil pengobatan dapat dilihat pada gambar 5.3
69
2%
Kategori 1
Kategori 2
98%
Gambar 5.3 Kategori Pengobatan Pasien Tuberkulosis Paru BTA (+) dengan
Pengobatan yang Berhasil di Wilayah Kecamatan Ciputat
Berdasarkan gambar 5.3 diketahui bahwa kategori pengobatan pasien TB
paru BTA (+) yang berhasil pengobatan lebih banyak ditemukan pada pasien
pengobatan dibagi menjadi jenis PMO, Peran PMO, Akses dan Motivasi yang
5.2.5.1 Gambaran Jenis PMO Pasien TB Paru BTA (+) dengan Pengobatan
yang Berhasil di Wilayah Kecamatan Ciputat Tahun 2015
Berikut merupakan gambaran jenis PMO Pasien TB Paru BTA (+) dengan
Tabel 5.2 Gambaran Jenis PMO Pasien TB Paru BTA (+) dengan Pengobatan
Yang Berhasil di Wilayah Kecamatan Ciputat Tahun 2015
pasien TB Paru BTA (+) dengan pengobatan yang berhasil berasal dari
5.2.5.2 Gambaran Peran PMO Pasien TB Paru BTA (+) dengan Pengobatan
yang Berhasil di Wilayah Kecamatan Ciputat Tahun 2015
Berikut merupakan gambaran peran PMO Pasien TB Paru BTA (+)
dengan Pengobatan yang Berhasil yang dapat dilihat pada tabel 5.3
Tabel 5.3 Gambaran Peran PMO Pasien TB Paru BTA (+) dengan Pengobatan
yang Berhasil di Wilayah Kecamatan Ciputat Tahun 2015
5.2.5.3 Distribusi Peran PMO Pasien TB Paru BTA (+) dengan Pengobatan
yang Berhasil di Kecamatan Ciputat Tahun 2015
Berikut distirbusi peran PMO pasien TB Paru BTA (+) dengan pengobatan
120
100 96
90,7 92 90,7 89,3
84 86,7 84
82,7
80
Persentase (%)
61,3
60
Ya
38,7 Tidak
40
16 17,3 16
20 13,3 10,7
9,3 8 9,3
4
0
B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10
Distribusi peran PMO
Gambar 5.4 Distribusi Peran PMO Pasien TB Paru BTA (+) dengan Pengobatan
yang Berhasil di Wilayah Kecamatan Ciputat Tahun 2015
Berdasarkan gambar 5.4 diketahui bahwa sebagian besar pasien TB Paru
BTA (+) yang berhasil pengobatan di Puskesmas Kampung Sawah dan Puskesmas
Ciputat telah mendapatkan peran PMO terkait informasi tata cara pengobatan
distirbusi peran terendah dari PMO pada masing-masing puskesmas yaitu terkait
5.2.5.4 Gambaran Akses Pasien TB Paru BTA (+) dengan Pengobatan Yang
Berhasil di Wilayah Kecamatan Ciputat Tahun 2015
Gambaran akses pasien TB Paru BTA (+) dengan pengobatan yang berhasil
Tabel 5.4 Gambaran Akses Pasien TB Paru BTA (+) dengan Pengobatan Yang
Berhasil di Wilayah Kecamatan CiputatTahun 2015
Dari tabel 5.4 diketahui bahwa sebagian besar akses dari rumah
30-60 menit sebesar 40,0% dan yang berjalan kaki sebesar 14,7%.
berhasil yang dibagi menjadi motivasi dari pasien, keluarga dan petugas kesehatan
16%
Tinggi
45% Sedang
Rendah
39%
Gambar 5.5 Motivasi Pasien Tuberkulosis Paru BTA (+) dengan Pengobatan yang
Berhasil di Wilayah Kecamatan Ciputat
Berdasarkan gambar 5.5 diketahui bahwa sebagian besar motivasi pasien
dengan pengobatan yang berhasil yang memiliki motivasi tinggi sebesar 45%,
13%
Tinggi
Sedang
51% Rendah
36%
Gambar 5.6 Motivasi dari Keluarga Pasien Tuberkulosis Paru BTA (+) dengan
Pengobatan yang Berhasil di Wilayah Kecamatan Ciputat
74
51%, diikuti motivasi sedang sebesar 36% dan rendah sebesar 13%.
11%
Tinggi
46% Sedang
Rendah
43%
Gambar 5.7 Motivasi dari Petugas Kesehatan Pasien Tuberkulosis Paru BTA (+)
dengan Pengobatan yang Berhasil di Wilayah Kecamatan Ciputat
Berdasarkan gambar 5.7 diketahui bahwa sebagian besar pasien dengan
46%, diikuti motivasi sedang sebesar 43% dan rendah sebesar 11%.
5.2.5.6 Distribusi Motivasi Pasien TB Paru BTA (+) dengan Pengobatan yang
Berhasil di Wilayah Kecamatan Ciputat Tahun 2015
Berikut distribusi motivasi pasien keberhasilan pengobatan pada pasien
Tuberkulosis Paru BTA (+) di Puskesmas Kampung Sawah yang dapat dilihat
Tabel 5.5 Distribusi Motivasi Pasien TB Paru BTA (+) dengan Pengobatan yang
Berhasil di Puskesmas Kampung Sawah dan Puskesmas Ciputat Tahun 2015
yang berhasil pengobatan telah mendapatkan motivasi tinggi dari diri pasien, yang
mana terlihat bahwa sebagian besar pasien menjawab setuju (58,7%) terkait
mendapatkan motivasi tinggi yang mana dilihat dari pernyataan terkait keluarga
acuh terhadap pengobatan TB yang dijalani pasien sebagian besar menjawab tidak
setuju (72,0%) Untuk motivasi dari petugas kesehatan bahwa pasien yang berhasil
pengobatan sebagian besar mendapat motivasi tinggi, yang mana sebagian besar
PEMBAHASAN
1. Penelitian ini menggunakan data 2015 dengan sampel yang diambil adalah
79
80
cukup lama, dibagi menjadi dua kategori pengobatan yaitu kategori satu dan
kategori dua. Kategori satu dilakukan pengobatan selama enam bulan bagi pasien
baru, sementara itu pasien dengan kategori dua merupakan pasien yang
sebelumnya sudah mendapatkan pengobatan tetapi tidak tuntas antara lain pasien
lengkap dan sembuh dengan hasil akhir pemeriksaan ulang dahak pada akhir
pengobatan dan dua bulan sebelumnya menunjukkan hasil negatif. (Kemenkes RI,
Paru BTA (+) yang berhasil pengobatan sebesar 68%, dan di Puskesmas Ciputat
sebesar 32%. Hal tersebut dikarenakan pada saat dilapangan masih ada pasien
yang tidak ditemukan karena tidak memenuhi kriteria inklusi seperti pasien
meninggal, pasien pindah dari alamat rumah sebelumnya, pasien bukan domisili
laporan TB.01 sebagian besar pasien TB Paru BTA (+) yang berhasil pengobatan
81
adalah pasien tipe baru. Pasien tipe baru adalah pasien yang belum pernah
mengalami sakit TB Paru pada saat sebelumnya dan ditemukan satu pasien
kembali dan dinyatakan berhasil pengobatan pada tahun 2015. Jika sebagian besar
pasien adalah pasien dengan tipe baru, maka sebagian besar pasien tersebut
pada pasien baru TB Paru BTA (+) maupun pasien BTA (-).
sebagian besar pasien yang berhasil pengobatan adalah pasien dengan umur
produktif. Dengan rata-rata umur 41 tahun, dengan umur yang paling muda adalah
17 tahun dan paling tua 65 tahun. Hal tersebut didukung dengan hasil penelitian
sebagian besar pasien patuh untuk melakukan pemeriksaan dahak adalah pasien
dengan umur produktif sebesar 79,2% dibandingkan pasien dengan umur lansia
hanya 20,8% (Ruditya, 2015). Jika pasien patuh untuk memeriksakan dahak
selama pengobatan, maka dapat diketahui hasil akhir dari pengobatannya. Sebab
Dari hasil Riskesdas tahun 2013, kasus TB Paru paling banyak ditemukan
pada umur produktif (21-40 tahun) sebesar 61%. Umur produktif merupakan
umur seseorang berada pada tahap untuk bekerja menghasilkan sesuatu, baik
untuk diri sendiri maupun orang lain. Dan pada umur produktif mobilisasinya juga
cukup tinggi, yang membuat umur produktif tersebut lebih sering berinteraksi
82
dengan orang lain, sehingga berisiko untuk tertular kuman TB (Nurjana, 2015).
Selain itu, dari hasil observasi yang dilakukan pada formulir TB.01 bahwa
sebagian kasus TB Paru BTA (+) ditemukan pada umur produktif, sehingga
sebagian besar pasien TB Paru BTA (+) yang berhasil pengobatan adalah pasien
bahwa sebagian besar pasien yang berhasil pengobatan adalah pasien dengan jenis
kelamin laki-laki. Hal tersebut dikarenakan dari hasil laporan TB.01, bahwasanya
kejadian kasus TB Paru BTA (+) lebih banyak ditemukan pada jenis kelamin laki-
bahwa jenis kelamin laki-laki lebih banyak yang berhasil daripada perempuan.
sudah mengalami sakit yang cukup parah. Namun, karena ada tuntutan dari
penyakit yang dideritanya (Bastable, 2002). Seperti halnya pada suatu keadaan
Paru BTA (+) yang berhasil pengobatan adalah bekerja. Sebagian besar pekerjaan
sendiri dengan berdagang, tukang ojek, dan asisten rumah tangga. Proporsi pasien
bekerja paling banyak adalah sebagai wiraswata (46,7%), diikuti dengan tidak
mereka bukan sebagai penghalang pasien untuk teratur dalam menelan obat setiap
Kampung Sawah dan Puskesmas Ciputat, sehingga pasien bisa berhasil pengobatn
ekonomi bahwasanya sebagian besar pasien TB Paru BTA (+) yang berhasil
(Rp 3.000.000,00). Hal tersebut didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan
program pemerintah sudah gratis tidak dibebankan biaya. Hanya saja diperlukan
biaya untuk pemeriksaan rontgen pada masa awal terdiagnosis penyakit TB,
84
yang terpenting dapat mempengaruhi pasien untuk patuh dalam berobat. Setelah
pengobatan di Kecamatan Ciputat dibawah rata-rata UMR yaitu lebih dari sama
dengan Rp 1.500.000,00. Akan tetapi pasien telah mendapatkan peran dari PMO
sebesar 95,6% serta mendapatkan motivasi tinggi dari keluarga (51,1%). Oleh
karena itu, walaupun status ekonomi yang didapatkan rendah, namun dikarenakan
adanya dukungan dari PMO maupun motivasi dari dalam diri sendiri dandari luar,
sehingga hal tersebutlah yang dapat mendukung pasien bisa berhasil pengobatan.
pendidikan, ditemukan bahwa rata-rata pendidikan pasien TB Paru BTA (+) yang
tahun. Dan ternyata masih ada pasien TB paru BTA (+) yang berhasil pengobatan
Dari hasil wawancara dengan pasien yang tidak pernah sekolah tersebut,
dikarenakan adanya tuntutan dari keluarga yang mana lingkungan sosial dan
kondisi ekonomi dari mereka yang menuntut mereka tidak sekolah. Walaupun
pendidikan pasien sebagian besar tidak sekolah, akan tetapi motivasi pasien untuk
85
sembuh juga tinggi, karena adanya dukungan dari keluarga dan petugas kesehatan
penglihatan, pendengaran, penciuman rasa dan raba. Yang mana dari pengetahuan
yang diketahuinya dalam bentuk bukti jawaban baik lisan atau tulisan
(Notoadmojo, 2012).
(+) yang berhasil pengobatan memiliki pengetahuan baik. Pasien yang memiliki
pengetahuan baik dapat mengubah sikapnya untuk patuh dalam pengobatan dan
dalam hal ini adalah pengetahuan pasien saat menjalani pengobatan dan bisa
berhasil pengobatan pada tahun 2015, namun ditanyakan saat ini. Hal tersebut
pengobatan agar tidak tertular kembali, didapatkan bahwa sebagian besar pasien
86
(85,3%)
Selain itu, hanya dari beberapa pasien yang menjawab tidak benar (14,7%)
dan yang menjawab terkait menjaga kondisi fisik rumah agar terkena sinar cahaya
matahari tanpa harus menjaga kondisi fisik tubuh seperti mengkonsumsi makanan
yang bergizi sebanyak lima pasien. Sedangkan yang hanya menjawab dengan
menjaga kondisi fisik tubuh seperti mengkonsumsi makanan sehat tanpa menjaga
kondisi fisik rumah adalah enam pasien. Oleh karena itu, dapat disimpulkan
bahwa pasien telah mendapatkan pengetahuan dan pemahaman secara baik pada
saat menjalani pengobatan, agar pasien tersebut tidak dapat tertular kembali.
6.4 Gambaran Jenis PMO Pasien TB Paru BTA (+) dengan Pengobatan
penyembuhan pasien. Prioritas diberikan pada pasien TB paru BTA (+) yang
telah dipercayai oleh pasien dan petugas kesehatan. Adapun orang yang berhak
Perawat, Pekarya, Sanitarian, Juru Immunisasi, dan lain lain. Bila tidak ada
petugas kesehatan yang memungkinkan, PMO dapat berasal dari kader kesehatan,
87
guru, anggota PKK, atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga.
PMO sudah ditetapkan atas keputusan bersama antara pasien dan petugas
kesehatan. PMO sebaiknya adalah orang yang terdekat dengan pasien (tinggal
satu rumah atau dekat dengan rumah pasien), sehingga pengawasan dalam
pengobatan akan lebih teratur dan bisa mengawasi pasien setiap harinya (Hadifah,
Wonosobo, bahwa semakin tinggi peran PMO dari keluarga, maka akan diikuti
oleh membaiknya perilaku pasien TB untuk pasien dapat teratur dalam menelan
OAT, sehingga pasien tersebut bisa sembuh dan dapat melakukan pencegahan
Nagarkar dkk 2012). Selain itu, menurut Limbu dan Marni (2006) dalam Jufrizal
dkk (2016) menyebutkan bahwa peran dari keluarga dapat memberikan partisipasi
pengontrolan di puskesmas.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa sebagian besar PMO pasien yang
berhasil pengobatan berasal dari keluarga. Dikarenakan pada saat pertama kali
88
pasien didiagnosis dengan hasil pemeriksaan dahak pertama kali sebagai kasus TB
BTA (+) maupun BTA (-) yang didukung dengan hasil rontgen, dan setelah itu
atau tetangga dekat dari pasien yang telah dipercayai pasien dan petugas
dahak selama pengobatan, cara mengeluarkan dahak bagi pasien yang merasakan
kesulitan, serta teratur dalam menelan obat dan tepat waktu untuk mengambil obat
jika habis.
kategori baik sebesar 86% dapat membuat pasien berhasil pengobatan, daripada
peran keluarga tidak baik hanya 23,1% dapat mempengaruhi pasien berhasil
dalam minum obat, hasil pemeriksaan dahak menunjukkan negatif pada akhir
6.5 Gambaran Peran PMO Pasien TB Paru BTA (+) dengan Pengobatan
Mengawasi pasien tuberkulosis agar menelan obat secara teratur sampai selesai
secara teratur, 3) Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu
tuberkulosis, Penyebab TB, cara penularan TB, gejala TB, pencegahan TB,
dapat disembuhkan dengan pengobatan teratur, dan efek samping dari OAT. Yang
mana informasi tersebut disampaikan kepada pasien maupun keluarga pasien yang
Paru BTA (+) yang berhasil pengobatan sebagian besar pasien telah mendapatkan
mendapatkan peran PMO dari keluarga secara baik sebesar 89,7%, dikarenakan
peran dan dukungan emosional dari PMO yang berasal dari keluarga memberikan
semangat dan mempunyai andil yang besar dalam kesembuhan pengobatan pasien
peranan penting bagi pasien, seperti jika pasien sedang sakit atau tidak bisa ke
Puskesmas untuk mengambil obat, maka PMO bisa menggantikan pasien untuk
dikarenakan sebagian besar dari PMO pasien berasal dari keluarga, sehingga
tiga hal penting dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan antara lain 1) mudahnya
pelayanan kesehatan. Selain itu, menurut Dever (1984) bahwasanya faktor yang
berkaitan dengan keterjangkauan tempat dan waktu yang dapat diukur melalui
Dari hasil penelitian diketahui bahwa akses pasien TB Paru BTA (+) yang
6.7 Gambaran Motivasi Pasien TB Paru BTA (+) dengan Pengobatan Yang
yang mendorongnya melakukan tindakan untuk mencapai suatu tujuan (Terry and
Leslie W.Rue, 2009). Motivasi tersebut dapat timbul dari dalam diri sendiri,
maupun pengaruh dari luar individu karena adanya ajakan, suruhan atau paksaan
dari orang lain. Oleh karena itu, motivasi yang diperoleh dari dalam diri sendiri
maupun dari luar dapat membentuk individu tersebut untuk berperilaku sehat dan
Paru BTA (+) yang berhasil pengobatan di Kecamatan Ciputat memiliki motivasi
Rumah Sakit Eka Hospital BSD Tangerang, bahwasanya pasien dengan motivasi
kesembuhan rendah sebesar 36,2% untuk tidak patuh minum OAT, daripada
pasien dengan motivasi kesembuhan tinggi maka patuh minum OAT (29,3%)
(Margaretha, 2012).
92
dari diri sendiri untuk sembuh, walaupun ada dari beberapa pasien selama
pengobatan mengalami efek samping OAT (mual, muntah dan demam). Selain itu
juga, karena adanya tuntutan dari keluarga seperti tuntutan seorang laki-laki harus
ibu rumah tangga harus mengurus keluarganya, sehingga membuat pasien menjadi
termotivasi untuk teratur dalam berobat yang mengakibatkan pasien bisa berhasil
pengobatan.
saja. Sebagian besar pasien mendapatkan motivasi atau dukungan dari keluarga,
terutama keluarga yang menjadi PMO untuk pasien. Dari hasil penelitian
diketahui bahwa pasien TB Paru BTA (+) yang berhasil pengobatan telah
Menurut Niven (2002) bahwa salah satu yang dapat mendukung kepatuhan
pada pasien adalah faktor lingkungan dan sosial yang berarti membangun
dukungan sosial dengan keluarga maupun teman. Dalam hal ini keluarga
teratur dan memperhatikan keluhan pasien. Oleh karena itu motivasi dari keluarga
tinggi di Kecamatan Ciputat, dikarenakan sebagian besar PMO pasien berasal dari
93
keluarga (71,1%). Selain itu, bukan hanya dari keluarga dekat pasien yang
memberi dukungan, akan tetapi tetangga dari pasien tersebut juga ikut berperan,
seperti halnya memberikan semangat kepada pasien agar bisa sembuh dan sering
menemani pasien untuk mengambil obat ke puskesmas jika obatnya sudah habis,
sehingga membuat pasien menjadi termotivasi untuk bisa sembuh dan pengobatan
lengkap.
Puskesmas merupakan salah satu indikator dari program nasional yang dapat
pada pasien TB Paru BTA (+) yang berhasil pengobatan di Kecamatan Ciputat
cukup dari petugas kesehatan (46,5%) dapat mendorong pasien untuk teratur
berobat daripada pasien yang mendapat motivasi rendah hanya (9,3%) untuk
pasien. Pasien yang telah mendapatkan dukungan motivasi dari petugas kesehatan
94
Dari hasil wawancara pada salah satu pasien, bahwasanya sebagian besar
pasien TB paru BTA (+) yang berhasil pengobatan yang sering berperan itu lebih
dahak ke puskesmas, memberitahu efek samping obat dan risiko yang dialami jika
pasien tidak minum obat. Dibandingkan pada keluarga biasanya hanya memberi
yang sehat yang harus dikonsumsi pasien, tanpa mengingatkan yang lainnya .
petugas kesehatan, motivasi dari keluarga juga sangat dibutuhkan untuk pasien
lama dengan pasien, sehingga bisa memotivasi pasien untuk berobat secara
teratur, dan keluarga juga dapat memberikan dukungan moril maupun materi
7.1 Simpulan
BTA (+) dengan pengobatan yang berhasil di Kecamatan Ciputat antara lain :
(60%).
3. Berdasarkan PMO, sebagian besar berasal dari keluarga (61,3%) dan telah
mendapatkan motivasi tinggi dari diri pasien (45%) dari keluarga (51%)
merupakan orang yang paling dekat dan selalu berada dengan pasien,
95
96
dukungan penuh berupa materi dan moril yang nantinya dapat membuat
7.2 Saran
1. Bagi Puskesmas
informasi dan edukasi kepada PMO terutama PMO yang berasal dari
keluarga.
pelayanan kesehatannya.
pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta.
Aditama, T.., 2002. Tuberkulsosis Diagnosis, Terapi, dan Masalahnya Edisi ke-4.
doi:10.1183/09031936.05.00103504
Amira, P., 2005. Pemberantasan Penyakit TB Paru dan Strategi DOTS (Skripsi).
FK USU, Medan.
doi:http://dx.doi.org/10.5588/pha.12.0105
98
A. Nakanwagi-Mukway, Reid, A.J., P. I. Fujiwar, Mugabe, F., R. J. Kosge,
Union Tuberc. Health Solut. Poor. Int Union Tuberc Health Solut 3(2).
doi:doi:http://dx.doi.org/10.5588/pha.12.0105
Belay Tessema, Muche, A., Assegedech Bekele, Reissig, D., Frank Emmrich,
99
Darmawanti, 2014. Hubungan Komunikasi Interpersonal Petugas Kesehatan
Selatan.
Dooely, K., Lahlaou, Ghali, Knudsen, El Aoud, 2011. Risk factors for
Faustini A., A.J, H., C.A. Perucci, 2005. Tuberculosis treatment outcomes in
doi:doi:10.1183/09031936.05.00103504
Fauziyah, N., 2010. Faktor Yang Berhubungan Dengan Dropout Pengobatan Pada
Vol.30 No.1.
Surakarta, Surakarta.
100
Hadifah, Z., 2009. Pemenuhan tugas pengawas Menelan Obat (PMO) bagi
(Skripsi). Yogyakarta.
Jakarta.
Hayati, D., Elly Musa, 2016. Hubungan Kinerja Pengawas Menelan Obat (PMO)
Imelda Atika, Munir, S.M., Inayah, 2015. Gambaran Angka Kesembuhan Pasien
Soedirman 1 No.2.
101
Jufrizal, Hermansyah, Mulyadi, 2016. Peran Keluarga Sebagai Pengawas Minum
Tuberkulosis Paru.
Jumaelah, N., 2013. Hubungan Kinerja Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap
230.
102
Kurniawan, N., Siti Rahmalia, Ganis Indriati, 2015. Faktor-Faktor Yang
Machfoedz, I., 2008. Menjaga Kesehatan Rumah Dari Berbagai Penyakit, Bagian
doi:http://dx.doi.org/10.1155/2014/726193
Majority 4 (08).
Natalia, N. asitrit, Indri Hapsari, Ika Yuni, 2012. Faktor Yang Berpengaruh
103
Neil, N., 2000. Psikologi Kesehatan : Pengantar untuk Perawat & Profesional
Pubishing, Yogyakarta.
Notoadmojo, S., 2012. Promosi Kesehatan & Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta,
Jakarta.
Nurjana, M.A., 2015. Faktor Risiko Terjadinya Tuberkulosis Paru Usia Produktif
104
Prasetya, J., 2009. Hubungan Motivasi Pasien TB Paru dengan Kepatuhan dalam
Spencer, Lyle M., 1993. Competence Work: Model for Superior Performance.
Terry, G.R., Leslie W.Rue, 2009. Dasar-Dasar Manajemen. Bumi Aksara, Jakarta.
105
Widoyono, 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan
doi:http://dx.doi.org/10.5588/ijtld.16.0005
106
LAMPIRAN
Lampiran 1 surat izin penelitian
Lampiran 2 Kuesioner
INFORMED CONSENT
Assalamualaikum Wr.Wb
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sedang
tuberkulosis paru BTA (+)di Pukesmas Kampung Sawah dan Puskesmas Ciputat
Tahun 2015
PMO, Jenis PMO, motivasi dan akses yang ditempuh pada saat ke pelayanan
penelitian ini, karena kami akan menjaga kerahasiaan dari informasi yang
Bapak/ibu berikan.
kesehatan terkait TB paru BTA (+) dan pentingnya untuk melakukan pengobatan
secara lengkap dan teratur. Oleh karena itu, partisipasi dari Bapak/ibu untuk
melakukan penelitian ini sangat diharapkan. Namun, Bapak/ibu mempunyai hak
Dengan ini saya menyatakan setuju untuk ikut berpartisipasi dalam penelitian ini
Partisipan
( )
IR. Identitas Responden
Tanggal Pengisian
Kuesioner
IR1 Nama
ELURAHAN_______
IR5 Umur
2.Perempuan
2. SD
3. SMP
4. SMA
5.Perguruan Tinggi
IR8 Pekerjaan 1.Tidak bekerja ( )
2.Buruh
3.Wiraswasta/pedagang/pelayan/jasa
4. PNS
5.Pegawai Swasta
6.Pelajar
2.Pasien kambuh
3.Paisen gagal
2.Kategori 2
perbulan
2.petugas kesehatan
kendaraan
d. Semua salah
a. Udara
b. Pakaian
c. Makanan/minum
d. Kontak kulit
TB
tuberkulosis
d. b & c benar
a. Minum obat secara teratur selama 6 bulan untuk pasien baru, dan
d. a & b benar
d. a & b benar
7. Berapa lama pengobatan TB harus anda jalani agar bisa sembuh dari
penyakit ?
a. 2 bulan
b. 4 bulan
c. 6 bulan dan 8 bulan untuk pasien kambuh, gagal dan putus berobat
d. Semua benar
dikategorikan sebagai ?
a. Pasien baru
b. Pasien gagal
d. Pasien kambuh
9. Menurut anda, apa yang anda lakukan jika anda sudah berhasil pengobatan
d. a & c benar
10. Sebelumnya pada masa anda menjalani pengobatan, menurut anda selain
minum obat secara teratur dan lengkap agar cepat sembuh, sebaiknya apa
cahaya matahari
dan bergizi.
kali ?
pengobatan)
d. Semua salah
12. Sebelumnya pada masa anda menjalani pengobatan, menurut anda pasien
petugas kesehatan
Keterangan:
S = Setuju
RR= Ragu-Ragu
TS = Tidak Setuju
Motivasi Pasien
bangunan dll
kendaraan sendiri.
saya.
Motivasi Keluarga
oleh keluarga
minum OAT
arahannya
pengobatan
menjalani pengobatan
menjalani pengobatan
pengobatan.
Lampiran 3 Validitas dan Reliabilitas
A. Pengetahuan
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.855 15
Item-Total Statistics
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.892 10
Item-Total Statistics
Scale Cronbach's
Scale Mean Variance if Corrected Alpha if
if Item Item Item-Total Item
Deleted Deleted Correlation Deleted
C. Motivasi pasien
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.762 7
Item-Total Statistics
Scale
Scale Mean Variance if Corrected Cronbach's
if Item Item Item-Total Alpha if Item
Deleted Deleted Correlation Deleted
D. Motivasi keluarga
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.841 7
Item-Total Statistics
Scale Cronbach's
Scale Mean Variance if Corrected Alpha if
if Item Item Item-Total Item
Deleted Deleted Correlation Deleted
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.860 7
Item-Total Statistics
PKM
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kampung sawah 51 68.0 68.0 68.0
Ciputat 24 32.0 32.0 100.0
Total 75 100.0 100.0
Statistics
umur
N Valid 75
Missing 0
Mean 40.68
Median 42.00
Std. Deviation 13.418
Minimum 17
Maximum 65
Statistics
tamat_didik
N Valid 75
Missing 0
Mean 6.75
Median 6.00
Std. Deviation 4.334
Minimum 0
Maximum 12
Statistics
penghasilan
N Valid 75
Missing 0
Mean 1588.00
Median 1500.00
Minimum 500
Maximum 2850
pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak sekolah 27 36.0 36.0 36.0
SD 12 16.0 16.0 52.0
SMP 19 25.3 25.3 77.3
SMA 17 22.7 22.7 100.0
Total 75 100.0 100.0
kategori_umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Remaja 12 16.0 16.0 16.0
Dewasa 37 49.3 49.3 65.3
Lansia 26 34.7 34.7 100.0
Total 75 100.0 100.0
jenis_kel
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid laki-laki 45 60.0 60.0 60.0
perempuan 30 40.0 40.0 100.0
Total 75 100.0 100.0
pekerja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak kerja 32 42.7 42.7 42.7
bekerja 43 57.3 57.3 100.0
Total 75 100.0 100.0
tipe_pasien
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid baru 73 97.3 97.3 97.3
kambuh 2 2.7 2.7 100.0
Total 75 100.0 100.0
kat_obat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kategori 1 73 97.3 97.3 97.3
kategori 2 2 2.7 2.7 100.0
Total 75 100.0 100.0
status_ekonomi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid lebihdarisamadengan 1500 45 60.0 60.0 60.0
kurangdari1500 30 40.0 40.0 100.0
Total 75 100.0 100.0
skor_tahu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid baik 40 53.3 53.3 53.3
cukup 26 34.7 34.7 88.0
kurang 9 12.0 12.0 100.0
Total 75 100.0 100.0
PMO
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Keluarga 46 61.3 61.3 61.3
Petugas kesehatan 29 38.7 38.7 100.0
Total 75 100.0 100.0
Peran_PMO
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 72 96.0 96.0 96.0
tidak 3 4.0 4.0 100.0
Total 75 100.0 100.0
motivasi_pasien
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tinggi 34 45.3 45.3 45.3
Sedang 29 38.7 38.7 84.0
Rendah 12 16.0 16.0 100.0
Total 75 100.0 100.0
motivasi_keluarga
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tinggi 38 50.7 50.7 50.7
Sedang 27 36.0 36.0 86.7
Rendah 10 13.3 13.3 100.0
motivasi_keluarga
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tinggi 38 50.7 50.7 50.7
Sedang 27 36.0 36.0 86.7
Rendah 10 13.3 13.3 100.0
Total 75 100.0 100.0
motivasi_nakes
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tinggi 35 46.7 46.7 46.7
Sedang 32 42.7 42.7 89.3
Rendah 8 10.7 10.7 100.0
Total 75 100.0 100.0
B1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 12 16.0 16.0 16.0
ya 63 84.0 84.0 100.0
Total 75 100.0 100.0
B2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 7 9.3 9.3 9.3
ya 68 90.7 90.7 100.0
Total 75 100.0 100.0
B3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 6 8.0 8.0 8.0
ya 69 92.0 92.0 100.0
Total 75 100.0 100.0
B4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 29 38.7 38.7 38.7
ya 46 61.3 61.3 100.0
Total 75 100.0 100.0
B5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 10 13.3 13.3 13.3
ya 65 86.7 86.7 100.0
Total 75 100.0 100.0
B6
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 7 9.3 9.3 9.3
ya 68 90.7 90.7 100.0
Total 75 100.0 100.0
B7
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 13 17.3 17.3 17.3
ya 62 82.7 82.7 100.0
Total 75 100.0 100.0
B8
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 12 16.0 16.0 16.0
ya 63 84.0 84.0 100.0
Total 75 100.0 100.0
B9
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 8 10.7 10.7 10.7
ya 67 89.3 89.3 100.0
Total 75 100.0 100.0
B10
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 3 4.0 4.0 4.0
ya 72 96.0 96.0 100.0
Total 75 100.0 100.0
C3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak setuju 15 20.0 20.0 20.0
ragu-ragu 16 21.3 21.3 41.3
setuju 44 58.7 58.7 100.0
Total 75 100.0 100.0
C4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak setuju 27 36.0 36.0 36.0
ragu-ragu 21 28.0 28.0 64.0
setuju 27 36.0 36.0 100.0
Total 75 100.0 100.0
C5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ragu-ragu 19 25.3 25.3 25.3
setuju 56 74.7 74.7 100.0
Total 75 100.0 100.0
C6
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid setuju 3 4.0 4.0 4.0
ragu-ragu 12 16.0 16.0 20.0
tidak setuju 60 80.0 80.0 100.0
Total 75 100.0 100.0
C7
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid setuju 13 17.3 17.3 17.3
ragu-ragu 26 34.7 34.7 52.0
tidak setuju 36 48.0 48.0 100.0
Total 75 100.0 100.0
C8
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak setuju 3 4.0 4.0 4.0
ragu-ragu 10 13.3 13.3 17.3
setuju 62 82.7 82.7 100.0
Total 75 100.0 100.0
C9
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak setuju 4 5.3 5.3 5.3
ragu-ragu 15 20.0 20.0 25.3
setuju 56 74.7 74.7 100.0
Total 75 100.0 100.0
C10
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ragu-ragu 3 4.0 4.0 4.0
setuju 72 96.0 96.0 100.0
Total 75 100.0 100.0
C11
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ragu-ragu 9 12.0 12.0 12.0
setuju 66 88.0 88.0 100.0
Total 75 100.0 100.0
C12
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak setuju 12 16.0 16.0 16.0
ragu-ragu 19 25.3 25.3 41.3
setuju 44 58.7 58.7 100.0
Total 75 100.0 100.0
C13
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid setuju 11 14.7 14.7 14.7
ragu-ragu 10 13.3 13.3 28.0
tidak setuju 54 72.0 72.0 100.0
C13
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid setuju 11 14.7 14.7 14.7
ragu-ragu 10 13.3 13.3 28.0
tidak setuju 54 72.0 72.0 100.0
Total 75 100.0 100.0
C14
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid setuju 13 17.3 17.3 17.3
ragu-ragu 12 16.0 16.0 33.3
tidak setuju 50 66.7 66.7 100.0
Total 75 100.0 100.0
C15
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ragu-ragu 18 24.0 24.0 24.0
setuju 57 76.0 76.0 100.0
Total 75 100.0 100.0
C16
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ragu-ragu 23 30.7 30.7 30.7
setuju 52 69.3 69.3 100.0
Total 75 100.0 100.0
C17
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak setuju 6 8.0 8.0 8.0
ragu-ragu 23 30.7 30.7 38.7
setuju 46 61.3 61.3 100.0
Total 75 100.0 100.0
C18
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak setuju 11 14.7 14.7 14.7
ragu-ragu 19 25.3 25.3 40.0
setuju 45 60.0 60.0 100.0
Total 75 100.0 100.0
C19
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid setuju 8 10.7 10.7 10.7
ragu-ragu 28 37.3 37.3 48.0
tidak setuju 39 52.0 52.0 100.0
Total 75 100.0 100.0
C20
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak setuju 3 4.0 4.0 4.0
ragu-ragu 20 26.7 26.7 30.7
setuju 52 69.3 69.3 100.0
Total 75 100.0 100.0
C21
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid setuju 7 9.3 9.3 9.3
ragu-ragu 16 21.3 21.3 30.7
tidak setuju 52 69.3 69.3 100.0
Total 75 100.0 100.0
A9
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
motivasi_keluarga
kurangdari1500 Count 15 12 3 30
Total Count 38 27 10 75
Peran_PMO
ya tidak Total
kurangdari1500 Count 29 1 30
Total Count 72 3 75
PMO
Petugas
Keluarga kesehatan Total
motivasi_keluarga Tinggi Count 27 11 38
% within motivasi_keluarga 71.1% 28.9% 100.0%
Sedang Count 13 14 27
% within motivasi_keluarga 48.1% 51.9% 100.0%
Rendah Count 6 4 10
% within motivasi_keluarga 60.0% 40.0% 100.0%
Total Count 46 29 75
% within motivasi_keluarga 61.3% 38.7% 100.0%
Lampiran 5 Hasil Wawancara
P : Pewawancara
P : Bagaimana pemilihan PMO pada pasien, kenapa lebih banyak PMO berasal
Nakes : Untuk PMO iya mba, memang biasanya bekerja sama dengan kader pada
memang ga ada kadernya. Seperti nanti jika ada kasus TB biasanya kader
P : oiya bu, tapi kalau dari keluarga sendiri berperan gasih bu terkait pengobatan
Nakes : Kalau keluarga sebenarnya juga ikut serta mendampingi pasien, tapikan
mba biasanya keluarga hanya pada saat itu saja atau masa pengobatan saja ikut
berperan dengan pasien, selebihnya tidak kan kalau pasien sudah tidak menjalani
P : Oiyaa bu.. berarti kalau begitu ada pelatihan atau penyuluhan gitu ya
sama kader?
Nakes : oiya mba ada, soalnya kita juga ada pelatihan dengan kader jugakan
namanya refreshing kader untuk posyandu dan posbindu dilakukan setahun 2 kali,
P : Oiyaa bu, kan untuk Puskesmas sendiri kan dilihat dari datanya pada tahun
Nakes : yaa itu mba, karena masih ada yang dropout yang bukan dari wilayah
kita, makanya terkadang saya malas suka gitu kadang pasien datang bukan dari
wilayah kita
P : tapi seharusnya dilakukan pelacakan kan bu kalau begitu ? dan kalau dropout
Nakes : iyaa, karena dia bukan berasal dari wilayah kita yaudah ga dilakukan
pelacakan
P : oogitu ya bu, terus bagaimana sikap dari dinkes sendiri terkait keberhasilan
Nakes : yaa paling kita disuruh memperbaik kegiatan programnya mba, yang
biasanya kita lakukakan evaluasi setahun sekali. Tapi emang kalau kaya gitu
balik lagi ke pasien sih mba, soalnyakan pengobatannya lama, jadi emang harus
dari pasiennya yang ambisius semangat untuk minum obat biar sembuh..
P : oogitu yaa bu, berarti memang harus ada dukungan terus ya bu pasiennya
biar bisa sembuh.. hmm itu ajasih bu yang saya ingin tanyakan. Makasih banyak
sebelumnya bu
P : Pewawancara
K : Kader
P : Ini bu, katanyakan ibu sendiri kader posyandu dan ngerangkep bantu pasien
TB juga. Nah saya ingin menanyakan bagaiman peran ibu sebagai kader dalam
K : iya neng, sebenarnya saya kader posyandu ngerangakap gitu, bisa untuk
mendampingi pasien TB. Karenakan kalau kita biasanya ada kasus ni TB,
keluarga ngelaporin cerita ke saya kalau ada tanda-tanda dari gejala TB, nanti
saya laporin ke puskesmas. ntar saya bawa tu dia pasiennya ke puskesmas supaya
P : oiya bu, kalau kaya gitu misal ada pasien yang positif TB, ibu ikut bantu
pasien itu juga ga ngedampingi atau mengawasi pasien tersebut selama menjalani
pengobatan ?
K : iya neng, kadang kita disuruh juga sama petugas puskesmas, disuruh ngawasi
pasien kalau ada yang obat pasien habis, pasien gabisa ni, saya bantu ambilin,
ngasi tau juga pasiennya obatnya diminum tiap hari gaboleh terlambat..
Atau pas posyandu juga saya sering nyampein sama ibu-ibu lain gimana gejala
TB, kalau ada apapa terlihat ada gejala lapor ke saya atau ke Puskesmas langsung
P : emm gitu, kalau gitu ibu kader diberikan pelatihan atau penyuluhan juga dong
sama puskesmas ?
K : yaa neng, kita lumayan lah sering ke puskesmas dapat undangan dari
puskesmas atau ke kelurahan dikasi penyuluhan gitu informasi penyakit ini itu,
termasuk TB..
P : oogitu ya bu, iya bu saya cuma pengen tahu gimana peran ibu sebagai kader
mengganggu
K : iya sama-sama
P : Pewawancara
R : Responden
P : iya mba, saya ingin menanyakan kembali untuk yang sering mengingatkan
minum obat itu siapa ? dan pertama kali pengobatan di puskesmas itu seperti apa ?
R : kalau yang pertama kali berobat saya sendiri, ga ditemani siapasiapa. Cuma
dikasih tau pemeriksaa dahak, dikasi obat. Disuruh minum obat 6 bulan, yaudah..
P : itu mamanya ngasi informasi apa aja ? ada ga ngasi informasi efek samping
obat, suruh pemeriksaan dahak, risiko yang dialami kalau ga minum obat? Itu ada
aga mba
R : yah paling mama gitu aja ngingetin minum obat, makan, hal-hal kaya biasa
sih.
P : itu berarti kalau kaya gitu yang ngingetin pemeriksaan dahak, efek samping,
itu petuga kesehatannya ya mba atau giman ?
R : ya waktu itu pernah sih, Cuma bilang yaudah sana periksa lagi. Udah gitu
ajasih
P : oo gitu, berarti lebih mengingatkan sehari hari aja ya mba mamanya, kaya
minum obat dan makan sehat. Kalau kaya hal-hal lain yang harus dipatuhi pasien
selama pengobatan gitu lebih ke petugas kesehatan atau seperi apa ? dan dari
R : iyaa mba kalau hal-hal lain biasanya dokternya. ya gaperna sih mba.. cuma
datang ke Puskemas saja saya ambil obat, udah gitu aja. Kadang juga ga ketemu
R : ya ada sih itu, karena saya tahu sakit ngomong sama mamah, suruh saya
P : kalau kaya gitu, dari petugas kesehatannya sering ngingetin ga kalau berat
badan turun harus ginii, makan sehat minum susu gitu mba?
R : iya mba ngingetin petugasnya dokternya suruh minum susu, makan yang sehat
R : ya biasa aja sih mba, standar-standar aja ga cuek biasa aja, tapi tegas yaa
lumayan mba.
P : oo gitu.. tapi mbanya dikasi taukan kaya risiko yang dialami kalau gak minum
P : emm, tapi mba maksudunya termotivasi ga, atau dapat motivasi ga dari
R : iyalah mba termotivasi, walaupun kadang juga jarang ketemu pas ngambil
obat. Tapikan yang sering mengingatkan saya untuk ini itu dari dokternya
P : oo gitu yaa, alhamdulillah ya mba sekarang sudah sembuh.. yaudah mba itu
P : Pewawancara
Nakes : Untuk PMO sendiri dari keluarga,biar enak aja gitu soalnya kan selalu
dekat dengan pasien, saya tunjuk ni keluarganya untuk jadi PMO. Dikasi
informasi kalau harus minum obat terus, kalau habis ke puskesmas ambil obat,
Nakes : yaa kalau pasiennya ga ada keluarga biasanya yang jadi PMO nya
tetangganya tu, saya tanya punya tetangga yg dekat ga ? kalau ada saya suruh ke
puskesmas, saya jelasin ke dia gimana cara ngawasi ni pasien, kalau ada apapa
lapor ke saya. Kaya itu ada pasien saya ditinggal istrinya karena sakit-sakitan,
untung ada tetangganya yg peduli datang ke puskesmas bawa kartu kontrol pasien,
minta obat karena katanya obatnya sudah habis pantesan berapa hari ni ga datang,
biasanya diambilin istrinya atau anaknya. Eh untung aja ada tetangganya yang
baik..kebetulan tetangganya juga dulunya pernah sakit TB, tapi udh sembuh jadi
tau neng..
tetangga si pasien ?
Nakes : iyaa, neng benar..soalnya kadang kan saya sendiri banyak tugas
dipuskesmas, jadi agak keribetan sendiri ntarnya. Paling kalau ada pasien mangkir
saya kunjungi atau ga saya telpon, kalau gabisa ditelpon baru datengi
kerumahnya.
P : oo gitu ya bu, emang dari hasil wawancara saya juga pas turun lapangan
katanya sebagaian besar PMO nya dari keluarga. Kalau begitu makasih banyak ya
bu sebelumnya
P : Pewawancara
R : Responden
P : Ibu, saya ingin menanyakan terkait pendamping atau yang ngawasi ibu minum
obat itu siapa ? ada ga dari petugas kesehatan menyampaikan harus ada
pendamping ?
P : iya bu, ada gak yang harus ngingetin ibu minum obat, dari keluarga atau siapa
gitu ?
P : itu anak ibu nginngetin apa aja bu, kan minum obatnya setiap hari itu bu ?
R: iya diingetin harus minum obat jam 9, jangan telat ke puskesmas kan ada
P : kalau dari petugas kesehatannya itu ngingetin gitu ga bu ? ibu harus periksa
R : harus minum obat 6 bulan, kalau udah sehat udah berhenti ya bu udah 6 bulan.
P : Kalau selama pengobatan gimana bu, diingetin ga ? dan nyampein apa aja ?
R : iya neng diingetin minum obatnya jangan lupa sekalipun, ntar bakal ngulang
lagi...
P : terus ngasi tau ga kaya harus makan-makanan bergizi, minum susu gitu ga bu ?
R : iya disuruh minum susu, kaya susu beruang, saya pernah dikasi neng. Disuruh
makan enak bu, makan telur rebus. Diingetin sama bu niken.
P : tapi dari ibu sendiri pernah ga ngalamin sakit, efek samping obat lainnya ?
R : iya bu sendiri mah gapernah, tapi dari bu niken ngingetin gitu bilang ke saya
P : tapi anak ibu sering ga ngingetin datang ke puskesmas, atau dari bu niken atau
haji ipadanya yang ngomong ke anak ibu. Ni bu nya harus diingetin minum obat,
R : iya neng, pernah pertama kali sama kakak saya sama anak saya. ntar kalau
gitu neng...
P : terus ibu nikennya pernah melakukan kunjungan ga ? dan ibunya pernah telat
ngambil obat ga ?
P : terus kaya keluarga gitu, ngasi semangat atau motivasi gitu ga ke ibu selama
menjalani pengobatan ?
R : ya semuanya itu dukung neng, orang saya pertama meriksa dahak rontgen
puskesmas, dan obatnya gratis jugakan. Ya dukung lah neng, apalagi anak saya
yang pertama atau kakak saya sendiri tu, suaminya juga sama kaya saya sakit
paru-paru kaya saya, minum obat selama 6 bulan juga. Jadi sering diingetin.
P : tapi bu, yang lebih sering ngingetin itu anak ibu atau dari petugas kesehatan ?
R : iya keluarga neng, tetangga saya juga kalau mau kepuskesmas kadang ngajak
saya ayokk saya anterin ngambil obat, ngingetin gitu kalau sakit jangan dirasain
sendiri yaudah ayok ronsen...
R : iya neng, ya tegas sering bercanda juga ngingetin minum susu kaya tadi
R : ya kadernya juga keluarga ibu juga tu, tapi lebih sering ke posyandu atau
posbindu gitu sih neng, kan ada posbindu lansia tu.. ya paling itu aja neng
P : emm gitu ya bu,... tapi dari keluarga ada yang ngejauhin ibu ga ?
R : ya alhamdulillah sih neng, anak ibu keluarga ibu juga udah pada ngerti yaa ga
ngejauh, malah dukung saya terus biar sehat. Yaa paling tetangga taunya sakit
paru-paru gitu aja biasalah. Tapi yaa selebihnya kita baik-baik aja. Gapapa..
R : ya kalau nanya keluhan sih iya neng, tapi kadang-kadang aja. cuma kalau
datang dikasi obat, timbang berat badan, kasi obat yaudah itu aja neng. Ga setiap
ibu datang ngambil obat, ditanyain keluhannya, cuma bilang kau sakit harus
P : oo gitu ya bu, tapi ibu tahukan sebelumnya kalau sakit paru-paru bisa
disembuhkan ?
R : iya neng tau, bu haji ipad ngomong kalau udah minum obat 6 bulan bisa
sembuh, terus tu anak saya juga kakak saya ngingetin kalau minum obat pasti
P : oo gitu ya bu, jadi selama pengobatan banyak dukungan dari keluarga nya ibu