Anda di halaman 1dari 62

TUGAS RESUME ETIKA PROFESI PENDIDIKAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Profesi Pendidikan


Pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Dosen Pengampu: Feri Ardiansah, M.Pd.I

Disusun Oleh :
Armin Widayatno (170141049)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
MUHAMMADIYAH BANGKA BELITUNG
2019
KELOMPOK 1
SEJARAH ETIKA PROFESI
A. Sejarah Perkembangan Etika Profesi
Istilah etika sendiri sejarahnya bermula jauh sejak masa Yunani kuno yang
disebut dengan ethos. Dalam bahasa Yunani, ethos memiliki banyak penafsiran,
seperti: tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, habitat, kebiasaan,
adat, akhlak, watak, perasaan, sikap dan cara berpikir. Makna-makna tersebut
dikategorikan makna tunggal, sedangkan makna jamak dari ethos adalah adat
kebiasaan. Oleh Aristoteles seorang filsuf besar Yunani di era 384-322 SM istilah
etika sudah digunakannya untuk merujuk kepada filsafat moral. Maka secara
sempit kita dapat memaknai istilah etika pada konteks ini adalah ilmu yang
mempelajari tentang adat kebiasaan.
B. Pengertian Etika
Etika adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara
sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. Perkataan
etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunani Ethos yang berarti
norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku
manusia yang baik.
1. Ada dua macam etika yang harus kita pahami bersama berdasarkan menentukan
baik dan buruknya perilaku manusia :
a. Etika Deskriptif, Etika deskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk
mengambil keputusan tentang prilaku atau sikap yang mau diambil.
b. Etika Normatif, Etika normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma
sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan.
2. Etika secara umum dan khusus :
a. Etika Umum, Etika umum dapat di analogikan dengan ilmu pengetahuan,
yang membahas mengenai pengertian umum dan teori-teori.
b. Etika Khusus, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam
bidang kehidupan yang khusus. Etika Khusus dibagi lagi menjadi dua
bagian:
1) Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sikap manusia
terhadap dirinya sendiri.
2) Etika sosial, yaitu berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola
perilaku manusia sebagai anggota umat manusia.
C. Pengertian Profesi
Pengertian profesi dan profesional menurut De George, Profesi adalah
“pekerjaan” yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah
hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian. Sedangkan Profesional, adalah
“orang” yang mempunyai profesi atau pekerjaan purna waktu dan hidup dari
pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu keahlian yang tinggi. Atau seorang
profesional adalah seseorang yang hidup dengan mempraktekkan suatu keahlian
tertentu atau dengan terlibat dalam suatu kegiatan tertentu yang menurut keahlian,
sementara orang lain melakukan hal yang sama sebagai sekedar hobi, untuk
senang-senang, atau untuk mengisi waktu luang.
Definisi “Pekerjaan/Profesi” dan “Profesional” terdapat beberapa
perbedaan :
1. Profesi :
a) Mengandalkan suatu keterampilan atau keahlian khusus.
b) Dilaksanakan sebagai suatu pekerjaan atau kegiatan utama (purna waktu).
c) Dilaksanakan sebagai sumber utama nafkah hidup.
d) Dilaksanakan dengan keterlibatan pribadi yang mendalam.
2. Profesional :
a) Orang yang tahu akan keahlian dan keterampilannya.
b) Meluangkan seluruh waktunya untuk pekerjaan atau kegiatannya itu, Hidup
dari situ dan Bangga akan pekerjaannya.
Secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang selalu melekat pada profesi,
yaitu :
1. Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan ini
dimiliki berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun.
2. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi.
3. Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana
profesi harus meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan
masyarakat.
4. Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi.
5. Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi.
Adapun syarat-syarat suatu profesi yaitu :
1. Melibatkan kegiatan intelektual.
2. Menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus.
3. Memerlukan persiapan profesional yang alam dan bukan sekedar latihan.
4. Memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan.
5. Menjanjikan karir hidup dan keanggotaan yang permanen.
6. Mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi.
7. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
8. Menentukan baku standarnya sendiri, dalam hal ini adalah kode etik.
D. Etika Profesi
Merupakan bidang etika khusus atau terapan yang merupakan produk dari
etika sosial. Kata hati atau niat biasa juga disebut karsa atau kehendak, kemauan
(Will). Dan isi dari karsa inilah yang akan direalisasikan oleh perbuatan. Dalam hal
merealisasikan ini ada (4 empat) variabel yang terjadi :
1. Tujuan baik, tetapi cara untuk mencapainya yang tidak baik.
2. Tujuannya yang tidak baik, cara mencapainya ; kelihatannya baik.
3. Tujuannya tidak baik, dan cara mencapainya juga tidak baik.
4. Tujuannya baik, dan cara mencapainya juga terlihat baik.
Adapun prinsip-prinsip etika profesi antara lain :
1. Tanggung jawab
a. Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya.
b. Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau
masyarakat pada umumnya.
2. Keadilan, prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja
apa yang menjadi haknya.
3. Otonomi, prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan
di beri kebebasan dalam menjalankan profesinya.
Peranan etika dalam profesi :
1. Nilai-nilai etika itu tidak hanya milik satu atau dua orang, atau segolongan
orang saja, tetapi milik setiap kelompok masyarakat.
2. Salah satu golongan masyarakat yang mempunyai nilai-nilai yang menjadi
landasan dalam pergaulan baik dengan kelompok atau masyarakat umumnya
maupun dengan sesama anggotanya, yaitu masyarakat profesional.
3. Sorotan masyarakat menjadi semakin tajam manakala perilaku-perilaku
sebagian para anggota profesi yang tidak didasarkan pada nilai-nilai pergaulan
yang telah disepakati bersama (tertuang dalam kode etik profesi), sehingga
terjadi kemerosotan etik pada masyarakat profesi tersebut.
E. Kode Etik Profesi (Guru)
Berberapa pendapat dari para ahli
1. Gibson and Mithsel, kode etik menggambarkan nilai-nilai professional suatu
profesi yang diterjemahkan dalam standar perilaku anggotanya.
2. Homby, dkk., Code as collection of laws arranged in asystem: or system of
rules principles that has been accepted by society or a class or group of
people (kode merupakan kumpulan aturan yang disusn dalam sebuah sistem,
atau sistem aturan dan prinsip-prinsip yang diterima oleh masyarakat atau
sebuah kelas atau kelopok orang).
3. Ethic as system of moral principles, rules of conduct (etik merupakan sistem
dari prinsip-prinsip moral, aturan dari tingkah laku).
Sedangkan pengerian kode etik guru menurut Westby Gibson, kode etik
guru merupakan suatu statemen formal yang merupakan norma atau aturan tata
asusila dalam mengatur tingkah laku guru.
Kode etik guru adalah pedoman dalam bersikap dan berprilaku dalam
bentuk nilai-nilai moral dan etika dalam jabatan guru sebagai pendidik
putra-putri bangsa. Guru adalah orang yang melakukan kegiatan dalam bidang
pendidikan dan pengajaran kepada orang lain. Kata guru dalam arti fungsional
menunjukkan kepada seseorang yang melakukan kegiatan dalam memberikan
pengatahuan, keterampilan, pendidikan, pengalaman, dan lain sebagainya.
Jadi, Kode etik guru adalah aturan-aturan yang menjadi landasan guru
dalam menjalankan profesinya.
Adapun fungsi kode etik guru antara lain:
1. Agar mempunyai dan memiliki pedoman dan arah yang jelas dalam
melaksanakan tugasnya sehingga terhindar penyimpangan profesi.
2. Agar guru bertanggung jawab pada profesinya.
3. Agar Profesi guru terhindar dari perpecahan internal.
4. Agar guru mampu meningkatkan kualitas dan kinerja masyarakat sehingga jasa
profesi guru diakui oleh masyarakat sebagai profesi yang membantu dalam
mencerahkan bangsa dan mengembangkan diri.
5. Agar Profesi guru terhindar dari campur tangan pofesi lain dan pemerintah
secara kurang professional.
Di dalam pasal 28 Undang-undang No 8 tahun 1974 menjelaskan tentang
pentingnya kode etik guru dengan jelas menyatakan bahwa: “pegawai negri sipil
mempunyai kode etik sebagai pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan di dalam
dan di luar kedinasan Kode etik guru dapat digunakan sebagai landasan dari
pribadi guru yang dapat dipergunakan sebagai landasan dari kepribadian guru yang
mencerminkan sikap-sikap yang terpuji dan dapat memberikan teladan baik
kegiatan yang bersifat interakurikuler maupun kegiatan ekstrakurikuler, meliputi
kegiatan proses belajar mengajar dan di luar proses mengajar, yang anatara lain
membuat perangkat pembelajaran, manajemen kelas, penguasaan kelas, kreatif,
disiplin, dan berdedikasi tinggi terhadap tugasnya sebagai guru.
Kode etik tersebut mengatur tentang apa yang harus dilakukan dan apa
yang tidak boleh dilakukan dilakukan guru dalam menjalankan tugas
profesionalnya. Kode etik bagi satu organisasi profesional sangat penting, karena
merupakan dasar moral dan pedoman tingkah laku setiap anggotanya. Maka
dengan sendirinya kode etik ini berfungsi untuk membuat anggotanya dinamis
dalam meningkatkan pelajaran sebagai sutu pengertian, disamping itu dapat
menggerakan setiap anggota untuk selalu mawas diri dengan penuh kesadaran,
selalu memerlukan peningkatan dan pengembangan kemampuan prosionalnya.
Dengan demikian, maka tugas profesional dalam pengertian tidak akan
ketinggalan zaman.
KELOMPOK 2
PROFESI DAN KINERJA GURU
A. Pengertian Guru Profesional
Guru adalah seseorang yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan
ilmu pengetahuan kepada muridnya. Guru adalah orang yang layak di gugu dan di
tiru. Sedangkan menurut kamus besar bahasa indonesiaitu sendiri, guru adalah
orang yang pekerjaannya mengajar, yaitu mengajakan ilmu pengetahuan (Pusat
Bahasa Kemdiknas)
Seorang guru di tuntut untuk menjadi orang yang profesional yang dapat
menjadikan murid-muridnya mampu merencanakan, menganalisis, menemukan
dan menyimpulkan masalah yang di hadapi, dengan demikian seorang guru
hendaklah mempunyai cita-cita yang tinggi, berpendidikan tinggi, berkpribadian
kuat dan tegar serta berperikemanusian yang mendalam. Seorang guru juga di
tuntut untuk profesional dalam menjalankan tugasnya.
B. Konsep Kinerja Guru
Kinerja adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk melaksanakan,
menyelesaikan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan harapan dan tujuan yang
telah ditetapkan (Supardi, 2014). Pendapat lain bahwa kinerja merupakan hasil
dari fungsi pekerjaan atau kegiatan tertentu yang di dalamnya terdiri dari tiga
aspek yaitu: (1) kejelasan tugas atau pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya,
(2) kejelasan hasil yang diharapkan dari suatu pekerjaan atau fungsi, (3) kejelasan
waktu yang diperlukan untuk menyelesikan suatu pekerjaan agar hasil yang
diharapkan dapat terwujud (Tempe, A Dale, 1992).
Dapat di simpulkan bahwa kinerja guru profesional adalah tingkat
keberhasilan seorang guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
serta kemampuan untuk mencapai tujuan dan standar yang telah ditetapkan.
C. Indikator-Indikator Kinerja Guru
Kinerja merefleksikan kesuksesansuatu organisasi, maka dipandang
penting untuk mengukur karakteristik tenaga kerjanya. Kinerja guru merupakan
kulminasidari tiga elemen yang saling berkaitan yakni keterampilan, upaya sifat
keadaan dan kondisi eksternal.
Kinerja dapat dilihat dari beberapa kriteria,menurut Castetter (dalam
Mulyasa, 2003) mengemukakan ada empat kriteria kinerja yaitu: (1). Karakteristik
individu, (2) Proses, (3) Hasil dan (4) Kombinasi antara karakter individu, proses
dan hasil.
Indikator kinerja guru antara lain :
1. Kemampuan membuat perencanaan dan persiapan mengajar.
2. Penguasaan materi yang akan diajarkan kepada siswa
3. Penguasaan metode dan strategi mengajar
4. Pemberian tugas-tugas kepada siswa
5. Kemampuan mengelola kelas
6. Kemampuan melakukan penilaian dan evaluasi.
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Guru
1. Kepribadian dan dedikasi
Kepribadian adalah keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur
psikis dan fisik, artinya seluruh sikap dan perbuatan seseorang merupakan suatu
gambaran dari kepribadian orang itu, dengan kata lain baik tidaknya citra
seseorang ditentukan oleh kepribadiannya.
2. Pengembangan Profesi
Pekerjaan profesi harus berorientasi pada layanan sosial. Seorang
profesional ialah orang yang melayani kebutuhan anggota masyarakat baik
secara perorangan maupun kelompok. Sebagai orang yang memberikan
pelayanan sudah tentu membutuhkan sikap rendah hati dan budi halus. Sikap
dan budi halus ini menjadi sarana bagi terjalinnya hubungan yang baik yang
ikut menentukan keberhasilan profesi.
3. Kemampuan Mengajar
Kemampuan mengajar guru sebenarnya merupakan pencerminan
penguasan guru atas kompetensinya. Kemampuan mengajar guru yang sesuai
dengan tuntutan standar tugas yang diemban memberikan efek positif bagi hasil
yang ingin dicapai seperti perubahan hasil akademik siswa, sikap siswa,
keterampilan siswa, dan perubahan pola kerja guru yang makin meningkat,
sebaliknya jika kemampuan mengajar yang dimiliki guru sangat sedikit akan
berakibat bukan saja menurunkan prestasi belajar siswa tetapi juga menurunkan
tingkat kinerja guru itu sendiri.
4. Hubungan dan Komunikasi
Terbinanya hubungan dan komunikasi di dalam lingkungan sekolah
memungkinkan guru dapat mengembangkan kreativitasnya sebab ada jalan
untuk terjadinya interaksi dan ada respon balik dari komponen lain di sekolah
atas kreativitas dan inovasi tersebut, hal ini menjadi motor penggerak bagi guru
untuk terus meningkatkan daya inovasi dan kreativitasnya.
5. Hubungan dengan Masyarakat
Manfaat hubungan dengan masyarakat sangat besar bagi peningkatan
kinerja guru melalui peningkatan aktivitas-aktivitas bersama, komunikasi yang
kontinu dan proses saling memberi dan saling menerima serta membuat
instrospeksi sekolah dan guru menjadi giat dan kontinu. Setiap aktivitas guru
dapat diketahui oleh masyarakat sehingga guru akan berupaya menampilkan
kinerja yang lebih baik.
6. Kedisiplinan
Disiplin adalah ketaatan dan ketepatan pada suatu aturan yang dilakukan
secara sadar tanpa adanya dorongan atau paksaan pihak lain atau suatu keadaan
di mana sesuatu itu berada dalam tertib, teratur dan semestinya serta tiada suatu
pelanggaran-pelanggaran baik secara langsung maupun tidak langsung.
7. Kesejahteraan
Untuk memaksimalkan kinerja guru langkah strategis yang dilakukan
pemerintah yaitu memberikan kesejahteraan yang layak sesuai volume kerja
guru, selain itu memberikan insentif pendukung sebagai jaminan bagi
pemenuhan kebutuhan hidup guru dan keluarganya. Program peningkatan mutu
pendidikan apapun yang akan diterapkan pemerintah, jika kesejahteraan guru
masih rendah maka besar kemungkinan program tersebut tidak akan mencapai
hasil yang maksimal. Jadi tidak heran kalau guru di negara maju memiliki
kualitas tinggi dan profesional, karena penghargaan terhadap jasa guru sangat
tinggi. Adanya Jaminan kehidupan yang layak bagi guru dapat memotivasi
untuk selalu bekerja dan meningkatkan kreativitas sehingga kinerja selalu
meningkat tiap waktu.
8. Iklim Kerja
Iklim kerja adalah hubungan timbal balik antara faktor-faktor pribadi,
sosial dan budaya yang mempengaruhi sikap individu dan kelompok dalam
lingkungan sekolah yang tercermin dari suasana hubungan kerjasama yang
harmonis dan kondusif antara Kepala Sekolah dengan guru, antara guru dengan
guru yang lain, antara guru dengan pegawai sekolah dan keseluruhan komponen
itu harus menciptakan hubungan dengan peserta didik sehingga tujuan
pendidikan dan pengajaran tercapai.

Selanjutnya A. Tabrani Rusyan dkk (2000:17) menyatakan bahwa berbagai


faktor yang mendukung, di antaranya:
1. Motivasi Kinerja Guru
Dorongan untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik bagi guru
sebaiknya muncul dari dalam diri sendiri, tetapi upaya motivasi dari luar juga
dapat juga memberikan semangat kerja guru, misalnya dorongan yang
diberikan dari kepala sekolah kepada guru.
2. Etos Kinerja Guru
Guru memiliki etos kerja yang lebih besar untuk berhasil dalam
melaksanakan proses belajar mengajar dibandingkan dengan guru yang tidak
ditunjang oleh etos Kinerja.dalam melaksanakan tugasnya guru memiliki etos
yang berbeda-beda. Etos kerja perlu dikembangkan oleh guru, karena:
a. Pergeseran waktu
b. Kondisi yang terbuka untuk menerima dan menyalurkan kreativitas.
c. Perubahan lingkungan terutama bidang teknologi.
3. Lingkungan Kinerja guru
Lingkungan kerja yang dapat mendukung guru melaksanakan tugas
secara efektif dan efisien, meliputi:
a. Lingkungan social-psikologis, yaitu lingkungan serasi dan harmonis antar
guru, guru dengan kepala sekolah, dan guru, kepala sekolah, dengan staf
TUdapat menunjang berhasilnya Kinerja guru.
b. Lingkungan fisik, ruang Kinerja guru hendaknya memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut: (1) Ruangan harus bersih, (2) Ada ruangan khusus untuk
kerja, (3) Peralatan dan perabotan tertata baik, (4) Mempunyai penerangan
yang baik, (5) Tersedia meja kerja yang cukup, (6) Sirkulasi udara yang
baik, dan (7) Jauh dari kebisingan.
4. Tugas dan tanggung jawab guru
a. Tanggung jawab moral,
b. Tanggung jawab dan proses pembelajaran di sekolah,
c. Tanggung jawab guru di bidang kemasyarakatan,
d. Tanggung jawab guru di bidang keilmuan.
5. Optimalisasi kelompok kerja guru
Kinerja guru yang efektif dan efisien akan menghasilkan sumber daya
manusia yang tangguh, yaitu lulusan yang berdaya guna dan berhasil guna
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, Kinerja guru dalam
proses pembelajaran perlu ditingkatkan sebagai upaya mengembangkan
kegiatan yang ada menjadi lebih baik, yang berdasarkan kemampuan bukan
kepada asal-usul keturunan atau warisan, juga menjunjung tinggi kualitas,
inisiatif dan kreativitas, kerja keras dan produktivitas.
E. Kinerja Guru Dalam Proses Pembelajaran
Sutjipto (1992) menyatakan: efektifitas mengajar pada intinya tertumpu
pada persoalan berapa bagaimana guru memberikan kemungkinan bagi siswa agar
terjadi proses belajar yang efektif atau dapat mencapai hasil sesuai dengan tujuan.
efektifitas mengajar guru merupakan implikasi dari kemampuan guru dalam hal:
(1) guru harus mempunyai pegangan asasi tentang mengajar dan dasar-dasar teori
mengajar; (2) guru harus dapat mengembangkan system pengajaran; (3) guru harus
mampu melakukan proses belajar mengajar efektif dan (4) guru harus mampu
melakukan penilaian hasil belajar sebagai dasar umpan balik bagi seluruh proses
yang di tempuh.
Depdikbud (1982) menjelaskan bahwa keberhasilan pengajaran dikatakan
efektif apabila terdapat keampuhan dalam pelaksanaan pengajaran sebagai usaha
untuk keseimbangan yang dinamis antara kualitas dan kuantitas pengajaran.
Lucio dan Neil dalam Depdikbud (1979) menyatakan bahwa efektifitas
pelaksanaan tugas pengajaran berkaitan dengan proses, karakteristik guru, dan
hasil. Ketiga kriteria tersebut dapat di jelaskan sebagai berikut: pertama, proses
pengajaran yang menyangkut perilaku guru yang dinilai berdasarkan kegiatannya
dalam menyiapkan perencanaan, melaksanakannya serta mengevaluasi
pelaksanaan rencana tersebut. Kedua, karakteristik guru di kaitkan dengan
intelegensia, kesopanan, kefasihan berbahasa, keprbadian, kesehatan dan
kejujuran. Ketiga, criteria hasil yakni bempa tingkat penguasaan oleh siswa baik
dari segi kualitas maupun kuantitas.
Everton & Brophy dalam Salfen (2002) menyatakan bahwa : kemampuan
guru dalam menjaga kecepatan penyajian pembelajaran, berupa ; (1) kemampuan
gum dengan orientasi afektif yang sangat kuat, yang lebih peduli dengan hubungan
personal dan pencapaian tujuan daripada menekankan kepada kemampuan
kognitif; (2) kondisi gum yang getir, mengecewakan bersifat otoriter dan
berorientasi kepada disiplin dan membenci siswa.
Nasution (1989) mengemukakan empatkomponen yang harus diperhatikan
gum dalam mengajar yaitu : (1) mengadakan assessment dan mendiagnosis; (2)
perencanaan pengajaran; (3) mengajar yang efektif; dan (4) latihan dan
reinforcement.
Dalam perencanaan pembelajaran seorang gum harus memperlihatkan
unsur-unsur penting dalam proses perencanaan pembelajaran tersebut. Kemp
(1994:12) menyatakan : ada empat unsur dasar dalam perancangan pembelajaran
yakni siswa, tujuan, metode dan evaluasi yang mempakan kerangka acvian untuk
perencanaan pengajaran.
Selanjutnya Kemp mengemukakan ada sepuluh unsur yang harus di
perhatikan guru dalam perancangan pembelajaran menyeluruh, yakni:
1. Perkiraan kebutuhan belajar untuk merancang suatu program pengajaran;
nyatakan tujuan, kendala dan prioritas yang hams diketahui
2. Pilih pokok bahasan atau tugas untuk dilaksanakan dan ditujuan tujuan umum
yang akan dicapai
3. Teliti ciri siswa yang hams mendapatkan perhatian selama perencanaan
4. Tentukan isi pelajaran dan uraikan unsur tugas yang berkaitan dengan tujuan
5. Nyatakan tujuan belajar yang akan dicapai dari segi isi pelajaran dan unsur
tugas
6. Rancang kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang sudah di
tanyakan
7. Pilih sejumlah media untuk mendukung kegiatan pengajaran
8. Rincikan pelayanan penunjang yang diperlukan untuk mengembangkan dan
melaksanakan semua kegiatanuntukmemperoleh atau membuat bahan.
9. Bersiap-siaplah untuk mengevaluasi hasil belajar dan hasil program.
10. Tentukan persiapan siswa untuk mempelajari pokok bahasan dengan
memberikan uji awal kepada mereka (Kemp, 1994:13-14)
Dari penjelasan di atas nyatalah bahwa seorang guru perlu memikir dengan
baik perancangan pembelajaran sebelum diterapkannya didepan kelas.
Untuk itu seorang guru hams memperhatikan kondisi dan asas untuk
belajar yang berhasil:
1. Persiapan sebelum mengajar.
2. Sasaran belajar.
3. Perbedaan individu.
4. Motivasi.
5. Sumber pengajaran.
6. Keikutsertaan.
7. Umpan Balikkan.
8. Penguatan.
9. Latihan dan pengulangan.
10. Urutan kegiatan belajar. Tugas atau tata cara yang rumit dapat dipelajari dengan
lebih efektif apabila peragaan dan latihan diberikan secara terpadu.
Suryosubroto (2002) menyimpulkan bahwa efektifitas tugas mengajar gum
(unjuk kerja gum) dapat diperhatikan dari: (1) Konsisten kegiatan belajar mengajar
dengan kurikulum dilihat dari aspek; (a) tujuan pengajaran (b) bahan pelajaran
yang diberikan (c) alat pelajaran yang digunakan (d) strategi evaluasi yang
digunakan; (2) keterlaksanaan proses belajar mengajar, meliputi: (a)
mengkondisikan kegiatan belajar siswa (b) menyajikan alat dan bahan serta
perlengkapan belajar; (3) menggunakan waktu yang tersedia untuk KBM; (4)
motivasi belajar siswa; (5) menguasai bahan pelajaran yang dikuasai; (6)
mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar ; (7) melaksanakan
komunikasi/interaksi belajar (8) memberikan bantuan dan bimbingan belajar ; (9)
melaksanakan penilaian; (10) menggeneralisasikan hasil belajar dan tindak lanjut.
KELOMPOK 3
PERAN GURU
A. Pengertian Guru Menurut Para Ahli
Guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik.
Sedangkan dalam UU RI No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
menegaskan bahwa pendidikan merupakan tenega perofesional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan, pelatihan, serta melakukan penelitian
dan pengabdian kepada masarakat, terutama bagi pendidik di perguruan tinggi.
Guru disekolah yaitu guru yang tugas dan pekerjaannya selain mengajar,
memberikan macam-macam ilmu pengetahuan dan keterampilan kepada anak-
anak juga mendidik. Berikut pengertian guru menurut para ahli :
1. Husnul Chotimah
Guru dalam pegertian sederhana adalah orang yang memfasilitasi proses
peralihan ilmu pengetahuan dari sumber belajar ke peserta didik.
2. Dri Atmaka
Guru (pendidik) adalah orang dewasa yang bertanggung jawab
memberikan pertolongan kepada anak didik dalam perkembangan baik jasmani
maupun rohaninya. Agar tercapai tingkat kedewasaan mampu berdiri sendiri
memenuhi tugasnya sebagai mahluk Tuhan, mahluk sosial dan mahluk individu
yang mandiri.
3. Mulyasa
Guru (pendidik) harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi
sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan Pendidikan Nasional.
4. Ahmadi
Guru (pendidik) adalah sebagai peran pembimbing dalam melaksanakan
proses belajar mengajar. Menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan
siswa merasa aman dan berkeyakinan bahwa kecakapan dan prestasi yang
dicapai mendapat penghargaan dan perhatian sehingga dapat meningkatkan
motivasi berprestasi siswa.
5. KBBI
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), guru adalah orang
yang pekerjaannya, mata pencahariannya, dan profesinya mengajar.
Guru memiliki tugas dalam proses belajar mengajarnya, seperti:
a. Mengajarkan kebudayaan kepada peserta didik berupa kepandaian,
kecakapan dan pengalaman-pengalaman.
b. Membentuk kepribadian anak yang harmonis sesuai cita-cita dan dasar
negara Pancasila.
c. Menyiapkan anak menjadi warga negara yang baik sesuai dengan Undang-
Undang Pendidikan yang merupakan keputusan MPR No. 2 Tahun 1983.
d. Sebagai perantara dalam belajar.
e. Sebagai pembimbing untuk membawa anak didik ke arah kedewasaan.
Pendidik tidak maha kuasa, tidak dapat membentuk anak menurut kehendak
hatinya.
f. Sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat.
g. Sebagai penegak disiplin dan menjadi contoh dalam segala hal, termasuk tata
tertib.
h. Sebagai adminstrator dan manajer, dimana guru bertindak sebagai perencana
kurikulum.
i. Sebagai pemimpin.
j. sebagai sponsor dalam kegiatan anak-anak.
Selain tugas guru, guru juga memiliki peranan dalam proses mengajar
mengajar, yaitu:
a. Guru sebagai pendidik.
b. Guru sebagai pengajar.
c. Guru sebagai pembimbing.
d. Guru sebagai penasihat.
e. Guru sebagai inovator.
f. Guru sebagai pendorong kreatifitas.
g. Guru sebagai emansipator.
h. Guru sebagai pemimpin.
i. Guru sebagai pengelola pembelajaran.
j. Guru sebagai model dan teladan..
B. Peran Guru dalam Pendidikan
Tugas-tugas ini berkaitan dengan meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan anak untuk memperoleh pengalaman-pengalaman lebih lanjut
seperti penggunaan kesehatan jasmani, bebas dari orang tua, dan orang dewasa
yang lain, moralitas tanggungjawab kemasyarakatan, pengetahuan dan
keterampilan dasar, persiapan.untuk perkawinan dan hidup berkeluarga, pemilihan
jabatan, dan hal-hal yang bersifat personal dan spiritual.
Peran guru sebagai model atau contoh bagi anak. Setiap anak
mengharapkan guru mereka dapat menjadi contoh atau model baginya. Peranan
guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam pengalaman belajar. Peran guru
sebagai pelajar (leamer).
Maka disimpulkan peranan guru, diantaranya guru yang dianggap baik
ialah mereka yang berhasil dalam memerankan peranan-peranan itu dengan
sebaik-baiknya.
Disamping itu seorang guru harus menunjukkan, mempertahankan serta
mengembangkan keahliannya itu. Sedangkan Sardiman menyatakan bahwa ada
sembilan peranan guru dalam kegiatan bimbingan konseling, yaitu:
1. Informator, Guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informatif,
laboratorium, studi lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik maupun
umum.
2. Organisator, Guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal
pelajaran dan lain-lain.
3. Motivator, Guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan serta
reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya
(aktivitas) dan daya cipta (kreativitas) sehingga akan terjadi dinamika di dalam
proses belajar mengajar.
4. Director, Guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar
siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
5. Inisiator, Guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar mengajar.
6. Tranmitter, Guru sebagai penyebar kebijakan dalam pendidikan dan
pengetahuan.
7. Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses
belajar mengajar.
8. Mediator, Guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
9. Evaluator, Guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam
bidang akademik maupu tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan
bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.
C. Peran Guru dalam Proses Pembelajaran
Peranan yang dianggap paling dominan dan diklasifikasikan sebagai
berikut:
1. Guru Sebagai Pendidik dan Pengajar.
2. Guru sebagai Pelatih dan pembimbing.
3. Guru sebagai Perancang Pembelajaran (Designer Instruction).
4. Guru sebagai Pengaruh Pembelajaran.
5. Guru sebagai Konselor.
6. Guru sebagai Pelaksana Kurikulum.
7. Guru dalam Pembelajaran yang Menerapkan Kurikulum Berbasis Lingkungan.
KELOMPOK 4
CARA MENINGKATKAN KINERJA GURU
A. Pengertian Kinerja Guru
Kata kinerja merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, work performance
atau job performance, tetapi dalam bahasa Inggrisnya sering disingkat menjadi
performance saja. Kinerja dalam bahasa Indonesia disebut juga prestasi kerja.
Kinerja atau prestasi kerja (performance) diartikan sebagai ungkapan kemampuan
yang didasari oleh pengetahuan, sikap, keterampilan, dan motivasi dalam
menghasilkan sesuatu.
Adapun Prawirosentono (1999: 2) mengemukakan bahwa kinerja sebagai
hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu
oerganisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam
rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak
melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.
Dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan hasil kerja atau prestasi kerja
seseorang atau organisasi dengana penampilan yang melakukan, menggambarkan
dan menghasilkan sesuatu hal, baik yang bersifat fisik dan nonfisik yang sesuai
dengan petunjuk, fungsi, dan tugasnya yang didasari oleh pengetahuan, sikap,
keterampilan, dan motivasi.
B. Strategi Peningkatan Kinerja Guru
Ada dua strategi penting yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja
guru, yaitu pelatihan dan motivasi kinerja.
1. Pelatihan digunakan untuk menangani rendahnya kemampuan guru, sedangkan
2. Motivasi digunakan untuk menangani rendahnya semangat dan gairah kerja.
C. Tahapan Kinerja Guru
Upaya yang dilaksanakan untuk meningkatkan kinerja guru antara lain:
1. Menerima kehadiran baru dengan baik.
2. Memberi tugas mengajar baru sesuai dengan bidang dan kompetensi yang
diakui oleh guru baru.
3. Membentuk dan melaksanakan kelompok kerja guru bidang studi dan
musyawarah guru bidang studi sejenis (MGMP) sebagai wadah bagi guru untuk
berdiskusi merencanakan masalah dan memecahkan masalah yang terjadi
dikelas.
4. Melakukan supervisi administrasi dan akademik terhadap guru baru sebagai
bahan perbaikan dan menentukan kebijakan.
5. Melakukan pembinaan baik bersifat administratif, akademik, maupun karier
guru baru.
6. Memberi kesempatan pada guru baru untuk mengikuti pelatihan baik yang
dilaksanakan disekolah, kabupaten, propinsi maupun pada tingkat nasional.
Secara umum, penilaian kinerja dapat memberikan manfaat untuk
kepentingan pengembangan, penghargaan, motivasi, dan perencanaan sumber daya
manusia. Dalam hal pengembangan (development), hasil penilaian kinerja dapat
menjadi informasi untuk menentukan jenis pelatihan yang diperlukan dalam
peningkatan pengetahuan dan keterampilan pegawai.
Hasil penelaian kinerja guru bermanfaat sebagai input dalam penyusunan
program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan. Selain itu, hasil penilaian
kinerja guru juga bermanfaat dalam penetapan perolehan angka kredit guru dalam
pengembangan karier guru.
Depdiknas dalam Asrori Ardiansyah (2011:10) menyebutkan beberapa
manfaat dari adanya penilaian kinerja guru sebagai berikut :
1. Pengembangan staf melalui in-service training
2. Pengembangan karier melalui in-service training
3. Hubungan yang semakin baik antara staf dan pemimpin
4. Pengetahuan lebih mendalam tentang sekolah dan pribadi
5. Hubungan produktif antara penilaian dengan perencanaan dengan
pengembangan sekolah
6. Kesempatan belajar yang lebih baik bagi siswa
7. Peningkatan moral dan efisiensi sekolah.
Sejalan dengan hal tersebut, Rinawatiririn (2012: 118) berpendapat bahwa
penilaian kinerja guru bermanfaat bagi sekolah yaitu dalam hal berikut :
1. Penyesuaian-penyesuaian kompensasi personel sekolah
2. Perbaikan kinerja personel sekolah
3. Kebutuhan latihan dan pengembangan personel sekolah
4. Pengambilan keputusan dalam hal penempatan, promosi, mutasi, pemecatan,
pemberhentian, dan perencanaan personel baru
5. Penelitian personel sekolah.
6. Membantu diagnosis terhadap kesalahan desain personel sekolah.
Bagi para guru penilaian kinerja guru tersebut merupakan pedoman untuk
mengetahui unsur-unsur kinerja yang dinilai dan merupakan sarana untuk
mengetahui kekuatan dan kelemahan individu dalam memperbaiki kualitas
kinerjanya (Ditjen PMTK, 2010 : 3).
KELOMPOK 5
PENATAAN MANAJEMEN
A. Pengertian Manajemen Kelas
Manajemen kelas menurut Suhardian dkk (2009:106) adalah segala usaha
yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar yang efektif dan
menyenangkan serta bisa memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai
dengan kemampuan.
Manajemen kelas adalah suatu usaha yang dengan sengaja dilakukan guna
mencapai tujuan pengajaran. Kesimpulan sederhananya adalah pengelolaan kelas
merupakan kegiatan pengaturan kelas untuk kepentingan pengajaran.
B. Tujuan Pengelolaan Kelas
Tujuan pengelolaan kelas dan siswa adalah penyediaan fasilitas bagi
bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional,
intelektual dalam kelas. Tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di kelas
dapat bekerja dengan tertib sehingga tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan
efisien. Terkait dari penjelasan di atas dalam hal pengelolaan kelas dapat pula
ditinjau dari segi interaksi komunikatif.
C. Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas
Menurut Djamarah (2006:202) pendekatan-pendekatan dalam pengelolaan
kelas adalah pendekatan otoriter, pendekatan intimidasi, pendekatan permisif,
pendekatan buku masak, pendekatan instruksional, pendekatan pengubahan
perilaku, pendekatan iklim sosio-emosional, pendekatan proses kelompok,
pendekatan eklektik.
Selanjutnya, menurut Suhardian Dkk (2009:108) berpendapat bahwa
pendekatan manajemen kelas diantaranya adalah pendekatan kekuasaan,
pendekatan ancaman, pendekatan kebebasan, pendekatan resep, pendekatan
pengajaran, pendekatan perubahan tingkah laku, pendekatan suasana emosi dan
hubungan sosial, pengelolaan proses kelompok.
D. Strategi dan Tahapan dalam Proses Manajemen Kelas
Muhaimin (2002:145) berpendapat bahwa strategi yang dapat dilakukan
oleh guru sebagai berikut :
1. Penataan Ruangan
Penataan fisik kelas mencakup penataan ruangan tempat
berlangsungnya proses belajar mengajar/kelas. Ruangan tempat belajar harus
memungkinkan semua siswa bergerak leluasa.
2. Penataan Tempat Duduk
Tempat duduk merupakan fasilitas atau barang yang diperlukan oleh
siswa dalam proses pembelajaarn terutama dalam proses belajar dikelas di
sekolah formal. Tempat duduk dapat mempengaruhi proses belajar siswa. bila
tempat duduknya bagus, tidak terlalu rendah, tidak terlalu besar, bundar,
persegi empat panjang, sesuai dengan tubuh siswa.
Sedangkan menurut suhardian dkk (2009:145) strategi dalam penataan
manajemen ialah :
1. Guru harus mengetahui strategi dalam menyusun rencana pembelajaran
Strategi menyusun rencana pembelajaran adalah sebagai berikut Kepala
sekolah melalui kebijakan yang dituangkan dalam tugas guru, mewajibkan para
guru untuk membuat program mengajar yang berupa: silabus, analisa materi
pelajaran, program tahunan, program semester, dan rencana program
pembelajaran.
2. Guru harus mengetahui strategi dalam membangun kerjasama dengan siswa
dalam proses belajar mengajar
Kegiatan guru yang profesional merupakan kegiatan atau tugas guru
yang rutin yang dianggap sebagai salah satu cara untuk meningkatkan
profesionalismenya.
3. Guru harus mengetahui strategi dalam pemberian motivasi belajar terhadap
siswa. Pemberian motivasi terhadap siswa adalah sebagai berikut:
a. Khususnya siswa kelas tiga selalu diberi latihan-latihan soal
b. Pemberian tugas untuk praktek lapangan
c. Mengikut sertakan siswa dalam kegiatan ilmiah
d. Mengkomunikasikan hasil belajar siswa melalui papan pengumuman
maupun melalui pertemuan dengan orang tua
e. Penggunaan media dalam pembelajaran
4. Bagaimana strategi dalam menciptaan Iklim Pembelajaran
Agar pelaksanaan pembelajaran di kelas berlangsung dengan lancar dan
efektif, maka pihak sekolah dalam hal ini kepala sekolah, staf dan guru
melakukan upaya berupa:
a. Petugas tata tertib selalu mengantisipasi berkeliling di lingkungan sekolah
untuk mengontrol tempat-tempat yang rawan
b. Wakil kepala bagian kesiswaan mengadakan razia di dalam kelas dengan
dibantu petugas tata tertib dan guru pembimbing
c. Dalam mengajar guru berusaha memahami karakter siswa
d. Guru berusaha menciptakan suasana pembelajaran yang demokratis
5. Bagaimana Pelaksanaan Evaluasi Proses Belajar Mengajar
Evaluasi dalam pembelajaran di SD ada dua macam yaitu Penilaian
terhadap hasil belajar siswa dan Penilaian terhadap proses pengajaran.
a. Penilaian terhadap hasil belajar siswa baik dari ulangan harian, ulangan
semester, Ujian Akhir Sekolah dan Ujian Akhir Nasional menunjukkan hasil
yang memuaskan, berdasarkan data perolehan ulangan semester, perolehan
Ujian Akhir Sekolah dan Ujian Akhir Nasional.
b. Penilaian terhadap proses pengajaran, berdasarkan hasil wawancara,
observasi peneliti dan supervisi kepala sekolah, bahwa kompetensi guru
dalam pembelajaran di kelas sudah bagus sekali, bahkan guru senior selalu
menularkan etos kerja yang bagus, baik dalam melaksanakan tugas
mengajarnya, tugas mengadministrasi hasil mengajar, maupun tugas
tambahan dari sekolah.
KELOMPOK 6
NILAI DALAM PENDIDIKAN
A. Pengertian Nilai
Nilai sebagai konsepsi (tersirat atau tersurat, yang sifatnya membedakan
individu atau ciri-ciri kelompok) dari apa yang diinginkan, yang mempengaruhi
pilihan terhadap cara, tujuan antara dan tujuan akhir tindakan.
Yuliati (2014: 14) menjelaskan bahwa nilai secara etimologi merupakan
pandangan kata value (bahasa inggris) (moral value). Dalam kehidupan
sehari-hari, nilai merupakan sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan
kualitas, dan berguna bagi manusia.
Nilai menurut Sanusi (2014:79) adalah suatu sistem yang dimana nilai
dalam kehidupan kita terdiri atas atau mencakup berbagai macam nilai-nilai seperti
teologis (ketuhanan), fisik-fisiologis (kebendaan dan fungsinya), etik (sopan-
santun), estetis (keindahan/keserasian), logis (ilmiah rasional/empiris), dan
teleologis (kemanfaatan/kegunaan).
Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai adalah suatu hal yang dianggap
beharga dalam menilai, menunjukkan kualitas, berguna bagi manusia dalam
melakukan sesuatu dan keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar
pilihannya.
B. Pengertian pendidikan
Suyadi (2015:4) adalah upaya sadar dan terencana dalam proses
pembimbingan dan pembelajaran bagi individu agar tumbuh berkembang menjadi
manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu, sehat dan berakhlak
(berkarakter) mulia (UU No. 20 Tahun 2003).
Sedangkan menurut pendapat Ayu (2017:351) menjelaskan bahwa
pendidikan memegang peran penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber
daya manusia. Melalui pendidikan manusia dapat mempertahankan dan
meningkatkan taraf kehidupan. Pendidikan merupakan hasil dari perkembangan
kebudayaan manusia dan pusat perkembangan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu kegiatan yang
terencana dalam kegiatan pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia.
C. Nilai dalam pendidikan
Menurut Suyadi (2015:8) 18 nilai karakter versi Kemendiknas adalah
sebagai berikut :
1. Religius, yakni ketaatan dan kepatuhan dalam memahami dan melaksanakan
ajaran agama (aliran kepercayaan) yang dianut, termasuk dalam hal ini adalah
sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama (aliran kepercayaan) lain,
serta hidup rukun dan berdampingan.
2. Jujur, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan kesatuan antara
pengetahuan, perkataan dan perbuatan (mengetahui yang benar, mengatakan
yang benar dan melakukan yang benar), sehingga menjadikan orang yang
bersangkutan sebagai pribadi yang dapat dipercaya.
3. Toleransi, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan penghargaan terhadap
perbedaan agama, aliran kepercayaan, suku, adat, bahasa, ras, etnis, pendapat,
dan hal-hal lain yang berbeda dengan dirinya secara sadar dan terbuka, serta
dapat hidup tenang ditengah perbedaan tersebut.
4. Disiplin, yakni kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap segala bentuk
peraturan atau tata tertib yang berlaku.
Menurut Mansur (2016:22) Kemindiknas merumuskan bahwa berdasarkan
kajian nilai-nilai agama, norma-norma sosial, peraturan atau hukum, etika
akademik, dan prinsip-prinsip HAM, telah teridenifikasi 80 butir nilai karakter
yang dikelompokkan menjadi 5, yaitu :
1. Nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa;
2. Nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan diri sendiri;
3. Nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan sesama manusia;
4. Nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan lingkungan.
D. Pendidikan karakter
Karakter menurut Mansur (2016:1) diambil dari bahasa Yunani
“character” yang berasal dari kata “kharassein” yang berarti memahat atau
mengukir. Dalam bahasa Latin disebut kharakter, kharassein, kharax, bermakna
watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian atau akhlak, dan dalam
bhasa Inggris “character” berarti : “watak, karakter, sifat, peran dan huruf”.
Sedangkan secara istilah, karakter diartikan sebagai sifat manusia pada
umumnya dimana manusia mempunyai banyak sifat yang tergantung dari faktor
kehidupannya sendiri. Karakter juga bisa diartikan sebagai sikap, tabiat, akhlak,
kepribadian yang stabil yang merupakan hasil dari proses konsolidasi secara
progresif dan dinamis.
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter dapat diartikan suatu
pendidikan yang bisa mengarahkan peserta didik untuk membentuk kepribadian
yang lebih baik lagi seperti mengetahui keabikan, mencintai kebaikan dan
melakukan kebaikan.
E. Tujuan pendidikan karakter
Menurut Mansur (2016:13) direalisasikan penyelengaraan pendidikan
karakter bertujuan sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan disekolah
yang mengarah pada pencapaian terbentuknya karakter atau akhlak mulia
peserta didik secara utuh, terpadu dan seimbang sesuai dengan standar
kompetensi lulusan.
2. Diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan
menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta
personalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam
perilaku sehari-hari.
KELOMPOK 7
PROFESIONALISME KERJA

A. Pengertian Profesional
Secara istilah, profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan
oleh seseorang dan menjadi “sumber” penghasilan kehidupan yang memerlukan
keahlian atau kecakapan yang memenuhi mutu atau norma tertentu serta
memerlukan pendidikan profesi.
Walter Johnson tahun 1959 profesional atau Pro-fashionals yaitu
seseorang yang menampilkan suatu tugas yang khusus yang mempunyai tingkat
kesulitan lebih dari biasa dan mempersyaratkan waktu persiapan dan pendidikan
cukup lama untuk menghasilkan pencapaian kemampuan keterampilan dan
pengetahuan yang berkadar tinggi.
Sedangkan menurut Usman pada tahun 1992 berpendapat bahwa suatu
pekerjaan yang bersifat profesional melakukan beberapa bidang ilmu yang secara
sengaja harus dipelajari dan Kemudian diaplikasikan bagi kepentingan umum.
Dapat disimpulkan untuk mencapai sukses dalam bekerja, seseorang harus
mampu bersikap profesional.Profesional tidak hanya berarti ahli saja.Namun selain
memiliki keahlian juga harus bekerja pada bidang yang sesuai dengan keahlian
yang dimilikinya tersebut. Seorang profesional tidak akan pernah berhenti
menekuni bidang keahlian yang dimiliki.
B. Pengertian Profesi
Kata Profesi berarti suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian
tertentu. Artinya jabatan profesional tidak bisa dilakukan dengan dipegang oleh
sembarang orang yang tidak terlatih dan tidak disiapkan secara khusus untuk
memperlakukan pekerjaan tersebut.
Jasin Muhammad pada tahun 2006 profesi adalah suatu lapangan pekerjaan
yang dalam melakukan tugasnya memerlukan teknik dan prosedur ilmiah memiliki
dedikasi serta cara menyikapi lapangan pekerjaan yang berorientasi pada
pelayanan yang ahli.
Menurut martinis Yamin pada tahun 2007 profesi mempunyai pengertian
seorang yang menekuni pekerjaan berdasarkan keahlian kemampuan teknik dan
prosedur berlandaskan intelektualitas.
Dapat disimpulkan.Profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang
menuntut keahlian atau keterampilan dari pelakunya. Biasanya sebutan “profesi”
selalu dikaitkan dengan pekerjaan atau jabatan yang dipegang oleh seseorang,
akan tetapi tidak semua pekerjaan atau jabatan dapat disebut profesi karena profesi
menuntut keahlian para pemangkunya.
C. Pengertian Profesionalisme Kerja
Profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang
pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang. Profesi juga dikatakan
atau diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan yang tentu yang mensyaratkan
pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis
yang intensif menurut Webster pada tahun 1989.
Secara etimologi istilah profesi berasal dari bahasa Inggris yaitu profession
atau bahasa Latin yakni Profecus yang artinya mengakui adanya pengakuan
menyatakan mampu atau ahli dalam melakukan suatu pekerjaan sedangkan secara
terminologi profesi berarti suatu pekerjaan yang mensyaratkan pendidikan yang
tinggi bagi pelaku yang ditekankan pada pekerjaan mental yaitu adanya
persyaratan pengetahuan teoritis sebagai instrumen untuk melakukan perbuatan
praktis bukan pekerjaan manual menurut danin tahun 2002.
Jadi Suatu profesi harus memiliki tiga pilar pokok yaitu pengetahuan
keahlian dan persiapan akademik.Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa profesionalisme kerja merupakan pandangan atau sikap mental
dalam bentuk komitmen dari para anggota suatu profesi untuk senantiasa
mewujudkan dan meningkatkan kualitas profesionalannya dalam menjalankan
profesi sesuai dengan kode etik profesi.
D. Etos Kerja dan Profesionalisme Kerja
Gilley dan Eggland (1989) mendefinisikan profesi sebagai bidang usaha
manusia berdasarkan pengetahuan, dimana keahlian dan pengalaman pelakunya
diperlukan oleh masyarakat. Definisi ini meliputi aspek yaitu :
1. Ilmu pengetahuan tertentu
2. Aplikasi kemampuan/kecakapan, dan
3. Berkaitan dengan kepentingan umum
Proses profesional adalah proses evolusi yang menggunakan pendekatan
organisasi dan sistemastis untuk mengembangkan profesi ke arah, status
professional (peningkatan status).
Secara teoritis menurut Gilley dan Eggland (1989) pengertian professional
dapat didekati dengan empat prespektif pendekatan yaitu:
1. Orientasi Filosofi
Ada tiga pendekatan dalam orientasi filosofi, yaitu pertama lambang
keprofesionalan adalah adanya sertifikat, lissensi, dan akreditasi. Akan, tetapi
penggunaan lambang ini tidak diminati karena berkaitan dengan aturan-aturan
formal.
Pendekatan kedua yang digunakan untuk tingkat keprofesionalan adalah
pendekatan sikap individu, yaitu pengembangan sikap individual, kebebasan
personal, pelayanan umum dan aturan yang bersifat pribadi. Yang penting
bahwa layanan individu pemegang profesi diakui oleh dan bermanfaat bagi
penggunanya.
Pendekatan ketiga: electic yaitu pendekatan yang menggunakan
prosedur, teknik, metode dan konsep dari berbagai sumber, sistem, dan
pemikiran akademis.
2. Orientasi Perkembangan
Orientasi perkembangan menekankan pada enam langkah
pengembangan profesionalisasi, yaitu:
a. Dimulai dari adanya asosiasi informal individu-individu yang memiliki
minat terhadap profesi.
b. Identifikasi dan adopsi pengetahuan tertentu.
c. Para praktisi biasanya lalu terorganisasi secara formal pada suatu lembaga.
d. Penyepakatan adanya persyaratan profesi berdasarkan pengalaman atau
kualifikasi tertentu.
3. Orientasi Karakteristik
Profesionalisasi juga dapat ditinjau dari karakteristik profesi/pekerjaan.
Ada delapan karakteristik pengembangan profesionalisasi, satu dengan yang
lain saling terkait:
a. Kode etik
b. Pengetahuan yang terorganisir
c. Keahlian dan kompetensi yang bersifat khusus
d. Tingkat pendidikan minimal yang dipersyaratkan
e. Sertifikat keahlian
4. Orientasi Non-Tradisional
Perspektif pendekatan yang keempat yaitu prespektif non-tradisonal
yang menyatakan bahwa seseorang dengan bidang ilmu tertentu diharapkan
mampu melihat dan merumuskan karakteristik yang unik dan kebutuhan dan
sebuah profesi.
Kelembagaan profesi guru (seperti PGRI) sangat diperlukan untuk
menghindari terkotak-kotaknya guru karena alasan struktur birokratisasi atau
kepentingan politik tertentu. Profesionalisme guru perlu didukung oleh suatu
kode etik guru yang berfungsi sebagai norma hukum dan sekaligus sebagai
norma kemasyarakatan.
KELOMPOK 8
PERANAN KECERDASAN
A. Pengertian Kecerdasan
Menurut Super & Cities, 1962 dalam Dalyono (2010:182) pengertian
intelegensi dikatakan bahwa “inteligence has frequently been defined as the ability
to adjust to the environment or to learn form experience”. Artinya intelegensi
adalah kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan atau belajar dari
pengalaman.
Heidentich dalam Haryu Islamudin (2012:250) yaitu “intelegence refers to
the ability to learn and to utilize what has been learned in adjusting to unfamiliat
situation, or in the solving of problem” Artinya adalah kecerdasan menyangkut
kemampuan untuk belajar dan menggunakan apa yang telah dipelajari dalam usaha
penyesuaian terhadap situasi-situasi yang kurang dikenal, atau dalam pemecahan-
pemecahan masalah.
B. Peran Kecerdasan dalam Perkembangan Profesi
Ada dua kecerdasan yang dibahas disini, yaitu :
1. Kecerdasan Intelektual
Menurut Piaget (dalam Agus,dkk.2017:33) menjelaskan intelegensi
atau tingkat kecerdasan seseorang adalah dasar fungsi kehidupan yang
membantu seseorang atau organisme untuk beradaptasi dengan
lingkungannya.
2. Kecerdasan Emosional
Davies (Casmini, 2007:17) menjelaskan bahwa kecerdasan emosi
adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan emosi dirinya sendiri
dan orang lain, membedakan satu emosi dengan lainnya dan menggunakan
informasi tersebut untuk menuntun proses berpikir dan berperilaku
seseorang.
Kesimpulan yang dapat diperoleh mengenai pengertian kecerdasan
emosi adalah jenis kecerdasan yang fokusnya memahami, mengenali,
merasakan, mengelola dan memimpin perasaan sendiri dan orang lain serta
mengaplikasikannya dalam kehidupan pribadi dan sosial.
C. Peran Kecerdasan ( IQ, ESQ dan EQ ) dalam Pembelajaran
Keberhasilan manusia bukan hanya faktor intelegensi saja, tetapi juga
faktor emosi turut bermain dalam menetukan keberhasilan seseorang. Pada
dasarnya emosi adalah dorongan untuk bertindak yang mempengaruhi reaksi
seketika untuk mengatasi masalah. Sehingga emosi yang cerdas akan
memperngaruhi tindakan anak dalam mengatasi masalah., mengendalikan diri,
semangat, tekun, serta mampu memotivasi diri sendiri yang terwujud dalam hal-
hal berikut ini:
1. Motivasi belajar, yang berasal dari dalam diri, dimana dengan pengendalian diri
yangbaik, anak yang mampu mengatur sendiri kegiatannya, akan mengenal
kecepatan belajarnya serta lebih menegerti tujuan dan manfaat belajar.
2. Pandai, umumnya anak yang secara emosi cerdas juga mampu
mengoptimalkanprestasinya karena didorong oleh motivasi belajar yang besar.
Kepandaian seorang anak tidak hanya didukung oleh kecerdasan kognitif yang
tinggi saja.
3. Memiliki minat, anak yang cerdas secara emosional, sejak dini sudah
mengertikeinginannya dan lebih terarah dalam melakukan tugas-tugasnya.
Minatnya lebih menetap dan upayanya lebih berkaitan dengan kegiatan yang
sesuai dengan minatnya.
4. Konsentrasi, anak yang cerdas secara emosional akan lebih bisa
memusatkankonsentrasinya dan tidak mudah teralih oleh situasi sesaat.
kemampuan untuk memusatkan konsentrasi tidak hanya pada pelajaran sekolah,
tetapi juga pada semua kegiatan yang tengah ditekuninya.
KELOMPOK 9
MENILAI DIRI
A. Pengertian Penilaian Diri
Menurut Mimin Hariyati (2007: 67) penilaian diri atau evaluasi diri
merupakan teknik/metode penilaian dimana peserta didik diminta untuk menilai
dirinya sendiri yang berkaitan dengan status, proses dan tingkat ketercapaian
kompetensi yang sedang dipelajarinya dari suatu mata pelajaran tertentu.
Penilaian diri adalah suatu teknik penilaian di mana peserta didik diminta
untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat
pencapaian kompetensi yang dipelajarinya ( Junaidi, 2011:65).
Teori kognitif dan konstruktivisme tentang belajar dan motivasi
memberikan landasan bahwa penilaian diri merupakan inti atau dasar bagi
individu dalam proses pembentukan makna, melalui aktivitas asesmen-diri
terhadap pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang sudah diinternasilasi ke
dalam struktur kognisinya, dan mengaitkannya dengan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap baru yang dipelajari sesuai dengan tujuan belajarnya.
Dampak efektivitas teknik penilaian diri adalah peserta didik akan
dikondisikan dan dibiasakan untuk selalu jujur. Dan jika anak selalu menjaga
kondisi sikap dirinya, ini sangat positif bagi upaya pembangunan karakter anak.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa penilaian diri adalah suatu
proses peserta didik dalam menilai dirinya sendiri yang diminta oleh pendidik
sendiri berdasarkan proses dan kemampuannya secara kognitif, afektif, dan
psikomotoriknya.
B. Cara Menilai Diri yang Sebenarnya
Penilaian diri merupakan suatu unsur metakognisi yang sangat berperan
dalam proses belajar. Oleh karena itu, agar penilaian ini dapat berjalan dengan
efektif, peserta didik harus sering dilatih untuk melakukannya. Berikut empat
langkah dalam berlatih melakukan penilaian diri, yaitu:
1. Libatkan semua komponen dalam menentukan kriteria penilaian
2. Pastikan semua peserta didik tahu bagaimana caranya menggunakan kriteria
tersebut untuk menilai kinerjanya
3. Berikan umpan balik pada mereka berdasarkan hasil evaluasi dirinya
4. Arahkan mereka untuk mengembangkan sendiri tujuan dan rencana kerja
berikutnya.
Kelebihan dari penggunaan penilaian diri diantaranya adalah dapat
menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, karena mereka diberi kepercayaan
untuk menilai dirinya sendiri, peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan
dirinya, karena ketika mereka melakukan penilaian, harus melakukan introspeksi
terhadap kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya, dapat mendorong,
membiasakan, dan melatih peserta didik untuk berbuat jujur, karena mereka
dituntut untuk jujur dan objektif dalam melakukan penilaian.
Namun, ada beberapa kendala dalam pelaksanaan penilaian diri adalah
karena peserta didik belum terbiasa dan terlatih, sangat terbuka kemungkinan
bahwa peserta didik banyak melakukan kesalahan dalam penilaian, ada
kemungkinan peserta didik sangat subjektif dalam melakukan penilaian,
karena terdorong oleh keinginan untuk mendapatkan nilai yang baik. Oleh karena
itu, pada taraf awal, guru perlu melakukan langkah-langkah telaah terhadap hasil
penilaian diri peserta didik.
C. Teknik Mempelajari Diri
Untuk suatu penyelidikan yang lebih mendalam tentang diri, ada lima
teknik yang digunakan yaitu:
1. Pendekatan Dengan Riwayat Hidup Sendiri (Autobiographical Approach)
Beberapa orang mungkin berkesimpulan bahwa lebih berhasil untuk
menyelediki yang telah lalu untuk mengungkapkan dan menguraikan kejadian-
kejadian yang sangat penting dan kritis yang memengaruhi dan menentukan
mengapa dan menjadi apa mereka sekarang. Hal itu dapat dilakukan dengan
mudah, mulai dari ingatan dan kenangan yang paling awal (semasa masih
kanak-kanak permulaan) tentang orang-orang yang paling penting dalam
kehidupan.
2. Tandailah Hal-hal yang Ekstrim
Emosi dan perasaan-perasaan Anda yang ekstrim, tinggi dan rendah
sekali, sering menjadi suatu petunjuk terhadap hakikat keadaan jiwa Anda yang
sebenarnya, di mana tingkah laku Anda sehari-hari bergerak. Seorang
pengusaha terlalu sering menyangkal tingkah lakunya yang tidak biasa, sebagai
sesuatu yang bukan tipe tingkah lakunya, “Perbuatan seperti ini bukanlah tipe
saya,” katanya dan tidak mempercayainya sama sekali. Tiap suatu analisa
diwaktu marahnya lebih besar lagi, lebih besar dari yang dianggapnya mungkin,
mengungkapkan dengan lebih jelas tingkah lakunya yang “normal” itu.
3. Merubah Hal-Hal yang Rutin
Kebanyakan orang cenderung menjadi buta terhadap hal-hal atau
barang-barang yang terlalu dekat di sekeliling mereka. Sebelum suatu
kunjungan dari orang asing yang menyentakkan Anda terhadap alam sekitar
Anda dengan mata atau pandangan dari penglihatan yang baru, Anda mungkin
akan tetap tidak sadar tentang kenyataan-kenyataan yang sangat jelas di muka
dan di dekat Anda. Dan yang lebih penting lagi, Anda mungkin menjadi hilang
dalam arus tekanan hidup sehari-hari, sehingga menjadi tidak sensitive lagi
terhadap reaksi-reaksi Anda sendiri.
4. Cross-Characterization
Dalam bukunya My Autobiography, Charlie Chaplin menceritakan suatu
anekdot yang menggambarkan prinsip dari cross-characterizaton dan
peranannya yang penting dalam usaha penemuan diri (self-discovering).
Chaplin berada dalam suatu pesta di London yang dihadiri banyak tamu-tamu
terkemuka, diantaranya Prince of Wales dari keluarga raja Inggris. Seorang dari
yang hadir di pesta itu mengemukakan suatu permainan, di Amerika disebut
Frank Estimation (penaksiran yang jujur).
Setiap tamu diberikan satu kartu yang didalamnya dituliskan sepuluh
kualifikasi, yaitu daya tarik, intelligensi, kepribadian, sex appeal, kebagusan
rupa, ketulusan hati, perasaan humor, dan penyesuaian diri. Setiap orang tamu
harus mengisi dan member angka terhadap kualifikasi yang tertulis dikartu,
yaitu mengenai kualifikasi tentang dirinya sendiri, mengenai penaksirannya
yang jujur.
Dari contoh di atas dapat kita lihat, betapa seringnya orang tidak
objektif terhadap diri sendiri dan dapat terjadi perbedaan yang jauh, antara
penilaian diri terhadap diri sendiri dengan pandangan dan penilaian orang lain.
KELOMPOK 10
SIKAP PROFESIONAL GURU
A. Pengertian Sikap Profesional Guru
Menurut Berkowitz, dalam Azwar (2000: 5) menerangkan sikap seseorang
pada suatu objek adalah perasaan atau emosi, dan faktor kedua adalah
reaksi/respon atau kecenderungan untuk bereaksi. Sebagai reaksi maka sikap
selalu berhubungan dengan dua alternatif, yaitu senang (like) atau tidak senang
(dislike), menurut dan melaksanakan atau menjauhi/menghindari sesuatu.
Sikap Profesional guru menurut Ardi Wiyani (2015: 51) adalah sikap
seorang guru dalam menjalankan pekerjaannya yangmencakup keahlian,
kemahiran, dan kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta
memerlukan pendidikan profesi keguruan.
Guru profesional adalah guru yang mengedepankan mutu dan kualitas
layanan dan produknya, layanan guru harus memenuhi standarisasi kebutuhan
masyarakat, bangsa dan pengguna serta memaksimalkan kemampuan peserta didik
berdasar potensi dan kecakapan yang dimiliki masing-masing individu.
B. Konsep Dasar Sikap Profesional Guru
Struktur sikap dasar profesional guru terhadapt peserta didik terdiri dari
tiga komponen yang terdiri atas:
1. Komponen kognitif, komponen ini berkaitan dengan pengetahuan, pandangan,
dan keyakinan tentang objek.
2. Komponen afektif, komponen afektif terdiri dari seluruh perasaan atau emosi
seseorang terhadap sikap.
3. Komponen konatif, komponen ini merupakan kecenderungan seseorang untuk
bereaksi, bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan
intensitas sikap, yaitu besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku
seseorang terhadap objek sikap.
Katz dalam Walgito (1990: 110) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai
empat fungsi, yaitu:
1. Fungsi instrumental atau fungsi penyesuaian, atau fungsi manfaat.
Fungsi ini berkaitan dengan sarana tujuan. Di sini sikap merupakan
sarana untuk mencapai tujuan. Orang memandang sampai sejauh mana objek
sikap dapat digunakan sebagai sarana dalam mencapai tujuan. Bila objek sikap
dapat membantu seseorang dalam mencapai tujuannya, maka orang akan
bersikap positif terhadap objek sikap tersebut.
2. Fungsi pertahanan ego
Ini merupakan sikap yang diambil oleh seseorang demi untuk
mempertahankan ego atau akunya. Sikap diambil seseorang pada waktu orang
yang bersangkutan terancam dalam keadaan dirinya atau egonya, maka dalam
keadaan terdesak sikapnya dapat berfungsi sebagai mekanisme pertahanan ego.
3. Fungsi ekspresi nilai
Sikap yang ada pada diri seseorang merupakan jalan bagi individu untuk
mengekspresikan nilai yang ada dalam dirinya. Dengan mengekspresikan diri
seseorang akan mendapatkan kepuasan dan dapat menunjukkan keadaan
dirinya. Dengan mengambil nilai sikap tertentu, akan dapat menggambarkan
sistem nilai yang ada pada individu yang bersangkutan.
4. Fungsi pengetahuan
Fungsi ini mempunyai arti bahwa setiap individu mempunyai dorongan
untuk ingin tahu. Dengan pengalamannya yang tidak konsisten dengan apa
yang diketahui oleh individu, akan disusun kembali atau diubah sedemikian
rupa sehingga menjadi konsisten. Ini berarti bila seseorang mempunyai sikap
tertentu terhadap suatu objek, menunjukkan tentang pengetahuan orang tersebut
objek sikap yang bersangkutan.
C. Sasaran Sikap Profesional Guru
Menurut Soetjipto (2008:43) Sasaran Sikap Profesional Guru diantaranya:
1. Sikap terhadap peraturan perundang-undangan
Pada butir Sembilan kode etik guru Indonesia disebutkan bahwa “guru
melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan”.
Kebijakan pendidikan di Negara kita dipegang oleh pemerintah, dalam hal ini
oleh departemen pendidikan kebudayaan. Dalam rangka pembangunan di
bidang pendidikan di Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
mengeluarkan ketentuan-ketentuan dan peraturan-peraturan yang merupakan
kebijaksanaan yang akan dilaksanakan oleh aparatnya, yang meliputi antara lain
pembangunan gedung-gedung pendidikan, pemerataan kesempatan belajar
antara lain dengan melalui kewajiban belajar, peningkatan mutu pendidikan,
pembinaan generasi muda dengan menggiatkan kegiatan taruna dan lain-lain.
2. Sikap terhadap organisasi profesi
Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu
organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian. Dasar ini
menunjukkan kepada kita betapa pentingnya peranan organisasi sebagai wadah
dan sarana pengabdian. PGRI sebagai organisasi profesi memerlukan
pembinaan, agar lebih berdaya guna sebagai wadah usaha untuk membawakan
misi dan memantapkan profesi guru. Keberhasilan usaha tersebut sangat
bergantung kepada kesadaran para anggotanya, rasa tanggung jawab dan
keawajiban para anggotanya.
3. Sikap terhadap teman sejawat
Dalam ayat 7 kode etik guru disebutkan bahwa “guru memelihara
hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial”. Ini
berarti bahwa:
a. Guru hendaknya menciptakan dan memelihara hubungan sesama guru dalam
lingkungan kerjanya, dan
b. Guru hendaknya menciptakan dan memelihara semangat kekeluargaan dan
kesetiakawanan sosial didalam dan diluar lingkungan kerjanya.
Dalam hal ini, Kode Etik Guru Indonesia menunjukkan kepada kita
betapa pentingnya hubungan yang harmonis perlu diciptakan dengan
mewujudkan perasaan bersaudara yang mendalam antara sesama anggota
profesi ( Soetjipto, 2008: 47 ).
4. Sikap terhadap anak didik
Dalam kode etik guru Indonesia dengan jelas dituliskan bahwa “guru
berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia
seutuhnya yang berjiwa pancasila”. Dasar ini mengandung beberapa prinsip
yang harus dipahami oleh seorang guru dalam menjalankan tugasnya sehari-
hari yakni tujuan pendidikan nasional, prinsip membimbing dan prinsip
pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.
5. Sikap terhadap tempat kerja
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa suasana yang baik ditempat
kerja akan meningkatan produktivitas. Hal ini disadari dengan sebaik-baiknya
oleh setiap guru, dan guru berkewajiban menciptaka suasana yang demikian
dalam lingkungannya. Untuk menciptakan suasana kerja yang baik ini ada dua
hal yang harus diperhatikan, yaitu: guru sendiri,hubungan guru dengan orang
tua dan masyarakat sekeliling.
KELOMPOK 11
PENGELOLAAN PROSES PEMBELAJARAN
A. Pengertian Pengelolaan Proses Pembelajaran
Pengelolaan berasal dari kata “kelola” dan istilah lainnya yaitu
“manajemen” yang artinya ketatalaksanaan, tata pimpinan. Maka pengelolaan itu
adalah pengadministrasian, pengaturan atau penataan suatu kegiatan atau proses
yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan
kebijaksanaan dan pencapaian tujuan.
Menurut para ahli, Moekijat (2000:1) mengemukakan pengertian
pengelolaan adalah suatu proses tertentu yang terdiri atas perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan yang dilakukan untuk
menentukan dan mencapai tujuan tertentu dengan cara menggunakan manusia dan
sumber sumber lain.
Menurut S. Handayaningrat dalam bukunya yang berjudul “Pengantar studi
dan Administrasi” mengemukakan bahwa proses adalah serangkaian tahap
kegiatan mulai dari menentukan sasaran sampai tercapainya tujuan.(S.
Handayaningrat,1988:20)
Sedangkan menurut JS Badudu dan Sutan M Zain dalam kamus Bahasa
Indonesia, “Proses adalah jalannya suatu peristiwa dari awal sampai akhir atau
masih berjalan tentang suatu perbuatan, pekerjaan dan tindakan”. (JS Badudu dan
Sutan M. Zain 1996;1092).
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa proses merupakan suatu
aktivitas kegiatan dari awal sampai akhir atau masih berjalan yang memberikan
nafas bagi organisasi sampai dengan tercapainya tujuan.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003
menyatakan pembelajaran adalah “proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Pembelajaran sebagai proses
belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berpikir yang
dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan
kemampuan mengkontruksikan pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan
penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.
Menurut Oemar Hamalik (239: 2006) pembelajaran adalah “suatu
kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material fasilitas,
perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi tercapainya tujuan
pembelajaran”.
Jadi berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa,
pengelolaan pembelajaran merupakan kegiatan memproyeksikan tindakan apa
yang akan dilaksanakan dalam suatu pembelajaran yaitu dengan
mengkoordinasikan (mengatur dan merespon) komponen-komponen pembelajaran
sehingga antara tujuan, materi, metode serta evaluasi menjadi jelas dan sistematis.
B. Tujuan dan Fungsi Pengelolaan Proses Pembelajaran
Menurut Dunkin dan Biddle, proses pembelajaran berada dalam empat
variable interaksi, yaitu;
1. Variable pertanda (presage variables) berupa pendidik
2. Variable konteks (contex variables) berupa peserta didik
3. Variable proses (process variables)
4. Variable produk (product variables) berupa perkembangan peserta didik baik
dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Adapun tujuan dan fungsi dari pengelolaan proses pembelajaran antara lain
adalah sebagai berikut :
1. Tujuan
Tujuan pengelolaan pembelajaran adalah untuk menciptakan proses
belajar mengajar yang dengan mudah direncanakan, diorganisasikan,
dilaksanakan dan dikendalikan dengan baik sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai ecara efektif dan efisien.
2. Fungsi
Fungsi pengelolaan pembelajaran yaitu :
a. Merencanakan tujuan belajar
b. Mengorganisasikan berbagai sumber belajar untuk mewujudkan tujuan
belajar.
c. Memimpin, yang meliputi memotivasi, mendorong, dan menstimulasi siswa
d. Mengawasi segala sesuatu, apa sudah berfungsi sebagaimana mestinya atau
belum dalam rangka pencapaian tujuan.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Pembelajaran
Beberapa faktor yang mempengaruhi pengelolaan pembelajaran yaitu :
1. Kurikulum
Kurikulum kaitannya dengan pengelolaan pembelajaran haruslah di
rancang sebagai jumlah pengalaman edukatif yang menjadi tanggung jawab
sekolah dalam membantu anak-anak mencapai tujuan pendidikannya, yang
diselenggarakan secara berencana dan terarah serta terorganisir, karena kegiatan
pembelajaran bukan sekedar dipusatkan pada penyampaian sejumlah materi
pelajaran atau pengetahuan yang bersifat intelektualistik, akan tetapi juga
memperhatikan aspek pembentukan pribadi, baik sebagai makhluk individual
dan makhluk sosial maupun sebagai makhluk yang bermoral.
2. Gedung dan Sarana Kelas / Sekolah
Perencanaan dalam membangun sebuah gedung untuk sebuah sekolah
berkenaan dengan jumlah dan luas setiap ruangan, letak dan dekorasinya yang
harus disesuaikan dengan kurikulum yang dipergunakan. Akan tetapi karena
kurikulum selalu berubah-ubah, sedangkan ruangan atau gedung bersifat
permanen, maka diperlukan kreativitas dalam mengatur pendayagunaan
ruang/gedung yang bersedia berdasarkan kurikulum yang dipergunakan.
3. Guru
Guru adalah orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan
pengajaran yang bertanggung jawab dalam membantu anak dalam mencapai
kedewasaan masing-masing.
4. Lingkungan sekitar
Lingkungan sekitar sekolah sangat mempengaruhi. Misalnya anak yang
tinggal di sekitar lingkungan yang masyarakatnya rata rata tidak bersekolah
akan berbeda dengan anak yang tinggal di lingkungan yang kenal dengan
pendidikan.
D. Tahapan Pengelolaan Proses Pembelajaran
Strategi pengelolaan pembelajaran sangat penting dalam sistem stategi
pembelajaran. Strategi pengelolaan berkaitan dengan penetapan kapan suatu
strategi atau komponen strategi tepat dipakai dalam situasi pembelajaran. Ada
empat hal yang menjadi urusan strategi pengelolaan yaitu :
1. Penjadwalan penggunaan strategi pembelajaran
Guru harus untuk mampu merancang kapan, strategi apa, dan berapa
kali suatu strategi pembelajaran yang digunakan yang semuanya berkaitan
dengan kondisi pembelajaran yang ada. Strategi pembelajaran dipengaruhi oleh
tujuan dan karakteristik bidang studi, kendala dan karakteristik bidang studi,
karakteristik peserta didik.
2. Pembuatan catatan kemajuan belajar siswa
Guru harus mampu menetapkan kapan, berapa kali, apa jenis evaluasi
yang dilakukan untu melihat kemajuan belajar peserta didik. Hasil evaluasi
penting dicatat untuk melihat efektifitas dan efisiensi pmbelajaran yang
dilakukan.
3. Pengelolaan motivasional
Setiap strategi pembelajaran yang diterapkan pasti bertujuan untuk
meningkatkan motivasi belajar peserta didik, sehingga guru dituntut untuk
dapat mengembangkan kiat-kiat khusus dalam melakukan penjadwalan
penggunaan strategi penyampaian yang bervariasi.
KELOMPOK 12
PENGELOLAAN KELAS DAN MEDIA PEMBELAJARAN
A. Pengertian Pengelolaan Kelas
Istilah “pengelolaan kelas (class room management)’’ dapat didefinisikan
beragam tergantung dari sudut pandang yang dipakai. Pendekatan otoriter
(authority approach) memandang pengelolaan kelas sebagai kegiatan guru untuk
mengontrol tingkah laku siswa.
Menurut Anitah (2008: 10.8) pengelolaan kelas adalah serangkaian
tindakan guru yang ditunjukkan untuk mendorong munculnya tingkah laku siswa
yang diharapkan dan menghilangkan tingkah laku siswa yang tidak diharapkan,
menciptakan hubungan interpesonal yang baik dan iklim-emosional yang positif,
serta menciptakan dan memelihara organisasi kelas yang produktif dan efektif atau
secara singkat.
Dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas adalah cara-cara yang
ditempuh guru dalam menciptakan lingkungan kelas agar tidak terjadi kekacauan
dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencapai tujuan akademis dan
sosial.
B. Jenis-jenis Pengelolaan Kelas
Menurut Nurhadi (1983: 163) upaya untuk menciptakan dan
mempertahankan suasana yang diliputi oleh motivasi siswa yang tinggi dapat
dilakukan secara preventif maupun secara kuratif. Maka pengelolaan kelas, apabila
ditinjau dari sifatnya, dapat dibedakan menjadi dua adalah pengelolaan kelas yang
bersifat preventif, pengelolaan kelas yang bersifat kuratif
C. Strategi Dalam Pengelolaan Kelas
Strategi pengelolaan kelas adalah upaya yang dilakukan oleh guru untuk
menciptakan dan mempertahankan kondisi belajar yang optimal agar peserta didik
merasa nyaman, merasa betah belajar di dalam kelas, dan terciptanya kondisi
tersebut diharapkan prestasi siswa bisa meningkat dalam proses belajar mengajar.
Untuk mencegah timbulnya tingkah laku-tingkah laku siswa yang
mengganggu jalannya kegiatan belajar mengajar, guru berusaha mendayagunakan
potensi kelas, memfokuskan perhatian kepada peserta didik, memahami mereka
secara individu dan memberi pelayananpelayanan tertentu yang merupakan wujud
dukungan dari warga sekolah.
D. Tujuan Pengelolaan Kelas yang Efektif dan Efisien
Adapun tujuan secara umum dari pengelolaan kelas:
1. Agar pengajaran dapat dilakukan secara maksimal, sehingga tujuan pengajaran
dapat dicapai secara efektif dan efisien.
2. Untuk memberi kemudahan dalam usaha memantau kemajuan siswa dalam
pelajarannya.
3. Untuk memberi kemudahan dalam mengangkat masalah-masalah penting untuk
dibicarakan dikelas demi perbaikan pengajaran pada masa mendatang.
Sedangkan tujuan pengelolaan kelas secara khusus dibagi menjadi dua
yaitu:
1. Tujuan untuk siswa:
a. Mendorong siswa untuk mengembangkan tanggungjawab individu terhadap
tingkah lakunya dan kebutuhan untuk mengontrol diri sendiri.
b. Membantu siswa untuk mengetahui tingkah laku yang sesuai dengan tata
tertib kelas dan memahami bahwa teguran guru merupakan suatu peringatan
dan bukan kemarahan.
c. Membangkitkan rasa tanggungjawab untuk melibatkan diri dalam tugas
maupun pada kegiatan yang diadakan.
2. Tujuan untuk guru:
a. Untuk mengembangkan pemahaman dalam penyajian pelajaran dengan
pembukaan yang lancar dan kecepatan yang tepat.
b. Untuk dapat menyadari akan kebutuhan siswa dan memiliki kemampuan
dalam memberi petunjuk secara jelas kepada siswa.
c. Untuk mempelajari bagaimana merespon secara efektif terhadap tingkah
laku siswa yang mengganggu.
d. Untuk memiliki strategi remedial yang lebih komprehensif yang dapat
digunakan dalam hubungan dengan masalah tingkah laku siswa yang muncul
didalam kelas.
E. Jenis-jenis Media Pembelajaran
Adapun jenis-jenis media pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
1. Media Audio
2. Media Visual
3. Media Audio Visual
KELOMPOK 13
PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN
A. Pengertian Pengelolaan
Pengelolaan adalah mengetahui secara tepat apa yang akan dikerjakan dan
kemudian melihat cara kerja yang terbaik, dengan kata lain pengelolaan adalah
pengendalian dari suatu usaha dengan menggunakan sumber-sumber daya
organisir untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Kegiatan mengelola adalah kegiatan yang mencerminkan adanya sebuah
sistem, terkait dan terdiri dari beberapa aspek atau faktor untuk mendukungnya
Secara efektif perpustakaan harus mampu mendukung kurikulum dan program-
program sekolah.
B. Pengertian Perpustakaan
Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang berada dalam suatu
sekolah yang kedudukan dan tanggung jawabnya kepada kepala sekolah, yang
melayani sivitas akademika sekolah yang bersangkutan.
Sedangkan menurut Soetminah (1992: 34), Perpustakaan sekolah adalah
perpustakaan yang ada di sekolah sebagai sarana pendidikan untuk menunjang
pencapaian tujuan pendidikan prasekolah, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah.
Pendapat di atas menjelaskan bahwa perpustakaan sekolah adalah
perpustakaan yang ada di lingkungan sekolah yang melakukan kegiatan
menghimpun, mengolah, dan menyebarluaskan informasi baik tercetak maupun
tidak tercetak dalam mendukung kurikulum sekolah.
C. Fungsi dan manfaat Perpustakaan
Menurut Yusuf (2005:4) Perpustakaan sekolah memilki empat fungsi
umum, yaitu:
1. Fungsi edukatif adalah secara keseluruhan segala fasilitas, sarana dan prasarana
perpustakaan sekolah, terutama koleksi dapat membantu murid dalam proses
belajar.
2. Fungsi informatif dari perpustakaan sekolah adalah mengupayakan penyediaan
koleksi yang bersifat memberi tahu akan hal-hal yang berhubungan dengan
kepentingan guru dan murid.
3. Fungsi kreasi bukan merupakan fungsi utama, namun sangat penting
kedudukannya dalam upaya peningkatan intelektual dan inspirasi.
4. Fungsi riset membuat koleksi yang ada di perpustakaan sekolah menjadi bahan
untuk melakukan riset atau penelitian sederhana.
Selain itu, pemanfaatan perpustakaan sebagai sumber belajar secara efektif
memerlukan keterampilan sebagai berikut (Achsin, 1986):
1. Keterampilan mengumpulkan informasi, yang meliputi keterampilan mengenal
sumber informasi dan pengetahuan, menentukan lokasi sumber informasi
berdasarkan sistem klasifikasi perpustakaan, cara menggunakan katalog dan
indeks, menggunakan bahan pustaka baru, bahan referensi seperti ensiklopedi,
kamus, buku tahunan, dll.
2. Keterampilan mengambil intisari dan mengorganisasikan informasi, seperti
memilih informasi yang relevan dengan kebutuhan dan masalah, dan
mendokumentasikan informasi dan sumbernya.
3. Keterampilan menganalisis, menginterpretasikan dan mengevaluasi informasi,
seperti memahami bahan yang dibaca, membedakan antara fakta dan opini, dan
menginterpretasi informasi baik yang saling mendukung maupun yang
berlawanan.
4. Keterampilan menggunakan informasi, seperti memanfaatkan intisari informasi
untuk mengambil keputusan dan memecahkan masalah, menggunakan
informasi dalam diskusi, dan menyajikan informasi dalam bentuk tulisan.
Adanya perpustakaan karena adanya masyarakat yang membutuhkan
pelayanan dan keberadaan perpustakaan adalah untuk melayani masyarakat
sebagai calon pelanggan”.
Tujuannya :
1. Mengupayakan atau mengembalikan budaya dan minat baca dikalangan
masyarakat luas.
2. Meningkatkan keserasian antara layanan yang dibarikan perpustakaan sebagai
penyedia jasa dengan kebutuhan riil dari masyarakat untuk membetuk sasaran
perpustakaan yang ideal.
3. Meningkatkan pemanfaatan perpustakaan oleh masyarakat luas sebagai wujud
mebangun rasa cinta masyakat terhadap perpustakaan.
Perpustakaan sekolah merupakan perpustakaan yang deselenggarakan pada
sebuah sekolah, dikelola sepenuhnnya oleh sekolah yang bersangkutan, dengan
tujuan utama mendukung terlaksananya dan tercapainya tujuan sekolah dan tujuan
pendidikan pada umumnya. Sekolah merupakan tempat penyelenggaraan proses
belejar mengajar, menanamkan dan mengembangkan berbagai nilai ilmu
pengetahuan dan teknologi, keterampilan, seni, serta wawasan dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan nasional.
D. Penggunaan Perpustakaan Sebagai Sumber Belajar
Perpustakaan merupakan bagian integral yang mendukung proses belajar-
mengajar. Keberadaan perpustakaan sebagai sumber belajar dalam proses
pendidikan diharapkan dapat digunakan sebagai berikut:
1. Perpustakaan sekolah dapat menimbulkan kecintaan murid-murid terhadap
membaca.
2. Perpustakaan sekolah dapat memperkaya pengalaman belajar murid-murid.
3. Perpustakaan sekolah dapat menanamkan kebiasaan belajar mandiri yang
akhirnya murid-murid mampu belajar mandiri.
4. Perpustakaan sekolah dapat mempercepat proses penguasaan teknik membaca.
5. Perpustakaan sekolah dapat membantu perkembangan kecakapan berbahasa.
E. Bahan Informasi di Perpustakaan
Bahan informasi yang diterima perpustakaan sekolah terdiri dari bahan
buku dan non buku sebagai berikut :
1. Bahan Buku
Bahan pada umumnya terbuat dari bahan kertas sebagai media rekam
informasi. Bahan buku terdiri dari buku teks, buku ajar, buku referensi, buku
paket, majalah, koran, dan lainnya.
a. Buku Teks
Buku teks adalah lembaran tercetak berisi ilmu pengetahuan atau
bidang tertentu, dan biasanya digunakan sebagai bahan pelajaran, penataran,
kuliah dan dapat dipelajari secara mandiri.
b. Buku Fiksi
Buku fiksi adalah karya tulis berupa rekaan atau karya imajinatif
yang berdasarkan khayalan belaka. Contohnya yaitu novel, drama, puisi,
pantun dan syair.
c. Buku Rujukan
Buku disusun untuk memberikan informasi tentang kata,
subjek/pokok masalah, nama orang, nama tempat, peristiwa, pustaka, angka,
waktu, ukuran, dan lainnya. Adapun jenis-jenis koleksi ini meliputi kamus,
ensiklopedia, handbook, manual, buku pegangan, direktori, bibliografi,
sumber ilmu bumi dan lainya.
d. Terbitan berkala
Yakni publikasi yang direncanakan terbit secara terus-menerus tanpa
dibatasi waktu, berisi informasi baru yang menarik, dan ditulis oleh beberapa
orang. Terbitan ini terdiri dari surat kabar, majalah, jurnal, buletin, dan
lainya.
2. Bahan Non Buku
Akhir-akhir ini bahan informasi yang dikelola perpustakaan bisa bahan
non buku bahkan berupa elektronik. Bahan-bahan itu antara lain mikrofis, film
mikro, kaset, piringan hitam, dan CD-room.
KELOMPOK 14
JARINGAN KERJA GURU
A. Pengertian Jaringan Kerja Guru
Jaringan kerja merupakan suatu perpaduan pemikiran yang logis,
digambarkan dengan suatu jaringan yang berisi lintasan-lintasan kegiatan dan
memungkinkan pengolahan secara analitis. Jaringan kerja memungkinkan suatu
perencanaan yang efektif dari suatu rangkaian yang mempunyai interaktivitas.
Sedangkan menurut Mangkunegara (2001:67) kinerja adalah hasil kerja
secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Tinggi rendahnya kinerja pekerja berkaitan erat dengan sistem pemberian
penghargaan yang diterapkan oleh lembaga/organisasi tempat mereka bekerja.
Pemberian penghargaan yang tidak tepat dapat berpengaruh terhadap peningkatan
kinerja seseorang.
Berkaitan erat dengan kinerja guru didalam melaksanakan tugasnya sehari-
hari sehingga dalam melaksanakan tugasnya, guru perlu memiliki tiga kemampuan
dasar agar kinerjanya tercapai sebagai berikut:
1. Kemampuan pribadi meliputi hal-hal yang bersifat fisik seperti tampang, suara,
mata atau pandangan, kesehatan, pakaian, pendengaran, dan hal yang bersifat
psikis seperti humor, ramah, intelek, sabar, sopan, rajin, krestig, kepercayaan
diri, optimis, kritis, obyektif, dan rasional.
2. Kemampuan sosial antara lain bersifat terbuka, disiplin, memiliki dedikasi,
tanggung jawab, suka menolong, bersifat membangun, tertib, bersifat adil,
pemaaf, jujur, demokratis, dan cinta anak didik.
3. Kemampuan profesional sebagaimana durumuskan oleh P3G yang meliputi 10
kemampuan profesional guru yaitu: menguasai bidang studi dalam kurikulum
sekolah dan menguasai bahan pendalaman/aplikasi bidang study, mengelola
program belajar mengajar, mengelola kelas, menggunakan media dan sumber,
menguasai landasan-landasan kependidikan, mengelola interaksi belajar
mengajar, menilai prestasi siswa untuk kepentingan pendidikan, mengenal
fungsi dan program bimbingan penyuluhan, mengenal dan menyelenggarakan
administrasi sekolah, memahami prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian
pendidikan guna keperluan belajar mengajar.
B. Langkah-langkah yang Dapat Meningkatkan Kinerja Guru
Pemerintah sering melakukan berbagai upaya peningkatan kualitas guru,
antara lain melalui pelatihan, seminar dan lokakarya, bahkan melalui pendidikan
formal, dengan menyekolahkan guru pada tingkat yang lebih tinggi. Kendatipun
dalam pelaksanaannya masih jauh dari harapan. Banyak faktor yang
mempengaruhi kinerja guru, tetapi permasalahan dalam makalah ini difokuskan
pada peran kepemimpinan kepala sekolah,pemberian kompensasi, kedisiplinan
guru, dan pengembangan Sumber Daya Guru (SDM).
1. Peran Kepala Sekolah
Kepala sekolah sebagai pimpinan top level management disekolah
berperan penting dalam memegang kunci keberhasilan. Untuk mewujudkan
harapan tersebut kepala sekolah harus kompeten. Secara umum harus
memiliki pengetahuan, ketrampilan, sikap, performance dan etika kerja sesuai
dengan tugas dan tanggung jawabnya sebagai kepala sekolah, yang diuraikan
kompetensi profesionalisme, kompetensi wawasan pendidikan dan
manajemen, kompetensi personal dan kompetensi sosial (Dharma, 2006:60).
Kepala sekolah juga harus memiliki jiwa kepemimpinan sesuai dengan
konsep dari Ki Hajar Dewantoro (Moeljono, 2005:54) yaitu, “Ing ngarso sung
tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani”. Namun tidak
demikian dalam kenyataannya. Dalam praktek pendidikan sehari-hari masih
banyak kepala sekolah yang melakukan kesalahan-kesalahan dalam
menunaikan tugas dan fungsinya (Mulyasa, 2005:19).
Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang
berpengaruh dalam meningkatkan kinerja guru. Kepala sekolah bertanggung
jawab atasa penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah,
pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta
pemeliharaan sarana dan prasarana. Hal tersebut menjadi lebih penting sejalan
dengan semakin kompleksnya tuntutan tugas kepala sekolah, yang
menghendaki dukungan kinerja yang semakin efektif dan efisian.
2. Pemberian Kompensasi
Berbagai aspek bidang pekerjaan baik itu di instansi pemerintahan
maupun swasta dapat memberikan kepuasan bagi pegawai apabila ada
program kompensasi. Dengan adanya kompensasi yang diberikan sesuai
dengan haknya akan sangat mempengaruhi kinerja seseorang. Untuk itu
hendaknya program kompensasi ditetapkan berdasarkan prinsip adil dan
wajar, sesuai dengan undang-undang perburuhan, atau sesuai dengan
peraturan kerja lembaga masing-masing. Dengan adanya kompensasi yang
cukup besar maka disiplin karyawan semakin baik. Mereka akan menyadari
serta menaati peraturan-peraturan yang berlaku.
Kompensasi adalah semua pendapatan yang berbentuk uang atau
barang langsung atau tidak langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan
atas jasa yang diberikan kepada perusahaan (Hasibuan, 1990:133).
Kompensasi kerja adalah segala sesuatu yang diterima oleh karyawan sebagai
balas jasa untuk kerja mereka(Tohardi, 2002:411). Tujuan pemberian
kompensasi (balas jasa) oleh (Hasibuan, 1997:137) adalah:
a. Ikatan kerjasama
b. Kepuasan kerja
c. Pengadaan efektif
d. Motivasi
e. Stabilitas karyawan
f. Disiplin
g. Pengaruh serikat buruh
h. Pengaruh pemerintah
3. Kedisiplinan Guru
Disiplin adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua
peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Disiplin pada
hakikatnya adalah kemampuan untuk mengendalikan diri dalam bentuk tidak
melakukan suatu tindakan yang tidak sesuai dan bertentangan dengan sesuatu
yang telah ditetapkan dan melakukan sesuatu yang mendukung dan
melindungi sesuatu yang telah ditetapkan. Dalam kehidupan sehari-hari
dikenal dengan disiplin diri, disiplin belajar dan disiplin kerja. Disiplin kerja
merupakan kemampuan seseorang untuk secara teratur, tekun secara terus
menerus dan bekerja sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku dengan tidak
melanggar aturan-aturan yang sudah ditetapkan.
Pada dasarnya banyak indikator yang mempengaruhi tingkat
kedisiplinan karyawan suatu organisasi (Hasibuan, 1997:213) di antaranya:
a. Tujuan dan kemampuan
b. Teladan pimpinan
c. Balas jasa (gaji dan kesejahteraan)
d. Keadilan
e. Waskat (pengawasan melekat)
f. Sanksi hukuman
g. Ketegasan
h. Hubungan kemanusiaan
Disiplin juga merupakan salah satu fungsi manajemen sumber daya
manusia yang penting dan merupakan kunci terwujudnya tujuan, karena tanpa
adanya disiplin maka sulit mewujudkan tujuan yang maksimal(Sedarmayanti,
221:10).
Melalui disiplin pula timbul keinginan dan kesadaran untuk menaati
peraturan organisasi dan norma sosial. Namun tetap pengawasan terhadap
pelaksanaan disiplin tersebut perlu dilakukan. Disiplin kerja dalah persepsi
guru terhadap sikap pribadi guru dalam hal ketertiban dan keteraturan diri
yang dimiliki oleh guru dalam bekerja disekolah tanpa da pelanggaran-
pelanggaran yang merugikan dirinya, orang lain, atau lingkungannya.
Berdasarkan uraian di atas maka disiplin kerja yang perlu diperhatikan
adalah:
a. Disiplin terhadap tugas kedinasan yang meliputu: mentaati peraturan kerja,
menyiapkan kelengkapan mengajar, dan melaksanakan tugas-tugas pokok.
b. Disiplin terhadap waktu yang meliputi: menepati waktu tugas,
memanfaatkan waktu dengan baik, dan menyelesaikan tugas tepat waktu.
c. Disiplin terhadap suasana kerja yang meliputi: memanfaatkan lingkungan
sekolah, menjalin hubungan dengan baik, dan menjaga keseimbangan
antara hak dan kewajiban.
d. Disiplin di dalam melanyani masyarakat yang meliputi: melayani peserta
didik, melayani orang tua siswa, dan melayani masyarakat sekitar.
e. Disiplin terhadap sikap dan tingkah laku yang meliputi: memperhatikan
sikap, memperhatikan tingkah laku, dan memperhatikan harga diri.
4. Pengembangan Sumber Daya Guru (SDM)
Upaya meningkatkan kualitas pendidikan membutuhkan waktu yang
panjang, serangkaian proses yang teratur dan sistematis, karena terkait dengan
berbagai aspek kehidupan bangsa. Kualitas pendidikan tersebut perludi
sesuaikan dengan perkembangan jaman. Perkembangan jaman yang semakin
pesat membawa perubahan alam pikir manusia, termasuk di dalamnya
perubahan paradikma dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
Pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai suatu proses
pembudayaan bangsa bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia
Indonesia yang menguasai pengetahuan, ketrampilan, keahlian serta wawasan
yang sesuai dengan perkembangan iptek.
Guru adalah kondisi yang diposisikan sebagai garda terdepan dan
posisi sentral di dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Berkaitan dengan
itu, maka guru akan menjadi bahan pembicaraan banyak orang, dan tentunya
tidak lain berkaitan dengan kinerja guru. Dapat di ambil kesimpulan bahwa
Manajemen kehidupan manusia diakui sangat penting karena setiap guru
memiliki kinerja yang perlu di kembangkandan dikelola.
Pengembangan sumber daya manusia merupakan suatu kebutuhan
yang harus dilakukan secara terus menerus Persaingan yang ketat antar
lembaga pendidikan merupakan tantangan yang makin berat. Untuk itu tidak
ada pilihan lain selain peningkatan kualitas sumber daya manusia (Guru)
untuk menghadapi persaingan yang ketat tersebut.
Mengingat bahwa guru merupakan factor yang amat penting dalam
kehidupan manusia, maka pengembangan sumber daya manusia harus
dilaksanakan dengan meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap serta
nilai-nilai sehingga mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
C. RuangLingkupKerjaGuru
Kewajiban guru sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74 tentang
Guru Pasal 52 ayat (1) mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan yang
melekat pada pelaksanaan tugas pokok. Dalam penjelasan Pasal 52 ayat (1) huruf
(e), yang dimaksud dengan “tugas tambahan”, misalnya menjadi pembina
pramuka, pembimbing kegiatan karya ilmiah remaja, dan guru piket.
Dalam melaksanakan tugas pokok yang terkait langsung dengan
proses pembelajaran, idealnya guru hanya melaksanakan tugas mengampau 1
(satu) jenis matapelajaran saja sesuai dengan kewenangan yang tercantum dalam
sertifikat pendidikannya. Di samping itu, guru jga akan terlibat dalam kegiatan
manajerial sekolah/madrasah antara lain penerimaan siswa baru (PSB), penyusun
kurikulum dan perangkatnya, Ujian Nasional (UN), ujian sekolah , dan kegiatan
lain. Tugas guru dalam menejemen sekolah/madrasah tempat guru bertugas.
1. Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Suatu sekolah tidak dibenarkan mengisolasi diri dari masyarakat.
Sekolah tidak boleh menutup diri terhadap masyarakat sekitarnya, kita tidak
boleh melaksanakan idenya sendiri dengan tidak mau tau akam aspirasi-aspirasi
masyarakat. Sekolah tidak boleh bersikap dan berlaku demikian, sebab pada
hakekatnya ia adalah milik masyarakat. Masyarakat menginginkan sekolah itu
berdiri di daerahnya untuk meningkatkan perkembangan putra-putra mereka.
Masyarakat juga menginginkan agar sekolah juga memberi pengaruh positif
terhadap perkembangan masyarakat baik langsung maupun tidak langsung.
Untuk maksud ini masyarakat siap mendukung usaha-usaha sekolah di
daerahnya.
Sekolah merupakan sistem terbuka terhadap lingkunganya termasuk
masyarakat penduduknya. Sebagai sistem terbuka sudah jelas ia tidak dapat
mengisolasi diri, sebab hal ini ia lakukan berarti ia menuju ke ambang
kematian, akibat menentang kewajaran hukum alam. Sebai sistem terbuka,
sekolah selalu membukakan pintu terhadap kehadiran warga dan masyarakat
terhadap ide-ide mereka, terhadap kebutuhan-kebutuhan mereka, dan terhadap
nilai-nilai yang ada di masyarakat.
Sebaliknya masyarakat juga membuka diri untuk dimasuki oleh
aktivitas-aktivitas sekoalh. Sekolah juga dapat belajar dari masyarakat, guru-
guru dan para siswa dapat mencari pengalaman, belajar dan praktek di
masyarakat. Antara sekolah dan masyarat terjadi komunikasi dua arah untuk
bisa saling dan saling menerima. Masyarakat dalam arti sempit disini adalah
masyarakat di lingkungan sekolah itu sendiri, sedangkandalama arti luas yaitu
masyarakat dalam negara dan bahkan bila diperlukan dapat dihubungkan
dengan masyarakat Internasional.
Sekolah-sekolah pada umumnya lebih banyak menghubungkan diri dari
masyarakat dalam arti sempit ialah masyarakat setempat, sebab fungsi sekolah
yang pertama adalah melanyani kebutuhan masyarakat setempat. Hubungan
dengan masyarakat berarti komunikasi sekolah dengan masyarakat, ialah
mengkomunikasikan masalah-masalah pendidikan baik yang bersumber dari
sekolah maupun yang bersumber dari masyarakat.
Komunikasi inilah merupakan pintu-pintu keterbukaan sekolah terhadap
masyarakat, pintu-pintu yang menghubungkan sekolah sebagai sistem dengan
masyarakat sebagai suprasistemnya. Komunikasi itu merupakan lintasan dua
arah yaitu dari arah sekolah ke masyarakat dan dari arah masyarakat ke sekolah.
Kedua kelompok kehidupan itu saling memberi informasi, berpartisipasi
membina pendidikan. Jones (1969:388) menyambut hubungan dengan
masyarakat itu sebagai hubungan dua arah tempat memadu ide antara sekolah
dengan masyarakat untuk melahirkan saling pengertian.
Ide-ide tentang pendidikan tidak selalu datang dar sekolah. Lagi pula
tidak semua ide sekolah itu dapat diterima oleh mayarakat sebagai pemilik
sekolah. Masyarakat yang mempunyai kepentingan terhadap pendidikan putra-
putranya sering kali punya ide tertentu yang dapat dimanfaatkan oleh sekolah.
Dari uraian-uraian di atas dapat dipahami bahwa hubungan dengan
mayarakat bagi suatu sekolah adalah hubungan dua arah antara sekolah dengan
masyarakat untuk memusyawarahkan ide-ide dan informasi-informasi tertentu
yang berguna bagi peningkatan pendidikan.
Hubungan dengan masyarakat di dasarkan pada ketentuan bahwa :
a. Masyarakat adalah saah satu penanggung jawab sekolah,
b. Proses belajar serta media pendidikan juga terjadi dan ada di masyarakat
c. Masyarakat menaruh perhatian terhadap pendidikan putra-putranya.
2. Hubungan Guru dengan Guru
Diasumsikan jika hubungan dan kejasama yang baik diantara individu
dilakukan melalui komunikasi yang efektif, maka kinerja atau prestasi kerja
masing-masing juga akan lebih baik. Dalam lembaga pendidikan faktor guru
sebagai SDM merupakan bagian dalam menentukan keberhasilan sekolah,
pengembangan SDM yang meliputi pengembangan individu, pengembangan
karier dan pengembangan organisasi .
Guru sebagai individu harus mempunyai motivasi yang tinggi dan
kemampuan berkomunikasi yang baik untuk mengembangkan diri dan
meningkatkan kinerja. Jika kineja masing-masing guru tinggi, maka kualitas
sekolah akan meningkat.

Anda mungkin juga menyukai