Disusun Oleh :
Armin Widayatno (170141049)
A. Pengertian Profesional
Secara istilah, profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan
oleh seseorang dan menjadi “sumber” penghasilan kehidupan yang memerlukan
keahlian atau kecakapan yang memenuhi mutu atau norma tertentu serta
memerlukan pendidikan profesi.
Walter Johnson tahun 1959 profesional atau Pro-fashionals yaitu
seseorang yang menampilkan suatu tugas yang khusus yang mempunyai tingkat
kesulitan lebih dari biasa dan mempersyaratkan waktu persiapan dan pendidikan
cukup lama untuk menghasilkan pencapaian kemampuan keterampilan dan
pengetahuan yang berkadar tinggi.
Sedangkan menurut Usman pada tahun 1992 berpendapat bahwa suatu
pekerjaan yang bersifat profesional melakukan beberapa bidang ilmu yang secara
sengaja harus dipelajari dan Kemudian diaplikasikan bagi kepentingan umum.
Dapat disimpulkan untuk mencapai sukses dalam bekerja, seseorang harus
mampu bersikap profesional.Profesional tidak hanya berarti ahli saja.Namun selain
memiliki keahlian juga harus bekerja pada bidang yang sesuai dengan keahlian
yang dimilikinya tersebut. Seorang profesional tidak akan pernah berhenti
menekuni bidang keahlian yang dimiliki.
B. Pengertian Profesi
Kata Profesi berarti suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian
tertentu. Artinya jabatan profesional tidak bisa dilakukan dengan dipegang oleh
sembarang orang yang tidak terlatih dan tidak disiapkan secara khusus untuk
memperlakukan pekerjaan tersebut.
Jasin Muhammad pada tahun 2006 profesi adalah suatu lapangan pekerjaan
yang dalam melakukan tugasnya memerlukan teknik dan prosedur ilmiah memiliki
dedikasi serta cara menyikapi lapangan pekerjaan yang berorientasi pada
pelayanan yang ahli.
Menurut martinis Yamin pada tahun 2007 profesi mempunyai pengertian
seorang yang menekuni pekerjaan berdasarkan keahlian kemampuan teknik dan
prosedur berlandaskan intelektualitas.
Dapat disimpulkan.Profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang
menuntut keahlian atau keterampilan dari pelakunya. Biasanya sebutan “profesi”
selalu dikaitkan dengan pekerjaan atau jabatan yang dipegang oleh seseorang,
akan tetapi tidak semua pekerjaan atau jabatan dapat disebut profesi karena profesi
menuntut keahlian para pemangkunya.
C. Pengertian Profesionalisme Kerja
Profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang
pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang. Profesi juga dikatakan
atau diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan yang tentu yang mensyaratkan
pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis
yang intensif menurut Webster pada tahun 1989.
Secara etimologi istilah profesi berasal dari bahasa Inggris yaitu profession
atau bahasa Latin yakni Profecus yang artinya mengakui adanya pengakuan
menyatakan mampu atau ahli dalam melakukan suatu pekerjaan sedangkan secara
terminologi profesi berarti suatu pekerjaan yang mensyaratkan pendidikan yang
tinggi bagi pelaku yang ditekankan pada pekerjaan mental yaitu adanya
persyaratan pengetahuan teoritis sebagai instrumen untuk melakukan perbuatan
praktis bukan pekerjaan manual menurut danin tahun 2002.
Jadi Suatu profesi harus memiliki tiga pilar pokok yaitu pengetahuan
keahlian dan persiapan akademik.Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa profesionalisme kerja merupakan pandangan atau sikap mental
dalam bentuk komitmen dari para anggota suatu profesi untuk senantiasa
mewujudkan dan meningkatkan kualitas profesionalannya dalam menjalankan
profesi sesuai dengan kode etik profesi.
D. Etos Kerja dan Profesionalisme Kerja
Gilley dan Eggland (1989) mendefinisikan profesi sebagai bidang usaha
manusia berdasarkan pengetahuan, dimana keahlian dan pengalaman pelakunya
diperlukan oleh masyarakat. Definisi ini meliputi aspek yaitu :
1. Ilmu pengetahuan tertentu
2. Aplikasi kemampuan/kecakapan, dan
3. Berkaitan dengan kepentingan umum
Proses profesional adalah proses evolusi yang menggunakan pendekatan
organisasi dan sistemastis untuk mengembangkan profesi ke arah, status
professional (peningkatan status).
Secara teoritis menurut Gilley dan Eggland (1989) pengertian professional
dapat didekati dengan empat prespektif pendekatan yaitu:
1. Orientasi Filosofi
Ada tiga pendekatan dalam orientasi filosofi, yaitu pertama lambang
keprofesionalan adalah adanya sertifikat, lissensi, dan akreditasi. Akan, tetapi
penggunaan lambang ini tidak diminati karena berkaitan dengan aturan-aturan
formal.
Pendekatan kedua yang digunakan untuk tingkat keprofesionalan adalah
pendekatan sikap individu, yaitu pengembangan sikap individual, kebebasan
personal, pelayanan umum dan aturan yang bersifat pribadi. Yang penting
bahwa layanan individu pemegang profesi diakui oleh dan bermanfaat bagi
penggunanya.
Pendekatan ketiga: electic yaitu pendekatan yang menggunakan
prosedur, teknik, metode dan konsep dari berbagai sumber, sistem, dan
pemikiran akademis.
2. Orientasi Perkembangan
Orientasi perkembangan menekankan pada enam langkah
pengembangan profesionalisasi, yaitu:
a. Dimulai dari adanya asosiasi informal individu-individu yang memiliki
minat terhadap profesi.
b. Identifikasi dan adopsi pengetahuan tertentu.
c. Para praktisi biasanya lalu terorganisasi secara formal pada suatu lembaga.
d. Penyepakatan adanya persyaratan profesi berdasarkan pengalaman atau
kualifikasi tertentu.
3. Orientasi Karakteristik
Profesionalisasi juga dapat ditinjau dari karakteristik profesi/pekerjaan.
Ada delapan karakteristik pengembangan profesionalisasi, satu dengan yang
lain saling terkait:
a. Kode etik
b. Pengetahuan yang terorganisir
c. Keahlian dan kompetensi yang bersifat khusus
d. Tingkat pendidikan minimal yang dipersyaratkan
e. Sertifikat keahlian
4. Orientasi Non-Tradisional
Perspektif pendekatan yang keempat yaitu prespektif non-tradisonal
yang menyatakan bahwa seseorang dengan bidang ilmu tertentu diharapkan
mampu melihat dan merumuskan karakteristik yang unik dan kebutuhan dan
sebuah profesi.
Kelembagaan profesi guru (seperti PGRI) sangat diperlukan untuk
menghindari terkotak-kotaknya guru karena alasan struktur birokratisasi atau
kepentingan politik tertentu. Profesionalisme guru perlu didukung oleh suatu
kode etik guru yang berfungsi sebagai norma hukum dan sekaligus sebagai
norma kemasyarakatan.
KELOMPOK 8
PERANAN KECERDASAN
A. Pengertian Kecerdasan
Menurut Super & Cities, 1962 dalam Dalyono (2010:182) pengertian
intelegensi dikatakan bahwa “inteligence has frequently been defined as the ability
to adjust to the environment or to learn form experience”. Artinya intelegensi
adalah kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan atau belajar dari
pengalaman.
Heidentich dalam Haryu Islamudin (2012:250) yaitu “intelegence refers to
the ability to learn and to utilize what has been learned in adjusting to unfamiliat
situation, or in the solving of problem” Artinya adalah kecerdasan menyangkut
kemampuan untuk belajar dan menggunakan apa yang telah dipelajari dalam usaha
penyesuaian terhadap situasi-situasi yang kurang dikenal, atau dalam pemecahan-
pemecahan masalah.
B. Peran Kecerdasan dalam Perkembangan Profesi
Ada dua kecerdasan yang dibahas disini, yaitu :
1. Kecerdasan Intelektual
Menurut Piaget (dalam Agus,dkk.2017:33) menjelaskan intelegensi
atau tingkat kecerdasan seseorang adalah dasar fungsi kehidupan yang
membantu seseorang atau organisme untuk beradaptasi dengan
lingkungannya.
2. Kecerdasan Emosional
Davies (Casmini, 2007:17) menjelaskan bahwa kecerdasan emosi
adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan emosi dirinya sendiri
dan orang lain, membedakan satu emosi dengan lainnya dan menggunakan
informasi tersebut untuk menuntun proses berpikir dan berperilaku
seseorang.
Kesimpulan yang dapat diperoleh mengenai pengertian kecerdasan
emosi adalah jenis kecerdasan yang fokusnya memahami, mengenali,
merasakan, mengelola dan memimpin perasaan sendiri dan orang lain serta
mengaplikasikannya dalam kehidupan pribadi dan sosial.
C. Peran Kecerdasan ( IQ, ESQ dan EQ ) dalam Pembelajaran
Keberhasilan manusia bukan hanya faktor intelegensi saja, tetapi juga
faktor emosi turut bermain dalam menetukan keberhasilan seseorang. Pada
dasarnya emosi adalah dorongan untuk bertindak yang mempengaruhi reaksi
seketika untuk mengatasi masalah. Sehingga emosi yang cerdas akan
memperngaruhi tindakan anak dalam mengatasi masalah., mengendalikan diri,
semangat, tekun, serta mampu memotivasi diri sendiri yang terwujud dalam hal-
hal berikut ini:
1. Motivasi belajar, yang berasal dari dalam diri, dimana dengan pengendalian diri
yangbaik, anak yang mampu mengatur sendiri kegiatannya, akan mengenal
kecepatan belajarnya serta lebih menegerti tujuan dan manfaat belajar.
2. Pandai, umumnya anak yang secara emosi cerdas juga mampu
mengoptimalkanprestasinya karena didorong oleh motivasi belajar yang besar.
Kepandaian seorang anak tidak hanya didukung oleh kecerdasan kognitif yang
tinggi saja.
3. Memiliki minat, anak yang cerdas secara emosional, sejak dini sudah
mengertikeinginannya dan lebih terarah dalam melakukan tugas-tugasnya.
Minatnya lebih menetap dan upayanya lebih berkaitan dengan kegiatan yang
sesuai dengan minatnya.
4. Konsentrasi, anak yang cerdas secara emosional akan lebih bisa
memusatkankonsentrasinya dan tidak mudah teralih oleh situasi sesaat.
kemampuan untuk memusatkan konsentrasi tidak hanya pada pelajaran sekolah,
tetapi juga pada semua kegiatan yang tengah ditekuninya.
KELOMPOK 9
MENILAI DIRI
A. Pengertian Penilaian Diri
Menurut Mimin Hariyati (2007: 67) penilaian diri atau evaluasi diri
merupakan teknik/metode penilaian dimana peserta didik diminta untuk menilai
dirinya sendiri yang berkaitan dengan status, proses dan tingkat ketercapaian
kompetensi yang sedang dipelajarinya dari suatu mata pelajaran tertentu.
Penilaian diri adalah suatu teknik penilaian di mana peserta didik diminta
untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat
pencapaian kompetensi yang dipelajarinya ( Junaidi, 2011:65).
Teori kognitif dan konstruktivisme tentang belajar dan motivasi
memberikan landasan bahwa penilaian diri merupakan inti atau dasar bagi
individu dalam proses pembentukan makna, melalui aktivitas asesmen-diri
terhadap pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang sudah diinternasilasi ke
dalam struktur kognisinya, dan mengaitkannya dengan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap baru yang dipelajari sesuai dengan tujuan belajarnya.
Dampak efektivitas teknik penilaian diri adalah peserta didik akan
dikondisikan dan dibiasakan untuk selalu jujur. Dan jika anak selalu menjaga
kondisi sikap dirinya, ini sangat positif bagi upaya pembangunan karakter anak.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa penilaian diri adalah suatu
proses peserta didik dalam menilai dirinya sendiri yang diminta oleh pendidik
sendiri berdasarkan proses dan kemampuannya secara kognitif, afektif, dan
psikomotoriknya.
B. Cara Menilai Diri yang Sebenarnya
Penilaian diri merupakan suatu unsur metakognisi yang sangat berperan
dalam proses belajar. Oleh karena itu, agar penilaian ini dapat berjalan dengan
efektif, peserta didik harus sering dilatih untuk melakukannya. Berikut empat
langkah dalam berlatih melakukan penilaian diri, yaitu:
1. Libatkan semua komponen dalam menentukan kriteria penilaian
2. Pastikan semua peserta didik tahu bagaimana caranya menggunakan kriteria
tersebut untuk menilai kinerjanya
3. Berikan umpan balik pada mereka berdasarkan hasil evaluasi dirinya
4. Arahkan mereka untuk mengembangkan sendiri tujuan dan rencana kerja
berikutnya.
Kelebihan dari penggunaan penilaian diri diantaranya adalah dapat
menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, karena mereka diberi kepercayaan
untuk menilai dirinya sendiri, peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan
dirinya, karena ketika mereka melakukan penilaian, harus melakukan introspeksi
terhadap kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya, dapat mendorong,
membiasakan, dan melatih peserta didik untuk berbuat jujur, karena mereka
dituntut untuk jujur dan objektif dalam melakukan penilaian.
Namun, ada beberapa kendala dalam pelaksanaan penilaian diri adalah
karena peserta didik belum terbiasa dan terlatih, sangat terbuka kemungkinan
bahwa peserta didik banyak melakukan kesalahan dalam penilaian, ada
kemungkinan peserta didik sangat subjektif dalam melakukan penilaian,
karena terdorong oleh keinginan untuk mendapatkan nilai yang baik. Oleh karena
itu, pada taraf awal, guru perlu melakukan langkah-langkah telaah terhadap hasil
penilaian diri peserta didik.
C. Teknik Mempelajari Diri
Untuk suatu penyelidikan yang lebih mendalam tentang diri, ada lima
teknik yang digunakan yaitu:
1. Pendekatan Dengan Riwayat Hidup Sendiri (Autobiographical Approach)
Beberapa orang mungkin berkesimpulan bahwa lebih berhasil untuk
menyelediki yang telah lalu untuk mengungkapkan dan menguraikan kejadian-
kejadian yang sangat penting dan kritis yang memengaruhi dan menentukan
mengapa dan menjadi apa mereka sekarang. Hal itu dapat dilakukan dengan
mudah, mulai dari ingatan dan kenangan yang paling awal (semasa masih
kanak-kanak permulaan) tentang orang-orang yang paling penting dalam
kehidupan.
2. Tandailah Hal-hal yang Ekstrim
Emosi dan perasaan-perasaan Anda yang ekstrim, tinggi dan rendah
sekali, sering menjadi suatu petunjuk terhadap hakikat keadaan jiwa Anda yang
sebenarnya, di mana tingkah laku Anda sehari-hari bergerak. Seorang
pengusaha terlalu sering menyangkal tingkah lakunya yang tidak biasa, sebagai
sesuatu yang bukan tipe tingkah lakunya, “Perbuatan seperti ini bukanlah tipe
saya,” katanya dan tidak mempercayainya sama sekali. Tiap suatu analisa
diwaktu marahnya lebih besar lagi, lebih besar dari yang dianggapnya mungkin,
mengungkapkan dengan lebih jelas tingkah lakunya yang “normal” itu.
3. Merubah Hal-Hal yang Rutin
Kebanyakan orang cenderung menjadi buta terhadap hal-hal atau
barang-barang yang terlalu dekat di sekeliling mereka. Sebelum suatu
kunjungan dari orang asing yang menyentakkan Anda terhadap alam sekitar
Anda dengan mata atau pandangan dari penglihatan yang baru, Anda mungkin
akan tetap tidak sadar tentang kenyataan-kenyataan yang sangat jelas di muka
dan di dekat Anda. Dan yang lebih penting lagi, Anda mungkin menjadi hilang
dalam arus tekanan hidup sehari-hari, sehingga menjadi tidak sensitive lagi
terhadap reaksi-reaksi Anda sendiri.
4. Cross-Characterization
Dalam bukunya My Autobiography, Charlie Chaplin menceritakan suatu
anekdot yang menggambarkan prinsip dari cross-characterizaton dan
peranannya yang penting dalam usaha penemuan diri (self-discovering).
Chaplin berada dalam suatu pesta di London yang dihadiri banyak tamu-tamu
terkemuka, diantaranya Prince of Wales dari keluarga raja Inggris. Seorang dari
yang hadir di pesta itu mengemukakan suatu permainan, di Amerika disebut
Frank Estimation (penaksiran yang jujur).
Setiap tamu diberikan satu kartu yang didalamnya dituliskan sepuluh
kualifikasi, yaitu daya tarik, intelligensi, kepribadian, sex appeal, kebagusan
rupa, ketulusan hati, perasaan humor, dan penyesuaian diri. Setiap orang tamu
harus mengisi dan member angka terhadap kualifikasi yang tertulis dikartu,
yaitu mengenai kualifikasi tentang dirinya sendiri, mengenai penaksirannya
yang jujur.
Dari contoh di atas dapat kita lihat, betapa seringnya orang tidak
objektif terhadap diri sendiri dan dapat terjadi perbedaan yang jauh, antara
penilaian diri terhadap diri sendiri dengan pandangan dan penilaian orang lain.
KELOMPOK 10
SIKAP PROFESIONAL GURU
A. Pengertian Sikap Profesional Guru
Menurut Berkowitz, dalam Azwar (2000: 5) menerangkan sikap seseorang
pada suatu objek adalah perasaan atau emosi, dan faktor kedua adalah
reaksi/respon atau kecenderungan untuk bereaksi. Sebagai reaksi maka sikap
selalu berhubungan dengan dua alternatif, yaitu senang (like) atau tidak senang
(dislike), menurut dan melaksanakan atau menjauhi/menghindari sesuatu.
Sikap Profesional guru menurut Ardi Wiyani (2015: 51) adalah sikap
seorang guru dalam menjalankan pekerjaannya yangmencakup keahlian,
kemahiran, dan kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta
memerlukan pendidikan profesi keguruan.
Guru profesional adalah guru yang mengedepankan mutu dan kualitas
layanan dan produknya, layanan guru harus memenuhi standarisasi kebutuhan
masyarakat, bangsa dan pengguna serta memaksimalkan kemampuan peserta didik
berdasar potensi dan kecakapan yang dimiliki masing-masing individu.
B. Konsep Dasar Sikap Profesional Guru
Struktur sikap dasar profesional guru terhadapt peserta didik terdiri dari
tiga komponen yang terdiri atas:
1. Komponen kognitif, komponen ini berkaitan dengan pengetahuan, pandangan,
dan keyakinan tentang objek.
2. Komponen afektif, komponen afektif terdiri dari seluruh perasaan atau emosi
seseorang terhadap sikap.
3. Komponen konatif, komponen ini merupakan kecenderungan seseorang untuk
bereaksi, bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan
intensitas sikap, yaitu besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku
seseorang terhadap objek sikap.
Katz dalam Walgito (1990: 110) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai
empat fungsi, yaitu:
1. Fungsi instrumental atau fungsi penyesuaian, atau fungsi manfaat.
Fungsi ini berkaitan dengan sarana tujuan. Di sini sikap merupakan
sarana untuk mencapai tujuan. Orang memandang sampai sejauh mana objek
sikap dapat digunakan sebagai sarana dalam mencapai tujuan. Bila objek sikap
dapat membantu seseorang dalam mencapai tujuannya, maka orang akan
bersikap positif terhadap objek sikap tersebut.
2. Fungsi pertahanan ego
Ini merupakan sikap yang diambil oleh seseorang demi untuk
mempertahankan ego atau akunya. Sikap diambil seseorang pada waktu orang
yang bersangkutan terancam dalam keadaan dirinya atau egonya, maka dalam
keadaan terdesak sikapnya dapat berfungsi sebagai mekanisme pertahanan ego.
3. Fungsi ekspresi nilai
Sikap yang ada pada diri seseorang merupakan jalan bagi individu untuk
mengekspresikan nilai yang ada dalam dirinya. Dengan mengekspresikan diri
seseorang akan mendapatkan kepuasan dan dapat menunjukkan keadaan
dirinya. Dengan mengambil nilai sikap tertentu, akan dapat menggambarkan
sistem nilai yang ada pada individu yang bersangkutan.
4. Fungsi pengetahuan
Fungsi ini mempunyai arti bahwa setiap individu mempunyai dorongan
untuk ingin tahu. Dengan pengalamannya yang tidak konsisten dengan apa
yang diketahui oleh individu, akan disusun kembali atau diubah sedemikian
rupa sehingga menjadi konsisten. Ini berarti bila seseorang mempunyai sikap
tertentu terhadap suatu objek, menunjukkan tentang pengetahuan orang tersebut
objek sikap yang bersangkutan.
C. Sasaran Sikap Profesional Guru
Menurut Soetjipto (2008:43) Sasaran Sikap Profesional Guru diantaranya:
1. Sikap terhadap peraturan perundang-undangan
Pada butir Sembilan kode etik guru Indonesia disebutkan bahwa “guru
melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan”.
Kebijakan pendidikan di Negara kita dipegang oleh pemerintah, dalam hal ini
oleh departemen pendidikan kebudayaan. Dalam rangka pembangunan di
bidang pendidikan di Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
mengeluarkan ketentuan-ketentuan dan peraturan-peraturan yang merupakan
kebijaksanaan yang akan dilaksanakan oleh aparatnya, yang meliputi antara lain
pembangunan gedung-gedung pendidikan, pemerataan kesempatan belajar
antara lain dengan melalui kewajiban belajar, peningkatan mutu pendidikan,
pembinaan generasi muda dengan menggiatkan kegiatan taruna dan lain-lain.
2. Sikap terhadap organisasi profesi
Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu
organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian. Dasar ini
menunjukkan kepada kita betapa pentingnya peranan organisasi sebagai wadah
dan sarana pengabdian. PGRI sebagai organisasi profesi memerlukan
pembinaan, agar lebih berdaya guna sebagai wadah usaha untuk membawakan
misi dan memantapkan profesi guru. Keberhasilan usaha tersebut sangat
bergantung kepada kesadaran para anggotanya, rasa tanggung jawab dan
keawajiban para anggotanya.
3. Sikap terhadap teman sejawat
Dalam ayat 7 kode etik guru disebutkan bahwa “guru memelihara
hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial”. Ini
berarti bahwa:
a. Guru hendaknya menciptakan dan memelihara hubungan sesama guru dalam
lingkungan kerjanya, dan
b. Guru hendaknya menciptakan dan memelihara semangat kekeluargaan dan
kesetiakawanan sosial didalam dan diluar lingkungan kerjanya.
Dalam hal ini, Kode Etik Guru Indonesia menunjukkan kepada kita
betapa pentingnya hubungan yang harmonis perlu diciptakan dengan
mewujudkan perasaan bersaudara yang mendalam antara sesama anggota
profesi ( Soetjipto, 2008: 47 ).
4. Sikap terhadap anak didik
Dalam kode etik guru Indonesia dengan jelas dituliskan bahwa “guru
berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia
seutuhnya yang berjiwa pancasila”. Dasar ini mengandung beberapa prinsip
yang harus dipahami oleh seorang guru dalam menjalankan tugasnya sehari-
hari yakni tujuan pendidikan nasional, prinsip membimbing dan prinsip
pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.
5. Sikap terhadap tempat kerja
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa suasana yang baik ditempat
kerja akan meningkatan produktivitas. Hal ini disadari dengan sebaik-baiknya
oleh setiap guru, dan guru berkewajiban menciptaka suasana yang demikian
dalam lingkungannya. Untuk menciptakan suasana kerja yang baik ini ada dua
hal yang harus diperhatikan, yaitu: guru sendiri,hubungan guru dengan orang
tua dan masyarakat sekeliling.
KELOMPOK 11
PENGELOLAAN PROSES PEMBELAJARAN
A. Pengertian Pengelolaan Proses Pembelajaran
Pengelolaan berasal dari kata “kelola” dan istilah lainnya yaitu
“manajemen” yang artinya ketatalaksanaan, tata pimpinan. Maka pengelolaan itu
adalah pengadministrasian, pengaturan atau penataan suatu kegiatan atau proses
yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan
kebijaksanaan dan pencapaian tujuan.
Menurut para ahli, Moekijat (2000:1) mengemukakan pengertian
pengelolaan adalah suatu proses tertentu yang terdiri atas perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan yang dilakukan untuk
menentukan dan mencapai tujuan tertentu dengan cara menggunakan manusia dan
sumber sumber lain.
Menurut S. Handayaningrat dalam bukunya yang berjudul “Pengantar studi
dan Administrasi” mengemukakan bahwa proses adalah serangkaian tahap
kegiatan mulai dari menentukan sasaran sampai tercapainya tujuan.(S.
Handayaningrat,1988:20)
Sedangkan menurut JS Badudu dan Sutan M Zain dalam kamus Bahasa
Indonesia, “Proses adalah jalannya suatu peristiwa dari awal sampai akhir atau
masih berjalan tentang suatu perbuatan, pekerjaan dan tindakan”. (JS Badudu dan
Sutan M. Zain 1996;1092).
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa proses merupakan suatu
aktivitas kegiatan dari awal sampai akhir atau masih berjalan yang memberikan
nafas bagi organisasi sampai dengan tercapainya tujuan.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003
menyatakan pembelajaran adalah “proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Pembelajaran sebagai proses
belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berpikir yang
dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan
kemampuan mengkontruksikan pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan
penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.
Menurut Oemar Hamalik (239: 2006) pembelajaran adalah “suatu
kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material fasilitas,
perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi tercapainya tujuan
pembelajaran”.
Jadi berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa,
pengelolaan pembelajaran merupakan kegiatan memproyeksikan tindakan apa
yang akan dilaksanakan dalam suatu pembelajaran yaitu dengan
mengkoordinasikan (mengatur dan merespon) komponen-komponen pembelajaran
sehingga antara tujuan, materi, metode serta evaluasi menjadi jelas dan sistematis.
B. Tujuan dan Fungsi Pengelolaan Proses Pembelajaran
Menurut Dunkin dan Biddle, proses pembelajaran berada dalam empat
variable interaksi, yaitu;
1. Variable pertanda (presage variables) berupa pendidik
2. Variable konteks (contex variables) berupa peserta didik
3. Variable proses (process variables)
4. Variable produk (product variables) berupa perkembangan peserta didik baik
dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Adapun tujuan dan fungsi dari pengelolaan proses pembelajaran antara lain
adalah sebagai berikut :
1. Tujuan
Tujuan pengelolaan pembelajaran adalah untuk menciptakan proses
belajar mengajar yang dengan mudah direncanakan, diorganisasikan,
dilaksanakan dan dikendalikan dengan baik sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai ecara efektif dan efisien.
2. Fungsi
Fungsi pengelolaan pembelajaran yaitu :
a. Merencanakan tujuan belajar
b. Mengorganisasikan berbagai sumber belajar untuk mewujudkan tujuan
belajar.
c. Memimpin, yang meliputi memotivasi, mendorong, dan menstimulasi siswa
d. Mengawasi segala sesuatu, apa sudah berfungsi sebagaimana mestinya atau
belum dalam rangka pencapaian tujuan.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Pembelajaran
Beberapa faktor yang mempengaruhi pengelolaan pembelajaran yaitu :
1. Kurikulum
Kurikulum kaitannya dengan pengelolaan pembelajaran haruslah di
rancang sebagai jumlah pengalaman edukatif yang menjadi tanggung jawab
sekolah dalam membantu anak-anak mencapai tujuan pendidikannya, yang
diselenggarakan secara berencana dan terarah serta terorganisir, karena kegiatan
pembelajaran bukan sekedar dipusatkan pada penyampaian sejumlah materi
pelajaran atau pengetahuan yang bersifat intelektualistik, akan tetapi juga
memperhatikan aspek pembentukan pribadi, baik sebagai makhluk individual
dan makhluk sosial maupun sebagai makhluk yang bermoral.
2. Gedung dan Sarana Kelas / Sekolah
Perencanaan dalam membangun sebuah gedung untuk sebuah sekolah
berkenaan dengan jumlah dan luas setiap ruangan, letak dan dekorasinya yang
harus disesuaikan dengan kurikulum yang dipergunakan. Akan tetapi karena
kurikulum selalu berubah-ubah, sedangkan ruangan atau gedung bersifat
permanen, maka diperlukan kreativitas dalam mengatur pendayagunaan
ruang/gedung yang bersedia berdasarkan kurikulum yang dipergunakan.
3. Guru
Guru adalah orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan
pengajaran yang bertanggung jawab dalam membantu anak dalam mencapai
kedewasaan masing-masing.
4. Lingkungan sekitar
Lingkungan sekitar sekolah sangat mempengaruhi. Misalnya anak yang
tinggal di sekitar lingkungan yang masyarakatnya rata rata tidak bersekolah
akan berbeda dengan anak yang tinggal di lingkungan yang kenal dengan
pendidikan.
D. Tahapan Pengelolaan Proses Pembelajaran
Strategi pengelolaan pembelajaran sangat penting dalam sistem stategi
pembelajaran. Strategi pengelolaan berkaitan dengan penetapan kapan suatu
strategi atau komponen strategi tepat dipakai dalam situasi pembelajaran. Ada
empat hal yang menjadi urusan strategi pengelolaan yaitu :
1. Penjadwalan penggunaan strategi pembelajaran
Guru harus untuk mampu merancang kapan, strategi apa, dan berapa
kali suatu strategi pembelajaran yang digunakan yang semuanya berkaitan
dengan kondisi pembelajaran yang ada. Strategi pembelajaran dipengaruhi oleh
tujuan dan karakteristik bidang studi, kendala dan karakteristik bidang studi,
karakteristik peserta didik.
2. Pembuatan catatan kemajuan belajar siswa
Guru harus mampu menetapkan kapan, berapa kali, apa jenis evaluasi
yang dilakukan untu melihat kemajuan belajar peserta didik. Hasil evaluasi
penting dicatat untuk melihat efektifitas dan efisiensi pmbelajaran yang
dilakukan.
3. Pengelolaan motivasional
Setiap strategi pembelajaran yang diterapkan pasti bertujuan untuk
meningkatkan motivasi belajar peserta didik, sehingga guru dituntut untuk
dapat mengembangkan kiat-kiat khusus dalam melakukan penjadwalan
penggunaan strategi penyampaian yang bervariasi.
KELOMPOK 12
PENGELOLAAN KELAS DAN MEDIA PEMBELAJARAN
A. Pengertian Pengelolaan Kelas
Istilah “pengelolaan kelas (class room management)’’ dapat didefinisikan
beragam tergantung dari sudut pandang yang dipakai. Pendekatan otoriter
(authority approach) memandang pengelolaan kelas sebagai kegiatan guru untuk
mengontrol tingkah laku siswa.
Menurut Anitah (2008: 10.8) pengelolaan kelas adalah serangkaian
tindakan guru yang ditunjukkan untuk mendorong munculnya tingkah laku siswa
yang diharapkan dan menghilangkan tingkah laku siswa yang tidak diharapkan,
menciptakan hubungan interpesonal yang baik dan iklim-emosional yang positif,
serta menciptakan dan memelihara organisasi kelas yang produktif dan efektif atau
secara singkat.
Dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas adalah cara-cara yang
ditempuh guru dalam menciptakan lingkungan kelas agar tidak terjadi kekacauan
dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencapai tujuan akademis dan
sosial.
B. Jenis-jenis Pengelolaan Kelas
Menurut Nurhadi (1983: 163) upaya untuk menciptakan dan
mempertahankan suasana yang diliputi oleh motivasi siswa yang tinggi dapat
dilakukan secara preventif maupun secara kuratif. Maka pengelolaan kelas, apabila
ditinjau dari sifatnya, dapat dibedakan menjadi dua adalah pengelolaan kelas yang
bersifat preventif, pengelolaan kelas yang bersifat kuratif
C. Strategi Dalam Pengelolaan Kelas
Strategi pengelolaan kelas adalah upaya yang dilakukan oleh guru untuk
menciptakan dan mempertahankan kondisi belajar yang optimal agar peserta didik
merasa nyaman, merasa betah belajar di dalam kelas, dan terciptanya kondisi
tersebut diharapkan prestasi siswa bisa meningkat dalam proses belajar mengajar.
Untuk mencegah timbulnya tingkah laku-tingkah laku siswa yang
mengganggu jalannya kegiatan belajar mengajar, guru berusaha mendayagunakan
potensi kelas, memfokuskan perhatian kepada peserta didik, memahami mereka
secara individu dan memberi pelayananpelayanan tertentu yang merupakan wujud
dukungan dari warga sekolah.
D. Tujuan Pengelolaan Kelas yang Efektif dan Efisien
Adapun tujuan secara umum dari pengelolaan kelas:
1. Agar pengajaran dapat dilakukan secara maksimal, sehingga tujuan pengajaran
dapat dicapai secara efektif dan efisien.
2. Untuk memberi kemudahan dalam usaha memantau kemajuan siswa dalam
pelajarannya.
3. Untuk memberi kemudahan dalam mengangkat masalah-masalah penting untuk
dibicarakan dikelas demi perbaikan pengajaran pada masa mendatang.
Sedangkan tujuan pengelolaan kelas secara khusus dibagi menjadi dua
yaitu:
1. Tujuan untuk siswa:
a. Mendorong siswa untuk mengembangkan tanggungjawab individu terhadap
tingkah lakunya dan kebutuhan untuk mengontrol diri sendiri.
b. Membantu siswa untuk mengetahui tingkah laku yang sesuai dengan tata
tertib kelas dan memahami bahwa teguran guru merupakan suatu peringatan
dan bukan kemarahan.
c. Membangkitkan rasa tanggungjawab untuk melibatkan diri dalam tugas
maupun pada kegiatan yang diadakan.
2. Tujuan untuk guru:
a. Untuk mengembangkan pemahaman dalam penyajian pelajaran dengan
pembukaan yang lancar dan kecepatan yang tepat.
b. Untuk dapat menyadari akan kebutuhan siswa dan memiliki kemampuan
dalam memberi petunjuk secara jelas kepada siswa.
c. Untuk mempelajari bagaimana merespon secara efektif terhadap tingkah
laku siswa yang mengganggu.
d. Untuk memiliki strategi remedial yang lebih komprehensif yang dapat
digunakan dalam hubungan dengan masalah tingkah laku siswa yang muncul
didalam kelas.
E. Jenis-jenis Media Pembelajaran
Adapun jenis-jenis media pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
1. Media Audio
2. Media Visual
3. Media Audio Visual
KELOMPOK 13
PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN
A. Pengertian Pengelolaan
Pengelolaan adalah mengetahui secara tepat apa yang akan dikerjakan dan
kemudian melihat cara kerja yang terbaik, dengan kata lain pengelolaan adalah
pengendalian dari suatu usaha dengan menggunakan sumber-sumber daya
organisir untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Kegiatan mengelola adalah kegiatan yang mencerminkan adanya sebuah
sistem, terkait dan terdiri dari beberapa aspek atau faktor untuk mendukungnya
Secara efektif perpustakaan harus mampu mendukung kurikulum dan program-
program sekolah.
B. Pengertian Perpustakaan
Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang berada dalam suatu
sekolah yang kedudukan dan tanggung jawabnya kepada kepala sekolah, yang
melayani sivitas akademika sekolah yang bersangkutan.
Sedangkan menurut Soetminah (1992: 34), Perpustakaan sekolah adalah
perpustakaan yang ada di sekolah sebagai sarana pendidikan untuk menunjang
pencapaian tujuan pendidikan prasekolah, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah.
Pendapat di atas menjelaskan bahwa perpustakaan sekolah adalah
perpustakaan yang ada di lingkungan sekolah yang melakukan kegiatan
menghimpun, mengolah, dan menyebarluaskan informasi baik tercetak maupun
tidak tercetak dalam mendukung kurikulum sekolah.
C. Fungsi dan manfaat Perpustakaan
Menurut Yusuf (2005:4) Perpustakaan sekolah memilki empat fungsi
umum, yaitu:
1. Fungsi edukatif adalah secara keseluruhan segala fasilitas, sarana dan prasarana
perpustakaan sekolah, terutama koleksi dapat membantu murid dalam proses
belajar.
2. Fungsi informatif dari perpustakaan sekolah adalah mengupayakan penyediaan
koleksi yang bersifat memberi tahu akan hal-hal yang berhubungan dengan
kepentingan guru dan murid.
3. Fungsi kreasi bukan merupakan fungsi utama, namun sangat penting
kedudukannya dalam upaya peningkatan intelektual dan inspirasi.
4. Fungsi riset membuat koleksi yang ada di perpustakaan sekolah menjadi bahan
untuk melakukan riset atau penelitian sederhana.
Selain itu, pemanfaatan perpustakaan sebagai sumber belajar secara efektif
memerlukan keterampilan sebagai berikut (Achsin, 1986):
1. Keterampilan mengumpulkan informasi, yang meliputi keterampilan mengenal
sumber informasi dan pengetahuan, menentukan lokasi sumber informasi
berdasarkan sistem klasifikasi perpustakaan, cara menggunakan katalog dan
indeks, menggunakan bahan pustaka baru, bahan referensi seperti ensiklopedi,
kamus, buku tahunan, dll.
2. Keterampilan mengambil intisari dan mengorganisasikan informasi, seperti
memilih informasi yang relevan dengan kebutuhan dan masalah, dan
mendokumentasikan informasi dan sumbernya.
3. Keterampilan menganalisis, menginterpretasikan dan mengevaluasi informasi,
seperti memahami bahan yang dibaca, membedakan antara fakta dan opini, dan
menginterpretasi informasi baik yang saling mendukung maupun yang
berlawanan.
4. Keterampilan menggunakan informasi, seperti memanfaatkan intisari informasi
untuk mengambil keputusan dan memecahkan masalah, menggunakan
informasi dalam diskusi, dan menyajikan informasi dalam bentuk tulisan.
Adanya perpustakaan karena adanya masyarakat yang membutuhkan
pelayanan dan keberadaan perpustakaan adalah untuk melayani masyarakat
sebagai calon pelanggan”.
Tujuannya :
1. Mengupayakan atau mengembalikan budaya dan minat baca dikalangan
masyarakat luas.
2. Meningkatkan keserasian antara layanan yang dibarikan perpustakaan sebagai
penyedia jasa dengan kebutuhan riil dari masyarakat untuk membetuk sasaran
perpustakaan yang ideal.
3. Meningkatkan pemanfaatan perpustakaan oleh masyarakat luas sebagai wujud
mebangun rasa cinta masyakat terhadap perpustakaan.
Perpustakaan sekolah merupakan perpustakaan yang deselenggarakan pada
sebuah sekolah, dikelola sepenuhnnya oleh sekolah yang bersangkutan, dengan
tujuan utama mendukung terlaksananya dan tercapainya tujuan sekolah dan tujuan
pendidikan pada umumnya. Sekolah merupakan tempat penyelenggaraan proses
belejar mengajar, menanamkan dan mengembangkan berbagai nilai ilmu
pengetahuan dan teknologi, keterampilan, seni, serta wawasan dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan nasional.
D. Penggunaan Perpustakaan Sebagai Sumber Belajar
Perpustakaan merupakan bagian integral yang mendukung proses belajar-
mengajar. Keberadaan perpustakaan sebagai sumber belajar dalam proses
pendidikan diharapkan dapat digunakan sebagai berikut:
1. Perpustakaan sekolah dapat menimbulkan kecintaan murid-murid terhadap
membaca.
2. Perpustakaan sekolah dapat memperkaya pengalaman belajar murid-murid.
3. Perpustakaan sekolah dapat menanamkan kebiasaan belajar mandiri yang
akhirnya murid-murid mampu belajar mandiri.
4. Perpustakaan sekolah dapat mempercepat proses penguasaan teknik membaca.
5. Perpustakaan sekolah dapat membantu perkembangan kecakapan berbahasa.
E. Bahan Informasi di Perpustakaan
Bahan informasi yang diterima perpustakaan sekolah terdiri dari bahan
buku dan non buku sebagai berikut :
1. Bahan Buku
Bahan pada umumnya terbuat dari bahan kertas sebagai media rekam
informasi. Bahan buku terdiri dari buku teks, buku ajar, buku referensi, buku
paket, majalah, koran, dan lainnya.
a. Buku Teks
Buku teks adalah lembaran tercetak berisi ilmu pengetahuan atau
bidang tertentu, dan biasanya digunakan sebagai bahan pelajaran, penataran,
kuliah dan dapat dipelajari secara mandiri.
b. Buku Fiksi
Buku fiksi adalah karya tulis berupa rekaan atau karya imajinatif
yang berdasarkan khayalan belaka. Contohnya yaitu novel, drama, puisi,
pantun dan syair.
c. Buku Rujukan
Buku disusun untuk memberikan informasi tentang kata,
subjek/pokok masalah, nama orang, nama tempat, peristiwa, pustaka, angka,
waktu, ukuran, dan lainnya. Adapun jenis-jenis koleksi ini meliputi kamus,
ensiklopedia, handbook, manual, buku pegangan, direktori, bibliografi,
sumber ilmu bumi dan lainya.
d. Terbitan berkala
Yakni publikasi yang direncanakan terbit secara terus-menerus tanpa
dibatasi waktu, berisi informasi baru yang menarik, dan ditulis oleh beberapa
orang. Terbitan ini terdiri dari surat kabar, majalah, jurnal, buletin, dan
lainya.
2. Bahan Non Buku
Akhir-akhir ini bahan informasi yang dikelola perpustakaan bisa bahan
non buku bahkan berupa elektronik. Bahan-bahan itu antara lain mikrofis, film
mikro, kaset, piringan hitam, dan CD-room.
KELOMPOK 14
JARINGAN KERJA GURU
A. Pengertian Jaringan Kerja Guru
Jaringan kerja merupakan suatu perpaduan pemikiran yang logis,
digambarkan dengan suatu jaringan yang berisi lintasan-lintasan kegiatan dan
memungkinkan pengolahan secara analitis. Jaringan kerja memungkinkan suatu
perencanaan yang efektif dari suatu rangkaian yang mempunyai interaktivitas.
Sedangkan menurut Mangkunegara (2001:67) kinerja adalah hasil kerja
secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Tinggi rendahnya kinerja pekerja berkaitan erat dengan sistem pemberian
penghargaan yang diterapkan oleh lembaga/organisasi tempat mereka bekerja.
Pemberian penghargaan yang tidak tepat dapat berpengaruh terhadap peningkatan
kinerja seseorang.
Berkaitan erat dengan kinerja guru didalam melaksanakan tugasnya sehari-
hari sehingga dalam melaksanakan tugasnya, guru perlu memiliki tiga kemampuan
dasar agar kinerjanya tercapai sebagai berikut:
1. Kemampuan pribadi meliputi hal-hal yang bersifat fisik seperti tampang, suara,
mata atau pandangan, kesehatan, pakaian, pendengaran, dan hal yang bersifat
psikis seperti humor, ramah, intelek, sabar, sopan, rajin, krestig, kepercayaan
diri, optimis, kritis, obyektif, dan rasional.
2. Kemampuan sosial antara lain bersifat terbuka, disiplin, memiliki dedikasi,
tanggung jawab, suka menolong, bersifat membangun, tertib, bersifat adil,
pemaaf, jujur, demokratis, dan cinta anak didik.
3. Kemampuan profesional sebagaimana durumuskan oleh P3G yang meliputi 10
kemampuan profesional guru yaitu: menguasai bidang studi dalam kurikulum
sekolah dan menguasai bahan pendalaman/aplikasi bidang study, mengelola
program belajar mengajar, mengelola kelas, menggunakan media dan sumber,
menguasai landasan-landasan kependidikan, mengelola interaksi belajar
mengajar, menilai prestasi siswa untuk kepentingan pendidikan, mengenal
fungsi dan program bimbingan penyuluhan, mengenal dan menyelenggarakan
administrasi sekolah, memahami prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian
pendidikan guna keperluan belajar mengajar.
B. Langkah-langkah yang Dapat Meningkatkan Kinerja Guru
Pemerintah sering melakukan berbagai upaya peningkatan kualitas guru,
antara lain melalui pelatihan, seminar dan lokakarya, bahkan melalui pendidikan
formal, dengan menyekolahkan guru pada tingkat yang lebih tinggi. Kendatipun
dalam pelaksanaannya masih jauh dari harapan. Banyak faktor yang
mempengaruhi kinerja guru, tetapi permasalahan dalam makalah ini difokuskan
pada peran kepemimpinan kepala sekolah,pemberian kompensasi, kedisiplinan
guru, dan pengembangan Sumber Daya Guru (SDM).
1. Peran Kepala Sekolah
Kepala sekolah sebagai pimpinan top level management disekolah
berperan penting dalam memegang kunci keberhasilan. Untuk mewujudkan
harapan tersebut kepala sekolah harus kompeten. Secara umum harus
memiliki pengetahuan, ketrampilan, sikap, performance dan etika kerja sesuai
dengan tugas dan tanggung jawabnya sebagai kepala sekolah, yang diuraikan
kompetensi profesionalisme, kompetensi wawasan pendidikan dan
manajemen, kompetensi personal dan kompetensi sosial (Dharma, 2006:60).
Kepala sekolah juga harus memiliki jiwa kepemimpinan sesuai dengan
konsep dari Ki Hajar Dewantoro (Moeljono, 2005:54) yaitu, “Ing ngarso sung
tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani”. Namun tidak
demikian dalam kenyataannya. Dalam praktek pendidikan sehari-hari masih
banyak kepala sekolah yang melakukan kesalahan-kesalahan dalam
menunaikan tugas dan fungsinya (Mulyasa, 2005:19).
Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang
berpengaruh dalam meningkatkan kinerja guru. Kepala sekolah bertanggung
jawab atasa penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah,
pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta
pemeliharaan sarana dan prasarana. Hal tersebut menjadi lebih penting sejalan
dengan semakin kompleksnya tuntutan tugas kepala sekolah, yang
menghendaki dukungan kinerja yang semakin efektif dan efisian.
2. Pemberian Kompensasi
Berbagai aspek bidang pekerjaan baik itu di instansi pemerintahan
maupun swasta dapat memberikan kepuasan bagi pegawai apabila ada
program kompensasi. Dengan adanya kompensasi yang diberikan sesuai
dengan haknya akan sangat mempengaruhi kinerja seseorang. Untuk itu
hendaknya program kompensasi ditetapkan berdasarkan prinsip adil dan
wajar, sesuai dengan undang-undang perburuhan, atau sesuai dengan
peraturan kerja lembaga masing-masing. Dengan adanya kompensasi yang
cukup besar maka disiplin karyawan semakin baik. Mereka akan menyadari
serta menaati peraturan-peraturan yang berlaku.
Kompensasi adalah semua pendapatan yang berbentuk uang atau
barang langsung atau tidak langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan
atas jasa yang diberikan kepada perusahaan (Hasibuan, 1990:133).
Kompensasi kerja adalah segala sesuatu yang diterima oleh karyawan sebagai
balas jasa untuk kerja mereka(Tohardi, 2002:411). Tujuan pemberian
kompensasi (balas jasa) oleh (Hasibuan, 1997:137) adalah:
a. Ikatan kerjasama
b. Kepuasan kerja
c. Pengadaan efektif
d. Motivasi
e. Stabilitas karyawan
f. Disiplin
g. Pengaruh serikat buruh
h. Pengaruh pemerintah
3. Kedisiplinan Guru
Disiplin adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua
peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Disiplin pada
hakikatnya adalah kemampuan untuk mengendalikan diri dalam bentuk tidak
melakukan suatu tindakan yang tidak sesuai dan bertentangan dengan sesuatu
yang telah ditetapkan dan melakukan sesuatu yang mendukung dan
melindungi sesuatu yang telah ditetapkan. Dalam kehidupan sehari-hari
dikenal dengan disiplin diri, disiplin belajar dan disiplin kerja. Disiplin kerja
merupakan kemampuan seseorang untuk secara teratur, tekun secara terus
menerus dan bekerja sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku dengan tidak
melanggar aturan-aturan yang sudah ditetapkan.
Pada dasarnya banyak indikator yang mempengaruhi tingkat
kedisiplinan karyawan suatu organisasi (Hasibuan, 1997:213) di antaranya:
a. Tujuan dan kemampuan
b. Teladan pimpinan
c. Balas jasa (gaji dan kesejahteraan)
d. Keadilan
e. Waskat (pengawasan melekat)
f. Sanksi hukuman
g. Ketegasan
h. Hubungan kemanusiaan
Disiplin juga merupakan salah satu fungsi manajemen sumber daya
manusia yang penting dan merupakan kunci terwujudnya tujuan, karena tanpa
adanya disiplin maka sulit mewujudkan tujuan yang maksimal(Sedarmayanti,
221:10).
Melalui disiplin pula timbul keinginan dan kesadaran untuk menaati
peraturan organisasi dan norma sosial. Namun tetap pengawasan terhadap
pelaksanaan disiplin tersebut perlu dilakukan. Disiplin kerja dalah persepsi
guru terhadap sikap pribadi guru dalam hal ketertiban dan keteraturan diri
yang dimiliki oleh guru dalam bekerja disekolah tanpa da pelanggaran-
pelanggaran yang merugikan dirinya, orang lain, atau lingkungannya.
Berdasarkan uraian di atas maka disiplin kerja yang perlu diperhatikan
adalah:
a. Disiplin terhadap tugas kedinasan yang meliputu: mentaati peraturan kerja,
menyiapkan kelengkapan mengajar, dan melaksanakan tugas-tugas pokok.
b. Disiplin terhadap waktu yang meliputi: menepati waktu tugas,
memanfaatkan waktu dengan baik, dan menyelesaikan tugas tepat waktu.
c. Disiplin terhadap suasana kerja yang meliputi: memanfaatkan lingkungan
sekolah, menjalin hubungan dengan baik, dan menjaga keseimbangan
antara hak dan kewajiban.
d. Disiplin di dalam melanyani masyarakat yang meliputi: melayani peserta
didik, melayani orang tua siswa, dan melayani masyarakat sekitar.
e. Disiplin terhadap sikap dan tingkah laku yang meliputi: memperhatikan
sikap, memperhatikan tingkah laku, dan memperhatikan harga diri.
4. Pengembangan Sumber Daya Guru (SDM)
Upaya meningkatkan kualitas pendidikan membutuhkan waktu yang
panjang, serangkaian proses yang teratur dan sistematis, karena terkait dengan
berbagai aspek kehidupan bangsa. Kualitas pendidikan tersebut perludi
sesuaikan dengan perkembangan jaman. Perkembangan jaman yang semakin
pesat membawa perubahan alam pikir manusia, termasuk di dalamnya
perubahan paradikma dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
Pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai suatu proses
pembudayaan bangsa bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia
Indonesia yang menguasai pengetahuan, ketrampilan, keahlian serta wawasan
yang sesuai dengan perkembangan iptek.
Guru adalah kondisi yang diposisikan sebagai garda terdepan dan
posisi sentral di dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Berkaitan dengan
itu, maka guru akan menjadi bahan pembicaraan banyak orang, dan tentunya
tidak lain berkaitan dengan kinerja guru. Dapat di ambil kesimpulan bahwa
Manajemen kehidupan manusia diakui sangat penting karena setiap guru
memiliki kinerja yang perlu di kembangkandan dikelola.
Pengembangan sumber daya manusia merupakan suatu kebutuhan
yang harus dilakukan secara terus menerus Persaingan yang ketat antar
lembaga pendidikan merupakan tantangan yang makin berat. Untuk itu tidak
ada pilihan lain selain peningkatan kualitas sumber daya manusia (Guru)
untuk menghadapi persaingan yang ketat tersebut.
Mengingat bahwa guru merupakan factor yang amat penting dalam
kehidupan manusia, maka pengembangan sumber daya manusia harus
dilaksanakan dengan meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap serta
nilai-nilai sehingga mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
C. RuangLingkupKerjaGuru
Kewajiban guru sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74 tentang
Guru Pasal 52 ayat (1) mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan yang
melekat pada pelaksanaan tugas pokok. Dalam penjelasan Pasal 52 ayat (1) huruf
(e), yang dimaksud dengan “tugas tambahan”, misalnya menjadi pembina
pramuka, pembimbing kegiatan karya ilmiah remaja, dan guru piket.
Dalam melaksanakan tugas pokok yang terkait langsung dengan
proses pembelajaran, idealnya guru hanya melaksanakan tugas mengampau 1
(satu) jenis matapelajaran saja sesuai dengan kewenangan yang tercantum dalam
sertifikat pendidikannya. Di samping itu, guru jga akan terlibat dalam kegiatan
manajerial sekolah/madrasah antara lain penerimaan siswa baru (PSB), penyusun
kurikulum dan perangkatnya, Ujian Nasional (UN), ujian sekolah , dan kegiatan
lain. Tugas guru dalam menejemen sekolah/madrasah tempat guru bertugas.
1. Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Suatu sekolah tidak dibenarkan mengisolasi diri dari masyarakat.
Sekolah tidak boleh menutup diri terhadap masyarakat sekitarnya, kita tidak
boleh melaksanakan idenya sendiri dengan tidak mau tau akam aspirasi-aspirasi
masyarakat. Sekolah tidak boleh bersikap dan berlaku demikian, sebab pada
hakekatnya ia adalah milik masyarakat. Masyarakat menginginkan sekolah itu
berdiri di daerahnya untuk meningkatkan perkembangan putra-putra mereka.
Masyarakat juga menginginkan agar sekolah juga memberi pengaruh positif
terhadap perkembangan masyarakat baik langsung maupun tidak langsung.
Untuk maksud ini masyarakat siap mendukung usaha-usaha sekolah di
daerahnya.
Sekolah merupakan sistem terbuka terhadap lingkunganya termasuk
masyarakat penduduknya. Sebagai sistem terbuka sudah jelas ia tidak dapat
mengisolasi diri, sebab hal ini ia lakukan berarti ia menuju ke ambang
kematian, akibat menentang kewajaran hukum alam. Sebai sistem terbuka,
sekolah selalu membukakan pintu terhadap kehadiran warga dan masyarakat
terhadap ide-ide mereka, terhadap kebutuhan-kebutuhan mereka, dan terhadap
nilai-nilai yang ada di masyarakat.
Sebaliknya masyarakat juga membuka diri untuk dimasuki oleh
aktivitas-aktivitas sekoalh. Sekolah juga dapat belajar dari masyarakat, guru-
guru dan para siswa dapat mencari pengalaman, belajar dan praktek di
masyarakat. Antara sekolah dan masyarat terjadi komunikasi dua arah untuk
bisa saling dan saling menerima. Masyarakat dalam arti sempit disini adalah
masyarakat di lingkungan sekolah itu sendiri, sedangkandalama arti luas yaitu
masyarakat dalam negara dan bahkan bila diperlukan dapat dihubungkan
dengan masyarakat Internasional.
Sekolah-sekolah pada umumnya lebih banyak menghubungkan diri dari
masyarakat dalam arti sempit ialah masyarakat setempat, sebab fungsi sekolah
yang pertama adalah melanyani kebutuhan masyarakat setempat. Hubungan
dengan masyarakat berarti komunikasi sekolah dengan masyarakat, ialah
mengkomunikasikan masalah-masalah pendidikan baik yang bersumber dari
sekolah maupun yang bersumber dari masyarakat.
Komunikasi inilah merupakan pintu-pintu keterbukaan sekolah terhadap
masyarakat, pintu-pintu yang menghubungkan sekolah sebagai sistem dengan
masyarakat sebagai suprasistemnya. Komunikasi itu merupakan lintasan dua
arah yaitu dari arah sekolah ke masyarakat dan dari arah masyarakat ke sekolah.
Kedua kelompok kehidupan itu saling memberi informasi, berpartisipasi
membina pendidikan. Jones (1969:388) menyambut hubungan dengan
masyarakat itu sebagai hubungan dua arah tempat memadu ide antara sekolah
dengan masyarakat untuk melahirkan saling pengertian.
Ide-ide tentang pendidikan tidak selalu datang dar sekolah. Lagi pula
tidak semua ide sekolah itu dapat diterima oleh mayarakat sebagai pemilik
sekolah. Masyarakat yang mempunyai kepentingan terhadap pendidikan putra-
putranya sering kali punya ide tertentu yang dapat dimanfaatkan oleh sekolah.
Dari uraian-uraian di atas dapat dipahami bahwa hubungan dengan
mayarakat bagi suatu sekolah adalah hubungan dua arah antara sekolah dengan
masyarakat untuk memusyawarahkan ide-ide dan informasi-informasi tertentu
yang berguna bagi peningkatan pendidikan.
Hubungan dengan masyarakat di dasarkan pada ketentuan bahwa :
a. Masyarakat adalah saah satu penanggung jawab sekolah,
b. Proses belajar serta media pendidikan juga terjadi dan ada di masyarakat
c. Masyarakat menaruh perhatian terhadap pendidikan putra-putranya.
2. Hubungan Guru dengan Guru
Diasumsikan jika hubungan dan kejasama yang baik diantara individu
dilakukan melalui komunikasi yang efektif, maka kinerja atau prestasi kerja
masing-masing juga akan lebih baik. Dalam lembaga pendidikan faktor guru
sebagai SDM merupakan bagian dalam menentukan keberhasilan sekolah,
pengembangan SDM yang meliputi pengembangan individu, pengembangan
karier dan pengembangan organisasi .
Guru sebagai individu harus mempunyai motivasi yang tinggi dan
kemampuan berkomunikasi yang baik untuk mengembangkan diri dan
meningkatkan kinerja. Jika kineja masing-masing guru tinggi, maka kualitas
sekolah akan meningkat.