Anda di halaman 1dari 12

PENINGKATAN POWER TUNGKAI PESILAT REMAJA

MELALUI LATIHAN PLIOMETRIK

Siswantoyo
Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta
email: splc_fikuny@yahoo.com

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap pola perubahan power tungkai melalui latihan
pliometrik yang dimodifikasi. Rancangan penelitian berupa eksperimen semu dengan times series.
Pengukuran dilakukan sebanyak empat kali secara periodik. Populasi penelitian ini adalah pesilat re-
maja yang berjumlah 35 orang, sedang sampel berjumlah 15 orang yang diambil secara purposive.
Pengukuran power tungkai menggunakan alat power jump DF Digital dengan satuan cm. Data
dianalisis dengan statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa rerata pada tes ke-1: 40,6
cm, tes ke-2: 43,4 cm, test ke-3: 45,2 cm dan tes ke-4: 47,2 cm. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa
latihan pliometrik yang dimodifikasi dapat meningkatkan power tungkai secara kontinyu dan cen-
derung terjadi peningkatan. Selain itu, juga diperoleh perubahan power tungkai pada setiap dua ming-
gu pengukuran dengan pola pada rerata meningkat-menurun dan meningkat kembali. Kesimpulan ada-
lah model latihan pliometrik dapat digunakan sebagai alternatif latihan untuk meningkatkan power
tungkai pesilat remaja.

Kata Kunci: pliometrik, power tungkai, pesilat remaja

THE IMPROVEMENT OF THE LEG POWER OF TEENAGER FIGHTERS


THROUGH PLYOMETRIC TRAINING

Abstract: This study aimed to investigate the pattern of changes in the leg power through modified
plyometric training. This study was a time series quasi experiment. The measurements were done four
times periodically. The population were 35 teenager fighters. The sample consisting of 15 males was
taken by using the purposive sampling technique. The leg power was measured using a Digital DF
power jump leg measurement with cm units. The data were analyzed descriptively. The findings
showed that the average on 1st test: 40.6 cm ,that on the 2nd test: 43.4 cm , that on the 3rd test: 45.2 cm
and that on the 4rh test: 47.2 cm. Based on the findings, it could be concluded that the modified plyo-
metrictraining could improve the leg power and that there was a tendency of improvement. Besides, it
was also revealed that the change of the leg power in every other week tended to increase, decrease,
and increase again. Therefore, it could be concluded that the modified plyometric training model could
be used as an alternative training to improve the leg power of teenager fighters.

Keywords: Plyometric, leg power, teenager fighter

PENDAHULUAN maksimal (Bompa, 1994:5). Peran dan tugas pe-


Untuk mencapai prestasi maksimal dalam latih sangat besar dalam proses pencapaian pres-
cabang pencak silat, diperlukan sebuah pembi- tasi, antara lain mempersiapkan kemampuan fi-
naan yang panjang. Peran seorang pelatih, pe- sik, teknik, taktik, dan mental atlet. Untuk men-
latih fisik, atlet, ahli gizi, dan beberapa ahli lain capai prestasi perlu ditingkatkan unsur-unsur ke-
juga sangat penting dalam proses pembinaan un- mampuan fisik, seperti: kekuatan (strength), daya
tuk mencapai prestasi tersebut. Pembinaan jang- tahan (endurance), daya ledak otot (muscular
ka panjang diawali dari tahap multilateral de- power), kecepatan (speed), kelentukan (flexibi-
ngan pengenalan berbagai cabang olahraga, ta- lity), koordinasi (coordination), kelincahan (agi-
hap pembentukan sampai tahap spesialisasi sa- lity), ketepatan (accuracy), waktu reaksi (reac-
lah satu cabang tertentu yang benar-benar dige- tion time) dan lainnya.
luti dan prospektif terhadap pencapaian prestasi

80
81

Plyometric training is popular among indi- an dan pemendekan serabut otot. Latihan plio-
viduals involved in dynamic sports, and plyo- metrik dengan latihan lompat dapat meningkat-
metric exercises such as jumping, hopping, kan hasil lompatan lebih baik dan mampu mem-
skipping and bounding are executed with a buat otot-otot pada extremitas bawah lebih kuat
goal to increase dynamic muscular perfor-
dan mengurangi resiko cedera. Berdasarkan ha-
mance (Impellizzeri dkk, 2008). Plyometric
sil observasi diperoleh bahwa power tungkai pe-
training has been applied in numerous stu-
dies, and there is a general consensus that it silat remaja masih relatif kurang. Hal ini dapat
improves sport specific skills such as agility dilihat secara empirik bahwa tendangan yang
(Miller dkk, 2006) and vertical jump perfor- dilakukan di beberapa kompetisi remaja masih
mance, common measures of muscle power sangat lemah. Hal ini menunjukkan bahwa po-
(Markovic, 2007). wer tungkai masih rendah.
Latihan pliometrik telah digunakan seba- Latihan pliometrik modifikasi adalah ben-
gai metode latihan terutama untuk mengem- tuk latihan kombinasi dari latihan yang dilaku-
bangkan kekuatan, kecepatan, dan power (Red- kan dengan lompat berselang-seling. Latihan
cliffe dan Farentinos, 1985:2). Pliometrik ber- yang digunakan dalam penelitian ini adalah side
asal dari akar kata Yunani, plio berarti lebih dan double front jump modification, yaitu melompat
metric berarti pengukuran. Dengan metode ini, kearah depan-samping dan lompat kedepan de-
latihan ditekankan pada suatu bentuk latihan ngan melewati rintangan. Dalam penelitian ini
yang mempunyai ciri kontraksi otot dengan ke- akan membuktikan modifikasi latihan pliome-
kuatan penuh sebagai respon terhadap pembe- trik untuk meningkatkan power tungkai pada pe-
banan yang cepat dan dinamis (Chu, 1992:5- silat remaja.
20), dengan proses sistem kerja dari sistem neu- Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumus-
romuskular antara lain terkait dengan reflek re- kan permasalahan penelitian sebagai berikut.
gang, muscle spindle dan golgi tendon organ Bagaimanakah pola perubahan power tungkai
(Costil, 1994). Kekuatan kecepatan dan power pesilat remaja melalui latihan pliometrik?. Pe-
adalah serangkaian komponen fisik yang sangat nelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil la-
penting dalam berbagai cabang olahraga. Da- tihan pliometrik terhadap pola perubahan power
lam cabang pencak silat, power otot tungkai me- tungkai. Hasil yang diperoleh diharapkan dapat
miliki persentase lebih besar bila dibandingkan memberi informasi bagi perkembangan iptek,
dengan unsur keseimbangan dan kelincahan. khususnya ilmu keolahragaan, dan sumbangan
Salah satu bentuk latihan untuk meningkatkan pengetahuan bagi atlet, pelatih, dan pembina
power tungkai dapat dilakukan dengan latihan olahraga dalam memilih model latihan untuk
pliometrik. Prinsip latihan pliometrik dapat di- meningkatkan power tungkai.
gunakan pada berbagai olahraga yang lain (Rad-
cliffe dan Farentinos, 1985:9). METODE
Penelitian ini merupakan penelitian eks-
Strength training has become an essential perimental semu dengan menggunakan rancang-
method for optimizing athletic performance,
an times series design (Zainuddin, 2000). Ran-
especially in sports where explosive strength
cangan dalam penelitian ini dapat digambarkan
and speed are key determinants (Baker and
Newton, 2008). Numerous authors have stu- seperti berikut.
died the strength changes produced in dif- perlakuan/treatment
ferent athletic activities (e.g. jumps, sprints, Sampel (S)  T1  T2  T3  T4
or maximum repetitions) as a result of po- Keterangan:
wer‐centered training (Cormie, 2010). T1–T4: pengukuran secara berkala setiap terjadi
Oleh karena itu, dengan latihan pliome- peningkatan beban/2minggu.
trik seseorang dapat meningkatkan kekuatan, Populasi pada penelitian ini adalah pesi-
kecepatan, dan power melalui proses peregang- lat remaja sejumlah 35 orang. Sample dipilih
dengan teknik purposive sampling. Sample di-

Peningkatan Power Tungkai Pesilat Remaja melalui Latihan Pliometrik


82

tetapkan dengan kriteria jenis kelamin laki-laki, Peningkatan power tungkai dari tes 1 sam-
tingkat pemula, sanggup aktif latihan, dan tidak pai tes 4 secara umum terjadi indikasi pening-
hadir maksimal empat kali. Berdasarkan kriteria katan yang progresif. Namun, apabila dilihat
tersebut, diperoleh sampel sejumlah 15 orang dari selisih peningkatan rata-rata masing-ma-
pesilat. sing tes nampak adanya sebuah fluktuasi, yang
Pada penelitian ini variabel yang diukur akan dikupas lebih detail pada pembahasan.
adalah power tungkai. Alat untuk mengukur po-
wer tungkai dengan menggunakan Jump DF Di- Pembahasan
gital Test dengan satuan cm. Program latihan Pencak silat merupakan salah satu jenis
dilakukan selama 6 minggu, 3 kali/minggu, pe- olahraga beladiri yang berakar dari rumpun Me-
ningkatan beban dilakukan secara periodik se- layu. Pada prinsipnya, pencak silat memiliki
tiap 2 minggu. Pengumpulan data dilakukan de- empat aspek, yaitu aspek mental spiritual, seni,
ngan teknik tes dan pengukuran sebanyak 4 kali, beladiri, dan olahraga. Aspek olahraga telah di-
dilakukan secara periodik setiap 2 minggu. kembangkan model kompetisi dengan kategori
Data dianalisis secara deskriptif inferensial, de- tanding dan seni: tunggal, ganda dan regu dan
ngan mencari nilai rata-rata dan standart deviasi dikelompokan berdasarkan tingkat usia, yaitu
untuk melihat adanya pola perubahan pening- kelompok usia dini, pra remaja, remaja, dewa-
katan power tungkai pada pesilat. sa. Pada kategori tanding diperlukan unsur fi-
sik, teknik, taktik, dan kematangan mental. Ber-
HASIL DAN PEMBAHASAN dasarkan karakteristiknya, pertandingan pencak
Hasil silat dilakukan untuk meraih angka tertinggi da-
Secara deskriptif, data penelitian hasil lam setiap babak. Untuk menjadi pemenang, pe-
pengukuran power tungkai dapat dilihat pada silat harus memiliki kemampuan fisik yang baik,
Tabel 1. Peningkatan power tungkai pada pesi- teknik dan taktik yang handal, kecerdasan, dan
lat remaja dari 4 kali pengukuran dapat dilihat kematangan mental.
pada Gambar 1.

Tabel 1. Data Peningkatan Power Tungkai Pesilat Remaja melalui Latihan Pliometrik (cm)
Rerata Std.
Data tes N Min Max (cm) Deviasi Normalitas Homogenitas
Tes 1 15 28.00 55.00 40.60 7.00 0.45 0.70
Tes 2 15 31.00 56.00 43.40 6.45
Tes 3 15 35.00 57.00 45.20 5.54 (p>0.05) (p>0.05)
Tes 4 15 38.00 59.00 47.20 5.47 normal homogen

Test 1 Test 2 Test 3 Test 4

Test 4;
Test 3; 47.2cm
Test 2; 45.2cm
Test 1; 43.4cm
40.6cm

Gambar 1: Peningkatan Power Tungkai Pesilat Remaja

Cakrawala Pendidikan, Februari 2014, Th. XXXIII, No. 1


83

Unsur fisik yang dominan dalam pencak nunjukkan hasil rerata setiap tes yang dilakukan
silat antara lain power, daya tahan aerobik, dan secara periodik. Grafik 1 menunjukkan hasil
anaerobik, kecepatan reaksi, kelincahan, kelen- pengukuran power tungkai, dimana hasil terse-
tukan, kekuatan, dan lainnya. Untuk menjadi but terdapat indikasi adanya peningkatan. Hal
pesilat yang mumpuni, unsur fisik perlu diting- ini disebabkan karena rangsang latihan pliome-
katkan secara maksimal. trik dengan lompat memberikan pengaruh yang
Unsur fisik yang diperlukan untuk mela- berbeda-beda pada setiap pesilat. Adanya pe-
kukan tendangan adalah power tungkai. Power ngaruh peningkatan power tungkai disebabkan
tungkai akan terbentuk apabila pesilat telah me- oleh banyak faktor, antara lain respons otot
miliki atau dilatih unsur fisik yang mendasri po- yang terlibat, kemampuan adaptasi fisiologis pe-
wer, yaitu kekuatan dan kecepatan. Dosis latih- silat, dan lainnya. Adaptasi terhadap stimulus
an untuk meningkatkan kekuatan dan kecepatan berupa latihan pliometrik tersebut menyebab-
bervariasi. Villarreal dkk, (2010) mengatakan kan munculnya sebuah pola perubahan pening-
bahwa, “Training volume of less than 10 weeks katan power tungkai dari waktu ke waktu. Se-
and with more than 15 sessions, as well as the cara rinci, faktor-faktor yang mempengaruhi
inclusion of high‐intensity programs, with more power tungkai diuraikan sebagai berikut.
than 40 jumps per session, were the strategies
that seem to maximize the probability to obtain Otot yang Terlibat dalam Aktivitas
significantly greater improvements in leg mus- Tabel 1 menunjukkan peningkatan power
cle strength”. Jadi, untuk meningkatkan kekuat- tungkai yang berbeda-beda dari tes pertama, ke-
an otot tungkai diperlukan dosis pembebanan dua, ketiga, dan ke empat. Peningkatan ini tidak
yang sesuai. Sejalan dengan hal tersebut, Pe- terlepas dari respons adaptasi otot yang terlibat
rez‐Gomez dkk, (2008) mengatakan bahwa la- untuk mengatasi beban yang diberikan berupa
tihan selama 6 minggu dapat menggunakan mo- program yang terstruktur, teratur, dan terukur.
del latihan pliometrik dan latihan beban. Selan- Program latihan dilakukan dalam waktu yang re-
jutnya, ditegaskan oleh Fernandez, dkk. (2013) latif lama sehingga program latihan ini bila dili-
bahwa latihan kekuatan dengan beban power hat dari definisi konsep latihan termasuk pada de-
maksimum akan lebih efektif dalam peningkat- finisi training. Aktivitas latihan (training) kata
an kekuatan dan akselerasi. Kent (1994:456) memiliki makna suatu pro-
Power diperoleh dari kombinasi antara gram yang dirancang untuk membantu pembe-
unsur kekuatan dan kecepatan. Menurut Vaczi lajaran keterampilan, memperbaiki kesegaran
dkk (2013), latihan pliometrik memungkinkan jasmani untuk menyiapkan atlet menghadapi
untuk dikombinasikan dengan kecepatan sprint kompetisi tertentu. Pada setiap kali latihan sela-
dan kekuatan. Selain itu, Malisoux, dkk. (2006) lu tersusun terstruktur dengan latihan peregang-
menjelaskan bahwa latihan unilateral secara eks- an (stretching), latihan pemanasan (warming
tensif dapat digunakan pada atlet dengan berba- up), dilanjutkan dengan latihan inti. Kemudian,
gai variasi umur dan tingkatan untuk memaksi- dilanjutkan dengan latihan penenangan (cooling
malkan kecepatan sprint, tinggi, dan jarak lom- down), dan diakhiri dengan latihan peregangan
patan. Selain itu, juga dapat digunakan untuk (Fox, dkk., 1993:288). Aktivitas tersebut selalu
latihan rekreasional. melibatkan otot-otot besar dan kecil pada tubuh.
Dalam kajian ini diungkap peningkatan Program yang dilakukan telah memenuhi unsur-
power tungkai melalui latihan pliometrik de- unsur yang terdapat dalam konsep training.
ngan program latihan yang telah dipersiapkan. Pada latihan pliometrik, otot yang banyak
Perlakuan dalam penelitian ini dilaksanakan de- terlibat adalah otot-otot pada ektremitas bawah.
ngan program latihan selama 6 minggu, 3 kali/ Pada tungkai secara fisiologis terdapat berbagai
minggu, dan dilakukan pada sore hari. Dosis la- macam otot, baik yang termasuk otot besar mau-
tihan yang diberikan akan merangsang tubuh pun otot kecil. Otot rangka dalam tubuh manu-
untuk beradaptasi secara fisiologis. Tabel 1 me- sia terdiri lebih kurang 40-50% dari keseluruh-

Peningkatan Power Tungkai Pesilat Remaja melalui Latihan Pliometrik


84

an massa tubuh, sedangkan 5-10% yang lainnya kembang anak. Teori golden age atau usia emas
merupakan otot polos dan otot jantung (Tortora, di berbagai cabang olahraga biasanya berada
1994). Tungkai terdiri dari tungkai bawah dan pada rentang usia 14-25 tahun. Catatan sejarah
tungkai atas. Pada tungkai atas, terdapat muscu- usia perkembangan dan prestasi dapat dilihat
lus quadriceps femoris, rectus femoris, vastus al- pada atlet-atlet dunia, seperti stefi Graff yang
teralis, hamstring, musculus sartorius, maductor muncul sebagai Juara Wimbledon pada usia 17
longus, gracilis, dan lainnya, sedangkan pada tahun, Andrea Reducan dari Rumania menjadi
tungkai bawah terdapat musculus gastrocnemi- bintang Olimpiade Sidney 2000 pada usia 16 ta-
us, soleus, peroneus longus, extensor digitorum, hun. Hal tersebut menunjukkan adanya pola pem-
dan lainnya. binaan yang terstruktur dan terukur dengan pro-
Bentuk perlakuan pliometrik yang dimo- gram yang tepat dan pembinaan jangka panjang
difikasi dilakukan dengan kombinasi arah ge- yang sesuai. Untuk mencapai prestasi perlu di-
rakan yang bervariasi ke arah samping, depan, lakukan pembinaan jangka panjang dan dibu-
belakang. Dengan arah yang lebih bervariasi sa- tuhkan waktu lebih kurang 6-10 tahun. Dalam
ngat dimungkinkan adanya keterlibatan otot penelitian ini, sampel yang digunakan berada
yang lebih banyak, baik otot kecil maupun otot pada rentang usia remaja. Menurut PB IPSI
besar, khususnya pada tungkai. Perbedaan ke- (2007), pencak silat kategori tanding dikelom-
terlibatan otot dalam aktivitas ini sangat ber- pokkan berdasarkan usia, yaitu usia dini (10-12
pengaruh terhadap hasil lompatan atau power tahun), pra remaja (di atas 12-14 tahun), remaja
tungkai. Sebagai contoh perbedaan yang sangat (di atas 14-17 tahun), dan dewasa (di atas 17-35
nyata adalah yang terjadi pada landasan stabil tahun).
dan labil. Pada landasan labil, otot memang be- Pesilat yang digunakan dalam penelitian
nar-benar melakukan kerja yang cukup berat ini berusia remaja dengan rentang usia 14-15 ta-
dan adaptasi yang ditimbulkan juga jauh lebih hun. Pesilat remaja telah diberikan bentuk-ben-
baik dari latihan pada landasan stabil. Sebab pada tuk latihan yang mendasari untuk peningkatan
landasan stabil, otot yang digunakan untuk ber- power dengan latihan berupa kekuatan, kece-
aktivitas tidak mengalami adanya stress akibat patan, daya tahan, dan lainnya. Latihan yang di-
beban yang diberikan, sehingga adaptasi yang berikan untuk meningkatkan power tungkai pe-
terjadi kurang maksimal. Hal tersebut dapat ter- silat remaja dengan bentuk latihan pliometrik
jadi karena beban yang diterima merupakan be- dimana beban yang diberikan berasal dari be-
ban normal tanpa adanya kelabilan landasan ban dalam dengan berat badan sendiri. Dengan
yang juga menambah beban tersendiri. demikian, diharapkan terjadi adaptasi fisiologis
Jika dibandingkan dengan latihan beban yang normal sesuai dengan kemampuan nor-
(weight training), latihan pliometrik memberi- mal. Adaptasi otot saat melakukan latihan plio-
kan keuntungan ganda (Chu,1992:1-3). Pliome- metrik dapat dijelaskan dengan dasar fisiologis
trik memanfaatkan gaya dan kecepatan yang di- kerja otot.
capai dengan percepatan berat badan melawan Proses sistem kerja pada latihan pliome-
gravitasi. Hal ini menyebabkan gaya dan kece- trik tidak lepas dari sistem neuromuskular, yak-
patan latihan beban tersedia. Latihan pliometrik ni gerakan yang terletak pada jalur reflek. Re-
lebih sering digunakan pada berbagai aktivitas flek regang pada serabut otot yang sama disebut
olahraga, seperti melompat, berlari dan melem- “stretch reflex”. Otot memiliki reseptor senso-
par dibanding dengan latihan beban. Vaczi dkk, rik yang peka bila serabut otot teregang berupa
(2013) menegaskan bahwa latihan pliometrik da- kumparan otot atau “muscle spindle” dan re-
pat dikombinasikan dengan sprint dan strength. septor yang peka bila otot mengalami proses
pemendekan. Selain itu, juga bila tendon yang
Usia Perkembangan dan Adaptasi teregang, yaitu berupa “golgi tendon organ” me-
Kematangan fisik pesilat untuk mencapai lalui proprioseptor tersebut pengaturan siklus
prestasi puncak sejalan dengan konsep tumbuh regang dan pemendekan otot dapat dikontrol.

Cakrawala Pendidikan, Februari 2014, Th. XXXIII, No. 1


85

Akan tetapi, pada latihan pliometrik kumparan  Alarm Reaction Stage (reaksi peringatan):
otot merupakan hal yang lebih penting dari ge- merupakan reaksi awal tubuh dalam meng-
rakan reflek tersebut (Radcliffe dan Farentinos, hadapi berbagai stresor. Tubuh tidak dapat
1985:7). Namun demikian, beban yang diberi- mempertahankan tahap ini dalam waktu yang
kan dengan menggunakan berat badan sendiri. lama.
Yusuf (2002:156) mengatakan bahwa se-  Resistance/Adaptation Stage: Tubuh mulai
jalan dengan pertumbuhan fisik anak yang se- beradaptasi dengan adanya stres dan berusa-
makin tinggi dan besar, maka semakin mening- ha mengatasi stresor. Kemampuan tubuh da-
kat pula kemampuan dan keterampilan fisiknya lam mengatasi stresor akan berdampak posi-
seperti kekuatan, kelentukan, keseimbangan, po- tif pada tubuh yang dicerminkan dengan ber-
wer, koordinasi dan lainnya. Berawal dari hal ter- bagai peningkatan ke arah perbaikan. Seba-
sebut, maka pada tahap usia tersebut perlu di- liknya, apabila tubuh tidak mampu dalam
berikan beban dosis latihan yang sesuai dengan mengatasi beban yang ada, maka akan ber-
tumbuh kembangnya. akibat ke arah lebih rentan terhadap penyakit
Melalui pemberian beban dosis latihan atau akan terjadi penurunan.
yang terukur, akan terjadi adaptasi fisiologis  Exhaustion Stage (tahap kelelahan): merupa-
yang baik. Hasil penelitian menunjukkan ada- kan tahap ketika adaptasi tidak dapat diper-
nya peningkatan power tungkai dari tes pertama tahankan, disebabkan karena stres yang ber-
hingga tes keempat sebesar 6.6cm. Adaptasi be- ulang atau berkepanjangan sehingga stres
rupa peningkatan power tungkai yang diperoleh berdampak pada seluruh tubuh. General
tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, anta- adaptation sindrome yang diungkapkan oleh
ra lain kualitas otot, pemberian beban yang te- Hans Selye tersebut di atas sesuai dengan
pat, dan motivasi pesilat untuk menjalankan pro- yang digambarkan oleh Rushall (1990) se-
gram. Adaptasi fisiologis terjadi karena rangsang bagaimana terlihat pada Gambar 2.
beban yang diterima oleh otot dapat direspons Adaptasi yang terjadi dalam penelitian ini
tubuh dengan mekanisme coping yang baik. Me- dijelaskan pada Gambar 2, yaitu tentang pola
kanisme coping merupakan respons tubuh me- perubahan peningkatan power tungkai pesilat re-
lalui psikofisiologis bahwa beban yang dilaku- maja. Perubahan yang terjadi identik dengan
kan mampu diadaptasi dengan situasi kondisi psi- teori adaptasi yang dikemukakan oleh Selye
kologis yang menyenangkan, sehingga saat me- dan digambarkan oleh Rushal (1990). Adaptasi
lakukan program dengan penuh keyakinan dan yang lain juga dilaporkan oleh Makaruk dkk.
kegembiraan. Di samping itu, juga telah terjadi (2011), yaitu pada wanita tidak terlatih yang
adaptasi eustress, yaitu tubuh secara molekuler melakukan latihan dengan unilateral jump me-
mampu mengatasi beban yang diberikan se- ningkatkan power dan tinggi lompatan dalam
hingga menimbulkan dampak yang positif. De- waktu yang relatif pendek dibandingkan dengan
ngan demikian, terjadi peningkatan kemampu- latihan bilateral jump. Dalam masa partumbuh-
an. Namun, apabila tubuh tidak mampu meng- an untuk mencapai tinggi lompatan yang mak-
atasi beban tersebut, akan terjadi dampak nega- simal diperlukan adaptasi terhadap pemberian
tif berupa penurunan dan cenderung terjadi di- beban latihan. Dalam kajian ini, perubahan be-
sease. ban latihan dilakukan setiap dua minggu.
Salah satu teori adaptasi yang dikemuka- Prinsip peningkatan beban latihan dalam
kan oleh Selye biasa disebut dengan GAS (Ge- penelitian ini sesuai dengan prinsip overloading
neral Adaptation Sindrome). GAS menurut Selye yang dikemukakan Bompa (1999). Beban latih-
terjadi saat organisme mengalami stress yang an harus mencapai ambang rangsang. Bila da-
panjang atau lama dan organ tubuh yang lain lam latihan tubuh sudah beradaptasi dengan be-
juga ikut dipengaruhi oleh kondisi stres terse- ban yang diberikan, maka beban latihan beri-
but. General adaptation Sindrome ini terbagi kutnya harus ditingkatkan dengan cara diperbe-
atas tiga tahap sebagai berikut. rat, dipercepat, dan diperlama. Overloading prin-

Peningkatan Power Tungkai Pesilat Remaja melalui Latihan Pliometrik


86

ciple dalam Bompa (1999) dapat dilihat pada Untuk melakukan model dan bentuk la-
Gambar 3. tihan pliometrik seperti dalam kajian ini, diper-
Adaptasi beban latihan dengan tujuan un- lukan motivasi yang cukup tinggi dari para pe-
tuk meningkatkan kemampuan fisik dan mengu- silat remaja. Berdasarkan hasil observasi, para
rangi cedera pesilat remaja. Pada beban awal pesilat remaja dalam menjalankan program la-
latihan pliometrik semua pesilat remaja diberi tihan menunjukkan semangat dan motivasi yang
beban rintangan setinggi 40 cm dan selanjutnya sangat tinggi. Proses latihan dengan beban yang
berangsur terjadi peningkatan rintangan yang terukur memberikan dampak psikologis pada pe-
semakin lama semakin tinggi selama 6 minggu. silat. Peningkatan kecerdasan emosional meru-
Power, kekuatan, kelincahan merupakan faktor pakan hasil psikologis yang diinginkan dari pro-
yang penting dalam olahraga yang memerlukan ses yang dilakukan (Rustiana, 2013). Hal ini di-
gerak dinamis seperti melompat, berlari sprint, mungkinkan para pesilat remaja secara personal
berhenti, merubah arah, dan gerak lain yang masing-masing telah mempunyai tujuan untuk
dilakukan (Vaczi dkk, 2013). dapat meningkatkan power tungkai dan akan
menyebabkan tendangan semakin baik dengan
harapan dapat digunakan dalam rangka meraih
prestasi pada saat kompetisi.

Program Latihan dan Pola Perubahan Pe-


ningkatan Power Tungkai
Program latihan akan berdampak baik apa-
bila dosis yang diberikan sesuai dan memberi-
kan rangsang yang tepat terhadap tubuh. Dalam
penyusunan program tidak terlepas dari dosis la-
tihan. Beban latihan dapat dikatakan sebagai do-
sis latihan fisik. Yang dimaksud dosis latihan
antara lain seperti berikut. (1) Intensitas latihan,
dapat diartikan sebagai kualitas beban (ringan,
sedang, berat atau low moderate, sub maximal,
Gambar 2. Pola Respons Adaptasi Tubuh maximal, super maximal). (2) Frekuensi latihan
pada Pemberian Dosis Latihan Fisik merupakan jumlah kejadian/ulangan. (3) Dura-
si latihan, diartikan sebagai lamanya latihan di-
laksanakan. Durasi latihan juga akan mempe-
ngaruhi perubahan adaptasi tubuh. (4) Jenis la-
tihan atau bentuk latihan, yaitu karakteristik la-
tihan dari intensitas, frekuensi dan durasi latih-
an (Fox, 1993).
Dalam penelitian ini, pelaksanaan perla-
kuan selama 6 minggu, frekuensi 3 kali/ming-
gu, intensitas sub maksimal – maksimal, dan ben-
tuk latihan dengan pliometrik. Pliometrik ada-
lah sebuah metode untuk mengembangkan ex-
plosive power yang penting dalam komponen
penampilan olahraga (Radcliffe dan Farentinos,
1985:1).
Bentuk-bentuk latihan pliometrik menu-
rut Radcliffe dan Farentinos (1985:30-108) an-
Gambar 3. Overloading Principle
tara lain: double leg bound, alternate leg bound,

Cakrawala Pendidikan, Februari 2014, Th. XXXIII, No. 1


87

double leg box bound, alternate leg box bound, (2013) dengan latihan pliometrik selama 6 ming-
incline bound, lateral bound, double leg speed gu diperoleh power tungkai dengan tes vertical
hop, single leg speed hop, incremental vertical jump, pada kelompok perlakuan pretest 44.8 cm
hop, decline hop, side hop, angle hop, squat dan postest 48.8 cm, sedangkan kelompok kon-
jump, knee tuck jump, split jump, scissor jump, trol pretest 40.62 cm dan postest 40.55 cm. Ha-
box jump, depth jump, single leg stride jump, sil tersebut sangat jelas bahwa latihan pliome-
stride jump crossover, side jump/sprint, quick trik pada kelompok perlakuan terjadi pening-
leap, depth jump lead, skipping, box skip, in- katan sebesar 4 cm sedangkan kelompok kon-
cline ricochet, decline ricochet, floor kip, hori- trol terjadi penurunan sebesar 0.07 cm. Hasil p-
zontal swing, vertical swing, medicine ball enelitian Vaczi, dkk (2013) sejalan dengan te-
twist/toss, bar twist, medicine ball sit up throw, muan dalam penelitian ini. Secara keseluruhan
medicine ball leg toss, medicine ball scoop toss, dari empat kali pengukuran terjadi peningkatan
medicine ball chest pass, heavy bag thrust, yang progresif. Hasil tes pertama sampai ke-
dumbbell arm swing, heavy bag stroke, medi- empat terjadi peningkatan yang bervariatif. Bila
cine ball throw. Bentuk-bentuk latihan ini pada dilihat selisih peningkatan secara bertahap se-
prinsipnya dapat dikelompokkan menjadi ben- suai dengan tahapan tes, dapat dibuat sebuah
tuk latihan untuk melatih otot tubuh bagian ba- pola atau trend peningkatan power tungkai pe-
wah, tengah, dan atas. silat remaja dengan latihan pliometrik. Pola per-
Dalam penelitian ini, bentuk latihan yang ubahan peningkatan power tungkai tersebut da-
diberikan adalah side double front jump modifi- pat di tampilkan dalam gambar. Hasil pening-
cation, yaitu melompat ke arah depan-samping katan power tungkai dapat dibuat pola perubah-
dan lompat ke depan dengan melewati rintan- an seperti Gambar 4.
gan. Hasil penelitian yang dilakukan Vaczi dkk,

2,8cm
Keterangan:
Delta 1:
2,0 cm peningkatan T1 ke T2
Delta 2:
peningkatan T2 ke T3
1,8cm Delta 3:
peningkatan T3 ke T4

Gambar 4: Pola Perubahan Power Tungkai dengan Latihan Pliometrik

Gambar 5: Teori Adaptasi

Peningkatan Power Tungkai Pesilat Remaja melalui Latihan Pliometrik


88

Gambar 4 di atas menunjukkan bahwa pola akan terjadi pada saat program tersebut dilaku-
perubahan peningkatan power tungkai dari tes 1 kan pada minggu-minggu berikutnya. Vaczi, dkk.
ke tes 2 dengan selisih hasil peningkatan rerata (2013:23) mengatakan bahwa hal tersebut juga
2.8 cm (delta 1), sedangkan pada tes 2 ke tes 3 dimungkinkan untuk mengoptimalkan volume,
dengan selisih hasil rerata 1.8 cm (delta 2). Hal frekuensi latihan, dan durasi yang berbeda un-
tersebut berarti terjadi penurunan rerata jika tuk meningkatkan performance seperti kemam-
dibandingkan dengan delta 1, dan pada tes 3 ke puan melompat, waktu sprint, kelincahan dan ke-
tes 4 dengan selisih hasil peningkatan rerata 2,0 kuatan.
cm (delta 3), jika dibandingkan dengan delta 2 Vaczi, dkk. (2013) juga melaporkan bah-
menunjukkan adanya sedikit peningkatan rerata wa dengan latihan pliometrik juga berpengaruh
0.2 cm. Pola perubahan peningkatan power tung- terhadap perubahan kemampuan fisik yang lain
kai ini dapat dijelaskan secara fisiologi exercise seperti kelincahan pada kelompok perlakuan ter-
bahwa pada awal latihan otot belum mengalami jadi peningkatan sebesar 0.26 detik (15.34-
kelelahan dalam waktu yang panjang. Pesilat 15.08 detik), sedangkan kontrol sebesar 0.21 de-
secara psikologis masih memiliki motivasi yang tik (15.83-15.62 detik). Kecepatan sprint pada
sangat tinggi sehingga mereka dapat melakukan kelompok perlakuan terjadi peningkatan sebe-
perlakuan dan test secara maksimal pula. Pada sar 0.29 detik (11.72–11.43 detik) dan kelompok
delta 2 terjadi penurunan karena otot telah meng- kontrol terjadi penurunan sebesar 0.11 detik
alami kelelahan yang berarti, dan memerlukan (11.87–11.92 detik). Dengan demikian, hasil pe-
fase untuk pemulihan dan adaptasi dari beban nelitian pliometrik pada pesilat remaja ini dapat
latihan yang diberikan. Namun demikian, pada melengkapi kajian tentang efek dari latihan plio-
delta 3 menunjukkan adanya kecenderungan pe- metrik pada berbagai jenis olahraga yang telah
ningkatan power tungkai. Berdasarkan teori adap- dilakukan sebelumnya.
tasi dapat dijelaskan sebagai berikut. Thomas, dkk. (2009) juga menemukan
Latihan dengan jumlah frekuensi pada se- bahwa latihan pliometrik selama 6 minggu se-
tiap minggu berbeda. Hal tersebut tentu akan cara signifikan meningkatkan kelincahan sebe-
menghasilkan adaptasi yang berbeda pula. Fre- sar 9% pada pemain sepakbola remaja, dan me-
kuensi latihan 2 kali, 4 kali, dan 5 kali /minggu ningkat lebih besar lagi (10%) pada kelompok
akan memberikan respons adaptasi tubuh yang anak-anak setelah latihan pliometrik selama 8
berbeda-beda (Fox, 1993). Latihan dengan pem- minggu (Meylan and Malatesta, 2009). Miller,
berian beban yang terukur dan program latihan dkk. (2006) juga mengatakan bahwa setelah la-
yang teratur, serta terarah akan menimbulkan tihan pliometrik selama 6 minggu ditemukan pe-
adaptasi dalam tubuh seperti yang digambarkan ningkatan 3% pada unsur kelincahan. Adaptasi
oleh Bompa (1999) sebagaimana terlihat pada yang lain juga dilaporkan oleh Arazi and Asadi
Gambar 5. (2011) yang mengatakan bahwa terjdi pening-
Latihan fisik dengan penetapan dosis yang katan sebesar 15% terhadap kemampuan leg
sangat berlebihan akan menimbulkan dampak press pada atlet semi profesional basket putra
yang kurang baik terhadap tubuh. Latihan fisik setelah berlatih dengan pliometrik selama 8
menyebabkan perubahan besar dalam sistem sir- minggu. Dengan melihat hasil kajian dari pene-
kulasi dan pernafasan, namun keduanya berlang- litian yang lain tersebut, dapat disimpulkan bah-
sung bersamaan dan terpadu sebagai bagian wa hasil penelitian pliometrik pada pesilat re-
dari respons homeostasis (Ganong, 1998). maja yang dilakukan selama 6 minggu belum
Dalam penelitian ini, pada fase superkom- mencapai pada puncak adaptasi power tungkai-
pensasi belum menunjukkan peningkatan yang nya.
lebih tinggi. Hal ini dimungkinkan karena pro- Hasil Penelitian Vaczi, dkk. (2013) dapat
gram latihan hanya dilakukan selama 6 minggu disimpulkan bahwa latihan pliometrik memiliki
saja, dan dimungkinkan fase superkompensasi impact dari latihan unilateral dan bilateral yang

Cakrawala Pendidikan, Februari 2014, Th. XXXIII, No. 1


89

tinggi untuk merangsang peningkatan power telah membantu terlaksananya penelitian ini. Te-
pada ekstremitas bawah dan kekuatan maksimal rima kasih juga diucapkan kepada Redaktur dan
knee extesor. Pada penelitian pliometrik seperti Staf Jurnal Cakrawala Pendidikan.
ini, dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor se-
perti jenis kelamin, status latihan, metode tes- DAFTAR PUSTAKA
ting, perbedaan alat dan jenis perlengkapan, per- Arazi, H. & Asadi, A. 2011. “The Effect of Aqua-
bedaan durasi latihan, intensitas, dan jenis serta tic and Land Plyometric Training on
program latihannya (Markovic, 2007). Strength, Sprint, and Balance in Young
Makaruk, dkk. (2011) menegaskan bahwa Basketball Players”. J Hum Sport Exerc.
latihan pliometrik yang hanya dilakukan 6 6, pp: 101‐111
minggu akan meningkatkan kemampuan verti-
cal jump dalam waktu yang pendek. Selanjut- Baker, DG, Newton RU. 2008. “Comparison of
nya, disarankan untuk berubah menjadi power Lower Body Strength, Power, Accelera-
yang lebih baik, perlu dilakukan adaptasi sam- tion, Speed, Agility, and Sprint Momen-
pai ke sistem saraf, “Specifically with an in- tum to Describe and Compare Playing
creased neural drive to the agonist muscles and Rank among Professional Rugby League
changes in the muscle activation strategies (i.e. Players”. J Strength Cond Res. 22(1):
improved intermuscular coordination), or chang- 153‐158.
es in the mechanical characteristics of the mus-
cle‐tendon complex (Markovic & Mikulic, 2010). Bompa. T. O. 1994. Theory and Methodology of
Sejalan dengan hasil penelitian dan kajian di Training. Dubuque: Kendal/Hunt Publi-
atas, dapat disimpulkan bahwa adaptasi akan shing Co.
mencapai titik tertinggi dari sebuah perlakuan
atau stimuli pada latihan yang dilakukan selama Bompa. T.O, 1999. Periodization, Theory and
8 minggu. Hal ini lebih dikuatkan oleh teori adap- Methodology of Training. 4th ed. Dubu-
tasi dari hasil penelitian Markovic, (2010), Arazi que: Kendal/Hunt Publishing.
& Asadi (2011), dan Meylan & Malatesta,
(2009). Costill, DL, Wilmore JH. 1994, “Physiology of
Sport and Exercise.” USA: Human Ki-
PENUTUP netics. pp. 349, 376, 536.
Berdasarkan hasil dan pembahasan di
atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat pening- Chu, DA, 1992. Jumping in to Plyometrics.
katan kemampuan power tungkai pesilat remaja Champaign. Illinois: Leisure Pres.
sebesar 6,6 cm. Perubahan peningkatan power
tungkai terjadi dengan pola meningkat-menu- Cormie, P, McGuigan MR, Newton RU. 2010.
run-meningkat kembali. Dengan demikian, la- “Adaptations in Athletic Performance
tihan pliometrik yang dimodifikasi dapat men- after Ballistic Power versus Strength
jadi salah satu alternatif latihan untuk mening- Training”. Med Sci Sports Exerc, 42(8),
katkan power tungkai. Bentuk latihan pliome- pp: 1582‐1598.
trik ini dapat digunakan sebagai acuan para pe-
latih olahraga dalam memberikan perlakuan ter- Fernandez, C B, Gonzalez C M, Vecino J C, &
hadap atlet pada saat latihan untuk meningkat- Curiel D A. 2013. “The Effect of Maxi-
kan power tungkai pesilat remaja. mal Power Training Cycle on Strength,
Maximum Power, Vertical Height and
UCAPAN TERIMA KASIH Acceleration of High-Level 400 M Hurd-
Terima kasih yang setinggi-tingginya di- lers.” Journal of Human Kinetics. Vol.
ucapkan kepada Fakultas Ilmu Keolahragaan 36, pp: 119-126.
UNY, para pesilat remaja dan semua pihak yang

Peningkatan Power Tungkai Pesilat Remaja melalui Latihan Pliometrik


90

Fox, EL, Bower RW, & Foss MC. 1993. The Markovic, G. & Mikulic, P. 2010. “Neuro‐
Physiological Basis for Exercise & Sport. Musculoskeletal and Performance Adap-
Iowa: Brown & Benchmark Publisher. tations to Lower‐Extremity Plyometric
Training”. Sports Med. 40, pp: 859‐895.
Ganong, F. W. 1998. Fisiologi Kedokteran. Ja-
karta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. PB IPSI. 2007. Pedoman Pertandingan Pencak
Silat. Padepokan Pencak Silat TMII. Ja-
Impellizzeri, FM, Rampinini E, Castagna C, karta.
Martino F, Fiorini S, Wisloff U. 2008.
“Effects of Plyometric Training on Sand Perez‐Gomez J, Olmedillas H, Delgado‐Guerra
Versus Grass on Muscle Soreness and S, Royo IA, Vicente‐Rodriguez G, Ortiz
Jumping and Sprinting Ability in Soccer RA, Chavarren J, Calbet JA. 2008. “Effects
Players”. Br J Sports Med. 42, pp: 42‐46. of Weight Lifting Training Combined
with Plyometric Exercises on Physical
Kent, M. 1994. The Oxford Dictionary of Sports Fitness,Body Composition, and Knee Ex-
Science and Medicine. New York: Ox- tension Velocity during Kicking in Foot-
ford University Press. ball”. Appl Physiol Nutr Metabol. 33, pp:
501‐510.
Markovic, G. 2007. “Does Plyometric Training
Improve Vertical Jump Height? A Meta‐ Radcliffe, JC & Farentinos, RC. 1985. Plyome-
Analytical Review”. Br J Sports Med. 41, trics Explosive Power Training. 2nd ed.
pp: 349‐355. Champaign, Illionis: Human Kinetics Pu-
blished, Inc.
Meylan C. & Malatesta, D. 2009. “Effects of
in‐Season Plyometric Training within Rushall, BS & Pyke FS. 1990. Training of Sport
Soccer Practice on Explosive Actions of and Fitness, 1st ed. Melabourne: Macmil-
Young Players”. J Strength Cond Res. lan co.
23, pp: 2605‐2613.
Rustiana, ER. 2013. “Upaya Peningkatan Kecer-
Miller, MG, Herniman JJ, Richard MD, dasan Emosi Siswa Sekolah Dasar melalui
Cheatham CC, Michael TJ. 2006. “The Pendidikan Jasmani Harmoni”. Cakrawa-
Effects of a 6‐Week Plyometric Training la Pendidikan. Tahun XXXII, No. 1. hlm.
Program on Agility”. J Sports Sci Med, 139-149.
5, pp: 459‐465.
Thomas, K, French, D, & Hayes, PR. 2009.
Makaruk, H, Winchester JB, Sadowski J, Czap- “The Effects of Two Plyometric Training
licki A, & Sacewicz T. 2011. “Effects of Techniques on Muscular Power and Agi-
Unilateral and Bilateral Plyometric Train- lity in Youth Soccer Players”. J Strength
ing on Power and Jumping Ability in Cond Res, 23, pp: 332‐335.
Women”. J Strength Cond Res. 25, pp:
3311‐3318 Tortora, GJ & Grabowski, SR. 1994. Principles
of Anatomy and Physiology. 7th ed. New
Malisoux, L, Francaux M, Nielens H, & Thei- York: Harper Collins College Publishers.
sen D. 2006. “Stretch‐Shortening Cycle
Exercises: an Effective Training Paradigm Vaczi, M., Jozsef T, Mezler B, Juhazs I, &
to Enhance Power Output of Human Karsai I. 2013. “Short-Term High Inten-
Single Muscle Fibers”. J Appl Physiol, sity Plyometric Training Program Impro-
100, pp: 771‐779. ves Strength, Power and Agility in Male

Cakrawala Pendidikan, Februari 2014, Th. XXXIII, No. 1


91

Soccer Players”. Journal of Human Kine- Yusuf, Muh. 2002. “Meningkatkan Prestasi Olah-
tics. 36, p:17-26. raga dengan Teori Perhitungan Golden
Age”. Jurnal Ilmiah SPIRIT. Vol. 2, No.
Villarreal, E S, Requena B, & Newton RU. 2 hal. 156.
2010. “Does Plyometric Training Improve
Strength Performance? A Meta‐Analysis”. Zainuddin, M. 2000. Metodologi Penelitian. Su-
J Sci Med Sport.13, p: 513‐522. rabaya: Pascasarjana Universitas Airlang-
ga.

Peningkatan Power Tungkai Pesilat Remaja melalui Latihan Pliometrik

Anda mungkin juga menyukai