Soal :
7. Siapakah tokoh dan ilmuwan penting yang berperan pada masa pra sains?
Jawab :
1. Sejarah sains adalah studi tentang sejarah perkembangan sains dan perkembangan
ilmiah, termasuk ilmu alam dan ilmu social. Karena perkembangan ilmu pengetahuan
(sains) tidaklah muncul dengan sendirinya. Oleh karena itu, kita sebagai manusia
yang selalu lapar akan ilmu pengetahuan hrus mengetahui secara detail sejarah
perkembangan ilmu pengetahuan dari waktu ke waktu. Di sini sejarah perkembangan
sains di bagi menjadi beberapa yaitu :
a) Sejarah perkembngan sains pada zaman Yunani Kuno.
b) Sejarah perkembangan sains pada zaman Arab (pengetahuan)
c) Sejarah perkembangann sains pada zaman Renaissance
d) Sejarah perkembangan sains pada zaman Modern.
2. Menurut Richtmeyer (1955), sejarah perkembangan ilmu fisika dibagi dalam empat
periode yaitu:
- Periode Pertama, Dimulai dari zaman prasejarah sampai tahun 1550-an. Pada
periode pertama ini dikumpulkan berbagai fakta fisis yang dipakai untuk membuat
perumusan empirik. Dalam periode pertama ini belum ada penelitian yang
sistematis. Beberapa penemuan pada periode ini diantaranya :
2400000 SM - 599 SM: Di bidang astronomi sudah dihasilkan Kalender
Mesir dengan 1 tahun = 365 hari, prediksi gerhana, jam matahari, dan
katalog bintang.
600 SM – 530 M: Perkembangan ilmu dan teknologi sangat terkait dengan
perkembangan matematika. Dalam bidang Astronomi sudah ada
pengamatan tentang gerak benda langit (termasuk bumi), jarak dan ukuran
benda langit. Dalam bidang sain fisik Physical Science, sudah ada
Hipotesis Democritus bahwa materi terdiri dari atom-atom. Archimedes
memulai tradisi “Fisika Matematika” untuk menjelaskan tentang katrol,
hukum-hukum hidrostatika dan lain-lain. Tradisi Fisika Matematika
berlanjut sampai sekarang.
530 M – 1450 M: Mundurnya tradisi sains di Eropa dan pesatnya
perkembangan sains di Timur Tengah. Dalam kurun waktu ini terjadi
Perkembangan Kalkulus. Dalam bidang Astronomi ada “Almagest” karya
Ptolomeous yang menjadi teks standar untuk astronomi, teknik observasi
berkembang, trigonometri sebagai bagian dari kerja astronomi
berkembang. Dalam Sain Fisik, Aristoteles berpendapat bahwa gerak bisa
terjadi jika ada yang nendorong secara terus menerus; kemagnetan
berkembang ; Eksperimen optika berkembang, ilmu Kimia berkembang
(Alchemy).
1450 M- 1550: Ada publikasi teori heliosentris dari Copernicus yang
menjadi titik penting dalam revolusi saintifik. Sudah ada arah penelitian
yang sistematis
- Periode Kedua .Dimulai dari tahun 1550an sampai tahun 1800an. Pada periode
kedua ini mulai dikembangkan metoda penelitian yang sistematis dengan Galileo
dikenal sebagai pencetus metoda saintifik dalam penelitian. Hasil-hasil yang
didapatkan antara lain:
Newton: meneruskan kerja Galileo terutama dalam bidang mekanika
menghasilkan hukum-hukum gerak yang sampai sekarang masih dipakai.
Dalam Mekanika selain Hukum-hukum Newton dihasilkan pula
Persamaan Bernoulli, Teori Kinetik Gas, Vibrasi Transversal dari Batang,
Kekekalan Momentum Sudut, Persamaan Lagrange.
Dalam Fisika Panas ada penemuan termometer, azas Black, dan
Kalorimeter.
Dalam Gelombang Cahaya ada penemuan aberasi dan pengukuran
kelajuan cahaya.
Dalam Kelistrikan ada klasifikasi konduktor dan nonkonduktor, penemuan
elektroskop, pengembangan teori arus listrik yang serupa dengan teori
penjalaran panas dan Hukum Coulomb.
Periode Ketiga. Dimulai dari tahun 1800an sampai 1890an. Pada periode
ini diformulasikan konsep-konsep fisika yang mendasar yang sekarang kita
kenal dengan sebutan Fisika Klasik. Dalam periode ini Fisika berkembang
dengan pesat terutama dalam mendapatkan formulasi-formulasi umum
dalam Mekanika, Fisika Panas, Listrik-Magnet dan Gelombang, yang
masih terpakai sampai saat ini.
- Periode Keempat. Dimulai dari tahun 1890an sampai sekarang. Pada akhir abad
ke 19 ditemukan beberapa fenomena yang tidak bisa dijelaskan melalui fisika
klasik. Hal ini menuntut pengembangan konsep fisika yang lebih mendasar lagi
yang sekarang disebut Fisika Modern. Dalam periode ini dikembangkan teori-teori
yang lebih umum yang dapat mencakup masalah yang berkaitan dengan kecepatan
yang sangat tinggi (relativitas) atau/dan yang berkaitan dengan partikel yang
sangat kecil (teori kuantum).
Periode Sejarah Fisika menurut Boer Jacob (1968) perkembangan sejarah fisika
dibagi ke dalam 5 (lima) periode yaitu;
- Periode 1 (Antara zaman purbakala s.d. 1500) Belum adanya eksperimen yang
sistematis dan kebebasan dalam mengadakan percobaan.
i. Hasil perkembangan pengetahuan dalam bidang fisika tidak memuaskan.
ii. Sifatnya spekulasi dan metafisik (sulap dan gaib).
iii. Eksperimen tidak sistematis dan jauh dari ketelitian.
- Periode 2 ( Sekitar 1550 – 1800) Perkembangan Fisika berdasarkan Metode
Eksperimen yang dapat dipertanggungjawabkan, diakui, dan diterima sebagai
persoalan yang ilmiah. Pertumbuhan penyelidikan berkembang pesat sekali
dengan percobaan yang dipelopori oleh Galileo (1564-1642). Prinsip yang
berkembang : ”Ilmu dapat dikembangkan dan dimajukan sesuai dengan teorinya
yang berdasarkan eksperimen; diterima atau ditolak apabila teori sesuai atau
berlawanan dengan eksperimen yang diperlukan untuk menguji teori tersebut”.
- Periode 3 (Periode singkat, 1800 – 1890) Berkembangnya Fisika Klasik yang
meletakkan dasar fisika kuantum. Kemajuan pesat dari pertumbuhan dan
perkembangan fisika klasik yang meletakkan dasar fisika kuantum. Periode ini
singkat, tapi kemajuannya pesat, hampir semua fisikawan percaya semua hukum
fisika telah ditemukan dan selesai, sehingga penelitian dialihkan untuk
memperbaiki validitas alat ukur dan perbaikan metode pengukurannya.
Beberapa fenomena dapat dicatat antara lain:
a) Eksperimen Count Rumford dan Joule yang memberi dasar teori kinetik panas
yang dikenal sekarang
b) Pengamatan dan percobaan Young telah membuktikan interferensi dua berkas
cahaya, yang mengukuhkan teori gelombang Huygens dari teori Corpuscular
Newton
c) Hasil Riset Faraday yang memberikan dasar kebenaran teori elektromagnetik
maxwell.
- Periode 4 (Tahun 1887 s.d. 1925) Adanya fenomena mikroskopis (elektron dll).
Teori Klasik semi moderen, Teori Kuantum masih terkait fisika klasik (the old
quantum mechanics). Dimulai tahun 1887 dengan ditemukannya efek fotolistrik.
Sepuluh tahun kemudian ditemukan berturut- turut: Sinar-X (1895),
Radioaktivitas (1896), dan elektron (1900). Teori kuantum yang timbul masih
dihubungkan dengan teori klasik semi modern, perkembangannya kurang pesat
(the old quantum mechanics). Adanya fenomena mikroskopis, yaitu fenomena
yang tidak dapat dilihat langsung, seperti elektron dan neutron dimana fisika
klasik tak dapat menerangkan fenomena tersebut sehingga dicari ilmu dan model-
model baru lagi.
- Periode 5 (Tahun 1925 s.d. sekarang) Fenomena mikroskopis revolusioner, dibuat
teori baru yang tidak terkait Fisika Klasik (The new quantum mechanics).
Diitemukan prinsip mekanika matriks (Heisenbergh), Mekanika Gelombang
(Schrodinger), dan Mekanika gabungan keduanya yang lebih umum (Dirac-
Tomonaga). Mekanika kuantum yang dikemukakan Dirac dinamakan simbolic
method, sifatnya sangat abstrak dan sukar dimengerti, dikenal dengan nama
Relativistic quantum mechanics.
3. Dalam perkembangan astronomi Babilonia, catatan dari pergerakan bintang, planet,
dan bulan berada dalam ribuan papan tanah liat diciptakan oleh para ahli tulis. Bahkan
saat ini, periode astronomi yang diidentifikasi oleh para ilmuanmesopotamia masih
banyak dignakan dalam kalender Barat seperti tahun matahari dan bulan lunar.
Menggunakann data ini mereka mengembangkan metode aritmatika untuk
menghitung panjang perubahan siang hari disepanjang tahun dan untuk memprekdisi
muncul dan hilangnya bulan, planet-plnet dan gerhana matahari dan bulan. Hanya
beberapa nama astronom yang dikenal, seperti Kidinnu, seorang ahli astronom dan
matematika dari Dinasti Chaldean.
Nilai kiddinu untuk tahun surya digunakan untuk kalender masa sekarang.
Astronomi Babilonia adalah “upaya pertama dan sangat sukses untuk memberikan
deskripsi pengolahan matematis dari fenomena astronomi”. Menurut sejarawan A.
Aaboe, “semua varietasdari astronomi ilmiah, di dunia Helenistik, di India, dalam
islam, dan di Barat-jika memang bukan semua usaha selanjutnya dalam ilmu eksata-
bergantung pada astronomi Babilonia dengan cara-cara yang fundamental dan pasti”.
Menjelang tahun 2000 SM bangsa sumer ditalukan oleh orang-orang semit dan
dibawah dinasti Hammurabi kerajaan Babilonia mengalami kemajuan kebudayaan.
Banyak sekolah didirikan untuk memberikan pelatihan bagi para pemuka agama.
Matematika makin berkembang dan geometrid an juga telah menjadi pengetahuan
yang telah berguna bagi orang Babilonia, misalnya dalam melaksanakan pengukuran
panjang.
Selain satuan ukuran panjang mereka juga memiliki satuan ukuran berat
dengan menggunakan logam tembaga dan perak. Orang Babilonia mengenal waktu,
dengan memperhatikan pergantian musim yang dikaitkan dengan bercicik tanam,
mereka membagi waktu dengan satuan waktu yaitu hari. Pengamatan terhadap bentuk
bulan yang mereka lakukan menimbulkan satuan waktu yang lebih lama yaitu bulan.
Pergantian musim mereka hitung dalam jumlah bulan dan pada kira-kira tahun 2000
SM, mereka telah mampu membagi hari dalam jam serta menyatakan bahwa satu
tahun terdiri dari 365 hari. Dalam bidang astronomi orang Babilonia ternyata lebih
maju dari pada orang mesir, sebab orang Babilonia lebih tekun dan mempunyai
kegemaran melakukan pengamatan atas benda-benda luar angkasa.
4. Peradaban baru dimulai dari Neolitik Mesir atau zaman batu akhir, yang digulingkan
oleh adanya ras- ras yang memiliki peradaban yang lebih tinggi yang berasal dari
Timur. Pada periode ini terjadi kegiatan intelektual prasejarah manusia yaitu alat batu
api, potongan tembikar, fragmen tulang yang dibuat dalam bentuk karya seni dan
dianggap sebagai arkeologi bukan sejarah.
Pada abad ke- 20 para ilmuwan mengatakan bahwa Mesir sudah mulai
mengenal pengetahuan mekanika praktis, yang berhasil membangun piramida dengan
balok- balok besar. Dalam pembuatan piramida tersebut, memanfaatkan prinsip
bidang miring yang bisa bergerak dan mengangkat serta menempatkan dalam posisi
blok terbesar yang masuk ke dalam piramida. Ilmu ilmiah murni Mesir didasarkan
pada pengamatan modern piramida mereka yang secara jelas berorientai dengan
prinsip astronomi.
Awal periode hasil perhitungan kalender Mesir yang membuat 1 tahun terdiri
dari 360 hari. Karena belum ditemukan kejelasan mengenai tanggal kalender, maka
Alexandria menambahkan satu hari untuk setiap tahun ke empat dan juga mengadopsi
kalender Julian yang dianggap memberikan lompatan tahun. Namun, orang Mesir
kuno gagal mempelajari kalender tersebut dan kembali berpedoman pada hari yang
bertepatan pada banjirnya sungai Nil. (Pusparini : 2012)
Selain itu, para pengamat menjelaskan bahwa pergeseran bumi akan
mempengaruhi sirkuit lengkap kalender, sehingga setelah (4 x 365) =1460 tahun hari
pertama tahun kalender akan bertepatan dengan matahari Shotis yang terbit dan juga
datangnya banjir pada sungai Nil. Dengan kata lain kalender tahun Mesir dihitung
dari 365 1/4 hari, masing- masing. Periode ini dihitung dengan melihat terbitnya
matahari Sothis, yang juga disebut sebagai siklus Sothic. Orang – orang mesir belum
mampu membuat perhitungan kalender secara modern karena dipengaruhi oleh
perkembangan ilmu pengetahuan (Permatasari : 2012).
5. Zaman Yunani Kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada masa
ini orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya.
Yunani pada masa itu dianggap sebagai gudang ilmu dan filsafat, karena Bangsa
Yunani pada masa itu tidak lagi mempercayai mitologi-mitologi. Bangsa Yunani juga
tidak dapat menerima pengalaman yang didasarkan pada sikap receptive attitude
(sikap menerima begitu saja), melainkan menumbuhkan sikap an inquiring attitude
(suatu sikap yang senang menyelidiki sesuatu secara kritis). Sikap belakangan inilah
yang menjadi cikal bakal tumbuhnya ilmu pengetahuan modern. Sikap kritis inilah
menjadikan bangsa Yunani tampil sebagai ahli pikir terkenal sepanjang masa
(Sangpenerang : 2012).
a. Perkembangan Sains Menurut Thales (624-548 SM),
Thales (624-546 SM) lahir di kota Miletus yang merupakan tanah perantauan orang-
orang Yunani di Asia Kecil. Thales adalah seorang saudagar yang sering berlayar ke
Mesir. Di Mesir, Thales mempelajari ilmu ukur dan membawanya ke Yunani. Thales
berprinsip bahawa air adalah dasar segala sesuatu. Thales menyatakan bahwa air
adalah prinsip dasar segala sesuatu. Air menjadi pangkal, pokok, dan dasar dari
segala-galanya yang ada di alam semesta. Berkat kekuatan dan daya kreatifnya
sendiri, tanpa ada sebab-sebab di luar dirinya, air mampu tampil dalam segala bentuk,
bersifat mantap, dan tak terbinasakan. Selain itu, ia juga mengemukakan pandangan
bahwa bumi terletak di atas air. Bumi dipandang sebagai bahan yang satu kali keluar
dari laut dan kemudian terapung-apung di atasnya. Selain itu Thales berpendapat
bahwa segala sesuatu di jagat raya memiliki jiwa. Jiwa tidak hanya terdapat di dalam
benda hidup tetapi juga benda mati. Teori tentang materi yang berjiwa ini disebut
hylezoisme.
b. Perkembangan Sains Menurut Anaximandros (610-546 SM)
Anaximandros adalah seorang filsuf dari Mazhab Miletos dan merupakan murid dari
Thales. Pemikiran-Pemikiran Anaximandros adalah to apeiron sebagai prinsip dasar
segala sesuatu. To apeiron berasal dari bahasa Yunani a=tidak dan eras=batas. Ia
merupakan suatu prinsip abstrak yang menjadi prinsip dasar segala sesuatu. Ia bersifat
ilahi, abadi, tak terubahkan, dan meliputi segala sesuatu. Dari prinsip inilah berasal
segala sesuatu yang ada di dalam jagad raya sebagai unsur-unsur yang berlawanan
(yang panas dan dingin, yang kering dan yang basah, malam dan terang).
c. Perkembangan Sains Menurut Phytagoras (582 SM – 496 SM)
Pythagoras, adalah seorang matematikawan dan filsuf Yunani yang paling dikenal
melalui teoremanya.Dikenal sebagai "Bapak Bilangan", dia memberikan sumbangan
yang penting terhadap filsafat dan ajaran keagamaan pada akhir abad ke-6 SM. Salah
satu peninggalan Pythagoras yang terkenal adalah teorema Pythagoras, yang
menyatakan bahwa kuadrat hipotenusa dari suatu segitiga siku-siku adalah sama
dengan jumlah kuadrat dari kaki-kakinya (sisi-sisi siku-sikunya).