Tugas Antropologi Hukum

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 9

TUGAS ANTROPOLOGI HUKUM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Antropologi Hukum


Dosen Pengajar : Galih Setyo Regangga, S.H.

Disusun Oleh:
RAYI NANDA DIAN YUDA
1805010167

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS WISNUWARDHANA
MALANG
2019
1) ADA SUATU ANGGAPAN APABILA TELAH MEMPELAJARI
HUKUM ADAT, TIDAK PERLU MEMPELAJARI ANTROPOLOGI
HUKUM. URAIKAN MAKSUD PERTANYAAN TERSEBUT DAN
JELASKAN !

Ilmu hukum adat membutuhkan suport dari ilmu antropologi. Hal ini

dikarenakan banyak metode-metode antropologi yang digunakan untuk

meneliti lebih jauh tentang latarbelakang kehidupan hukum adat diberbagai

daerah. Kuntjaraningrat (2009:32) juga berpendapat bahwa”antropologi

dianggap penting karena hukum adat bukan merupakan suatu sistem hukum

yang telah diabstrakkan sebagai aturan-aturan dalam kitab-kitab undang-

undang melainkan timbul dan hidup langsung dai masalah-masalah perdata

yang berasal dari dalam aktivitas masyarakat”. Sebaliknya para ahli

antropologi juga harus mempunyai pengetahuan umum tentang konsep-

konsep hukum pada umumnya. Hal ini dikarenakan hukum merupakan salah

satu aktivitas kebudayaan dalam lapangan contol sosial. Sehingga ketika

seorang ahli antropologi hendak melakukan penelitian terhadap adat istiadat

dari suatu daerah maka harus mempunyai pengetahuaan tentang konsep dan

istilah hukum adat disana

2) APA YANG DIMAKSUD DENGAN ANTROPOLOGI HUKUM ?


URAIKAN KEGUNAAN DAN MANFAAT ANTROPOLOGI HUKUM
BAGI PERKEMBANGAN ILMU HUKUM ?

a) Dari optik ilmu hukum, antropologi hukum pada dasarnya adalah sub

disiplin ilmu hukum empiris yang memusatkan perhatiannya pada studi-


studi hukum dengan menggunakan pendekatan antropologis. Kendati

demikian, dari sudut pandang antropologi, sub disiplin antropologi

budaya yang memfokuskan kajiannya pada fenomena empiris kehidupan

hukum dalam masyarakat secara luas dikenal sebagai antropologi hukum.

Antropologi hukum pada dasarnya mempelajari hubungan timbal-balik

antara hukum dengan fenomena-fenomena sosial secara empiris dalam

kehidupan masyarakat; bagaimana hukum berfungsi dalam kehidupan

masyarakat, atau bagaimana hukum bekerja sebagai alat pengendalian

sosial (social control) atau sarana untuk menjaga keteraturan sosial (social

order) dalam masyarakat. Dengan kata lain, studi-studi antropologis

mengenai hukum memberi perhatian pada segi-segi kebudayaan manusia

yang berkaitan dengan fenomena hukum dalam fungsinya sebagai sarana

menjaga keteraturan sosial atau alat pengendalian sosial (Pospisil, 1971:x,

1973:538; Ihromi, 1989:8). Karena itu, studi antropologis mengenai

hukum secara khusus mempelajari proses-proses sosial di mana

pengaturan mengenai hak dan kewajiban warga masyarakat diciptakan,

dirobah, dimanipulasi, diinterpretasi, dan diimplementasikan oleh warga

masyarakat (F. von Benda-Beckmann, 1979, 1986).

b) Kegunaan antropologi hukum dalam perkembangan ilmu hukum wacana

antropologis mengenai hukum dalam perkembangan, yaitu :

1. Empiris (empirical), bahwasannya antropologi hukum merupakan

sebuah disiplin ilmu yang didalamnya berdasarkan atas:

- Hasil observasi terhadap suatu kenyataan yakni segala sesuatu yang

telah terjadi dan dikenal dengan istilah sosial fact,


- Penggunaan akal sehat yakni dikenal dengan istilah true logic,

- Segala sesuatu yang dihasilkannya tidak spekulatif dan dikenal dengan

istilah data based.

2. Teoritis (theoretical), bahwasannya antropologi hukum selalu

menyusun abstraksi yakni suatu kesatuan yang dihasilkan dari unsur-

unsur yang tersusun logis dengan tujuan untuk menjelaskan hubungan

kausalitas diantara fenomena dari hasil-hasil sebuah penelitian.

3. Komulatif, bahwasannya teori-teori Antropologi Hukum yang terlahir

atau baru dibentuk dengan mengacu terhadap sesuatu yang sudah ada

yakni bertujuan untuk memperkuat, memperbaiki, memperluas dan

bahkan membantah teori-teori sebelumnya yang tidak sesuai atau bisa

dikatakan sebagai revisi atau evaluasi dari sesuatu hal yang sudah ada.

4. Non-Etis, bahwasannya antropologi hukum bukanlah sesuatu untuk

menilai baik atau tidaknya suatu data, melainkan antropologi hukum

merupakan sesuatu yang dimaksudkan untuk menjelaskan sesuatu

secara analitis, logis dan sistematis.

3) SEBUTKAN DAN JELASKAN UNSUR-UNSUR ASPEK


ANTROPOLOGI HUKUM (ONTOLOGI, EPISTIMOLOGI DAN
AKSIOLOGI)

Melihat antropologi hukum dalam konteks filsafat keilmuan yaitu melalui

Ontologi, Epistimologi Dan Aksiologi. Filsafat merupakan sikap atau

pandangan hidup dan sebuah bidang terapan untuk membantu individu untuk

mengevaluasi keberadaannya dengan cara yang lebih memuaskan. Filsafat


membawa kita kepada pemahaman dan pemahaman membawa kita kepada

tindakan yang telah layak, filsafat perlu pemahaman bagi seseorang yang

berkecimpung dalam dunia pendidikan karena ia menentukan pikiran dan

pengarahan tindakan seseorang untuk mencapai tujuan. Sistematika filsafat

secara garis besar ada tiga pembahasan pokok atau bagian yaitu; epistemologi

atau teori pengetahuan yang membahas bagaimana kita memperoleh

pengetahuan, ontologi atau teori hakikat yang membahas tentang hakikat

segala sesuatu yang melahirkan pengetahuan dan aksiologi atau teori nilai

yang membahas tentang guna pengetahuan. Sehingga, mempelajari ketiga

cabang tersebut sangatlah penting dalam memahami filsafat yang begitu luas

ruang lingkup dan pembahansannya.

Ketiga teori di atas sebenarnya sama-sama membahas tentang hakikat, hanya

saja berangkat dari hal yang berbeda dan tujuan yang beda pula. Epistemologi

sebagai teori pengetahuan membahas tentang bagaimana mendapat


pengetahuan, bagaimana kita bisa tahu dan dapat membedakan dengan yang

lain. Ontologi membahas tentang apa objek yang kita kaji, bagaimana

wujudnya yang hakiki dan hubungannya dengan daya pikir. Sedangkan

aksiologi sebagai teori nilai membahas tentang pengetahuan kita akan

pengetahuan di atas, klasifikasi, tujuan dan perkembangannya.

4) JELASKAN PENDAPAT SAUDARA APAKAH HUKUM


MENGIKUTI MASYARAKAT ATAU MASYARAKAT YANG
MENGIKUTI HUKUM ?

Menurut Sir Henry Maine dalam bukunya yang berjudul Ancient Law (1861),

perkembangan hukum itu bermula dari status dan beralih ke kontrak yang

sesuai dengan perkembangan, dari masyarakat yang sederhana dan homogen

ke masyarakat yang kompleks susunannya dan bersifat heterogen. Hubungan

antara manusia lebih ditekankan pada unsur pamrih. Hubungan tersebut

terbagi menjadi 5 tahap yang dapat jelaskan sebagai berikut:

Tahap 1 Pada Awalnya hukum ditentukan sepenuhnya oleh

seseorang yang diberi status pemimpin.

Tahap 2 Hukum ditentukan oleh sekelompok orang yang mewarisi

keturunan dari pemimpin terdahulu; kelompok menjadi

pemimpin aristokrat.

Tahap 3 Hukum yang berjalan turun temurun mulai dibakukan dalam

bentuk catatan(kodifikasi hukum kebiasaan).


Tahap 4 Hukum yang sudah terkodifikasi berhadapan dengan

perkembangan baru dan mengalami modifikasi.

Tahap 5 Hukum yang mulai disusun secara sistematis mengikuti

ilmu hukum;kekuatan tawar masyarakat mulai seimbang;

hukum ditentukan oleh kesepakatan (kontrak).

Keberadaan dari hukum itu sendiri dapat mengembalikan keadaan semula

yang damai (restitution in intergrum). Semua orang dianggap tahu akan

hukum. Tetapi ada di antara masyarakat yang seringkali berdalih bahwa

mereka tidak mengetahui tentang hukum atau biasa disebut willfull blindness.

Hukum yang normatif selalu bersifat prospektif, yaitu ke depan. Dalam

konteks ini, masyarakat dituntut untuk sadar akan adanya hukum yang

berlaku. Hukum ada juga yang bersifat memaksa, yang kandungan moralnya

sangat tinggi. Ada juga yang mengatur sesuatu dengan kandungan moral yang

tidak terlalu tinggi, seiring pertumbuhan penduduk dan perkembangan sosial

kemasyarakatan. Berbagai macam penyakit masyarakat yang menuntut dan

mengharuskan hukum bergerak maju sebagai pengendali sosial untuk

menjadi garda terdepan dalam menciptakan masyarakat yang tertib, maju dan

sejahtera. Meskipun begitu, keberadaan dari hukum itu sendiri belum mampu

untuk mengakomodasi segala permasalahan dalam masyarakat yang begitu

kompleks. Hukum berkembang mengikuti kejadian-kejadian yang terjadi

dalam suatu tempat dan selalu berada di belakang peristiwa yang terjadi itu

(het recht hinkt achter de feiten aan). Atau dengan kata lain, hukum itu tertatih

– tatih di belakang kenyataan.


5) DALAM ERA GLOBALISASI SAAT INI, BAGAIMANA PERAN
ANTROPOLOGI HUKUM MELIHAT KEBUDAYAAN LOKAL
YANG SEMAKIN TERGERUS DENGAN KEBUDAYAAN ASING?

Dalam kehidupan, manusia selalu mengalami kemajuan terus menerus

karena manusia adalah makhluk yang pemikir dan hasil dari pemikiran

tersebut telah banyak menghasilkan penemuan-penemuan dari segi teknologi,

teori dan kebudayaan. Di era globalisasi ini telah banyak sekali perubahan-

perubahan yang dapat kita rasakan di kehidupan sehari-hari dan hal itu juga

mempengaruhi kebudayaan yang ada di masyarakat. Dan perubahan itu

terkadang mengikuti perubahan dari pengaruh globalisasi. Hubungannya

dengan antropologi adalah karena antropologi adalah ilmu yang mempelajari

hal-hal yang berkaitan dengan manusia dan antropologi ini juga mencakup

beberapa ilmu disiplin seperti sosiologi, psikologi, ilmu politik, ilmu

ekonomi, ilmu sejarah, dan biologi manusia bahkan juga humaniora. Fungsi

dari antropologi di era globalisasi adalah sebagai pengendali perilaku

menyimpang yang di timbulkan oleh masyarakat karena akibat

terpengaruhnya kemajuan globalisasi karena antropologi itu ilmunya bisa

menyesuaikan dengan permasalahan yang dihadapi dan dapat mendapatkan

solusi sebagai pemecahan masalah yang di hadapi. Ilmu-ilmu antropologi

juga merupakan ilmu yang efisien sebagai ilmu pendidikan yang dapat di

terima masyarakat.

Antropologi sebagai disiplin ilmu yang mengkaji masyarakat atau

kelompok manusia dalam berbagai wujud ekspedisinya. Pada masa kini


mengalami fragmentasi teoritis oleh Barofsky (1994 : 4) disebut

kecenderungan sentrifugal yang sering menimbulkan sikap yang tidak

menentu jika dihadapkan dengan persoalan bagaimana gejala-gejala sosial-

budaya dapat dianalisis dan di interpretasi secara tepat, agar tidak dituduh

bahwa yang dilakukan itu tidak tepat atau tidak lagi mutakhir. Pewarisan

budaya adalah suatu proses peralihan nilai-nilai dan norma-norma yang

dilakukan dan diberikan melalui pembelajaran oleh generasi tua ke generasi

yang muda. Berdasarkan pengertian tersebut, maka ilmu antropologi sangat

berperan dalam proses untuk menurunkan budaya bangsa yang diberikan dari

zaman ke zaman, sehingga kebudayaan tersebut tidak akan punah, tetapi akan

tetap lestari bahkan berkembang mengikuti zaman. Apalagi zaman sekarang

ini, kita telah memasuki masa globalisasi yang membuat budaya asing dapat

dengan mudah masuk ke dalam budaya bangsa kita. Ilmu antropologi sebagai

pengendali agar pewarisan budaya tetap terjaga sesuai budaya yang berjalan

di masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai