Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Bronkiektasis (BE) adalah penyakit saluran napas kronik ditandai dengan


dilatasi abnormal yang permanen disertai rusaknya dinding bronkus.Bronkiektasis
merupakan penyakit yang sering dijumpai pada usia muda, 69 % penderita berumur
kurang dari 20 tahun. Gejala dimulai sejak masa kanak-kanak, 60 % dari penderita
gejalanya timbul sejak umur kurang dari 10 tahun. Gejalanya tergantung dari luas,
berat, lokasi ada atau tidaknya komplikasi. Bronkiektasis merupakan penyakit yang
jarang ditemui yang sering menyebabkan kesakitan yang parah, termasuk infeksi
pernapasan berulang yang memerlukan antibiotik, batuk produktif yang menganggu,
sesak napas, dan hemoptisis. Tingkat mobiditas dan mortalitas dari penyakit ini telah
menurun dalam beberapa tahun terakhir tetapi kondisi dapat diperparah dengan
penyebaran infeksi yang luas.

b. Tujuan

1. Untuk memahami patologi , pemeriksaan dan intervensi fisioterapi pada kasus


bronkiektasis.
2. Agar mahasiswa dapat mempraktikkan teknik pemeriksaan dan intervensi
fisioterapi pada kasus bronkiektasis.

1
BAB II

PEMBAHASAN

BRONKIEKTASIS

A. Definisi Bronkiektasis

Bronkiektasis (BE)adalah penyakit saluran napas kronik ditandai dengan dilatasi


abnormal yang permanen disertai rusaknya dinding bronkus. Biasanya pada daerah tersebut
ditemukan perubahan yang bervariasi termasuk di dalamnya inflamasi transmural, edema
mukosa (BE silindris), ulserasi (BE kistik) dengan neovaskularisasi dan timbul obstruksi
berulang karena infeksi sehingga terjadi perubahan arsitektur dinding bronkus serta
fungsinya. Keadaan yang sering menginduksi terjadinya BE adalah infeksi, kegagalan
drainase sekret, obstruksi saluran napas dan atau gangguan mekanisme pertahanan individu.

B. Patofisiologi Bronkiektasis

Berdasarkan defenisinya, bronkiektasis menggambarkan suatu keadaandimana terjadi


dilatasi bronkus yang ireversibel (> 2 mm dalam diameter) yangmerupakan akibat dari
destruksi komponen muskular dan elastis pada dindingbronkus. Rusaknya kedua komponen
tersebut adalah akibat dari suatu prosesinfeksi, dan juga oleh pengaruh cytokine inflamasi,
nitrit okside dan netrophilicprotease yang dilepaskan oleh system imun tubuh sebagai respon
terhadapantigen.

2
Bronkiektasis dapat terjadi pada kerusakan secara langsung dari dindingbronkus atau
secara tidak langsung dari intervensi pada pertahanan normal jalannafas. Pertahanan jalan
nafas terdiri dari silia yang berukuran kecil pada jalannafas. Silia tersebut bergerak berulang-
ulang, memindahkan cairan berupa mukusyang normal melapisi jalan nafas. Partikel yang
berbahaya dan bakteri yangterperangkap pada lapisan mukus tersebut akan dipindahkan naik
ke tenggorokandan kemudian batukkan keluar atau tertelan. Terlepas dari apakah kerusakan
tersebut diakibatkan secara langsung atautidak langsung, daerah dinding bronkus mengalami
kerusakan dan menjadiinflamasi yang kronik. Bronkus yang mengalami inflamasi akan
kehilangankeelastisannya, sehingga bronkus akan menjadi lebar dan lembek sertamembentuk
kantung atau saccus yang menyerupai balon yang kecil. Inflamasijuga meningkatkan sekresi
mukus. Karena sel yang bersilia mengalami kerusakan,sekret yang dihasilkan akan
menumpuk dan memenuhi jalan nafas dan menjaditempat berkembangnya bakteri. Yang pada
akhirnya bakteri-bakteri tersebut akanmerusak dinding bronkus, sehingga menjadi lingkaran
setan antara infeksi dankerusakan jalan nafas.

Sudoyo (2009) membagi tingkatan beratnya bronkiektasis menjadi 3 derajat, yaitu:


1. Bronkiektasis ringan
Ciri klinis: batuk-batuk dan sputum warna hijau hanya terjadi sesudah demam (ada
infeksi sekunder), produksi sputum terjadi dengan perubahan posisi tubuh, biasanya terdapat
hemoptisis sangat ringan, pasien tampak sehat, fungsi paru normal dan foto dada normal.
2. Bronkiektasis sedang
Ciri klinis: batuk-batuk produktif terjadi setiap saat, sputum timbul setiap saat
(umumnya hijau dan jarang mukoid, serta bau mulut busuk), sering ada hemoptisis. Pada
pemeriksaan fisik paru sering ditemukan ronki basah kasar pada daerah paru yang terkena,
gambaran foto dada boleh dikatakan masih normal.
3. Bronkiektasis berat
Ciri klinis: batuk-batuk produktif dengan sputu berwarna kotor dan berbau. Sering
ditemukan adanya pneumonia dengan hemoptisis dan nyeri pleura. Sering ditemukan jari
tabuh. Bila ada obstruksi saluran napas akan dapat ditemukan adanya dispnea, sianosis atau
tanda kegagalan paru. Umumnya pasien mempunyai keadaan umum kurang baik. Sering
ditemukan infeksi piogenik pada kulit, infeksi mata dan sebagainya. Pasien mudah timbul
pneumonia, septikemia, abses metastasis, kadang-kadang terjadi amiloidosis. Pada
pemeriksaan fisik dapat ditemukan ronki basah kasar pada daerah terkena.

Lynne Reyd membagi BE menjadi 3 bentuk berdasarkan pelebaran bronkus dan


derajad obstruksi, sebagai berikut:
1. Bentuk silindrik (tubular)
2. Bentuk varikosa (fusiform)
3. Bentuk sakuler (kistik).

3
C. Etiologi

Etiologi bronkiektasis sampai sekarang masih belum jelas. Namun didugabronkiektasis


dapat timbul secara kongenital maupun didapat. Kelainan kongenitaldalam hal ini,
bronkiektasis terjadi sejak individu masih dalamkandungan. Faktor genetik atau faktor
pertumbuhan dan perkembanganmemegang peranan penting. Bronkiektasis yang timbul
kongenital biasanyamengenai hampir seluruh cabang bronkus pada satu atau kedua bronkus.
Selain itu, bronkiektasis kongenital biasanya menyertai penyakit-penyakitkongenital seperti
Fibrosis kistik, Sindroma Kertagener, William Campbellsyndrome, Mounier-Kuhnsyndrome,
dll
Bronkiektasis biasanya didapat pada masa anak-anak. Kerusakan bronkus pada
penyakit ini hampir selalu disebabkan oleh infeksi. Penyebab infeksi tersering adalah H.
Influenza dan P. Eureginosa. Infeksi oleh bakteri lain, seperti Klebsiela dan Staphylococcus
aureus disebabkan oleh absen atau terlambatnya pemberian antibiotik pada pengobatan
pneumonia.
Bronkiektasis bisa disebabkan oleh :
1. Infeksi pernafasan
 Campak
 Pertusis
 Tuberkulosis
 Infeksi jamur
 Infeksi mikoplasma
 Infeksi bakteri

2. Penyumbatan bronkus
 Benda asing yang terisap
 Pembesaran kelenjar getah bening
 Tumor paru
 Sumbatan oleh lender

3. Cedera penghirupan
 Cedera karena asap, gas atau partikel beracun
 Menghirup getah lambung dan partikel makanan

4. Keadaan genetik
 Fibrosis kistik
 Diskinesia silia, termasuk sindroma kartagener
 Kekurangan alfa-1 antitripsin

5. Kelanan Imunologi
 Sindroma kekurangan immunoglobulin
 Dingfungi sel darah putih

4
 Kekurangan komplemen
 Kelainan autoimunatau hiperimun tertentu

6. Keadaan lain
 Penyalahgunaan obat
 Infeksi HIV
 Sindroma Young ( Azoospermia obstruktif)
 Sindroma marfan.

D. Manifestasi Klinis

Bronkiektasis merupakan penyakit yang sering dijumpai pada usia muda, 69 %


penderita berumur kurang dari 20 tahun. Gejala dimulai sejak masa kanak-kanak, 60 %
dari penderita gejalanya timbul sejak umur kurang dari 10 tahun. Gejalanya tergantung
dari luas, berat, lokasi ada atau tidaknya komplikasi.
Tanda dan Gejala
1. Batuk yang menahun dengan sputum yang banyak terutama pada pagi hari, setelah
tiduran dan berbaring.
2. Batuk dengan sputum menyertai batuk pilek selama 1-2 minggu atau tidak ada gejala
sama sekali ( Bronkiektasis ringan )
3. Batuk yang terus menerus dengan sputum yang banyak kurang lebih 200 – 300 cc,
disertai demam, tidak ada nafsu makan, penurunan berat badan, anemia, nyeri pleura, dan
lemah badan kadang-kadang sesak nafas dan sianosis, sputum sering mengandung bercak
darah,dan batuk darah.
4. Ditemukan jari-jari tabuh pada 30-50 % kasus.

E. Penatalaksanaan Fisioterapi pada Bronkiektasis


1. Anamnesis
a. Anamnesis Umum
- Nama Pasien : Tn. Aiman Anggara
- Umur Pasien : 39 th
- Jenis Kelamin : pria
- Pekerjaan : Buruh
- Hobi : Bekerja
- Alamat Pasien : Jl. Inspeksi No.3 A
b. Anamnesis Khusus
- Keluhan Utama : Adanya sesak nafas, batuk sputum purulen yang terkadang
bercampur dengan darah, nyeri dada.
- Lokasi Keluhan : Pada dada pasien.
- Jumlah produksi sputum keluar dalam sehari : Sekitar 150ml.

5
- Warna dan jenis sputum : kental kehijauan
- Waktu/Ouset batuk : Malam hari dan batuk memburuk saat pagi hari dan
cuaca dingin.
- Waktu/Ouset nyeri dada : saat beraktivitas
- Penyebab Keluhan : Tidak jelas penyebabnya, tapi lingkungan pekerjaan
pasien merupakan lingkungan industri yang rawan polusi dan sebagainya.
- Riwayat Penyakit Keluarga : Ada keluarga yang menderita penyakit yang
sama (Bapak).
- Faktor yang memperberat/Memperingan keluhan : Faktor yang memperberat,
pada saat pasien melakukan aktivitas yang berat seperti mengangkat barang,
bekerja keras cuaca dingin dan jalan jauh. Faktor yang memperingan, saat
diistirahatkan pasien merasa nyaman.
- Riwayat Pengobatan : 6 bulan yang lalu pasien periksa di dokter spesialis
penyakit dalam RSU. Dr. Wahidin Sudirohusodo dengan keluhan sesak nafas
dan batuk-batuk. Disana diberikan obat-obatan inhalasi kortikosteroid saat itu
pasien mengkonsumsi obat selama 1 minggu, batuk hilang sementara setelah
itu kambuh lagi.
- Level aktivitas dan fungsional : beberapa hari ini pasien tidak masuk bekerja
karena gejalanya sering memburuk saat beraktivitas.
- Riwayat alergi : -
- Apakah pasien perokok : Ya

2. Pemeriksaan Fisik
a. Vital Sign
- Tekanan darah : 130/90 mmHg.
- Denyut nadi : 72x/menit
- Pernapasan : 22x/menit
- Suhu : 36o
b. Inspeksi
- Statis : Wajah pasien sedikit pucat, pasien tampak tenang, pada analisa postur
dari anterior, posterior dan lateral tampak pasien agak bungkuk dan sedikit
kyphosis, warna kulit dan kuku normal, tidak terlihat pembesaran vena
jugularis dan hipertropi asesori muscle, tidak adanya jari tabuh
- Dinamis : Pola nafas abdominal, saat berjalan pasien terlihat sedikit khiposis,
base tungkai lebar, nafas terengah-engah disertai dengan wheezing.
Tingkat kesadaran pasien : normal
Pola Nafas

•Melihat pola pernafasan pasien reguler atau tidak, cepat atau lambat
•Lokal inspirasi : pasien bernafas menggunakan upper chest atau lower chest.
•Reguler atau tidak : pola pernafasan pasien yaitu teratur atau tidak

6
c. Palpasi
Periksa premitus suara (taktil premitus)
Cara 1 menggunakan telapak tangan
a. Letakkan tangan di upper, midle dan lower pada belakang pasien
b. Pasien diarahkan untuk inspirasi lalu menyebutkan angka 99
Cara 2 menggunakan sisi ulna
a. Letakkan tangan di upper, midle dan lower pada belakang pasien
b. Pasien diarahkan untuk inspirasi lalu menyebutkan angka 99
Tujuan : untuk mengetahui bunyi getaran suara pada dinding thoraks. Apabila getaran lebih
besar berarti ada udara dalam rongga thoraks. Apabila tidak ada getaran berarti ada cairan
atau benda padat pada thoraks
d. Auskultasi

Auskultasi paru dilakukan dengan memakai stetoskop. Posisi pasien sebaiknya


dilakukan dalam posisi tidur. Pasien disuruh bernafas melalui mulut, tidak melalui hidung.
Yang diperiksa pada saat auskultasi adalah:

1. Suara nafas/bunyi pernapasan.


2. Pleura friction (Bunyi gesekan pleura)

e. Perkusi

Perkusi adalah jenis pemeriksaan fisik yang interpretasi dari suara yang dihasilkan
oleh ketukan pada dinding thoraks. Tekniknya yaitu pasen dalam posisi tidur, pemeriksa
menggunakan jari tengah tangan kanan untuk memukul pelan (mengetok) dan tangan kiri
menempel pada permukaan dinding thoraks yang akan diketuk. Sebaiknya posisi pasien tidur
terlentang. Perkusi dimulai dari lapangan atas paru menuju ke lapangan sambil
membandingan bunyi perkusi antara hemi thoraks kiri dan kanan (S)

Apabila terdengar bunyi dull berarti terdapat cairan di dalam paru-paru, jika terdengar
bunyi resonan berarti normal, dan jika terdengar bunyi hiperesonan berarti terdapat cairan
yang meningkat di dalam thoraks.

7
f. Mobilitas Thoraks (Chest)

Mobilitas thoraks yaitu gerakan keseluruhan pada thoraks.

1. Gerakan simetris chest, dimana kedua tangan pemeriksa berada di clavicula dan periksa
pengembangan tiap bagian dada selama inspirasi dan ekspirasi.

2. Lakukan ekspansi thoraks

Cara 1.

Tiap lobus pada thoraks akan dicek dengan ekpansi upper lobs, ekspansi midle lobus dan
ekspansi lower lobus.

Penatalaksanaan :

Untuk ekspansi Upper Lobus :

•Posisi pasien terlentang dan batas jari-jari dan telapak tangan berada tepat di clavicula.

•Pasien diarahkan untuk inspirasi dan ekspirasi.

Gerakan yang diperiksa pada upper lobus yaitu gerakannya simetris atau tidak. Gerakan yang
ada pada ekspansi upper lobus yaitu anterior dan superior

Untuk ekspansi Midle Lobus :

•Posisi pasien terlentang, kedua tangan pemeriksa berada di proc.sipeudeus

•Pasien diarahkan untuk inspirasi dan ekspirasi

Gerakan yang diperiksa pada midle lobus yaitu anterolateral dan superior

8
Untuk ekspansi lower lobus

•Posisi pasien duduk, dan kedua ujung thumb berada di medula spinalis.

•Pinggir pada telapak tangan berada pada costa 12

•Pasien diarahkan untuk inspirasi dan ekspirasi

Gerakan yang diperiksa pada lower lobus yaitu ke depan, samping dan ke atas

Cara 2

Pengukuran untuk pengembangan thoraks dapat dilakukan dengan cara lain yaitu dengan
meteran dan manual.

Dengan cara meteran, dilakukan di 3 tempat yaitu :

1. Axila

Ujung dari meteran di fiksasi di sternum kemudian minta pasien untuk menghembuskan nafas
dan lihat angkanya setelah itu minta pasien untuk menarik nafas dan lihat jarak
pengembangannya.

2. Papila Mammae

Minta pasien untuk menghembuskan nafas dan lihat angka berapa pada saat menghembuskan
nafas setelah itu arahkan pasien untuk menarik nafas dan lihat jarak pengembangannya.

3. Sipoideus

Minta pasien untuk menghembuskan nafas dan lihat angka berapa pada saat menghembuskan
nafas setelah itu arahkan pasien untuk menarik nafas dan lihat jarak pengembangannya.

Dengan cara manual

•Posisi pasien dalam keadaan terlentang, kemudian kedua ujung thumb pemeriksa bertemu di
insisura jugularis

•Pasien diarahkan untuk inspirasi, pada saat menarik nafas kedua ujung thumb memiliki jarak
dan jarak itulah akan diukur sebagai pengembangan thoraks.

3. Diagnosis Fisioterapi
 Impairment :
1. Adanya keluhan sesak nafas dan nyeri dada
2. Adanya batuk disertai dengan sputum berlebih dan purulen
3. Adanya spasme otot pernafasan.

9
4. Penurunan expansi thoraks.
 Fungsional limitation
Menurunnya kapasitas dan fungsi fisik terhadap aktivitas dan endurance serta
pasien lebih cepat kelelahan.

4. Program/Perencanaan Fisioterapi
a. Tujuan Fisioterapi
 Jangka pendek
1. Mengurangi sesak nafas dan nyeri dada
2. Membantu mengeluarkan sputum dan pembersihan airway
3. Membantu mengatasi spasme otot bantu pernapasan
4. Meningkatkan ekspansi sangkar thoraks
 Jangka panjang
1. Melanjutkan program jangka pendek
2. Memaksimalkanperforma ventilasi yang baik.
3. Meningkatkan aktivitas fungsional

b. Intervensi Fisioterapi Pada Bronkiektasis


1) Breathing Exercise
 Diafragma breathing

Diaphragma BE ditujukan untuk ;

 Memperbaiki efisiensi Ventilasi , mengurangi kerja pernafasan ,


meningkatkan pengembangan (descent or ascent) diaphragma ,
memperbaiki pertukaran gas dan Oxygenation
 Diaphragma juga digunakan untuk mobilisasi sekresi paru selama Postural
Drainage (PD)

Prosedur:

 Posisi pasien rileks dan terlentang


 Letakkan kedua tangan di atas rectus abdominis di bawah anterior costal
margin
 Anjurkan pasien Deep inspirasi dan perlahan melalui hidung diikuti
abdomen digembungkan . Pasien menjaga shoulder rilek dan upper
chest diam.
 Kemudian anjurkan pasien mengeluarkan nafas dengan perlahan dan
ekspirasi terkontrol
 Pasien mempraktekkan 3 – 4 kali lalu Rest

 Pursed lip breathing


Teknik ini diajarkan untuk mempertahankan Airway tetap terbuka
dengan adanya tekanan balik dalam airway dan juga mengurangi dyspnea
Prosedur:

10
 Posisi Comfortable dan serileks mungkin
 Jelaskan pada pasien bahwa Expirasi harus rileks (pasief ) dan kontraksi
abdomen harus dihindari
 Tempatkan tangan diatas abdomen untuk mendeteksi kontraksi otot
abdomen
 Instruksikan pasien untuk inspirasi dalam dan perlahan
 Kemudian pasien expirasi dengan bibir purse – Lip

2) Postural Drainage
Postural drainase dan positioning untuk pembersihan jalan napas
terutama sekali diterapkan pada pasien bronkiektasis. Postural drainage adalah
teknik pengaturan posisi tertentu untuk mengalirkan sekresi pulmonar pada
area tertentu dari lobus paru dengan pengaruh gravitasi. Tujuan postural
drainage adalah mengeluarkan sputum yang terkumpul pada lobus paru
dengan tujuan pembersihan airway. Posisi pasien sesuai dengan letak
sputumnya.
Prosedurnya :
1. Posterior apical segmen kanan & kiri (upper lobus)
Posisi pasien duduk. Perkusi dilakukan di superior shoulder pasien.
2. Anterior apical segmen kanan & kiri (upper lobus)
Posisi pasien tidur telentang dengan bagian kepala dan punggung
ditinggikan sebesar 45o. Perkusi dilakukan dibawah clavicula pasien.
3. Anterior segmen kanan & kiri (upper lobus)
Posisi pasien telentang dengan bagian tungkai sedikit dielevasikan
dengan bantal penyangga. Perkusi dilakukan di atas papilla mammae.
4. Posterior segmen kiri upper lobus
Posisi pasien tidur menyamping kesebelah kanan. Bed flat. Dengan
area kepala disanggah dengan bantal dan lengan kiri juga disanggah
dengan bantal. Area perkusi dilakukan di scapula kiri bawah
5. Posterior segmen kanan upper lobus
Posisi pasien tidur menyamping kesebelah kiri. Bed flat. Dengan area
kepala disanggah dengan bantal. Area perkusi dilakukan di scapula
kanan bawah.
6. Lingula kiri
Posisi pasien tidur miring kesebelah kanan. Tungkai dielevasikan 18
inchi, dan lengan kiri dibawah kebelakang dan disanggah dengan
bantal. Perkusi dilakukan di atas papilla mammae kiri dan dibawah
ketiak.
7. Anterior basal segmen kanan & kiri (lower lobus)
Posisi pasien terlentang dengan tungkai dielevasikan setinggi 18-20
inchi. Perkusi dilakukan pada area diatas tulang rusuk sebelah bawah.
8. Posterior basal segmen kanan & kiri.

11
Posisi pasien tengkurap. dengan tungkai dielevasikan setinggi 18-20
inchi. Perkusi dilakukan pada area diatas tulang rusuk sebelah bawah.
9. Segmen lateral kiri (lower lobus)
Posisi pasien tidur miring ke sebelah kanan. Tungkai dielevasikan.
Perkusi dilakukan diatas tulang rusuk sebelah kiri.
10. Segmen lateral kanan (lower lobus)
Posisi pasien tidur miring ke sebelah kiri. Tungkai dielevasikan.
Perkusi dilakukan diatas tulang rusuk sebelah kanan.
11. Superior kanan & kiri (lower lobus)
Posisi pasien tengkurap. Bed flat. Perkusi dilakukan pada area lower
margin pada scapula.

3) Batuk Efektif

Batuk efektif dan napas dalam merupakan teknik batuk efektif yang
menekankan inspirasi maksimal yang dimulai dari ekspirasi , yang bertujuan :

a. Merangsang terbukanya sistem kolateral


b. Meningkatkan distribusi ventilasi
c. Meningkatkan volume paru
d. Memfasilitasi pembersihan saluran napas

Cara Prosedur:

1. Evaluasi pasien apakah batuk voluntary atau reflex.


2. Posisikan pasien rileks atau comfortable untuk Deep breathing dan batuk.
a. Sitting or Leaning forward adalah posisi terbaik.
b. Neck sedikit fleksi untuk melakukan batuk comfortable.
3. Ajarkan pasien mengontrol pernafasan Diaphragma utamanya Deep Inspirasi.
4. Tunjukkan cara batuk yang keras , tajam , dalam dan double.

12
5. Tunjukkan otot yang kontraksi saat batuk (kontraksi abdomen).
6. Kedua tangan terapist diatas abdomen lalu lakukan “huff 3 X dan rasakan
kontraksi abdomennya.(lihat gambar)

7. Pasien dianjurkan melakukan expirasi seperti bunyi“K” dgn disertai kontraksi


otot abdomen untuk menegangkan pita suara dan menutup Glottis.
8. Bila pasien telah mampu melakukan , anjurkan Deep Breathing Inspirasi dengan
rileks lalu batuk kuat dan tajam 2 X  batuk kedua selama satu expirasi akan
sangat produktif.
9. Gunakan tekanan abdomen dan Glossopharyngeal Breathing pada pasien dengan
kelemahan otot Inspirasi dan abdomen untuk mengganti batuk jika dibutuhkan.

4. Exercise Untuk Mobilisasi Chest

Tujuan :

Memelihara atau memperbaiki mobilitas dindingchest , trunk dan Shoulder


akibatgangguanrespirasimis :Kelemahanotot trunk satu sisimenyebabkandinding chest di
bagian tersebut tidak mengembang dengan maksimal selamainspirasi Exercise
kombinasi Stretching ototdan deep breathing akan memperbaiki ventilasi samping chest
tersebut. Memperkuat deep inspirasi dan kontrol ekspirasi

Latihan khusus:

a. To Mobilize One Side Of the Chest

1) Sitting pasienmembengkokkan chest kesamping sehingga terjadi penguluran


dan expansi samping berlawanan selama Inspirasi (gbr.A)

2) Kemudian pasien meletakkan genggaman tangan disamping chest lalu


bengkokkan chest kelateral kearah genggaman tangan sambil expirasi (Gbr. B)

3) Tingkatkan latihan ini dengan menempatkan tangan lebih tinggi.

13
b. To Mobilize the Upper Chest and Stretch the Pectoralis Muscle

1) Pasien Sitting di kursi dengan tangan dibelakang kepala ,kedua tangan posisi
abduksi horizontal selama Deep Inspirasi (Gbr. A)

2) Instruksikan pasien membungkuk kedepan bersama elbow lalu expirasi (gbr.B )

c. To Increase Expiration during Deep Breathing

1) PasienInspirasidalamPosisi Hook-Lying (Hip dan Knee sedikitfleksi) (gbr. A)

2) Instruksikan pasien membengkokkan lutut kearah chest selamaexpirasi ( satu


persatu untuk mencegah LBP) , Hal ini akan mendorong isi Abdomen superior kearah
Diaphragma untuk membantu Expirasi (gbr.Bdan C)

14
 Wand Exercise

Penekanan pada Fleksi shoulder selama Inspirasi atau dapat dikombinasi


dengan Breathing Exercise.

5. Mencegah Dan Mengurangi Serangan Sesak Nafas (Dyspnea)

Cara Prosedur:

1. Posisi Rileks . Forward bent posture. (lihat gambar)


2. Gunakan Bronchodilator jika diperlukan.
3. Pasien mengontrol pernafsan dan mengurangi kec. respirasi dgn teknik PLB selama
expirasi (tidak boleh expirasi kuat) perhatian utama pasien pada Pernafasan phase
Expirasi.

Posisi 1 Posisi 2 Posisi 3

15
4. Inspirasi tiap selesai PLB pasien dengan teknik Diaphragma BE tapi hindari
penggunaan accessory muscle.
5. Pasien tetap mempertahankan posisi postur ini dan terus Inspirasi dengan rileks jika
memungkinkan.

5. Evaluasi
a. Evaluasi sebelum
Sebelum melakukkan terapi, pasien merasakan adanya batuk disertai dahak sulit
keluar dan sesak napas yang sangat parah yang sangat mengganggu aktivitas
pasien.
b. Evaluasi sesaat
Selama penanganan pasien merasa lebih rileks dan nyaman.
c. Evaluasi akhir
Setelah melakukan terapi sesak napas pasien berkurang . Setelah melakukan
beberpa kali proses terapi, pasien merasa lebih rileks, produksi sputum
mengalami penurunan dan berkurangnya nyeri dada.

F. Prognosis

Morbiditas dan mortalitas pada bronkiektasis telah menurun dengan sangat mencolok
dalam negara-negara industri tetapi prevalensinya masih tinggi di bagian pasifik dan negara-
negara Asia. . prognosis keseluruhan masih buruk, dan meskipun bronkiektasiss biasanya
terlokalisasi pada lobus paru atau per segmen, persisten, dan nonresolving infeksi dapat
menyebabkan penyakit menyebar ke bagian lainnya pada paru-paru . komplikasi dari
bronkiektasis termasuk pneumonia berulang, abse paru, infeksi metastasis pada organ lainnya
(mis. Abses otak) , dan kegagalan jantung dan pernapasan. Kesehatan paru yang baik dan
menghindari komplikasi akibat infeksi pada area yang terlibat dapat memperbaik kondisi
pasien.

16
BAB III

PENUTUP

a. Kesimpulan

Bronkiektasis (BE) adalah penyakit saluran napas kronik ditandai dengan


dilatasi abnormal yang permanen disertai rusaknya dinding bronkus.Bronkiektasis
merupakan akibat dari proses patologis yang berlangsung luas dan lama, termasuk
kelainan srtuktur bronkus, penyakit akibat penimbunan mukus, akibat infeksi dan
penyakit inflamasi. Intervensi fisioterapi pada kasus bronkiektasis meliputi breathing
exercise, postural drainage, batuk efektif, mobilisasi sangkar thoraks dan latihan
rileksasi.
Penyakit arteri dan vena adaah penyakit pembuluh darah yang umum
dijumpai. Penyebab paling sering yaitu aterosklerotik. Pada beberapa kasus ,
menimbulkan klaudikasio intermitten atau nyeri saat berjalan/beraktivitas.

b. Saran

Mahasiswa diharapkan dapat memahami patologi tentang penyakit. Selain itu ,


mahasiswa penting untuk dapat melakukan teknik anamnesis dan pemeriksaan yang
cermat untuk menghasilkan diagnosis yang tepat . keterampilan dan skill dalam
melakukan teknik intervensi fisioterapi dan pengobatan pasien juga harus dicapai
selama proses pembelajaran. Oleh karena itu, mahasiswa dituntut untuk mempelajari
berbagai referensi agar ilmu yang didapat mampu diterapkan secara menyeluruh
kepada masyarakat pada umumnya dan kepada pasien pada khususnya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Begin Nursing. 2010. Askep Bronkiektasis.http://nursingbegin.com/askep-bronkiektasis/ , 8


September 2017

Cavallaro C, Fuller K. 2009. Pathology Implication for Physical Therapist . Missouri :


Saunders Elsevier.

Price , Sylvia A , dan Lorraine M Wilsone. 1995. Patofisiologi; Konsep klinis proses-proses
penyakit. Edisi 6 Jakarta EGC.

Stephen J, Irwin S. 1990. Cardiopulmonary Physical Therapy. Missouri: Mosby


Company

18

Anda mungkin juga menyukai