Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan
Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan
Disusun Oleh :
Nama : Lydia Indah Permatasari
2018/2019
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya Penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Perpajakan.
Penulis berterima kasih kepada Ibu Rachmadany K., selaku dosen mata kuliah Perpajakan
yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna untuk menambah wawasan serta
menambah pengetahuan kita tentang Perpajakan.Penulis juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Untuk itu Penulis berharap adanya saran dan kritikan yang membangun demi
perbaikan makalah ini untuk masa yang akan datang.
Demikianlah kata pengantar dari Penulis, semoga makalah ini dapat berguna dan
dapat dipahami bagi siapa pun yang membacanya. Penulis mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata di dalam makalah ini. Sekian dan terima kasih.
2
Daftar Isi
Kata Pengantar
Daftar Isi
Pendahuluan
Pembahasan
A. Dasar Hukum
B. Tahun Pajak
C. NPWP
D. Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
E. Surat Pemberitahuan
F. Surat Setoran Pajak
G. Pembayaran Pajak
H. Surat Ketetapan Pajak
I. Keberatan dan Banding
J. Pembetulan,Pengurangan,Penghapusan atau Pembatalan
K. Daluwarsa Penagihan Pajak
L. Pemeriksaan
M. Penyidikan
N. Kewajiban Wajib Pajak
O. Hak Wajib Pajak
P. Kewajiban Pembukuan/Pencatatan
Q. Sanksi Perpajakan
Penutup
Daftar Pustaka
3
Pendahuluan
Baru-baru ini pemerintah sedang berbenah diri dalam hal pengurusan perpajakan.
Saat ini dikenal istilah self assignment. Setiap wajib pajak dipercayakan untuk melaporkan
kekayaannya sendiri, menghitung sendiri pajak yang dikenakan dan membayar sendiri pajak
tersebut ke Bank. Dalam hal ini bisa kita lihat bahwa pemerintah mempercayakan segala
sesuatu tentang pengurusan pembayaran pajak kepada wajib pajak itu sendiri, dan
merupakan kewajiban kita untuk menjawab kepercayaan yang telah diberikan pemerintah
dengan menyelesaikan pembayaran pajak dengan bersih, jujur, dan adil.
Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara,
khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber
pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran
pembangunan. Uang yang dihasilkan dari perpajakan digunakan oleh negara dan institusi di
dalamnya sepanjang sejarah untuk mengadakan berbagai macam fungsi. Beberapa fungsi
tersebut antara lain untuk pembiataan perang, penegakan hukum, keamanan atas aset,
infrastruktur ekonomi, pekerjaan publik , subsidi, dan operasional negara itu sendiri. Dana
pajak juga digunakan untuk membayar utang negara dan bunga atas utang tersebut.
Pemerintah juga menggunakan dana pajak untuk membiayai jaminan kesejahteraan dan
pelayanan publik. Pelayanan ini termasuk pendidikan, kesehatan, pensiun, bantuan bagi
yang belum mendapat pekerjaan, dan transportasi umum. Penyediaan listrik, air, dan
penanganan sampah juga menggunakan dana pajak dalam porsi tertentu.
Dalam makalah ini kita akan membahas mengenai ketentuan umum dan tata cara
perpajakan.Diharapkan masyarakat akan lebih memahami mengenai ketentuan umum dan
tata cara perpajakan sehingga mampu untuk menghitung sendiri pajak yang dikenakan dan
melaporkannya kepada Direktorat Jenderal Pajak.
4
Pembahasan
A. Dasar Hukum
Dasar hukum ketentuan umum dan tata cara perpajakan adalah undang-
undang No. 6 tahun 1983 sebagai mana telah diubah terakhir dengan undang-
undang NO. 28 tahun 2007.
B. Tahun Pajak
Pada umumnya tahun pajak sama dengan tahun takwim atau tahun calendar.
Akan tetapi wajib pajak dapat menggunakan tahun pajak tidak sama dengan tahun
takwim dengan syarat konsisten selama 12 bulan, dan melapor kepada kantor
pelayanan pajak pratama setempat.
G. Pembayaran Pajak
Tempat pembayaran dan penyetoran pajak adalah sebagai berikut :
5
a) Bank yang telah di tunjuk oleh Menteri Keuangan
b) Kantor Pos
a) Mengabulkan seluruhnya
b) Mengabulkan sebagian
c) Menolak
d) Menambah besarnya jumlah pajak yang masih harus di bayar
Dalam hal keberatan wajib pajak ditolak atau dikabulkan sebagian , wajib
pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 50% dari jumlah pajak
berdasarkan keputusan keberatan dikurangi dengan pajak yang telah dibayar
sebelum mengajukan keberatan.Jika jangka waktu 12 bulan terlampaui oleh
Direktorat Jenderal Pajak maka keberatan yang diajukan oleh wajib pajak dianggap
dikabulkan.
Apabila wajib pajak belum atau tidak puas dengan keputusan yang diberikan
atas keberatannya maka wajib pajak dapat mengajukan permohonan banding
kepada Badan Peradilan Pajak.Permohonan banding ditulis dalam Bahasa Indonesia
dan dengan alasan yang jelas paling lama 3 bulan sejak surat keputusan keberatan
diterima dan harus dilampiri dengan salinan surat keputusan keberatan.Keputusan
atas permohonan banding juga sama dengan permohonan keberatan.
6
Dalam hal keberatan wajib pajak ditolak atau dikabulkan sebagian ,wajib
pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 100% dari jumlah pajak
berdasarkan keputusan keberatan dikurangi dengan pajak yang telah dibayar
sebelum mengajukan keberatan.Apabila putusan pengadilan pajak mengabulkan
seluruh atau sebagian banding maka kelebihan pembayaran pajak dikembalikan
ditambah imbalan bunga sebesar 2% per bulan untuk paling lama 24 bulan.
Apabila wajib pajak belum atau tidak puas dengan keputusan yang diberikan
atas banding,maka wajib pajak dapat mengajukan peninjauan kembali kepada
Mahkamah Agung melalui Badan Peradilan Pajak.Permohonan pengajuan
peninjauan kembali dilakukan dalam jangka waktu 3 bulan sejak diketahuinya
kebohongan atau sejak ditemukan bukti tertulis baru.Mahkamah Agung mengambil
keputusan dalam jangka waktu 6 bulan sejak permohonan peninjauan kembali.
J. Pembetulan, Pengurangan, Penghapusan, atau Pembatalan
Pembetulan atas permohonan wajib pajak, atau karena jabatannya, Direktur
Jendral Pajak dapat membetulkan:
a. Surat ketetapan pajak (SKPKB, SKPKBT, SKPN, SKPLB),
b. Surat Tagihan Pajak,
c. Surat Keputusan Pembetulan,
d. Surat Keputusan Keberatan,
e. Surat Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi,
f. Surat Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi
g. Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak
h. Surat Keputusan Pembatalan Ketetepan Pajak,
i. Surat Keputusan Pengambilan Pendahuluan Kelebihan Pajak, atau
j. Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga,
yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan/atau
kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan
perpajakan.
Pengurangan, Penghapusan atau Pembatalan Direktur Jendral Pajak karena
jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak, dapat:
a. Mengurangkan atau menghapuskan sanksi administrasi sesuai dengan
ketentuan
peraturan anperundang-undangan perpajakan;
b. Mengurangkan atau membatalkan surat ketetapan pajak atau STP yang tidak
benar;
atau
c. Membatalkan hasil pemeriksaan atau surat ketetapan pajak dari hasil
pemeriksaan yang dilaksanakan tanpa Penyampaian Surat Pemberitahuan
Hasil Pemeriksaan atau Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dengan Wajib
Pajak.
Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pengurangan atau pembatalan surat
ketetapan pajak apabila:
7
a. Wajib Pajak tidak mengajukan keberatan atas surat ketetapan pajak; atau
b. Wajib Pajak mengajukan keberatan tetapi keberatannya tidak
dipertimbangkan oleh Direktur Jendral Pajak karena tidak memenuhi
persyaratan.
L. Pemeriksaan
Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan,
mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
M. Penyidikan
Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan adalah serangkaian tindakan
yang dilakukan oleh penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan
adanya bukti tersebut membuat terang tindak pidana di bidang perpajakan yang
terjadi serta menemukan tersangkanya. Penyidikan dilaksanakan berdasarkan UU
No. 8/1981 tentang KUHP.
P. Kewajiban Pembukuan/Pencatatan :
Yang Wajib Menyelenggarakan Pembukuan:
● Wajib Pajak (WP) Badan;
● Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas, kecuali Wajib Pajak Orang Pribadi yang peredaran brutonya dalam
satu tahun kurang dari Rp4.800.000.000,00 (Empat milyar delapan ratus juta
rupiah).
10
6) Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah
dapat diselenggarakan oleh Wajib Pajak setelah mendapat izin Menteri
Keuangan, dimana bahasa asing yang dapat digunakan dalam pembukuan
Wajib Pajak adalah bahasa Inggris.
7) Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau
pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari
pembukuan yang dikelola secara elektronik atau secara program aplikasi
online wajib disimpan selama 10 (sepuluh) tahun di Indonesia, yaitu di
tempat kegiatan atau tempat tinggal Wajib Pajak orang pribadi, atau di
tempat kedudukan Wajib Pajak badan.
Q. Sanksi Perpajakan
Melakukan pembayaran pajak adalah kewajiban seluruh warga negara,
terkecuali bagi mereka yang dibebaskan oleh peraturan perundang-
undangan.Lantaran sifatnya yang memaksa, negara menetapkan sanksi bagi wajib
pajak yang tidak melakukan pembayaran pajak. Tujuannya agar wajib pajak semakin
patuh melakukan kewajiban perpajakan.
Dalam undang-undang perpajakan dikenal dua macam sanksi, yaitu Sanksi
Administrasi dan Sanksi Pidana. Ancaman terhadap pelangaran suatu norma
perpajakan ada yang diancam dengan sanksi administrasi saja, ada yang diancam
dengan sanksi pidana saja, dan ada pula yang diancam dengan sanksi administrasi
dan pidana.
Perbedaan di antara keduanya terletak pada konsekuensinya. Pada sanksi
administrasi, konsekuensinya adalah pembayaran kerugian kepada negara berupa
bunga dan kenaikan, sedangkan pada sanksi pidana, konsekuensinya adalah siksaan
atau penderitaan.
1. Sanksi Pidana
Sanksi ini merupakan jenis sanksi terberat dalam dunia perpajakan.
Biasanya, sanksi pidana dikenakan bila wajib pajak melakukan pelanggaran
berat yang menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dan dilakukan
lebih dari satu kali.
Dalam Undang-Undang KUP, terdapat pasal 39 ayat i yang memuat
sanksi pidana bagi orang yang tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong
atau dipungut. Sanksi tersebut adalah pidana penjara paling singkat 6 bulan
dan paling lama 6 tahun, serta denda minimal 2 kali pajak terutang dan
maksimal 4 kali pajak terutang yang tidak dibayar atau kurang dibayar.
2. Sanksi Administrasi
Sanksi administrasi perpajakan terdiri dari sanksi denda, sanksi bunga
dan sanksi kenaikan. Sekian sanksi tersebut dikenakan untuk berbagai jenis
pelanggaran aturan. Sebagai berikut :
a) Pengenaan bunga
Sanksi berupa pengenaan bunga ini berlandaskan pada Pasal 9
Ayat 2(a) dan 2(b) UU KUP. Dalam Ayat 2(a) dikatakan, wajib pajak
11
yang membayar pajaknya setelah jatuh tempo akan dikenakan denda
sebesar 2% per bulan yang dihitung dari tanggal jatuh tempo hingga
tanggal pembayaran.
Sementara, pada Ayat 2(b) disebutkan, wajib pajak yang baru
membayar pajak setelah jatuh tempo penyampaian SPT tahunan akan
dikenakan denda sebesar 2% per bulan, yang dihitung sejak
berakhirnya batas waktu penyampaian SPT sampai dengan tanggal
pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh satu bulan.
b) Sanksi Kenaikan
Sanksi kenaikan ditujukan kepada wajib pajak yang melakukan
pelanggaran tertentu. Contohnya seperti tindak pemalsuan data
dengan mengecilkan jumlah pendapatan pada SPT setelah lewat 2
tahun sebelum terbit SKP. Jenis sanksi ini bisa berupa kenaikan jumlah
pajak yang harus dibayar dengan kisaran 50% dari pajak yang kurang
dibayar tersebut.
c) Sanksi Denda
Sanksi pajak berupa denda ditujukan kepada pelanggaran yang
berhubungan dengan kewajiban pelaporan. Besarannya pun
bermacam-macam, sesuai dengan aturan undang-undang.
12
PENUTUP
13
Daftar Pustaka
http://www.pajak.go.id. (2018, May Wednesday). http://www.pajak.go.id/2.2.1.1.1.1. Kewajiban
Pembukuan. Retrieved from http://www.pajak.go.id: http://www.pajak.go.id
14