Anda di halaman 1dari 2

Prioritas utama dalam penatalaksanaan Takikardi ventrikular (Ventricular Tachycardia/VT)

adalah menilai status hemodinamik dan melakukan pemeriksaan EKG 12 sadapan kecuali pasien
sudah tidak sadarkan diri. Tingkat kesadaran adalah indikator yang penting dalam terjadinya
ketidakstabilan hemodinamik. Bila hemodinamik dan perfusi ke otak baik, maka kesadaran
pasien pasti baik.
Kardioversi dan Defibrilasi Elektrik
Kardioversi elektrik direct current (DC) tersinkronisasi merupakan terapi yang paling efektif
dalam menterminasi Takikardi ventrikular (Ventricular Tachycardia/VT). Terminasi VT dengan
DC tersinkronisasi juga tidak berhubungan dengan terjadinya depresi hemodinamik atau aritmia
yang sering muncul dengan pemberian obat antiaritmia.
Pada pasien dengan VT tidak stabil atau VT polimorfik terapi defibrilasi harus segera dilakukan
yakni dengan dosis energi 360 Joule (monofasik).

Pada pasien dengan VT stabil, dilakukan kardioversi tersinkronisasi dengan dosis inisial 100
Joule. Pelaksanaan kardioversi tersinkronisasi DC harus dilakukan pada pasien dengan kondisi
sedasi. Bila terdapat ahli anestesi, maka dapat diberikan propofol. Namun ketersediaan ahli
anestesi sangat terbatas dan memakan waktu untuk menungggunya. Secara umum yang diberikan
adalah benzodiazepin yakni midazolam dengan dosis 2,5-10 mg secara intravena. Dapat juga
disertai dengan opiat kerja cepat (fentanil 25-50 mikrogram).[9]

Obat anti aritmia lebih sering digunakan untuk VT stabil dan tidak memerlukan kardioversi
segera. Pilihan utamanya adalah lidokain 1,5 mg/kgBB. Namun dapat juga diberikan amiodaron
300 mg (5mg/kgBB) dalam 30 menit dan dilanjutkan dengan infus kontinyu 600-1200 mg dalam
24 jam. Prokainamid juga bisa menjadi pilihan yang baik namun tidak tersedia luas di Indonesia.

Setelah tatalaksana VT berhasil, pasien harus dipantau. EKG 12 sadapan, kadar elektrolit, dan
pemeriksaan untuk jantung secara komprehensif. Abnormalitas kadar eletrolit harus dikoreksi.
Pasien dirujuk segera ke ahli kardiologi untuk tindakan selanjutnya yang dapat berupa pemberian
antiaritmia lanjutan, ablasi kateter, atau pemasangan alat ICD.

Medikamentosa
Antiaritmia diberikan pada VT yang stabil yang tidak memerlukan kardioversi segera. Obat-
obatan sedasi diberikan untuk persiapan melakukan kardioversi elektrik tersinkronisasi pada
pasien VT stabil.

Antiaritmia
Pilihan antiaritmia pada Takikardi ventrikular (Ventricular Tachycardia/VT) adalah lidokain 1-
1,5 mg/kgBB melalui intravena, atau 2-4 mg/kgBB intratrakea. Dapat juga diberikan amiodaron
300 mg (5mg/kgBB) dalam 30 menit dan dilanjutkan dengan infus kontinyu 600-1200 mg dalam
24 jam.
Sedatif dan Analgesik

Apabila terdapat dokter anestesi yang dapat menangani pasien dalam waktu cepat, maka dapat
diberikan sedasi dengan propofol, namun apabila tidak ada maka dapat diberikan midazolam
dengan dosis 2,5-10 mg secara intravena atau fentanil 25-50 mikrogram secara intravena.

Ablasi Kateter dan Pemasangan ICD


Pasien dengan Takikardi ventrikular (Ventricular Tachycardia/VT) cenderung mengalami
rekurensi bahkan setelah keluar dari perawatan rumah sakit. Impuls ektopik pada ventrikel dapat
diblok dengan teknik ablasi ke endokardial trans kateter. Ablasi dilakukan pada daerah yang
menjadi sumber ektopik dengan menyalurkan energi pada area sumber ektopik yang telah diblok.
Angka survival pada pasien aritmia ventrikel meningkat setelah dilakukan ablasi kateter.[10]
Pasien infark miokard akut yang mengalami episode VT monomorfik cenderung akan
mengalami rekurensi VT karena terdapat jaringan parut pada ventrikel yang menjadi sumber
impuls ektopik. Mortalitas akibat sudden cariac death (SCD) pada pasien ini dapat diminimalkan
dengan pemasangan implantable cardioverter-defibrilator (ICD).[11]
Pemasangan ICD tidak akan mencegah berulangnya VT, namun angka mortalitas menurun
signifikan pada pasien yang terpasa ICD karena kondisi aritmia cepat diterminasi.

Rujukan
Kompetensi dokter umum pada tatalaksana Takikardi ventrikular (Ventricular Tachycardia/VT)
adalah 3B, artinya dokter umum melakukan tatalaksana kegawatdaruratan pendahuluan pada
pasien. Kemudian, setelah kondisi pasien distabilkan, pasien dirujuk segera ke ahli kardiologi
untuk tindakan selanjutnya yang dapat berupa pemberian antiaritmia lanjutan, ablasi kateter, atau
pemasangan alat ICD. Walaupun demikian, harus diingat bahwa dokter umum tetap harus
mengetahui tatalaksana VT secara utuh agar dapat memberikan tatalaksana yang tepat dan dapat
memberikan penjelasan yang komprehensif pada pasien dan keluarganya. [13]

Anda mungkin juga menyukai