Anda di halaman 1dari 7

PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA DALAM

MENYELESAIKAN MASALAH BANGUN DATAR

Fatqurhohman
Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas PGRI Banyuwangi
e-mail: frohman86@gmail.com

Abstract: This research is meant to describe the students’ understanding of Mathematics


Concept related to non-routine problem in contour Shapes. This research is a qualitative
research. The subject of this research are 25 students of fourth (VI) grade of SDN Mojorejo
02 Kota Batu. The data are collected through students’ response on a test given. Based on
the result of this research shows that students are still unable to use Mathematics concept
well in solving some problems (still tent to be procedural), students are still unable to
compare by presenting alternative solution aside from response obtained, students’ mastery
and understanding concept of Mathematics in solving non-routine questions are still low.
Teachers are hoped to be able to provide non-routine questions in order to allow students to
be accustomed with and develop ability in relation to problem solving

Key Words: The understanding of Mathematics Concept, Non-Routine Questions, and


Contour Shapes.

Abstrak: Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemahaman konsep matematika siswa
kaitannya dengansoal non-rutin pada materi bangun datar. Jenis penelitian ini adalah
kualitatif. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV (empat) SDN Mojorejo 02 Kota Batu
yang berjumlah 25. Data diperoleh melalui hasil respon/jawaban tes siswa. Berdasarkan hasil
yang diperoleh bahwa siswa belum dapat dengan baik menggunakan konsep-konsep
matematika dalam menyelesaiakan masalah (masih cenderung prosedural), siswa belum
dapat membandingkan dengan menyajikan alternatif solusi yang lain dari respon yang
diperoleh, penguasaan dan pemahaman konsep matematika dalam menyelesaikan soal non-
rutin masih rendah. Diharapkan guru dapat memberikan soal non-rutin agar siswa terbiasa
dan mengembangkan kemampuannya kaitannnya dengan pemecahan masalah.

Kata Kunci : Pemahaman Konsep Matematika, Soal non-rutin, dan Bangun Datar

PENDAHULUAN kannya. Sehingga untuk mengetahui seseorang


memahami suatu konsep apabila seseorang
Matematika merupakan ilmu yang
dapat menyatakan pengertian konsep dengan
perlu dipahami oleh setiap orang, terutama
bahasanya sendiri.
siswa yang berada pada jenjang pendidikan
Salah satu kunci keberhasilan dalam
formal. Sedangkan hakikat dari matematika
belajar matematika adalah penguasaan konsep.
adalah siswa dihadapkan dalam belajar
Menurut Sagala (2009), konsep merupakan
matematika pada masalah tertentu berdasarkan
suatu ide abstraksi yang mewakili objek-
konstruksi pengetahuan yang diperolehnya
objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan,
ketika belajar dan akan berusaha meme-
atau hubungan-hubungan yang mempunyai
cahkannya (Hamzah, 2010). Siswa dapat
atribut-atribut yang sama. Hal ini dikarena-
peka terhadap matematika hanya jika mereka
kan berbagai konsep matematika memiliki
memahami konsep dan menginterpretasi-

127
128 Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, Vol. 4 No. 2, hlm 127-133

keterkaitan yang kuat antar satu konsep dengan matematikanya (Kilpatrick & Swafford,
konsep lainnya. Apabila siswa belum me- 2002).
nguasai kemampuan dasar dalam memahami Kyle & Lovin (2012) menyatakan
matematika tersebut maka tujuan pem- bahwa solusi yang dipakai dalam memecahkan
belajaran yang diharapkan tidak mungkin masalah/hambatan dalam proses belajar
tercapai dan dipastikan bahwa siswa akan mengajar adalah dengan mengidentifikasi
mengalami kesulitan dalam merancang pe- masalah yang dihadapi.Michelle, J & Beswick,
nyelesaian dan melaksanakan rancangan K (2010) berpendapat bahwa bekerja secara
penyelesaian masalah. Sehingga dengan pe- interaktif dalam lingkungan yang men-
mahaman konsep, siswa akan mampu dukung dapat meningkatkan pemahaman
mengaitkan serta memecahkan permasalahan matematika, kaitannya dengan meningkatnya
dengan berbekal kemampuan dasar melalui kepercayaan dalam kemampuan mereka
konsep yang sudah dipahaminya (O’Connell, sendiri yang dirancang secara individual.
2007). Pada tingkat pemahaman yang mendalam
Menurut Duffin dan Simpson (1997) siswa mulai mampu untuk membuat ke-
pemahaman adalah kesadaran dari struktur terkaitan antar ide-ide matematika dan
mental yang internal. Sedangkan menurut membuat generalisasi dari suatu konsep
Sierpinska (2005) pemahaman merupakan (Potter & Kustra, 2012). Sehingga pemahaman
suatu hal yang nyata sebagai pengalaman matematika siswa dapat dilihat dari performa
mental seseorang yang potensial atau siswa dalam memberikan respon dari asesmen
aktifitas kognitif yang berlangsung pada yang diberikan guru.
waktu yang lebih panjang. Dengan adanya Menurut Rahaimah & Noraini (2013)
pemahaman memudahkan terjadinya transfer bahwa gambaran tentang pentingnya mem-
ilmu (Hiebert dalam Barmby et.al, 2009). buat pendekatan yang diberikan oleh guru
Sehingga pemahaman memerlukan kemam- tepat sasaran berdasarkan pemahaman yang
puan untuk mengakses beberapa pengetahuan dimiliki siswa. Sejalan dengan pendapat
yang relevan (Shirkey, 2003). Almir et. al (2013) bahwa apabila siswa
Palinscar dan Brown (1984) menyatakan benar-benar memahami masalah, mereka
bahwa pemahaman dapat diaplikasikan bisa menjelaskan, menafsirkan, menerapkan,
secara prosedural, konseptual, ataupun proses. memiliki perspektif, berempati, dan me-
Menurut Ghazali &Zakaria (2011), siswa miliki pengetahuan diri yang meliputi peng-
dengan tingkat pengetahuan konseptual mampu gunaan dan aplikasi dalam situasi otentik
memecahkan masalah yang mereka tidak berdasarkan pengetahuan konseptual dan
pernah dijumpai sebelumnya. Oleh karena prosedural. Sehingga penggunaan waktu pada
itu, reformasi dalam mengajar diperlukan setiap pelajaran yang direncanakan me-
untuk meningkatkan pemahaman konseptual mungkinkan siswa untuk menguasai kete-
siswa untuk meminimalkan penggunaan rampilan dasar dalam menggunakan infor-
algoritma dan menghafal. Menurut Mousley masi yang dimiliki ketika merencanakan
(2004), tujuan dari kegiatan mengajar yang strategi solusinya (Penlington, 2011).
paling penting adalah untuk membangun Alasan pemahaman konsep matematika
pemahaman matematikasiswa di kelas. Karena penting bagi siswa adalah dasar pengetahuan
pemahaman matematika dapat menumbuhkan yang menjadi tujuan dari belajar matematika
keaktifan siswa dalam mencari ide-ide awal (Mulligan & Mitchelmore, 2009).Dalam
menilai atau mendeskripsikan pemahaman
Fatqurhohman, Pemahaman Konsep Matematika............ 129

siswa tidak dilihat dari benar atau salah di sekolah dasar. Polya (1973) menyatakan
jawabannya tetapi lebih penting mengetahui bahwa ada 4 (empat) tahap dalam pemecahan
alasan siswa dalam memberikan respon/ masalah yaitu memahami masalah, meren-
jawaban dari masalah yang diberikan (Romero canakan penyelesaian atau membuat model
& Mari, 2006). Sehingga belajar matematika di matematika, menyelesaikan masalah sesuai
sekolah dasar tidak hanya diarahkan pada rencana, melakukan pengecekan kembali.
peningkatan kemampuan siswa dalam Dalam artikel ini, peneliti bermaksud
berhitung, tetapi juga diarahkan kepada menggali pemahaman konsep matematika
peningkatan kemampuan siswa dalam siswa sekolah dasar. Indikator pemahaman
pemecahan masalah (Problem Solving). konsep matematika mengacu pada pendapat
Menurut Polya (1973) pemecahan Kilpatrick (2001) yaitu menyatakan ulang
masalah merupakan usaha mencari jalan sebuah konsep yang dipelajari; menggunakan,
keluar dari suatu kesulitan/permasalahan memanfaatkan, dan memilih prosedur; memberi
untuk mencapai suatu tujuan yang tidak contoh dan non contoh; meng-aplikasikan
dapat dicapai secara langsung. Sedangkan konsep atau algoritma pemecahan masalah;
Siswono (2008) menyatakan bahwa pemecahan membandingkan dengan menyajikan contoh
masalah merupakan suatu proses atau upaya dalam berbagai representasi. Dengan indikator
individu untuk merespon atau mengatasi tersebut, peneliti dapat menggali pemaham-
permasalahan ketika suatu jawaban atau an konsep matematika siswa kaitannnya
metode jawaban belum jelas. Sejalan dengan dengan me-nyelesaikan soal non-rutin pada
pendapat Sudarman (2010) menyatakan bahwa materi bangun datar. Sehingga peneliti
pemecahan masalah merupakan hal penting mengambil judul “Pemahaman Konsep
yang dilakukan dalam belajar matematika Matematika Siswa Dalam Menyelesaikan
di kelas. Salah satu aspek penting yang Masalah Bangun Datar”.
mendasari pemecahan masalah adalah ke-
mampuan siswa dalam memahami suatu METODE
permasalahan terutama pada pemahaman Penelitian ini termasuk jenis pene-
konsep matematika. Selain itu, tingkat kesulitan litian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
soal pemecahan masalah harus di sesuaikan Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV
dengan tingkat kemampuan siswa. Sehingga SDN Mojorejo 02 Kota Batu yang berjumlah
dapat mengarahkan siswa untuk menggunakan 25 siswa. Data diperoleh melalui hasil respon
konsep-konsep matematika yang dipelajari jawaban soal tes siswa, hasil wawancara,
dalam pemecahan masalah. Pemecahan masalah dan rekaman (video). Soal tes yang di-
meliputi masalah tertutup dengan solusi tung- berikan berbentuk soal non-rutin pada materi
gal, masalah terbuka dengan solusi tidak bangun datar. Sedangkan wawancara diper-
tunggal dengan berbagai cara penyelesaian. lukan untuk menggali atau mencari informasi
Menurut Orton (2004: 141), pemberian yang lebih mendalam dari hasil respon
masalah terbuka sangat baik digunakan dalam jawaban siswa terhadap soal tes. Rekaman
pembelajaran matematika. Sedangkan menurut (video) digunakan untuk merekam informasi
Emilya (2010), masalah terbuka dapat mem- respon secara lisan maupun tertulis siswa.
berikan pengaruh potensial yang positif dalam Dengan cara ini akan dapat membantu dan
memunculkan ide-ide dan menemukan solusi/ memperoleh informasi yang lengkap dalam
cara penyelesaian jawaban yang beragam. menganalisis hasilnya.
Sehingga pemecahan masalah menjadi fokus
penting dalam belajar matamatika terutama
130 Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, Vol. 4 No. 2, hlm 127-133

HASIL DAN PEMBAHASAN dalam situasi otentik dari pengetahuan kon-


Untuk mengetahui pemahaman konsep septual dan prosedural.
matematika siswa, diberikan soal pemecahan Pemecahan masalah adalah tugas tertulis
masalah menggunakan soal non-rutin. Sesuai yang dikembangkan berupa soal non-rutin
dengan pandangan O’Connell (2007) bahwa dengan menggunakan materi bangun datar.
dengan pemahaman konsep, siswa akan lebih Hasil tugas tertulis yang dikembangkan di-
mudah dalam memecahkan permasalahan tindak lanjuti dengan wawancara yang
karena siswa akan mampu mengaitkan serta bertujuan untuk menggali dan mengungkap
memecahkan permasalahan tersebut dengan pemahaman konsep matematika siswa.
berbekal konsep yang sudah dipahaminya. Wawancara dilakukan pada saat subjek
Karena pemahaman konsep merujuk pada sedang menyelesaikan masalah yang
keaktifan siswa mencari ide-ide matematika diberikan. Soal non-rutin tersebut adalah
(Kilpatrick & Swafford, 2002). Selain itu, sebagai berikut.
pandangan yang serupa dinyatakan (Almir
et. al, 2013) bahwa apabila siswa benar-benar Tentukan ukuran panjang dan lebar
memahami masalah, mereka bisa menjelaskan, dari suatu persegipanjang yang luasnya 36
menafsirkan, menerapkan, memiliki perspektif, m2? Jelaskan jawabanmu!
berempati, dan memiliki pengetahuan diri

Gambar 3.1. Respon Siswa A

Gambar 3.2. Respon Siswa A


Siswa A, dapat menyelesaikan masalah dapat memberikan alasan tetapi belum jelas.
yang diberikan lebih dari satu jawaban dan Selain itu mereka belum dapat mengaitkan
Fatqurhohman, Pemahaman Konsep Matematika............ 131

konsep-konsep yang sesuai dalam menye- berbeda dari sudut pandang memahami dan
lesaikan permasalahan yang diberikan. Apabila menyelesaikan permasalahan tersebut. Siswa A
soal-soal non-rutin diberikan secara ber- termasuk memiliki kemampuan dan pe-
kelanjutan diyakini dapat mengembangkan ide- ngetahuan pemahaman lebih tinggi daripada
ide yang dimiliki dalam menyelesaikan siswa B. Karena siswa A tanpa merepre-
permasalahan tersebut. Sedangkan siswa B, sentasikan melalui gambar dapat memberikan
belum dapat menyelesaikan masalah yang alasan dan jawaban lebih dari satu jawaban
diberikan lebih dari satu jawaban. Akan meskipun dari alasan yang diberikan belum
tetapi siswa B sudah dapat memberikan jelas. Berbeda dengan siswa B, sudah dapat
alasan secara jelas yang mengarah ke hasil mengarah pada alasan yang jelas dari respon
jawabannya melalui masalah yang diketahui jawaban yang diberikan meskipun hanya
maupun dengan bentuk gambar. satu respon jawaban yang diberikan.
Berdasarkan indikator pemahaman Pada indikator mengaplikasikan konsep
konsep matematika yang mengacu pada atau algoritma pemecahan masalah, siswa A
pendapat Kilpatrick (2001) yaitu menyatakan dan siswa B sudah dapat menggunakan
ulang sebuah konsep yang dipelajari; meng- prosedur yang direncanakan dalam menye-
gunakan, memanfaatkan, dan memilih pro- lesaikan masalah yang diberikan. Pada siswa B,
sedur; memberi contoh dan non contoh; hanya dapat memberikan satu respon jawaban
mengaplikasikan konsep atau algoritma dengan alasan jelas mengarah ke respon
pemecahan masalah; membandingkan dengan jawaban. Sedangkan siswa A, dapat mem-
menyajikan contoh dalam berbagai repre- berikan lebih dari respon jawaban akan
sentasi. Sehingga dapat diuraikan sebagai tetapi belum dapat memberikan alasan yang
berikut. kuat dari respon jawaban yang diberikan.
Menyatakan ulang sebuah konsep Hal ini diyakini bahwa dari beberapa
yang dipelajari, dalam hal ini dikatakan respon jawaban dan alasan yang diberikan,
bahwa siswa A dan siswa B sudah dapat pemahaman konsep matematika yang dimiliki
mengenali hampir fakta, prinsip dan konsep masih dikatakan kurang, karena mereka
yang menjadi prasyarat dalam menyelesaikan hanya menyelesaikan langsung pada rumus
permasalahan dengan memberikan respon tanpa memberikan alasan yang kuat atau
jawaban melalui rumus yang pernah di- logis dari apa yang dikerjakan. Dengan
pelajari yaitu luas persegi panjang = panjang demikian, siswa belum dapat dikategorikan
X lebar. Dengan berbekal pengalaman dan dalam memberikan contoh dan non-contoh
pengetahuan yang dimiliki, siswa dapat dengan mengaplikasikan konsep yang di-
melakukan atau merencanakan penyelesaian pelajari. Apabila pemahaman konsep dalam
dari masalah yang diberikan. Selanjutnya, belajar telah tercapai, maka siswa dalam
dalam merencanakan penyelesaian dengan menjawab soal dapat menguraikan terlebih
memilih konsep yang sesuai. Hal ini terlihat dahulu definisi penggunaan rumus tersebut.
saat siswa B menggambarkan sebuah persegi Dengan kata lain siswa sedikit bercerita
panjang dengan ukuran panjang 9 dan ukuran tentang konsep yang digunakan dalam
lebar 4. Berbeda dengan siswa A, dia hanya penyelesaian soal tersebut.
menuliskan rumus dan menentukan ukuran Pada indikator membandingkan de-
panjang dan lebar tanpa menggambarkan- ngan menyajikan contoh dalam berbagai
nya. Sehingga dapat dikatakan bahwa siswa A representasi, siswa sudah dapat memberikan
dan siswa B memiliki pengetahuan yang hasilnya melalui perhitungan dari respon
132 Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, Vol. 4 No. 2, hlm 127-133

jawaban soal yang diketahui. Sebagai contoh Pemahaman konsep matematika


siswa A, dia dapat menunjukkan hasilnya kaitannya dengan pemecahan masalah
dengan membandingkan alternatif jawaban dapat dilakukan dengan memberikan soal
yang diperolehnya, seperti panjang1 = 9 non-rutin, tujuannya agar siswa dapat
dan lebar1 = 4; panjang2 = 12 dan lebar2 = terbiasa mengenali maupun memahami soal
3; panjang3 = 18 dan lebar3 = 2. Berbeda tersebut dengan menggunakan konsep
dengan siswa B, dia hanya memiliki satu matematika yang dimiliki. Perlu diper-
jawaban sehingga untuk membandingkan hatikan bahwa dalam menanamkan pema-
hasil yang diperoleh dia tidak dapat mela- haman konsep kepada siswa harus me-
kukannnya. nyesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki
Dari data yang diperoleh, salah satu siswa. Selain itu siswa diharapkan sering
penyebab kurangnya pemahaman konsep mengerjakan latihan soal dan dituntut ke-
dalam pemecahan masalah adalah metode aktifan belajar dikelas. Seorang pendidik
belajar maupun soal-soal yang diberikan oleh (guru) haruslah memberikan kesempatan dan
guru pada saat proses belajar mengajar. membebaskan para siswanya untuk meme-
Sehingga berkurangnya respon siswa terhadap cahkan masalah secara mandiri, akan tetapi
proses belajar mengajar disebabkan ren- tetap mengacu pada kebenaran konsep yang
dahnya partisipasi siswa dalam belajar di ada.
kelas, sehingga proses belajar mengajar di
kelas kurang bermakna (Murray, 2011).
SIMPULAN
Sebagai contoh siswa B yang hanya dapat
menyelesaikan permasalahan dengan satu Dari hasil pembahasan yang dipaparkan,
maka diperoleh kesimpulan bahwa penguasaan
jawaban. Hal ini belum dapat memahami
dan pemahaman konsep matematika siswa
permasalahan yang diberikan dikarenakan
pemahaman konsep matematika yang dimiliki dalam memahami dan menyelesaikan per-
masih kurang. masalahan masih rendah kaitannya dengan
Penyebab pemahaman konsep mate- soal non-rutin. Hal ini ditunjukkan dengan
matika siswa seperti yang diuraikan, proses penyelesaian siswa yang masih bersifat
belajar mengajar yang digunakan guru prosedural. Dengan kata lain siswa masih
adalah hanya membahas materi yang sedang belum terbiasa/kesulitan dengan soal non-
dipelajari tanpa menanamkan konsep rutin. Sehingga pemahaman konsep mate-
matematika kepada siswa melalui pema- matika siswa perlu ditingkatkan dan
haman secara mendalam, selain itu guru dikembangkan kaitannya dengan soal non-
hanya memberikan soal-soal rutin yang rutin. Karena soal-soal tersebut diyakini
hasilnya dapat diselesaikan secara prose- dapat mempengaruhi pemahaman konsep
dural. Sehingga secara tidak langsung siswa matematika siswa. Dalam menanamkan
hanya dilatih pada keterampilan berhitung pemahaman konsep kepada siswa harus
dan kecenderungan meng-hapalkan rumus menyesuaikan dengan kemampuan yang
yang ada. Hal ini yang menyebabkan dimiliki siswa. Selain itu siswa diharapkan
matematika dianggap pelajaran yang sulit dan sering mengerjakan latihan soaldan dituntut
sampai sekarang masih ditakuti. Karena keaktifan dalam belajar dikelas.
siswa menganggap bahwa matematika itu Dengan memperhatikan kemampuan
siswa menerima materi yang diajarkan, maka
penuh dengan hapalan rumus dan angka-
pemahaman konsep dalam belajar mate-
angka yang membingungkan.
Fatqurhohman, Pemahaman Konsep Matematika............ 133

matika dapat dilakukan dengan cara seder- dalamproses belajar matematika. Sehingga
hana dan menarik melalui pemecahan matematika tidak dianggap pelajaran yang
masalah dengan menggunakan soal non- sulit, karena penuh dengan hapalan rumus
rutin. Hal ini dikarenakan bahwa pemahaman dan angka-angka yang membingungkan.
konsep merupakan bagian yang terpenting

DAFTAR PUSTAKA
Anderson dan Krathwohl. 2001. A Taxono- technology-rich learning environ-
my for leraning, teaching, and Asses- ment. Thesis presented for the Degree
sing. United States: Addison Wesley of Doktor of Philosophy of Curtin
Longman, Inc. University of Technology.
Enger, S.K. dan Yager, R.E. 2001. As- Miles, M. B dan Huberman, A. M. 1992.
sessing Student Understanding in Analsisis data Kualitatif terjemah
Science. California: Corwin Press, Rohidi, T. Jakarta: UI Press.
Inc. Moleong, L.J. 2009. Metodologi Penelitian
Hayat, B. 2008. Prinsip-Prinsip dan Strategi Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda-
Penilaian di kelas dalam Assessment karya. Newman, M.A. 1983. Stra-
BerbasisKelas. Jakarta: Pusat Peni- tegies for Diagnosis and Remedia-
laian pendidikan, Badan Penelitian tion. Sydney: Harcourt, Brace
dan Pengembangan Depdiknas. Jovanovich.
Thompson, T. 2008. Mathematics Newman, M.A. 1983. Strategies for Diag-
Teachers Interpretation of Higher nosis and Remediation. Sydney:
Order Thinking in Blooms Taxonomy Harcourt, Brace Jovanovich.
dalam IEJME, Vol. 3(2), pp. 82-102. Thompson, T. 2008. Mathematics Teachers
McMahon, G. P. 2007. Getting the HOTS Interpretation of Higher Order Think-
with what’s in the box: Developing ng in Blooms Taxonomy dalam
higherorderthinking skills within a IEJME, Vol. 3(2), pp. 82-102.

Anda mungkin juga menyukai