Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KELOMPOK

KONSEP DASAR DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ANAK ISPA


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak
Dosen Pengampu : Ns. Erni Suprapti, M. Kep

Disusun oleh:
Kelompok 4 Kelas 2A

1. Edo Japung Saputra 20101440117025


2. Lestariningsih 20101440117047
3. Lusitania Dian Permadani 20101440117050
4. Nita Ramadhani 20101440117062
5. Olivia Puspita Handayani 20101440117067
6. Rikma Erwinda Damayanti 20101440117073

AKPER KESDAM IV/DIPONEGORO


SEMARANG
2018/2019

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan limpahan rahmat-Nya maka Penulis bisa menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu.
Berikut ini kami mempersembahkan sebuah makalah untuk memenuhi salah satu
tugas pada mata kuliah Keperawatan Anak yang membahas tentang Konsep dan Asuhan
Keperawatan Pada Anak dengan ISPA dan semoga dengan dibuatnya makalah ini dapat
membantu menambah ilmu pengetahuan bagi pembaca.
Melalui kata pengantar ini penulis terlebih dahulu meminta maaf dan memohon
permakluman bilamana isi makalah ini ada kekurangan baik dalam isi maupun penulisan.
Terima kasih

Semarang, 6 April 2019

Kelompok 4

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dikenal sebagai salah satu penyebab
kematian utama pada bayi dan anak balita di negara berkembang. ISPA menyebabkan
empat dari 15 juta kematian pada anak berusia di bawah lima tahun pada setiap
tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut adalah bayi. Hampir empat juta orang
meninggal akibat ISPA setiap tahun, 98% nya disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan
bawah. Tingkat mortalitas akibat ISPA pada bayi, anak dan orang lanjut usia tergolong
tinggi terutama di negara-negara dengan pendapatan perkapita rendah dan menengah.
ISPA juga merupakan salah satu penyebab utama konsultasi atau rawat inap di sarana
pelayanan kesehatan terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2014)
ISPA hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan utama pada anak
di negara berkembang. Episode penyakit batuk pilek pada balita di Indonesia
diperkirakan terjadi tiga sampai enam kali per tahun. ISPA merupakan salah satu
penyebab utama kunjungan klien di sarana pelayanan kesehatan yaitu sebanyak 40-60%
kunjungan berobat di Puskesmas dan 15-30% kunjungan berobat di rawat jalan dan rawat
inap rumah sakit (Depkes RI,2013).
Di Indonesia angka kematian ISPA diperkirakan mencapai 20 %. Hingga saat ini
salah satu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat adalah ISPA. (Infeksi Saluran
Pernapasan Akut). ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena
menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4
kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3 - 6 episode ISPA setiap
tahunnya.40 % - 60 % dari kunjungan di puskesmas adalah oleh penyakit ISPA (Anonim,
2012).
B. Tujuan
Menjelaskan proses gangguan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada anak
dan mengetahui asuhan keperawatan anak dengan ISPA.

BAB II
KONSEP DASAR MEDIS

A. Pengertian ISPA
Infeksi saluran pernafasan akut adalah proses peradanganyang disebabkan
olehvirus, infeksi bakteri, atipikal (Mycoplasma) atau aspirasizat asing, yang melibatkan
salah satu atauseluruh bagiansaluran pernafasan (Wilson & Hockenberry, 2012)
ISPA atau infeksi saluran pernafasan akut adalah infeksi yang terutama mengenai
struktur saluran pernafasan di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai bagian
saluran atas dan bawah secara simultan atau berurutan (Nelson,edisi 15).
Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan
(hidung, pharing dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya
obstruksi jalan nafas dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat melakukan
pernafasan (Pincus Catzel& Ian Roberts; 2009).
Infeksi saluran nafas adalah penurunan kemampuan pertahanan alami jalan
nafasdalam menghadapi organisme asing (Whaley and Wong; 2009). ISPA adalah
penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari
hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya,
seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA umumnya berlangsung selama 14
hari. Yang termasuk dalam infeksi saluran nafas bagian atas adalah batuk pilek biasa,
sakit telinga, radang tenggorokan, influenza, bronchitis, dan juga sinusitis. Sedangkan
infeksi yang menyerang bagian bawah saluran nafas seperti paru itu salah satunya adalah
Pneumonia (WHO).
1. Klasifikasi ISPA
Program Pemberantasan Penyakit ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2
golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat
beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk
pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya
digolongkan sebagai bukan pneumonia. Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan
napas bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh
kuman Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati
dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga akut harus mendapat antibiotik
(Rasmaliah, 2012)
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai
berikut: (Rasmalaiah 2012)
a. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam
(chest indrawing).
b. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
c. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa
tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan
tonsilitis tergolong bukan pneumonia

Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA.


Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan
umur 2 bulan sampai 5 tahun. Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi
penyakit yaitu : (Rasmaliah 2009)

a. Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada bagian
bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu
60 kali per menit atau lebih.
b. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding
dada bagian bawah atau napas cepat.

Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu
(Rasmaliah 2012)

a. Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian
bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus
dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta).
b. Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan
adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit
atau lebih.

c. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada
bagian bawah dan tidak ada napas cepat(Rasmaliah, 2012).

B. Etiologi ISPA
Terdiri lebih dari 300 jenis penyakit bakteri,virus, dan riketsia. Virus penyebab
ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adenvirus, Koronavirus, Pikornavirus,
Mikoplasma, Herpesvirus dan lain-lain (DepKes RI 2013 : 5). Penyebab ISPA meliputi
virus, bakteri dan jamur. Kebanyakan ISPA desebabkan oleh virus. Diagnosis yang
termasuk dalam keadaan ini adalah rhinitis, sinusitis, faringitis, tosilitis dan laryngitis.
Terapi yang diberikan penyakit ini biasanya pemberian antibiotic, walaupun kebanyakan
ISPA disebabkan oleh virus yang dapat sembuh dengan sendirinya tanpa pemberian obat-
obatan terapeutik. Pemberian antibiotic dapat mempercepat penyembuhan penyakit ini
dibandingkan hanya pemberian obat-obatan symptomatic, selain itu dengan pemberian
antibiotic dapat mencegah terjadinya infeksi lanjutan dari bacterial.
C. Patofisiologi
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan
tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang
terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring
atau dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka
virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan (Kending dan
Chernick, 2012 dalam DepKes RI, 2012).
Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 4 tahap yaitu :
1. Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-apa
2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa karena nya tubuh
menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.
3. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala demam
dan batuk.
4. Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh sempurna, sembuh
dengan atelektasis,menjadi kronos dan meninggal akibat pneumonia.

D. Pathway
ISPA

Paparan udara (debu)


Mengandung virus/bakteri/patogen

Fungsi hidung dalam fungsi filterisasi

Ukuran besar tersaring, ukuran kecil akan masuk


Virus/bakteri/patogen dalam debu merusak
Hipotalamus berespon
lapisandenganSpasmus
epitel danColman’s
lapisan Ketidakefektifan
laring Disease
gagal
mukosa
Sumber: Colman BH. 1992. Sinusitis. In: Hall and ofsaluran
the Nose, Throat Menyebar
Ear, andke
andResiko tonsil
Infeksi
Head and
menaikkan set
Hipertermia
Tubuh demam Silia
point mendorong
melakukan debu
tangkapan
pernapasan
Reaksi peradangan bersihan
ke faring
refleks jalan napas Selulitis
BatukAbses
Reaksi peritonsilar
peritonsilar
mukus meningkat
(tonsilitis) Sesak napas
th
Neck. A Handbook for Student and Pratitioner, 14 Edition. Jakarta: EGC (penyebaran)
E. Manifestasi Klinis
1. Batuk, pilek dengan nafas cepat atau sesak nafas. Pada umur kurang dari 2 bulan,
nafas cepat lebih dari 60 x / mnt. Penyakit ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk
adanya demam, adanya obstruksi hidung dengan sekret yang encer sampai dengan
membuntu saluran pernafasan, bayi menjadi gelisah dan susah atau bahkan sama
sekali tidak mau minum (Pincus Catzel & Ian Roberts; 2010).
2. Demam biasanya pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam muncul
jika anak sudah mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun. Seringkali demam
muncul sebagai tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai 39,5OC-
40,5 C.
3. Meningismus adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens, biasanya
terjadi selama periodik bayi mengalami panas, gejalanya adalah nyeri kepala, kaku
dan nyeri pada punggung serta kuduk, terdapatnya tanda kernig dan brudzinski.
4. Anorexia biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan menjadi
susah minum dan bhkan tidak mau minum.
5. Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama bayi tersebut
mengalami sakit.
6. Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran pernafasan
akibat infeksi virus.
7. Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya
lymphadenitis mesenteric.
8. Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih mudah
tersumbat oleh karena banyaknya sekret.
9. Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan, mungkin
tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran pernafasan.
10. Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya suara
pernafasan.
F. Pengobatan
Menurut Depkes RI, (2012) pencegahan ISPA antara lain:
1. Menjaga kesehatan gizi agar tetap baik. Dengan menjaga kesehatan gizi yang baik
maka itu akan mencegah kita atau terhindar dari penyakit yang terutama antara lain
penyakit ISPA. Misalnya dengan mengkonsumsi makanan empat sehat lima
sempurna, banyak minum air putih, olah raga dengan teratur, serta istirahat yang
cukup, kesemuanya itu akan menjaga badan kita tetap sehat. Karena dengan tubuh
yang sehat maka kekebalan tubuh kita akan semakin meningkat, sehingga dapat
mencegah virus /bakteri penyakit yang akan masuk ke tubuh kita.
2. Imunisasi. Pemberian immunisasi sangat diperlukan baik pada anak-anak maupun
orang dewasa. Immunisasi dilakukan untuk menjaga kekebalan tubuh kita supaya
tidak mudah terserang berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh virus / bakteri.
3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan. Membuat ventilasi udara serta
pencahayaan udara yang baik akan mengurangi polusi asap dapur / asap rokok yang
ada di dalam rumah, sehingga dapat mencegah seseorang menghirup asap tersebut
yang bisa menyebabkan terkena penyakit ISPA. Ventilasi yang baik dapat memelihara
kondisi sirkulasi udara (atmosfer) agar tetap segar dan sehat bagi manusia.
4. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA. Infeksi saluran pernafasan akut
(ISPA) ini disebabkan oleh virus/ bakteri yang ditularkan oleh seseorang yang telah
terjangkit penyakit ini melalui udara yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh. Bibit
penyakit ini biasanya berupa virus / bakteri di udara yang umumnya berbentuk aerosol
(anatu suspensi yang melayang di udara). Adapun bentuk aerosol yakni Droplet,
Nuclei (sisa dari sekresi saluran pernafasan yang dikeluarkan dari tubuh secara droplet
dan melayang di udara), yang kedua duet (campuran antara bibit penyakit).
G. Pemeriksaan Penunjang (Benny 2010)
1. Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan
kuman (+) sesuai dengan jenis kuman.
2. Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat disertai
dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia.
3. Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan

BAB III
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien dan Identitas Penanggung Jawab
ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) biasanya menyerang bayi dan anak
karena pada bayi dan anak belum memiliki ketahanan tubuh terhadap virus.
2. Keluhan Utama
Biasanya yang dikeluhkan pada anak adalah demam, gelisah, batuk kadang-
kadang, hidung dan tenggorokan kering, muntah
3. Riwayat Penyakit
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Demam, nyeri telan, sakit kepala, anoreksia, disfagia, nyeri abdomen, muntah,
nyeri otot, batuk kadang-kadang
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Keluarga mempunyai penyakit/riwayat ISPA dapat menularkan kepada
anggota keluarga yang lain
c. Riwayat Sosial
Lokasi rumah sekitar pabrik, atau pinggir jalan raya, lingkungan sekitar
banyak yang merokok.
4. Pola Kebutuhan Dasar Manusia
1) Nutrisi dan Metabolisme
a. Antropometri
Berat Badan, normalnya anak adalah 20 kg
Tinggi Badan, normalnya anak adalah 116 cm
Lingkar Kepala, normalnya anak adalah 50cm
Lingkar Dada, normalnya pada anak 56cm
LILA, normal pada anak 16cm
b. Biochemical
Data diambil dari sampel darah dan uji laboratorium seperti, Hb, Ht, Limfosit,
Albumin, Transferin, Keseimbangan nitrogen, Lipit, Glukosa.
c. Clinical Signs

No. Bagian Tubuh Tanda Klinis


1. Tanda Umum Baik, komprehensif, penurunan berat badan, lemah, lesu
karna rasa haus, adanya dehidrasi, pertumbuhan
terhambat
2. Rambut Hitam, lurus, kusut, kekuningan, kekurangan pigmen
3. Kulit Elastis, halus, adanya radang pada kulit atau dermatitis.
Pada bayi terjadi dermatosis. Adanya petechial
hemorargik, eksema
4. Mata Penglihatan baik, fotofobis atau penglihatan ganda dan
rabun senja
5. Mulut Normal, stomatritis, glossitis
6. Gigi Putih, hitam, kuning, karies
7. Sistem Neuromuskular Kuat, kejang lemah otot
8. Sistem Gastrointrestinal Anoreksia atau nafsu makan menurun, mual dan
muntah
9. Tulang Riketsia
10. Sistem Cardiovaskular Adanya perdarahan, penyakit jantung, anemia
11. Sistem Endokrin Gondok
12. Sistem Saraf Kelainan mental, kelainan saraf perifer
d. Diet
Pemberian Asi
Pemberian Susu Formula (alasan pemberian, jumlah pemberian, cara pemberian)
2) Aktivitas dan Latihan
Aktivitas menurun karena adanya sesak nafas, batuk dan demam,
3) Istirahat dan Tidur
Istirahat terganggu karena adanya sesak nafas, batuk dan demam,
4) Eliminasi
Tidak ada permasalahan namun bila sampai terjadi dehidrasi maka produksi
urine akan menurun.
5. Pemeriksaan Fisik
 Membran mukosa hidung-faring tampak kemerahan
 Tonsil tampak kemerahan dan edema
 Tampak batuk tidak produktif
 Tidak ada jaringan parut pada leher
 Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, pernafasan cuping
hidung.
 Adanya demam
 Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri tekan pada
nodus limfe servikalis
 Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
 Suara paru normal (resonance)
 Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru.
 Genetalia: tidak ada masalah, bila sampai dehidrasi terjadi penurunan produksi
urine.
 Ektremitas/Integumen: fisik lemah karena tonus otot menurun, kulit lembab
karena sesak, turgor kulit mungkin menurun, akral dingin, CRT dapat > 2
detik.

B. Diagnosa
I. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan Mukus berlebihan (00031)
II. Hipertermi berhubungan dengan penyakit (00007)
III. Resiko infeksi berhubungan dengan supresi respons inflamasi (00004)

C. Intervensi
No Dx Tujuan dan kriteria hasil Intervensi KEPERAWATAN (NIC)
(NOC)
1 I Setelah dilakukan tindakan 1. Posisikan pasien semi fowler
keperawatan selama…x24 jam 2. Monitor pernapasan dan status
diharapkan kepatenan jalan oksigen
napas teratasi dengan kriteria 3. Pertahankan jalan napas paten
hasil: 4. Kolaborasi dalam pemberian
oksigen
1. Keadekuatan inspirasi dan
5. Monitor aliran oksigen
kemudahan bernafas
6. Catat pergerakan dada, simetris
2. Suara nafas tambahan atau tidak, menggunakan otot bantu

3. Kemudahan bernafas pernafasan


7. Monitor suara nafas
1. Tidak terjadi sianosis
2. Penurunan bunyi napas 8. Ajarkan pasien batuk efektif
TTV dalam batas normal (RR:
6)
16-24x/menit, SpO2: >95%, HR:
60-100x/menit, TD:
120/80mmHg
2 II Setelah dilakukan tindakan Terapi oksigen:
keperawatan selama…x 24
1. Monitor TTV
masalah hipertermi teratasi
dengan kriteria hasil: 2. Tingkatkan sirkulasi udara dan
1. Suhu tubuh dalam retang intake cairan
normal (36,0-37,5c)
3. Ajarkan keluarga klien cara
2. Nadi dan RR dalam mengopres bagian lipatan paha dan
rentang N= 70-120x/permenit aksila
RR= 18-24x/menit tidakada
4. Ajarkan klien untuk minum banyak
perubahan warna kulit dan
tidak pusing 5. Kolaborasi pemberian obat
(Antipiretik)
3. Tanda Tanda vital dalam
rentang normal (tekanan
darah, nadi, pernafasan) (TD
120-90/90-60 mmHg, nadi
80-100 x/menit, RR : 18-24
x/menit, suhu 36,5 – 37,5 C)

3 III Setelah dilakukan tindakan Kontrol Infeksi:


asuhan keperawatan selama… x 1. Cuci tangan sebelum dan
24 jam keparahan infeksi teratasi sesudah kegiatan perawatan
dengan kriteria hasil: pasien.
1. Peningkatan 2. Dorong batuk dan bernafas
pengeluaran sputum dalam yang tepat.
3. Tingkatkan intake nutrisi yang
purulent.
2. Tidak ada tanda- tepat.
4. Dorong untuk beristirahat.
tanda infeksi.
5. Ajarkan pasien dan keluarga
3. Tidak terdapat nyeri.
mengenai tanda dan gejala
infeksi dan kapan harus
melaporkannya kepada
penyedia perawatan kesehatan.

D. Evaluasi
Masalah teratasi jika pasien sudah tidak mengalami ketidakefektifan bersihan jalan
napas, ketidakefektifan pola napas dan gangguan kebutuhan nutrisi
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Infeksi saluran pernafasan akut adalah proses peradanganyang disebabkan olehvirus,
infeksi bakteri, atipikal (Mycoplasma) atau aspirasizat asing, yang melibatkan salah satu
atauseluruh bagiansaluran pernafasan (Wilson & Hockenberry, 2012)
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan tubuh.
Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang terdapat
pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring atau
dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring.
Pada umur kurang dari 2 bulan, nafas cepat lebih dari 60 x / mnt. Penyakit ini
biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya demam, adanya obstruksi hidung
dengan sekret yang encer sampai dengan membuntu saluran pernafasan, bayi menjadi
gelisah dan susah atau bahkan sama sekali tidak mau minum (Pincus Catzel & Ian
Roberts; 2010).
B. Saran
1. Bagi Orang tua hindarilah factor resiko yang dapat meningkatkan kejadian ISPA pada
anak, kecuali factor resiko yang tidak dapat diubah seperti umur dan jenis kelamin#
2. Membiasakan hidup sehat dan menjaga kebersihan perseoranagn dan lingkungan
DAFTAR PUSTAKA

Kending dan Chernick.2012 dalam Depkes RI 2012

Wilkinson,judiht M.2011.Buku saku diagnosis keperawatan.Jakarta:EGC

Price A,Sylvia,dkk,2012. Patofisioligi konsep klinis dan proses proses penyakit.edisi6,EGC:


Jakarta

Nurjannah,intansari dkk. 2016. Nursing Outcomes Clasification (NOC) Edisi kelima


Indonesia.

Herdman,T Heather dan Shigemi Kamitsuru.2017.NANDA Diagnosis Keperawatan Definisi


dan Klasifkasi.Jakarta:EGC

Fitri,Yuli.2012.Asuhan Keperawatan ISPA pada Anak.http//yulifitri34wordpress.com/2012

Anda mungkin juga menyukai