Fiqih Ibadah. Uswatun H
Fiqih Ibadah. Uswatun H
Kelas : 2B Adm.Bisnis
Nim : 218120069
Hadits pertama:
س َلَ َى – صلى هللا عليه وسلم – َكانَ إِذَا ا ْغت َّ ِى – صلى هللا عليه وسلم – أ َ َّن النَّب ِّ ِ ِشةَ زَ ْوجِ النَّب َ ع ْن
َ ِ ع ائ َ
ِّ
فَيُ َخ ِل ُل بِ َها، اء ْ
ِ صابِعَهُ فِى ال َم َ ُ
َ ث َّم يُد ِْخ ُل أ، ِصالَة ُ ُ ُ
َّ ث َّم يَت ََوضَّأ َك َما يَت ََوضَّأ ِلل، س َل يَد َ ْي ِه َ َِمنَ ْال َجنَابَ ِة بَدَأ فَغ
َ
يض ْال َما َء َعلَى ِج ْل ِد ِه ُك ِلِّ ِه
ُ ث ُ َّم يُ ِف، غ َرفٍ بِيَد َ ْي ِه
ُ ثَ َصبُّ َعلَى َرأْ ِس ِه ثَال ُ َش َع ِر ِه ث ُ َّم يَ صو َل ُ ُأ
Hadits kedua:
َ فَأ َ ْف َر، َّللاِ – صلى هللا عليه وسلم – َما ًء يَ ْغت َ ِس ُل ِب ِه
غ َّ سو ِل ُ ض ْعتُ ِل َر َ ت َم ْي ُمونَةُ َو ْ ََّاس قَا َل قَال ٍ عبَ ع ِن اب ِْن َ
ََ ث ُ َّم دَلك، ُ يره َ س َل َمذَا ِك َ
َ َ فَغ، غ بِيَ ِمينِ ِه َعلى ِش َما ِل ِه ْ َ ُ ً َ َ
َ ث َّم أف َر، سل ُه َما َم َّرتَي ِْن َم َّرتَي ِْن أ ْو ثالَثا َ َ َ فَغ، علَى يَدَ ْي ِه َ
ع ل َىَ َ
غ ر ْ
ف
َ ََّ أ مُ ث ، اً ثَ الَ ث ُ ه س ْ أ ر
َ َ َ َّل
َ س َ
غ مُ ث ه
ِ ي
ْ َ د ي و ُ ه ه ج
ْ
َ َ َ َ َ َّ و ل
َ س َ
غ م ُ ث ، ََق ش نْ َ ت س
ْ ا و ض م
َ َ َ َ َّضْ م م ُ ث ، ضِ ر
ْ َ األ ِ ُ َي
ب هَ د
س َل قَد َ َم ْي ِه َ َام ِه فَغ ُ
ِ َ ث َّم تَنَ َّحى ِم ْن َمق، س ِد ِه َ َج
Dari dua hadits di atas, kita dapat merinci tata cara mandi yang disunnahkan
sebagai berikut.
Pertama: Mencuci tangan terlebih dahulu sebanyak tiga kali sebelum tangan
tersebut dimasukkan dalam bejana atau sebelum mandi.
Kedua: Membersihkan kemaluan dan kotoran yang ada dengan tangan kiri.
Dari dua hadits tersebut, para ulama akhirnya berselisih pendapat kapankah
kaki itu dicuci. Yang tepat tentang masalah ini, dua cara yang disebut dalam
hadits ‘Aisyah dan Maimunah bisa sama-sama digunakan. Yaitu kita bisa
saja mandi dengan berwudhu secara sempurna terlebih dahulu, setelah itu
kita mengguyur air ke seluruh tubuh, sebagaimana disebutkan dalam riwayat
‘Aisyah. Atau boleh jadi kita gunakan cara mandi dengan mulai berkumur-
kumur, memasukkan air dalam hidup, mencuci wajah, mencuci kedua
tangan, mencuci kepala, lalu mengguyur air ke seluruh tubuh, kemudian kaki
dicuci terakhir.
Keenam: Memulai mencuci kepala bagian kanan, lalu kepala bagian kiri.
َ ث ُ َّم ت َأ ْ ُخذ ُ بِيَ ِدهَا، ت بِيَد َ ْي َها ثَالَثًا فَ ْوقَ َرأْ ِس َها
، علَى ِش ِقِّ َها األ َ ْي َم ِن ْ َ أ َ َخذ، ٌت إِحْ دَانَا َجنَا َبة َ َ ُكنَّا ِإذَا أ
ْ َ ص اب
َ َ َوبِيَ ِدهَا األ ُ ْخ َرى
َ علَى ِش ِقِّ َها األ ْي
س ِر
“Jika salah seorang dari kami mengalami junub, maka ia mengambil air
dengan kedua tangannya dan disiramkan ke atas kepala, lalu mengambil air
dengan tangannya dan disiramkan ke bagian tubuh sebelah kanan, lalu
kembali mengambil air dengan tangannya yang lain dan menyiramkannya ke
bagian tubuh sebelah kiri.” (HR. Bukhari no. 277)
Kedelapan: Mengguyur air pada seluruh badan dimulai dari sisi yang kanan
setelah itu yang kiri.
ور ِه َوفِى شَأْنِ ِه ُك ِلِّ ِه ُ ى – صلى هللا عليه وسلم – يُ ْع ِجبُهُ التَّيَ ُّم ُن فِى تَنَعُّ ِل ِه َوت ََر ُّج ِل ِه َو
ِ ط ُه ُّ َِكانَ النَّب
air ke seluruh tubuh di sini cukup sekali saja sebagaimana zhohir (tekstual)
hadits yang membicarakan tentang mandi. Inilah salah satu pendapat dari
madzhab Imam Ahmad dan dipilih oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
Hakikat mandi adalah mengguyur seluruh badan dengan air, yaitu mengenai
rambut dan kulit.
سدِى
َ سائِ ِر َج ُ علَى َرأْ ِسى ث ُ َّم أُفِي
َ ضهُ بَ ْعد ُ َعلَى ُ َ أ َ َّما أَنَا فَآ ُخذ ُ ِم ْل َء َك ِفِّى ثَالَثا ً فَأ
َ ُّصب
“Saya mengambil dua telapak tangan, tiga kali lalu saya siramkan pada
kepalaku, kemudian saya tuangkan setelahnya pada semua tubuhku.” (HR.
Ahmad 4/81. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits
ini shahih sesuai syarat Bukhari Muslim)
Dalil yang menunjukkan bahwa hanya mengguyur seluruh badan dengan air
itu merupakan rukun (fardhu) mandi dan bukan selainnya adalah hadits yang
diriwayatkan oleh Ummu Salamah. Ia mengatakan,
2. Jelaskan dan uraikan tata cara sholat nabi SAW sesuai dengan tuntunan yang soheh.
Jawaban :
Cara melakukan shalat adalah sebagai berikut:
1. Berniat untuk shalat (rukun shalat)
Niat adalah maksud hati untuk melakukan sesuatu. Shalat tidaklah sah tanpa niat, dan shalat
tidaklah diterima jika niat shalat bukan karena Allah. Nabi shallallahu’alaihi wasallam
bersabda: “Setiap amal tergantung pada niatnya” (HR. Bukhari-Muslim). Para ulama sepakat
niat adalah amalan hati, sehingga niat tidak perlu diucapkan. Ketika hati sudah beritikad
untuk melakukan shalat, itu sudah niat yang sah. Nabi shallallahu’alaihi wasallam juga tidak
pernah mengajarkan lafal tertentu untuk niat shalat.
2. Berdiri tegak menghadap kiblat (rukun shalat).
Berdiri ketika shalat wajib, termasuk rukun shalat. Diantara dalilnya adalah sabda Nabi
shallallahu’alaihi wasallam : “Shalatlah dengan berdiri, jika tidak mampu maka duduk, jika
tidak mampu maka sambil berbaring” (HR. Bukhari). Hadits ini juga menunjukkan boleh
shalat dalam keadaan duduk jika tidak mampu berdiri, atau berbaring jika tidak mampu
duduk. Wajib menghadap ke arah kiblat ketika berdiri, kecuali shalat di atas kendaraan. Bagi
penduduk Makkah, wajib menghadap ke arah ka’bah. Adapun bagi penduduk luar Makkah,
cukup mengarah ke arah kota Makkah tidak harus pas ke ka’bah. Pandangan mata ketika
berdiri, lebih utama memandang ke arah tempat sujud. Boleh memandang ke depan atau ke
bawah, dan terlarang keras memandang ke atas atau ke samping tanpa ada kebutuhan.
Terbaca di atas bahwa waktu yang disebutkan oleh ayat itu ada tiga, yakni
sesudah matahari tergelincir, gelapnya malam, dan waktu fajar atau subuh.
Yang dimaksudkan dengan "sesudah matahari tergelincir" adalah waktu Zuhur
dan waktu Asar; "gelapnya malam" adalah waktu Maghrib dan Isya; "fajar"
atau subuh adalah waktu salat Subuh.
5. Bagaimana tanggapan anda terhadap keberadaan tata cara pola pelaksanaan ibadah
muhammadiyah bila dipandang oleh masyarakat.
Jawaban :
Sebab, ibadah merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari sebuah agama.
jika seseorang ingin disebut sebagai penganut agama Islam, maka ia haruslah
mengerjakan macam-macam ibadah yang ada di dalam agam Islam. Jika
seseorang ingin disebut sebagai penganut agama Kristen, maka ia pun harus
mengerjakan ibadah-ibadah yang menjadi kewajiban di dalam agama Kristen
tersebut. Begitu pula dengan agama-agama lainnya. Sebab. ibadah merupakan
identitas agama yang paling representatif bagi setiap umat beragama.
Walaupun setiap agama memiliki cara beribadah yang berbeda-beda, namun,
menurut saya, memiliki tujua yang sama, yaitu untuk menyembah dan
mengagungkan Sang Pencipta dan untuk meningkatkan kualitas rohani
manusia. Namun, dalam pandangan saya, semakin hari semakin banyak saja
manusia yang lalai dari melaksanakan ibadah. Termasuk pula umat Islam yang
semakin hari semakin banyak yang meninggalkan dan mengabaikan ibadah-
ibadah Islami. Jujur saja, sebagai penganut Islam, saya begitu prihatin denga
keadaan umat Islam saat ini yang dengan mudahnya mengabaikan ibadah-
walaupun saya juga sadar ibadah saya sendiri pun masih sangat jauh dari kata
sempurna. Keadaan ini menurut saya,disebabkan karena banyak umat Islam
yang menganggap ibadah sebagai suatu kewajiban. Tapi, bukankah memang
sudah seharusnya begitu? Ok. Sebelum melanjutkan pembahasan tentang
pendapat saya di atas, alangkah baiknya jika kita pahami terlebih dahulu
pengertian tentang ibadah menurut Islam yang saya kutip dari situs muslim.