Anda di halaman 1dari 15

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Karakteristik Subjek Penelitian

Penelitian ini diikuti oleh 78 subjek penelitian, mayoritas subjek adalah


perempuan sebanyak 54 orang (69,2%), dan laki laki sebanyak 24 orang (30,8).
dari 78 subjek penelitian, mayoritas sudah menikah sebanyak 76 orang (97,4),
dan yang tidak menikah sebanyak 2 orang (2,6). Mayoritas pendidikan subjek
penelitian adalah pendidikan SMA sebanyak 24 orang (30,8), SMP sebanyak 23
orang (29,5), SD sebanyak 22 orang (28,2), dan Sarjana 9 (11,5). Mayoritas dari
78 subjek penelitian yang bersuku terbanyak adalah batak 47 orang (60,3), Jawa
20 orang (25,6), Minang 3 (3,8), Melayu 3 (3,8), Karo 2 orang (2,6), Banten 1
orang (1.3). Perkerjaan mayoritas adalah Ibu Rumah Tangga 43 orang (56,1),
Wiraswasta 16 orang (20,5), Buruh 11 orang (14,1), PNS 5 orang (6,4), Pensiunan
2 orang (2,6). Mayoritas Subjek adalah Peserta BPJS 67 orang (85,9) dan yang
tidak peserta BPJS 11 orang (14,1). Subjek penelitian yang menderita Hipertensi
memiliki rata-rata tinggi badan 157,86 cm , dan memliki Berat badan 63,5 kg.
Subjek Penelitian yang menderita Hipertensi memiliki rata-rata Tekanan sistolik
dan diastolik adalah 163 / 91 mmHg..

Karakteristik Demografi n=78 (%)

Jenis Kelamin,

Laki-laki 24 (30,8)

Perempuan 54 (69,2)

Usia (tahun), Mean±S.D 56.54

Status Perkawinan

Sudah Menikah 76 (97,4)

Belum Menikah 2 (2,6)

Pendidikan

SD 22 (28,2)

SMP 23 (29,5)

SMA 24 (30,8)

Sarjana 9 (11.5)

54
55

Suku

Batak 47 (60,3)

Karo 2 (2.6)

Banten 1 (1,3)

Jawa 20 (25.6)

Minang 3 (3.8)

Melayu 3 (3.8)

Mandailing 2 (2,6)

Pekerjaan

PNS 5(6.4)

Ibu Rumah Tangga 43(55.1)

Wiraswasta 16(20.5)

Pensiunan 2 (2.6)

Buruh 11 (14.1)

Peserta BPJS

Ya 67(85.9)

Tidak 11 (14.1)

Tinggi Badan (cm), Mean±S.D 157.86

Berat Badan (kg), Mean±S.D 63.56

Tekanan Sistolik (mmHg), Mean±S.D 163.86

Tekanan Diastolik (mmHg), Mean±S.D 91.64


56

5.2 Karakteristik Hipertensi dan Pengobatannya


Subjek penelitian yang menderita hipertensi selama ini memiliki rata-rata
menderita hipertensi selama 48,88 bulan (4 tahun).Penelitian ini diikuti oleh 78
subjek penelitian, mayoritas subjek yang memiliki Riwayat Keluarga hipertensi
adalah yang tidak Hipertensi sebanyak 48 orang (61,5 ) dan yang memiliki
Riwayat Keluarga 30 orang (38,5). Subjek yang memiliki Riwayat Merokok
sebanyak 20 orang (38,5) dan yang tidak mempunyai Riwayat merokok 58 (74,4).
Subjek yang memiliki Riwayat Minum Alkohol sebanyak 7 orang (9,0) dan yang
tidak memiliki Riwayat Minum Alkohol sebanayak 71 orang (91,0).Subjek
penelitian, mayoritas subjek yang Memiliki gejala sebanayak 54 orang (69.2), dan
subjek yang tidak Memiliki gejala 6 orang (7,7) dan subjek yang menjawb kadang
kadang sebanyak 18 orang (23,1).Subjek penelitian memakan Obat antihipertensi
adalah Amlodipine 10 mg sebanyak 38 orang (48,7) , Amlodipine 5mg (28 orang
(35,9), Catopril 12,5 mg 11 orang (14,1) dan Catopril 25 mg 1 orang (1,3).Subjek
Penelitian dari Ketersediaan Obat yang Ada 69 orang (88,5), kadang-kadang 5
orang (6,4), Tidak ada 4 orang (5,1).
6 (7.7)

Hipertensi dan Pengobatan n=78 (%)

Lama Hipertensi (bulan), Mean±S.D 48,88±61,73

Riwayat Keluarga Hipertensi

Ya 30 (38,5)

Tidak 48 (61,5)

Riwayat Merokok

Ya= 20 (25.6)

Tidak 58 (74.4)

Riwayat Minum Alkohol

Ya 7 (9.0)

Tidak 71 (91.0)

Gejala Awal Hipertensi

Ada 54 (69.2)

Kadang-kadang 18 (23.1)

Tidak ada 6 (7.7)

Obat antihipertensi
57

Amlodipine 5mg 28 (35.9)

Amlodipine 10mg 38 (48.7)

Captopril 12,5 mg 11 (14.1)

Captopril 25 mg 1 (1,3)

Ketersediaan Obat

Ada 69 (88,5)

Kadang-kadang 5 (6,4)

Tidak ada 4 (5,1)

Lupa Minum Obat


Hipertensi dan Pengobatan n=78 (%)

Lupa Minum Obat

Sering 6 (7.7)

Pernah 34 (43.6)

Tidak Pernah 38 (48.7)

Frekuensi Lupa Minum Obat

>2 Hari 15 (19.2)

1 Hari 19 (24.4)

Tidak Pernah 43(55.1)

Waktu Lupa Minum Obat

Pagi 9 (11.5)

Siang 9 (11.5)

Malam 25 (32,1)

Tidak Pernah 35 (44.9)

Berdasarkan tabel dapat disimpulkan bahwa dari 78 orang responden


terdapat paling banyak jumlah responden yang tidak pernah lupa minum obat
58

(48.7%), diikuti pernah lupa minum obat (43.6%) dan paling sedikit jumlah
responden yang sering lupa minum obat hiertensi (7.7%).
Jika dilihat dari frekuensi lupa minum obat maka paling banyak jumlah
responden yang memiliki frekuensi tidak pernah lupa minum obat (56.4%) dan
paling sedikit jumlah responden yang memiliki frekuensi >2 hari (19.2%).
Jika dilihat dari waktu lupa minum obat, paling banyak jumlah responden
yang lupa minum obat pada waktu malam (32.1) dan paling sedikit jumlah
responden yang lupa minum obat pada waktu pagi dan siang (9%).
Hasill penelitian di atas berbanding terbalik dengan penelitian yang
dilakukan di Puskesmas Petang II Badung Provinsi Bali, dimana dari 90 orang
responden terdaapat 85.6% orang responden yang tidak patuh minum obat
hipertensi (Trigna IPB, 2013)
59

5.3 Perilaku Pengobatan Pasien Hipertensi


Benar Salah
No. PENGETAHUAN
n(%) n(%)
1 Penyakit hipertensi disebabkan pola hidup yang tidak 69 (88,5) 9 (11,5)
sehat.
2 Penyakit Hipertensi adalah penyakit keturunan. 40 (51.3 ) 38 (48.7)
3 Penyakit hipertensi bisa menular kepada orang lain. 5 (6.4) 73 (93.6)
4 Gejala hipertensi biasanya tidak ada. 31 (39.7) 47 (60.3 )
5 Gejala hipertensi adalah sakit kepala. 71 (91.0) 7 (9.0)
6 Obat hipertensi hanya dimakan saat sakit kepala. 40 (51.3) 37 (47.4 )
7 Obat hipertensi harus diminum setiap hari. 45(57.7) 32 (41.0)
Berdasarkan tabel dapat dilihat terdapat 7 Pengetahuan yang dilakukan
responden yaitu paling banyak jumlah responden menjawab Penyakit hipertensi
disebabkan pola hidup yang tidak sehat yang menjawab Benar 69 orang (88,5),
enyakit hipertensi disebabkan penyakit keturunan yang menjawab Benar 40 orang
(51,3), Penyakit hipertensi bisa menularkan kepada orang lain jumlah responden
menjawab Salah 73 orang (93,6), Gejala hipertensi biasa tidak ada jumlah
responden menjawab Salah 47 orang (60,3),Gejala hipertensi adalah sakit kepala
jumlah responden menjawab Benar 71 orang (91,0). Obat hipertensi hanya
dimakan saat sakit kepala jumlah responden menjawab Benar 40 orang
(51,3),Obat hipertensi harus diminum setiap sakit jumlah responden menjawab
Benar 45 orang ( 57,7).

Sangat Tidak
Setuju STS
No. SIKAP setuju Setuju
n(%) n(%)
n(%) n(%)
1 Saya harus memakan obat setiap 6 (7,7) 40(51,3) 27 (34,6)
5 (6,4)
hari.
2 Saya memakan obat sesuai 8 (10.3) 58 (74.4) 11 (14.1) 1 (1.3)
petunjuk dokter.
3 Saya berhenti makan obat kalau 3 (3.8) 48 (61.5) 23 (29.5) 4 (5.1)
sudah tidak sakit kepala.
4 Kalau ada keluhan dengan 4(5.1) 49 (62,8) 23 (29.5) 2(2,6)
makan obat saya langsung
menghentikan konsumsi obat.
5 Kalau ada keluhan dengan 5 (6.4) 55 (70.5) 13(16,7) 4 (5,1)
makan obat saya akan
konsultasikan kepada dokter.
6 Saya membuat catatan minum 2(2.6) 23 (29.5) 50 (64.1) 2 (2,6)
obat setiap hari.
7 Saya juga menggunakan 3(3,8) 24(30,8) 46(59,0) 4(5,1)
pengobatan alternative seperti
herbal atau lainnya.
Berdasarkan tabel dapat dilihat terdapat 7 sikap yang dilakukan responden
yaitu paling banyak jumlah responden setuju memakan obat setiap hari (51%),
setuju memakan sesuai peyunjuk dokter (74,4%), setuju berhenti makan obat
kalau sudah tidak sakit kepala (61,5%), setuju kalau ada keluhan dengan makan
60

obat langsung menghentikan konsumsi obat (62,8%), setuju kalau ada keluhan
dengan makan obat akan konsultasi kepada dokter (70,5%), Setuju membuat
catatan minum obat setiap hari (29,5%) , Tidak Setuju menggunakan pengobatan
Alternatif seperti herbal atau lainnya (59,0%)
Kadang Tidak
Selalu Sering
No. TINDAKAN Kadang Pernah
n(%) n(%)
n(%) n(%)
1 Saya konsultasi dengan 35 (44.9) 20 (25.6) 20 (25.6) 3 (3.8)
dokter setiap kali berobat.
2 Berat badan saya ditimbang 37 (47.4) 16 (20.5) 20 (25.6) 5 (6.4)
sebelum diberi obat.
3 Saya memakan obat setiap 31 (39.7) 16 (20.5) 28 (35.9) 3 (3.8)
hari.
4 Saya makan obat ½ jam 6 (7.7) 15 (19.2) 33 (42.3) 24 (30.8)
sebelum makan pagi.
5 Saya makan obat 2 jam 23 (29.5) 16 (20.5) 28 (35.9) 11 (14.1)
setelah makan.
6 Saya makan obat kapan saja 7 (9.0) 15 (19.2) 19 (24.4) 37 (47.4)
saya teringat makan obat.
7 Saya datang ke 36 (46.2) 19 (24.4) 20 (25.6) 3 (3.8)
puskesmas/dokter jika obat
saya mau habis.
8 Saya datang ke 35 (44.9) 20 (25.6) 21 (26.9) 2 (2.6)
puskesmas/dokter pada
waktu yang ditentukan
petugas/dokter (catatan
petugas).
9 Saya melaksanakan apa yang 46 (59.0) 16 (20.5) 14 (17.9) 2 (2.6)
dokter katakana.
10 Saya pernah lupa minum 9 (11.5) 17 (21.8) 26 (33.3) 26 (33.3)
obat
11 Saya menyuruh keluarga 18 (23.1) 20 (25.6) 18 (23.1) 22 (28.2)
saya mengingatkan saya
minum obat.
12 Saya makan makanan yang 25 (32.1) 21 (26.9) 26 (33.4) 6 (7.7)
sehat dan tidak mengandung
banyak garam.
61

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat terdapat 13 tindakan yang dilakukan


responden yaitu paling banyak jumlah responden yang selalu konsultasi kepada
dokter saat berobat (44.9%), paling banyak jumlah responden yang selalu
ditimbang berat badannya saat diberi obat (47.4%), paling banyak jumlah
responden yang selalu minum obat hipertensi setiap hari (39.7%), paling banyak
jumlah responden yang kadang-kadang minum obat ½ jam sebelum makan
(42.3%), paling banyak jumlah responden yang kadang-kadang minum obat 2 jam
setelah makan (35.9%), paling banyak jumlah responden yang tidak pernah
minum obat jika teringat saja (47.4%), paling banyak jumlah responden yang
selalu datang ke puskesmas/dokter jika obat mau habis (46.2%), paling banyak
jumlah responden yang selalu datang ke puskesmas pada waktu yang ditentukan
dokter (44.9%), paling banyak jumlah responden yang selalu melaksanakan apa
yang dikatakan dokter (59%), paling banyak jumlah responden yang kadang-
kadang dan tidak pernah lupa minum obat (33.3%), paling banyak jumlah
responden yang tidak pernah menyuruh keluarganya untuk mengingatkannya
minum obat (28.2%), serta paling banyak jumlah responden yang kadang-kadang
mengonsumsi makanan sehat dan sedikit mengandung garam (33.4%).
Hal ini berbanding lurus dengan penelitian yang dilakukan pada penderita
hipertensi di Kabupaten Sukoharjo dimana dari 61 responden terdapat paling
banyak jumlah responden yang kadang-kadang melakukan diet rendah garam
(47.5%) (Fahkurnia W, 2017)

KOMUNIKASI Kadang Tidak


Selalu Sering
No. DOKTER/PETUGAS Kadang Pernah
n(%) n(%)
n(%) n(%)
1 Dokter/petugas menjelaskan 37(47.4) 20(25.6) 18(23.1) 3(3.8)
tentang penyakit yang diderita
pasien.
2 Dokter/petugas yang merawat 39(50) 22(28.2) 12(15.4) 5(6.4)
saya memberikan informasi
mengenai jenis dan dosis obat
yang harus saya gunakan
setiap hari.
3 Dokter/petugas menerangkan 35(44.9) 22(28.2) 11(14.1) 9(11.5)
lama pengobatan yang harus
saya konsumsi.
4 Dokter/petugas
mendengarkan dan 39(50) 26(33.3) 12(15.4) 1(1.3)
menanggapi apa yang saya
keluhkan.
5 Dokter/petugas menanyakan 30(38.5) 21(26.9) 15(19.2) 12(15.4)
persetujuan pasien untuk
memberinya obat.
6 Saya puas dan percaya sama 38(48.7) 22(28.2) 16(20.5) 2(2.6)
dokter/petugas yang merawat
saya.
7 Dokter/petugas yang merawat 34(43.6) 19(24.4) 16(20.5) 9(11.5)
saya selalu melibatkan saya
62

dalam mengambil keputusan


tentang penyakit saya.
9 Saya dan dokter menyetujui 35(44.9) 18(23.1) 17(21.8) 8(10.3)
pilihan pengobatan yang akan
dilakukan.
10 Dokter/petugas menjelaskan 27(34.6) 14(17.9) 19(24.4) 18(23.1)
efek samping yang akan
timbul dan bagaimana
mengatasinya.
12 Saya memberitahukan kepada 34(43.6) 19(24.4) 16(20.5) 9(11.5)
dokter bila ada keluhan yang
timbul sesudah makan obat.
13 Dokter dan saya saling 39(50) 20(25.6) 18(23.1) 1(1.3)
terbuka dengan pengobatan.
14 Dokter/petugas memberikan 36(46.2) 21(26.9) 19(24.4) 2(2.6)
waktu yang cukup untuk
berkonsultasi.
15 Dokter/petugas memberikan 7(9.0) 13(16.7) 14(17.9) 43(55.1)
nomor hp dan siap bila saya
hubungi.

Berdasarkan table diatas dapat dilihat terdapat 14 hal yang dilihat


mengenai komunikasi dokter/petugas terhadap responden yaitu paling banyak
jumlah Dokter/petugas yang selalu menjelaskan tentang penyakit yang diderita
pasien 37 orang (47.4%), paling banyak Dokter/petugas yang merawat saya yang
selalu memberikan informasi mengenai jenis dan dosis obat yang harus saya
gunakan setiap hari 39 orang (50%), Dokter/petugas yang selalu menerangkan
lama pengobatan yang harus saya konsumsi 35 orang (44,9%) Dokter/petugas
yang selalu mendengarkan dan menanggapi apa yang saya keluhkan 39 orang
(50%), Dokter/petugas yang selalu menanyakan persetujuan pasien untuk
memberinya obat 30 orang (38.5%), Saya selalu puas dan percaya sama
dokter/petugas yang merawat saya 38 orang (48.7%), Dokter/petugas yang
merawat saya selalu melibatkan saya dalam mengambil keputusan tentang
penyakit saya 34 orang (43.6%), Saya dan dokter menyetujui pilihan pengobatan
yang akan dilakukan 35 orang (44.9%), paling banyak jumlah responden yang
selalu melaksanakan apa yang dikatakan dokter (59%), Dokter/petugas selalu
menjelaskan efek samping yang akan timbul dan bagaimana mengatasinya 27
orang (34.6%), Saya selalu memberitahukan kepada dokter bila ada keluhan yang
timbul sesudah makan obat 34 orang (43.6%), Dokter dan saya selalu saling
terbuka dengan pengobatan 39 orang (50%), Dokter/petugas selalu memberikan
waktu yang cukup untuk berkonsultasi 36 orang (46,2%), sedangkan paling
banyak Dokter/petugas “tidak pernah” memberikan nomor hp dan siap bila saya
hubungi 43 orang (55,1%).
63

Kualitas Interaksi Kadang Tidak


Selalu Sering
Kadang Pernah
n(%) n(%)
n(%) n(%)
A Keterbukaan
1. Dokter menyapa pasien di awal 41(52.6) 17(21.8) 11(14.1) 9(11.5)
sesi konsultasi.
2. Dokter bersikap tenang selama 46(59) 21(26.9) 8(10.3) 3(3.8)
konsultasi berlangsung.
3. Dokter memperhatikan ketika 46(59) 24(30.8) 7(9.0) 1(1.3)
pasien sedang berbicara.
4. Dokter memberikan pasien 46(59) 16(20.5) 10(12.8) 6(7.7)
kesempatan bertanya.
5. Dokter memberikan kesempatan 43(55.1) 21(26.9) 8(10.3) 6(7.7)
kepada pasien untuk
memberikan tanggapan terhadap
apa yang dibicarakan oleh
dokter.

B Empati (Emphaty)
1. Dokter menatap mata ketika 44(56,4) 13(16,7) 12(15,4) 9 (11,5)
pasien sedang berbicara.
2. Dokter memberikan perhatian 43(55,1) 17(21,8) 11(14,1) 7(9,0)
melalui ekspresi wajah maupun
sentuhan selama konsultasi
berlangsung.
3. Dokter tidak menggunakan nada 49(62,8) 14(17,9) 6(7,7) 9(11,5)
tinggi ketika sedang berbicara.
4. Dokter menunjukkan sikap 48(61,5) 19(24,4) 8(10,3) 3(3,8)
tanggap terhadap keluhan
pasien.
5. Dokter mendengarkan dengan 48(61,5) 20(25,6) 8(10,3) 2(2,6)
seksama keluhan yang
disampaikan oleh pasien.

C Sikap Mendukung
(Supportiveness)
1 Dokter mendengarkan keluhan 51(65,4) 21(26,9) 6(7,7) 0(0)
pasien.
2 Dokter menyampaikan 47(60,3) 22(28,2) 8(10,3) 1(1,3)
informasi terkait keluhan pasien.
3 Dokter menyampaikan 50(64,1) 19(24,4) 8(10,3) 1(11,3)
informasi secara jelas dan
berterus terang kepada pasien.
4 Dokter menjawab pertanyaan 51(65,4) 19(24,4) 8(10,3) 0(0)
yang pasien ajukan.
5 Dokter mengajak pasien 50(64,1) 18(23,1) 7(9,0) 3(3,8)
berdiskusi tentang tindakan yang
64

akan diambil.
6 Dokter memberikan nasehat 50(64,1) 19(24,4) 6(7,7) 3(3,8)
serta dorongan semangat
terhadap pasien.

D Sikap Positif (Positiveness)


1. Dokter bersikap ramah kepada 54 (69,2) 15 8 (10,3) 1 (1,3)
pasien. (69,2)
2. Dokter bersikap sopan kepada 55 (70,5) 17 5 (6,4) 1 (1,3)
pasien. (21,8)
3. Dokter tidak memotong ketika 52 (66,7) 15 7 (9,0) 4 (5,1)
pasien berbicara. (19,2)
4. Dokter menyampaikan 57 (73,1) 14 5 (6,4) 2 (2,6)
informasi lewat bahasa yang (17,9)
pasien pahami.
5. Dokter tidak melakukan 49 (62,8) 13 10 (12,8) 6 (7,7)
kegiatan lain ketika pasien (16,7)
sedang berkonsultasi (main HP,
mengangkat telepon, atau
kegiatan lainnya).
6. Dokter mampu memberikan 54 (69,2) 17 7 (9,0) 0
dorongan yang baik dan (21,8)
menciptakan suasana
komunikasi yang kondusif agar
tercipta komunikasi yang
efektif.

E Kesetaraan (Equality)
1. Dokter tidak membeda-bedakan 53 (67,9) 12 (15,4) 7 (9,0) 6 (7,7)
saya dengan pasien lain.
2. Saya ditensi sebelum 58 (74,4) 16 (20,5) 4 (5,1) 0
berkonsultasi dengan dokter.
3. Saya mendapat kertas untuk 56 (71,8) 14 (17,9) 5 (6,4) 3 (3,8)
konsultasi.
4. Dokter membantu saya 50 (64,1) 14 (17,9) 6 (7,7) 8 (10,3)
meminta rujukan (bila perlu).
5. Dokter memberi saya 58 (74,4) 17 (21,8) 3 (3,8) 0
kesempatan untuk datang
kembali.
65

5.4 Kualitas Interaksi

5.4.1 Keterbukaan
Dari lima pernyataan yang diajukan, ditemukan sebagian besar responden
menyatakan dokter “selalu” bersikap terbuka terhadap pasien, yaitu pada
pernyataan Dokter menyapa pasien di awal sesi konsultasi sebanyak 41 orang
(52.6%), Dokter bersikap tenang selama konsultasi berlangsung sebanyak 46
orang (59%), Dokter memperhatikan ketika pasien sedang berbicara sebanyak 46
orang (59%), Dokter memberikan pasien kesempatan bertanya sebanyak 46 orang
(59%), Dokter memberikan kesempatan kepada pasien untuk memberikan
tanggapan terhadap apa yang dibicarakan oleh dokter 43 (55,1%).
Namun, dari 78 responden terdapat juga masing-masing 9 orang (11,5%)
yang menyatakan bahwa dokter “tidak pernah” menyapa pasien di awal sesi
konsultasi, 3 orang (3,8%) yang menyatakan bahwa dokter “tidak pernah”
bersikap tenang selama konsultasi, 1 orang (1,3%) yang menyatakan bahwa
dokter “tidak pernah” memperhatikan ketika pasien sedang berbicara, 6 orang
(7,7%) yang menyatakan bahwa dokter “tidak pernah” memberikan pasien
kesempatan bertanya, 6 orang (7,7%) yang menyatakan bahwa dokter “tidak
pernah” memberikan kesempatan kepada pasien untuk memberikan tanggapan
terhadap apa yang dibicarakan oleh dokter.
5.4.2 Empati (Emphaty)
Dari lima pernyataan yang diajukan, ditemukan sebagian besar responden
menyatakan dokter “selalu” bersikap empati terhadap pasien, yaitu pada
pertanyaan Dokter menatap mata ketika pasien sedang berbicara sebanyak 44
orang (56,4). Dokter memberikan perhatian melalui ekspresi wajah maupun
sentuhan selama konsultasi berlangsung sebanyak 43 orang (55,1). Dokter tidak
menggunakan nada tinggi ketika sedang berbicara sebanyak 49 orang (62,8).
Dokter menjawab pertanyaan yang pasien ajukan sebanyak 48 orang (61,5).
Dokter memberikan kesempatan kepada pasien untuk memberikan tanggapan
terhadap apa yang dibicarakan oleh dokter sebanyak 48 orang (61,5).
Namun, dari 78 responden terdapat juga masing-masing 9 orang (11,5)
menyatakan bahawa dokter “tidak pernah” bersikap empati terhadap pasien, yaitu
66

pada pertanyaan Dokter menatap mata ketika pasien sedang berbicara, 7 orang
(9.0) menyatakan dokter “tidak pernah” memberikan perhatian melalui ekspresi
wajah maupun sentuhan selama konsultasi berlangsung, 9 orang (11,5)
menyatakan dokter “tidak pernah” tidak menggunakan nada tinggi ketika sedang
berbicara, 3 orang (3,8) menyatakan dokter “tidak pernah” menjawab pertanyaan
yang pasien ajukan, 2 orang (2,6) menyatakan dokter “tidak pernah” emberikan
kesempatan kepada pasien untuk memberikan tanggapan terhadap apa yang
dibicarakan oleh dokter
5.4.3 Sikap Mendukung (Supportiveness)
Dari enam pernyataan yang diajukan, ditemukan sebagian besar responden
menyatakan dokter “selalu” bersifat mendukung pada pertanyaan Dokter
mendengarkan keluhan pasien sebanyak 51 orang (65,4). Dokter menyampaikan
informasi terkait keluhan pasien sebanyak 47 orang (60,3). Dokter menyampaikan
informasi secara jelas dan berterus terang kepada pasien sebanyak 50 orang
(64,1). Dokter menjawab pertanyaan yang pasien ajukan sebanyak 51 orang
(65,4). Dokter mengajak pasien berdiskusi tentang tindakan yang akan diambil
sebanyak 50 orang (64,1). Dokter memberikan nasehat serta dorongan semangat
terhadap pasien sebanyak 50 orang (64,1).
Namun, dari 78 responden, tidak ada responden yang menyatakan bahwa
dokter “tidak pernah” mendengarkan keluhan pasien, 1 orang (1,3) menyatakan
dokter “tidak pernah” menyampaikan informasi terkait keluhan pasien, 1 orang
(1,3) menyatakan dokter “tidak pernah” menyampaikan informasi secara jelas dan
berterus terang kepada pasien. Tidak ada responden yang menyatakan bahwa
dokter “tidak pernah” menjawab pertanyaan yang pasien ajukan, 3 orang (3,8)
menyatakan dokter “tidak pernah” mengajak pasien berdiskusi tentang tindakan
yang akan diambil, 3 orang (3,8) menyatakan dokter “tidak pernah” memberikan
nasehat serta dorongan semangat terhadap pasien.

5.4.4 Sikap Positif (Positiveness)


Dari enam pernyataan yang diajukan, ditemukan sebagian besar responden
menyatakan dokter “selalu” bersikap positif terhadap pasien, yaitu pada
pernyataan mengenai dokter bersikap ramah sebanyak 54 orang (69,2%), dokter
bersikap sopan sebanyak 55 orang (70,5%), dokter tidak memotong ketika pasien
67

berbicara sebanyak 52 orang (66,7%), dokter menyampaikan informasi lewat


bahasa yang dipahami sebanyak 57 orang (73,1%), dokter tidak melakukan
kegiatan lain ketika pasien sedang berkonsultasi sebanyak 49 orang (62,8%), dan
dokter mampu memberi dorongan yang baik dan menciptakan suasana
komunikasi yang kondusif sebanyak 54 orang (69,2). Namun, dari 78 responden,
terdapat juga masing-masing 1 orang (1,3%) yang menyatakan bahwa dokter
“tidak pernah” bersikap ramah dan sopan kepada pasien, 4 orang (5,1%) yang
menyatakan dokter “tidak pernah” tidak memotong pasien berbicara, 2 orang
(2,6%) menyatakan dokter “tidak pernah” menyampaikan informasi lewat bahasa
yang dipahami pasien, 6 orang (7,7%) yang menyatakan dokter “tidak pernah”
tidak melakukan kegiatan lain ketika pasien sedang berkonsultasi.
DeVito, 2010 menyatakan bahwa sikap positif dapat dikomunikasikan
paling tidak dengan dua cara, yaitu sikap dan dorongan. Sikap mengacu pada diri
sendiri dan situasi komunikasi, sedangkan dorongan mengacu pada sikap positif
yang terdiri atas perilaku yang diharapkan selama komunikasi berlangsung. Tidak
memotong pembicaraan adalah salah satu sikap positif yang diharapkan seseorang
dari lawan bicaranya, sehingga dokter sebaiknya melakkan hal tersebut selama
sesi konsultasi berlangsung. Penyampaian informasi menggunakan bahasa yang
dipahami pasien juga penting, misalnya istilah umum kedokteran “kolesterol
tinggi”. Pada kenyataannya, tidak semua pasien paham betul tentang makna istilah
tersebut. Selain itu, perhatian dokter juga menjadi salah satu sikap positif yang
bisa ditunjukkan. Perhatian bisa dilakukan dengan banyak cara, salah satunya
adalah dokter tidak melakukan kegiatan lain yang bisa menggangu jalannya sesi
konsultasi, seperti bermain handphone, mengangkat telepon, atau kegiatan
lainnya. Sehingga, untuk meningkatkan efektivitas sikap positif ketika
berkomunikasi, para dokter di Puskesmas Amplas sebaiknya meningkatkan poin-
poin tersebut.

5.4.5 Kesetaraan (Equality)


Dari lima pernyataan yang diajukan, ditemukan bahwa sebagian besar
responden menyatakan dokter “selalu” tidak membedakan pasien yaitu sebanyak
53 orang (67,9%), pasien “selalu” ditensi sebelum berkonsultasi dan “selalu”
diberi kesempatan untuk datang kembali sebanyak 58 orang (74,4%), pasien
68

“selalu” mendapat kertas konsultasi sebanyak 56 orang (71,8%), pasien “selalu”


dibantu meminta rujukan sebanyak 50 orang (64,1%).
Dari 78 responden, tidak terdapat seorang pun yang menyatakan “tidak
pernah” ditensi dan diberi kesempatan untuk datang kembali. Namun, terdapat 6
orang (7,7%) yang menyatakan “tidak pernah” tidak dibeda-bedakan dengan
pasien lain, 3 orang (3,8%) yang menyatakan “tidak pernah” mendapat kertas
untuk konsultasi dan 8 orang (10,3%) yang menyatakan “tidak pernah” dibantu
mendapat rujukan (bila perlu).

5.5 Kualitas Hidup Pasien Hipertensi

Kualitas hidup adalah persepsi penderita hipertensi terhadap hasil yang


dihasilkan dari nilai=nilai pribadi dan dari gaya hidup yang berhubungan dengan
kesehatan fisik, psikologis, hubungan sosial, dan lingkungan yang berpengaruh
pada aktivitas sehari-hari yang diukur dengan menggunakan skala kualitas hidup
dari WHOQOL-BREF. Skor yang tinggi (100) menggambarkan kualitas hidup
yang baik, dan skor yang rendah (0) menggambarkan kualitas hidup yang buruk.
Indikator yang akan diukur adalah seluruh domain kualitas hidup yang dilihat dari
struktur empat domain, yaitu domain kesehatan fisik, domain psikologis, domain
hubungan sosial, dan domain lingkungan. Secara rinci, hasil analisis deskriptif
dari kualitas hidup per domain dapat dilihat pada tabel 5.3
Domain Mean S.D Skor Skor
Minimum Maksimum
Physical 57,60 11,81 28,57 89,29
Psychological 61,48 13,19 29,17 100,00
Social Relations 58,97 10,55 41,67 83,33
Environment 61,25 11,25 28,13 84,38
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dalam skala 0-100, skor tiap domain
kualitas hidup memiliki mean antara 57,60-61,48. Hal ini menunjukkan bahwa
tingkat kualitas hidup responden tidak terlalu tinggi. Skor rata-rata tertinggi
adalah domain psychological sebesar 61,48 dan diikuti oleh domain environment
sebesar 61,25, domain social relations sebesar 58,97, dan domain physical sebesar
57,60. Dapat disimpulkan bahwa domain psychological adalah domain yang
paling mempengaruhi kualitas hidup dari partisipan.

Anda mungkin juga menyukai