Intoksikasi Pestisida (Glifosat)
Intoksikasi Pestisida (Glifosat)
OLEH
Natalia Stefanie Tandian
140100042
PEMBIMBING
DR. dr. Juliandi Harahap, MA
OLEH
Natalia Stefanie Tandian
140100042
PEMBIMBING
DR. dr. Juliandi Harahap, MA
i
PENILAIAN AKREDITASI RUMAH SAKIT
OLEH
Natalia Stefanie Tandian
140100042
ii
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 140100042
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Penilaian
Akreditasi Rumah Sakit”. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
melengkapi persyaratan Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D) di Departemen
Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.......................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................iii
KATA PENGANTAR.......................................................................................iv
DAFTAR ISI......................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1. Latar Belakang.............................................................................1
1.2. Tujuan Makalah...........................................................................2
1.3. Manfaat Makalah.........................................................................2
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................19
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Akreditasi rumah sakit yang sudah mulai dilaksanakan sejak tahun 1995 di
Indonesia, selama ini menggunakan standar akreditasi berdasarkan tahun berapa
standar tersebut mulai dipergunakan untuk penilaian, sehingga selama ini belum
pernah ada Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit di Indonesia, sedangkan
status akreditasi saat ini ada status akreditasi nasional dan status akreditasi
internasional, maka di Indonesia perlu ada Standar Nasional Akreditasi Rumah
Sakit. Berdasarkan hal tersebut maka standar akreditasi untuk rumah sakit yang
mulai diberlakukan pada Januari 2018 ini diberi nama Standar Nasional Akreditasi
Rumah Sakit Edisi 1 dan disingkat menjadi SNARS Edisi 1. Standar Nasional
Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1, merupakan standar akreditasi baru yang bersifat
nasional dan diberlakukan secara nasional di Indonesia. Disebut dengan edisi 1,
karena di Indonesia baru pertama kali ditetapkan standar nasional untuk akreditasi
rumah sakit.3
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
b. Rumah sakit khusus yaitu rumah sakit yang memberikan pelayanan utama
pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin
ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya.
2. Berdasarkan pengelolaannya
a. Rumah sakit publik yaitu rumah sakit yang dikelola oleh pemerintah,
pemerintah daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah sakit
publik yang dikelola pemerintah dan pemerintah daerah diselenggarakan
berdasarkan pengelolaan badan layanan umum atau badan layanan umum
daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Rumah
sakit publik yang dikelola pemerintah dan pemerintah daerah tidak dapat
dialihkan menjadi rumah sakit privat.
b. Rumah sakit privat yaitu rumah sakit yang dikelola oleh badan hukum
dengan tujuan profit yang berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero.1
4. Program Nasional
- Menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi.
- Menurukan Angka Kesakitan HIV/AIDS.
- Menurukan Angka Kesakitan TB
- Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA)
- Pelayanan Geriatri
Setiap elemen penilaian dilengkapi dengan (R), (D), (O), (S), (W), atau
kombinasinya yang berarti sebagai berikut :
Regulasi (R), yang dimaksud dengan regulasi adalah dokumen pengaturan
yang disusun oleh rumah sakit yang dapat berupa kebijakan, prosedur (SPO),
9
- Rumah sakit memenuhi semua persyaratan informasi dan data kepada Komisi
Akreditasi Rumah Sakit (KARS).
- Rumah sakit menyediakan informasi yang lengkap dan akurat kepada KARS
selama keseluruhan fase dari proses akreditasi.
- Rumah sakit melaporkan bila ada perubahan dari profil rumah sakit (data
elektronik) atau informasi yang diberikan kepada KARS saat mengajukan
aplikasi survei dalam jangka waktu maksimal 10 hari sebelum waktu survei.
- Rumah sakit mengizinkan memberikan akses kepada KARS untuk melakukan
monitoring terhadap kepatuhan standar, melakukan verifikasi mutu dan
keselamatan atau terhadap laporan dari pihak yang berwenang.
- Rumah sakit bersedia menyerahkan data hasil monitoring dari Kementerian
Kesehatan/Dinas Kesehatan Propinsi/Kabupaten/Kota berupa berkas asli atau
fotokopi legalisir kepada KARS.
- Rumah sakit mengizinkan pejabat KARS atau surveior senior yang ditugaskan
oleh KARS untuk mengamati proses survei secara langsung. Pejabat KARS
atau surveior senior yang ditugaskan wajib menggunakan tanda pengenal
resmi sebagai identitas dan surat tugas dari KARS, termasuk ketika
melakukan kunjungan tanpa pemberitahuan kepada rumah sakit sebelumnya.
- Rumah sakit bersedia bergabung dalam sistem penilaian perkembangan mutu
dengan memberikan hasil pengukuran indikator mutu. Dengan demikian
direktur rumah sakit dapat membandingkan capaian indikator area klinis, area
manajemen dan sasaran keselamatan pasien dengan rumah sakit lain melalui
Sismadak KARS.
- Rumah sakit wajib menampilkan status akreditasi dengan tepat, program dan
pelayanan sesuai dengan tingkatan status akreditasi yang diberikan oleh
KARS melalui website atau promosi lainnya.
- Rumah sakit menyelenggarakan pelayanan pasien dalam lingkungan yang
tidak memiliki risiko atau mengancam keselamatan pasien, kesehatan
masyarakat atau keselamatan staf.
Setiap rumah sakit dapat mengajukan survei akreditasi kepada Komisi
Akreditasi Rumah Sakit (KARS) bila memenuhi semua kriteria sebagai berikut:3
11
Bentuk survei meliputi survei awal, survei ulang, survei verifikasi dan
survei terfokus. Definisi setiap survei adalah sebagai berikut:
Survei awal : survei langsung penuh pertama pada rumah sakit.
Survei Remedial : evaluasi langsung yang dijadwalkan paling lambat 6 bulan
setelah survei awal untuk mengevaluasi elemen penilaian (EP) yang
mendapatkan nilai “tidak terpenuhi” (“not met”) atau “terpenuhi sebagian”
(“partially met”) yang mengakibatkan rumah sakit gagal untuk memenuhi
persyaratan kelulusan akreditasi. Rumah sakit dapat mengajukan remedial,
bila minimal ada 4 bab yang lebih dari 80%. Pengajuan remedial paling
lambat 1 (satu) bulan setelah pemberitahuan hasil akreditasi diterima.
Remedial dilakukan paling lambat 6 (enam) bulan sejak tanggal
pemberitahuan oleh KARS.
Survei ulang : survei rumah sakit setelah siklus akreditasi tiga tahun.
Survei verifikasi : dilaksanakan satu tahun dan dua tahun setelah survei
akreditasi awal atau survei ulang untuk melakukan verifikasi terhadap
perencanaan perbaikan strategis (PPS). Bila rumah sakit menunda atau tidak
melaksanakan survei verifikasi, maka sertifikat akreditasi ditarik kembali.
Survei terfokus : survei langsung yang terbatas dalam lingkup, konten, dan
lamanya, dan dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang suatu
masalah, standar, atau elemen penilaian secara spesifik. Survei terfokus
dilaksanakan bila terdapat laporan dari rumah sakit atau dari informasi lain
yang akurat, ada kejadian sentinel di rumah sakit, ada peningkatan kelas dan
atau penambahan pelayanan dan atau penambahan bangunan lebih dari 25%,
berdasarkan banding (appeal) yang perlu ditindaklanjuti, adanya pengaduan
terkait dengn mutu pelayanan rumah sakit.3
13
Surveior
Manajemen Medis Perawat
1. Pelayanan 1. Akses ke RS dan 1. Hak pasien dan
kefarmasian dan kontinuitas. keluarga.
penggunaan obat.
2. Peningkatan mutu dan 2. Asesmen pasien. 2. Manajemen
keselamatan pasien. komunikasi dan
edukasi.
3. Tata kelola rumah 3. Pelayanan asuhan 3. Pencegahan dan
sakit. pasien. pengendalian infeksi.
4. Manajemen fasilitas 4. Pelayanan anestesi dan 4. Sasaran keselamatan
dan keselamatan. bedah. pasien.
5. Kompetensi dan 5. Menurunkan angka 5. Manajemen informasi
kewenangan staf. kematian ibu dan bayi, dan rekam medis.
menurunkan angka
kesakitan HIV/AIDS,
menurunkan angka
kesakitan TB,
pengendalian resistensi
antimikroba dan
pelayanan geriatri.
6. Integrasi pendidikan
kesehatan dalam
pelayanan rumah sakit
(IPKP)
Rumah sakit di Indonesia sangat bervariasi, sehingga jumlah surveior dan jumlah hari survei tergantung besar kecil dan
kompleksitas rumah sakit serta rumah sakit pendidikan atau rumah sakit non pendidikan. Ketentuan jumlah surveior dan jumlah hari survei
sebagai berikut :3
14
Keterangan:
- RSNP : Rumah Sakit Non Pendidikan
- RSP : Rumah Sakit Pendidikan (utama, afiliasi dan satelit)
- RSK : Rumah Sakit Khusus.
- MJ : Surveior Manajemen
- MD : Surveior Medis
- PW : Surveior Perawat
Setiap Elemen Penilaian diberi skor 0 atau 5 atau 10. Nilai setiap standar
yang ada di bab merupakan penjumlahan dari nilai elemen penilaian. Nilai dari
15
standar dijumlahkan menjadi nilai untuk bab. Elemen penilaian yang tidak dapat
diterapkan (TDD) tidak diberikan skor dan mengurangi jumlah EP.3
Selama survei di lapangan, setiap elemen penilaian (EP) pada standar dinilai
sebagai berikut :3
Skor 10 (terpenuhi lengkap), yaitu bila rumah sakit dapat memenuhi elemen
penilaian tersebut minimal 80 %. Suatu EP dikatakan “terpenuhi lengkap bila
jawabannya adalah “ya” atau “selalu” untuk setiap persyaratan khusus dari EP
tersebut.
Skor 5 (terpenuhi sebagian) yaitu bila rumah sakit dapat memenuhi elemen
penilaian tersebut antara 20 – 79 %. Suatu EP dinilai “terpenuhi sebagian”
apabila jawabannya adalah “biasanya” atau “kadang-kadang” pada persyaratan
khusus dari EP tersebut.
Skor 0 (tidak terpenuhi) yaitu bila rumah sakit hanya dapat memenuhi elemen
penilaian tersebut kurang dari 20 %. Suatu EP dinilai “tidak terpenuhi” apabila
jawabannya adalah “jarang” atau “tidak pernah” untuk suatu persyaratan
spesifik pada EP.
Skor “Tidak Dapat Diterapkan” (TDD) apabila persyaratan dalam EP tidak
dapat dinilai karena tidak tercakup dalam pelayanan rumah sakit, populasi
pasien, dan sebagainya (contohnya, rumah sakit tidak melakukan penelitian).
Bila Rumah Sakit tidak mendapat status akreditasi paripurna dan ada bab
nilainya dibawah 80 % tetapi diatas 60 %, maka rumah sakit dapat mengajukan
survei remedial untuk bab tersebut.3
KESIMPULAN
Akreditasi rumah sakit merupakan suatu proses dimana suatu lembaga, yang
independen, melakukan asesmen terhadap rumah sakit. Tujuannya adalah
menentukan apakah rumah sakit tersebut memenuhi standar yang dirancang untuk
memperbaiki keselamatan dan mutu pelayanan. Akreditasi rumah sakit terdiri dari
akreditasi nasional dan internasional. Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit
Edisi 1 merupakan standar akreditasi yang diberlakukan secara nasional di
Indonesia., sedangkan akreditasi rumah sakit internasional dilakukan oleh Joint
Commission International (JCI).
18
DAFTAR PUSTAKA
19