Anda di halaman 1dari 56

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang
dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang.
Ketika pengusaha atau individu melakukan investasi, maka ada sejumlah modal yang
ditanam atau dikeluarkan dan dengan artian lain terdapat pula sejumlah modal yang
diterima dan dimanfaatkan sehingga terdapat kolaborasi mutual yang bersifat ekonomi
dan produktif. Hal tersebut tentunya merupakan perangsang dari keberlanjutan perputaran
roda kegiatan ekonomi secara positif.
Investasi melalui pasar modal selain memberikan hasil, juga mengandung risiko.
Keadaan di dalam perusahaan dapat juga mempengaruhi naik atau turunnya harga saham.
Seorang investor tidak perlu membeli dengan harga mahal apabila orang lain dapat
membelinya dengan harga wajar. Hal ini menyebabkan nilai intrinsik perusahaan menjadi
ukuran yang sangat penting bagi investor untuk mengambil keputusan dalam membeli
suatu saham perusahaan sebagai pilihan investasinya di pasar modal.
Ketakutan dari risiko kerugian yang akan diperoleh, pergerakan harga saham yang
berfluktuatif, dan kurangnya kedalaman keterampilan dan ilmu berinvestasi merupakan
permasalahan yang mayoritas dialami oleh masyarakat selaku calon investor. Oleh
karenanya, dibutuhkan pengetahuan dan pemahaman mengenai segala hal yang terkait
dengan informasi penunjang investasi saham pada suatu perusahaan yakni nilai pasar,
kinerja keuangan, serta nilai instrinsik dari suatu saham yang dikeluarkan oleh emiten.
Calon investor sebaiknya melakukan analisis fundamental dan analisis teknikal
terhadap saham-saham yang hendak dibeli. Analisis teknikal merupakan upaya untuk
memperkirakan harga saham (kondisi pasar) dengan mengamati perubahan harga saham
tersebut di waktu yang lalu. Sedangkan analisis fundamental adalah metode mengukur
nilai aset, ekonomi, politik, dan lingkungan lainnya yang mempengaruhi permintaan dan
penawaran atas aset tersebut.
Analisis fundamental menitik beratkan pada data-data kunci dalam laporan keuangan
dan memberikan data-data kecil tentang kesehatan sebuah perusahaan. Analisis ini juga
berpendapat bahwa harga bergerak karena adanya berita dan kebijakan-kebijakan serta
respon balik pasar terhadap berita yang dikeluarkan. Faktor-faktor yang membentuknya
tidak hanya mengenai kesehatan sebuah perusahaan tapi juga mengenai makro ekonomi.

1
Analisis fundamental merupakan analisis yang bersifat subjektif karena banyak
menggunakan asumsi dan opini pada interpretasi data. oleh karenanya, analisis
fundamental lebih menitik beratkan pada ilmu analisis ekonomi dan psikologi pasar.
Berbeda dengan analisis fundamental, analisis teknikal merupakan teknik matematis
yang memperhatikan dan pergerakan harga saham di masa lalu. Analisis ini bersifat eksak
dan matematis yang sebagian besarnya menggunakan chaos theory (pattern recognition /
pengenalan pola) dan ilmu statistik, sehingga hasil yang diperoleh berupa angka-angka
yang baku dan pasti. Analisis teknikal merupakan suatu teknik analisis yang
menggunakan data catatan mengenai pasar itu sendiri untuk berusaha mengakses
penawaran suatu saham tertentu maupun pasar secara keseluruhan. Secara garis besar,
analisis teknikal merupakan analisis yang bekerja dalam fokus trend yang sedang
berlangsung, rentan waktu trend, volume transaksi dan level-level psikologis yang ada.
Oleh karenanya, para investor dapat menganalisa tanpa harus mengukur faktor-faktor
yang mempengaruhi nilai intrinsik dari saham yang akan dibeli dengan lebih mudah dan
juga cepat. Namun, bukanlah hasil yang terbaik yang diperoleh dari hanya dilakukannya
analisis teknikal, akan lebih baik jika hasil dari analisis fundamental dan analisis teknikal
di selaraskan dan di kombinasikan agar mendapat hasil yang tepat.
Inti dari analisis fundamental dan teknikal diatas dilakukan merupakan optimalisasi
reduksi risiko yang diterima, analisis ini juga berguna untuk menghindari spekulasi yang
sangat dekat. Karena pada dasarnya, kegiatan spekulasi dalam trading saham merupakan
tindakan yang tanpa dasar dan analisis yang jelas karena tidak berdasarkan pada ilmu dan
usaha-usaha tertentu. Dengan dilakukannya analisis yang cermat dalam mengambil
keputusan berinvestasi, maka spekulasi dapat dihindari.
Berdasarkan latar belakang tersebut dari ketidak maksimalan potensi investor lokal
Indonesia di pasar modal, dan urgensi dari penilaian saham dengan kategori nilai
kapitalisasi pasar terbesar, maka penulis akan membahas mengenai penilaian saham dan
analisis fundamental serta analisis teknikal.

1.2 Identifikasi Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan saham dan bagaimana penilaian saham dilakukan ?
2. Apa yang dimaskud dengan analisis fundamental dan analisis teknikal ?
3. Bagaimana penerapan metode analisis fundamental dan analisis teknikal dilakukan ?
2
4. Bagaimana penerapan metode analisis ekonomik atau pasar dilakukan ?
5. Bagaimana penerapan metode analisis industri dilakukan ?
6. Bagaimana penerapan metode analisis perusahaan dilakukan ?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pasar Modal dan Manajemen
Keuangan.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaskud dengan saham dan seperti apa penilaian saham
yang dilakukan pada suatu perusahaan.
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan analisis fundamental dan analisis
teknikal.
4. Untuk mengetahui bagaimana perbedaan penerapan metode analisis fundamental
dengan metode analisis teknikal.
5. Untuk mengetahui penerapan metode analisis ekonomik atau pasar yang dilakukan.
6. Untuk mengetahui penerapan metode analisis industri yang dilakukan.
7. Untuk mengetahui penerapan metode analisis perusahaan yang dilakukan.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Saham

Saham merupakan salah satu jenis surat berharga yang diperdagangkan di bursa efek.
Saham diartikan sebagai bukti penyertaan modal di suatu perseroan, atau merupakan
bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Siapa saja yang memiliki saham berarti dia ikut
3
menyertakan modal atau memiliki perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut.
Berdasarkan Pasal 60 UU NO. 40 Tahun 2007, Saham merupakan benda bergerak dan
rnemberikan hak untuk menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS, menerima
pembayaran dividen dan sisa kekayaan hasil likuidasi serta menjalankan hak lainnya
berdasarkan Undang-Undang ini.
Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas itu
adalah pemilik perusahaan yang me¬nerbitkan kertas tersebut. Jadi sama dengan
menabung di bank, setiap kali kita menabung maka kita akan mendapatkan slip yang
menjelaskan bahwa kita telah menyetor sejumlah uang. Dalam investasi saham, yang kita
terima bukan slip melainkan saham.
Dalam persyaratan kepemilikan saham, dapat ditetapkan dalam anggaran dasar
dengan memperhatikan persyaratan yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam hal persyaratan kepemilikan
saham telah ditetapkan dan tidak dipenuhi, pihak yang memperoleh kepemilikan saham
tersebut tidak dapat menjalankan hak selaku pemegang saham dan saham tersebut tidak
diperhitungkan dalam kuorum yang harus dicapai sesuai dengan ketentuan anggaran
dasar.
Untuk mendapatkan suatu saham, seseorang harus melakukan investasi atau
penanaman modal kesuatu perusahaan atau persero, dengan mana penanaman modal di
bagi menjadi, penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal Asing.

1. Penanaman Modal Dalam Negeri


Penanaman modal dalam negeri menurut UU No.25 tahun 2007 adalah kegiatan
penanaman modal untuk melakukan usaha di wilayah negara RI oleh penanam modal
dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri. Modal dalam negeri adalah
modal yang dimiliki oleh negara Republik Indonesia, perseorangan warga negara
Indonesia, atau badan usaha yang berbentuk badan hukum atau tidak berbadan
hukum.
Sejalan dengan pengertian penanaman modal dalam negeri di atas, pengertian
penanam modal dalam negeri menurut pasal 1 ayat (5) UU No.25 tahun 2007 adalah
penanam modal dalam negeri adalah perseorangan warga negara Indonesia, badan
usaha Indonesia, negara Republik Indonesia, atau daerah yang melakukan penanaman
modal di wilayah negara Republik Indonesia.

4
2. Penanaman Modal Asing
Berdasarkan UU No.25 tahun 2007 memberikan pengertian penanaman modal
asing sebagai kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara
Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang
menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam
modal dalam negeri.
Penanam modal asing adalah perseorangan warga negara asing, badan usaha
asing, dan/atau pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di wilayah
negara Republik Indonesia. Modal asing adalah modal yang dimiliki oleh negara
asing, perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, badan hukum asing,
dan/atau badan hukum Indonesia yang sebagian atau seluruh modalnya dimiliki oleh
pihak asing.
Dalam prakteknya perusahaan Penanaman Modal Asing selalu berbentuk PT.
Menurut Pasal 5 ayat (2) UU No 25 Tahun 2007 tentang PMA : “Penanaman modal
Asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan hukum Indonesia dan
berkedudukan di dalam wilayah negara Indonesia”.
Semua bidang usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal,
kecuali bidang usaha atau jenis usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan
persyaratan. Bidang usaha yang tertutup bagi penanam modal asing adalah:
 produksi senjata, mesiu, alat peledak, dan peralatan perang; dan
 bidang usaha yang secara eksplisit dinyatakan tertutup berdasarkan undang-
undang.

2.1.1 Jenis-Jenis Saham


Suatu perusahaan dapat menerbitkan 2 jenis saham, yaitu saham biasa dan
saham preferen.
1. Saham Biasa (Common Stock)
Saham biasa merupakan saham yang mempunyai hak suara untuk mengambil
keputusan dalam RUPS mengenai segala hal yang berkaitan dengan pengurusan
Perseroan, mempunyai hak untuk menerima dividen yang dibagikan, dan

5
menerima sisa kekayaan hasil likuidasi. Saham Biasa Memiliki karakteristik
Utama yaitu:
 Hak suara pemegang saham, dapat memillih dewan komisaris
 Hak didahulukan, bila organisasi penerbit menerbitkan saham baru
 Tanggung jawab terbatas, pada jumlah yang diberikan saja

2. Saham Preferen (Preferred Stock)


Saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa,
karena bisa menghasilkan pendapatan tetap. Saham ini lebih aman dibandingkan
dengan saham biasa karena memiliki hak klaim terhadap kekayaan perusahaan
dan pembagian dividen terlebih dahulu. Saham preferen sulit diperjualbelikan
seperti saham biasa karena jumlahnya yang sedikit. Karakteristik Saham Preferen
adalah sebagai berikut:
 Memiliki berbagai tingkat, dapat diterbitkan dengan karakteristik yang
berbeda
 Tagihan terhadap aktiva dan pendapatan, memiliki prioritas lebih tinggi dari
saham biasa dalam hal pembagian dividen
 Dividen kumulatif, bila belum dibayarkan dari periode sebelumnya maka
dapat dibayarkan pada periode berjalan dan lebih dahulu dari saham biasa
 Konvertibilitas, dapat ditukar menjadi saham biasa, bila kesepakatan antara
pemegang saham dan organisasi penerbit terbentuk

Jenis Saham Preferen


a. Convertible Preferred Stock
Untuk menarik investor yang menyukai saham biasa, beberapa saham preferen
menambah bentuk di dalamnya yang memungkinkan pemegangnya untuk
menukar saham ini dengan saham biasa dengan rasio penukaran yang sudah
ditentukan. Saham preferen semacam ini disebut dengan convertible preferred
stock. Penukaran dari saham preferen ke saham biasa tidak menimbulkan
keuntungan (gain) atau kerugian (loss) diperusahaan emiten. Diperusahaan
emiten, nilai yang dicatat untuk saham-saham ini adalah sebesar nilai
nominalnya dan selisih yang diterima yang berbeda dengan nilai nominalnya
dicatat sebagai rekening agio saham (paid-in capital in excess of par value).

6
Juga di dalam catatan perusahaan emiten, nilai pasar saat penukaran tidak
diperhitungkan karena alasannya adalah pertukaran saham tersebut dilakukan
langsung dengan perusahaan.

b. Callable Preferred Stock


Bentuk lain dari saham preferen adalah memberikan hak kepada perusahaan
yang mengeluarkan untuk membeli kembali saham ini dari pemegang saham
pada tanggal tertentu dimasa mendatang dengan nilai yang tertentu. Harga
tebusan ini biasanya lebih tinggi dari nilai nominal sahamnya.

c. Floating / Adjustable Rate Preferred Stock (ARP)


Saham preferen ini merupakan saham inovasi baru di Amerika Serikat yang
dikenalkan pada tahun 1982. Saham preferen ini tidak membayar deviden
secara tetap, tetapi tingkat deviden yang dibayar tergantung dari tingkat return
dari sekuritas t-bill (treasury bill). Saham preferen tipe baru ini cukup populer
sebagai investasi jangka pendek untuk investor yang mempunyai kelebihan
kas.

3. Saham Treasury
Saham treasuri (trasury stock) adalah saham milik perusahaan yang sudah pernah
dikeluarkan dan beredar yang kemudian dibeli kembali oleh perusahaan untuk
tidak depensiunkan tetapi disimpan sebagai treasuri. Perusahaan emiten membeli
kembali saham beredar sebagai saham treasuri dengan alasan sebagai berikut:
 Akan digunakan untuk diberikan kepada manajer-manajer atau karyawan-
karyawan didalam perusahaan sebagai bonus dan konvensasi dalam bentuk
saham
 Meningkatkan volume perdagangan di pasar modal dengan harapan
meningkatkan nilai pasasrnya
 Memberikan sinyal kepada pasar bahwa harga saham tersebut murah, sehingga
perusahaan mau membelinya kembali
 Mengurangi jumlah lembar saham yang beredar untuk menaikkan laba per
lembarnya

7
 Alasan khusus lainnya yaitu dengan mengurangi jumlah saham yang beredar
sehingga dapat mengurangi kemungkinan perusahaan lain untuk menguasai
jumlah saham secara mayoritas dalam rangka pengambilan.

2.2 Penilaian Saham


Salah satu jenis asset finansial yang bisa dipilih investor adalah saham, Agar
keputusan investasinya tepat atau menghasilkan return seperti yang diharapakan maka
investor perlu melakukan penilaian terlebih dahulu terhadap saham-saham yang akan
dipilihnya, Penilaian saham yang akan menghasilkan informasi nilai intrinsik selanjutnya
akan dibandingkan dengan harga pasar saham untuk menentukan posisi jual atau beli
terhadap suatu saham perusahaan.

2.2.1 Nilai Intrinsik dan Nilai Pasar


Dalam penilaian saham dikenal adanya tiga jenis nilai, yaitu nilai buku, nilai
pasar, dan nilai intrinsic saham. Nilai buku merupakan nilai yang dihitung
berdasarkan pembukuan perusahaan penerbit saham (emiten). Nilai pasar adalah nilai
saham di pasar. Sedangkan nilai intrinsik atau dikenal sebagai nilai teoritis adalah
nilai saham yang sebenarnya atau seharusnya terjadi.
Meskipun semuanya dinyatakan dalam per lembar saham, ketiga jenis nilai
tersebut ditambah nilai nominal umumnya adalah tidak sama besarnya. Nilai nominal
dan nilai buku dapat dicari di dalam atau ditentukan berdasarkan laporan keuangan
perusahaan. Nilai pasar dapat dilihat pada harga saham di bursa efek. Sedangkan
penentuan nilai intrinsik merupakan topik yang akan dibahas.
Terdapat dua pendekatan dalam penentuan nilai intrinsik saham berdasarkan
analisis fundamental. Kedua pendekatan tersebut adalah pendekatan nilai sekarang
(present value approach), dan pendekatan rasio harga terhadap earning (price earning
ratio/PER).
2.2.2 Pendekatan Nilai Sekarang
Penentuan nilai saham dengan menggunakan pendekatan nilai sekarang pada
prinsipnya sama dengan prinsip penilaian nilai sekarang obligasi. Perhitungan nilai
saham dilakukan dengan mendiskontokan semua aliran kas yang diharapakan dimasa
datang dengan tingkat diskonto sebesar tingkat return yang disyaratkan investor.
Dalam hal ini, nilai intrinsic suatu saham nantinya akan sama dengan nilai diskonto
semua aliran kas yang akan diterima investor di masa datang.
8
Nilai suatu saham tergantung dari aliran kas yang diharapkan investor di masa
datang. Dengan demikian, proses penilaian suatu saham akan meliputi sebagai berikut
:
1. Estimasi aliran kas saham dimasa depan. Hal ini dilakukan dengan menentukan
jumlah dan waktu aliran kas yang diharapkan.
2. Estimasi tingkat return yang disyaratkan. Estimasi ini dibuat dengan
mempertimbangkan risiko aliran kas dimasa depan dan besarnya return dari
alternatif investasi lain akibat pemilihan investasi pada saham, atau disebut
dengan biaya kesempatan. Tingkat return yang diharapkan dari setiap aliran kas
bersifat konstan sepanjang waktu atau berubah-ubah.
3. Mendiskontokan setiap aliran kas dengan tingkat diskonto sebesar tingkat return
yang disyaratakan.
4. Nilai sekarang setiap aliran kas tersebut dijumlahkan, sehingga diperoleh nilai
intrinsik saham bersangkutan.
Proses tersebut bisa ditunjukkan dalam gambaran proses dan rumus sebagai berikut :

Di mana :
Vo = Nilai sekarang dari suatu saham
CFn = Aliran kas yang diharapkan pada periode n
Kt = Return yang disyaratkan pada periode tertentu n
n = jumlah periode aliran kas
Dalam penentuan nilai intrinsik suatu saham, investor perlu menentukan
berasa besarnya tingkat return yang disyaratkan atas saham tersebut sebagai
kompensasi atas risiko yang ditanggung. Tingkat return yang disyaratkan merupakan
tingkat return minimum yang diharapkan atas pembelian suatu saham. Artinya, jika
investor mempunyai tingkat return yang disyaratkan 25% atas saham yang dibeli,
maka return minimum yang diharapakan dari saham tersebut adalah 25%. Tingkat
return minimum ini juga menggambarkan besarnya biaya kesempatan, yaitu
hilangnya kesempatan memperoleh return dari alternatif investasi lain akibat
keputusan untuk berinvestasi pada saham.
Komponen lain dalam penentuan nilai saham dengan pendekatan nilai
sekarang adalah aliras kas (cash flow). Aliran kas yang bisa dipakai dalam penilaian
saham adalah earning perusahaan. Dari sudut pandang investor, aliran kas yang akan
diterima investor adalah earning yang dibagikan dalam bentuk dividen. Dengan
9
demikian kita dapat mengginakan komponen dividen sebagai dasar penilaian saham.
Penentuan nilai saham dengan menggunakan komponen dividen bisa dilakukan
dengan menggunakan berbagai model berikut ini :

A. Model Diskonto Dividen


Model diskonto dividen merupakan model untuk menentukan estimasi harga
saham dengan mendiskontokan semua aliran dividen yang akan diterima dimasa
datang. Secara matematis model ini dirumuskan sebagai berikut :

P0 = Nilai Intrinsik saham dengan model diskonto dividen


D1, D2 = Dividen yang akan diterima di masa datang
k = tingkat return yang disyaratkan

Dalam persamaan ini dilihat bahwa aliran dividen yang diterima investor
merupakan aliran dividen yang tidak terbatas (disimbolkan ∞) dan konstan.
Padahal dalam kenyataannya, ada kalanya perusahaan membayarkan dividen
secara tidak teratur, dividen yang jumlahnya tidak konstan atau pembayarannya
mengalami pertumbuhan. Dalam situasi dividen konstan dan tidak mengalami
pertumbuhan kita bisa menggunakan model pertumbuhan nol (zero-growth
model). Untuk kasus aliran dividen yang bertumbuh secara konstan, model yang
bisa dipakai adalah model pertumbuhan konstan (constant growth model).
Sedangkan untuk saham yang mengalami pertumbuhan tidak konstan, kita bisa
menggunakan model pertumbuhan tidak konstan (non-constant growth).

B. Model Pertumbuhan Nol


Model perhitungan nol ini sebenarnya sama dengan prinsip perhitungan saham
preferen karena dividen yang dibayarkan diasumsikan sama dan tidak akan
mengalami perubahan pertumbuhan sepanjang waktu. Rumusnya adalah :

Contoh :

10
Anggap sebuah saham saat ini membayar dividen Rp 150 per lembar dan
diharapkan tidak berubah di waktu mendatang. Investor mensyaratkan tingkat
return 15% untuk berinvestasi pada saham tersebut. Berapa nilai intrinsik saham?

Dividen diharapkan tidak berubah atau pertumbuhan nol nilai saham adalah :

= Rp. 1000

Saham seharusnya dijual pada harga Rp. 1000

C. Model Pertumbuhan Konstan


Model pertumbuhan konstan disebut juga sebagai model Gordon. model ini
dipakai untuk menentukan nilai saham, jika dividen yang akan dibayarkan

mengalami pertumbuhan secara konstan selama waktu tak terbatas, dimana .

Persamaan model pertumbuhan ini bisa dituliskan sebagai berikut :

Contoh :
Anggap sebuah saham saat ini membayar dividen Rp 150 per lembar dan
diharapkan tumbuh 5% per tahun. Investor mensyaratkan tingkat return 15%
untuk berinvestasi pada saham tersebut. Berapakah nilai intrinsik saham?

Dividen diharapkan tumbuh konstan pada tingkat 5% pertahun, maka nilai


sahamnya

= Rp 1500

Harga saham seharusnya Rp 1500

D. Model Pertumbuhan Tidak Konstan (Ganda)


Asumsi perusahaan akan membayarkan dividen secara konstan dalam
kenyataannya kadangkala kurang tepat. Adakalanya, perusahaan mengalami
pertumbuhan yang sangat baik jauh di atas pertumbuhan normal dan sangat
11
menjanjikan selama beberapa tahun, tetapi lambat laun menurun terus. Misalnya
suatu perusahaan yang mengalami pertumbuhan fantastis selama 5 tahun,
mungkin bisa membayarkan tingkat dividen dengan pertumbuhan 20% pertahun
(selama lima tahun), dan setelah itu hanya akan membayarkan dividen dengan
tingkat pertumbuhan 10% pertahun (sampai tahun tahun berikutnya). Untuk kasus
seperti seperti ini, penentuan nilai saham akan meliputi empat langkah
perhitungan.

1. Membagi aliran dividen menjadi dua bagian


a. Bagian awal yang meliputi aliran dividen yang tidak konstan, dan
b. Aliran dividen ketika mengalami pertumbuhan konstan.
2. Menghitung nilai sekarang dari aliran dividen yang tidak konstan (bagian
awal).
3. Menghitung nilai sekarang dari semua aliran dividen selama periode
pertumbuhan konstan (bagian b)
4. Menjumlahkan kedua hasil perhitungan nilai sekarang dari kedua bagian
perhitungan aliran dividen (bagian a dan b)

Proses untuk menghitung nilai saham dengan model diatas bisa dilakukan dengan
rumus berikut :

Contoh :

Anggap sebuah saham membayar dividen yang paling akhir sebsar Rp 150 per
lembar dan diproyeksi tumbuh 10% pertahun selama 3 tahun mendatang.
Setelahnya, dividen tumbuh pada tingkat konstan 5%. Investor mensyaratkan
tingkat return 15% untuk berinvestasi pada saham tersebut. Berapa nilai intrinsik
saham?

Dividen diharapkan tumbuh tidak konstan pada tingkat 10% selama 3 tahun dan
kemudian tumbuh konstan 5%. Nilai saham adalah :

12
E. Menentukan Return yang Disyaratkan
Tingkat return yang disyaratkan, k , digunakan sebagai tingkat diskonto dalam
model diskonto dividen. Tingkat return yang disyaratkan merupakan tingkat return
minimal yang diharapkan investor sebagai kompensasi atas risiko untuk bersedia
berinvestasi. Salah satu peluang investasi adalah pada asset bebas risiko. Untuk
berinveastasi pada asset lainnya yang berisiko, maka investor akan mensyaratkan
adanya tambahan return sebagai premi risiko. Karena itu, untuk menentukan
tingkat return yang disyaratkan pada saham, suatu premi risiko ditambahkan dari
tingkat return untuk asset bebas risiko. Maka formulanya adalah “k = tingkat
return bebas risiko + premi risiko”

F. Menentukan Tingkat Pertumbuhan


Untuk menentukan model pertumbuhan, tingkat pertumbuhan dividen, g , harus
diperkirakan. Tingkat di masa mendatang tidaklah selalu mudah diprediksi. Salah
satu cara untuk mengestimasi tingkat pertumbuhan dividen adalah menggunakan
laba perusahaan. Tingkat pertumbuhan dividen yang dihitung dengan cara ini
dikenal sebagai tingkat pertumbuhan berkelanjutan (sustainable growth rate).
Tingkat pertumbuhan berkelanjutan dividen adalah perkalian antara return on
equity (ROE) dan rasio tingkat laba ditahan perusahaan (retention ratio). Rasio
tingkat laba ditahan perusahaan dihitung dengan satu dikurangi dividend payout
ratio.

Tingkat pertumbuhan berkelanjutan = ROE x retention ratio


Tingkat pertumbuhan berkelanjutan = ROE x (1 - dividend payout ratio)

2.2.3 Pendekatan Price Earning Ratio (PER)

Di samping pendekatan nilai sekarang (model diskonto dividen), dalam


metode penilaian saham berdasar analisis fundamental dikenal juga pendekatan lain
yang disebut pendekatan price earning ratio (PER). Pendekatan ini merupakan
pendekatan yang lebih popular dipakai di kalangan analis saham dan para praktisi.
Dalam pendekatan PER atau disebut juga pendekatan multiplier, investor akan
menghitung berapa kali (multiplier) nilai earning yang tercermin dalam harga suatu

13
saham. Dengan kata lain, PER menggambarkan rasio atau perbandingan antara harga
saham terhadap earning perusahaan. Jika misalnya PER suatu saham sebanyak 3 kali
berarti harga saham tersebut sama dengan 3 kali nilai earning perusahaan tersebut.
PER juga memberikan informasi berapa rupiah harga yang harus dibayar investor
untuk memperoleh setiap Rp 1 earning perusahaan.

Rumus untuk menghitung PER suatu perusahaan adalah dengan membagi


harga saham perusahaan terhadap earning per lembar saham. Secara matemtis, rumus
untuk menghitung PER adalah sebagai berikut :

Contoh :

Misal harga saham DX saat ini adalah Rp. 10.000 per lembar, dan tahun ini
perusahaan memperoleh earning sebesar Rp. 900.000.000. jumlah saham beredar saat
ini adalah 900.000 lembar saham. Dari data tersebut kita bisa menghitung PER
dengan cara sebagai berikut :

1. Menghitung earning per lembar saham DX

= Rp. 1000 per lembar saham

2. Menghitung PER

Jadi PER saham DX adalah 10 kali, artinya, untuk memperoleh Rp. 1 dari earning
perusahaan DX, investor harus membayar Rp. 10

2.2.4 Pendekatan Penilaian Saham Lainnya

1. Rasio Harga / Nilai Buku

14
Hubungan antara harga pasar dan nilai buku per lembar saham dapat dipakai
untuk menentukan nilai saham Karena secara teoritis nilai pasar suatu saham
harus mencerminkan nilai bukunya. Rasio harga terhadap nilai buku banyak
digunakan untuk menilai saham-saham sektor perbankan.

Hasil penelitian menemukan bahwa saham-saham yang memiliki rasio harga/nilai


buku yang rendah akan menghasilkan return yang secara signifikan lebih tinggi
dibanding saham-saham yang memiliki rasio harga/nilai buku yang tinggi.

2. Rasio Harga / Aliran Kas

Pendekatan ini mendasarkan diri pada aliran kas perusahaan, bukannya earning
perusahaan. Dalam penilaian saham perusahaan, investor bisa menggunakan
informasi rasio harga/aliran kas ini sebagai pelengkap informasi PER, karena data
aliran kas perusahaan bisa memberikan pemahaman yang lebih mendalam bagi
investor tentang perubahan nilai saham yang akan terjadi.

3. Economic Value Added (EVA)

EVA digunakan untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam meningkatkan


nilai tambah (value added) bagi perusahaan. Asumsinya adalah bahwa jika
kinerja manajemen baik/efektif (dilihat dari besarnya nilai tambah yang
diberikan), maka akan tercermin pada peningkatan harga saham perusahaan.

EVA dihitung dengan mengurangkan keuntungan operasi perusahaan dengan


biaya modal perusahaan, baik untuk biaya hutang (cost of debt) maupun modal
sendiri (cost of equity). Secara matematis, EVA suatu perusahaan dapat dituliskan
sebagai berikut:

EVA = Laba bersih operasi setelah dikurangi pajak – besarnya biaya modal
operasi dalam rupiah setelah dikurangi pajak.

EVA = [EBIT (1-pajak)] – [(modal operasi) (persentase biaya modal setelah


pajak)]

2.3 Pendekatan Tradisional atau Analisis Fundamental

15
Analisis fundamental adalah metode analisis yang didasarkan pada
fundamental ekonomi suatu perusahaan.Teknis ini menitik beratkan pada rasio
finansial dan kejadian - kejadian yang secara langsung maupun tidak langsung
memengaruhi kinerja keuangan perusahaan.Sebagian pakar berpendapat teknik
analisis fundamental lebih cocok untuk membuat keputusan dalam memilih saham
perusahaan mana yang dibeli untuk jangka panjang. Analisis fundamental dibagi
dalam tiga tahapan analisa yaitu analisis ekonomi, analisis industri, dan analisis rasio
keuangan.

Analisis ini memiliki horizon jangka panjang, karena selain menggunakan data
historis (berupa laporan keuangan perusahaan) analisis ini juga menggunakan data
masa depan berupa estimasi pertumbuhan perusahaan, estimasi perubahan ekonomi
dimasa mendatang, dan berbagai jenis estimasi lainnya yang dianggap akan
mempengaruhi kinerja dan kelangsungan usaha. Meskipun menggunakan pendekatan
kuantitatif dalam proses analisisnya, banyak vaiabel ditentukan berdasarkan
judgment, misalnya, tingkat pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang.
Akibatnya, meskipun beberapa orang menggunakan metode analisis fundamental
dengan cara yang sama, hasilnya bias jadi berbeda. Analisis ini biasa digunakan untuk
jangka panjang, tetapi permasalahannya yang seringkali dihadapi oleh investor adalah
timing dan iformasi. Karena tidak semua investor mendapat informasi yang lengkap
sehingga jika hanya mengandalkan analisis fundamental, dapat terjadi kesalahan
investasi akibat kurangnya informasi atau kesalahan timing sehingga bias jadi saham
yang dibeli harganya sudah mahal. Untuk mengatasi masalah timing tersebut dapat
dilihat dari pergerakan saham tersebut melalui analisi teknikal untuk menentukan
sinyal transaksi (sinyal beli/sinyal jual). Dengan menggunakan atau menggabungkan
kedua analisis tersebut secara tepat, bertujuan untuk menghasilkan capital gain yang
optimum.

A. Analisis Ekonomi

Analisis ekonomi merupakan salah satu analisis yang digunakan pada model
teknik fundamental. Analisis ini cenderung digunakan untuk mengetahui keadaan-
keadaan yang bersifat makro dari suatu keadaan ekonomi. Unsur-unsur
makroekonomi yang biasa dianalisis melalui analisis ekonomi ini adalah faktor
pendapatan domestik bruto, inflasi, kebijakan moneter dan kebijakan fiskal yang

16
diterapkan oleh suatu negara. Analisis ini digunakan untuk mengetahui potensi
dari faktor makro yang pastinya menjadi salah satu faktor yang memengaruhi
tingkat pengembalian dari investasi. Analisis ekonomi dianggap penting karena
adanya kecenderungan hubungan yang kuat antara apa yang terjadi pada
lingkungan ekonomi makro dan kinerja suatu pasar modal. Pasar modal
mencerminkan apa yang terjadi pada perekonomian makro.

B. Analisis Industri
Dalam analisis industri, investor mencoba memperbandingkan kinerja dari
berbagai industri, untuk bisa mengetahui jenis industri apa saja yang memberikan
prospek paling baik ataupun sebaliknya. Berdasarkan hasil analisis industri,
investor akan menggunakan informasi tersebut sebagai masukan untuk
mempertimbangkan saham-saham dari kelompok industri mana sajakah yang akan
dimasukkan dalam portofolio. Analisis Industri merupakan tahapan penting
pengelompokan suatu industri dalam kenyataannya tidaklah sesederhana yang
dibayangkan, karena banyak perusahaan yang bergerak dalam lini bisnis yang
berbeda. Untuk menyiasati permasalahan tersebut, diperlukan suatu metode
pengklasifikasian industri. Menurut Michael Porter (1996), fokus dari analisa
industri adalah pada pengenalan ciri pokok yang mendasari suatu industri yang
bersumber pada situasi ekonomi dan teknologi yang membentuk arena dimana
strategi bersaing harus ditata. Dapat dikatakan analisa industri adalah sebuah
perencanaan yang terjadi dalam suatu kelompok bisnis ketika suatu usaha telah
berjalan.perencanaan lingkungan usaha, kecendrungan ekonomi, teknologi dan
politik akan mempunyai pengaruh kuat dalam suatu usaha.

C. Analisis Rasio Keuangan


Rasio finansial atau Rasio Keuangan merupakan alat analisis keuangan
perusahaan untuk menilai kinerja suatu perusahaan berdasarkan perbandingan data
keuangan yang terdapat pada pos laporan keuangan (neraca, laporan laba/rugi,
laporan aliran kas). Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan
(mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain.
Analisis rasio dapat digunakan untuk membimbing investor dan kreditor untuk
membuat keputusan atau pertimbangan tentang pencapaian perusahaan dan
prospek pada masa datang. Salah satu cara pemrosesan dan penginterpretasian
informasi akuntansi, yang dinyatakan dalam artian relatif maupun absolut untuk
menjelaskan hubungan tertentu antara angka yang satu dengan angka yang lain
17
dari suatu laporan keuangan. Analisis rasio keuangan menggunakan data laporan
keuangan yang telah ada sebagai dasar penilaiannya. Meskipun didasarkan pada
data dan kondisi masa lalu, analisis rasio keuangan dimaksudkan untuk menilai
risiko dan peluang pada masa yang akan datang. Pengukuran dan hubungan satu
pos dengan pos lain dalam laporan keuangan yang tampak dalam rasio-rasio
keuangan dapat memberikan kesimpulan yang berarti dalam penentuan tingkat
kesehatan keuangan suatu perusahaan. Tetapi bila hanya memperhatikan satu alat
rasio saja tidaklah cukup, sehingga harus dilakukan pula analisis persaingan-
persaingan yang sedang dihadapi oleh manajemen perusahaan dalam industri yang
lebih luas, dan dikombinasikan dengan analisis kualitatif atas bisnis dan industri
manufaktur, analisis kualitatif, serta penelitian-penelitian industri.

Rumus Analisis Rasio Keuangan


1) Current Ratio (CR)
Merupakan Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva
lancar yang dimiliki, Current Ratio dapat dihitung dengan rumus :

2) Price Earning Ratio (PER)


PER adalah rasio yang menunjukkan seberapa besar investor menilai harga
dari saham terhadap kelipatan dari earnings dan memberikan indikasi tentang
jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan dana pada tingkat harga
saham dan keuntungan perusahaan pada suatu periode tertentu (jogiyanto
2003:105). PER adalah perbandingan antara harga saham dengan laba bersih
perusahaan, dimana harga saham sebuah emiten dibandingkan dengan laba
bersih yang dihasilkan oleh emiten tersebut dalam setahun.Karena yang
menjadi fokus perhitungannya adalah laba bersih yang telah dihasilkan
perusahaan, maka dengan mengetahui PER sebuah emiten, kita bisa
mengetahui apakah harga sebuah saham tergolong wajar atau tidak secara real
dan bukannya secara future alias perkiraan.

18
3) Price to Book Value (PBV)
PBV adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat harga saham
apakah termasuk undervalued atau over valued. PBV fokusnya pada nilai
ekuitas perusahaan.PBV sesuai artinya bermakna ‘harga saham dibandingkan
nilai ekuitas per saham’.Cara menghitungnya, adalah dengan membagi harga
saham dengan Book Value-nya (BV), dimana BV dihasilkan dari ekuitas
dibagi rata-rata jumlah saham yang beredar. Konsep penggunaannya pun sama
dengan PER: semakin tinggi nilai PBV, maka semakin mahal harga sahamnya.
Bila suatu perusahaan memiliki nilai PBV di atas satu (PBV>1), maka harga
saham perusahaan tersebut dinilai lebih tinggi daripada nilai bukunya yang
menggambarkan kinerja perusahaan tersebut semakin baik di mata
investor.Secara umum, persamaan. Yang digunakan untuk menilai PBV suatu
saham dapat dituliskan sebagai berikut :

Keterangan :
PBVn = Price to Book Value
Pn = Harga per lembar saham pada tahun ke-n
BVn = Nilai book value per lembar saham pada tahun ke-n

4) Debt to Equity Ratio (DER)


Merupakan rasio yang mengukur sejauh mana besarnya utang dapat ditutupi
oleh modal sendiri. Rasio ini menunjukkan persentase penyediaan dana oleh
pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Rasio ini dapat dirumuskan
dengan :

Semakin tinggi rasio semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan


oleh pemegang saham.

5) Return On Asset (ROA)


Merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan aset-aset yang dimiliki

19
perusahaan bisa menghasilkan laba.

6) Return on Equity (ROE)


ROE berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba atas modalnya sendiri.Semakin besar ROE maka semakin baik kinerja
perusahaan dalam memanfaatkan modalnya untuk menghasilkan laba. Rasio
ini dapat dihitung dengan rumus yaitu :

7) Return on Investment (ROI)


Bertujuan untuk mengukur keuntungan investasi dan sebagai evaluasi akhir
untuk menentukan keputusan investasi di dalam perusahaan. Rasio ini dapat
memberikan informasi kepada investor tingkat pengembalian yang akan
diterima dari investasi yang dilakukan. ROI dapat dirumuskan dengan :

8) Gross Profit Margin ( Margin Laba Kotor)


Merupakan perbandingan antar penjualan bersih dikurangi dengan Harga
Pokok penjualan dengan tingkat penjualan, rasio ini menggambarkan laba
kotor yang dapat dicapai dari jumlah penjualan.Rasio ini dapat dihitung
dengan rumus yaitu:

9) Deviden Payout Ratio (DPR)


DPR adalah sebuah parameter untuk mengukur besaran dividen yang akan
dibagikan ke pemegang saham. Variabel Payout Ratio menunjukkan
persentase dari pendapatan yang akan dibayarkan pada pemegang saham

20
sebagai cash dividend. Formulanya: nilai dividen yang dibagikan per saham
dibanding dengan nilai laba bersih per saham.

10) Earning per Share (EPS)


EPS menghitung penghasilan bersih yang diperoleh untuk setiap saham yang
diinvestasikan. Saham yang dimaksudkan di sini adalah saham biasa dan tidak
termasuk saham preferen.

11) Book Value Per Share (BVPS)


Book value per share digunakan untuk mengukur nilai Shareholder’s equity
atas setiap saham yang diterbitkan.

12) Dividen Yield


Dividen yield digunakan untuk mengukur jumlah deviden per saham relative
terhadap harga pasar yang dinyatakan dalam bentuk prosentase.

13) Deviden Per Share (DPS)


Deviden per share merupakan total semua deviden yang dibagikan pada tahun
buku sebelumnya, baik deviden intern, deviden total atau deviden saham.
Adapun rumus yang dipergunakan yaitu :

2.4 Pendekatan Modern atau Analisis Teknikal

21
Analisis teknikal adalah metode untuk memprediksi pergerakan harga dan tren
pasar atau sekuritas di masa depan dengan mempelajari grafik dari aksi pasar di masa
lalu dengan mempertimbangkan harga pasar instrumen dan minat atas instrumen
tersebut. Analisis teknikal merupakan salah satu analisis atau metode pendekatan yang
mengevaluasi pergerakan suatu harga saham, kontrak berjangka (future contract),
indeks dan beberapa instrumen keuangan lainnya.Secara singkat, analisis teknikal
dapat dikatakan sebagai analisis sekuritas dengan menggunakan grafik harga dan
volume historis.
Adapun kelebihan dari menggunakan analisis teknikal ini bagi investor dalam
melakukan trading terhadap intrumen keuangan yaitu :
a. Analisis teknikal bisa diaplikasikan pada semua jenis surat berharga atau
sekuritas pada market manapun. Selama sekuritas tersebut memiliki data historis
dengan waktu yang beruntun dan bisa digambarkan grafik dari runtutan waktu
tersebut, maka sekuritas tersebut pasti bisa dianalisis dengan analisis teknikal.
b. Analisis teknikal dapat menentukan waktu beli dan jual saham.
c. Analisis teknikal dapat diterapkan untuk berbagai dimensi waktu, baik harian,
mingguan, maupun untuk jangka waktu yang lebih panjang.
d. Analisis teknikal dapat memberikan return yang tinggi hanya dengan
mempelajari adanya suatu perubahan tertentu pada market sebelum bergerak
menuju keseimbangan baru.

2.4.1 Prinsip dan Dasar Pemikiran


Menurut (Sulistiawan dan Liliana, 2007:5) terdapat tiga asumsi atau anggapan
dasar yang dipakai dalam analisis teknikal yaitu sebagai berikut :
a. Market Price Discounts Everything (Pasar Mempertimbangkan Semua
Persoalan)
Pengguna analisis ini percaya bahwa semua peristiwa bisa sangat berpengaruh
terhadap harga saham. Kejadian atau peristiwa tersebut akan tercermin pada
harga sahamnya secara seketika. Suatu pasar sekuritas dikatakan akan semakin
efisien jika semua informasi semakin cepat diserap oleh pasar dan tidak ada
halangan bagi semua pelaku pasar untuk mengakses informasi tersebut.

b. Price Moves In Trend (Harga Bergerak Mengikuti Arah Aliran)


Prinsip dasar berikutnya dalam penggunaan analisis teknikal adalah bahwa
jangan pernah mengambil keputusan transaksi yang melawan tren harga yang
sedang berlangsung.Karena pengguna analisis percaya bahwa semua informasi
tercermin pada harga pasar saham, maka tren tersebut menunjukkan sikap para
pelaku pasar atau investor atas suatu harga saham. Pahami tren yang ada terlebih
22
dahulu dan ikuti ke mana tren tersebut akan bergerak agar bisa memanfaatkan
pergerakan harga pasar tersebut untuk meningkatkan hasil investasi.

c. History Repeats Itself (Sejarah Akan Berulang)


Dalam analisis teknikal juga menggambarkan faktor psikologis para pelaku pasar,
maka pergerakan historis dapat dijadikan acuan untuk memprediksi pergerakan
harga di masa yang akan datang. Pola historis ini dapat terlihat dari waktu ke
waktu dalam grafik. Pola – pola ini mempunyai makna yang dapat
diinterpretasikan untuk memprediksi pergerakan harga.

2.4.2 Klasifikasi Analisis Teknikal


Secara umum, analisis teknikal digolongkan ke dalam beberapa kelas.
Penggolongan dalam beberapa kelas tersebut dibagi menjadi 2 kelas utama yang
dibedakan sebagai berikut :

a. Analisis Teknikal Klasik


Pengguna analisis teknikal ini biasa disebut sebagai chartist.Penggunanya
percaya bahwa tren dan sinyal aksi pasar suatu saham dapat diperoleh
berdasarkan bentuk dan pola tertentu dari grafik harga saham. Bentuk lain dari
analisis ini adalah penggunaan garis-garis penganalisis yang diaplikasikan pada
grafik harga menurut opini individual masing-masing pengguna. Oleh karena itu
dasar pengambilan keputusan transaksi biasanya juga ditentukan berdasarkan
judgment dan interpretasi penggunanya terhadap suatu grafik.Mengingat sifatnya
yang sangat subyektif, maka analisis ini lebih banyak mengandung seni/art dari
pada unsur ilmiahnya.Demikian juga halnya, bahwa menurut masing-masing
penggunanya analisis ini juga spesifik untuk tiap-tiap sekuritas.Kelompok analis
ini dapat digolongkan ke dalam penganalisis garis gerak harga dan penganalisis
pola.

b. Analisis Teknikal Modern


Pengguna analisis ini biasa juga disebut sebagai technician.Penggunanya
percaya bahwa tren dan sinyal aksi pasar suatu saham dapat diperoleh
berdasarkan pola grafik yang ditentukan atau diindikasikan dari perhitungan
kuantitatif, bukan interpretasi subyektif terhadap suatu bentuk dan pola
grafik.Mengingat sifatnya yang bersifat kuantitatif, maka metode ini secara
23
ilmiah bisa diuji kemampuan dan kinerjanya dalam menghasilkan keuntungan
bagi investor. Faktor lain yang menguntungkan dari analisis teknikal modern ini
adalah bahwa indikatornya bisa diprogram secara otomatis dengan menggunakan
bantuan komputer. Secara garis besar, indikator-indikator teknikal tersebut dapat
dikelompokkan ke dalam in-dikator pengikut tren (trend following indicator) dan
indikator oscillator.

2.4.3 Istilah-Istilah Penting dalam Analisis Teknikal


Dalam analisis teknikal, terdapat istilah-istilah yang penting untuk diketahui, yaitu :
a. Chart (Grafik)
Alat utama yang digunakan dalam analisis teknikal adalah berbentuk chart yang
digunakan untuk menggambarkan pola pergerakan harga pada waktu yang lalu.
Penggunaan chart membuat asumsi bahwa jika pola pergerakan harga yang
berbentuk pada saat ini atau akan datang ini menyerupai pola pergerakan harga
pada waktu yang lalu, maka kemungkinan besar pola harga pada waktu yang
akan datang akan mengikuti pola pererakan harga pada waktu yang lalu.
Dalam analisis teknikal, dikenal beberapa macam-macam chart, diantaranya
yaitu:

1) Line Chart (Grafik Garis)


Analisis teknikal ini hanya berisikan sebuah garis yang menghubungkan
penutupan perdagangan yang satu dengan yang lainnya per hari. Misalnya jika
pada hari pertama perdagangan harga berakhir di level 300, dan dihari kedua
ditutup di harga 200, dan dihari ketiga di harga 400. Maka garis lurus dapat
diambil dari harga 300 menuju 200 kemudian 400 dari arah kiri ke kanan.
Contoh gambar :

Sebuah analisis teknikal line chart memiliki pergerakan yang jelas dan halus
tetapi tidak menyediakan informasi harga tertinggi, terendah, dan harga

24
pembukaan setiap sesi, akibatnya fluktuasi analisa teknikal pasar tidak terlihat
selama periode tersebut.

2) Bar Chart (Grafik Batang)


Analisa teknikal bentuk Bar Chart menyerupai batang yang memiliki tangkai
di kiri dan kanan, dan memiliki informasi yang lebih lengkap, berisi harga
pembukaan, tertinggi, terendah dan penutupan.Harga buka pasar berada pada
tangkai kiri, dan penutupan pada tangkai kanan.Sementara ujung dari
batangnya mewakili harga tertinggi dan terendah dalam satu periode
perdagangan.

25
Grafik bar efektif untuk menggambarkan data yang sangat banyak.Grafik bar
terlihat relatif tipis, hal ini memudahkan pemakai untuk menambahkan
beberapa bar lagi sebelum grafik terlihat lebih rumit.Jika anda tidak tertarik
pada harga pembukaan, maka grafik bar adalah metode yang ideal untuk
menganalisis harga penutupan, relatif terhadap harga tertinggi dan terendah.
Grafik bar yang di dalamnya terdapat harga pembukaan akan cepat terlihat
rumit. Jika anda tertarik pada harga pembukaan, maka grafik candlestick
adalah alternatif yang lebih baik dari pada grafik bar.

3) Candlestick Chart (Grafik Candlestick)


Analisa teknikal Candlestick merupakan grafik tertua yang ditemukan oleh
analis teknikal. Struktur tubuhnya menyerupai lilin, dan memiliki unsur yang
sama dengan bar chart, terdapat data pembukaan, tertinggi, terendah dan
penutupan pada setiap sesinya. Harga yang mengalami kenaikan biasanya
dibentuk dengan warna terang, dan harga turun dengan warna gelap. Selain
berfungsi sebagai salah satu tipe grafik, candlestick juga memiliki model
analisa tersendiri yang telah luas digunakan oleh trader di dunia.

4) Point and Figure Chart


Metode grafik yang ditunjukkan di atas, memplot satu poin data pada setiap
periode waktu.Sebanyak apapun pergerakan harga, satu hari atau satu minggu
merepresentasikan satu poin, satu batang, atau satu candlestick yang diplot
untuk menandakan pergerakan harga. Berbeda dengan metode tersebut, grafik
point & figure didasarkan pada pergerakan harga, dan tidak memakan waktu
banyak dalam mempertimbangkannya. Terdapat sumbu X pada grafik ini,
tetapi tidak memotong grafik.
Kelebihan dari point & figure adalah kesederhanaannya.Tidak ada pergerakan
harga yang tidak relevan, maka tidak ada duplikasi pada grafik.Hanya
pergerakan harga yang spe-sifiklah yang dicatat.Fokus pada pergerakan harga

26
inilah yang memudahkan dalam mengi-dentifikasi level support and
resistance, bullish breakouts and bearish breakdown.

b. Garis Tren
Analisis Teknikal dibentuk dari asumsi tren harga.Garis tren adalah alat yang
penting dalam analisis teknikal, baik untuk melakukan identifikasi maupun
konfirmasi. Garis tren adalah suatu garis lurus yang menghubungkan dua atau
lebih poin harga dan kemudian di masa yang akan datang dapat membentuk garis
support atau resistance.Garis tren dapat dibagi menjadi 3 yaitu :

1. Garis Tren Naik (Up Trend), merupakan garis yang memiliki kemiringan
(slope) positif, dan ini terbentuk dengan menghubungkan dua atau lebih poin
harga terendah. Harga terendah yang kedua harus lebih tinggi dari yang
pertama agar slope-nya positif.Tren menigkat mencermikan terjadinya ekses
demand.

27
2. Garis Tren Menurun (Down Trend), merupakan kebalikan dari Up Trend, yaitu
garis yang memiliki kemiringan (slope) negatif, dan dibentuk dengan
menghubungkan dua atau lebih poin tertinggi. Tren menurun mencerminkan
terjadinya ekses supply.

3. Tren menyamping (Horizontal Trend), disebut juga sideways trend, adalah


garis yang menggambarkan trend yang bergerak secara mendatar.

Garis tren pula jika diukur dalam kerangka waktu, terdapat tiga tipe tren masing
– masing sebagai berikut :

1) Major Trend : merupakan tren jangka panjang dari pergerakan pasar, biasanya
ditentukan dalam kurun waktu minimal 1 tahun.

28
2) Medium Trend : merupakan kecenderungan pergerakan harga untuk kerangka
waktu jangka menengah biasanya antara 2 minggu sampai 3 bulan dan
merupakan gerak koreksi dari major trend (tren utama).

3) Minor Trend : merupakan pergerakan harga dalam kurun waktu pendek,


biasanya dalam kurun daily dan sebagai gerak koreksi dari medium trend.

c. Support dan Resistance


Support – resistance adalah titik batas atas (resistance) dan batas bawah (support)
dari pergerakan harga. Secara rinci, titik support atau support level adalah sebuah
level harga (titik/tingkat/range) dimana pada level tersebut akan timbul minat beli
29
yang lebih kuat daripada minat jual, yang akan mengakibatkan terjadinya ekses
demand yang akan meningkatkan harga di pasar, sehingga menghentikan trend
penurunan harga.
Sebaliknya, titik resistance merupakan batas atas/titik/range dimana pada level
ini akan timbul penguatan minat jual yang lebih besar dibandingkan minat beli
yang secara otomatis akan mengakibatkan timbulnya ekses supply, yang akan
mengakibatkan turunnya harga saham. Berikut ni contoh dari Support –
Resistance:

2.4.4 Jenis-Jenis Analisis Teknikal

Untuk memberikan gambaran mengenai cara bekerja para analis teknikal,


berikut ini ada beberapa metode analisis teknikal saham yang paling umum digunakan
dan tentunya memiliki keunggulannya masing-masing. Metode – metode analisis
teknikal tersebut diantaranya sebagai berikut :
a. Moving Average (MA)
Moving average (MA) atau rata-rata bergerak adalah salah satu dari sekian
banyak metode analisa harga saham yang sering digunakan dalam analisis
teknikal saham.Moving average (MA) adalah rata-rata harga saham selama
periode waktu yang telah lalu dan kemudian diplot ke dalam grafik beserta harga
saham aktual di pasar saat itu. MA yang berasal dari rata-rata harga saham
selama lima hari perdagangan, contohnya, ditulis sebagai MA-5. MA yang berasl
dari rata-rata harga selama 15 hari ditulis sebagai MA-15. Jadi moving average
menyatakan rata-rata harga saham tersebut akan dihitung lagi seiring dengan
berjalannya waktu. Data harga yang digunakan biasanya adalah harga penutupan
(closing price).

30
Cara menganalisanya adalah jika kurva aktual menembus kurva MA dari
bawah ke atas dengan volume perdagangan yang cukup tinggi, hal tersebut
memberi sinyal saat yang tepat untuk membeli saham.Sebaliknya jika kurva
aktual menembus kurva MA dengan volume perdagangan tingg dari atas ke
bawah, hal tersebut memberi sinyal untuk jual. Pergerakan harga saham berupa
kenaikan harga diikuti dengan volume perdagangan yang tinggi ditafsirkan
sebagai sinyal pasar akan membaik (bullish). Sedangkan perubahan harga berupa
penurunan harga yang diikuti volume perdagangan yang tinggi ditafsirkan
sebagai sinyal pasar akan memburuk (bearish).

b. Double Top dan Bouble Bottom


Metode analisa teknikal saham berikutnya adalah metode double top dan
double bottom. Double Top, pola ini terbentuk ketika ada perubahan harga saham
berupa kenaikan sampai pada level tertentu, lalu turun dan kemudian naik lagi
(dengan volume perdagangan lebih kecil) menyamai level harga tertinggi
sebelumnya dan kemudian menurun lagi. Jika kejadian tersebut berulang sekali
lagi, maka akan terbentuk kurva yang memiliki dua puncak kembar (seperti huruf
M). Pola dari analisa harga saham ini menunjukan bahwa pasar telah dua kali
gagal mencoba menembus batas harga atas (tertinggi) tersebut. Jika harga
kemudian menurun sampai menembus tingkat harga terendah sebelumnya
(sebelum puncak yang kedua), itu mengindikasikan tren pergerakan harga saham
akan terus menurun. Pola double top ini memberikan sinyal untuk segera
melakukan aksi jual.
Kebalikan dari pola Double Top yaitu pola double bottom (seperti huruf W).
Dengan logika yang sama, pola ini memberikan sinyal untuk melakukan aksi beli
karena diperkirakan harga akan terus meningkat.

31
c. Triple Top dan Triple Bottom
Triple Bottom, adalah pola pembalikan yang terbentuk dari tiga harga terendah
yang sama yang diikuti oleh breakout di atas resistance. Pola ini dapat terbentuk
dalam beberapa bulan, yang biasanya merupakan pola jangka panjang yang
meliput beberapa bulan.Karena merupakan jangka panjang, maka grafik
mingguan tampaknya lebih sesuai untuk analisis ini.

32
Triple Top, adalah pola pembalikan yang terbuat dari tiga harga tertinggi yang
diikuti oleh sebuah break di bawah support. Berbeda dengan tripple bottom,
triple tops biasanya terben-tuk dalam jangka waktu yang lebih pendek dan
biasanya berada pada range 3 sampai 6 bulan. Biasanya dibandingkan dengan
tops, bottom butuh waktu lebih lama untuk terbentuk.

d. Triangle
Metode analisa teknikal saham triangle (pola kurva segitiga) dibagi menjadi
dua, yaitu Ascending Triangle (segitiga menaik) dan Descending Triangle
(segitiga menurun). Descending Triangle terbentuk jika ada beberapa lembah
yang sama rendah dengan beberapa puncak yang semakin menurun. Dengan kata
lain, terjadi perubahan harga saham antara garis batas bawah yang horizontal
dengan garis batas yang mempunyai kemiringan menurun. Jika harga menembus

33
garis batas bawah disertai dengan peningkatan volume perdagangan, ini memberi
sinyal untuk melakukan aksi jual karena analisa harga saham tersebut
diperkirakan harga akan terus menurun.
Sementara Ascending Triangle terbentuk jika pergerakan harga saham
mengikuti pola yang berkebalikan dengan Descending Triangle. Pola ini
memberikan sinyal untuk melakukan aksi beli saham karena diperkirakan harga
akan terus menaik.

e. Head and Shoulder


Analisis teknikal saham Head and Shoulder dapat dibagi menjadi 2 bentuk
yaitu Head and Shoulder Top dan Head and Shoilder Bottom. Analisis teknikal
saham Head & Shoulder Top memberikan sinyal untuk jual karena diperkirakan
harga akan terus menurun. Garis leher (neckline) digambarkan dengan menarik
garis lurus dari bagian paling bawah kedua bahu (shoulder) untuk mendapatkan
suatu sinyal kapan aksi jual dilakukan.Jika dari analisa harga saham, pergerakan
harga saham (bahu kanan) menembus garis leher dari atas ke bawah (piercing the
neckline), inilah sinyal untuk segera menjual saham untuk mengurangi kerugian
(cut loss).

34
Sedangkan analisis teknikal Head & Shoulder Bottom terjadi secara terbalik,
dua bahu (shoulder) dan kepala (head) mengarah ke bawah.
Garis leher (neckline) terbentuk dengan menarik garis lurus diatas kedua
bahu.Jika pola itu terbentuk dan kurva harga dibahu kedua (bahu kanan)
menembus garis leher dari bawah keatas, maka itu adalah sinyal untuk beli
karena ada kecenderungan perubahan harga saham di mana harga bakal terus
naik.

2.5 Analisis Ekonomik / Pasar

2.5.1 Kondisi Ekonomi dan Pasar Modal

Analisis ekonomi adalah salah satu dari tiga analisis yang perlu dilakukan
investor dalam penentuan keputusan investasinya. Analisis ekonomi perlu dilakukan
karena kecenderungan adanya hubungan yang kuat antara apa yang terjadi pada
lingkungan ekonomi makro dan kinerja suatu pasar modal. Pasar modal
mencerminkan apa yang terjadi pada perekonomian makro karena nilai investasi
ditentukan oleh aliran kas yang diharapkan serta tingkat return yang disyaratkan atas
investasi tersebut, dan kedua faktor tersebut sangat dipengaruhi oleh perubahan
lingkungan ekonomi makro. Dengan demikian, jika kita ingin mengestimasi aliran

35
kas, bunga, ataupun premi risiko dari suatu sekutitas, maka kita harus
mempertimbangkan analisis ekonomi makro.
Tabel di bawah ini memperlihatkan perkembangan IHSG di BEI dari tahun
2010 sampai dengan November 2016. Pada akhir tahun 2010 IHSG berada pada level
3.789,10 dan meningkat dengan sangat pesat sampai dengan bulan November 2016,
yaitu menjadi 5.231,97.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), 2010 s.d. November 2016

Periode Tertinggi Terendah Akhir Perubahan (%)

2010 3.789,10 2.475,57 3.703,51 46,13

2011 4.193,44 3.269,45 3.821,99 3,20

2012 4.375,17 3.654,58 4.316,67 12,94

2013 5.214,98 3.967,84 4.274,18 -0,98

2014 5.246,48 4.175,81 5.226,95 22,29

2015 5.523,29 4.120,50 4.593,01 -12,13

2016 5.472,32 4.414,13 5.231,97 13,91

Januari 4.615,16 4.414,13 4.615,16 0,48

Februari 4.798,95 4.587,44 4.770,96 3,38

Maret 4.885,71 4.773,63 4.845,37 1,56

April 4.914,74 4.786,97 4.838,58 -0,14

Mei 4.836,03 4.704,22 4.796,87 -0,86

Juni 5.016,65 4.807,23 5.016,65 4,58

Juli 5.299,21 4.971,58 5.215,99 3,97

Agustus 5.461,45 5.320,56 5.386,08 3,26

September 5.431,96 5.146,04 5.364,80 -0,40

Oktober 5.472,32 5.340,40 5.422,54 1,08

November 5.470,68 5.231,97 5.231,97 -3,51

36
Fluktuasi yang terjadi di pasar modal akan terkait dengan perubahan yang
terjadi pada berbagai variabel ekonomi makro. Seperti kita ketahui bahwa harga
obligasi akan sangat tergantung dari tingkat bunga yang berlaku, dan tingkat bunga ini
akan dipengaruhi oleh perubahan ekonomi makro ataupun kebijakan ekonomi makro
yang ditentukan pemerintah. Sedangkan di sisi lainnya, harga saham merupakan
cerminan dari ekspektasi investor terhadap faktor-faktor earning, aliran kas dan
tingkat return yang disyaratkan investor, yang mana ketiga faktor tersebut juga sangat
dipengaruhi oleh kinerja ekonomi makro.

2.5.2 Variabel Makro Ekonomi

Lingkungan ekonomi makro adalah lingkungan yang memengaruhi operasi


perusahaan sehari-hari. Kemampuan investor dalam memahami dan meramalkan
kondisi ekonomi makro di masa datang, akan sangat berguna dalam pembuatan
keputusan investasi yang menguntungkan sehingga investor harus memperhatikan
beberapa indikator ekonomi makro yang bisa membantu mereka dalam memahami
dan meramalkan kondisi ekonomi makro. Berikut ini beberapa faktor ekonomi makro
yang berpengaruh terhadap investasi di suatu negara.

Indikator
Pengaruh Penjelasan
Ekonomi
Meningkatnya PDB
Meningkatnya PDB mempunyai pengaruh
merupakan sinyal positif untuk
positif terhadap daya beli konsumen sehingga
PDB
investasi dan sebaliknya jika
dapat meningktkan permintaan terhadap
PDB menurun. produk perusahaan.
Peningkatan inflasi secaraInflasi meningkatkan pendapatan dan biaya
relatif merupakan sinyal
perusahaan. Jika peningkatan biaya produksi
Inflasi negatif bagi pemodal di pasar
lebih tinggi dari peningkatan harga yang
modal. dapat dinikmati oleh perusahaan maka
profitabilitas perusahaan akan turun.
Tingkat Tingkat bunga yang tinggi Tingkat suku bunga yang menigkat akan
merupakan sinyal negatif menyebabkan peningkatan suku bunga yang
Bunga
terhadap harga saham disyaratkan atas investasi pada suatu saham.
Disamping itu tingkat suku bunga yang
meningkat bisa juga menyebabkan investor
menarik investasinya pada saham dan
37
memindahkannya pada investasi berupa
tabungan ataupun deposito.
Menguatnya kurs rupiah Menguatnya kurs rupiah terhadap mata uang
terhadap mata uang asing asing akan menurunkan biaya impor bahan
Kurs Rupiah merupakan sinyal positif bagi baku untuk produksi, dan akan menurunkan
perekonomian yang tingkat suku bunga yang berlaku.
mengalami inflasi.
Anggaran yang defisit Anggaran defisit akan mendorong konsumsi
merupakan sinyal positif bagi dan investasi pemerintah, sehingga dapat
Anggaran ekonomi yang sedang meningkatkan permintaan terhadap produk
mengalami resesi, tetapi perusahaan. Akan tetapi, anggaran defisit di
Defisit merupakan sinyal yang negatif sisi lain justru akan meningkatkan jumlah
bagi ekonomi yang mengalami uang beredar dan akibatnya akan mendorong
inflasi. inflasi.
Investasi Meningkatnya investasi swasta Meningkatnya investasi swasta akan
adalah sinyal positif bagi meningkatkan PDB sehingga dapat
Swasta pemodal. meningkatkan pendapatan konsumen.
Neraca Defisit neraca perdagangan Defisit neraca perdagangan dan pembayaran
dan pembayaran merupakan harus dibiayai dengan menarik modal asing.
Perdagangan
sinyal negatif bagi pemodal Untuk melakukan hal ini, suku bunga harus
dan dinaikkan.
Pembayaran

2.6 Analisis Industri

Analisis merupakan tahap penting yang perlu dilakukan investor, karena


analisis tersebut dipercaya bisa membantu investor untuk mengidentifikasi peluang-
peluang investasi dalam industri yang mempunyai karakteristik risiko dan return yang
menguntungkan bagi investor.
Beberapa penelitian yang terkait dengan analisis industry, telah
didokumentasikan oleh Reiley dan Brown (1997), dan menghasilkan kesimpulan-
kesimpulan seperti berikut ini:
1. Studi mengenai kinerja tahunan industri, menunjukan bahwa industri yang
berbeda mempunyai tingkat return yang berbeda pula. Hasil penelitian tersebut
menunjukan bahwa analisis industri penting, dan perlu dilakukan untuk
mengetahui perbedaan kinerja antar industri, sehingga akan membantu investor

38
dan para analis untuk mengidentifikasi peluang-peluang yang menguntungkan dan
yang tidak menguntungkan.
2. Tingkat return masing-masing industri berbeda di setiap tahunnya. Dengan
demikian, return industri di masa yang akan datang tidak bisa diestimasi hanya
dengan menggunakan data return industri masa lalu. Oleh karena itu, analis dan
investor di samping menggunakan data return industri di masa lalu, juga perlu
menambahkan dengan beberapa data lain yang relevan untuk mengestimasi return
industri di masa yang datang.
3. Tingkat return perusahaan-perusahaan di suatu industri yang sama, terlihat cukup
beragam. Hal ini menunjukan bahwa analis industri juga perlu diikuti dengan
analisis perusahaan.
4. Tingkat risiko berbagai industri juga beragam, sehingga analis dan investor perlu
mempelajari dan mengestimasi faktor-faktor risiko yang relevan untuk suatu
industri tertentu sepeti halnya estimasi return.
5. Tingkat risiko suatu industri relatif stabil sepanjang waktu, sehingga analis risiko
berdasarkan data historis dapat digunakan untuk mengestimasi risiko industri di
masa yang datang.

Dari berbagai hasil penelitian tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa


analisis industri penting untuk dilakukan, baik untuk meminimalkan risiko ataupun
untuk mengidentifikasi industri yang mempunyai prospek yang menguntungkan.
Selanjutnya, analisis indutri juga perlu diikuti oleh analisis perusahaan, sehingga
investor dapat menentukan saham-saham dari perusahaan mana saja dalam suatu
kelompok industri yang mempunyai kombinasi return-risiko yang terbaik.

2.6.1 Estimasi Tingkat Keuntungan Industri


Untuk menilai suatu industri, ada dua langkah yang perlu dilakukan, yaitu
pertama, mengestimasi earning per share (EPS) yang diharapkan dari suatu industri,
dan kedua mengestimasi Price Earning Ratio (P/E) yang diharapkan atau disebut juga
sebagai expected earning multiplier indutri. Selanjutnya, jika hasil kedua estimasi
tersebut dikalikan maka akan kita peroleh nilai akhir yang diharapkan dari suatu
industri (expected ending value of industry).
Dengan mengetahui nilai akhir yang diharapkan dari suatu industri,
selanjutnya akan dapat ditentukan tingkat return yang diharapkan dari suatu industri.
39
Caranya adalah dengan membagi nilai akhir yang diharapkan dari suatu industri
ditamabah dividen yang diharapkan dari industri, dengan nilai awal industri tersebut
pada periode sebelumnya. Selanjutnya, dengan membandingkan tingkat return yang
diharapkan dari industri terhadap tingkat return yang disyaratkan oleh investor,
investor akan dapat menentukan industri mana saja yang layak dijadikan pilihan
investasinya. Dalam penentuan keputusan investasi industri tersebut, pilihan investor
sebaiknya pada industri-industri yang mampu memberikan return diharapkan yang
lebih besar dibanding tingkat return yang disyaratkan investor.

Estimasi Earning per Share Industri


Ada tiga teknik yang dapat digunakan untuk mengestimasikan tingkat
penjualan suatu industri, yaitu dengan :
1. Daur Hidup Suatu Industri (Industry Life Cycle)

 Tahap permulaan. Pada tahap ini, pertumbuhan penjualan sangat sangat kecil
dan profit yang dihasilkan kemungkinan akan menunjukan angka negatif
karena perusahaan harus mengeluarkan dana yang cukup besar untuk
menutupi biaya promosi dan pengembangan produk di awal-awal
pertumbuhan industri.
 Tahap pertumbuhan. Pada tahap pertumbuhan, penjualan tumbuh sangat cepat.
Permintaan semakin meningkat, sedangkan persaingan belum begitu ketat,
sehingga profit pada tahap pertumbuhan akan akan tumbuh dengan tinggi.
Pertumbuhan industri pada tahap ini akan cenderung lebih besar dari
pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
 Tahap kedewasaan (mature). Pada tahap ini, pertumbuhan penjualan mulai
menurun, karena banyaknya pesaing yang mulai masuk dan permintaan yang
sudah relatif stabil. Oleh karena itu, profit pada tahap mature akan mengalami

40
pertumbuhan yang mulai menurun dan menuju tingkat keuntungan yang
normal.
 Tahap stabil. Pada tahap ini investor dapat mengestimasi pertumbuhan
penjualan secara mudah karena penjualan berkolerasi tinggi dengan kondisi
ekonomi.
 Tahap penurunan. Pada tahap ini ada perusahaan yang mulai keluar dari
industri dan investor pun mulai berpikir untuk mencari alternatif industri lain
yang lebih menguntungkan. Pertumbuhan industri pada tahap ini akan jauh
dibawah pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

2. Analisis Input-Output
Analisis input-output adalah suatu cara alternatif untuk mengetahui gambaran
prospek penjualan suatu indstri di masa yang akan datang, dengan cara
mengidentifikasi pemasok (supplier) dan konsumen dari suatu industri. Dengan
melakukan analisis input-output, kita dapat mengestimasi permintaan konsumen
di masa datang, serta kemampuan pemasok untuk menyediakan barang dan jasa
yang diperlukan dalam suatu industri. Informasi tersebut nantinya dapat
digunakan untuk memperkirakan tingkat penjualan dan keuntungan suatu industri
di masa depan.

3. Hubungan Antara Industri dengan Ekonomi


Teknik yang ketiga ini dilakukan dengan cara membandingkan tingkat penjualan
industri dengan kondisi perekonomian secara keseluruhan yang berhubungan
dengan barang dan jasa yang diproduksi oleh industri tersebut. Teknik ini didasari
oleh asumsi bahwa kondisi perekonomian di mana suatu industri beroperasi akan
terkait dengan penjualan dan keuntungan suatu industri.

Estimasi Earning Multiplier Industri


Teknik untuk melakukan estimasi earning multiplier industri ada dua, yaitu
analisis makro dan analisis mikro. Dalam analisis makro, investor mempelajari
hubungan antara earning multiplier industri dengan earning multiplier pasar.
Sedangkan dalam analisis mikro, estimasi earning multiplier industri dilakukan
dengan cara mengamati variabel-variabel yang memengaruhi earning multiplier

41
industri, seperti dividend payout ratio, tingkat return yang disyaratakan dalam industri
(k), dan tingkat pertumbuhan earning dan dividen industri yang diharapkan (g).
Analisis makro mengasumsikan adanya hubungan antara perubahan dalam k
dan g untuk industri tertentu dengan pasar keseluruhan. Asumsi ini sama halnya
dengan hubungan antara perubahan dalam P/E rasio industri dan P/E pasar secara
keseluruhan. Tetapi perlu diingat bahwa hubungan antara industri dan pasar tidaklah
sama untuk setiap industri, bahkan untuk industri tertentu hubungan tersebut tidak
signifikan. Oleh karena itu, sebelum menggunakan analisis makro untuk
mengestimasi earning multiplier untuk industri, kita perlu mengevaluasi terlebih
dahulu kualitas hubungan antara rasio P/E industri yang akan dianalisis dengan P/E
pasar. Di samping itu kita juga perlu melengkapi analisis makro dengan analisis
mikro.
Estimasi earning multiplier industri dengan analisis mikro dilakukan dengan
cara mengestimasi tiga variabel yang menentukan earning multiplier industri
(dividend payout ratio, tingkat return yang disyaratkan dan tingkat pertumbuhan
earning dan dividen yang diharapkan) dan membandingkan ketiga variabel tersebut
dengan P/E pasar. Dari hasil analisis tersebut, selanjutnya dapat diketahui apakah
earning multiplier industri akan berada di atas, di bawah ataupun sama dengan
earning multiplier pasar.

2.6.2 Persaingan dan Return Industri yang Diharapkan


Intensitas persaingan merupakan gambaran dari lima faktor utama persaingan,
dan pengaruh masing-masing faktor tersebut untuk masing-masing industri akan
berbeda. Lima kekuatan persaingan akan menentukan profitabilitas industri karena
lima faktor tersebut mempunyai pengaruh terhadap komponen return on investment
(ROI) dalam suatu industri. Kekuatan masing-masing faktor tersebut merupakan
fungsi dari struktur industri.
Investor harus menganalisis struktur industri untuk menilai kekuatan dari lima
factor persaingan, sehingga investor dapat menentukan profitabilitas dari suatu
industri. Struktur industri cenderung berubah, sehingga investor perlu terus
memperbarui analisis lingkungan industri sesuai dengan perubahan yang terjadi.
Gambar beikut ini menunjukan lima faktor yang menentukan intensitas persaingan
dalam suatu industri tertentu :
42
1. Ancaman adanya pemain baru. Meskipun sebuah industri mempunyai jumlah
pesaing yang sedikit, investor juga perlu mengidentifikasi perusahaan-perusahaan
yang potensial menjadi pemain baru dalam industri. Besarnya ancaman pemain
baru ini akan dipengaruhi oleh adanya hambatan-hambatan masuk (barrier to
entry) dalam suatu industri, seperti tingginya biaya investasi, peraturan
pemerintah dan harga barang yang relatif kecil dibandingkan dengan biaya
produksi.
2. Daya tawar (bargaining power) pembeli. Daya tawar pembeli di pasar yang kuat
bisa memengaruhi profitabilitas industri. Hal ini terjadi jika konsumen dapat
menawar harga atau meminta kualitas yang lebih tinggi dengan kemungkinan
pilihan dari produk yang diberikan oleh pesaing lain. Bila jumlah konsumen lebih
banyak dari jumlah industrinya maka bargaining power konsumen akan rendah.
Sebaliknya jika jumlah industri lebih banyak dari konsumennya maka bargaining
power konsumen akan besar.
3. Persaingan di antara pemain yang ada. Persaingan dalam suatu industri akan
semakin meningkat jika terdapat banyak perusahaan yang ukurannya relatif sama
bersaing dalam industri tersebut. Di samping itu, persaingan juga akan
dipengaruhi oleh pertumbuhan industri dan biaya tetap, serta hambatan untuk
keluar dari industri tersebut.
4. Ancaman adanya barang atau jasa substitusi. Produk substitusi akan
membatasi profit potensial suatu industri karena barang substitusi akan

43
memunculkan alternatif bagi produk perusahaan. Dalam kondisi seperti ini,
kemampuan perusahaan untuk menentukan harga produk akan semakin barkurang,
karena dibatasi adanya produk substitusi. Artinya, jika harga produk perusahaan
terlalu tinggi, konsumen bisa saja berpindah ke produk substitusi yang ditawarkan
di pasar.
5. Daya tawar (bargaining power) pemasok. Pemasok dapat memengaruhi return
industri di masa yang datang karena mempunyai kekuatan untuk menentukan
harga dan kualitas dari produknya. Jika jumlah pemasok lebih sedikit
dibandingkan dengan jumlah industrinya, maka pemasok memiliki bargaining
power yang besar. Begitu juga sebaliknya, jika pemasok lebih banyak dari
industrinya maka bargaining power pemasok akan berkurang.

2.7 Analisis Perusahaan


2.7.1 EPS dan Informasi Laporan Keuangan
Bagi para investor yang melakukan analisis perusahaan, informasi laporan
keuangan yang diterbitkan perusahaan merupakan salah satu jenis informasi yang
paling mudah dan paling murah didapatkan disbanding alternatif informasi lainnya.
Karena laporan keuangan ini merupakan informasi akuntansi yang menggambarkan
seberapa besar kekayaan perusahaan, seberapa besar penghasilan yang diperoleh
perusahaan serta transaksi-transaksi ekonomi apa saja yang telah dilakukan
perusahaan yang bisa memengaruhi kekayaan dan penghasilan perusahaan.
Laporan keuangan sangat berguna bagi investor untuk menentukan keputusan
investasi yang terbaik dan menguntungkan. Berdasarkan analisis laporan keuangan,
investor bisa mengetahui perbandingan antara nilai intrinsik saham perusahaan
dibanding harga pasar saham perusahaan bersangkutan. Atas dasar perbandingan
tersebut investor akan bisa membuat keputusan apakah membeli atau menjual saham
bersangkutan. Jenis-jenis laporan keuangan berdasarkan inforrnasi yang
dikandungnya bisa dibagi dalam tiga laporan keuangan utama, yaitu : neraca, laporan
rugi laba, dan laporan aliran kas perusahan.
Dengan menggunakan laporan keuangan, investor juga akan bisa menghitung
berapa besarnya pertumbuhan earning yang telah dicapai perusahaan terhadap jumlah
saham perusahaan. Perbandingan antara jumlah earning (dalam hal ini laba bersih
yang siap dibagikan bagi pemegang saham) dan jumlah lembar saham perusahaan,
akan diperoleh komponen earning per share (EPS). Bagi para investor, informasi EPS
44
merupakan informasi yang dianggap paling mendasar dan berguna, karena bisa
menggambarkan prospek earning perusahaan di masa depan.

2.7.2 Analisis Rasio Profitabilitas Perusahaan


Untuk melakukan analisis perusahaan, disamping dilakukan dengan melihat
laporan keuangan perusahaan, juga bisa dilakukan dengan menggunakan analisis rasio
keuangan. Dari sudut pandang investor, salah satu indikator penting untuk menilai
prospek perusahaan di masa datang adalah dengan melihat sejauh mana pertumbuhan
profitabilitas perusahaan. Indikator ini sangat penting diperhatikan untuk mengetahui
sejauh mana investasi yang akan dilakukan investor di suatu perusahaan mampu
memberikan return yang sesuai dengan tingkat yang disyaratkan investor. Untuk itu,
biasanya digunakan dua profitabilitas utama, yaitu :

1. Return on Equity (ROE)


Rasio ROE menggambarkan sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan
laba yang bisa diperoleh pemegang saham. Rasio ROE bisa dihitung sebagai
berikut :

ROE =

2. Return on Asset (ROA)


Rasio ROA menggambarkan sejauh mana kemampuan asset-aset yang dimiliki
perusahaan bisa menghasilkan laba. Rasio ROA bisa dihitung sebagai berikut :

ROA =

Memprediksi ROE masa depan berdasarkan informasi ROE masa lalu


memang bisa membantu investor, tapi disamping itu, informasi tentang ekspetasi
investor atas earning dan dividen perusahaan juga penting untuk menentukan nilai
intrinsik saham perusahaan, sehingga investor bisa membuat keputusan investasi
45
yang tepat. Dengan kata lain, data-data masa lalu mungkin bisa dipakai sebagai
indikator pertumbuhan di masa datang, tapi investor harus selalu awas terhadap
kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di masa mendatang.

2.7.3 Earning Per Share


Informasi EPS suatu perusahaan menunjukan besarnya laba bersih perusahaan
yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan. Besarnya EPS suatu
perusahaan bisa diketahui dari informasi laporan keuangan perusahaan. Meskipun
beberapa perusahaan tidak mencamtumkan besarnya EPS perusahaan bersangkutan
dalam laporan keuangannya, tetapi besarnya EPS suatu perusahaan bisa kita hitung
berdasarkan informasi laporan neraca dan laporan rugi laba perusahaan. Rumus untuk
menghitung EPS suatu perusahaan adalah sebagai berikut :

EPS = atau

EPS = ROE x Nilai buku per lembar saham

2.7.4 Price Earning Ratio


Informasi Price Earning Ratio (PER) mengindikasikan besarnya rupiah yang
harus dibayarkan investor untuk memperoleh satu rupiah earning perusahaan. Dengan
kata lain, PER menunjukan besarnya harga setiap satu rupiah earning perusahaan.
Disamping itu, PER juga merupakan ukuran harga relatif dari sebuah saham
perusahaan. Rumus untuk menghitung PER adalah sebagai berikut:

PER =

46
Di mana :
D1/E1 = tingkat dividend payout ratio yang diharapkan
k = tingkat return yang disyaratkan
g = tingkat pertumbuhan dividen yang diharapkan

Terlihat ada tiga komponen utama untuk menghitung PER suatu perusahaan:
 Dividend Payout Ratio
Menunjukan besarnya dividen yang akan dibayarkan perusahaan dari total
earning yang diperoleh perusahaan (DPR dihitung dalam bentuk ratio atau
persentase). Dengan kata lain, DPR merupakan perbandingan antara dividen yang
dibayarkan perusahaan terhadap earning yang diperoleh perusahaan.
 Tingkat return yang disyaratkan
Menunjukan tingkat return yang disyaratkan investor atas suatu saham, sebagai
kompensasi atas risiko yang harus ditanggung investor. Untuk menentukan
besarnya k suatu saham, kita bisa menghitung dengan menjumlahkan tingkat
return bebas risiko (risk-free rate) dan premi risiko yang disyaratkan investor.
Secara matematis, rumus untuk menentukan tingkat bunga yang disyaratkan
sebagai berikut:

k = RF + RP
= tingkat return bebas risiko + premi risiko

Proksi untuk menentukan tingkat return bebas risiko yang biasa dipakai untuk kasus
Amerika adalah tingkat bunga Treasury Bill, atau untuk kasus di berupa tingkat bunga
Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Sedangkan, premi risiko bisa diukur dari besarnya
premi (kompensasi tambahan) yang diminta investor atas risiko yang harus
ditanggungnya.

 tingkat pertumbuhan dividen yang diharapkan (g), merupakan fungsi dari


besarnya ROE dan tingkat laba ditahan perusahaan (retention rate). Dengan kata
lain, secara matematis, rumus untuk menghitung g suatu perusahaan bisa dihitung
dengan rumus berikut ini:

g = ROE x tingkat laba ditahan

47
=

2.7.5 Estimasi Nilai Intrinsik Saham


Analisis perusahaan akan terkait dengan penentuan saham-saham perusahaan
manakah dalam industri terpilih yang mampu menawarkan keuntungan bagi investor.
Dengan kata lain, saham-saham manakan yang harga pasarnya lebih rendah dari nilai
intrinsiknya (undervalued), sehingga layak dibeli, serta saham-saham manakah yang
harga pasarnya lebih tinggi dari nilai intrinsiknya (overvalued), sehingga sahamnya
menguntungkan untuk dijual.
Nilai intrinsik suatu saham merupakan fungsi dari EPS yang diharapkan dan
besarnya PER saham bersangkutan. Secara matematis, kita bisa mengestimasi nilai
intrinsik saham perusahaan dengan menggunakan rumus berikut ini:

P0 = estimasi EPS x PER


= E1 x PER

Jika nilai intrinsik saham sudah berhasil di estimasi, langkah selanjutnya


adalah membandingkan nilai intrinsik saham dengan harga pasarnya. Jika nilai
intrinsik suatu saham lebih tinggi dibanding harga pasarnya, maka saham tersebut
tergolong sebagai saham yang undervalued dan sebaiknya dibeli. Sebaliknya, jika
nilai intrinsik suatu saham lebih rendah dibanding harga pasarnya, maka saham
tersebut tergolong sebagai saham yang overvalued dan sebaiknya tidak dibeli atau
sebaiknya dijual jika sudah dimiliki.

2.7.6 Analisis Perusahaan Menggunakan Ringkasan Laporan Keuangan


Menurut PSAK no. 1 Tahun 2002, laporan keuangan yang lengkap terdiri dari
lima komponen, yaitu: (1) Neraca, (2) Laporan Laba Rugi, (3) Laporan Perubahan
Ekuitas, (4) Laporan Arus Kas, dan (5) Catatan atas Laporan Keuangan. Analisis
sekuritas disyaratkan untuk memahami format dan isi kelima komponen laporan
keuangan perusahaan. Investor yang ingin membeli dan menjual saham dapat terbantu

48
jika memahami dan menganalisis laporan keuangan untuk menilai kinerja perusahaan
di masa lalu dan menentukan prospek perusahaan dimasa mendatang.
Informasi secara lengkap laporan keuangan perusahaan diperoleh pada laporan
tahunan yang dipublikasikan perusahaan. Laporan tahunan dapat diperoleh di
perusahaan yang bersangkutan atau dibursa efek yang mencatat saham perusahaan
tersebut. Sumber-sumber lain umumnya menyajikan laporan keuangan perusahaan
dengan format ringkasan, misalnya Indonesian Capital Market Directory (ICMD)
yang dikeluarkan oleh Institute for Economics and Financial Research (ECFIN).

Ringkasan Laporan Keuangan PT Indofood Sukses Makmur Tbk


Summary of Financial Statement
PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF)
(million rupiah)
2001 2002 2003

Total Assets 12,979,102 15,251,516 15,308,854

Current Assets 5,246,997 7,147,003 7,106,491


of which

Cash on hand and in banks 834,386 1,368,446 1,529,698

Trade receivables 929,394 1,323,789 1,641,266

Inventories 2,137,103 2,743,304 2,218,210

Non-Current Assets 7,732,105 8,104,513 8,202,364


of which

Fixed Assets-Net 5,427,878 5,661,424 5,825,951

Deffered Tax Assets-Net 25,671 27,998 57,904

Investments 24,543 23,689 20,233

Other Assets 168,838 622,919 559,043

Liabilities 9,417,521 11,588,818 11,214,974

Current Liabilities 6,055,346 4,341,302 3,664,193


of wich

Bank borrowings 623,474 624,233 513,311


49
Trade payable 1,392,197 1,161,764 1,600,295

Accrued expense 415,647 341,653 341,214

Non-Current Liabilities 2,603,359 6,371,838 6,888,138

Minority Interests in Subsidiaries 758,816 875,678 662,643

Shareholders Equity 3,561,581 3,662,698 4,093,881

Paid-up capital 915,600 938,490 944,327


Paid-up capital

in excess of par value 963,760 1,139,061 1,181,379

Retained earnings 1,682,221 1,585,146 1,968,175

Net Sales 14,644,598 16,466,285 17,871,425

Cost of Good Sold 10,776,075 12,398,734 13,405,369

Gross Profit 3,868,523 4,067,551 4,466,057

Operating Expense 1,834,063 2,187,416 2,457,262

Operating Profit 2,034,460 1,880,136 2,008,795

Other Income (Expense) (758,120) (462,052) (977,660)

Profit before Taxes 1,276,340 1,418,084 1,031,135

Profit after Taxes 746,330 802,633 603,481

Per Share Data (Rp)

Earnings per Share 82 86 64

Equity per Share 389 390 434

Dividend per Share 25 28 28

Closing Price 625 600 800

Financial Ratios

PER (x) 7.67 7.02 12.52


PBV (x)
50
1.61 1.54 1.85

Dividend Payout (%) 30.67 32.74 43.81

Dividend Yield (%) 4.00 4.67 3.50

Current Ratio (x) 0.87 1.65 1.94

Debt to Equity (x) 2.64 3.16 2.74

Leverage Ratio (x) 0.73 0.76 0.73

Gross Profit Margin (x) 0.26 0.25 0.25

Operating Profit Margin (x) 0.14 0.11 0.11

Net Profit Margin (x) 0.05 0.05 0.03

Inventory Turnover (x) 5.04 4.52 6.04

Total Assets Turnover (x) 1.13 1.08 1.17

ROI (%) 5.75 5.26 3.94

ROE (%) 20.96 21.91 14.74

Ringkasan Laporan Keuangan PT Bank Central Asia Tbk


Summary of Financial Statement
PT Bank Central Asia Tbk (BBCA)
(million rupiah)
2001 2002 2003

Total Assets 103,206,297 117,304,586 133,260,087

Cash on Hand and in Banks 12,948,351 32,370,994 47,751,808

Cash 2,823,523 3,543,152 3,492,449

Bank Indonesia 9,831,389 28,585,857 43,944,805

Other banks 293,439 241,985 314,554


Placements in Other Banks

51
7,918,013 6,002,379 3,697,885

Notes and Securities 62,439,765 53,223,884 48,516,569

Loans 13,750,889 20,569,141 28,329,341

Investments 214,942 219,605 190,020

Fixed Assets 2,131,275 2,070,855 1,888,511

Other Assets 3,803,062 2,847,728 2,885,953

Liabilities 93,433,055 105,796,676 120,634,642

Total Deposits 90,539,823 103,902,961 118,251,011

Demand deposits 20,158,043 21,557,176 25,278,200

Time deposits 27,039,687 36,641,168 36,579,202

Saving deposits 43,342,093 45,704,617 56,393,609

Call Money 745,228 720,071 796,988

Notes Issued 129,052 112,883 252,202

Borrowings 1,490,832 385,854 219,652

Other Liabilities 527,556 674,264 1,114,013

Minority Interests in Subsidiaries 564 643 776

Shareholders Equity 9,773,242 11,507,910 12,625,445

Paid-up capital 1,486,499 1,504,381 1,532,784


Paid-up capital

in excess of par value 3,648,826 3,708,894 3,846,181

Retained earnings (accumulated loss) 4,637,917 6,294,635 7,246,480

Revenue 14,450,678 15,178,120 13,613,840

Operating Expense 11,334,871 11,814,056 10,493,729

Operating Profit (Loss) 3,115,807 3,364,064 3,120,111


Other Income (Expense)
52
42,228 36,002 19,600

Profit (Loss) before Taxes 3,158,035 3,400,066 3,139,711

Profit (Loss) after Taxes 3,119,291 2,541,631 2,390,988

Revenue Breakdown

Interest Income 13,392,018 13,993,603 12,178,702

Other Income 1,058,660 1,184,517 1,435,138

Expense Breakdown

Interest Paid 8,267,020 8,529,649 6,841,604

Other 3,067,851 3,284,407 3,652,125

Per Share Data (Rp)

Earnings (Loss) per Share 1,049 422 390

Equity per Share 3,287 1,912 2,059

Dividend per Share 85 - 225

Closing Price 1,475 2,500 3,325

Financial Ratios

PER (x) 1.41 5.92 8.53

PBV (x) 0.45 1.31 1.61

Dividend Payout (%) 0.08 - 0.58

Dividend Yield (%) 0.06 - 0.07

Cash and Banks

to Demand Deposits (x) 0.64 1.50 1.89

Cash and Banks to Total Deposits (x) 0.14 0.31 0.40

Equity to Total Assets (x) 0.09 0.10 0.09

Loans to Total Deposits (x) 0.15 0.20 0.24

Operating Profit Margin (x) 0.22 0.22 0.23

53
Net Profit Margin (x) 0.22 0.17 0.18

ROI (%) 30.02 2.17 1.79

ROE (%) 31.92 22.09 18.94

Laporan posisi keuangan kedua perusahaan memperlihatkan total aktiva,


kewajiban, dan ekuitas. Aktiva (assets) merupakan sumber daya yang dikuasai
perusahaan dan digunakan menghasilkan manfaat ekonomi. Sedangkan kewajiban
(liabilities) merupakan utang perusahaan yang penyelesaiannya menimbulkan arus
kas keluar perusahaan. Terakhir, ekuitas pemegang saham (shareholders equity)
merupakan selisih antara aktiva dan kewajiban, yang mencerminkan kepemilikan
perusahaan.
Laba setelah pajak (profit after tax) atau labar bersih (net income) sering
dikenal sebagai “bottom line” karena normalnya berada pada barisan bawah dari
laporan laba rugi. Laba atau keuntungan (profit) adalah selisih antara pendapatan dan
biaya perusahaan. Pendapatan (revenue) dihasilkan dari aktifitas perusahaan seperti
penjualan (sales). Biaya (expense) ditimbulkan dari pelaksanaan aktifitas perusahaan
seperti beban pokok penjualan, beban usaha, dan biaya lainnya. Laba perusahaan
normalnya digunakan untuk membayar dividen kepada pemegang saham atau ditahan
sebagai saldo laba (retained earning) untuk mendanai pertumbuhan perusahaan di
masa mendatang.
Selama ketiga tahun tersebut, kedua perusahaan mempunyai laba setelah pajak
yang bernilai positif, yang juga berarti tidak ada yang mengalami rugi. Dilihat dari
jumlah rupiahnya, PT Bank Central Asia Tbk mempunyai laba yang lebih besar
dibandingkan PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Namun informasi ini berlaku untuk
nilai totalnya. Informasi yang penting lainnya adalah mengetahui nilai untuk per
lembar saham.

54
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan Pasal 60 UU NO. 40 Tahun 2007, Saham merupakan benda bergerak


dan rnemberikan hak untuk menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS, menerima
pembayaran dividen dan sisa kekayaan hasil likuidasi serta menjalankan hak lainnya
berdasarkan Undang-Undang ini. Suatu perusahaan dapat menerbitkan 2 jenis saham,
yaitu saham biasa dan saham preferen.
Dalam penilaian saham dikenal adanya tiga jenis nilai, yaitu nilai buku, nilai
pasar, dan nilai intrinsic saham. Terdapat dua pendekatan dalam penentuan nilai intrinsik
saham berdasarkan analisis fundamental. Kedua pendekatan tersebut adalah pendekatan
nilai sekarang (present value approach), dan pendekatan rasio harga terhadap earning
(price earning ratio/PER).
Analisis fundamental adalah metode analisis yang didasarkan pada fundamental
ekonomi suatu perusahaan.Teknis ini menitik beratkan pada rasio finansial dan kejadian -
kejadian yang secara langsung maupun tidak langsung memengaruhi kinerja keuangan
perusahaan. Analisis fundamental dibagi dalam tiga tahapan analisa yaitu analisis
ekonomi, analisis industri, dan analisis rasio keuangan.
Analisis teknikal adalah metode untuk memprediksi pergerakan harga dan tren
pasar atau sekuritas di masa depan dengan mempelajari grafik dari aksi pasar di masa lalu
dengan mempertimbangkan harga pasar instrumen dan minat atas instrumen tersebut.
Analisis teknikal merupakan salah satu analisis atau metode pendekatan yang

55
mengevaluasi pergerakan suatu harga saham, kontrak berjangka (future contract), indeks
dan beberapa instrumen keuangan lainnya.Secara singkat, analisis teknikal dapat
dikatakan sebagai analisis sekuritas dengan menggunakan grafik harga dan volume
historis. Terdapat tiga asumsi atau anggapan dasar yang dipakai dalam analisis teknikal
yaitu Market Price Discounts Everything (Pasar Mempertimbangkan Semua Persoalan),
Price Moves In Trend (Harga Bergerak Mengikuti Arah Aliran) dan History Repeats Itself
(Sejarah Akan Berulang).
Trend penurunan harga saham (declining trend) akan mencapai titik
terendah (trough point) yang kemudian dilanjutkan dengan terjadinya trend
peningkatan (raising trend) harga saham. Situasi pada saat pergerakan harga saham
mencapai titik terendah dan mulai meningkat, bagi para analis teknikal merupakan
indikator/sinyal untuk melakukan tindakan membeli saham. Trend peningkatan harga
saham tersebut akan mencapai puncaknya pada saat harga saham mencapai titik
puncak (peak point). Dalam situasi seperti ini, para analis teknikal biasanya akan
menahan saham yang dimilikinya untuk dijual di kemudian hari. Trend berikutnya adalah
trend pergerakan harga saham yang mendatar (flat trend). Pada saat ini para analis
teknikal bisa saja menjual sahamnya, tetapi di satu sisi mereka mungkin berharap akan
terjadi lagi trend peningkatan, sehingga mereka lebih memilih untuk menahan sahmnya
dan tidak segera dijual.

56

Anda mungkin juga menyukai