PENDAHULUAN
Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga bagian tengah, tuba
Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media terbagi atas otitis media supuratif
dan otitis media non supuratif. Masing-masing mempunyai bentuk akut dan kronis.
Pada beberapa penelitian, diperkirakan terjadinya otitis media yaitu 25% pada anak-anak.
Infeksi umumnya terjadi dua tahun pertama kehidupan dan puncaknya pada tahun pertama masa
sekolah.
Otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah infeksi kronis pada telinga tengah dengan
perforasi membran tympani dan sekret keluar dari telinga terus menerus atau hilang
timbul,. sekret dapat encer atau kental, bening atau berupa nanah. Jenis otitis media supuratif
kronis dapat terbagi 2 jenis, yaitu OMSK tipe benigna dan OMSK tipe maligna.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan otitis media akut menjadi otitis media kronis
yaitu terapi yang terlambat diberikan, terapi tidak adekuat, virulensi kuman yang tinggi, daya tahan
tubuh yang rendah (gizi buruk) atau hygiene buruk. Gejala otitis media supuratif kronis antara lain
otorrhoe yang bersifat purulen atau mokoid, terjadi gangguan pendengaran, otalgia, tinitus, rasa
TINJAUAN PUSTAKA
-
Batas luar: membrane timpani
-
Batas depan: tuba eustachius
-
Batas bawah: vena jugularis (bulbus jugularis)
-
Batas belakang: aditus ad antrum, kanalis facialis pars vertikalis
-
Batas atas: tegmen timpani (meningen/otak)
-
Batas dalam: berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semisirkularis horizontal, kanalis
facialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar (round window) dan
promontorium.
Telinga terngah terdiri dari suatu ruang yang terletak antara membrane timpani dan
kapsul telinga dalam, tulang-tulang dan otot yang terdapat didalamnya beserta penunjangnya,
tuba eustachius dan system sel-sel udara mastoid. Bagian ini dipisahkan dari dunia luar oleh
Membrane timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga
dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinnga. Bagian atas disebut pars flaksida (membrane
shrapnel), sedangkan bagian bawah pars tensa (membrane propria). Pars flaksida hanya
berlapis dua, yaitu bagian luar adalah lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam
dilapisi olehsel kubus bersilia, seperti sel epitel saluran napas. Pars tensa mempunyai satu
lapis lagi di tengah yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagendan sedikit serat elastin yang
berjalan secara radier dibagian luar dan sirkuler pada bagian dalam.
Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membrane timpani disebut sebagai
umbo. Dari umbo bermula suatu reflek cahaya (cone of light) kearah bawah yaitu pukul 7
untuk membrane timpani kiri dan pukul 5 untuk membrane timpani kanan. Membrane timpani
dibagi dalam 4 kuadran, dengan menarik garis searah dengan prosesus longus maleus dan
garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo, sehingga didapatkan bagian atas-depan, atas-
timpani.
Didalam telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yang tersusun dari luar
kedalam yaitu, maleus, inkus dan stapes. Tulang pendengaran didalam telinga tengah saling
berhubungan. Prosesus longus melekat pada membrane timpani, maleus melekat pada inkus,
dan inkus melakt pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan
termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan daerah nasifaring dengan telinga tengah.
Gambar 2.1 Anatomi Telinga
2.2 Definisi
Otitis media supuratif kronik ialah infeksi kronik di telinga tengah lebih dari 2 bulan
dengan adanya perforasi membran timpani, sekret yang keluar dari telinga tengah dapat terus
menerus atau hilang timbul. Sekret bisa encer atau kental, bening atau berupa nanah. Otitis
media supuratif kronik (OMSK) didalam masyarakat Indonesia dikenal dengan istilah congek,
teleran atau telinga berair. Kebanyakan penderita OMSK menganggap penyakit ini merupakan
penyakit yang biasa yang nantinya akan sembuh sendiri. Penyakit ini pada umumnya tidak
memberikan rasa sakit kecuali apabila sudah terjadi komplikasi. Biasanya komplikasi
didapatkan pada penderita OMSK tipe maligna seperti labirinitis, meningitis, abses otak yang
dapat menyebabkan kematian. Kadangkala suatu eksaserbasi akut oleh kuman yang virulen
merupakan hasil akhir dari 3 komponen, yaitu penderita, bakteri dan antibiotika. Hal ini
disebabkan karena penyakit infeksi bakteri adalah manifestasi klinik dari interaksi antara
penderita dan bakteri. Adapun untuk pengobatan infeksi dibutuhkan antibiotika yang tepat dan
daya tahan tubuh penderita itu sendiri. Memilih antibiotika yang tepat dapat dilakukan
berdasarkan sekurang-kurangnya mengetahui jenis bakteri penyebab penyakit dan akan lebih
baik lagi apabila disertai dengan adanya hasil uji kepekaan pemeriksaan mikrobiologi. Ketidak
patuhan penderita dalam perawatan, kuman yang resisten, bentuk anatomi telinga,
OMSK.
Yang disebut dengan otitis media supuratif kronik adalah infeksi kronis ditelinga
tengah dengan perfirasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus
menerus atau hilang timbul. Sekret yang keluar mungkin encer atau kental, bening atau berupa
nanah. Otitis media akut dengan perforasi membran timpani dapat menjadi otitis media
supuratif kronis bila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Bila proses infeksi kurang dari 2 bulan,
2.3 Etiologi
Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak, jarang
dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis, tonsilitis,
rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius. Fungsi tuba Eustachius
yang abnormal merupakan faktor predisposisi yang dijumpai pada anak dengan cleft palate
dan Down’s syndrom. Adanya tuba patulous, menyebabkan refluk isi nasofaring yang
merupakan faktor insiden OMSK yang tinggi di Amerika Serikat. Faktor Host yang berkaitan
dengan insiden OMSK yang relatif tinggi adalah defisiensi immun sistemik. Kelainan humoral
1. Lingkungan
Hubungan penderita OMSK dan faktor sosial ekonomi belum jelas, tetapi mempunyai
hubungan erat antara penderita dengan OMSK dan sosioekonomi, dimana kelompok
sosioekonomi rendah memiliki insiden yang lebih tinggi. Tetapi sudah hampir dipastikan
hal ini berhubungan dengan kesehatan secara umum, diet, tempat tinggal yang padat.
2. Genetik
Faktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama apakah insiden OMSK
berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan sebagai faktor genetik. Sistem sel-
sel udara mastoid lebih kecil pada penderita otitis media, tapi belum diketahui apakah hal
Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan dari otitis media akut
dan / atau otitis media dengan efusi, tetapi tidak diketahui faktor apa yang menyebabkan
satu telinga dan bukan yang lainnya berkembang menjadi keadaan kronis.
4. Infeksi
Bakteri yang diisolasi dari mukopus atau mukosa telinga tengah hampir tidak bervariasi
pada otitis media kronik yang aktif menunjukan bahwa metode kultur yang digunakan
adalah tepat. Organisme yang terutama dijumpai adalah Gram- negatif, flora tipe-usus, dan
Banyak penderita mengeluh sekret telinga sesudah terjadi infeksi saluran nafas atas. Infeksi
virus dapat mempengaruhi mukosa telinga tengah menyebabkan menurunnya daya tahan
tubuh terhadap organisme yang secara normal berada dalam telinga tengah, sehingga
6. Autoimun
Penderita dengan penyakit autoimun akan memiliki insiden lebih besar terhadap otitis
media kronis.
7. Alergi
Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih tinggi dibanding yang
bukan alergi. Yang menarik adalah dijumpainya sebagian penderita yang alergi terhadap
antibiotik tetes telinga atau bakteria atau toksin-toksinnya, namun hal ini belum terbukti
kemungkinannya.
Pada otitis kronis aktif, dimana tuba eustachius sering tersumbat oleh edema tetapi apakah
hal ini merupakan fenomen primer atau sekunder masih belum diketahui. Pada telinga yang
inaktif berbagai metode telah digunakan untuk mengevaluasi fungsi tuba eustachius dan
umumnya menyatakan bahwa tuba tidak mungkin mengembalikan tekanan negatif menjadi
normal.
OMSK :
· Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan produksi sekret
perforasi.
migrasi epitel.
· Pada pinggir perforasi dari epitel skuamous dapat mengalami pertumbuhan yang cepat
diatas sisi medial dari membran timpani. Proses ini juga mencegah penutupan spontan
dari perforasi.
2.4 Patofisiologi
tengah ini (otitis media, OM). Pada keadaan normal, muara tuba Eustachius berada dalam
keadaan tertutup dan akan membuka bila kita menelan. Tuba Eustachius ini berfungsi untuk
menyeimbangkan tekanan udara telinga tengah dengan tekanan udara luar (tekanan udara
atmosfer). Fungsi tuba yang belum sempurna, tuba yang pendek, penampang relatif besar pada
anak dan posisi tuba yang datar menjelaskan mengapa suatu infeksi saluran nafas atas pada
anak akan lebih mudah menjalar ke telinga tengah sehingga lebih sering menimbulkan OM
daripada dewasa.
Pada anak dengan infeksi saluran nafas atas, bakteri menyebar dari nasofaring melalui
tuba Eustachius ke telinga tengah yang menyebabkan terjadinya infeksi dari telinga tengah.
Pada saat ini terjadi respons imun di telinga tengah. Mediator peradangan pada telinga tengah
yang dihasilkan oleh sel-sel imun infiltrat, seperti netrofil, monosit, dan leukosit serta sel lokal
seperti keratinosit dan sel mastosit akibat proses infeksi tersebut akan menambah permiabilitas
pembuluh darah dan menambah pengeluaran sekret di telinga tengah. Selain itu, adanya
peningkatan beberapa kadar sitokin kemotaktik yang dihasilkan mukosa telinga tengah karena
stimulasi bakteri menyebabkan terjadinya akumulasi sel-sel peradangan pada telinga tengah.
Mukosa telinga tengah mengalami hiperplasia, mukosa berubah bentuk dari satu
banyak lapisan sel di antara sel tambahan tersebut. Epitel respirasi ini mempunyai sel goblet
dan sel yang bersilia, mempunyai stroma yang banyak serta pembuluh darah. Penyembuhan
OM ditandai dengan hilangnya sel-sel tambahan tersebut dan kembali ke bentuk lapisan epitel
sederhana.
Terjadinya OMSK disebabkan oleh keadaan mukosa telinga tengah yang tidak normal
atau tidak kembali normal setelah proses peradangan akut telinga tengah, keadaan tuba
Eustachius yang tertutup dan adanya penyakit telinga pada waktu bayi.
2.5 Klasifikasi
OMSK dapat dibagi atas 2 jenis, yaitu OMSK tipe aman (tipe mukosa = tipe benigna)
Berdasarkan aktifitas sekret yang keluar dikenal juga OMSK tipe aktif dan OMSK
tenang. OMSK aktif adalah OMSK dengan sekret yang keluar dari kavum timpani secara aktif,
sedangkan OMSK tenang adalah yang keadaan kavum timpaninya terlihat basah atau kering.
Proses peradangan pada OMSK tipe aman terbatas pada mukosa saja, dan biasanya
tidak mengenai tulang. Perforasi terletak disentral. Umumnya OMSK tipe aman jarang
menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe aman tidak terdapat
kolesteatoma. Kolesteatom adalah suatu kista epiterial yang berisi deskuamasi epitel (keratin).
Yang dimaksud OMSK tipe maligna adalah OMSK yang disertai dengan kolesteatom.
OMSK ini dikenal juga dengan OMSK tipe bahaya atau OMSK tipe tulang. Perforasi pada
OMSK tipe bahaya letaknya marginal atau di atik, kadang-kadang terdapat juga kolesteatom
pada OMSK dengan perforasi subtotal. Sebagian besar komplikasi yang berbahaya atau fatal
1. Perforasi sentral
Lokasi pada pars tensa, bisa antero-inferior, postero-inferior dan postero-superior, kadang-
2. Perforasi marginal
Terdapat pada pinggir membran timpani dengan adanya erosi dari anulus fibrosus.
Perforasi marginal yang sangat besar digambarkan sebagai perforasi total. Perforasi pada
3. Perforasi atik
Sekret bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid (seperti air dan encer) tergantung
stadium peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan oleh aktivitas kelenjar sekretorik
telinga tengah dan mastoid. Pada OMSK tipe jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak
berbau busuk yang sering kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi
membran timpani dan infeksi. Keluarnya sekret biasanya hilang timbul. Meningkatnya
jumlah sekret dapat disebabkan infeksi saluran nafas atas atau kontaminasi dari liang
bau, berwarna kuning abu-abu kotor memberi kesan kolesteatoma dan produk
OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah berkurang atau hilang karena
rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan
adanya jaringan granulasi dan polip telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang
mendasarinya. Suatu sekret yang encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan
tuberkulosis.
2. Gangguan pendengaran
dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Gangguan pendengaran
mungkin ringan sekalipun proses patologi sangat hebat, karena daerah yang sakit ataupun
kolesteatom, dapat menghambat bunyi dengan efektif ke fenestra ovalis. Bila tidak
dijumpai kolesteatom, tuli konduktif kurang dari 20 db ini ditandai bahwa rantai tulang
pendengaran masih baik. Kerusakan dan fiksasi dari rantai tulang pendengaran
Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta
keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah. Pada OMSK tipe
maligna biasanya didapat tuli konduktif berat karena putusnya rantai tulang pendengaran,
tetapi sering kali juga kolesteatom bertindak sebagai penghantar suara sehingga ambang
infeksi karena penetrasi toksin melalui jendela bulat (foramen rotundum) atau fistel labirin
tanpa terjadinya labirinitis supuratif. Bila terjadinya labirinitis supuratif akan terjadi tuli
Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila ada merupakan suatu tanda
yang serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus. Nyeri
dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya
durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri
telinga mungkin ada tetapi mungkin oleh adanya otitis eksterna sekunder. Nyeri merupakan
tanda berkembang komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses atau trombosis
sinus lateralis.
4. Vertigo
Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius lainnya. Keluhan
vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi dinding
labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan tekanan udara
yang mendadak atau pada panderita yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya
karena perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah
terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan
meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum.
Fistula merupakan temuan yang serius, karena infeksi kemudian dapat berlanjut dari
telinga tengah dan mastoid ke telinga dalam sehingga timbul labirinitis dan dari sana
mungkin berlanj ut menjadi meningitis. Uji fistula perlu dilakukan pada kasus OMSK
dengan riwayat vertigo. Uji ini memerlukan pemberian tekanan positif dan negatif pada
membran timpani, dengan demikian dapat diteruskan melalui rongga telinga tengah.
2.7 Diagnosis
1. Anamnesis (history-taking)
Penyakit telinga kronis ini biasanya terjadi perlahan-lahan dan penderita seringkali datang
dengan gejala-gejala penyakit yang sudah lengkap. Gejala yang paling sering dijumpai
adalah telinga berair, adanya sekret di liang telinga yang pada tipe tubotimpanal sekretnya
lebih banyak dan seperti berbenang (mukous), tidak berbau busuk dan intermiten,
sedangkan pada tipe atikoantral, sekretnya lebih sedikit, berbau busuk, kadangkala disertai
pembentukan jaringan granulasi atau polip, maka sekret yang keluar dapat bercampur
darah. Ada kalanya penderita datang dengan keluhan kurang pendengaran atau telinga
keluar darah.
2. Gejala klinis
Ada beberapa gejala klinis yang menyebabkan pasien berobat ke pelayanan kesehatan,
antara lain:
- Telinga berair (otorrhoe), sekret bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid (seperti air
- Otalgia (nyeri telinga), nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila ada
3. Pemeriksaan otoskopi
Pemeriksaan otoskopi akan menunjukan adanya dan letak perforasi. Dari perforasi dapat
4. Pemeriksaan audiologi
Evaluasi audiometri, pembuatan audiogram nada murni untuk menilai hantaran tulang
dan udara, penting untuk mengevaluasi tingkat penurunan pendengaran dan untuk
menentukan gap udara dan tulang. Audiometri tutur berguna untuk menilai ‘speech
gangguan pendengaran. Untuk mengetahui jenis dan derajat gangguan pendengaran dapat
dilakukan pemeriksaan audiometri nada murni, audiometri tutur (speech audiometry) dan
pemeriksaan BERA (brainstem evoked responce audiometry) bagi pasien anak yang tidak
5. Pemeriksaan radiologi
Radiologi konvensional, foto polos radiologi, posisi Schüller berguna untuk menilai
Identifikasi kuman didasarkan pada morfologi koloni kuman yang tumbuh pada media
kultur (agar darah) dan uji biokimia. Identifikasi bakteriologik dalam tubuh manusia
(dalam hal ini sekret telinga penderita OMSKBA) masih mengandalkan teknik kultur
murni.
7. Pemeriksaan penunjang lain berupa uji resistensi kuman dari sekret telinga.
2.8 Penatalaksanaan
Terapi OMSK tidak jarang memerlukan waktu lama, serta harus berulang-ulang. Sekret
yang keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini antara lain disebabkan
oleh satu atau beberapa keadaan yaitu: adanya perforasi membran timpani yang permanen,
sehingga telinga tengah berhubungan dengan dunia luar; terdapat sumber infeksi di faring,
nasofaring, hidung dan sinus paranasal; sudah terbentuk jaringan patologik yang irreversibel
Prinsip terapi OMSK tipe aman adalah konserfatif atau dengan medikamentosa. Bila
sekret yang keluar terus-menerus, maka diberikan obat pencuci telinga, berupa larutan H2O2
3% selama 3-5 hari. Secara oral diberikan antibiotika dari golongan ampisilin atau eritromisin
(bila pasien alergi terhadap ampisilin) sebelum hasil tes resistensi diterima. Pada infeksi yang
dicurigai penyebebnya telah resisten terhadap ampisilin dapat diberikan ampisilin asam
klavulanat.
Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi selama 2 bulan
maka idealnya dilakukan meringoplasti atau timpanoplasti. Operasi ini bertujuan untuk
mencegah terjadinya komplikasi dan kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta
memperbaiki pendengaran.
Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada, atau terjadinya infeksi
berulang, maka sumber infeksi itu harus diobati terlebih dahulu, mungkin juga perlu dilakukan
Prinsip terapi OMSK tipe bahaya adalah pembedahan, yaitu mastoidektomi. Jadi, bila
terdapat OMSK tipe bahaya, maka terapi yang tepat adalah dengan melakukan mastoidektomi
dengan atau tanpa timpanoplasti. Terapi konservatif dengan medika mentosa hanyalah
merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses periosteal
Untuk mencapai hasil terapi antimikroba yang optimal pada OMSK, harus dilakukan
isolasi kuman penyebab dan uji kepekaan terhadap antimikroba. Meskipun demikian, tidak
semua OMSK berhasil diatasi dengan terapi antimikroba, walaupun terapi yang diberikan telah
2.9 Komplikasi
labirinitis.
Pada radang telinga tengah menahun ini walaupun telinga berair sudah bertahun-
tahun lamanya telinga tidak merasa sakit, apabila didapati telinga terasa sakit disertai
demam, sakit kepala hebat dan kejang menandakan telah terjadi komplikasi ke intrakranial.
BAB III
LAPORAN KASUS
Umur : 31 Tahun
Pendidikan : SMA
Agama : Hindu
Suku : Bali
Status : Menikah
3.2. Anamnesa
Keluhan utama :
Seorang perempuan berusia 31 tahun diantar oleh keluarganya ke Poli THT RSU Bangli,
pasien mengeluh keluar cairan melalui telinga kiri yang dirasakan sejak lebih kurang 1 bulan
yang lalu. Dari hasil wawancara, pasien mengatakan bahwa cairan yang keluar melalui telinga
kirinya tidak berbau, cairan tersebut diakui berwarna putih dan dikatakan bahwa cairan tersebut
kadang keluar dan tidak secara terus menerus. Menurut pernyataan dari suami pasien, pasien
dikatakan kerap kali mengeluhkan rasa nyeri pada telinganya, dan pasien tidak mengalami
demam. Keluhan adanya gangguan penurunan pendengaran dikatakan telah dirasakan pasien,
Menurut pasien tidak ada keluarga yang mempunyai keluhan yang serupa dengan pasien.
c. Tanda vital:
- Nadi: 80 x/menit
- Pernafasan: 20x/menit,
- Suhu: 36,5°C
- Berat badan: 57 kg
KANAN KIRI
Bentuk Daun Telinga Normal Normal
Deformitas (-) Deformitas (-)
Kelainan Kongenital Tidak ada Tidak ada
Tumor Tidak ada Tidak ada
Nyeri tekan tragus Tidak nyeri Tidak Nyeri
Penarikan daun telinga Tidak nyeri Tidak Nyeri
Valsava test Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Toyinbee test Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Regio mastoid Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Liang telinga Lapang, nanah (-), serumen Lapang, nanah (-), serumen (-),
(-), sekret (-) mukopurulen, sekret (-) mukopurulen,
hiperemis (-), oedem (-) hiperemis (-), oedem (-)
Membran timpani Retraksi (-), bulging (-), Retraksi (-), bulging (-),
hiperemi (-), edema (-), hiperemi (-), edema (-),
perforasi (+), cone of light perforasi (-), cone of light (+)
(+) arah jam 5, gambaran arah jam 7, gambaran pulsasi (-
pulsasi (-) )
TES PENALA
TEST KANAN KIRI
Rinne Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
Weber Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
Swabach Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
Penala yang dipakai - -
KANAN KIRI
Sinus frontalis, grade: Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Sinus maksilaris, grade: Tidak dilakukan Tidak dilakukan
V. TENGGOROK
PHARYNX
Dinding pharynx : hiperemis (+) pada parafaring sinistra, pus (+),
Arkus pharynx : simetris, hiperemis (-), edema (-)
Tonsil :
- Ukuran T1/T1 tenang
- Hiperemis -/-
- Kripta melebar -/-
- Detritus -/-
- Perlengketan -/-
Uvula : letak di tengah, hiperemis (-)
Gigi : gigi lengkap, caries (-)
Lain-lain : radang ginggiva (-), post nasal drip (-)
LARING (Laringoskopi)
Tidak dilakukan
VI. LEHER
Kelenjar limfe submandibula : tidak teraba membesar
Kelenjar limfe servikal : tidak teraba membesar
VII. MAKSILO-FASIAL
Parese nervus cranial : tidak ada
Bentuk : Deformitas (-); Hematom (-)
3.4 Resume
Pasien laki-laki berusia 56 tahun mengeluhkan nyeri tenggorokan sejak kurang lebih
1 bulan yang lalu. Nyeri dirasakan terus menerus dan semakin memberat. Pasien juga
mengaku seperti ada sesuatu yang menghalangi di tenggorokan. Selain itu, pasien juga
mengeluh nyeri saat menelan sesuatu, dan pasien juga mengatakan sedikit nyeri saat
membuka mulut sehingga kesulitan untuk makan dan minum. Pasien menyangkal adanya
demam, dan bengkak pada leher. Pasien memiliki riwayat menggunakan gigi palsu sejak
kurang lebih 1 tahun. Dari hasil pemeriksaan fisik tenggorok didapatkan pada daerah
parafaring sinistra terlihat hiperemis, ditambah terdapat adanya pus. Hasil foto polos
cervical AP/Lateral soft tissue setting menunjukkan terdapat jaringan lunak prevertebral
setinggi CV C5-C6 kesan sedikit menebal, bisa mendukung adanya proses jaringan
lunak/abses parapharingeal. Hasil CT Scan Leher dengan dan tanpa kontras menunjukkan
terdapat lesi hipodens berbatas tidak tegas pada ruang parafaring kiri.
- Abses Parafaring
- Abses Retrofaring
Abses Parafaring
Dasar diagnosis:
Diagnosis kerja abses parafaring diambil berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
Anamnesis:
- Riwayat Penyakit: Nyeri menelan, susah membuka mulut sehingga kesulitan makan dan
minum.
- Jaringan lunak prevertebral setinggi CV C5-C6 kesan sedikit menebal, bisa mendukung
- Terdapat lesi hipodens berbatas tidak tegas pada ruang parafaring kiri.
3.8 Penatalaksanaan
a. Pembedahan
b. Medikamentosa
- Posisi Trendelenburg
3.9 Prognosis
Ad Vitam : ad bonam
Ad Fungsionam : ad bonam
Follow Up
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Telah dilaporkan kasus abses parafaring sinistra pada pasien laki-laki dengan usia 56 tahun
dengan keluhan nyeri saat menelan, sulit makan, minum. Pada pemeriksaan fisik pada regio
parafaring sinistra didapatkan mukosa hiperemis disertai dengan adanya pus. Pada foto polos
cervical AP/Lateral dengan soft tissue setting didapatkan penebalan jaringan lunak prevertebral
setinggi CV C5-C6 dan pada CT-Scan didapatkan lesi hipodens berbatas tidak tegas pada ruang
parafaring kiri.
Berdasarkan gejala, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang, diagnosis pasien ini
adalah abses parafaring sinistra. Dilakukan tindakan insis abses dan pemberian antibiotik
parenteral. Sehingga diagnosis dan penatalaksanaan pada pasien ini telah sesuai dengan