Anda di halaman 1dari 39

Representasi Rasisme dalam Music Video "This is America - Childish

Gambino"
(Analisis Semiotika Roland Barthes)
Penyusun:
Rega Adytia Doyosi 16419144030

Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negri Yogyakarta


Abstrak
Musik merupakan salah satu media ekspresi untuk menyampaikan
pesan-pesan tertentu. Pesan-pesan dalam musik ini sangat mudah diterima
oleh masyarakat karena bisa dinikmati. Melalui video musik seorang seniman
atau musisi dapat memperkuat pesan yang ingin disampaikannya terhadap
khalayak. Salah satunya adalah video musik dari seniman bernama Childish
Gambino yang berjudul This is America. Melalui musik video tersebut pesan-
pesan terkait diskriminasi kaum kulit hitam ingin disampaikan kepada
khalayak. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
analisis konten semiotika Roland Barthes. Dengan metode ini, peneliti
berharap dapat mencari unsur-unsur rasisme yang coba disampaikan oleh
sang seniman.
Daftar Isi
Abstrak......................................................................................................................1

BAB I LATAR BELAKANG.....................................................................................4

A. Latar Belakang..............................................................................................4

B. Identifikasi Masalah...........................................................................................6

C. Batasan Masalah...............................................................................................7

D. Rumusan Masalah.............................................................................................7

E. Tujuan Penelitian................................................................................................7

F. Manfaat Penelitian.................................................................................................8

BAB II KAJIAN PUSTAKA.........................................................................................9

Penelitian Yang Relevan........................................................................................9

Representasi Rasisme dalam Karya Audio Visual............................................9

Representasi Rasisme dalam Video Musik......................................................11

Semiotika Roland Barthes...................................................................................12

BAB III METODE PENELITIAN..............................................................................13

A. Pendekatan dan Metodologi Penelitian........................................................13

B. Objek, Persampelan, dan Waktu Penelitian................................................13

C. Teknik Pengumpulan Data............................................................................14

D. Teknik Analisis Data.........................................................................................16

E. Validasi Data.....................................................................................................17

F. Pemenuhan Etika.............................................................................................17

Daftar Pustaka.......................................................................................................2719
BAB I
LATAR BELAKANG
A. Latar Belakang
Dalam era global seperti sekarang ini. Dunia menawarkan berbagai
wahana untuk berekspresi dan menyampaikan pesan. McLuhan (1994)
bahkan memaparkan ada banyak sekali jenis medium yang dapat
meresonansikan pesan. Mulai dari komik, fotografi, iklan, telepon, pakaian,
bahkan hingga senjata. Dalam bukunya, McLuhan menjelaskan
bahwasannya media membentuk dan mengontrol skala dan bentuk dari
pengasosiasian manusia terhadap suatu pesan. Dari berbagai medium
tersebut, salah satu yang dapat kita soroti saat ini ialah media music video.

Media music video saat ini semakin diperhitungkan seiring dengan


berkembang pesatnya platform video berbasis internet. Salah satunya
Youtube. Youtube sendiri mengklaim bahwasannya mereka memiliki lebih dari
satu milyar pengguna, dengan rata-rata pengguna berumur 18-49 tahun
(About: YouTube for Press, n.d.). Selain itu video dengan kategori musik
menempati video terbanyak dengan presentase sebesar 22.9%, disusul oleh
kategori hiburan sebesar 17.8%, dan sisanya kategori lain-lain (Cheng, Dale,
& Liu, 2008).

Dengan besarnya pengaruh music video ini, para pelaku seni musik
berbondong-bondong untuk memproduksi music video untuk musik-musik
mereka. Julien Christian Lutz, atau yang lebih dikenal sebagai Director X
adalah salah satu sutradara yang cukup terkenal dalam penyutradaraan
music video. Ia juga mendapatkan nominasi MTV Video Music Award. Dalam
wawancaranya kepada Forbes, Director X berpendapat bahwa dalam era
youtube kita dapat menonton video kapanpun kita mau. Bahkan, ada fitur
penghitungan sehingga artis dapat mengukur seberapa populer lagu mereka
(Payne, 2016).
Dari pemaparan tersebut, dapat kita sepakati bahwa music video
adalah salah satu media yang efektif untuk pelaku seni musik menyampaikan
pesan yang ia inginkan sampaikan pada khalayak pendengar dan
penontonnya. Dalam music video, artis dapat menggambarkan lirik-lirik
lagunya melalui bentuk visual yang akan memperkuat pemaknaan dari lagu
itu sendiri. Bahkan terkadang kita dapat menemui pesan-pesan sosial
maupun pandangan politik yang ingin ditransmisikan oleh pelaku seni musik
melalui music video tersebut. Salah satunya adalah music video dari lagu
This is America oleh Childish Gambino.

Childish Gambino sendiri adalah nama panggung saat bermusik dari


Donald Glover. Seorang actor, comedian, penulis, produser, sutradara,
penulis lagu, rapper, dan DJ. Lahir pada 25 September 1983, Donald Glover
telah menjadi salah satu artis fenomenal dalam kurun waktu 2016-2018.
Dalam waktu tiga tahun, Donald Glover mampu meraih 23 penghargaan
dalam berbagai bidang. Baik kepenulisan, perfilman, maupun musik. Dari
background tersebut, tidak dapat dipungkiri bahwa Donald Glover memiliki
pengaruh besar terhadap khalayak. Baik khalayak perfilman maupun
khalayak musik.

Dalam music video terbarunya dengan lagu berjudul This is America,


Childish Gambino menggambarkan kekerasan yang terjadi pada masyarakat
kulit hitam. Tak hanya itu, Childish Gambino juga mencoba menggambarkan
bagaimana kehidupan sosial dalam lingkungan kulit hitam. Childish Gambino
bersama Hiro Murai yang menjadi sutradara music video tersebut
menggambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat kulit hitam di Amerika
Serikat secara satir, terutama dalam isu rasisme.

Isu rasisme sendiri bukanlah hal yang asing terdengar. Tindakan rasis
tidak muncul tanpa sebab. Secara umum, rasisme muncul dikarenakan
dorongan ideologi atau paham, norma, sejarah, dan peraturan lembaga
sosial yang telah melekat dalam lingkungan sosial tersebut yang dianut oleh
suatu individu. Rasisme juga dapat dimaknai sebagai bentuk diskriminasi
berdasar etnis dan warna kulit, menempatkan sekolompok manusia dalam
klasifikasi sederhana yang juga berkaitan dengan stereotip (Samovar, 2013;
Rita, 2015).

Menurut Day (dalam Mufid, 2010) Streotip sendiri muncul karena sifat
mencari kesamaan mendasar atas segala sesuatu oleh manusia, sehingga
muncul stereotip.Media memiliki peranan yang penting untuk
merepresentasikan sesuatu mendekati kebenarannya, sehingga media
sendiri berfungsi seolah menjadi telinga dan mata untuk mengamati alam.
Karena itulah media menjadi pemercepat cara pandang kita akan dunia,
termasuk menggolongkan kesamaan mendasar (Mufid, 2010).

Music video sebagai salah satu media yang memiliki pengaruh besar
terhadap khalayak. Media ini memberi dramatisasi visual kepada musiknya.
Selain itu, music video memberikan kesempatan khalayak untuk
menyaksikan performernya[ CITATION Zil00 \l 1057 ]. Dalam penelitian oleh
Sun and Lull (dalam Zillmann & Vorderer, 2000) menemukan khalayak MTV
beranggapankonten visual dari musik video memberikan makna atau
menambahkan makna lain pada lagunya.

Music video mengklasifikasikan ras dalam music video berdasar genre


musiknya. Inilah yang menyebabkan genre musik populer di Amerika Serikat
selalu dikatikan dengan ras-ras tertentu (terutama kulit hitam dan kulit putih)
oleh perusahaan rekaman, stasiun radio, dan toko rekaman [ CITATION
Tur11 \l 1057 ]. Selain itu, penggambaran karakter pria dan wanita dalam juga
mengarah ke streotip tentang sikap yang diwakilkan gender dalam lingkup
kehidupan sosial ras afrika-amerika [ CITATION Con09 \l 1057 ].

B. Identifikasi Masalah
Peneliti akan mencoba menganilisis unsur-unsur rasisme dalam objek
penelitian berupa Music Video berjudul "This is America" yang dinyanyikan
oleh Childish Gambino menggunakan metode analisis semiotika Roland
Barthes. Peneliti juga tidak membahas implikasi objek penelitian.

C. Batasan Masalah
Objek dalam penelitian ini adalah Music Video - "This is America" oleh
Childish Gambino. Peneliti hanya akan membahas unsur-unsur rasisme dan
tidak membahas lebih dalam tentang maskulinitas maupun seksisme. Peneliti
juga tidak membahas tentang sejarah pribadi Childish Gambino.

D. Rumusan Masalah
1. Apa bentuk representasi rasisme dalam music video
“This is America– Childish Gambino”?

2. Apa makna terkait rasisme yang terepresentasi dalam music video


“This is America– Childish Gambino”?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan alasan pengaruh besar media music video dan juga
popularitas dan pengaruh Donald Glover atau Childish Gambino terhadap
khalayak di atas, peneliti ingin menkaji Representasi Rasisme dalam Music
Video “This is America – Childish Gambino” dengan tujuan untuk
mengekspolrasi penggambaran-penggambaran rasisme dalam music video
tersebut.

Objektif penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi representasi rasisme dalam music video


“This is America– Childish Gambino”.

2. Memahami makna terkait rasisme yang terepresentasi dalam music


video “This is America– Childish Gambino”
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis

Diharapkan penelitian ini bisa digunakan sebagai


bahan pertimbangan dalam bidang yang terkait deng musik
video maupun representasi. Selain itu diharapkan dapat
menambah wawasan mengenai tanda dan makna dalam musik
video "This is America- Childish Gambino". Bagi peneliti, penelitian
ini berguna untuk mendapatkan wawasan mengenai bentuk-
bentuk rasisme dalam video musik "This is America- Childish
Gambino"

2. Manfaat Praktis

Akan digunakan sebagai acuan ilmiah untuk membuat


poster penelitian dengan topik penelitian terkait.a. Memahamkan
masyarakat tentang representasi rasisme dalam video musik
b. Bagi peneliti, penelitian ini berguna untuk mendapatkan
wawasan mengenai bentuk-bentuk rasisme dalam video musik
"This is America- Childish Gambino"
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Penelitian Yang Relevan
1. Wiranto & Girsang (2016) Representasi Rasisme Pada Film "12 Years A
Slave" (Analisis Semiotika Roland Barthes)

2. Puspitasari, I (2013) INTIMIDASI TERHADAP KAUM KULIT HITAM


SEBAGAI BENTUK PERILAKU RASISME (Analisis Semiotika pada film Glory
Road karya James Gartner)

3. Pratama, D. S. Andi (2016) Representasi Rasisme dalam Film "Cadillac


Records"

4. Habliy, Mawaddah (2017) A CONSTRUCTION OF THE WORLD PEACE


THROUGH THE WESTERN SONGS IN POST 2000s ERA (A Semiotic
Analysis of Lyrics and Video Clip of Where Is The Love by Black Eyed Peas
and We Are Here by Alicia Keys)

Representasi Rasisme dalam Karya Audio Visual


Rasisme bukanlah kosakata baru di kalangan masyarakat. Di tengah
keruhnya toleransi dan makin maraknya diskriminasi antar suku, agama, ras,
& golongan, rasisme menjadi sangat relevan untuk dibahas. Rasisme
menurut Samovar (2013) pengklasifikasian sekolompok manusia secara
sederhana dan berkaitan dengan streotip. Rasisme juga dapat dimaknai
sebagai bentuk diskriminasi berdasar etnis dan warna kulit. Beberapa
penelitian terkait telah mengkaji tentang bagaimana rasisme
direpresentasikan dalam media. Selain itu rasisme juga dapat dimaknai
dengan marjinalisasi suatu kelompok dalam suatu ruang sosial terhadap
kelompok tertentu berdasarkan identifikasi tertentu, dengan kemungkinan
subjektivitas dan kelompok yang termarjinalkan akan dirugikan [ CITATION
Kenty \l 1033 ].

Rasisme yang terkadang direpresentasikan melalui tanda dan makna


tertentu menghadirkan berbagai penelitian analisis semiotika tentang tanda-
tanda rasime yang ditampilkan dalam media. Salah satunya adalah penelitian
Wirianto & Girsang (2016) yang meneliti representasi rasisme dalam film "12
Years A Slave" dengan analisis semiotika. Dalam penelitian ini Wirianto &
Girsang menentukan sampel dari adegan-adegan yang memiliki kaitan
dengan isu rasisme. Adegan-adegan tersebut seperti; (1) tokoh kulit hitam
yang menyatakan dirinya merdeka, namun negara tidak menjamin keamanan
mereka, (2) adegan di mana orang-orang kulit hitam berkumpul
membicarakan perlakuan yang akan mereka dapatkan dari orang putih
dengan kata-kata "kenyataannya, kita akan dibawa pergi ke Selatan", dan
masih banyak adegan lain. Dari penelitian ini, Wirianto & Girsang
menemukan ada 4 representasi rasisme dalam tersebut, antara lain: (1)
Masyarakat kulit putih mendominasi masyarakat kulit hitam, (2) masyarakat
kulit putih adalah pahlawan bagi masyarakat kulit hitam, (3) masyarakat kulit
hitam adalah keturunan dari iblis, dan (4) masyarakat kulit hitam terlahir untuk
bekerja kasar, tidak untuk berpartisipasi dalam hal akademik.

Dalam penelitian lain oleh Puspitasari (2018) yang meneliti adegan-


adegan diskriminasi dalam film "Glory Road" yang berindikasi representasi
rasisme. Penelitian yang menggunakan analisis semiotika Roland Barthes ini
menemukan bahwa adegan-adegan di dalamnya mengandung intimidasi,
antisemitisme, etnosentrisme, dan miscegenation. Puspitasari menyimpulkan
bahwa bentuk-bentuk rasisme dalam film ini direpresentasikan melalui
perilaku intimidasi dalam beberapa adegan. Salah satu adegan ialah seorang
pengurus sekolah merasa keberatan dengan diikutkannya seorang kulit hitam
dalam tim basket sekolahnya. Adegan lain adalah dimana donatur tetap tim
basket sekolah tidak berkenan lagi memberikan donasi karena adanya orang-
orang kulit hitam di dalamnya.

Penelitian lainnya yang juga meneliti representasi rasisme ialah


penelitian oleh Pratama (2016). Objek penelitiannya ialah film berjudul
"Cadillac Records". Dalam penelitian ini ditemukan bentuk-bentuk rasisme
yang direpresentasikan dalam adegan kaum kulit hitam yang dijadikan
sebagai barang komoditas secara implisit. Sementara itu, kaum kulit putih
mendominasi semua aspek kehidupan. Selain kedua hal tersebut, adegan
diskriminasi berdasarkan ciri fisik juga menjadi salah satu adegan yang
merepresentasikan rasisme dalam film ini.

Penelitian-penelitian di atas dirasa relevan dikarenakan teknik analisis


data yang digunakan sama dan makna-makna dari tanda-tanda yang dicari
adalah isu yang sama, rasisme. Perbedaan dari penelitian-penelitian tersebut
dari penelitian ini ialah objek penelitian. Bila penelitian-penelitian di atas
meneliti film panjang, penelitian ini meneliti video musik berdurasi pendek.

Representasi Rasisme dalam Video Musik


Setelah mengkaji penelitian tentang representasi rasisme dalam
bentuk gambar bergerak berudasi panjang, peneliti mengkerucutkan kajian
tentang representasi rasisme dalam bentuk video musik. Salah satu
penelitian yang relevan ialah penelitian oleh Habliy (2017) berjudul
"Konstruksi World Peace Dalam Lagu-Lagu Barat Pasca Era 2000 (Analisis
Semiotika pada Lirik dan Video Klip Lagu 'Where is The Love?' Karya Black
Eyed Peas dan Lirik serta Video Klip 'We Are Here' Karya Alicia Keys". Dalam
penelitian ini ditemukan tujuh faktor yang mengkonstruksi world peace dalam
video klip "Where is The Love?" yang salah satunya ialah anti rasisme dan
diskriminasi. Sementara dalam video klip "We Are Here" adalah bentuk
persamaan hak ras kulit hitam dan kulit putih atau yang diistilahkan dengan
Black Equity. Penelitian tersebut cuku relevan dengan penelitian yang akan
dilaksanakan dalam hal objek penelitian dan variabel rasisme. Namun,
memiliki perbedaan dalam metode analisis semiotika yang digunakan.
Penelitian oleh Habliy ini menggunakan analisis semiotika Charles Sanders
Pierce.

Semiotika Roland Barthes


Teori Semiotika Barthe dapat dikatakan merupakan turunan teori
bahasa oleh de Saussure. Barthes (dalam Vera, 2014: 27) mengungkapkan
bahwasannya sistem tanda yang mencerminkan asumsi-asumsi dari
masyarakat tertentu ialah bahasa. Analisis semiotika model Roland barthes
ini menggunakan istilah konotasi dan denotasi sebagai pegangan
analisisnya. Dalam penelitian ini, unsur-unsur dalam adegan film akan
dianalisis sebagai penanda dan pertanda untuk menemukan pesan yang
terkandung di dalamnya, baik konotatif, denotatif, maupun mitos. Barthes
menjelaskan bahwa semiotika adalah sistem tanda (sign) yang tersusun oleh
tingkat ekspresi atau dengan istilah signifier (E), relasi (R), dan konten atau
dengan istilah signified (C) (Wibowo, 2013; Sobur, 2016).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Metodologi Penelitian
Berdasarkan masalah yang diangkat, penelitian yang
dilakukanmenggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
ialah penelitian yang mengumpulkan informasi yang diungkapkan dalam
bentuk perkataan secara empirikal. Tidak melibatkan angka dan perhitungan
(Walliman, 2006). Selain itu, Hasyim (2014) mencirikan penelitian kualitatif
dengan bentuk berupa bahasa verbal (teks) dan nonverbal (video).

Metodologi penelitian yang digunakan ialah Naratologi. Menurut


Riessman (dalam Creswell, 2015) penelitian naratologi merupakan sebuah
penelitian yang meneliti sebuah cerita dari subjek/objek penelitian. Nantinya,
narasi dari cerita yang didapat inilah yang akan diceritakan ulang melalui oleh
peneliti melalui teknik analisis data yang digunakan.

B. Objek, Persampelan, dan Waktu Penelitian


Yang menjadi objek kajian analisis semiotika adalah music video This is
America, yang diunggah di youtube pada 5 Mei 2018 dengan durasi
sepanjang 4 menit 4 detik.Music video ini dibintangi oleh pemilik lagunya
sendiri yaitu Childish Gambino dan disutradarai oleh Hiro Murai.

Objek penelitian yang akan dikaji ialah segala bentuk adegan dan skena
yang ada dalam music video Childish Gambino - This Is America yang
diunggah di akun Youtube Donald Glover pada 5 Mei 2018 dengan durasi 4
menit 4 detik. Dari seluruh durasi music video tersebut, peneliti hanya akan
mengkaji bagian-bagian yang mengandung unsur rasisme. Baik berbemtuk
audio, visual, maupun keduanya.

Jenis Persampelan yang dipilih ialah Non-Propability Sampling. Menurut


Walliman (2011) Non-Propability Sampling merupakan pengumpulan sampel
yang tidak melalui pemilihan acak. karena hasil penelitian tidak digunakan
untuk menyimpulkan melainkan memahami lebih dalam suatu objek.Non-
Propability sampling yang dipilih ialah purposive sampling. Menurut Johnnie
(2012) purposive sampling adalah jenis sampling dimana target populasi
dipilih berdasarkan kesesuaiannya dengan tujuan penelitian.

Penelitian akan dilakukan selama kurang lebih seminggu. Tiga hari untuk
meneliti objek, dua hari untuk memvalidasi hasil penelitian, dan satu hari
unutk menyelesaikan kekurangan-kekurangan yang ada dalam penelitian.

C. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini ialah
mengumpulkan data dari analisis konten video musik sebagai objek
penelitian. Menurut Sugiyono (2015) dokumen dapat berbentuk gambar,
tulisan, maupun karya-karya monumental dari seseorang. Music video adalah
salah satu dari bentuk dokumen itu. Didalamnya terdapat unsur gambar,
audio, maupun karya monumental yang dimaksud. Data yang dikumpulkan
adalah bagian-bagian adegan dalam music video yang dianggap
mengandung unsurr-unsur rasisme. Sebelum data dikumpulkan, peneliti akan
mencoba mengamati dan memahami keseluruhan music video.

Peneliti menggunakan instrument pengumpulan data berupa lembar


pengamatan. Data yang terkumpul nantinya akan digolongkan bedasarkan
kategori-kategori rasisme yang tertera di lembar pengamatan
tersebut.setelah mengumpulkan data, ialah mengkategorisasikan adegan
menurut model analisis semiotika Roland Barthes. Adegan yang dianalisis,
setiap unsur yang membentuknya akan dipertimbangkan untuk selanjutnya
dinterprestasikan. Secara keseluruhan unsur-unsur itu disebut penempatan
segala unsur dalam sebuah frame untuk membentuk sebuah adegan atau
juga yang dikenal sebagai Mise-en-scene.Unsur-unsur tersebut berupa
pencahayaan, dialog, latar, penempatan objek, tingkah laku, teknik kamera,
narasi, maupun suara (Villarejo, 2007). Setelah mengamati, memahami, dan
mengkategorisasikan data-data tersebut. Kategori data tersebut akan
ditelaah menggunakan analisis pengadeganan dan pengkameraan serta
landasan teori yang telah diuraikan.
D. Teknik Analisis Data
Karena yang diteliti merupakan visual video, maka peniliti menggunakan
teknik analisis semiotika. Menurut Wollen (1986) music video tak hanya
meningkatkan pertanyaan tentang semiotika dan estetika, tentang hubungan
antara music, visual, dan bentuk penampilan. Melainkan juga
menggambarkan sifat atau ciri budaya.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis Semiotika


Roland Barthes. Semiotika secara etimologis berasal dari kata Yunani yaitu
semeion yang berarti sign (tanda). Sebuah tanda mewakilkan makna yang
diproduksi dari konvensi sosial sebelumnya. Semiotika menurut Wibowo
(2013) adalah suatu model dari ilmu pengetahuan sosial yang memahami
dunia terdiri atas tanda-tanda yang mebentuk suatu sistem hubungan.

Analisis semiotika model Roland barthes ini menggunakan istilah konotasi


dan denotasi sebagai pegangan analisisnya. Dalam penelitian ini, unsur-
unsur dalam adegan film akan dianalisis sebagai penanda dan pertanda
untuk menemukan pesan yang terkandung di dalamnya, baik konotatif,
denotatif, maupun mitos. Barthes menjelaskan bahwa semiotika adalah
sistem tanda (sign) yang tersusun oleh tingkat ekspresi atau dengan istilah
signifier (E), relasi (R), dan konten atau dengan istilah signified (C) (Wibowo,
2013; Sobur, 2016).

Denotatif adalah pemaknaan tahap pertama, penggambaran apa adanya


oleh sebuah objek, yang menjadi dasar tanda konotatif. Tanda konotatif
adalah bentuk penggambaran yang tidak apa adanya. Lebih kepada interaksi
yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan pembaca serta latar
belakang pengetahuannya. Tanda konotatif sebagai signifikasi tahap kedua
bekerja melalui mitos (Wibowo, 2013 :22).

Mitos adalah bagaimana realita dijelaskan oleh kebudayaan, dan produk


yang disepakati oleh kelas sosial dominan. Mitos muncul dalam berbagai
zaman untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dasar seperti; kematian dan
bencana alam. Mitos mengenai maskulinitas, feminimitas, ilmu pengetahuan
serta kesuksesan juga dianggap sebagai mitos-mitos baru yang terbentuk.
Dalam kata lain, wahan untuk menciptakan sebuah ideology ialah mitos itu
sendiri (Wibowo, 2013).

E. Validasi Data
Untuk memvalidasi hasil penelitian, peneliti menggunakan metodologi
peervalidation berupa opini pihak kedua.Creswell (2015) mengistilahkan hal
ini sebagai Member Checking. Cara ini dignuakan untuk menentukan akurasi
penemuan penelitian dengan cara memberikan temuan penelitian kepada
pihak yang akan memvalidasi temuan tersebut. Lalu pihak kedua yang
memvalidasi akan mencoba mencocokan hasil temuan dengan apa yang
mereka lihat atau rasakan. Peneliti memutuskan untuk melakukan validasi
kepada khalayak berlatar belakang mahasiswa dengan studi Ilmu
Komunikasi. Hal ini dikarenakan menurut peneliti Mahasiswa Ilmu
Komunikasi memiliki dasar tentang framing, representasi dan narasi.

F. Pemenuhan Etika
Penelitian ini sepenuhnya dilakukan oleh peneliti tanpa ada niatan
plagiasi. Plagiasi menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia (2010) ialah segala percobaan perbuatan memperoleh kredit
dengan mengutip sebagian atau seluruh karya ilmiah pihak lain yang diakui
sebagai karya imiahnya tanpa menyertakan sumber secara tepat, baik
disengaja maupun tidak. Adapun gagasan dan teori dari sumber lain
disertakan sitasi dengan format APA. Sitasi sendiri adalah segala macam
bentuk referensi terhadap sumber maupun menulis ulang sebuah pernyataan
dari buku, dokumen, ucapan, dll dengan maksud seseorang sedang menulis
pernyataan orang lain (Sophia, 2002:3). Sementara format APA menurut
Surachman (2016) ialah format sitiran yang dikeluarkan oleh organisasi APA
(American Psychological Association) dan sering digunakan dalam bidang
penelitian psikologi maupun sosial. Penelitian ini juga dapat dipertanggung
jawabkan melalui uji validitas data dan dokumentasi penelitian yang akan
dilampirkan.

Penelitian ini menghormati hak intelektual dari objek yang diteliti


dengan cara tidak mengunduh objek penelitian yang berupa music video.
Melainkan langsung mengakses dari website resmi penyedia layanan akses
music video tersebut selama penelitian berlangsung. Dalam melakukan
penelitian, peneliti menghindari subjektifitas dan bias dalam melaksanakan
pengumpulan dan analisis data. Peneliti tidak akan berspekulasi dan
berasumsi tanpa dasar sumber yang kredibel.
BAB IV
TEMUAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN

A. Bentuk Representasi Rasisme dalam Musik Video “This is America –


Childish Gambino”

Gambino sebagai seniman merepresentasi bentuk rasisme tidak


secara gambling melainkan secara subliminal. Dalam penelitian ini,
peneliti menemukan bentuk-bentuk rasisme tersebut direpresentasikan
dalam berbagai macam bentuk. Baik dari gerakan, penggambaran tokoh,
maupun interaksi yang terjadi dalam musik video tersebut.

Gambar 1

Gambar di atas meperlihatkan Gambino yang mencoba


merepresentasikan rasisme melalui medium pakaian yang digenakan
tokoh. Childish Gambino mengenakan celana berwarna abu-abu dengan
jenis ‘trouser’ dengan kancing sebagai pengaitnya. Celana seperti ini juga
sering digunakan tentara konfederasi dalam sejarah amerika. Tentara
konfederasi amerika adalah yang kini menjadi Republic Party memiliki
sejarah panjang terhadap rasisme kulit hitam.
Gambar 2

Dalam adegan di atas Gambino merepresentasikan rasisme


dengan melakukan gerak-gerak tertentu menyerupai suatu tokoh.
Pose Gambino menyerupai pose tokoh ‘Jim Crow’. Jim Crow adalah
karakter kulit hitam yang digunakan oleh orang kulit putih di eranya
untuk merepresentasikan orang kulit hitam sebagai karakter yang liar,
urakan, bodoh, dan menjijikan.

Gambar 3

Dalam adegan dalam gambar 3, direpresentasikan perlakukan


tidak adil terhadap korban kulit hitam disbanding dengan senjata api.
Setelah menembak mati seseorang, terlihat senjata yang digunakan
Gambino dirawat dengan baik, sementara orang kulit hitam yang mati
tidak diperlakukan manusiawi.
Gambar 4

Sama seperti gambar 3, Gambar 4 juga memperrlihatkan


nyawa manusia dibiarkan begitu saja namun senjata diperlakukan
dengan hormat.

Gambar 5

Gambar di atas menggambarkan adegan Gambino menari


dengan sejumlah anak muda. Dibelakang digambarkan kericuhan, lalu
ada mobil polisi yang lewat bersamaan kuda putih yang dikendarai
orang dengan jubah hitam. Kuda putih dengan pengendara jubah
hitam adalah penggambaran kematian dalam kitab injil perjanjian baru.
Gambar 6

Adegan pada gambar 6 terlihat Gambino menari dengan


sejumlah anak muda. Di belakang terjadi kerusuhan yang diblur. Ada
orang terjun di belakang. Pengambilan gambar seakan difokuskan
oleh kesenangan-kesenangan daripada fenomena-fenomena yang
lebih penting.

Gambar 7

Gambar 7 memperlihatkan pria kulit hitam lari dikejar oleh


orang-orang dibelakangnya. Orang-orang di belakang terlihat memiliki
kulit putih namun diblur. Gambino sebagai karakter kulit hitam
digambarkn ketakutan dikejar orang-orang kulit putih yang
berbondong-bondong.
B. Apa makna terkait rasisme yang terepresentasi dalam music
video “This is America– Childish Gambino” ?

1. Gambar 1 :
Gambino mencoba menggambarkan realitas rasisme kulit hitam
yang sudah menjadi isu lama di Amerika namun masih relevan
dengan realitas saat ini.

2. Gambar 2 :
Gambino merepresentasikan penggambaran kaum-kaum rasis kulit
putih memandang orang kulit hitam putih pada era 70an yang
masih relevan sampai sekarang.

3. Gambar 3 :
Dalam adegan di gambar ini merepresentasi bagaimana
pemerintahan Amerika lebih mementingkan senjata api (kebijakan
bebas bersenjata) ketimbang nasib orang kulit hitam.

4. Gambar 4 :
Sekali lagi Gambino menggambarkan bagaiman tidak adilnya
pemerintah menyikapi pembunuhan-pembunuhan bermotif rasisme
kepada kaum kulit hitam.

5. Gambar 5 :
Gambino menggambarkan bahwa otoritas, dalam hal ini kepolisian,
malah menjadi simbol kematian bagi dirinya sebagai bagian dari
kaum kulit hitam.
6. Gambar 6 :
Gambino menggambarkan bagaimana media membingkai kaum
kulit hitam bersenang-senang. Sedangkan isu-isu penting seperti
kemanusiaan atau nyawa tidak disorot publik terutama media.

7. Gambar 7 :
Di akhir musik video ini Gambino menggambarkan kesimpulan
nasib kaum kulit hitam hidup di Amerika menghadapi rasisme.

C. Diskusi Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian ini, mengacu pada referensi-referensi yang


digunakan menghasilkan relevansi hasil penelitian dengan definisi
rasisme menurut Samovar (2013) dan Kenny (2004) yaitu
pengklasifikasian sekolompok manusia secara sederhana dan
berkaitan dengan streotip dan dapat dimaknai sebagai bentuk
diskriminasi berdasar etnis dan warna kulit, marjinalisasi suatu
kelompok dalam suatu ruang sosial terhadap kelompok tertentu
berdasarkan identifikasi tertentu, dengan kemungkinan subjektivitas
dan kelompok yang termarjinalkan akan dirugikan.

Terkait dengan penelitian yang relevan, unsur-unsur rasisme


dalam musik video ini memiliki keterkaitan terhadap representasi
rasisme yang dipaparkan dalam kajian pustaka BAB II. Misalkan
dalam penelitian Wirianto & Girsang (2016) yang menyebutkan bahwa
tokoh kulit hitam yang menyatakan dirinya merdeka, namun negara
tidak menjamin keamanan mereka. Ini juga tergambar dalam pesan
yang disampaikan Gambino bahwasannya pemerintah dan otoritas
berlaku tidak adil terhadap kaum kulit hitam terutama hal yang
menyangkut nyawa. Namun terkait temuan Wiranto & Girsang dalam
poin “(4) masyarakat kulit hitam terlahir untuk bekerja kasar, tidak
untuk berpartisipasi dalam hal akademik.” Sedikit berubah menjadi
bagaimana masyarakat kulit hitam hanya direpresentasikan sebagai
masyarakat yang hanya bersenang-senang dan tidak menyentuh isu
kemanusiaan. Sementara intimidasi, antisemitisme, etnosentrisme,
dan miscegena masih menjadi hal yang relevan dalam representasi
rasisme dalam penelitian ini maupun penelitian oleh Wirianto &
Girsang. Perilaku intimidasi juga tergambar dengan bagaimana
pembedaan perlakuan berdasarkan ciri fisik seperti penelitian oleh
Pratama (2016) dalam Film “Cadillac Records”

Berbeda dengan penelitian musik video oleh Habliy (2017) yang


menemukan unsur-unsur lebih ke anti rasisme. Dalam penelitian ini
justru peneliti lebih banyak menemukan penggambaran tindak rasisme
itu sendiri.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari penelitian ini peneliti simpulkan bahwa musik video “This is
America – Childish Gambino” mengandung unsur-unsur rasisme.
Rasisme yang digambarkan terkait rasisme terhadap kaum kulit hitam,
dan direpresentasikan secara tersirat.
Penelitian ini juga menjawab dua pertanyaan dan tujuan
penelitian yang telah dijabarkan sebelumnya. Dalam pertanyaan
pertama, penelitian telah menjawab tentang bentuk-bentuk
representasi rasisme yang dipaparkan dalam objek penelitian. Bentuk-
bentuk representasi itu antara lain gerak-gerik tokoh, interaksih tokoh,
penempatan fokus dan blur, ekspresi wajah, serta kostum yang
dikenakan.
Dalam pertanyaan kedua, penelitian menjawab makna-makna
dalam bentuk representasi rasisme yang dipaparkan dalam objek
penelitian. Menggunakan teknik analisis data Semiotika Roland
Barthes, peneliti dapat menemukan pemaknaan dari representasi
rasisme yang digambarkan dalam objek penelitian.
B. Saran
Pada penelitian ini peneliti memiliki beberapa saran yang ingin
disampaikan untuk beberapa pihak. Pihak pertama ialah para
sutradara maupun berbagai insan kreatif terkhusus pada bidang audio
visual untuk menjadikan penelitian ini sebagai referensi untuk
membentuk penyampaian pesan dalam konten yang dibuat, terutama
yang terkait isu sosial. Pihak kedua ialah kepada peneliti dengan topik
serupa agar tidak hanya meneliti terkait rasisme, namun juga isu-isu
seperti kekerasan, seksisme, maupun maskulinitas.
Kekurangan dari penelitan ini ialah variabel penelitian yang
hanya terbatas pada rasisme saja, sedangkan objek penelitan
mengandung banyak pesan yang ingin dismpaikan di luar isu rasisme.
Kekurangan lain ialah peneliti belum banyak memiliki pengetahuan
tentang framing kamera sehingga penelitian tidak menyentuh bagian
tersebut.
Terimakasih telah membaca laporan penelitian ini, semoga
semakin banyak penelitian-penelitian untuk menambah rnah atensi
terhadap isu-isu sosial dan kemanusiaan di bidang konten audio
maupun visual.
Daftar Pustaka
About: YouTube for Press. (n.d.). Retrieved Mei 16, 2018, from Youtube Web
Site: https://www.youtube.com/yt/about/press/

Cheng, X., Dale, C., & Liu, J. (2008). Statistics and Social Network of Youtube
Videos. 16th International Workshop on Quality of Service (pp. 229-238).
Enschede: IEEE Conference eXpress Publishing.

Conrad, K. (2009). Controversial Rap Themes, Gender Portrayals and Skin


Tone Distortion: A Content Analysis of Rap Music Videos. Journal of
Broadcasting & Electronic Media , 134-156.

Creswell, J. W. (2015). Penelitian Kualitatif & Desain Riset. Yogyakarta:


PUSTAKA PELAJAR.

Daniel, J. (2012). Sampling Essentials: Practical Guidelines for making


sampling choices. London: Thousand Oaks: Sage.

Indonesia, R. (2010). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 17.

Kenny, M. (2004). The Politics of Identity. Cambridge: Polity Press.

Mufid, M. (2010). Etika dan Filsafat Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada


Media Group.

Payne, O. (2016, Januari 15). Behind The Lens of The Music Video Business
with Director X. Retrieved Mei 16, 2018, from Forbes Web Site:
https://www.forbes.com/sites/ogdenpayne/2016/01/15/behind-the-lens-of-the-
music-video-business-with-director-x/2/#b1c27145a2be

Pratama, D. S. (2016). Representasi Rasisme dalam Film "Cadillac Records".


E-Komunikasi , 1-11.
Puspitasari, I. (2013). INTIMIDASI TERHADAP KAUM KULIT HITAM
SEBAGAI BENTUK PERILAKU RASISME (Analisis Semiotika Pada Film
Glory Road Karya James Gartner). KOMUNITAS , 1-12.

Surachman, A. (2016). Gaya Penulisan Sitiran Karya Ilmiah. Retrieved from


Perpustakaan Universitas Gadjah Mada:
http://lib.ugm.ac.id/data/panduan_sitiran.pdf

Turner, J. S. (2011). Sex and the Spectacle of Music Videos: An Examination


of the Portrayal of Race and Sexuality in Music Videos. Sex Roles , 173-191.

Walliman, N. (2011). Research Basics: The Basics. London: Routledge.

Walliman, N. (2011). Your research project: Desifning and planning your


work. Sage Publications.

Wibowo, I. S. (2013). Semiotika Komunikasi. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana


Media.

Wirianto, R., & Girsang, L. R. (2016). Representasi Rasisme Pada Film "12
Years A Slave" (Analisis Semiotika Roland Barthes). Semiotika , 180-206.

Zillmann, D., & Vorderer, P. (2000). Media Entertainment: The Psychology of


Its Appeal. London: Routledge.

Wollen, P. (1986). Ways of thinking about music video (and post-modernism).


Critical Quarterly, 28(1), 167–170.

About: YouTube for Press. (n.d.). Dipetik Mei 16, 2018, dari Youtube
Web Site: https://www.youtube.com/yt/about/press/

Cheng, X., Dale, C., & Liu, J. (2008). Statistics and Social Network of Youtube
Videos. 16th International Workshop on Quality of Service (hal. 229-
238). Enschede: IEEE Conference eXpress Publishing.
McLuhan, M. (1994). Understanding Media: The Extensions of Man.
Cambridge: The MIT Press.

Payne, O. (2016, Januari 15). Behind The Lens of The Music Video Business
with Director X. Dipetik Mei 16, 2018, dari Forbes Web Site:
https://www.forbes.com/sites/ogdenpayne/2016/01/15/behind-the-lens-
of-the-music-video-business-with-director-x/2/#b1c27145a2be

Rita, Vallen Nur. (2015). Rasisme dalam Film 99 Cahaya di Langit Eropa Part
1 (Analisis Semiotika dalam Film 99 Cahaya di Langit eropa Part1).
Komuniti, Vol. VII, No.2, September 2015

Samovar, Larry A. (2013). Communication between Cultures. Boston:


Wadsworth Cengage Learning

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.


Bandung: Penerbit Alfabeta

Hasyim, M. (2014). Konstruksi Mitos dan Ideologi dalam Teks Iklan Komersial

Televisi. Suatu Analisis Semiologi Disertasi. Makassar: Universitas


Hasanudin
LAMPIRAN I
TABEL PENGKODEAN

GAMBAR DENOTATION CONOTATION MYTH


LAMPIRAN II
ANALISIS DATA

GAMBAR DENOTATI CONOTATI MYTH


ON ON
Childish Celana Gambino
Gambino seperti ini mencoba
mengenaka juga sering menggambar
n celana digunakan kan realitas
berwarna tentara rasisme kulit
abu-abu konfederasi hitam yang
dengan dalam sejarah sudah
jenis amerika. menjadi isu
‘trouser’ Tentara lama di
dengan konfederasi Amerika
kancing amerika namun masih
sebagai adalah yang relevan
pengaitnya kini menjadi dengan
Republic realitas saat
Party ini.
memiliki
sejarah
panjang
terhadap
rasisme kulit
hitam.
Gambino Pose Gambino
berpose Gambino merepresenta
tidak wajar. menyerupai sikan
Menekuk pose tokoh penggambara
kakinya dan ‘Jim Crow’. n kaum-kaum
tangannya Jim Crow rasis kulit
sembari adalah putih
menodongk karakter kulit memandang
an pistol. hitam yang orang kulit
digunakan hitam putih
oleh orang pada era 70an
kulit putih di yang masih
eranya untuk relevan
merepresenta sampai
sikan orang sekarang.
kulit hitam
sebagai
karakter yang
liar, urakan,
bodoh, dan
menjijikan.
Gambino Setelah Dalam
menembak menembak adegan di
mati mati gambar ini
seorang seseorang, merepresenta
kulit hitam, terlihat si bagaimana
lalu senjata yang pemerintahan
seseorang digunakan Amerika
datang Gambino lebih
menyambut dirawat mementingka
senjatanya dengan baik, n senjata api
dengan sementara (kebijakan
kain. Orang orang kulit bebas
mati hitam yang bersenjata)
tersebut mati tidak ketimbang
diseret oleh diperlakukan nasib orang
orang lain. manusiawi. kulit hitam.
Sejumlah Tergambar Adegan ini
penyanyi kematian juga
gereja penyanyi menggambar
bernyanyi gereja yang kan
dengan menyedihkan penembakan
bahagia lalu namun masal oleh
ditembak Gambino orang kulit
secara tetap putih yang
brutal oleh tersenyum. terjadi di
Gambino Gereja Kulit
dengan Hitam,
senjata Charleston,
jenis ak47. South
Carolina
dengan motif
rasisme yang
terjadi pada
2015.
Senjata Terlihat Sekali lagi
Gambino nyawa Gambino
disambut manusia menggambar
kembali dibiarkan kan bagaiman
oleh begitu saja tidak adilnya
seseorang namun pemerintah
menggunak senjata menyikapi
an kain. diperlakukan pembunuhan-
dengan pembunuhan
hormat. bermotif
rasisme
kepada kaum
kulit hitam.
Terlihat Kuda putih Gambino
Gambino dengan menggambar
menari pengendara kan bahwa
dengan jubah hitam otoritas,
sejumlah adalah dalam hal ini
anak muda. penggambara kepolisian,
Dibelakang n kematian malah
digambarka dalam kitab menjadi
n injil simbol
kericuhan, perjanjian kematian
lalu ada baru. bagi dirinya
mobil polisi sebagai
yang lewat bagian dari
bersamaan kaum kulit
kuda putih hitam.
yang
dikendarai
orang
dengan
jubah
hitam.
Gambino Pengambilan Gambino
menari gambar menggambar
dengan seakan kan
sejumlah difokuskan bagaimana
anak muda. oleh media
Di belakang kesenangan- membingkai
terjadi kesenangan kaum kulit
kerusuhan daripada hitam
yang diblur. fenomena- bersenang-
Ada orang fenomena senang.
terjun di yang lebih Sedangkan
belakang. penting. isu-isu
penting
seperti
kemanusiaan
atau nyawa
tidak disorot
publik
terutama
media.
Gambino Gambino Di akhir
lari dikejar sebagai musik video
oleh orang- karakter kulit ini Gambino
orang hitam menggambar
dibelakangn digambarkn kan
ya. Orang- ketakutan kesimpulan
orang di dikejar nasib kaum
belakang orang-orang kulit hitam
terlihat kulit putih hidup di
memiliki yang Amerika
kulit putih berbondong- menghadapi
namun bondong. rasisme.
diblur.
LAMPIRAN III
IDENTITAS MUSIK VIDEO

Nama: This is America

Artis: Childish Gambino

Sutradara: Donald Glover

Anda mungkin juga menyukai